• Tidak ada hasil yang ditemukan

diakses pada tanggal 6 Agustus 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "diakses pada tanggal 6 Agustus 2009"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

www.okleqs.worpress.com/2008/01/01/tanggap-darurat-kecelakaan-industri/, diakses pada tanggal 6 Agustus 2009

www.okleqs.wordpress.com/2008/01/03/emergensi-respons, diakses pada tanggal 6 Agustus 2009

www.okleqs.wordpress.com/2008/01/03/was-dal-tanggap-darurat/, diakses pada tanggal 6 Agustus 2009

www.k3-mediacenter.com/news/19-sejarah-k3-di-indonesia. diakses tanggal 5 April 2009

www.evta.gov.tw/files/ , diakses pada tanggal 20 April 2009

Lampiran I

HASIL WAWANCARA

Narasumber : 1. Bapak Asrial 2. Bapak Saor TJ

Jabatan : Staff Security & Safety PT. Telkom Divre I Sumatra Tanggal : 14 Agustus dan 24 Agustus 2009

Pertanyaan : Bagaimana pelaksanaan K3 dan SMK3 pada PT.Telkom Divre I Sumatra ?

Jawaban : Pelaksanaan K3 dan SMK3 Telkom Divre I sudah sangat bagus. Hal ini dibuktikan dengan hasil audit eksternal pada Januari 2009. Telkom Divre I mendapat nilai pencapaian 96,12%, yang artinya Telkom Divre I mendapat piagam dan bendera emas. Walaupun audit eksternal baru sekali tetapi tidak menghalangi Telkom Divre I mendapat bendera emas. Ini dikarenakan Telkom Divre I memang sudah concern dari awal terhadap pelaksanaan K3 dan SMK3. Telkom Divre I sudah beberapa kali melaksanakan audit

(2)

internal. Audit internal ini dilakukan setiap setahun sekali. Sedangkan audit eksternal sesuai dengan Permenaker No.05/1996 maka audit dilaksanakan tiga tahun sekali. Hasil audit terbaru yang 2009 dapat digunakan untuk tiga tahun kedepan.

Pertanyaan : Apa saja yang dilakukan oleh Manajemen/ahli K3 PT.Telkom Divre I Sumatra untuk meningkatkan pelaksanaan K3 dan SMK3 ? Jawaban : Pelatihan dan pembinaan. Pelatihan dan pembinaan ini

merupakan hal rutin yang dilakukan Telkom Divre I. Salah satu pelatihan rutin yang dilakukan adalah pelatihan semua tindakan tanggap darurat. Pelatihan ini biasanya dilakukan diluar kantor. Tahun lalu misalnya, dilaksanakan pelatihan semua tindakan tanggap darurat di Pante Kelang sekaligus outbond. Setelah dilaksanakan pelatihan dan pembinaan tanggap darurat, barulah dapat disusun tim tanggap darurat yang dipimpin Safety & Security. Kemudian ada pelatihan P3K dan perahu karet di Ocean Pacific Belawan. Selain ada pelatihan ada juga kegiatan simulasi yang dilaksanakan di kantor. Simulasi terakhir yang baru dilaksanakan adalah simulasi kebakaran dan P3K yang bekerjasama dengan Brimob sekitar bulan Januari 2009. Pelatihan dan simulasi hanya sebagian dari kegiatan yang dilakukan Telkom Divre I dalam hal pelaksanaan K3 dan SMK3. Pelatihan dan Simulasi hanya implementasi dari kebijakan K3 dan SMK3 yang sengaja disusun Direksi agar pelaksanaan K3 dan SMK3 lebih fokus dan tepat sasaran. Jadi, hal-hal yang dilakukan Telkom Divre I adalah mengadakan pelatihan dan pembinaan khusus untuk karyawan dan menyusun kebijakan K3 dan SMK3.

Pertanyaan : Kendala apa saja yang dihadapi perusahaan dalam menerapkan K3 dan SMK3 ?

(3)

• Budaya kerja, budaya kerja karyawan yang belum budaya K3. Padahal kalau seandainya karyawan sudah menerapkan budaya K3 maka semua tindakan yang dilakukan karyawan menjadi lebih safety.

• Dana khusus yang disediakan untuk pelaksanaan K3 dan SMK3 belum ada. Selama ini dana yang digunakan adalah dana bebas perusahaan yang memang boleh digunakan untuk pelaksanaan K3 dan SMK3.

