• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN RISIKO PADA INDUSTRI NASIONAL SEBAGAI MASUKAN UNTUK PROGRAM PLTN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN RISIKO PADA INDUSTRI NASIONAL SEBAGAI MASUKAN UNTUK PROGRAM PLTN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 1979-1208 68

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN RISIKO PADA

INDUSTRI NASIONAL SEBAGAI MASUKAN UNTUK

PROGRAM PLTN

Dharu Dewi

Pusat Pengembangan Energi Nuklir – BATAN, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, email: dharu_dewi@batan.go.id

ABSTRAK

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN RISIKO PADA INDUSTRI NASIONAL SEBAGAI MASUKAN UNTUK PROGRAM PLTN. Penerapan sistem manajemen risiko sangat penting

dilakukan oleh pihak industri nasional, berkaitan dengan kinerja industri dalam pengurangan risiko saat melaksanakan strategi efisiensi, peningkatan kapasitas produksi, pengembangan hasil produk dan restrukturisasi industri. Keberhasilan program PLTN tergantung keberhasilan kinerja industri dalam proses manufaktur dan pemasokan komponen/material. Metodologi dilakukan dengan survei ke industri nasional, konsultasi dengan narasumber, dan kajian literatur terkait dengan dokumen manajemen risiko. Tujuan studi mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi pada industri nasional serta upaya pengelolaan risiko untuk meminimalkan risiko. Hasil menunjukkan bahwa risiko potensial industri mencakup risiko kapasitas produksi, perubahan nilai tukar mata uang, kualifikasi sumber daya manusia, perubahan harga material, perubahan suku bunga bank, harus dipertimbangkan dan dikaji secara rinci. Pengelolaan risiko manajemen industri nasional harus berkesinambungan agar implementasi manajemen risiko dapat efektif dan efisien. Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi masukan berharga kepada para pengambil keputusan dan pemangku kepentingan terkait dengan program PLTN di Indonesia.

Kata kunci: Program PLTN, industri manufaktur, industri jasa konstruksi, kunjungan teknis,

risiko, manajemen risiko, risiko potensial

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF RISK MANAGEMENT SYSTEM IN THE NATIONAL INDUSTRIES AS AN INPUT TO THE NUCLEAR POWER PROGRAM. Implementation of

risk management system is very important to be done by national industries, in relation to the industries performance in reducing risks the might arise in the implementation of strategy for efficiency, increasing production capacity, development of product and restructurization of industries. The success of NPP program depends on the success of national industries performance in manufacturing process and in supplying of NPP material/component. The methodology was done by survey national industries, consultation with expert, and literature studies on the related document of management risk. The purpose of study is to identify risks that can occur on the national industries as well as risk management eforts to minimize the risks. The result showed that potential risk in the manufacturing and construction industries might cover production capacity, foreign exchange rate, human resources qualification, material price, interest rate must be considered and studied in detail. The risk of national industries management must be carried out continously to get the risk of management implementation which is effective and efficient manner. The result of this study is expected to be a valuable input to the decision makers and stakeholders due to NPP program in Indonesia.

Keywords: NPP Program, manufacturing industries, civil/constrution industries, technical visit,

(2)

ISSN 1979-1208 69

1. PENDAHULUAN

Sesuai dengan perencanaan program Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia, maka dilakukan persiapan sistem manajemen proyek khususnya sistem manajemen risiko proyek konstruksi. Ada beberapa risiko konstruksi yang dapat timbul, salah satu diantaranya adalah keterlambatan pasokan material. Oleh karena itu, salah satu sistem yang harus diperhatikan adalah penerapan sistem manajemen risiko pada industri nasional itu sendiri. Keberhasilan konstruksi PLTN sangat ditunjang oleh kemampuan industri nasional dalam manufakturing dan pemasokan komponen/material. Kinerja industri dinilai dari minimalnya risiko yang timbul. Hal ini tergambar dari strategi industri dalam meningkatkan efisiensi, kapasitas produksi, kualitas produksi, dan restrukturisasi industri yang berakibat pada pengurangan pengeluaran biaya dan pencegahan kegagalan teknis.

Metode penelitian dilakukan dengan melakukan survei/kunjungan teknis ke beberapa industri nasional, konsultansi teknis dengan nara sumber, kajian literatur dan penelusuran website. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui risiko yang terjadi pada industri nasional sehingga risiko yang terjadi dapat dipetakan dan dikendalikan dengan baik dan menjadi pembelajaran dan masukan bagi industri nasional untuk berkembang lebih maju dan mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi rencana pembangunan PLTN di Indonesia. Dari hasil studi diharapkan bahwa risiko industri dapat diminimalisir dengan adanya penerapan sistem manajemen risiko yang baik di dalam manajemen industri itu sendiri dan juga kebijakan pimpinan perusahaan, para pengambil keputusan dan para pemangku kepentingan yang dapat mengelola risiko dengan baik sehingga efisiensi dan efektifitas hasil produk/material dapat berjalan dengan baik. Penerapan sistem manajemen risiko harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Manfaat dari hasil studi ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para pimpinan puncak, pengambil keputusan, pemangku kepentingan, calon owner, dan para peneliti yang mengkaji manajemen risiko PLTN sehingga dapat dibuat dan diaplikasikan sebagai suatu bagian integral dari dokumen panduan manajemen risiko yang terkait dengan program PLTN di Indonesia sedemikian rupa sehingga semua sumber risiko dapat diidentifikasi dan diantisipasi seawal mungkin sejak fase pra-konstruksi PLTN.

2. PEMAHAMAN RISIKO

Risiko adalah kemungkinan kejadian yang merugikan. Sangat penting untuk mengetahui berapa besar kemungkinan dari suatu kejadian dan berapa besar konsekuensi/akibat kerugian yang ditimbulkan dari kejadian tersebut. Jika risiko harus dihadapi, maka yang harus dilakukan adalah membuat kemungkinan kejadian sedemikian kecilnya, membuat dampak kejadian sedemikian kecilnya, dan atau mencari sumber pendanaan untuk membiayai kerugian. Sistem manajemen risiko sangat penting dilakukan untuk mengelola risiko-risiko yang mungkin timbul. Risiko tidak selalu tetap. Risiko yang baru dapat timbul, risiko yang ada dapat berubah menjadi hilang serta prioritas risiko dapat berubah dalam suatu sistem manajemen proyek. Risiko merupakan ketidakpastian yang dapat menjadi suatu harapan positif (positive outcome) dan harapan negatif (negative outcome). Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi sebab dan efek (apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi) atau efek dan sebab (apa harapan yang dihindari atau didorong dan bagaimana masing-masing dapat terjadi). Ada beberapa definisi risiko yang diperoleh yakni:

- Risiko merupakan suatu kejadian (event) dari suatu proses bisnis atau proyek, dimana manusia yang mengelolanya tidak dapat memperhitungkan dengan pasti dampak maupun besaran yang ditimbulkannya (PMI – USA) [1].

(3)

ISSN 1979-1208 70

- Risiko adalah suatu kesempatan dan sesuatu yang terjadi yang akan mempunyai sebuah dampak pada sasaran (AS/NZS 4360:2004) [1,2].

-Risiko diukur dengan melihat konsekuensi yang mungkin terjadi, dan besarnya probabilitas terjadinya risiko, sehingga konsep risiko selalu mencakup dua elemen yaitu frekuensi/ probabilitas dan konsekuensi (AS/NZS HB 143 : 19)[1,2].

- Risiko adalah kombinasi probabilitas sebuah kejadian dan konsekuensinya

(AIRMIC-Inggris) [3].

- Dalam konteks Manajemen Proyek, risiko adalah efek kumulatif dari terjadinya kejadian yang tidak pasti yang bersifat adversal/merugikan dan mempengaruhi tujuan proyek

(Wideman, R Max) [1].

- Risiko didefinisikan sebagai efek gabungan dari kemungkinan dialaminya suatu kejadian

(hazard) yang tidak menyenangkan dan besarnya (magnitude) dari kejadian tersebut

(British Standard no. 4778, 1979) [1].

