• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN DALAM PERAWATAN PASIENNYA. (Analisis Kasus No. 3344/Pid.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN DALAM PERAWATAN PASIENNYA. (Analisis Kasus No. 3344/Pid."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN DALAM PERAWATAN PASIENNYA

(Analisis Kasus No. 3344/Pid.B/2006/PN Mdn)

IYAN TRI PANGALOAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRAKSI

Profesi bidan sebagai salah satu profesi tenaga kesehatan adalah merupakan salah satu profesi yang sangat dibutuhkan masyarakat. Karena ketika ia memberikan pelayanan kesehatan khususnya kepada ibu hamil, tidak hanya satu nyawa yang bergantung padanya. Akan tetapi nyawa ibu dan anak yang dikandungnya. Seringkali dalam menjalankan prakteknya bidan melakukan kesalahan yang mengakibatkan dampak yang negatif kepada pasiennya. Hal ini lah yang menjadi dasar untuk menuntut bidan dengan tuduhan malpraktek.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan. Penelitian ini disebut juga penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu penelitian yang menganalisis berdasarkan hukum yang tertulis dalam buku.

Malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya kelalaian, kurangnya pengetahuan, faktor ekonomi, rutinitas,dan juga perubahan hubungan antara bidan dengan pasien. Untuk dapat mencegah terjadinya malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan tidak memberikan jaminan atau garansi akan keberhasilan usahanya, dalam melakukan tindakan harus ada informed consent, mencatat semua tindakan kedalam rekam medik, dan lain-lain.

Untuk menentukan kriteria terjadinya tindakan malpraktek yang dilakukan oleh bidan terdapat pendapat beberapa sarjana yang dapat dijadikan acuan. Sedangkan mengenai penyelesaian tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh bidan yang telah masuk ke pengadilan, semua tergantung kepada pertimbangan hakim yang menangani kasus tersebut untuk menentukan apakah kasus yang ditanganinya termsuk kedalam malpraktek atau tidak. Atau apakah si pelaku dapat dimintai pertanggung jawaban secara pidana atau tidak.

Melakukan malpraktek yuridis (melanggar hukum) berarti juga melakukan malpraktek etik (melanggar kode etik). Sedangkan malpraktek etik belum tentu merupakan malpraktek yuridis. Apabila seorang bidan melakukan malpraktek etik atau melanggar kode etik. Maka penyelesaian atas hal tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan yaitu IBI. Dan pemberian sanksi dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku didalam organisasi IBI tersebut. Sedangkan apabila seorang bidan melakukan malpraktek yuridis dan dihadapkan ke muka pengadilan. Maka IBI

(2)

melalui MPA dan MPEB wajib melakukan penilaian apakah bidan tersebut telah benar-benar melakukan kesalahan. Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi bukan karena kesalahan atau kelalaian bidan, dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi, maka IBI melalui MPA wajib memberikan bantuan hukum kepada bidan tersebut dalam menghadapi tuntutan atau gugatan di pengadilan.

1.Pendahuluan

Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan kumpulan-kumpulan peraturan-peraturan tertulis atau kaidah-kaidah dalam suatu masyarakat sebagai susunan sosial, keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan memberikan sanksi bila dilanggar. Tujuan pokok dari hukum ialah menciptakan suatu tatanan hidup dalam masyarakat yang tertib dan sejahtera didalam keseimbangan-keseimbangan. Dengan terciptanya ketertiban didalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi.1

Oleh karena itu, setiap kesalahan yang diperbuat oleh seseorang, tentunya harus ada sanksi yang layak untuk diterima si pembuat kesalahan, agar terjadi keseimbangan dan keserasian didalam kehidupan sosial.

Untuk mengatur kehidupan masyarakat diperlukan kaidah-kaidah yang mengikat setiap anggota masyarakat agar tidak terjadi kejahatan dan pelanggaran terhadap ketertiban umum agar masyarakat dapat hidup damai, tenteram dan aman.