• Organisasi perusahaan yang mengurusi masalah K3 secara struktural terpisah. Untuk masalah keselamatan berada di Safety & Security sedangkan yang mengurusi masalah kesehatan kerja menjadi wewenang HR yang bekerja sama dengan yayasan kesehatan.

Pertanyaan : Apa ada kerjasama antara Depnakertrans / Departemen Kesehatan / Balai K3 dalam kaitannya dengan pelaksanaan K3 dan SMK3 ?

Jawaban : Kerjasama yang ada hanya berupa koordinasi dan konsultasi. Dengan Depnaker misalnya, konsultasi apabila ada peraturan tentang K3 terbaru yang membutuhkan sosialisasi. Kemudian pendaftaran P2K3 dan ketentuan Peraturan Perundangan lain. Sedangkan untuk Balai K3, bentuk kerjasamanya adalah untuk melakukan pengukuran kondisi lingkungan kerja. Misalnya, mengukur intensitas cahaya, faktor fisik dan nonfisik, dll, agar kondisi lingkungan kerja sesuai dengan peraturan perundangan dan khususnya tidak akan menimbulkan penyakit akibat kerja.

Pertanyaan : Penghargaan apa saja yang diterima perusahaan terkait pelaksanaan K3 dan SMK3 pada perusahaan?

Jawaban : Tentu saja golden flag. Kemudian ada penghargaan lain yang diterima Telkom Divre I yaitu penghargaan dari Depnaker zerro

(4)

Divre I tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja adalah sebuah kejadian yang tidak memungkinkan karyawan bekerja untuk beberapa waktu dan dirawat di Rumah Sakit. Penghargaan zerro accident pertama kali didapat Telkom Divre I pada tahun 2006 sampai sekarang secara berturut-turut.

Pertanyaan : Manfaat apa saja yang dirasakan oleh perusahaan setelah melaksanakan K3 dan SMK3 dengan baik / ada tidak perbedaan yang dirasakan sebelum dan sesudah melaksanakan K3 dan SMK3 ?

Jawaban : Berbagai manfaat yang dirasakan perusahaan setelah melaksanakan K3 dan SMK3, diantaranya :

• Muncul rasa aman dan nyaman yang dirasakan karyawan. Aman dan nyaman selama bekerja karena karyawan mengetahui kalau Telkom Divre I menerapkan K3 sehingga mudah-mudahan keselamatan kerja terjamin. Suasana kantor juga jadi lebih kondusif.

• Ruangan kerja menjadi lebih bersih, sehat dan produktif sesuai dengan tujuannya yang ingin menciptakan lingkungan kerja yang BIR (bersih, indah, rapi).

• Sudah terdapat tim tanggap darurat di tiap lantai yang sudah memahami semua tugasnya. Kotak P3K yang juga ada di tiap lantai yang selalu stand by untuk membantu karyawan, tamu atau mitra yang membutuhkan.

• Organisasi K3 yang sudah lebih terorganisir. Dengan adanya manajemen organisasi yang baik maka implementasi K3 menjadi lebih maksimal.

• Dengan suasana kerja yang aman, nyaman, kondusif maka secara otomatis akan meningkatkan produktivitas karyawan.

(5)

Pertanyaan : Menurut Bapak, apakah peraturan perundangan tentang K3 di Indonesia sudah cukup lengkap dan memadai? (artinya apakah sudah mengakomodir semua kepentingan)

Jawaban : Untuk pertanyaan ini, maka jawabannya berupa poin-poin yaitu : • Untuk perusahaan yang bergerak di bidang penghasil jasa

masih kurang, tapi mungkin untuk perusahaan yang bergerak di bidang manufacture sudah lengkap.

• Perauran perundangan yang ada belum lengkap dan memadai. Maksudnya misalnya, belum ada ketentuan K3 tentang efek elektromagnetik. Padahal untuk karyawan yang sehari-harinya bekerja di depan komputer maka hal ini sangat penting.

• APD (alat pelindung diri) yang ada sekarang belum memiliki standard SNI, karena memang tidak ada Peraturan Perundangan yang mengatur tentang hal itu. APD yang biasa digunakan tidak memiliki SNI, sehingga yang biasa digunakan hanya berdasarkan merek yang biasa di gunakan atau biasa di dengar.

