i LAPORAN 70% HASIL PENELITIAN
DOSEN PEMBINA
MODEL INSTRUMEN TES, PENGUKURAN DAN EVALUASI ATLET PENCAK SILAT BERBASIS KOMPUTER
TIM PENGUSUL
Dr. H. Iis Marwan, M.Pd. NIDN. 0018086401 Agus Arief Rahmat, M.Pd. NIDN. 0429098404 Aang Rohyana, M.Pd. NIDN. 0422118801
UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA
iii
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN 70%
SKIM PENELITIAN INTERNAL
DOSEN PEMBINA
Judul Penelitian : Model Instrumen Tes, Pengukuran dan Evaluasi Atlet Pencak Silat Berbasis Komputer
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 761 / Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Ketua Peneliti :
a. Nama Lengkap : Dr. H. Iis Marwan, M.Pd.
b. NIDN : 0018086401
c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Program Studi : Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
e. Nomor HP : 081323154411
f. Alamat surel (e-mail) : [email protected]. Anggota Peneliti (1)
a. Nama Lengkap : Agus Arief Rahmat, M.Pd.
b. NIDN : 0429098404
c. Perguruan Tinggi : Universitas Siliwangi Anggota Peneliti (2)
a. Nama Lengkap : Aang Rohyana, M.Pd.
b. NIDN : 0422118801
c. Perguruan Tinggi : Universitas Siliwangi Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 14.000.000,-
Tasikmalaya, 22 Juli 2017 Mengetahui,
Dekan Ketua Peneliti, FKIP Universitas Siliwangi
(Dr. H. Cucu Hidayat, M.Pd.) (Dr. H. Iis Marwan, M.Pd.) NIP. 196304091989111001 NIP. 196408181990021001
Menyetujui, Ketua LPPM-PMP Universitas Siliwangi
(Prof. H. Aripin, M.Si., Ph.D) (NIP. 196708161996031001)
iv PRAKATA
Puji syukur hanyalah teruntuk Tuhan Allah SWT., atas kehendak dan kudrah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Usulan Penelitian untuk Skim Penelitian Dosen Pembina dengan Judul “Model Instrumen Tes, Pengukuran, dan Evaluasi Atlet
Pencak Silat Berbasis Komputer.”
Peneliti menyadari bahwa pencak silat sebagai olahraga asli Indonesia berkembang dengan pesat dan sudah dijadikan nomor pertandingan pada event di tingkat regional (PORDA), nasional (PON), asia tenggara (Sea Games), dan asia (Asean Games), dan bahkan pada Kejuaran Dunia. Selain pada event tersebut pertandingan di tingkat pelajar dilaksanakan seperti pada PORSENI, selain itu dalam kurikulum PJOK pencak silat sudah masuk dalam materi wajib (inti) pelajaran.
Untuk mengukur keterampilan teknik maupun fisik pesilat diperlukan instrument yang valid dan reliabel sehingga dapat dijadikan pedoman baku bagi seluruh sekolah, padepokan maupun cabang olahraga yang bermaksud melakukan tes, pengukuran dan evaluasi siswa maupun pesilat. Memenuhi kebutuhan tersebut peneliti berusaha untuk membuat model instrument Tes, Pengukuran, dan Evaluasi bagi Atlet Pencak Silat Berbasis Komputer.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak apabila usulan penelitian ini diterima. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Rudi Priyadi, Ir., MS sebagai Rektor Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
2. Bapak Prof. H. Aripin, M.Si., Ph.D., sebagai Ketua LPPM PMP Universitas Siliwangi.
3. Bapak Dr. H. Cucu Hidayat, M.Pd., sebagai Dekan FKIP Universitas Siliwangi.
4. Semua pihak yang dapat membantu peneliti sampai terselesaikannya karya penelitian ini.
Tasikmalaya, 24 Juli 2017 Peneliti
v IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
1. Judul Penelitian:
Model Instrumen Tes, Pengukuran, dan Evaluasi Atlet Pencak Silat Berbasis Komputer
2. Tim Pelaksana
No Nama Jabatan Bidang Keahlian Instansi Asal Alokasi Waktu (jam/minggu) 1 Dr. H. Iis Marwan, M.Pd Ketua Pend. Olahraga PJKR FKIP Unsil 8 jam 2 Agus Arief Rahmat, M.Pd. Anggota Pend. Olahraga PJKR FKIP Unsil 6 jam 3 Aang Rohyana, M.Pd. Anggota Pend. Olahraga PJKR FKIP Unsil 6 jam
3. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian) :
Pembuatan model instrument Tes, Pengukuran dan Evaluasi untuk Atlet Pencak Silat menggunakan komputer
4. Masa Pelaksanaan
Mulai : bulan Maret tahun 2017 Berakhir : bulan Juli tahun 2017
vi
5. Usulan Biaya DRPM Ditjen Penguatan Risbang Tahun ke – 1 : Rp. 14.000.000,-
Tahun ke – 2 : Rp. 0 Tahun ke – 3 : Rp. 0
6. Lokasi Penelitian (Lab/studio/lapangan)
Lokasi Penelitian dilakukan di Gedung GGM Kompleks Olahraga Dadaha Kota Tasikmalaya.
7. Instansi lain yang terlibat (jika ada dan uraikan apa kontribusinya)
7.1 KONI Kota Tasikmalaya memberikan dukungan / rekomendasi terhadap penggunaan sarana dan prasarana penelitian seperti penggunaan Gedung Generasi Muda, sound system, dan administrasi persuratan.
7.2 Pengcab IPSI Kota Tasikmalaya, sebagai induk organisasi olahraga prestasi pencak silat memberikan dukungan berupa penyediaan atlet, pelatih, dan wasit professional sebagai responden penelitian, selain itu memberikan dukungan penggunaan sarana dan prasarana seperti: Matras, Skoring Board untuk digunakan dalam penelitian.
8. Temuan yang ditargetkan (produk atau masukan untuk kebijakan)
Temuan yang ditargetkan berupa produk alat ukur model instrument tes, pengukuran, dan evaluasi atlet pencak silat berbasis computer.
9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu (uraikan tidak lebih dari 50 kata, tekankan pada gagasan fundamental dan orisinil yang mendukung pengembangan iptek)
vii
Dengan terbuatnya model instrument tes, pengukuran, dan evaluasi atlet pencak silat berbasis computer dapat digunakan sebagai pedoman, panduan bagi guru, pelatih, dan pembina pencak silat dalam upaya meningkatkan keterampilan teknik dan fisik. Dengan model instrument ini tidak ada lagi subjektifitas dalam merekrut pesilat untuk dijadikan tim (kontingen) atas dasar kedekatan.
10. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran (tuliskan nama terbitan berkala ilmiah internasional bereputasi, nasional terakreditasi, atau nasional tidak terakreditasi dan tahun rencana publikasi)
Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran : “Sport, Physical Education, Organization, Recreation and Training. S P O R T” jurnal Ilmiah Jurusan PJKR FKIP Universitas Siliwangi Ber ISSN rencana terbit tahun 2017.
11. Rencana luaran HKI, buku, purwarupa atau luaran lainnya yang tidak ditargetkan, tahun rencana perolehan atau penyelesaiannya
Rencana luaran lainnya berupa buku pedoman pelaksanaan “Model Instrument Tes, Pengukuran, dan Evaluasi Atlet Pencak Silat Berbasis Komputer.” Ber ISBN rencana terbit tahun 2017.
viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii PRAKATA ... iii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR BAGAN ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Tujuan Khusus Penelitian ... 4
1.3. Urgensi Penelitian ... 4
1.4. Target Temuan Penelitian ... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengembangan Instrumen ... 7
2.2. Konsep Variabel yang Diukur ... 9
2.3. Konstruk, Dimensi, dan Indikator Variabel ... 17
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT 3.1 Tujuan Penelitian ... 20
3.2 Manfaat Penelitian ... 21
BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1 Prosedur Pengembangan Instrumen ... 24
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
4.3 Metode Pengujian ... 24
4.4 Karakteristik Responden dan Teknik Pengambilan Sampel . 25 4.5 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 25
4.6 Kisi Kisi Instrumen ... 25
BAB 5 HASIL YANG DICAPAI 5.1. Hasil Telaah Pakar ... 27
5.2. Karakteristik Instrumen ... 28
5.2.1 Validitas Empirik Tahap Pertama dan Reliabilitas .. 5.2.2 Validitas Empirik Tahap Kedua dan Reliabilitas ... 5.3. Pembahasan Instrumen yang diharapkan ... 28
5.4. Pedoman Penggunaan Instrumen ... 28 BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
ix
DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN ...
x DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan.1.vvvv ...
xi DAFTAR TABEL
Halaman Tabel. 1. vvv ...
xii DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar. 1. vvv ...
xiii RINGKASAN
Pencak silat merupakan olah raga beladiri asli dari Indonesia, di ungkapkan oleh Dreager, Maryono dalam (Mulyana, 2014) pentjak-silat is certainly to be termed a
combative from indigenous to Indonesia. But it is a synthesis product, not purely autogenic endeavor. Semakin cepat perkembangan zaman, perkembangan pencak silat
pun semakin berkembang, dan menjadikan keaneka ragaman nomor-nomor pencak silat, semakin meluas. Berdasarkan buku (peraturan pencak silat, 2015, hlm, 1) dalam ranah prestasi kategori pertandingan pencak silat terdiri dari : 1. Kategori Tanding; 2. Kategori Tunggal ; 3. Kategori Ganda ; dan 4. Kategori Regu.
Seorang pesilat memperagakan kemahirannya dalam jurus tunggal baku secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan bersenjata (golok dan toya), serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku. Jurus tunggal terdiri dari 7 jurus tangan kosong, 4 jurus senjata golok, 3 jurus senjata toya dan total kesemua jurusnya adalah 14 jurus dengan total 100 gerakan.
Untuk menjadi pesilat yang unggul dan tangguh diperlukan pemahaman dan kemahiran dalam melakukan jurus-jurus baku. Karena itu diperlukan instrument tes, pengukuran dan evaluasi yang valid dan reliabel. Hingga saat ini instrument pemahaman dan kemahiran melakukan jurus dan keterampilan teknik belum dibuat secara resmi oleh PB IPSI, sehingga setiap paguron melakukannya sendiri. Dalam hal ini peneliti membuat penelitian yang terkait dengan instrument tes, pengukuran dan evaluasi bagi atlet pencak silat yang memiliki standar akademik.
Metode penelitian menerapkan metode penelitian pengembangan instrument. Wina Sanjaya (2013) mendifinisikan instrument penelitian adalah alat yang digunakan
xiv
untuk mengumpulkan data penelitian (tanpa instrument yang tepat penelitian tidak menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Subjek penelitian adalah pesilat di bawah binaan Pengurus Cabang IPSI Kota Tasikmalaya, untuk responden digunakan sebanyak 30 pesilat dari berbagai kelas dan kategori. Lokasi penelitian dilakukan di gedung generasi muda (GGM) komplek olahraga Dadaha Kota Tasikmalaya.
Luaran hasil penelitian berupa buku panduan instrument tes, pengukuran, dan evaluasi atlet pencak silat, diterbitkan Ber ISBN di tahun 2017. Luaran hasil penelitian dapat bermanfaat bagi guru Penjas, pelatih, dan atlet pencak silat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Pencak silat merupakan olah raga beladiri asli dari Indonesia, pada mulanya pencak silat diciptakan manusia untuk membela diri dari ancaman binatang buas. Menurut catatan sejarah, pencak silat berkembang di kawasan Indonesia seperti di ungkapkan oleh Dreager, Maryono dalam (Mulyana, 2014) pentjak-silat is certainly to be termed a combative from indigenous to Indonesia.
But it is a synthesis product, not purely autogenic endeavor. Selanjutnya Asikin,
Maryono (2014) dalam hasil penelitiannya memaparkan bahwa: “Pencak silat yang mengutamakan beladiri sebetulnya sejak dahulu sudah ada karena dalam mempertahankan kehidupannya manusia harus bertempur, baik manusia melawan manusia maupun melawan binatang buas”.
Semakin cepat perkembangan zaman, perkembangan pencak silat pun semakin berkembang, dan menjadikan keaneka ragaman nomor-nomor pencak silat, semakin meluas. Berdasarkan buku (peraturan pencak silat, 2014) dalam ranah prestasi kategori pertandingan pencak silat terdiri dari : 1. Kategori Tanding ; 2. Kategori Tunggal ; 3. Kategori Ganda ; dan 4. Kategori Regu.
Kategori tunggal adalah : kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan seorang pesilat memperagakan kemahirannya dalam jurus tunggal baku secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan bersenjata (golok dan toya), serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku. Jurus tunggal terdiri dari 7 jurus tangan kosong, 4 jurus senjata golok, 3
jurus senjata toya dan total kesemua jurusnya adalah 14 jurus dengan total 100 gerakan.
Pada kongres persilat tahun 1998, jurus tunggal baku ditetapkan menjadi salah satu kategori yang dipertandingkan. Jurus ini disusun oleh tim yang anggotanya terdiri dari pakar pencak silat dari empat negara pendiri persilat, yaitu: a. IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia)
b. PERSISI (Persekutuan Silat Singapura)
c. PESAKA (Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia)
d. PERSIB (Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalam).
Seluruh gerak yang terdapat di dalam jurus ini diharapkan dapat mewakili gerak pencak silat yang sudah disepakati sebagai beladiri asli dari kawasan Asia Tenggara.
Hasil penelitian Anting Dien Gristyutawati (2015) “upaya pencapaian prestasi yang maksimal, khusus pada cabang olahraga pencak silat kategori tunggal diperlukan faktor nilai kebenaran gerak, ketepatan, kemantapan dan penjiwaan” Dengan demikian penting kiranya untuk pembelajaran pencak silat kategori tunggal seperti kondisi di lapangan, berdasarkan buku peraturan (Pertandingan Pencak Silat, 2014), “kebenaran gerak merupakan nilai yang paling besar dalam kategori tunggal setelah ketepatan, mantap dan penuh penjiwaan”.
Pencak silat yang wujudnya merupakan peragaan dan latihan semua jurus dan teknik beladiri dilaksanakan secara utuh dan ekplisit dengan tujuan untuk memelihara atau meningkatkan kebugaran, ketangkasan dan ketahanan jasmani.
Pencak silat bertujuan sebagai sarana pendidikan jasmani antara lain, untuk mencapai kesehatan, rekreasi dan prestasi. (Anting Dien Gristyutawati, 2015).
Untuk menjadi pesilat perlu diuji baik aspek fisik, teknik, taktik maupun mental (Mulyana, 2014). Memenuhi hal tersebut alat ukur berupa tes, pengukuran, serta evaluasi. Namun demikian setiap paguron melakukan hal tersebut berbeda, tergantung kompetensi yang di ukurnya. Karena itu diperlukan instrument pengukuran yang baku, sehingga setiap paguron dapat melakukannya sesuai standar. Nurkancana (2012) dikutip oleh Zulkifli Matondang, (2015) menyatakan bahwa suatu alat pengukur dapat dikatakan alat pengukur yang valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Dalam hal validitas dan reliabilitas, tentunya dipengaruhi oleh (1) instrumen, (2) subjek yang di ukur, dan (3) petugas yang melakukan pengukuran. Dalam hal pengukuran, khususnya dalam pendidikan tentunya yang terpenting adalah informasi hasil ukur yang benar. Sebab dengan hasil ukur yang tidak atau kurang tepat maka akan memberikan informasi yang tidak benar, sehingga kesimpulan yang diambil juga tidak benar.
Hingga saat ini belum ada instrument baku untuk mengukur keterampilan teknik dan fisik bagi pesilat (Mulyana, 2014), karena itu perlu dibuat intrumen tes yang dapat digunakan oleh semua pelatih dan atlet pencak silat.
Berdasarkan uraian, peneliti memilih membuat model instrument tes, pengukuran dan evaluasi bagi atlet pencak silat. Dengan model instrument yang peneliti kembangkan dapat membawa kesamaan terhadap konsep dan tujuan dari intrument tes, pengukuran dan evaluasi atlet pencak silat.