- Pengurangan risiko (Risk Reduction): tindakan-tindakan yang diambil untuk mempelajari kemungkinan, konsekuensi negatif atau yang terkait dengan sebuah risiko. - Penerimaan Risiko (Risk Retention) : penerimaan dari suatu kehilangan/kerugian atau

manfaat dari suatu risiko khusus.

- Pembagian risiko (Risk Sharing): pembagian risiko terhadap pihak lain terhadap suatu kerugian/kehilangan atau manfaat dari suatu risiko khusus.

- Pengalihan Risiko (Risk Transfer) : Suatu pengalihan risiko terhadap pihak lain untuk mengantisipasi kehilangan/kerugian.

- Pemangku Kepentingan (Stakeholder): Orang-orang dan organisasi yang dapat mempengaruhi, dipengaruhi oleh, atau merasa dirinya sendiri untuk dipengaruhi oleh suatu keputusan, aktivitas atau risiko.

Dalam sistem manajemen risiko, ada 4 metode identifikasi risiko yang dapat dilakukan yakni metode pertama dengan cara melakukan analisis data historis atau rekaman data baik data primer maupun data sekunder dari industri . Metode kedua dengan melakukan pengamatan dan survei secara on the spot. Metode ketiga yakni melakukan pengacuan (benchmarking) dengan cara mencari informasi ke perusahaan lain yang memiliki kesamaan dengan dengan obyek yang sedang diamati. Metode keempat adalah bertanya kepada ahli untuk memperoleh pendapat ahli dengan cara wawancara langsung[4].

Sumber informasi risiko dapat berupa sumber internal dan sumber eksternal antara lain informasi dari dokumen internal perusahaan (laporan keuangan, strategi dan rencana jangka panjang, standard dan prosedur operasi, dokumen SDM dan lain-lain), dokumen eksternal (media massa, hasil publikasi data, dokumen dari pemasok dan lain-lain), pihak internal perusahaan, dan pihak eksternal perusahaan (konsumen, pemasok, pengamat, tenaga ahli, pemasok peralatan, pesaing dan lain-lain)

3.

PEMBAHASAN

Pada pengkajian risiko untuk konstruksi PLTN, ada berbagai macam risiko potensial yang timbul. Risiko-risiko yang timbul tersebut antara lain dapat disebabkan karena keterlambatan pasokan material atau komponen dari industri nasional untuk kebutuhan kontruksi PLTN. Oleh karena itu, salah satu sistem yang harus dikaji adalah penerapan sistem manajemen risiko pada industri nasional itu sendiri.

Keberhasilan program pembangunan PLTN tidak terlepas dari keberhasilan kinerja industri nasional dalam proses manufakturing dan pemasokan komponen/material untuk PLTN. Penilaian kinerja keberhasilan industri terhadap pengurangan risiko-risiko yang timbul dapat dilihat dari cara pelaksanaan strategi industri terhadap peningkatan efisiensi, peningkatan kapasitas produksi, pengembangan hasil produk/material dan restrukturisasi

(4)

ISSN 1979-1208 71

industri dengan tujuan untuk pencegahan pembengkakan biaya dan pencegahan kegagalan teknis. Segala jenis risiko potensial harus dikaji untuk mengantisipasi kejadian buruk yang tidak diinginkan.

Pengalaman industri nasional khususnya industri manufakturing dan jasa konstruksi, sangat penting perannya dalam mendukung kelancaran proses konstruksi PLTN Pertama di Indonesia. Risiko-risiko yang timbul atau terjadi selama kegiatan operasional pada industri nasional tersebut sangat berpengaruh dalam proses konstruksi PLTN. Faktor koordinasi dan komunikasi sangat dibutuhkan antara industri manufakturing yang memasok komponen/material, dengan industri konstruksi sipil yang membangun PLTN.

Pada makalah ini diberikan beberapa contoh risiko potensial yang dapat terjadi berdasarkan pengalaman industri nasional (Tabel 1).