• Pengujian APD belum ada. Pengujian yang berstandard nasional tentunya, sehingga tidak dapat diketahui apakah APD yang beredar di Indonesia layak guna dan memiliki kwalitas bagus atau malah sebaliknya. Atau jangan-jangan karena tidak ada pengawasan tentang standard APD maka APD yang ada tidak berkwalitas dan akan membahayakan diri penggunanya.

Pertanyaan : Apakah perusahaan pernah mengalami perselisihan hubungan industrial dengan pekerja khususnya bidang keselamatan dan kesehatan kerja?

Jawaban : Telkom Divre I belum pernah mengalami perselisihan hubungan industrial dengan karyawan terkait masalah K3. Ini menunjukkan komitmen dan keseriusan Telkom Divre I untuk memberikan perlindungan K3 bagi karyawan sehingga sampai sekarang belum ada karyawan yang komplen.

(6)

Pertanyaan : Apakah ada hal-hal lain yang ingin disampaikan terkait masalah penerapan K3?

Jawaban : Tidak ada hal-hal lain yang ingin disampaikan terkait masalah penerapan K3 dan SMK3 ini.

Lampiran II

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Muhammad Syafi’i

Jabatan : Manager Occupational Health And Safety Tanggal : 1 dan 3 September 2009

Pertanyaan : Bagaimana pelaksanaan K3 dan SMK3 pada perusahaan ?

Jawaban : Sebenarnya sejak awal Coca-cola berdiri, Coca-cola sudah menerapkan K3 dan SMK3. Hanya saja masih berstandard Australia. Dan sejak tahun 2004 PT.Coca-cola Bottling Indonesia sudah mendapatkan Golden Flag untuk pabrik. Dan tahun 2007 juga mendapat golden flag untuk distribusi. Nilai pencapaian untuk pabrik dan distribusi diatas 85%, karena itulah mendapatkan

golden flag. Artinya baik pabrik maupun distribusi masalah

penerapan K3 tetap sangat diperhatikan. Salah satu bukti kekonsistenan perusahaan dalam menerapkan K3 dan SMK3 adalah dengan dilaksanakannya audit secara internal yang

(7)

dilakukan tiap setahun sekali. Ada Surfulance I, dan II, dan juga ada resertifikasi.

Pertanyaan : Apa saja yang dilakukan oleh Manajemen/ahli K3 PT.Coca-cola Bottling Indonesia untuk meningkatkan pelaksanaan K3 dan SMK3 ?

Jawaban : Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendukung implementasi K3 dan SMK3, diantaranya :

• Mengadakan pelatihan K3 secara rutin. Pelatihan yang dilakukan sangat beragam dan lengkap. Pelatihan ini dimaksudkan agar karyawan yang bekerja di perusahaan memiliki kemampuan dan pengetahuan yang lebih tentang K3. Pelatihan ini sangat bermanfaat karena sebagian besar kecelakaan terjadi biasanya dikarenakan pengetahuan pekerja yang kurang dan tindakan yang tidak aman. Dan setiap pelatihan yang dilaksanakan dilaporkan pada Disnaker.

• Menyediakan dana khusus untuk pelaksanaan K3 dan SMK3. Dimulai dengan menyediakan semua APD yang dibutuhkan, dana untuk pelaksanaan audit.

• Menyediakan ahli K3 dan membentuk P2K3. Dengan adanya SDM yang mendukung pelaksanaan K3 dan SMK3 diharapkan dalam pelaksanaan K3 dan SMK3 tidak mengalami hambatan. • Membuat semua kebijakan yang dianggap perlu guna

mendukung pelaksanaan K3 dan SMK3. Semua kebijakan yang dimaksud termasuk membuat semua Standard

Operational Prosedure (SOP), semua tindakan tanggap

darurat yang dianggap perlu untuk menjaga keselamatan karyawan.

• Menciptakan manajemen K3 yang terorganisir dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan membuat kepengurusan K3 berada satu atap yaitu berada di naungan Occupational Health And

(8)

Pertanyaan : Kendala apa saja yang dihadapi perusahaan dalam menerapkan K3 dan SMK3 ?