1.2. Tujuan Khusus Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan khusus sebagai berikut :
1. Membuat model instrument tes, pengukuran, dam evaluasi atlet pencak silat.
2. Mensosialisasikan bentuk-bentuk tes dan pengukuran keterampilan teknik dan fisik atlet pencak silat.
3. Memberikan rekomendasi kepada guru penjas, pelatih pencak silat maupun “guru” padepokan pencak silat agar menggunakan model instrument tes, pengukuran dan evaluasi yang memiliki standar validitas dan reliabilitas yang baik.
1.3. Urgensi Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari pengembangan tes dan pengukuran keterampilan teknik dan kemampuan fisik atlet pencak silat yang dilakukan secara manual. Dengan menggunakan peralatan digital (computer) atlet pencak silat, maupun guru penjas dan pelatih dapat melihat secara langsung skor yang diperoleh setelah dilakukan tes dan pengukuran.
Suatu penelitian dibuat sebagai upaya mencari solusi strategis untuk mengendalikan permasalahan yang terjadi di masyarakat (padepokan) pencak silat, permasalahan kualitas atlet pencak silat sangat kompleks di Indonesia, ditambah dengan sangat sulit sekali menemukan model instrumen yang baku, sehingga hasil latihan tidak dapat secara langsung diukur dan dievaluasi.
Model instrument ini peneliti ciptakan dan diuji cobakan pada atlet tim inti cabang olahraga pencak silat (IPSI) pada PORDA XIII Kota Tasikmalaya dengan
jumlah responden sebanyak 30 pesilat. Dalam konteks inilah peneliti menganggap penelitian ini menemukan urgensinya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut (1) Bagi para atlet, sebagai pengetahuan dan informasi agar para altet lebih dapat mendalami serta menjiwai pencak silat sebagai warisan budaya bangsa dan turut dalam usaha pelestarian pencak silat. Bagi pelatih, sebagai pengetahuan serta informasi agar para pelatih dapat mengembangkan pencak silat dengan kemasan dan pola latihan yang lebih menarik agar masyarakat lebih dapat tertarik dengan pencak silat. (2) Bagi guru penjas dengan mengetahui lebih dalam apa itu pencak silat maka diharapkan para guru pendidikan jasmani turut ikut serta dalam pelestarian pencak silat sebagai warisan budaya bangsa Indonesia salah satunya dengan cara memberikan materi pencak silat dalam pengajarannya di sekolah sesuai dengan kurikulum yang ada. (3) Bagi pembaca, sebagai informasi dan pengetahuan bahwa pencak silat juga merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang patut untuk dilestarikan serta pencak silat juga memiliki banyak manfaat bagi kehidupan sehari-hari.
1.4. Target Temuan Penelitian
Target temuan hasil penelitian ini menghasilkan suatu model instrument tes, pengukuran dan evaluasi atlet pencak silat dengan menggunakan computer. Rencana target capaian hasil penelitian sebagaiman dalam tabel 1 berikut ini.
Tabel 1.1 Rencana Target Capaian Tahunan
No Jenis Luaran Indikator Capaian
Th1 Th2 Th3
1 Publikasi ilmiah Internasional V
Nasional Terakreditasi
2 Pemakalah dalam temu
ilmiah
Internasional
Nasional V
3 Invited Speaker dalam
temu ilmiah
Internasional Nasional 4 Visiting Lecturer Internasional
5 Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Paten Paten sederhana Hak Cipta V Merek Dagang Rahasia Dagang Desain Produk Industri Indikasi Geografis
Perlindungan Varietas
Tanaman
Perlindungan Topografi
Sirkuit Terpadu
6 Teknologi Tepat Guna
7 Model/Purwarupa/Desain Karya seni/ Rekayasa Sosial V
8 Buku Ajar (ISBN) V
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pengembangan Instrumen
Pada dasarnya Instrumen tes, pengukuran dan evaluasi pengembangan cabang olahraga pencak silat adalah untuk memberi pedoman dan arahan dalam menjaring calon atlet pada cabang pencak silat dengan karakteristiknya. Dimana dalam pencapaian prestasi dipandang perlu adanya misi dan visi yang sama agar proses pembinaan berjalan dengan lancar baik ditingkat daerah maupun ditingkat Nasional. Oleh karena itu pengembangan didasarkan kepada beberapa aspek yang diperlukan seperti 1). Aspek Antopometri, 2). Aspek Fisiologis dan 3). Aspek Keterampilan Dasar. Namun dari setiap aspek diatas terdapat berbagai macam tes yang memerlukan ketepatan pemilihan tes sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan yang diharapkan dalam penelitian ini.
Aspek antopometri menentukkan dimensi bagian-bagian tubuh, dimana hasil antropometri memberikan gambaran atau perkiraan tentang bentuk, besar dan komposisi tubuh baik dalam keadaan normal maupun dikaitkan dengan lainnya. Biasanya besaran-besaran atau angka-angka tersebut secara individual maupun dalam kelompok mempunyai arti yang penting dalam usaha peningkatan prestasi olahraga khususnya Pencak Silat. Pada aspek fisiologis pada cabang pencak silat yang dominan adalah disesuaikan sistem energi yang bekerja pada tiap katagori, untuk katagori tanding, kemampuan Anaerob lebih besar dari pada aerob dengan perbandingan kurang-lebih 60 : 40. Oleh sebab itu Komponen yang
diharapkan dimiliki pada katagori tanding adalah : Kecepatan, Reaksi, Kelincahan, Koordinasi, Kekuatan, Dayatahan dan ditunjang dengan komponen keseimbangan, kelentukkan, ketepatan. Untuk Katagori Tunggal dan Regu, sistem energi yang dibutuhkan antara anaerob dan aerob adalah 40 : 60, sehingga kemampuan Dayatahan, Stamina Power menjadi komponen penting. Sedang pada katagori Ganda sangat dibutuhkan komponen dayatahan, stamina, power, kecepatan reaksi, koordinasi dan kekuatan. Sedangkan aspek ketrampilan dasar yang dominan dimiliki atlet pencak silat, pada katagori tanding adalah Kemampuan Sikap pasang, Pola langkah, Tangkisan, Elakan, Serangan tangan, serangan kaki, menjatuhkan. Khusus untuk katagori ganda ditambah kuncian dan bukaan kuncian. Ketrampilan dasar yang dibutuhkan dalam pencak silat memang memiliki karakteristik tersendiri bila dibandingkan oleh cabang beladiri lainnya, mengingat Pencak Silat merupakan budaya bangsa, sehingga unsur „seni‟ dan „budaya‟ masih terus dipertahankan sesuai dengan katagorinya. Seorang pesilat tidak akan mendapat nilai dalam pertandingan bila tidak melalui proses sikap pasang, adanya pola langkah kemudian melakukan serang bela dan kembali kesikap pasang dalam satu rangkain yang tidak terpisahkan. Jadi aspek ketrampilan dasar tersebut menjadi mutlak dikuasai oleh calon pesilat agar dalam proses pembinaan ke tingkat yang lebih tinggi dapat berkesinambungan.
Dari paparan diatas peneliti mengambil beberapa item tes yang dijadikan instrumen atas hasil dari FGD (Focus Group Discussion) menyimpulkan bahwa tes yang digunakan untuk mengukur kondisi atlet pencak silat remaja sebagai berikut
Komponen Intrumen TES BIOMOTORIK
ANTROPOMETRI Indeks Massa Tubuh
Kecepatan 20 Meter
Kelincahan Lari Bolak balik (Stutle run)
Koordinasi mata tangan Koordinasi mata kaki
Memantulkan bola basket ke dinding Memantulkan bola sepak ke dinding
Kelentukkan Sit And Reach
Kekuatan Push Up
Power Lempar Bola Medicine (Shoot Put)
Dayatahan Aerob Multitahap
Anaerob Lari 300 Meter
TES KETRAMPILAN
Kemampuan Dasar Penampilan Ketrampilan Pencak Silat
Kecepatan Tendangan Tendangan sabit 10 detik (kanan dan kiri)
Tendangan lurus 10 detik (kanan dan kiri) Tendangan samping 10 detik (kanan dan kiri)
Kelincahan Tendangan Tendangan sabit kanan kiri 15 detik
Tendangan samping kanan kiri 15 detik
Koordinasi Tendangan Serangan beruntun selama 30 detik (solospel)
2.2. Konsep Variabel yang Diukur 2.2.1 Pencak Silat
Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela, mempertahankan, eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggal) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa. banyak manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran pencak silat, seperti pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotor (Mulyana, 2014). Salah satu hasil produk akulturasi dan asimilasi itu adalah unsur kebudayaan ilmu bela diri pencak silat, yang masyarakat setempat menyebutnya Maen Pukulan G.J. Nawi (2015).
