• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan dasar pengetahuan mengenai variabel-variabel yang terkait

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan dasar pengetahuan mengenai variabel-variabel yang terkait"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan untuk bahan acuan dan pertimbangan yang dapat memberikan dasar pengetahuan mengenai variabel-variabel yang terkait dengan komunikasi dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan. Berikut ini adalah tabel penelitian terdahulu:

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No Penelitian

Terdahulu

Uraian 1. Peneliti Supriyanto dan Stela (2020)

Variabel Komunikasi, K3 (Keselamatan & Kesehatan Kerja), Kinerja Karyawan

Alat Analisis Regresi linear berganda Hasil

Penelitian

Secara parsial komunikasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Secara parsial K3 (Keselamatan & Kesehatan Kerja) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Dan secara bersama – sama (simultan) komunikasi dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. Karyaindo Sejatitama Kec. Suku Tengah Lakitan Ulu Terawas Kab. Musi Rawas.

2. Peneliti Irawan (2020)

Variabel Keselamatan dan kesehatan kerja (K3), Motivasi, Kinerja karyawan

Alat Analisis Regresi linear berganda Hasil

Penelitian

Keselamatan kesehatan kerja secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan. Motivasi secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan. Variabel independen keselamatan kesehatan kerja, dan motivasi secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen kinerja karyawan PT. Sumber Rubberindo Jaya.

3. Peneliti Desani et al. (2019)

Variabel Komunikasi, Komitmen, Kinerja Karyawan Alat Analisis Regresi linear berganda

Hasil Penelitian

Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel komunikasi secara parsial berpengaruh signifikan

(2)

terhadap kinerja karyawan. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel komitmen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Dan pengujian secara simultan variabel bebas komunikasi (X1) dan komitmen (X2) secara bersama berpengaruh signifikan terhadap kinerja (Y) pada PT. Garuda Mesin Agri.

4. Peneliti Wibowo dan Gregorius (2019)

Variabel Keselamatan dan kesehatan kerja (K3), Lingkungan Kerja, Kinerja Karyawan

Alat Analisis Regresi linear berganda Hasil

Penelitian

Keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan kerja berpengaruh positif secara parsial terhadap kinerja karyawan. Dan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Perusahaan Tom,s Silver Yogyakarta.

5. Peneliti Kamsanuddin dan Eris (2018)

Variabel Keselamatan dan kesehatan kerja (K3), Komunikasi Interpersonal, Kinerja Karyawan

Alat Analisis Regresi linear berganda Hasil

Penelitian

Terdapat pengaruh yang signifikan antara keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan. Terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi interpersonal terhadap kinerja karyawan. Dan terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan komunikasi interpersonal terhadap kinerja karyawan pada PT. Pardic Jaya Chemicals.

6. Peneliti Rahman dan Arik (2018)

Variabel Kepemimpinan, Komunikasi, dan Kinerja Karyawan Alat Analisis Regresi linear berganda

Hasil Penelitian

Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Komunikasi organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Dan kepemimpinan dan komunikasi organisasi berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan PT. Jatim Times Network Malang.

7. Peneliti Nisak, et al. (2017)

Variabel Keselamatan dan kesehatan kerja (K3), Lingkungan Kerja, Kinerja Karyawan

Alat Analisis Regresi linear berganda Hasil

Penelitian

Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan, Lingkungan Kerja berpangaruh terhadap Kinerja Karyawan,

(3)

sedangkan secara simultan menunjukkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan Lingkungan Kerja Berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan.

8. Peneliti Nuswatoro, et al. (2013)

Variabel Kepemimpinan, Komunikasi, kesejahteraan dan Kinerja Karyawan

Alat Analisis Regresi linear berganda dan Regresi Moderasi Hasil

Penelitian

Kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja. Komunikasi tidak berpengaruh terhadap kinerja. Kesejahteraan berpengaruh terhadap kinerja. Kesejahteraan tidak memoderasi pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja. Kesejahteraan tidak memoderasi pengaruh komunikasi terhadap kinerja. Sumber: Jurnal penelitian

Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu dari adalah sama-sama menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Selain itu, ada kesamaan terkait variabel terikat yakni kinerja karyawan. Perbedaaan penelitian yang sekarang dengan penelitian yang terdahulu yaitu terdapat penelitian terdahulu yang tidak hanya menggunakan variabel komunikasi dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) divariabel bebasnya. Selain itu ada perbeda pada lokasi dan subjek, penelitian ini dilakukan pada PT.PLN (Persero) ULP Limboto yang berada di Provinsi Gorontalo. Subjek dalam penelitian ini yaitu karyawan pelayanan teknik.

B. Tinjauan Pustaka 1. Kinerja

a. Pengertian kinerja karyawan

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai setiap perusahaan dimana pun, karena kinerja mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya. Selain itu, tujuan utama evaluasi kinerja adalah memotivasi karyawan untuk

(4)

mencapai tujuan organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditentukan untuk menghasilkan perilaku dan hasil yang diharapkan. Kinerja (Performance) merupakan hasil seseorang menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan persyaratan-persyaratan pekerjaan (Bangun, 2012).

Menurut Mangkunegara (2016), definisi kinerja adalah hasil kerja secara kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan oleh karyawan sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Menurut Wibowo (2011), kinerja mengacu pada pekerjaan dan hasil yang diperoleh dari pekerjaan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksansakan tugas sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan dan tanggung jawab yang diberikan perusahaan.

b. Tujuan dan manfaat penilaian kinerja

Menurut Bangun (2012), evaluasi kinerja suatu perusahaan memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1) Evaluasi antar individu

Evaluasi kinerja dapat bertujuan untuk mengevaluasi kinerja setiap orang dalam organisasi.

2) Pengembangan diri setiap individu

Setiap individu didalam organisasi harus dinilai kinerjanya, kinerja yang buruk harus dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan.

(5)

3) Pemeliharaan sistem

Tujuan pemeliharaan sistem akan membawa banyak manfaat, antara lain pengembangan perusahaan, evaluasi pencapaian tujuan, perencanaan sumber daya manusia, dan identifikasi kebutuhan pengembangan organisasi, dan peninjauan sistem sumber daya manusia.

4) Referensi

Manfaat evaluasi kinerja terkait dengan pengambilan keputusan manajemen sumber daya manusia, kepatuhan hukum terhadap manajemen sumber daya manusia, dan sebagai kriteria untuk pengujian efektivitas.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Menurut Mangkunegara (2016), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain:

1) Faktor kemampuan. Karyawan harus diberikan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya (the right man in pleace, the man on the right job). Kinerja yang diharapkan akan lebih mudah dicapai.

2) Faktor motivasi. Motivasi merupakan kondisi yang dapat menggerakan karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja dapat mendorong kinerja yang baik.

(6)

d. Indikator kinerja karyawan

Penilaian kinerja karyawan, standar pekerjaan harus dapat diukur dan dipahami secara jelas melalui indikator Bangun (2012), yaitu: 1) Kuantitas pekerjaan

Menunjukan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu atau kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan. 2) Kualitas pekerjaan

Karyawan harus memenuhi persyaratan tertentu agar dapat menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan kualitas yang dituntut dalam sebuah pekerjaan tertentu.

3) Ketepatan waktu

Jenis pekerjaan tertentu harus diselesaikan tepat pada waktunya, karena memiliki ketergantungan atas pekerjaan lainnya. Artinya, melakukan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

4) Kehadiran

Ada pekerjaan yang menuntut kehadiran karyawannya untuk mengerjakan sesuai waktu yang ditetapkan perusahaan. Artinya, kinerja karyawan ditentukan oleh tingkat kehadiran karyawan dalam bekerja.