Sedangkan menurut Veronica, malpraktek medik adalah kesalahan dalam menjalankan profesi medis yang tidak sesuai dengan standar profesi medis dalam menjalankan profesinya.5

(3)

Banyak persoalan malpraktek, atas kesadaran hukum pasien diangkat menjadi masalah pidana. Menurut Maryanti, hal tersebut memberi kesan adanya kesadaran hukum masyarakat terhadap hak-hak kesehatannya.6

Bidan sebagai salah satu profesi yang termasuk dalam tenaga kesehatan seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, tentu tidak lepas dari permasalahan ini.

Pasien yang datang untuk mendapatkan perawatan dari seorang bidan tentu saja mengharapkan dengan kemampuan dan pengetahuannya di bidang kesehatan, bidan tersebut dapat membantunya untuk memperbaiki kesehatannya. Bagi ibu atau wanita hamil yang datang untuk mendapatkan perawatan dari seorang bidan tentu saja mengharapkan agar bidan tersebut dapat membantunya melahirkan tanpa ada suatu hal yang tidak diharapkan untuk terjadi yang dapat membahayakan kesehatan dari sang ibu atau bayinya.

Namun seringkali terjadi dalam prakteknya, perawatan atau tindakan yang dilakukan oleh bidan terhadap pasiennya justru menimbulkan akibat atau dampak yang negatif bahkan membahayakan kesehatan sang pasien. Misalnya perawatan atau tindakan yang dilakukan oleh bidan untuk membantu seorang ibu atau wanita yang hamil justru mengakibatkan sang ibu atau sang bayi menjadi cacat. Pasien yang mengalami hal ini, tentu saja merasa dirugikan akibat perbuatan yang dilakukan oleh bidan tersebut. Hal inilah yang seringkali dijadikan dasar untuk menuntut bidan dengan alasan malpraktek.

(4)

2. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi mengenai penyelesaian tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh bidan ini penulis melakukan penelitian hukum normatif yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan. Penelitian ini disebut juga dengan penelitian doktrinal (doktrinal research), yaitu penelitian yang menganalisis berdasarkan hukum yang tertulis dalam buku. Selain itu penulis juga menganalisis sebuah kasus yang berkaitan dengan malpraktek yang dilakukan oleh bidan.

Pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsep, teori dan doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian pendahulu yang berhubungan dengan telaahan penelitian ini, juga dapat berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya.

Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi: 1. Bahan hukum primer, yaitu KUHP, Undang-Undang No.8 tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, dan Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

(5)

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti pendapat dari kalangan pakar hukum dan buku-buku mengenai malpraktek dan kebidanan.

3.Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Kriteria Penilaian Terjadinya Malpraktek Yang Dilakukan Oleh Bidan Perbedaan mendasar antara tindak pidana biasa dengan tindak pidana medis terletak pada fokus tindak pidana tersebut. Fokus tindak pidana biasa terletak pada akibat dari tindak pidana, sedangkan pada tindak pidana medis fokusnya pada sebab/kausa dari tindak pidana.50

Begitu banyak kasus malpraktek yang diajukan ke pengadilan, akan tetapi banyak juga kasus-kasus tersebut yang kandas atau tidak dijatuhi hukuman ataupun pidana oleh pengadilan. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya pandangan yang salah terhadap timbulnya tuntutan malpraktek dari masyarakat.

Apabila dipilih cara litigasi atau melalui proses peradilan, maka pasien atau penggugat dapat mengajukan gugatannya dipengadilan negeri di wilayah kejadian, dapat dengan menggunakan kuasa hukum (pengacara) ataupun tidak. Hal-hal yang sering dijadikan dasar dalam menggugat bidan secara perdata adalah:

a. wanprestasi (Pasal 1371 KUHPerdata)

b. perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata)

c. kelalaian sehingga menimbulkan kerugian (Pasal 1366 KUHPerdata) Dalam proses peradilan perdata umumnya ingin dicapai suatu putusan tentang kebenaran suatu gugatan berdasarkan bukti-bukti yang sah dan kemudian putusan tentang jumlah uang ganti rugi yang layak dibayar oleh

(6)

tergugat kepada penggugat apabila gugatan yang diajukan dapat dibuktikan. 1. Kasus