Kemampuan kognitif berkembang sejalan dengan diberikan latihan-latihan konsep pencak silat, proses berpikir cepat dalam menghadapi permasalahan yang
segera dipecahkan dan pengambilan keputusan secara tepat dan akurat. (Marwan, 2014). Kemampuan afektif berkembang sejalan dengan diberikan latihan-latihan yang mengarah pada sikap sprotivitas, saling menghargai/menghormati sesama teman latih-tanding, disiplin, rendah hati sesuai dengan falsafah pencak silat dan masih banyak lagi sikap yang lainnya. Sedangkan kemampuan psikomotor berkembang sejalan dengan diberikannya latihan-latihan yang mengarah dengan aktivitas jasmani, seperti pembelajaran pencak silat yang dinamis, menantang dan menyenangkan.
Beberapa nilai positif yang diperoleh dalam pencak silat antara lain: percaya diri, melatih ketahanan mental, mengembangkan kewaspadaan diri, jiwa kesatria, serta disiplin dan keuletan yang lebih tinggi. Menanamkan nilai-nilai yang ada dalam pencak silat juga merupakan bagian dari pelestarian nilai-nilai budaya bangsa yang selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat sejak jaman dulu sampai sekarang. Selain kaya akan teknik-teknik perlindungan diri, pencak silat juga sarat akan nilai-nilai luhur.
Nilai-nilai luhur pencak silat terdiri dari 4 aspek, yaitu: (1) Aspek Mental Spiritual, (2) Aspek Olahraga, (3) Aspek Seni, (4) Aspek Beladiri. Dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pencak silat, diharapkan perguruan pencak silat yang ada benar-benar menjadi suatu lembaga pendidikan kependekaran yang menghasilkan manusia yang memiliki sifat dan sikap taqwa, tanggap, tangguh, tanggon dan trengginas.
Nilai-nilai luhur pencak silat terkandung dalam jati diri yang meliputi 3 hal pokok sebagai satu kesatuan, yaitu (1) Budaya Indonesia sebagai asal dan
coraknya. (2) Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaannya. (3) Pembinaan mental spiritual/budi pekerti, bela diri, seni dan olahraga sebagai aspek integral subtansinya. Pendidikan yang pada dasarnya adalah pembangunan sumber daya manusia. Pendidikan pencak silat yang berakar pada budaya Indonesia serta mencakup segi mental dan fisikal secara integral diharapkan dapat membentuk manusia seutuhnya yang berkualitas.
Pencak silat yang wujudnya merupakan peragaan dan latihan semua jurus dan teknik beladiri dilaksanakan secara utuh dan ekplisit dengan tujuan untuk memelihara atau meningkatkan kebugaran, ketangkasan dan ketahanan jasmani. Pencak silat bertujan sebagai sarana pendidikan jasmani antara lain, untuk mencapai kesehatan, rekreasi dan prestasi.
2.2.2 Instrumen Tes, Pengukuran, dan Evaluasi 2.2.2.1 Konsep Instrumen
Untuk mengukur suatu variabel diperlukan alat ukur yang biasa disebut instrumen. Djaali (2014) menyatakan bahwa secara umum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang karena memenuhi persyaratan akademis maka dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Selanjutnya dinyatakan bahwa pada dasarnya instrumen dapat dibagi menjadi dua macam, yakni tes dan non-tes. Yang termasuk kelompok tes, misalnya tes prestasi belajar, tes inteligensi, tes bakat; sedangkan yang termasuk non-tes misalnya pedoman wawancara, angket atau
kuesioner, lembar observasi, daftar cocok (check list), skala sikap, skala penilaian, dan sebagainya.
Dalam hal pengukuran, Weitzenhoffer (dalam Nur, 2014) menyatakan bahwa pengukuran sebagai suatu operasi yang dilakukan terhadap alam fisik oleh pengamat. Misalnya, ingin mengukur hasil belajar, intelegensi, sikap, motivasi berprestasi, dan sebagainya. Sekarang muncul suatu pertanyaan, yaitu apakah suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang hendak dan seharusnya diukur serta sejauh mana alat ukur tersebut dapat diandalkan dan berguna, sebenarnya menunjuk pada dua hal yang pokok, yaitu validitas dan reliabilitas. Nurkancana (2012) menyatakan bahwa suatu alat pengukur dapat dikatakan alat pengukur yang valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Dalam hal validitas dan reliabilitas, tentunya dipengaruhi oleh (1) instrumen, (2) subjek yang diukur, dan (3) petugas yang melakukan pengukuran. Dalam hal pengukuran, khususnya dalam pendidikan tentunya yang terpenting adalah informasi hasil ukur yang benar. Sebab dengan hasil ukur yang tidak atau kurang tepat maka akan memberikan informasi yang tidak benar, sehingga kesimpulan yang diambil juga tidak benar. Steven (dalam Nur, 2014) menyatakan bahwa pengukuran adalah pemberian angka atas objek atau kejadian sesuai dengan aturan. Dengan menitikberatkan pada alat ukurnya, maka dalam hal ini yang akan dibahas instrumen tes.
2.2.2.2. Pengertian Tes
Tes adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang distandardisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok untuk
dikerjakan, dijawab, atau direspon, baik dalam bentuk tertulis, lisan maupun perbuatan. Silvirius (2011) menyatakan bahwa tes adalah suatu prosedur sistematis untuk mengamati dan mencandrakan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan menggunakan skala numerik atau sistem kategori. Tes juga dapat diartikan sebagai alat pengukur yang mempunyai standar obyektif sehingga dapat dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Azwar (2013) menyatakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis, maksudnya (a) butir-butir dalam tes disusun menurut cara dan aturan tertentu, (b) prosedur administrasi tes dan pemberian angka (scoring) terhadap hasilnya harus jelas dan dispesifikasi secara terperinci, dan (c) setiap orang yang mengambil tes itu harus mendapat butir-butir yang sama dalam kondisi yang sebanding.
2.2.2.3. Validitas
Azwar (2013) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur. Suryabrata (2011) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan. Sudjana (2014) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Suatu tes yang valid untuk tujuan tertentu atau pengambilan keputusan tertentu, mungkin tidak valid untuk tujuan atau pengambilan keputusan lain. Jadi validitas suatu tes, harus selalu dikaitkan dengan tujuan atau pengambilan keputusan tertentu.
2.2.2.4.. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Nur (2014) menyatakan bahwa reliabilitas ukuran menyangkut seberapa jauh skor deviasi individu, atau skor-z, relatif konsisten apabila dilakukan pengulangan pengadministrasian dengan tes yang sama atau tes yang ekivalen. Azwar (2013) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan salah-satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Arifin (2012) menyatakan bahwa suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitan erat dengan masalah kekeliruan pengukuran. Kekeliruan pengukuran
sendiri menunjukkan sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang terhadap kelompok subyek yang sama. Sedangkan konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur berkaitan erat dengan kekeliruan dalam pengambilan sampel yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok yang berbeda.
Sudjana (2014) menyatakan bahwa reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama
2.2.2.5 Konsep Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran. Menurut Cangelosi (2015) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa,
mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2011) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.
2.2.2.6 Konsep Evaluasi
Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 2013). Menurut Stufflebeam, dkk (2011) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process
of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh,
dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Evaluasi menurut Kumano (2011) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (2015) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2011) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2012).
Arikunto (2015) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2013) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan program, sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil keputusan (Lehman, 2010).