Jawaban : Sebenarnya kendala yang dihadapi perusahaan tidaklah terlalu banyak. Kendalanya yaitu budaya kerja karyawan yang belum budaya K3. Sehingga perlu usaha untuk merubah kebiasaan karyawan yang tidak budaya K3. Dan untuk mengatasi kendala tersebut, Perusahaan sudah menyiapkan beberapa strategi yang diantaranya yaitu melakukan kampanye budaya K3, memasukkan poin-poin kewajiban pelaksanaan K3 ke dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

Pertanyaan : Apa ada kerjasama antara Depnakertrans / Departemen Kesehatan / Balai K3 dalam kaitannya dengan pelaksanaan K3 dan SMK3 ?

Jawaban : Masing-masing instansi pemerintah tersebut memiliki peranan tersendiri dalam kaitannya dengan kerjasama pelaksanaan K3 dan SMK3 :

• Untuk Depnakertrans, hubungan kerjasamanya berupa pengurusan Surat Izin Operasional (SIO) yang dikeluarkan Depnaker untuk karyawan yang bekerja pada bidang khusus dan membutuhkan surat izin, misalnya untuk karyawan yang bekerja pada mesin Boiler, uap, dll. Karena membutuhkan keahlian khusus.

• Kerja sama dengan Departemen Kesehatan yaitu sosialisasi ke karyawan terkait masalah kesehatan. Misalnya, sosialisasi bahaya HIV/Aids, Narkoba, dll.

• Kalau dengan Balai K3 maka kerja samanya berhubungan dengan masalah pengukuran kondisi lingkungan kerja. Misalnya, mengukur intensitas cahaya, tingkat kelembaban, faktor fisik dan non fisik yang ada di lingkungan kerja agar

(9)

tidak melebihi nilai ambang batas yang sudah ditetapkan Undang-undang.

Pertanyaan : Penghargaan apa saja yang diterima perusahaan terkait pelaksanaan K3 dan SMK3 pada perusahaan?

Jawaban : Penghargaan berupa golden flag, baik untuk pabrik maupun untuk distribusi. Penghargaan dari walikota pada tahun 2006 karena sudah menerapkan K3 dan SMK3 dengan baik. Penghargaan dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2008 karena sudah menerapkan SMK3 secara berkesinambungan. Kemudian juga ada penghargaan dari perusahaan Coca-cola sendiri yang diberikan pada Coca-cola Bottling Indonesia Sumatra Utara.

Pertanyaan : Manfaat apa saja yang dirasakan oleh perusahaan setelah melaksanakan K3 dan SMK3 dengan baik / ada tidak perbedaan yang dirasakan sebelum dan sesudah melaksanakan K3 dan SMK3 ?

Jawaban : Banyak sekali manfaat dari pelaksanaan K3 dan SMK3 bagi perusahaan dan bagi karyawan tentunya, diantaranya :

• Salah satu tujuan dari pelaksanaan K3 adalah mencegah kecelakaan. Dan dengan diterapkannya K3 dan SMK3 ini maka tingkat kecelakaan yang terjadi di Perusahaan semakin menurun tiap tahunnya. Yang secara otomatis meningkatkan produktivitas, karena apabila terjadi kecelakaan otomatis karyawan/ pekerja tersebut tidak bisa bekerja dan berproduksi. Belum lagi masalah waktu yang terbuang akibat kecelakaan. Dan yang paling penting adalah keselamatan jiwa karyawan itu sendiri.

• Dengan adanya fasilitas APD yang disediakan perusahaan maka diharapkan semua karyawan/pekerja dapat tercegah dari penyakit akibat kerja dan kecelakaan tentunya.

(10)

Pertanyaan : Menurut Bapak, apakah peraturan perundangan tentang K3 di Indonesia sudah cukup lengkap dan memadai? (artinya apakah sudah mengakomodir semua kepentingan)

Jawaban : Jawabannya cukup singkat, yaitu sudah cukup memadai

Pertanyaan : Apakah perusahaan pernah mengalami perselisihan hubungan industrial dengan pekerja khususnya bidang keselamatan dan kesehatan kerja?

Jawaban : Sampai saat ini Coca-cola belum pernah mengalami perselisihan hubungan industrial terkait masalah K3 sampai ke pengadilan hubungan industrial. Karena apabila terjadi kecelakaan atau hal-hal yang dapat menyebabkan perselisihan selalu diselesaikan secara intern dan kekeluargaan. Belum lagi memang ada aturan Perusahaan yang menjelaskan tentang kewajiban pengusutan dan penyelidikan terhadap semua kecelakaan yang terjadi agar tidak berlarut-larut.