5) Kemampuan kerja sama

Pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh dua orang atau lebih, sehingga membutuhkan yang namanya kerja sama antar karyawan. Artinya, bisa bekerja sama atau bekerja dalam tim.

(7)

2. Komunikasi

a. Pengertian komunikasi dalam organisasi

Komunikasi dalam suatu organisasi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana untuk berinteraksi dalam suatu organisasi. Komunikasi sendiri merupakan bagian dari organisasi untuk membantu kelangsungan kegiatan organisasi. Menurut Bangun (2012), Komunikasi organiasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses penyampaian informasi antar individu dan kelompok tentang pekerjaan dalam organisasi. Komunikasi organisasi diartikan sebagai petunjuk dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara satu dengan yang lainnya lain (Pace dan Don, 2015).

Menurut Subkhi dan Mohammad (2016), komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan organisasi dalam kelompok formal maupun kelompok informal. Kelompok formal sifatnya beorientasi pada kepentingan organisasi sedangkan informal berorientasi kepada anggotanya secara individual.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian ide–ide dan informasi berupa perintah dan petunjuk untuk mengerjakan suatu pekerjaan dari seorang pimpinan kepada karyawan atau para bawahannya untuk melaksanakan tugas-tugas kerja dengan sebaik– baiknya (Hamali, 2016). Komunikasi dilakukan agar tidak

(8)

mengakibatkan kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan sehingga tujuan organisasi bisa tercapai.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi merupakan suatu proses penyampaikan pesan atau informasi dalam organisasi baik itu antar individu atau kelompok. Jika terjadi kesalahan dalam interpretasi pesan maka akan berpengaruh pada tujuan organisasi. Sehingga sumber daya manusia yang ada dituntut untuk mengerti dan memahami dalam melaksanakan tugas-tugas yang di informasikan atau diberikan kepadanya.

b. Fungsi komunikasi dalam organisasi

Menurut Firmansyah & Syamsudin (2016), ada 4 fungsi komunikasi didalam sebuah organisasi:

1) Sebagai informasi. Komunikasi membantu proses penyampaian informasi yang diperlukan individu atau kelompok untuk dapat mengambil keputusan.

2) Sebagai kendali. Komunikasi dapat mengendalikan perilaku individu dalam beberapa cara, setiap organisasi mempunyai wewenang dan dan peraturan yang harus dipatuhi oleh karyawan. 3) Sebagai motivasi. Komunikasi membantu perkembangan motivasi

dengan menjelaskan pada karyawan tugas yang harus mereka laksanakan untuk memperbaiki kinerja yang berada di bawah standar.

4) Pengungkap emosional. Bagi sebagian komunitas, mereka memerlukan interaksi sosial, komunikasi yang terjadi di dalam komunitas itu merupakan cara individu untuk menunjukkan rasa kekecewaan dan rasa puas.

(9)

c. Komunikasi horizontal

Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar, antara anggota staf dengan anggota staf atau karyawan sesama karyawan (Effendy, 2017). Adapun tujuan komunikasi horizontal dalam sebuah organisasi menurut Masmuh (2010) diantaranya sebagai berikut: 1) Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja.

2) Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan. 3) Untuk memecahkan masalah.

4) Untuk memperoleh pemahaman bersama.

5) Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan. 6) Untuk menumbuhkan dukungan antarpersonal.

d. Indikator komunikasi horizontal

Mengukur komunikasi horizontal menggunakan 3 indikator dari Effendy (2017) sebagai berikut:

1) Interaksi

Interaksi antar karyawan sangat dibutuhkan. Interaksi dapat dilakukan dengan cara berkomunikasi dalam penyelesaian pekerjaan, sehingga terbentuk hubungan kerjasama dengan begitu pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.

2) Penyampaian informasi

Perlu untuk menyampaikan informasi. Penyampain informasi ini sangat penting dalam pekerjaan. Bentuk penyampaian informasi bisa menjadi pekerjaan yang harus dilakukan.