Kronologis Perkara

Terdakwa Afrina Br. Sembiring telah didatangi saksi korban Henny Vivi Yulianty bersama adik saksi korban di Klinik Bersalin Sari Buana milik terdakwa di Jl. Setia Budi Medan pada pukul 09.00 WIB dengan mengatakan bahwa saksi korban sudah ada tanda-tanda akan melahirkan. Kemudian terdakwa memeriksa kesehatan pasien dan bayinya yang pada waktu itu kondisi kesehatan saksi korban Henny Vivi Yulianty dan bayinya dalam keadaan sehat, kemudian terdakwa ketahui bahwa bukaan jalan lahir bayi saksi korban sebesar 3 cm dan diperkirakan masih lama lagi. Lalu terdakwa menyarankan saksi korban untuk jalan-jalan disekitar klinik kurang lebih lima menit. Kemudian sekitar pukul 13.00 terdakwa memberi infus Deatrose 5 % sebanyak 500 cc untuk menambah tenaga,pemasangan infus tersebut telah disetujui oleh saksi korban Henny Vivi Yulianty dan menurut pengakuan saksi korban, saksi Hastaricka alias Adek, saksi Yusrah Nasution, dan saksi Denny Armaya alias Deni, 10 menit kemudian saksi korban di SINTO (obat perangsang untuk cepat melahirkan) melalui jarum infus yang dilakukan oleh terdakwa.

Kemudian pada pukul 17.00 WIB jalan lahirnya sudah lengkap 10 cm dan disitulah saksi korban Henny Vivi Yulianty melahirkan dengan kondisinya ketika itu agak lemah dan saksi korban Henny Vivi Yulianty melahirkan dalam keadaan normal tanpa menggunakan ekstraksi Vakum dan juga tidak dengan dioperasi lalu 10 menit kemudian keluar urinya.

(7)

sedikit dari vagina saksi korban Henny Vivi Yulianty dan pada pukul 20.00 terdakwa melihat saksi korban agak gelisah dan lemah dan perutnya agak kembung dan ketika terdakwa mengukur tekanan darah menunjukan 70/50 MMHg. Kemudian ibu saksi korban memberitahukan kepada terdakwa bahwa telah terjadi pendarahan banyak dari vagina saksi korban, namun terdakwa mengatakan “Jangan Cemas” dan membiarkannya begitu saja, lalu keluarga saksi korban bersikeras agar saksi korban dibawa ke Rumah Sakit untuk ditangani lebih intensif, lalu terdakwa menyarankan untuk dirujuk ke Rumah Sakit Vina Estetica. Waktu itu pihak keluarga saksi korban yaitu bapak saksi korban meminta ke Rumah Sakit Tentara, namun terdakwa menyarankan kepada mereka, saksi agar dirujuk ke Rumah Sakit Vina Estetica karena Dr.Jhon Robert Simanjuntak, SpOG sebagai Dokter Konsul terdakwa bisa menangani pasien di Rumah Sakit Vina Estetica dan kemudian terdakwa menghubungi Dr. Jhon Robert Simanjuntak, SpOG melalui Hp nya bahwa terdakwa membawa saksi korban ke Rumah Sakit Vina Estetica.

Kemudian pada malam itu juga sekitar pukul 20.00 WIB terdakwa bersama keluarga saksi korban membawa saksi korban ke Rumah Sakit Vina Estetica di Jl. Iskandar Muda Medan.

Setibanya di Rumah Sakit Vina Estetica adalah sekitar pukul 20.30 WIB dan selanjutnya saksi lorban ditangani oleh pihak Rumah Sakit Vina Estetica sampai dirinya ditangani oleh Dr. Jhon Robert Simanjutak, SpOG.

Sesuai dengan Resume Medik Rumah Sakit Vina Estetica tanggal 5 Agustus 2004 yang ditandatangani oleh Dr. Jhon Robert Simanjuntak, SpOG selaku dokter yang

(8)

merawat saksi korban dan R. Sinaga, Bsc,SE selaku Direktur Umum, bahwa pada tanggal 1 Juli 2004 telah dilakukan operasi buka perut (laparatomi) yang dijumpai robekan rahim dan robekan dinding kemaluan bagian atas dan dijumpai jaringan nekrotik, diputuskan untuk penggangkatan rahim.