2.3. Konstruk, Dimensi dan Indikator Variabel
Untuk mendapatkan kajian teori yang baik perlu diperkuat konstruk pemahaman yang didasarkan pada pengembanngan ilmu pengetahuan, oleh karena itu berdasarkan beberapa karya ilmiah terdahulu menjadi salah satu pengembangan dalam penelitian ini, adapun penelitian yang terkait dengan olahraga pencak silat telah dilakukan oleh peneliti terdahulu seperti Yusup Taujiri, Mulyana, Berliana pada tahun 2014 meneliti “Perbandingan Pengaruh Latihan Hexagon Drill Dengan Modifikasi Latihan Pancer Delapan Penjuru Mata Angin Terhadap Peningkatan Kelincahan Melakukan Tendangan Samping (T) Dalam Olahraga Pencak Silat”. Hasil penelitiannya mengungkapkan, “latihan modifikasi
pancer delapan penjuru mata angin lebih baik dari latihan hexagon drill dalam hal peningkatan kelincahan melakukan tendangan samping (T) dalam olahraga pencak silat.” Jurnal Kepelatihan Olahraga, UPI Bandung. Volume 4, No. 2, Desember 2012.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Arif Budi Raharjo, Eko Hariyanto, Sri Purnami, tahun 2014 yang meneliti, “Pengembangan Alat Scoring Counter Untuk Pertandingan Pencak Silat Dalam Kategori Tanding Untuk Wasit/ Juri Pencak Silat Universitas Negeri Malang.” Hasil penelitiannya, “Berdasarkan hasil penelitian, produk ini memiliki kelebihan ditinjau dari empat kriteria yaitu kegunaan, kemudahan, kemenarikan, dan keakuratan.” Jurnal Pendidikan Jasmani (ISSN 0853-5043) Volume 24, Nomor 1 (2014).
Periode Bidang Ilmu Bidang Kajian (1) (2) Hasil Penelitian (3) Advance Project (4) Luaran 1 Tahun Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (761) Pencak Silat: Model Instrumen Tes, Pengukuran dan Evaluasi Atlet Pencak Silat Berbasis Komputer
Pengembangan model peralatan
olahraga untuk menunjang aktifitas fisik dan kebugaran jasmani Peserta didik (Iis Marwan dan Nia Rohayati, 2016)
Topik : Pembuatan model Instrumen Tes, Pengukuran, dan Evaluasi Atlet Pencak Silat Berbasis Komputer Lokasi riset : Kota Tasikmalaya Metode: Kualitatif- Desain Penelitian Pengembangan (Reseach and Development) Terciptanya model Instrumen Tes, Pengukuran dan Evaluasi Atlet Pencak Silat Berbasis
Komputer.
AKADEMIK
Menghasilkan Kajian Baru
APLIKATIF
Menghasilkan Model Instrumen Tes,
Pengukuran dan Evaluasi Atlet Pencak Silat BASIC RESEARCH
(CONTEMPLATION, AND INTRODUCTION RESEARCH/OBSERVATION)
DREAM PERIOD
BASIC RESEARCH
(ONE STEP TO MODEL OUTPUT) :
(JOURNALS LITERATURE OR BOOKS LITERATURE)
ADVANCE RESEACH :
Terciptanya model tes, pengukuran, dan evaluasi Atlet Pencak Silat Berbasis Komputer
20 BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT 3.1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah serta kegunaan penelitian sebagaiamana diuraikan peneliti, maka tujuan penelitian ini peneliti rumuskan dalam beberapa hasil sebagai berikut:
1. Tujuan dari pengembangan instrumen tes, pengukuran dan evaluasi atlet pencak silat berbasis komputer ini dibuat sebagai upaya mencari solusi strategis untuk mengendalikan permasalahan yang terjadi di masyarakat (padepokan) pencak silat, permasalahan kualitas atlet pencak silat sangat kompleks di Indonesia, ditambah dengan sangat sulit sekali menemukan model instrumen yang baku, sehingga hasil latihan tidak dapat secara langsung diukur dan dievaluasi
2. Tujuan Operasional dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan instrumen tes, pengukuran dan evaluasi atlet pencak silat berbasis komputer
3. Tujuan Fungsional dari penelitian ini yaitu agar hasil dari penelitian dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh pelatih maupun atlet pencak silat atau perguruan/padepokan sebagai referensi dasar untuk mengambil kebijakan yang berhubungan dengan informasi hasil tes, pengukuran dan evaluasi cabang olahraga pencak silat.
4. Tujuan Individual adalah untuk menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, pengenalan dan pengamatan sebuah sistem tes pengukuran dan evaluasi atlet
21
pencak silat dengan menggunakan perangkat elektronik berbasis computer, sehingga hasilnya dapat diperoleh secara langsung.
5. Mengimplementasikan sistem pelaksanaan pengembangan tes pengukuran dan evaluasi atlet pencak silat dengan mengoptimalkan sistem penggunaan perangkat computer dalam mendukung perolehan data yang akurat.
3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan terutama bidang ilmu pengembangan tes pengukuran dan evaluasi keolahragaan. Sedangkan secara praktis hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
insan olahraga khususnya pelatih, atlet atau jajaran pengurus
padepokan/perguruan pencak silat.
3.3. Indikator Capaian Hasil Penelitian
Capaian hasil penelitian ini adalah:
1. Buku panduan instrument tes, pengukuran dan evaluasi atlet pencak silat Ber ISBN.
2. Terbit dalam jurnal ilmiah nasional Ber ISSN 3. Disosialisasikan dalam seminar nasional olahraga
3.4 Bagan Alir Penelitian (Fishbone Diagram)
Untuk menghasilkan inovasi iptek dalam bidang olahraga khususnya pencak silat diperlukan kerja nyata dari perguruan tinggi. Hasil latihan fisik dan teknik dapat diketahui perkembangannya melalui tes dan pengukuran. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut diperlukan instrument yang baku yang memiliki validitas dan reliabilitas berkategori sangat tinggi. Dengan adanya instrument
22
Guru Penjas; Pelatih; dan Atlet Pencak Silat memerlukan instrument baku untuk mengukur Kemampuan Teknik dan Fisik
Pembuatan instrument Tes, Pengukuran dan Evaluasi Atlet Pencak Silat Berbasis Komputer Sosialisasi dan Publikasi dalam Jurnal Ilmiah Serta Pembuatan Buku Panduan Ber ISBN
baku maka dapat digunakan oleh guru penjas, pelatih dan atlet pencak silat dari berbagai tingkat. Untuk maksud tersebut diperlukan upaya nyata membuat instrument tes, pengukuran dan evaluasi bagi atlet pencak silat yang ditunjang dengan peralatan yang modern berbasis komputer. (Thomas .J.P. & Nelson .J.K. 2011).
Merancang model instrument tes, pengukuran dan evaluasi atlet pencak silat berbasis computer adalah suatu desain yang memerlukan kerja nyata dari semua pihak yang terlibat didalamnya, Karena itu peneliti membuat bagan alir penelitian sebagai berikut:
Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian (Fishbone diagram)
Dari bagan alir penelitian tersebut di atas, peneliti jelaskan sebagai berikut: Tahun 2017:
1. Guru Pendidikan jasmani, pelatih dan atlet pencak silat memerlukan instrument untuk mengukur kemampuan fisik dan teknik yang baku. 2. Peneliti merancang dan membuat model instrument tes, pengukuran dan
evaluasi bagi atlet pencak silat sesuai dengan kaidah akademik.
23
3. Peneliti melakukan serangkaian uji coba dengan tahapan-tahapan metode pengembangan instrument.
4. Peneliti melakukan uji coba skala kecil terhadap atlet pada padepokan Perisai Diri Kota Tasikmalaya
5. Peneliti melakukan uji coba skala lebih luas terhadap atlet di bawah binaan Pengurus Cabang IPSI Kota Tasikmalaya
6. Melakukan Sosialisasi terhadap padepokan pencak silat dan guru pendidikan jasmani di Kota Tasikmalaya.
7. Publikasi pada Jurnal Ilmiah Nasional Tahun 2018
8. Pembuatan buku panduan “Model Instrumen Tes, Pengukuran, dan Evaluasi Atlet Pencak Silat Berbasis Komputer”
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 merupakan penelitian awal pembuatan model / desain instrument tes, pengukuran dan evaluasi atlet pencak silat yang dapat digunakan oleh pelatih maupun atlet serta guru pendidikan jasmani. Tahun 2018 penerbitan buku panduan Instrumen Tes, Pengukuran dan Evaluasi Atlet Pencak Silat Berbasis Komputer.
24 BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Metode dan Prosedur Pengembangan Instrumen
Metode penelitian ini menggunaka metode penelitian dan pengembangan atau disebut research and development (R&D). Educational Research and
Development biasa juga disebut Research Based Development. “ Educational Research and Development is a process used to develop and validate educational products” (Borg and Gall; 1989).