Tabel 1. Beberapa Contoh Risiko Potensial yang Dapat Terjadi pada Beberapa Industri Nasional

No. Nama Industri Bidang Usaha Identifikasi Risiko 1. PT. Semen

Gresik[5,6,7]

Manufaktur Semen

- Risiko kapasitas produksi - Risiko kompetisi bisnis - Risiko sinergi holding

- Risiko kegagalan cost reduction

- Risiko keterbatasan suplai atau kenaikan harga energi listrik

- Risiko suplai dan kualitas batubara - Risiko likuiditas

- Risiko nilai tukar valuta asing - Risiko lingkungan dan sosial

- Risiko pengelolaan dan kompetensi SDM

- Risiko klin breakdown di luar rencana

(unshcedule)

- Risiko distribusi dan transportasi - Risiko pengelolaan proyek

2. PT. Krakatau Steel[8] Manufaktur Baja - Risiko strategik (pengembangan teknologi, kebijakan pemerintah, rencana investasi, pengem-bangan produk baru.

- Risiko operasional.

-

Risiko financial.

- Risiko Lingkungan (polusi, gangguan sosial)

- Risiko kekurangan bahan baku.

- Risiko kekurangan energi.

- Risiko kekurangan dan kehilangan aset.

- Risiko fluktuasi nilai tukar mata uang asing.

- Risiko pesaing bisnis.

- Risiko regulasi internasional.

- Risiko kebijakan pemerintah

- Risiko ketenagakerjaan (Sumber Daya Manusia)

(5)

ISSN 1979-1208 72

- Risiko dampak lingkungan 3. PT. Gunawan Dian

Jaya Steel[9]

Manufaktur Baja - Risiko mata uang - Risiko suku bunga - Risiko harga - Risiko kredit - Risiko likuiditas 4. PT. Jaya Pari Steel

[10]

Manufaktur Baja - Risiko kredit

- Risiko nilai tukar mata uang - Risiko suku bunga

- Risiko likuaditas - Risiko harga 5. PT. Jagat Baja

Prima Utama[7]

Manufaktur Baja - Risiko penyusunan jadwal tidak realistis

- Risiko jumlah dan kompetensi SDM tidak sesuai

- Risiko alat tidak tersedia - Risiko salah spesifikasi - Risiko transportasi terhambat

- Risiko kesalahan pengambilan material - Risiko fluktuasi harga material baja - Risiko salah spesifikasi dari owner - Risiko salah interpretasi spesifikasi dari

PT. Jagat.

- Risiko salah gambar konstruksi dari

owner

- Risiko salah interpretasi gambar dari PT. Jagat

- Risiko salah volume - Risiko salah shop drawing

- Risiko salah beli pengadaan material - Risiko salah ambil pada saat

penyimpanan material - Risiko salah mutu bahan baku - Risiko salah potong material - Risiko salah pasang

- Risiko salah las

- Risiko salah surface preparation - Risiko salah cat

- Risiko salah urutan kirim

- Risiko produktifitas tenaga kerja di bawah perkiraan

6. PT. Nusantara Turbin & Propulsi (PT. NTP) [7]

Manufaktur Turbin

- Risiko suku cadang yang datang terlambat

- Mesin bubut yang terlalu besar (tidak sesuai spesifikasi)

- Risiko ketidakjujuran pekerja dalam melaksanakan pekerjaan

- Risiko barang cacat atau meledak pada saat pengetesan

(6)

ISSN 1979-1208 73

- Risiko lampu mati

- Risiko ups mati

- Risiko material/sparepart yang harus memiliki sertifikat dari roll royce

- Risiko pemasangan (tidak sesuai)

- Risiko bahan baku tidak ada

- Risiko dukungan industri tidak ada

- Risiko gagal proses (masalah

engineering)

7. PT. Amarta Karya

[7]

Konstruksi Sipil - Risiko spesifikasi teknis tidak sesuai yang disyaratkan.

- Risiko bahan baku

- Risiko peralatan yang tiba-tiba rusak pada saat proyek berjalan.

- Risiko disain tidak jelas dari konsumen - Risiko kedatangan bahan terlambat

dari jadwal karena tidak ready stock. - Risiko ukuran bahan produk dalam

negeri banyak yang banci

- Risiko harga bahan yang berfluktuasi. - Risiko proses pekerjaan yang rumit

dan khusus.