(10)

3) Sarana pemecahan masalah

Diskusi antar karyawan akan membuat mereka bertukar pikiran untuk memahami penyebab masalah, dan bagaimana menyelesaikannya. Melalui diskusi antar karyawan, karyawan dapat lebih mudah menyelesaikan masalah yang muncul di tempat kerja. 3. Keselamatan dan kesehatan erja (K3)

a. Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja wajib dilaksanakan disetiap perusahaan baik itu perusahaan kecil maupun besar. Pada dasarnya setiap perusahaan pasti memiliki zona bahaya untuk memastikan karyawannya merasa nyaman selama bekerja di perusahaan. Oleh karena itu, pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat penting untuk diterapkan di perusahaan. Keselamatan kerja menunjukkan keadaan yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan, atau kerugian di tempat kerja. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja (Mangkunegara, 2016).

Sedangkan menurut Rivai dan Ella (2011), K3 mengacu pada kondisi fisiologis-fisik dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja. Dengan melakukan berbagai tindakan K3 dapat mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan kerja.

(11)

Menurut Sinambela (2016), keselamatan dan kesehatan kerja adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun di sebuah lokasi proyek.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya yang dilakukan perushaan untuk melindungi dan mencegah karyawan terhadapa adanya kecelakaan yang diakibatkan oleh aktivitas kerja.

b. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Dijelaskan oleh Marwansyah (2010), pengertian manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dijabarkan sebagai berikut: “Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian dari keseluruhan sistem manajemen perusahaan, termasuk didalamnya struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko aman, efisien, dan produktif.”

c. Manfaat melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Menurut Sinambela (2016), Keselamatan dan kesehtan kerja penting untuk moral, legalitas, dan status keuangan. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman setiap saat. Dengan

(12)

melaksanakan K3, organisasi akan mendapatkan manfaat berupa tempat kerja yang aman dan sehat, sehingga dapat melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak terorganisir dan banyak terdapat bahaya, maka kerusakan dan penyakit tak terhindarkan, mengakibatkan berkurangnya produktivitas dan hilangnya pendapatan. Dapat diambil garis besar bahwa apabila suatu organisasi melakukan berbagai tindakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan efektif, maka dapat dipastikan akan berkurangnya karyawan yang akan menderita cidera atau penyakit jangka pendek maupun jangka panjang.

Menurut Bangun (2012), Tujuan dari sistem keselamatan dan kesehtan kerja adalah suatu tindakan organisasi untuk mengurangi atau menghilangkan resiko kecelakaan (zero accident) yang dialami anggota organisasi untuk mencapai keamanan dan kenyamanan kerja. Berdasarkan Peraturan Mentri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996 pasal 2, sebagai tujuan dan sasaran dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Dengan melaksanakan K3, akan memiliki manfaat baik untuk perusahaan maupun para pekerja. Khususnya bagi para pekerja mereka

(13)

akan merasa aman dan nyaman bekerja sehingga produktivitas kerja akan meningkat. Selain itu, terciptanya hubungan yang harmonis antar karyawan dengan perusahaan, dan komitmen karyawan terhadap perusahaan semakin tinggi.

d. Indikator keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Indikator keselamatan kerja menurut Moenir (2009), dapat dilihat dari lingkungan kerja secra fisik antara lain:

1) Penempatan benda

Penempatan barang atau benda sehingga tidak menimbulkan bahaya atau mencelakakan orang-orang yang berada di tempat kerja. 2) Alat perlindungan

Perlindungan untuk karyawan atau pekerja yang melakukan pekerjaan berbahaya atau memiliki resiko kecelakaan, dengan cara memberikan alat-alat perlindungan yang sesuai dan baik.