Dakwaan:

Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang mendakwa terdakwa sebagai berikut: Pertama:

Bahwa dia terdakwa Afrina Br. Sembiring pada hari Kamis tanggal 01 Juli 2004 sekira pukul 16.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan April tahun 2006, bertempat di Klinik Bersalin Sari Buana Jl. Setia Budi No.106 Tanjung Sari Medan atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk daerah Hukum Pengadilan Negeri Medan, dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2).

Keterangan Terdakwa:

Terdakwa Afrina Br. Sembiring, pada pokoknya didepan persidangan menerangkan sebagai berikut:

- Bahwa terdakwa mengaku ketika dimintai keterangan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani ketika memberikan keterangan sehubungan dengan adanya pengaduan Henni Vivi Yulianty.

- Bahwa terdakwa mengaku dan membenarkan dirinya yang menangani proses persalinan pasien Henni Vivi Yulianty ketika melahirkan anak pasien yang ketiga pada hari kamis, tanggal 01 Juli 2004 sekitar pukul 15.30 di Klinik Bersalin Sari Buana Jl. Setia Budi No. 106 Tanjung Sari Medan.

(9)

- Bahwa terdakwa mengaku dirinya tidak ada hubungan famili atau keluarga dengan korban Henni Vivi Yulianty.

- Bahwa terdakwa mengaku kondisi kesehatan Henni Vivi Yulianty dan bayi dalam kandungannya ketika dirinya memeriksakan kepada terdakwa dalam keadaan sehat-sehat saja.

- Bahwa terdakwa mengaku ketika hendak menangani persalinan Henni Vivi Yulianty dirinya tidak ada mengkonsulkan kepada Dokter konsul klinik

terdakwa dan kebetulan Dokter konsul terdakwa di klinik Bersalin Sari Buana adalah Dr. Jhon Robert Simanjuntak Sp.OG.

- Bahwa terdakwa mengaku Henni Vivi Yulianty melahirkan anaknya yang ketiga di Klinik miliknya tersebut dengan keadaan normal dengan berat 3,9 Kg dan tinggi 50 cm, namun setelah melahirkan terdakwa mengaku Henni Vivi Yulianty mengalami pendarahan pervagina.

- Bahwa terdakwa mengaku selanjutnya pasien Henni Vivi Yulianty dirujuk ke Rumah Sakit Vina Estetica pada hari kamis, yanggal 01 Juli 2004 sekitar pukul 17.00 WIB dengan keluhan pendarahan pervagina, dan setelah dioperasi oleh Dr. Jhon Robert Simanjuntak Sp.OG. barulah diketahui penyebab terjadinya pendarahan pervagina tersebut karena robeknya rahim dari Henni Vivi Yulianty dan itu diketahui terdakwa karena terdakwa sendiri langsung melihat jalannya operasi tersebut.

- Bahwa terdakwa mengaku tindakan yang dilakuka oleh Dr. Jhon Robert Simanjuntak Sp.OG guna penyelamatan jiwa Henni Vivi Yulianty adalah dengan cara mengangkat rahim Henni Vivi Yulianty tersebut.

(10)

untuk cepat melahirkan) kepada pasien Henni Vivi Yulianty.

- Bahwa benar terdakwa meminta uang sebanyak Rp.250.000,- untuk biaya melahirkan.

Barang Bukti: Nihil Surat :

1. Resume Medik RSU Vina Estetica Medan yang ditandatangani oleh Dr. Jhon Robert Simanjuntal Sp.OG dan Direktur Umum RSU Vina Estetica R. Sinaga Bsc. SE.

2. Resume Medik Klinik Sari Buana yang ditandatangani oleh Afrina. 3. Surat Keterangan Kelahiran dari Klinik Bersalin Sari Buana.

4. Surat Keterangan Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan No.440/4286/IV/2006.

5. Surat Izin Praktik Bidan Afrina Br. Sembiring tanggal 27 Februari 2002 yang berakhir tanggal 27 Februari 2004.

6. Surat Izin Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Swasta yang diberikan kepada Afrina Br. Sembiring pada tanggal 11 April 2002 yang berlaku sampai tanggal 11 April 2004.

Amar Putusan:

Menyatakan bahwa terdakwa Afrina Br. Sembiring tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tidak pidana: “Melakukan tindakan medik tidak sesuai dengan ketentuan”.

Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan, denda Rp.500.000 (lima ratus ribu rupiah) subsidair 1 (satu) bulan kurungan.

(11)

Menetapkan masa penahan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Memerintahkan agar barang bukti berupa: Nihil

Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 1000,-.

4.Kesimpulan

Untuk menentukan kriteria terjadinya tindakan malpraktek yang dilakukan oleh bidan terdapat pendapat beberapa sarjana yang dapat dijadikan acuan. Sedangkan mengenai penyelesaian tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh bidan yang telah masuk ke pengadilan, semua tergantung kepada pertimbangan hakim yang menangani kasus tersebut untuk menentukan apakah kasus yang ditanganinya termsuk kedalam malpraktek atau tidak. Atau apakah si pelaku dapat dimintai pertanggung jawaban secara pidana atau tidak. Melakukan malpraktek yuridis (melanggar hukum) berarti juga melakukan malpraktek etik (melanggar kode etik). Sedangkan malpraktek etik belum tentu merupakan malpraktek yuridis. Apabila seorang bidan melakukan malpraktek etik atau melanggar kode etik

. Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi bukan karena kesalahan atau kelalaian bidan, dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi, maka IBI melalui MPA wajib memberikan bantuan hukum kepada bidan tersebut dalam menghadapi tuntutan atau gugatan di pengadilan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Chrisdiono M, 1996, Melindungi Pasien dan Dokter, Jakarta:Widya Medika Amir, Amri, 1997, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Jakarta: Widya Medika

Chazawi, Adami,2001, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa,Jakarta:Raja Grafindo Persada

Guwandi ,J, 1993, Tindakan Medik dan Tanggung Jawab Produk Medik, Jakarta: FK-UI Guwandi ,J, 1999, Kelalaian Medik, Jakarta: FK-UI

Isfandyarie,Anny,2005, Malpraktek Dan Resiko Medik Dalam Kajian Hukum Pidana, Jakarta: Prestasi Pustaka

Mariyanti, Ninik,1988, Malpraktek Kedokteran Dari Segi Hukum Pidana Dan Perdata, Jakarta: Bina Aksara

Hanafiah, M.Yusuf dan Amri Amir, 1997, Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Kedokteran EGC

Koeswadji, Hermien Hadiati,1998, Hukum Kedokteran (Study Tentang Hubungan

Hukum Dalam Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak), Bandung: Citra Aditya Bakti

Nasution, Bahder Johan, 2005, Hukum Kesehatan Pertanggung Jawaban Dokter, Jakarta: Rineka Cipta

Ohoiwutun, Triana Y.A, 1997, Bunga Rampai Hukum Kedokteran, Malang:Bayumedia Satyo, Alfred C, 2004, Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan dan Profesi Dokter, Medan: USU Press

Sofyan, Mustika,dkk,2007, Bidan Menyongsong Masa Depan,Jakarta: PP IBI

Soeparto, Pitono,dkk, 2008, Etik Dan Hukum Dibidang Kesehatan, Surabaya: Airlangga University

Supriadi, Wila Chandrawila, 2001, Hukum Kedokteran, Bandung: Mandar Maju PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP) Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Bank Mandiri ini adalah meletakkan dasar-dasar hukum bahwa setiap orang dapat menjadi subjek tindak pidana korupsi dan terhadap tindak pidana yang terjadi dalam bidang

Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini yaitu Bagaimana Pengaturan tindak pidana aborsi di Indonesia, Bagaimana Pertanggung

Adapun perbedaan dari Penulisan Hukum/Skripsi ini adalah pada pengkhususan penulis untuk mengkaji bentuk perlindungan saksi korban tindak pidana Kekerasa Dalam

penulisan hukum/skripsi ini, yang penulis beri judul “Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Desersi Oleh Militer”.. Penulisan hukum/skripsi ini diajukan

Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini yaitu Bagaimana Pengaturan tindak pidana aborsi di Indonesia, Bagaimana Pertanggung

Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini yaitu Bagaimana Pengaturan tindak pidana aborsi di Indonesia, Bagaimana Pertanggung

Setelah memperhatikan beberapa pendapat diatas, maka penulis mendefinisikan tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan pidana,

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimana Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Turut Serta Melakukan Tindak