- Risiko fungsi pengawasan lemah bahkan tanpa pengawasan.

- Risiko karena Sistem Manajemen Mutu & SMK3 tidak diberlakukan dalam aktifitas proyek

- Risiko proyek menjadi penyebab polusi lingkungan dan masyarakat sekitar.

- Dan lain-lain.

Berdasarkan pengalaman risiko dari beberapa industri nasional tersebut di atas, maka dapat dibedakan antara sumber risiko yang berasal dari risiko internal dan risiko eksternal. Risiko internal berasal/terjadi pada industri nasional itu sendiri sedangkan risiko eksternal berasal dari luar manajemen industri. Risiko internal merupakan risiko dimana pihak industri nasional dapat melakukan pengendalian dari dalam misalnya jadwal, proses manufaktur, perkiraan biaya, tugas dan tanggungjawab personel, ketersediaan Sumber Daya Manusia, keselamatan dan kesehatan kerja, dan lain-lain. Sedangkan risiko eksternal adalah risiko yang terjadi diluar kendali industri dan dapat mempengaruhi kinerja pihak industri misalnya tindakan kebijakan pemerintah, perubahan hukum dan peraturan, alasan politik dan keamanan dalam negeri, persyaratan-persyaratan teknis dan perijinan, perubahan nilai tukar mata uang asing, perubahan harga material, perubahan suku bunga, ketersediaan bahan baku oleh pemasok, kekurangan energi, ketersediaan infrastruktur, masalah sosial dan lingkungan, dan lain-lain.

Komitmen, komunikasi, koordinasi, dan kerjasama dari pimpinan puncak industri nasional dengan para pemangku kepentingan diharapkan dapat meminimalisir atau menghilangkan risiko serta kerugian yang timbul akibat risiko. Dalam upaya meningkatkan kinerja industri maka perlu dilaksanakan pengelolaan risiko secara terus menerus. Industri nasional harus mengoptimalkan fungsi dan peran manajemen risiko pada seluruh struktur organisasi manajemen risiko melalui

(7)

ISSN 1979-1208 74

pengelolaan manajemen risiko yang tepat dan komprehensif sehingga dapat meminimalisir potensi risiko dan kerugian yang mungkin terjadi. Seperti halnya yang telah dilakukan oleh industri semacam PT. Semen Gresik, selain komitmen untuk menerapkan manajemen risiko secara berkesinambungan di seluruh proses bisnis dan pengelolaan manajemen, juga telah dibangun lingkungan internal industri yang dapat menerapkan “budaya risiko” untuk mendukung kinerja dan pencapaian tujuan industri yang sesungguhnya. Budaya risiko pada prinsipnya hampir sama dengan budaya keselamatan yakni sikap prilaku baik individu maupun organisasi untuk melakukan tindakan pencegahan dan penanganan risiko yang memadai sesuai dengan persyaratan yang terkait dengan risiko. Budaya risiko harus diterapkan di setiap kegiatan industri. Komitmen para pimpinan puncak industri terhadap penerapan manajemen risiko sangat diharapkan bagi kemajuan dan pengembangan industri nasional. Kebijakan manajemen risiko digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan strategis dan juga untuk pengelolaan risiko industri secara menyeluruh. Peningkatan pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan implementasi manajemen risiko dalam setiap kebijakan strategis dan operasional industri, pedoman manajemen risiko, struktur organisasi, dan pengembangan manajemen risiko di setiap industri.

