• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Puskesmas

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar-puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah, yaitu desa/kelurahan atau dusun/rukun warga (RW) (Depkes RI, 2006).

Tolak ukur penyelenggara upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama adalah puskesmas yang didukung secara lintas sektoral dan didirikan sekurang-kurangnya satu di setiap kecamatan. Puskesmas bertanggung jawab atas masalah kesehatan di wilayah kerjanya. Terdapat tiga fungsi utama puskesmas, yakni:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, b. Pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan c. Pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar.

Sekurang-kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yang harus dilaksanakan oleh puskesmas, yakni:

a. Promosi kesehatan,

b. Kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, c. Perbaikan gizi,

d. Kesehatan lingkungan,

e. Pemberantasan penyakit menular, dan f. Pengobatan dasar (Depkes RI, 2006).

(2)

2. Penyimpanan Obat

Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima agar aman (tidak hilang) dan terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia sehingga mutunya tetap terjamin. Aturan dalam penyimpanan obat meliputi: persyaratan gudang, pengaturan penyimpanan obat, tata cara penyusunan obat, dan pengamatan mutu.

a. Persyaratan gudang

1) Luas minimal 3x4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat yang disimpan.

2) Ruangan kering dan tidak lembab. 3) Memiliki ventilasi yang cukup.

4) Memiliki cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis.

5) Lantai dibuat dari semen/tegel/keramik/papan (bahan lain) yang tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain. Harus diberi alas papan (palet).

6) Dinding dibuat licin dan dicat warna cerah.

7) Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam. 8) Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat. 9) Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.

10) Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci dan terjamin keamanannya.

11) Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan. b. Pengaturan penyimpanan obat

1) Obat disusun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan.

2) Obat dirotasi dengan sistem FEFO (first expired first out) dan FIFO (first in first out).

3) Obat disimpan pada rak.

4) Obat yang disimpan pada lantai harus di letakan di atas palet. 5) Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk. 6) Sediaan obat cairan dipisahkan dari sediaan padatan.

(3)

8) Lisol dan desinfektan diletakkan terpisah dari obat lainnya. Untuk menjaga mutu obat, perlu diperhatikan kondisi penyimpanan seperti kelembaban, sinar matahari, temperatur/panas, kerusakan fisik, kontaminasi dan adanya pengotoran.

c. Tata cara penyusunan obat

1) Penerapan sistem FEFO (first expired first out) dan FIFO (first in first out). 2) Pemindahan harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak.

3) Golongan ant ibiot ik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya matahari, dan disimpan di tempat kering.

4) Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dan disimpan dalam lemari pendingin (suhu 4–8oC). Kartu temperatur yang ada harus selalu diisi setiap pagi dan sore.

5) Obat injeksi disimpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya matahari langsung.

6) Bentuk dragee (tablet salut) disimpan dalam wadah tertutup rapat dan pengambilannya menggunakan sendok.

7) Untuk obat dengan waktu kadaluarsa yang sudah dekat supaya diberi tanda khusus, misalnya dengan menuliskan waktu kadaluarsa pada dus luar dengan mengunakan spidol.

8) Penyimpanan obat dengan kondisi khusus, seperti lemari tertutup rapat, lemari pendingin, kotak kedap udara, dan lain sebagainya.

9) Cairan diletakkan di rak bagian bawah. 10) Kondisi penyimpanan beberapa obat.

a) Beri tanda/kode pada wadah obat.

b) Beri tanda semua wadah obat dengan jelas.

c) Apabila ditemukan obat dengan wadah tanpa etiket, jangan digunakan, d) Apabila obat disimpan di dalam dus besar maka pada dus harus

tercantum: jumlah isi dus, kode lokasi, tanggal diterima, tanggal kadaluarsa, nama produk/obat, dan

e) Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada tahun tersebut, jangan menyimpan vaksin lebih dari satu bulan di puskesmas (Kemenkes RI, 2010).