Penelitian dan Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Yang dimaksud dengan produk dalam konteks ini adalah membuat dan merancang instrument tes, pengukuran dan evaluasi atlet pencak silat.
Menurut Borg and Gall (1989), yang dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan adalah “a process used develop and validate educational
product”.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Gedung Generasi Muda (GGM) kompleks olahraga Dadaha Kota Tasikmalaya. Dipilihnya tempat dimaksud karena di gedung tersebut tempat berlatihnya padepokan pencak silat “Perisai Diri‟ dan atlet-atlet pencak silat yang di bina oleh Pengcab IPSI Kota Tasikmalaya untuk persiapan PORDA XIII tahun 2018.
25 4.2.2 Waktu Penelitin
Waktu pelaksanaan penelitian dimulai bulan Maret 2017 sampai bulan Agustus 2017 dan untuk penerbitan buku dilaksanakan pada tahun 2018.
4.3. Metode Pengujian
Menjelaskan prosedur statistik seperti validasi konsep melalui telaah pakar, penggunaan perhitungan statistik pengujian isntrumen
4.4 Karakeristik Responden dan Teknik Pengambilan Sampel
Karakteristik responden yang dijadikan perhatian peneliti adalah atlet pencak silat yang akan melaksanakan seleksi menjadi TIM Babak Kualifikasi PORDA XII Jawa Barat di bawah binaan Pengurus Cabang IPSI Kota Tasikmalaya, untuk responden digunakan sebanyak 30 pesilat dari berbagai kelas dan kategori. Dalam teknik pengambilan sampel peneliti mengerucutkan pengambilan sampel untuk dijadikan teste dengan menggunakan teknik purvosif
sampling dimana peneliti memilih responden berdasarkan pertimbangan tertentu
dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria yang dikehendaki dalam pengambilan sampel yaitu responden atau atlet yang mendapatkan ranking 3 besar putra dan 3 putri.
4.5 Kisi Kisi Instrumen
Komponen Intrumen
TES BIOMOTORIK
ANTROPOMETRI Indeks Massa Tubuh
Kecepatan 20 Meter
Kelincahan Lari Bolak balik (Stutle run)
Koordinasi mata tangan Koordinasi mata kaki
Memantulkan bola basket ke dinding Memantulkan bola sepak ke dinding
26
Kekuatan Push Up
Power Lempar Bola Medicine (Shoot Put)
Dayatahan Aerob Multitahap
Anaerob Lari 300 Meter
TES KETRAMPILAN
Kemampuan Dasar Penampilan Ketrampilan Pencak Silat
Kecepatan Tendangan Tendangan sabit 10 detik (kanan dan kiri)
Tendangan lurus 10 detik (kanan dan kiri) Tendangan samping 10 detik (kanan dan kiri)
Kelincahan Tendangan Tendangan sabit kanan kiri 15 detik
Tendangan samping kanan kiri 15 detik
27 BAB 5
HASIL YANG DICAPAI 5.1. Hasil Telaah Pakar
Telaah pakar secara kualitatif maupun kuantitatif mengenai analisis dan saran
5.2. Karakteristik Instrumen
Menyajika hasil pengujian validitas empirik dan perhitungan reliabilitas 5.2.1 Validitas Empirik Tahap Pertama dan Reliabilitas
5.2.2 validitas Empirik Tahap kedua dan Reliabilitas 5.3. Pedoman Penggunaan Instrumen
5.3.1. Tes Antropometri
Pengukuran komposisi tubuh pada calon atlet meliputi Pengukuran Indeks massa tubuh, dan Pengukuran lemak tubuh.
Pengkuran Indeks Masa Tubuh.
Tujuan : Untuk Mengetahui status Gizi calon atlet Pencak Silat. Fasilitas dan Alat : 1. Mengukur Tinggi Badan (meteran).
2. Mengukur Berat Badan (Timbangan). Petugas : 1. Pengukur Tinggi Badan.
` 2. Pengukur Berat Badan.
3. Pencatat Skor.
28 Pengukuran Tinggi Badan : Calon atlet berdiri tegak tanpa alas menghadap lurus
ke depan, Posisi kelapa tegak, pandangan mata horizontal. Kepala, bahu, siku, pinggul dan tumit menempel pada dinding. Kemudian diukur dari bawah sampai kepala.
Pengukuran Berat Badan : Peserta calon atlet berdiri di atas timbangan dengan
memakai baju seringan mungkin tanpa alas, untuk putra telanjang dada. Berat badan ditimbang dengan alat timbangan yang standart.
Penilaian : Skor tinggi badan dicatat dalam satuam cm, dengan ketelitian 0.1 cm.
Skor berat badan dicatat dalam satuam kg, dengan ketelitian 0.1 kg. Penilaian Indeks Massa Tubuh atau Body mass Index (BMI) dapat ditentukan dengan cara menggunakan rumus sebagai berikut :
BB (Kg) BMI = ________________ TB (m)2 Keterangan :
BMI : Body mass Index (Indek Masa Tubuh) BB (Kg) : Berat Badan dengan satuan kg.
TB (cm)2 : Tinggi badan dengan satuan M kuadrat
Contoh :
Berat badan 55 Kg, dan Tinggi Badan 1.65 M, maka Indeks masa tubuh (BMI) = 20.20
29
Tabel 1. Norma Persentasi Lemak Tubuh Calon Atlet Pencak Silat.
Katagori Skor Putra Putri
Kurang 1 < 5 % < 10 % Sangat Baik 5 5 – 10 % 10 – 15 % Baik 4 11 – 14 % 16 – 19 % Sedang 3 15 – 17 % 20 – 24 % Lebih 2 18 – 19 % 25 – 29 % Gemuk 1 > 20 % > 30 %
2.Tes Kemampuan Kecepatan
Tujuan : Untuk Mengetahui kemampuan kecepatan berlari calon atlet Pencak silat.
Fasilitas dan Alat : 1. Lintasan lari 20 meter. 2. Stop Watch.
3. Pluit/bendera.
Petugas : 1. Pengukur Waktu tempuh.
2. Pencatat Skor.
Pelaksanaan : Calon atlet berdiri di belakang garis start, dengan sikap star melayang, saat aba-aba „ya‟ calon berlari secepat-cepatnya sampai melewati garis finish.
Penilaian : Skor diperoleh dengan catatan waktu yang tercepat mulai dari aba-aba „ya‟ sampai finish, setiap calon diberi kesempatan 3 kali dan diambil waktu yang terbaik.
30
Gambar Tes Modifikasi Boormerang Run
3.Tes Kemampuan Kelincahan (lari Bolak-balik)
Tujuan : Untuk Mengetahui kemampuan kelincahan calon atlet Pencak silat. Fasilitas dan Alat : 1. Lintasan lari 5 x 5 meter.
2. Stop Watch. 3. Pluit/bendera.
Petugas : 1. Pengukur Waktu tempuh.
2. Pencatat Skor.
Pelaksanaan : Calon atlet berdiri di belakang garis start A, dengan sikap star melayang, saat aba-aba „ya‟ calon berlari secepat-cepatnya sampai melewati titik B, kembali ke titik A terus berlari ketitik B, (Sebanyak 3 kali dititk A dan 3 kali titik B)
Penilaian : Skor diperoleh dengan catatan waktu yang tercepat mulai dari aba-aba „ya‟ sampai finish, setiap calon diberi kesempatan 3 kali dan diambil waktu yang terbaik.
31
Gambar Tes Lari bolak balik (Stutle Run) Sumber (https://www.researchgate.net) Keterangan ; Pakai 5 meter
4. Tes Kemampuan Koordinasi Mata-Kaki
Tujuan : Untuk Mengetahui kemampuan koordinasi mata-kaki calon atlet Pencak silat.
Fasilitas dan Alat : 1. Lapangan berdinding
2. Stop watch
3. Bola sepak Petugas : 1. Pengukur Jarak.
2. Pencatat Skor.
Pelaksanaan : Koordinasi pengambilan datanya dengan mengukur kemampuan mengkoordinasi antara mata-kaki, dengan menggunkan soccer wall volley. Dimana testee melakukan tendangan bola ke dinding dengan sasaran dibuat pada dinding sepanjang 2.44 meter dengan tinggi 1.22 meter. Daerah pembatas untuk melakukan tendangan ditandai pada lantai dengan ukuran 3.65
32
meter x 4.23 meter didepan daerah sasaran, jarak menendang 1.83 meter. Tes dilakukan sebanyak 3 kali dengan masing-masing waktu selama 20 detik.