Keberhasilan kinerja industri nasional tidak terlepas dari keberhasilan dalam meminimalkan risiko dalam proses manufaktur, pasokan bahan baku dan tentunya pasokan komponen/material. Pembangunan PLTN sangat membutuhkan industri yang handal dan berdaya saing tinggi dengan industri asing. Kinerja industri untuk mengurangi risiko yang timbul dapat dilakukan dengan cara pelaksanaan strategi industri terhadap peningkatan efisiensi, peningkatan kapasitas produksi, pengembangan hasil produk/material dan restrukturisasi industri dengan tujuan untuk pengurangan pengeluaran biaya dan pencegahan kegagalan teknis. Oleh karena hal tersebut, maka salah satu sistem yang harus benar - benar diperhatikan adalah penerapan sistem manajemen risiko pada industri nasional itu sendiri. Berdasarkan pengalaman industri yang telah ditunjukkan dalam tabel 1, diharapkan pengalaman tersebut dapat menjadi pembelajaran dan sebagai bahan masukan untuk mempersiapkan industri nasional yang berkualitas, berdaya saing tinggi dan berpotensi dalam penyiapan komponen/material bagi proyek konstruksi PLTN pertama di Indonesia.

Berdasarkan pengalaman sistem manajemen risiko dari beberapa industri nasional seperti PT. Semen Gresik, PT. Krakatau Steel dan lain-lain maka beberapa hal/upaya yang dilakukan untuk pengembangan manajemen risiko dan peningkatan pengelolaan risiko pada industri antara lain: 1. Melakukan identifikasi, pemetaan, pengukuran, analisis, pengelolaan, pemantauan dan

pengendalian risiko dalam setiap tahap proses kegiatan industri secara berkelanjutan dan terus menerus.

2. Melakukan pengurangan risiko, pembagian risiko atau pengalihan risiko pada setiap tahap kegiatan industri untuk meminimalkan atau menghilangkan risiko yang terjadi.

3. Melakukan komitmen, komunikasi, koordinasi, konsultansi dan kerjasama antar manajemen di dalam industri itu sendiri secara efektif dan efisien terhadap penerapan sistem manajemen risiko di setiap kegiatan manajemen.

4. Melakukan penerapan sistem manajemen risiko dalam setiap proses kegiatan industri, baik dalam setiap kebijakan strategis maupun kegiatan operasional.

5. Melakukan review, penyempurnaan dan penerapan kebijakan manajemen risiko dan prosedur jaminan mutu secara berkala dan terus menerus.

6. Membuat pedoman/panduan manajemen risiko bagi industri nasional yang belum menerapkan sistem manajemen risiko serta melakukan penyempurnaan pedoman/panduan manajemen risiko bagi industri yang telah memilikinya.

7. Membuat dan menyempurnakan struktur organisasi manajemen risiko yang menunjukkan tugas, wewenang dan tanggungjawab antar unit kerja sistem manajemen risiko yang terkait dengan pengelolaan risiko industri.

(8)

ISSN 1979-1208 75

8. Melakukan sosialisasi penerapan manajemen risiko pada seluruh personel di setiap tahapan proses dan kegiatan bisnis industri.

9. Membuat kontrak jangka panjang dengan pihak industri lokal maupun industri asing untuk pasokan bahan baku sehingga meminimalkan risiko dan menjamin kelangsungan kebutuhan bahan baku .

10. Mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) dan Sistem Manajemen Lingkungan untuk mencegah kerusakan aset, kebakaran dan kecelakaan personel.

11. Menjalin komunikasi dan koordinasi dengan sesama industri sejenis dengan berperan aktif dalam kegiatan asosiasi industri nasional.

12. Menerapkan budaya keselamatan bagi setiap personel di lingkungan industri sehingga risiko kecelakaan dapat diminimalisir ataupun dihilangkan pada setiap tahap kegiatan industri.

13. Melakukan program manajemen perawatan terhadap seluruh aset industri secara berkala sehingga dapat dijaga secara optimal serta memelihara SDM yang kompeten dengan pemberian kompensasi yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

14. Menerapkan budaya risiko dan budaya keselamatan bagi setiap personel sehingga risiko dapat dihilangkan atau diminimalisir pada setiap tahap kegiatan industri.

15. Melakukan manajemen pengadaan barang atau penyediaan suku cadang secara berkala untuk mengantisipasi risiko kekurangan barang dan suku cadang.