(4)

3. Pulveres

Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang cocok (Syamsuni, 2006). Pulveres adalah serbuk yang diracik dari satu atau beberapa bahan aktif, dicampurkan menjadi satu dan dihaluskan, setelah itu dibagi dalam bagian-bagian yang sama rata dan dibungkus menggunakan kertas perkamen, biasanya ditujukan untuk pemakaian oral (Wiedyaningsih, 2013).

Bentuk sediaan pulveres memiliki keuntungan di antaranya yaitu dosis mudah disesuaikan dengan berat badan pasien, obat dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan pasien, praktis, dan cara pemberian yang mudah khususnya untuk pasien yang memiliki kesulitan menelan sediaan padat seperti tablet. Sedangkan kekurangan pulveres yaitu kemungkinan efek samping dan interaksi obat meningkat. Waktu untuk menyediakan obat racikan lebih lama, berat tiap bungkus berbeda karena pulveres tidak ditimbang satu per satu untuk tiap bungkus. Pulveres sangat memungkinan terdapat kesalahan bobot, sulit melakukan kontrol kualitas, menurunnya stabilitas obat, dapat meningkatkan toksisitas, efektivitas obat dapat berkurang karena sebagian obat akan menempel pada blender/mortir dan kertas pembungkus. Kemudian tingkat higienisitasnya cenderung lebih rendah daripada obat yang dibuat di pabrik, serta peresepan obat racik racikan meningkatkan kecenderungan penggunaan obat irasional karena penggunaan obat polifarmasi tidak mudah diketahui oleh pasien (Wiedyaningsih, 2013). Sediaan racikan pulveres dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila memenuhi persyaratan yaitu kering, halus, homogen, seragam dalam bobot, dan seragam dalam zat yang terkandung (Syamsuni, 2006).

4. Deksametason

Deksametason dengan rumus molekul C22H29FO5 dan memiliki berat molekul 392,47. Deksametason dengan pemerian serbuk hablur, putih sampai praktis putih; tidak berbau, stabil di udara dan melebur pada suhu lebih kurang 250oC disertai peruraian. Dengan kelarutan praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam aseton, dalam etanol, dalam dioksan dan dalam methanol; sukar larut dalam kloroform; sangat sukar larut dalam eter.

(5)

a. Rumus struktur

Gambar 2.1. Struktur kimia deksametason (Ditjen POM, 1995)

b. Mekanisme Kerja

Deksametason termasuk golongan glukokortikoid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel jaringan melalui membran plasma secara difusi pasif di jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel jaringan dan membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nucleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara efek fisiologik steroid.

c. Farmakokinetika

Deksametason pada pemberian oral diabsorpsi cukup baik. Untuk mencapai kadar tinggi dengan cepat dalam cairan tubuh diberikan secara intra vena dan untuk mendapatkan efek yang lama diberikan secara intra muskular. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat menyebabkan efek sistemik, antara lain supresi korteks adrenal (Suherman, 2007).

d. Efek Samping

Efek samping dapat timbul karena penghentian pengobatan tiba-tiba atau pemberian terus-menerus terutama dengan dosis besar. Efek ini menyerupai gejala dari suatu gangguan yang disebabkan oleh produksi kortisol faal berlebihan, yakni sindroma cushing. Gejala utama sindrom ini adalah retensi cairan di jaringan-jaringan yang nenyebabkan naiknya berat badan dengan pesat,

(6)

muka menjadi tembam dan bundar (muka bulan), adakalanya kaki-tangan gemuk (bagian atas). Selain itu terjadi penumpukan lemak di bahu dan tengkuk. Kulit menjadi tipis dan lebih mudah terluka (Tjay dan Rahardja, 2002).

5. Spektrofotometri Ultraviolet

Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel. Jadi dengan Hukum Lambert-beer konsentrasi dapat dihitung dari ketebalan sel dan serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan spesifik untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut tertentu.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau serapan suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Alat ini terdiri dari spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur itensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-800 nm.

Pada umumnya konfigurasi dasar dari spektrofotometer UV-Vis berupa susunan peralatan sebagai berikut:

Gambar 2.2. Bagan instrumen spektrofotometer UV-Vis

Sumber

Radiasi monokromator kuvet

detektor

(7)

Adapun penjelasan dari komponen-komponen spektrofotometer di atas adalah sebagai berikut:

1. Sumber radiasi, merupakan sumber listrik bertegangan tinggi atau oleh pemanasan listrik yang dapat mengeksitasi benda hingga ke tingkat yang tinggi. 2. Monokromator digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang

monokromatis.