3) Penyediaan perlengkapan

Penyediaan perlengkapan yang dapat digunakan sebagai alat pencegahan, pertolongan dan perlindungan. Perlengakapan pencegahan seperti: alat pemadam kebakaran dan kotak P3K. 4) Program sosialisasi

Penyediaan program sosialisasi mengenai pencegahan kecelakaan yang diberikan perusahaan terhadap karyawan atau pekerja.

(14)

Menurut Manullang (2015), indikator kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

1) Lingkungan kerja secara medis

Dalam hal ini lingkungan kerja secara medis dapat dilihat dari sikap perusahaan dalam menangani hal-hal seperti kebersihan lingkungan kerja.

2) Sarana kesehatan tenaga kerja

Berbagai upaya dari perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dari tenaga kerjanya. Dapat dilihat dari sarana yang diberikan

3) Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja. yaitu memberikan pelayanan kesehatan kepada tenaga kerja.

C. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan komunikasi terhadap kinerja karyawan

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian ide–ide dan informasi berupa perintah dan petunjuk untuk mengerjakan suatu pekerjaan dari seorang pimpinan kepada karyawan atau para bawahannya untuk melaksanakan tugas-tugas kerja dengan sebaik–baiknya (Hamali, 2016). Penciptaan komunikasi yang baik antar pemimpin dengan karyawan atau karyawan dengan karyawan akan menghasilkan kinerja yang baik. Adanya komunikasi proses penyampaian ide atau informasi yang berupa perintah dan petunjuk untuk melaksanakan tugas akan tersampaikan dengan baik hal ini tentu akan berdampak baik pada hasil pekerjaan karyawan. Diperkuat dengan adanya penelitian yang telah dilakukan, oleh Supriyanto dan Stela

(15)

(2020); Desani et al., (2019); Kamsanuddin dan Eris (2018); Rahman dan Arik (2018), menunjukan bahwa komunikasi memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

2. Hubungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja Keselamatan kerja menunjukkan keadaan yang aman atau selamat dari penderitaan, kerugian, atau kerusakan di tempat kerja. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, rasa sakit, atau emosi yang disebabkan oleh lingkungan kerja (Mangkunegara, 2016). Adanya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam perusahaan akan meminimalisi resiko kecelakaan kerja Berdasarkan Peraturan Mentri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996 pasal 2, sebagai tujuan dan sasaran dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Dengan melaksanakan K3, akan memiliki manfaat baik untuk perusahaan maupun para pekerja. Khusus bagi para pekerja mereka akan merasa aman dan nyaman bekerja sehingga produktivitas kerja akan meningkat. Diperkuat dengan adanya penelitian yang telah dilakukan, oleh Supriyanto dan Stela (2020); Irawan (2020); Kamsanuddin dan Eris (2018); Wibowo dan

(16)

Gregorius (2019), menunjukan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

3. Hubungan komunikasi dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan

Komunikasi dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di dalam perusahaan sangatlah penting. Supriyanto dan Stela (2020), mengatakan bahwa dalam mencapai kinerja yang baik ada beberapa unsur yang mendukung antara lain variabel komunikasi dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Dengan adanya komunikasi yang baik antar karyawan penyampaian informasi mengenai pekerjaan akan terlaksanakan dengan baik dan dengan melaksanakan K3 pekerja akan merasa aman dan nyaman dalam bekerja sehingga produktivitas kerja akan meningkat.

Komunikasi dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan. Diperkuat dengan adanyan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Supriyanto dan Stela (2020); Kamsanuddin dan Eris (2018), menunjukan bahwa secara bersama-sama (simultan) komunikasi dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.

D. Kerangka Pikir

Kerangka piker dalam penelitian ini ingin melihat pengaruh komunikasi dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan. Kinerja karyawan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator kinerja karyawan menurut Bangun (2012), ada 5 indikator yang digunakan dalam

(17)

kinerja karyawan yaitu: kuantitas pekerjaan, kualitas pekerjaan, ketepatan waktu, kehadiran dan kemampuan dalam bekerja sama.