Penilaian : Skor dihitung dari semua tendangan yang berhasil dilakukan oleh testee dari semua tendangan yang berhasil dilakukan. Tes ini memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.61 dan validitas diasumsikan dengan face validity.. 1,22 m 2,44 m 1,83 m Subjek Area
Gambar lapangan Tes Koordinasi
5. Tes Kemampuan Koordinasi Mata-Tangan
Tujuan : Untuk Mengetahui kemampuan koordinasi mata-tangan calon atlet Pencak silat.
Fasilitas dan Alat : 1. Lapangan berdinding
2. Stop watch
3. Bola basket
Petugas : 1. Pengukur Jarak.
33
Pelaksanaan : Koordinasi pengambilan datanya dengan mengukur kemampuan mengkoordinasi antara mata-kaki, dengan menggunkan pass basket ball. Dimana testee melakukan lemparan bola ke dinding dengan sasaran Jarak 1.20 meter. Tes dilakukan sebanyak 3 kali dengan masing-masing waktu selama 20 detik.
Penilaian : Skor dihitung dari semua tendangan yang berhasil dilakukan oleh testee dari semua tendangan yang berhasil dilakukan. Tes ini memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.61 dan validitas diasumsikan dengan face validity.. 1,22 m 2,44 m 1,20 m Subjek Area
Gambar Lapangan tes koordinasi
6. Tes Kelentukkan (Duduk dan Jangkau)
Tujuan : Untuk Mengetahui kemampuan kelentukkan batang tubuh dan sendi panggul calon atlet Pencak silat.
Fasilitas dan Alat : Bangku berskla cm Petugas : 1. Pengukur Jarak.
34
2. Pencatat Skor.
Pelaksanaan : Calon atlet duduk dilantai dengan posisi kedua lutut lurus. Didepan alat sebuah bangku yang berskala cm. Kedua tangan dengan jari tangan lurus ke depan sejajar lantai. Kedua tangan dijulurkan ke depan secara perlahan-lahan sejauh mungin. Tes ini dilakukan dua kali secara berturut-turut.
Penilaian : Skor terbaik dari dua kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan cm. Hasil yang diperoleh dikonversikan pada tabel norma berikut. Norma Sit and Reach untuk usia 15-17 tahun
Katagori Usia Untuk Putra Usia Untuk Putri
15 16 17 15 16 17 Sangat baik > 18.0 >19.0 >19.5 >20 >21.0 >22 Baik 16.0– 17.5 17.0-18.5 17.0-19.0 17.0-19.5 18.0-20.5 19.0-21.5 Cukup 13.5– 15.5 14.0-16.5 14.5-16.5 14.0-16.5 16.0-17.5 17.0-18.5 Kurang 11.5-13.0 12.0-13.5 12.5-14.0 12.5-13.5 12.5-13.5 15.0-16.5 Sangat Kurang <11.0 <11.5 <11.5 <12.0 <13.0 <14.5
35
Gambar Tes Kelentukkan sit and reach Sumber (https://musculoskeletalkey.com)
7. Tes Kemampuan Power Lengan
Tujuan : Untuk Mengetahui kemampuan dayaledak otot lengan calon atlet Pencak silat.
Fasilitas dan Alat : 1. Bola Medicine 1 Kg/Bola basket.
2. Meteran.
Petugas : 1. Pengukur Jarak.
2. Pencatat Skor.
Pelaksanaan : Calon atlet duduk sejajar tembok dengan sikap kaki rileks dan punggung menempel pada dinding. Bola medicine dipegang dengan dua tangan berada di depan dada atlet, Kemudian melontarkan bola sejauh-jauhnya. Penilaian : Skor diperoleh dengan catatan jarak yang terjauh saat bola jatuh pertama kali dengan sauan cm, setiap calon diberi kesempatan 3 kali dan diambil jarak yang terbaik.
36
Gambar Tes Shoot put Sumber (http://www.zoggs.hu/)
8. Tes Kemampuan Kekuatan otot lengan (Push Up)
Tujuan : Untuk Mengetahui kemampuan kekuatan otot lengan calon atlet Pencak silat.
Fasilitas dan Alat : 1. matras. Petugas : 1. Pengawas.
2. Pencatat Skor.
Pelaksanaan : Calon atlet pada sikap telengkup dan menempatkan telapak tangan di lantai di bawah dada. Kemudian pada aba-aba „ya‟ calon melakukan push up dengan meluruskan lengan hingga lengan lurus dan seluruh tubuh tetap lurus. Gerakan dilakukan selama 30 detik sebanyak-banyaknya.
37
Penilaian : Skor diperoleh dengan banyaknya ulangan yng dilakukan oleh calon dan apabila siku tidak lurus lagi maka tidak dihitung pengulangannya. setiap calon diberi kesempatan 2 kali.
Gambar Test Push Up
Sumber (arkour.wikia.com/wiki/Push_Up)
9. Tes Lari Multitahap
Tujuan : Untuk mengukur kapasitas aerobik atau VO2max.
Fasilitas dan alat : 1. Meteran, 2)Lintasan yang datar, dan 3)Kaset Bleep tes dan tape recorder.
Pelaksanaan : Panjang lapangan 20 meter dan diberi tanda pada keujungnya, peserta tes lari menempuh jarak 20 meter setelah ada tanda „tut‟ dan kembali ke ujung stunya setelah tanda „tut‟ berikutnya. Kecepatan lari pada menit pertama disebut tahap I, kecepatan kedua tahap 2 dan seterusnya.
38
Masing-masing level berlangsung kurang lebih selama 1 menit dan rekaman pita berlangsung meningkat sampai ke tahap 21. Akhir setiap lari bolak-balik ditandai dengan sinyal „tut‟
Penilaian : Atlet melakukan semaksimal mungkin, jumlah terbanyak dari level dan balikan sempurna yang berhasil diperoleh dicatat sebagai peserta tes.
Gambar bleep tes
Sumber (http://www.ptgear.co.uk)
39 10. Pengukuran Anaerobik lari 300 Meter atau 400 meter.
Tujuan : Untuk mengukur kapasitas anaerobik.
Fasilitas dan alat : 1. Meteran. 2)Lintasan yang datar,dan 3)Stopwatch Pelaksanaan : Dengan menggunakan start melayang, setelah diberi aba-aba oleh petugas, peserta tes lari menempuh jarak 300 meter atau 400 meter secepatnya. Jarak disesuaikan pada kondisi setempat.
Penilaian : waktu yang tercepat selama menempuh jarak 300 meter atau 400 meter.
11. Instrumen Kemampuan Dasar Pencak Silat.
Tujuan : Untuk Mengetahui Penampilan ketrampilan pencak silat atlet (Untuk Teknik Tendangan Lurus, samping dan sabit)
Peralatan : 1. Sabuk/tali 2. Meteran
3. Tiang setinggi 2 meter (2buah)/diganti orang utk memegang. Petugas : 1. Pengukur ketinggian
2. Pencatat 3, Penjaga tiang.
Pelaksanaan : Atlet bersiap-siap berdiri di belakang sabuk dengan jarak 60 cm (putri) dan 90 cm (putra) secara horisontal dan dengan ketinggian 75 cm (putri) dan 100 cm (putra). Kemudian melakukan tendangan ditempat dimana teknik tendangan harus melewati sabuk/tali, tanpa menyentuh, setiap tendangan yang menyentuh sabuk/tali akan dikurangi 1. Setiap atlet melakukan tendangan secara
40
berturut-turut sebanyak 10 tendangan untuk kaki kanan dan 10 tendangn kaki kiri. Pelaksanaan dapat dilakukan 3 kali dan diambil nilai tertinggi.
Penilaian : Skor berdasarkan jumlah penampilan atlet berdasarkan kisi-kisi instrumen dan dikurangi nilai kesalahan dalam menendang bila menyentuh tali. Indikator dalam tes ini adalah : 1) Posisi Sikap pasang ;2)Angkatan ; 3)saat melepas tendangan/lintasan ; 4) kembali ke sikap pasang.