3. Wadah sampel/ kuvet terdapat pada pengukuran di daerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.

4. Detektor, peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Fungsinya yaitu mengubah signal radiasi yang diterima menjadi signal elektronik.

5. Rekorder berfungsi mencatat hasil analisis dari detektor.

6. Metode Analisis

Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi, kespesifikan, limit deteksi, kelinieran, dan rentang. Akurasi dari suatu metode analisis adalah kedekatan nilai hasil uji yang diperoleh dengan prosedur tersebut dari harga sebenarnya, sering kali dinyatakan dalam persen perolehan kembali analit pada penentuan kadar sampel yang mengandung analit dalam jumlah diketahui. Akurasi merupakan ukuran ketepatan prosedur analisis.

Akurasi prosedur analisis ditentukan dengan menerapkan prosedur tersebut pada sampel atau campuran komponen matriks yang telah dibubuhi analit dalam jumlah diketahui. Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian diantara masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada sejumlah cuplikan yang diambil dari satu sampel homogen. Presisi dinyatakan sebagai deviasi standar atau deviasi standar relatif (koefisien variasi).

(8)

Presisi dapat diartikan pula sebagai derajat reprodusibilitas atau keterulangan dari prosedur analisis. Kespesifikan dari suatu metode analisis adalah kemampuannya untuk mengukur kadar analit secara khusus dengan akurat, disamping komponen lain yang terdapat dalam matriks sampel. Limit deteksi adalah nilai parameter uji batas, yaitu konsentrasi analit terendah yang dapat dideteksi.

Kelinieran suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan bahwa nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara matematika, proporsional dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu. Rentang suatu metode analisis adalah interval antara batas konsentrasi tertiggi dan konsentrasi terendah analit yang dapat ditentukan dengan presisi, akurasi, dan kelinieran (Satiadarma, 2004).

B. Kerangka Konsep

Gambar 2.3. Kerangka konsep

C. Hipotesis

Penetapan kadar sediaan racikan pulveres dengan zat aktif deksametason di Puskesmas Kota Purwokerto dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis yang memenuhi syarat uji validasi, diharapkan dapat menggambarkan adanya hubungan antara lama waktu penyimpanan pulveres yang didapat dari Puskesmas Kota Purwokerto dengan kadar zat aktif deksametason dalam racikan pulveras.

HIPOTESIS Faktor internal

Faktor

faktor eksternal permasalahan

Gambar

Gambar 2.1. Struktur kimia deksametason (Ditjen POM, 1995)
Gambar 2.2. Bagan instrumen spektrofotometer UV-Vis Sumber
Gambar 2.3. Kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, di dalam FIFO unit yang tersedia pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama

Undang-undang Nomor 11 tahun 1997 pada pasal 4 menyebutkan bahwa “Pelaksanaan penguasaan Negara dan pengaturan usaha pertambangan bahan galian golongan A dan golongan B

(USCS), maka secara fisik tanah lempung hitam yang diambil dari daerah Banjarcahyana termasuk golongan berbutir halus dan secara mekanik tanah tersebut termasuk golongan tanah

1) Sakit kepala yang disebabkan oleh faktor patogen internal, Sakit kepala karena stagnasi Qi hati, sakit kepala karena gejolak api hati dan kandung empedu,

Hati berperan dalam sintesis, menyimpan, dan mengeluarkan lemak untuk didistribusikan ke seluruh tubuh. Beberapa fungsi khas hati dalam metabolisme lemak antara

Perjalanan yang dilakukan oleh penumpang kendaraan angkutan umum dapat dibedakan untuk golongan yang tidak mempunyai pilihan moda (captive) dan untuk golongan yang

Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman jahe terdiri dari golongan fenol, flavonoid, terpenoid, minyak atsiri dan diduga merupakan golongan

a) Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya. b) Anggota TNI dan penerima