Komunikasi yang diteliti dibatasi pada komunikasi horizontal. Indikator komunikasi horizontal menurut Effendy (2017), ada 3 indikator yang digunakan yaitu interaksi, penyampaian informasi, dan pemecahan masalah. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diukur dengan menggunakan indikator keselamtan menurut Moenir (2009), yaitu: Lingkungan kerja secara fisik Indikator kesehatan menurut Manullang (2015), yaitu: Lingkungan kerja secara medis, sarana kesehatan tenaga kerja, dan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disusun suatu kerangka pikiran terkai Komunikasi sebagai (𝑋1), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebagai (𝑋2), dan Kinerja Karyawan sebagai (Y). Kerangka pikir ini digunakan untuk membahas tentang pengaruh komunikasi dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan.

Keterangan Gambar:

: Berpengaruh secara parsial : Berpengaruh secara simultan

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Komunikasi (𝑿𝟏)

Kinerja Karyawan (Y) Keselamatan dan

(18)

Berdasarkan kerangka pikir yang ada dapat diketahui bahwa komunikasi, dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebagai variabel independen (bebas) dan kinerja karyawan sebagai variabel dependen (terikat).Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat.

E. Hipotesis

Berdasarkan rumusan penelitian dan kerangka pikir, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian Supriyanto dan Stela (2020); Desani et al., (2019); Kamsanuddin dan Eris (2018); Rahman dan Arik (2018), menunjukan bahwa komunikasi memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, maka dinyatakan sebagai berikut:

H1 = Komunikasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. 2. Berdasarkan hasil penelitian Supriyanto dan Stela (2020); Irawan (2020); Kamsanuddin dan Eris (2018); Wibowo dan Gregorius (2019), menunjukan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, maka dinyatakan sebagai berikut:

H2 = Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

3. Berdasarkan hasil penelitian Supriyanto dan Stela (2020); Kamsanuddin dan Eris (2018), menunjukan bahwa komunikasi dan keselamatan dan

(19)

kesehatan kerja (K3) memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, maka dinyatakan sebagai berikut:

H3 = Komunikasi dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

4. Berdasarkan hasil penelitian Supriyanto dan Stela (2020), menunjukan bahwa komunikasi paling berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Karena nilai koefisien beta komunikasi sebesar (0,331) lebih besar dari nilai K3 yaitu sebesar (0,212). Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, maka dinyatakan sebagai berikut:

H4 = Komunikasi merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Gambar

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu  No  Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Komunikasi (

Referensi

Dokumen terkait

1) Para migran cenderung memilih tempat tinggal terdekat dengan daerah tujuan.. 2) Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi adalah

dalam rangkaian acara yang digelar hingga 12 Februari ini juga terdapat prosesi pengangkatan jabatan yang dilakukan langsung oleh Dirut Sumber Daya Manusia

Kinerja Individu pengguna Core Banking System di Bank BPD Bali. Hal ini berarti semakin tinggi faktor kemanfaatan Core Banking System maka menghasilkan kinerja individu yang

Irfan Prasatya adalah praktisi yang sangat berpengalaman di bidang Leadership, HRD dan Service Excellence selama lebih dari 20 tahun, Berbagai posisi manajerial di

Menurut Sedarmayanti (2009:21), lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disektiar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara

Hal tersebut menunjukkan bahwa pada perlakuan P1, suhu termostat lebih cepat panas daripada perlakuan P2 dan suhu termostat juga lebih cepat panas pada perlakuan P3

Dana dari rights issue akan digunakan untuk membiayai investasi membangun pembangkit listrik, dermaga, dan jalan tol.. Perusahaan akan membatasi ekspansi

Vitaloka Nuristyana (2014) telah dibuat suatu tugas akhir dengan judul pencarian lokasi tambal ban berbasis android dan penelitian yang diajukan ini topik objeknya