Dari beberapa contoh risiko potensial yang dapat terjadi pada industri nasional serta beberapa upaya untuk pengembangan sistem manajemen risiko, maka pengkajian manajemen risiko pada industri nasional sebaiknya dirinci, dikaji dan diaplikasikan sebagai suatu bagian integral dari dokumen panduan manajemen risiko khususnya yang terkait dengan program PLTN di Indonesia sehingga semua sumber risiko industri nasional dapat diidentifikasi dan diantisipasi seawal mungkin sejak fase pra-konstruksi PLTN. Identifikasi beberapa risiko potensial yang terjadi pada industri nasional dapat menjadi bahan masukan untuk mempercepat pembenahan dan restrukturisasi industri nasional yang memiliki daya saing tinggi dan handal untuk menuju globaliasi pasar bebas dengan persaingan dunia usaha yang lebih maju sehingga hasil produk/komponen diakui dunia dengan kelas dan standar kualitas yg memenuhi syarat sehingga mampu bersaing dengan produk luar negeri. Selain itu risiko potensial yang terjadi pada industri nasional dapat dijadikan pembelajaran dan masukan bagi para pemangku kepentingan sehingga penyiapan industri untuk dapat ikut berpartisipasi dalam pembangunan PLTN di Indonesia sudah sejak awal direncanakan dengan baik sehingga pada saat pembangunan PLTN, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dapat meningkat dan hasil produk industri sesuai dengan mutu yang dipersyaratkan oleh spesifikasi, kode dan standar PLTN.

Untuk peningkatan kinerja dan kemajuan industri, maka seluruh risiko dapat dihilangkan atau diminimalkan dengan cara pengurangan risiko (Risk Reduction), penerimaan risiko (Risk

Retention), pembagian risiko (Risk Sharing) dan Pengalihan risiko (Risk Transfer). Pengurangan risiko

dapat dilakukan dengan menghindari penyebab timbulnya risiko dan meminimalisasi dampak dari risiko seandainya terjadi. Penerimaan Risiko dilakukan karena industri dengan sadar atau sengaja memang ingin menanggung/mempertahankan risiko dan mengelolanya sendiri. Pembagian risiko yakni dengan cara memindahkan risiko dari perusahaan ke pihak lain yang bersedia. Biasanya dilakukan ke anak perusahaan. Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara penjaminan asuransi bagi asset riil seperti pegawai/personel, peralatan, dan kantor. Pengurangan risiko maupun penghilangan risiko dapat meningkatkan kinerja industri sehingga dapat berkembang lebih maju.

Penyiapan industri nasional untuk menghadapi program pembangunan PLTN di Indonesia harus direncanakan dengan baik agar pihak industri memiliki standardisasi, kapasitas dan kemampuan yang setara dengan kemampuan industri asing serta memiliki kinerja yang baik dan profesional agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan PLTN. Untuk mendorong kemampuan

(9)

ISSN 1979-1208 76

industri nasional agar mampu berpartisipasi dalam pembangunan PLTN di Indonesia tersebut diperlukan dukungan pemerintah dalam memberikan bantuan dan kemudahan dalam hal pemberian insentif, kemudahan pendanaan, penyiapan infrastruktur, standardisasi industri dan penyiapan klaster industri khusus untuk pembangunan PLTN sehingga pengembangan industri nasional dengan kualitas produk yang sesuai dengan spesifikasi, kode dan standar PLTN dapat terwujud dengan baik nantinya.

4.

KESIMPULAN

a. Risiko potensial yang terjadi pada industri nasional antara lain risiko kapasitas produksi, risiko jadwal, risiko perubahan nilai tukar mata uang asing, risiko Sumber Daya Manusia, risiko perubahan harga material, risiko kualifikasi SDM, risiko perubahan suku bunga bank, risiko kredit, risiko finansial, risiko lingkungan, risiko kesehatan dan keselamatan kerja, risiko strategik/kebijakan pemerintah dan lain-lain.

b. Identifikasi risiko industri nasional dapat menjadi masukan untuk mempercepat pembenahan dan restrukturisasi industri nasional yang berdaya saing tinggi dan handal untuk menuju globaliasi pasar bebas dengan persaingan dunia usaha yang lebih maju sehingga hasil produk/komponen diakui dunia dengan kelas dan standar mutu yg memenuhi syarat sehingga mampu bersaing dengan produk luar negeri.

c. Penyiapan industri untuk dapat ikut berpartisipasi dalam pembangunan PLTN di Indonesia harus direncanakan dengan baik sehingga pada saat pembangunan PLTN, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dapat meningkat dan hasil produk industri sesuai dengan mutu yang dipersyaratkan sesuai spesifikasi, kode dan standar PLTN.

d. Pengelolaan risiko industri nasional harus diterapkan secara terus menerus agar implementasi manajemen risiko industri dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. PITO SUMARNO, “Risiko Bisnis Kontraktor Pelaksana Konstruksi”, mata kuliah topik khusus dalam kontraktor, Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara. [2]. AS/NZS, “Australian/New Zealand Standard Risk Management”, AS/NZS 4360:2004.

[3]. IRM, “A Risk Management Standard”, AIRMIC, 2002.

[4]. BRAMANTYO DJOHANPUTRO, PH.D, “Manajemen Risiko Korporat”, penerbit PPM, 2008. [5]. PT. SEMEN GRESIK, “Menuju Era Baru (Towards a New Era)”, Laporan Tahunan, 2008. [6]. BAGIAN HUMAS PT. SEMEN GRESIK, “Profil Perusahaan PT. Semen Gresik”, 2009.

[7]. DHARU DEWI dkk, “Studi Manajemen Risiko untuk Proyek Konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga

Nuklir Pertama di Indonesia” Laporan Teknis Sub Kegiatan, Bidang Manajemen Persiapan PLTN,

PPEN – BATAN, 2009.

[8]. PT. KRAKATAU STEEL, “Risk Management”, http://www.krakatausteel.com/ diunduh tanggal 20 Mei 2012.

[9]. PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL TBK, “Laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 Maret

2012 dan 2012(UN Audited) dan 31 Desember 2011 (Audited)1 Januari 2011/31 Desember 2010”,http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan_keuangan

/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/ diunduh tanggal 20 Mei 2012.

[10]. PT. JAYA PARI STEEL TBK, “Laporan Keuangan 30 Juni 2011 (tidak diaudit) dan 31 Desember 2010

(Audit) serta untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2011 dan 30 Juni 2010

(Tidak Diaudit)”, http://202.155.2.90/ corporate_actions/ new_info_jsx/jenis_informasi/

01_laporan_keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20Tahun%20 2011/TW2/JPRS/My%20Disc/JPRS%20-%20Lap%20Keu%202011.pdf, diunduh tanggal 20 Mei 2012.

Gambar

Tabel  1.  Beberapa  Contoh  Risiko  Potensial  yang  Dapat  Terjadi  pada  Beberapa  Industri                    Nasional

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi tapak proyek pembangunan hotel butik dan apartemen terletak di bantaran Sungai Deli dan berada pada salah satu situs bersejarah Kota Medan yaitu Istana

Telah dilakukan penelitian tentang kandungan minyak atsiri yang terkandung dalam daun Bangun-bangun ( Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng), ini dilakukan dengan metode

Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau instrumen

Buku ini memiliki banyak keunggulan yang disajikan dibandingkan dengan buku lain yakni, memiliki daftar simbol yang merupakan kumpulan simbol atau rotasi beserta penjelasannya

I. Guru kekurangan pengetahuan dan kemahiran mengajar. Ini disebabkan mereka tidak bersedia atau tidak dilatih dengan sebaik-baiknya. Matlamat dan konsep inovasi

Anda dapat menampilkan layar yang sama di perangkat Android pada monitor unit dengan menggunakan fungsi Miracast di perangkat

 Bahwa setelah sampai Terdakwa dan Saksi Korban kemudian duduk di pasir di pinggir pantai, Terdakwa kemudian memeluk Saksi Korban dari belakang dan mengisap leher Saksi

Kesetiaan pada retailer timbul karena konsumen merasa puas dengan pelayanan, pada jangka panjang akan memberi dampak yaitu munculnya kemungkinan konsumen akan menceritakan