Kisi-kisi Instrumen Pengukuran Penampilan Ketrampilan Pencak Silat : No Indikator Tendangan Lurus/ samping/
Sabit 6 7 8 9 10
1 Posisi Sikap pasang (awal)
2 Lutut diangkat trelebih dahulu (lk 100 derajat)
3 Posisi badan saat angkatan kaki dalam keadaan seimbang
4 Melepaskan kaki dengan keadaan lurus
5 Posisi badan saat lepasan kaki dalam keadaan seimbang
6 Posisi kedua tangan merapat dengan
badan
7 Menarik kaki dengan lutut merapat (lk 1000)
8 Posisi badan saat lutut merapat
41
9 Posisi kedua tangan di depan dada
10 Kembali kesikap pasang dalam keadaan
seimbang
Tabel Penilaian :
Nama : ……… Umur : ……… Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Teknik Tendangan Lurus Ka. Lurus Ki Samping Ka Samping Ki Sabit Ka Sabit ki Nilai Pengurangan Total
(Penilai I) (Penilai II) (Penilai III)
Tabel 3. Penilaian Penampilan Ketrampilan Atlet yang disarankan
Katagori Putri Putra
Baik Sekali 80 – 100 85 – 100
Baik 71 – 79 74 – 84
Cukup 66 – 70 68 – 73
42
Kurang Sekali > 55 > 60
2. Pengukuran Kecepatan Tendangan Pencak Silat.
Tujuan : Untuk Mengetahui Kemampuan Kecepatan Tendangan pencak silat atlet (Untuk Teknik Tendangan Lurus, samping dan sabit)
Peralatan : 1. Sandsack (diharapkan 50 Kg)/target (Hand Box) 2. Meteran
3. Stop Watch
Petugas: 1. Pengukur ketinggian sandsack/target. 2. Pencatat waktu
3, Penjaga sandsack
Pelaksanaan : Atlet bersiap-siap berdiri di belakang sandsack/target dengan satu kaki tumpu berada dibelakang garis sejauh 50 cm (putri) 60 cm (putra). Pada saat aba-aba „Ya‟, atlet melakukan tendangn dengan kaki kanan dan kembali ke posisi awal dengan menyentuh lantai yang berada dibelakang garis, kemudian melanjutkan tendangn kanan secepat-cepatnya sebanyak-banyaknya selama 10
detik. Demikian juga dengan kaki kiri. Pelaksanaan dapat dilakukan 3 kali dan
diambil waktu yang terbaik dengan ketinggian Sandsack/target 75 cm (putri) dan 100cm (putra).
Penilaian : Skor berdasarkan waktu tercepat penampilan atlet Formulir Penilaian Kecepatan tendangan.
Nama : ……….. Umur : ………..
43
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Teknik Tendangan Lurus Ka. Lurus Ki Samping Ka Samping Ki Sabit Ka Sabit ki Penampilan 1 Penampilan 2 Penampilan 3
(Penilai I) (Penilai II) (Penilai III) Tabel 4. Penilaian Kecepatan Tendangan Ketrampilan Atlet
Katagori Putri Putra
Baik Sekali > 24 > 25
Baik 19 – 23 20 - 24
Cukup 16 – 18 17 - 19
Kurang 13 – 15 15 – 16
Kurang Sekali < 12 <14
3. Pengukuran Kelincahan Tendangan Pencak Silat. Untuk Teknik Tendangan Sabit
Tujuan : Untuk Mengetahui Kemampuan Kecepatan Tendangan pencak silat atlet.
Peralatan: 1. Sandsack (diharapkan 50 Kg)/target (Hand Box) 2. Meteran
44
3. Stop Watch
Petugas: 1. Pengukur ketinggian sandsack/target. 2. Pencatat waktu
3, Penjaga sandsack
Pelaksanaan : Atlet bersiap-siap berdiri di belakang sandsack/target dengan kedua kaki berada ditengah-tengah garis. Pada saat aba-aba „ya‟ Atlet melakukan tendangn sabit kanan dengan melompat, dimana kaki kiri sebagai kaki tumpu berada di sebelah garis kanan, kemudian melakukan sabit kiri dengan kaki kanan sebagai kaki tumpu yang berada di sebelah garis kiri. Setiap atlet melakukan sebanyak 5 tendangan kaki kanan dan 5 tendangan untuk kaki kiri secepat-cepatnya secara bergantian. Pelaksanaan dilakukan 3 kali dan diambil waktu yang terbaik dengan ketinggian sandsack dengan ketinggian 75 cm (putrid) dan 100 cm (putra).
Penilaian: Skor berdasarkan waktu tercepat penampilan atlet
Untuk Tendangan Samping
Tujuan : Untuk Mengetahui Kemampuan Kecepatan Tendangan pencak silat atlet
Peralatan: 1. Sandsack (diharapkan 50 Kg)/target (Hand Box) 2. Meteran
3. Stop Watch
Petugas: 1. Pengukur ketinggian sandsack/target. 2. Pencatat waktu
45
3, Penjaga sandsack
Pelaksanaan: Atlet bersiap-siap berdiri di belakang sandsack/target dengan kedua kaki berada ditengah-tengah garis. Pada saat aba-aba „ya‟ Atlet melakukan tendangn samping kanan dengan melompat, dimana kaki kiri sebagai kaki tumpu berada di sebelah garis kanan, kemudian melakukan samping kiri dengan kaki kanan sebagai kaki tumpu yang berada di sebelah garis kiri sebanyak-banyaknya selama 15 detik. Pelaksanaan dilakukan 3 kali dan diambil waktu yang terbaik dengan ketinggian sandsack dengan ketinggian 75 cm (putri) dan 100 cm (putra). Jarak antara target dengan target sepanjang 200-210 cm yang berada di sebelah kiri dan kanan pesilat. (lihat gambar)
Penilaian : Skor berdasarkan waktu tercepat penampilan atlet
Formulir Penilaian Kelincahan tendangan.
Nama : ……….. Umur : ……….. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Teknik Tendangan Sabit
Ka Sabit Ki Samping Ka Samping Ki Waktu Penampilan 1 - - Waktu Penampilan 2 - - Waktu Penampilan 3 - - Waktu Terbaik - -
46
(Penilai I) (Penilai II) (Penilai III) Tabel 5. Penilaian Kelincahan Tendangan Ketrampilan Atlet
Katagori Putri Putra
Baik Sekali > 28 > 30
Baik 23 – 27 25 – 29
Cukup 18 – 22 20 – 24
Kurang 14 – 17 15 – 18
Kurang Sekali < 13 < 14
4. Pengukuran Koordinasi Tendangan Pencak Silat.
Tujuan : Untuk Mengetahui Kemampuan Koordinasi Tendangan Dan pukulan pencak silat atlet.
Peralatan : 1. Sandsack (diharapkan 50 Kg)/target (Hand Box) 2. Meteran
3. Stop Watch
Petugas : 1. Pengukur ketinggian sandsack/target.
2. Pencatat waktu
3, Penjaga sandsack
Pelaksanaan: Atlet bersiap-siap berdiri di belakang sandsack/target dengan kedua kaki berada ditengah-tengah garis. Pada saat aba-aba „ya‟ Atlet melakukan tendangan dan pukulan ke arah sandsack/target pada sasaran bidang setinggi 15 cm, selama 30 detik sebanyak-banyaknya. Pelaksanaan dilakukan 3 kali dan
47
diambil waktu yang terbaik dengan ketinggian sandsack dengan ketinggian 75 cm (putri) dan 100 cm (putra).
Penilaian: Skor berdasarkan jumlah serangan tangan dan kaki selama 30 detik yang mengenai sasaran.
Formulir Penilaian Koordinasi tendangan dan pukulan. Nama : ……….. Umur : ……….. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Penampilan/teknik Serangan Tangan Serangan Tungkai/kaki
Penampilan 1 Penampilan 2 Penampilan 3 Jumlah
(Penilai I) (Penilai II) (Penilai III)
Tabel 6. Penilaian Koordinasi Tendangan dan Pukulan Ketrampilan Atlet
Katagori Putri Putra
Baik Sekali > 40 > 50
Baik 35 - 39 40 - 49
Cukup 29 - 34 36 - 39
Kurang 23 - 28 30 - 35
49 BAB 6
50 BAB 7