Pertanyaan : Apakah ada hal-hal lain yang ingin disampaikan terkait masalah penerapan K3?

Jawaban : Semua APD yang ada di Coca-cola ini sudah lengkap dan jumlahnya sudah disesuaikan dengan jumlah pekerja/karyawan.

(11)

Lampiran III

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Al-Badri

Jabatan : Ketua Serikat Pekerja di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Tanggal : 28 Agustus 2009

Pertanyaan : Menurut Serikat Pekerja disini apakah pelaksanaan K3 dan SMK3 di Perusahaan ini sudah bagus?

Jawaban : Kalau dari serikat pekerja, pelaksanaan K3 di Perusahaan secara keseluruhan sudah sangat baik dan berjalan dengan lancar. Bisa dilihat dari semua fasilitas yang sudah disediakan perusahaan. Mulai dari penyediaan poliklinik beserta fasilitas di dalamnya, jadi apabila terjadi kecelakaan dapat langsung di bawa ke poliklinik. Berbagai macam APD yang sudah disediakan, seperti safety shoes, helm, penutup telinga, dll. Hal ini dikarenakan memang sudah ada komitmen dari Coca-cola dunia untuk melaksanakan K3. dan sejauh ini belum ada komplain dari pihak pekerja/karyawan terkait pelaksanaan K3 disini.

(12)

Pertanyaan : Apa saja yang dilakukan perusahaan guna meningkatkan kwalitas K3 di Perusahaan ini ?

Jawaban : Melaksanakan berbagai pelatihan yang diperlukan untuk mensukseskan K3. Pelatihan diberikan oleh Public Relation (PR). Banyak sekali pelatihan yang diberikan, diantaranya pelatihan semua tindakan tanggap darurat. Pelatihan kebakaran dan simulasinya, sekaligus menyediakan ahli K3 untuk kebakaran yang dikenal dengan fire master, melengkapi semua SOP mulai dari pengendara motor (memakai helm, sarung tangan, kaca spion, surat-surat dilengkapi,dll). Membuat pelatihan Employee Motor

Alloance Program (EMAP), Trainee Defensive Driving And Trading. Juga ada kerjasama dengan Brimob terkait pelaksanaan

pelatihan menghadapi ancaman bom. Dan masih banyak lagi yang sulit untuk dijelaskan satu persatu. Yang pasti pelatihan dilaksanakan secara rutin setahun sekali atau tiga bulan sekali.

Pertanyaan : Sejauh mana serikat pekerja dilibatkan dalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial di perusahaan ?

Jawaban : Di Coca-cola media komunikasi yang digunakan adalah e-mail dalam membuat kebijakan. Dan apabila terjadi perselisihan hubungan industrial dikarenakan kecelakaan maka serikat pekerja membantu melakukan investigasi sejauh mana pekerja lalai dan apa yang menjadi penyebab sebenarnya dari kecelakaan tersebut. Setelah itu melakukan persidangan intern. Bila masih bisa diselesaikan secara kekeluargaan maka akan diambil langkah kekeluargaan. Karena dari itu belum pernah ada perselisihan yang terjadi di Coca-cola yang sampai ke pengadilan hubungan industrial. Apabila dalam menyelesaikan masalah bisa dicari

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengikatkan diri dalam Kesepakatan Bersama tentang Kerja Sama Pengawasan Obat dan Makanan, dengan ketentuan

Konsep nilai waktu dari uang (time value of money) pada dasarnya menjelaskan bahwa uang dalam jumlah yang sama yang diterima hari ini nilainya lebih besar dari nilainya di masa

Analisis spasial wilayah potensial PKL menghasilkan peta tingkat wilayah potensial yang tersebar sepanjang Jalan Dr.Radjiman berdasarkan aksesibilitas lokasi dan

Engkau pun kiranya mendengarkannya di sorga, tempat kediaman-Mu yang tetap, dan Engkau kiranya bertindak sesuai dengan segala yang diserukan kepada-Mu oleh orang

Pertentangan itu terdapat bukan hanya antara agama dan ilmu pengetahuan, tetapi juga antara agama dan ideologi yang dihasilkan oleh pemikiran modern yang erat hubungannya

diharapkan proses evolusi lanjutan pada horizontal branch menggunakan model ZAHB yang dibuat pada tesis ini dapat mengikuti evolusi HB dengan baik... VI.4

bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian, Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan, Pengawas Benih Tanaman,

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia