• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTALASI DAN UJI COBA SISTEM PENGATUR SUHU PADA REAKTOR PEMBUATAN SOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INSTALASI DAN UJI COBA SISTEM PENGATUR SUHU PADA REAKTOR PEMBUATAN SOL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

INSTALASI DAN UJI COBA SISTEM PENGATUR SUHU

PADA REAKTOR PEMBUATAN SOL

Triyono, Moch Setyadji

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan – BATAN, Yogyakarta

ABSTRAK

INSTALASI DAN UJI COBA SISTEM PENGATUR SUHU PADA REAKTOR PEMBUATAN SOL. Telah diinstalasi dan diuji coba sistem pengatur suhu pada reaktor pembuatan sol. Instalasi sistem pengatur suhu meliputi: digital controller tipe CB 900 FK 02-M, relay S-N 18, sensor suhu K1, kabel sensor suhu K1, pengaman beban lebih, relay Omron 220 Volt 5 Amper, lampu indikator beban, saklar on-off, solid state relay, penyearah 30 Volt dc dan chasis. Kegiatan yang dilakukan yaitu: instalasi dan pengujian dengan voltage devider dan sensor K1 pada variasi suhu setting. Metode instalasi yaitu: wiring terhadap komponen utama dan komponen pendukung. Tegangan input 100-240 Volt dihubungkan ke terminal 1 dan 2, sensor K1 dihubungkan ke terminal 11 dan 12, kontrol keluaran dihubungkan ke terminal 4 dan 5 untuk pengendalian on-off solid state relay beban. Setelah instalasi dilakukan uji fungsi yaitu: uji fungsi dengan input tegangan simulasi dan menggunakan sensor suhu K1 pada suhu setting 30-87 OC. Hasil pengujian sistem pengatur

suhu otomatik untuk reaktor pembuatan sol menunjukkan bahwa: input tegangan sensor secara simulasi menggunakan voltage devider 1-4 Volt suhu yang ditampilkan antara 52-111 OC, input tegangan sensor K1 0,1-2,8 mVol setara dengan suhu 30-87 OC. Penyimpangan yang terjadi pada suhu seting 30-85 terendah 0 dan tertinggi 1 OC. Daya pemanas yang digunakan pada reaktor sol 528 Watt selama 31 menit menghasilkan suhu 90 OC diperoleh kecepatan perubahan suhu 2,03 OC / menit.

ABSTRACT

INSTALATION AND TRIAL RUN OF TEMPERATURE CONTROLLER SYSTEM ON SOL PREPARATION REACTOR. The temperature control system on sol preparation reactor has been instaled and trial runed. Instalation temperature controller system i.e: digital controller type CB 900 FK 02M, relay SN-18, temperature sensor K1, temperature sensor cable K1, overload protect, relay omron 220 Volts 5 Amperes, load indikator lamp, on-off swicth, solid state relay, power supplay 30 Volts dc and chasis. The activity include: instalation and perpormant test with devider voltage and K1 sensor of setting variation temperature. The method of instalation: wiring to main component and support component. Input voltage 100-240 Volt to conect point 1 and 2, sensor K1 to conect ponit 11 and 12, output controller to conect point 4 and 5 for on-off solid state relay controller. After apparatus instalation has been tested: performant test voltage input simulation use temperature sensor K1 of temperature setting 30-87 OC. The result perpormant test of temperature control automatic system for producer reactor sol showed that: input voltage sensor simulation to use devider voltage 1-4 volts, temperature display between 52-111 OC, voltage input sensor K1 0,1-2,8 mVolts same to temperature 30-87 OC.The deviation acquered of setting temperature 30-85 OC lower 0 OC and upper 1 OC. The heater of reactor sol 528 Watts during 31 minute has been generated temperature 90 OC to product temperature velocity 2,03 OC / minute.

LATAR BELAKANG

ewasa ini reaktor suhu tinggi (RST) atau High

Temperature Reactor (HTR) merupakan salah

satu pembangkit energi yang lebih diminati dibandingkan jenis reaktor yang lain. Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh RST antara lain, panas yang ditimbulkan sebagai hasil sampingnya bisa dimanfaatkan untuk keperluan proses industri. Proses pembuatan sol dilakukan dalam reaktor pada

suhu 60-70 OC secara kontinyu. Pembuatan sol

uranium untuk umpan pada proses gelasi ekternal dilakukan dengan mencampurkan larutan uranyl

nitrate (UN) dengan bahan aditif, misalnya poly vinyl alkohol (PVA), span atau dengan HMTA.

Pencampuran dilakukan pada reaktor umpan pada

suhu 70 OC secara kontinyu. Suhu pencampuran

pada pembuatan larutan sol perlu dijaga agar diperoleh larutan sol sesuai yang diinginkan (1) .

Untuk keperluan pengaturan suhu proses secara otomatik pada reaktor pembuatan sol perlu diinstal sistem pengatur suhu sensor K1 yang dapat

bekerja pada suhu antara 0-100 OC. Sistem kontrol

suhu yang dipakai dari model CB 900 FK02-M dengan keluaran relay dan penampil 7-segment, Tegangan kerja sistem pengatur suhu 100-240 Volt dengan keluaran relay yang digunakan sebagai penggerak solid state relay (SSR). Sistem kontrol suhu CB 900 FK02 sensor K1 hanya diperuntukkan

proses pemanasan suhu rendah 0-100 OC, sehingga

(2)

104

alat ini cocok untuk pengatur suhu pada reaktor sol. Sebelum sistem pengatur suhu dioperasikan perlu dilakukan pengubahan parameter operasi meliputi:

input sensor yang digunakan (Inp) sensor K, setting volue input (OC) dan keluaran kontrol (M). Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pengatur suhu RKC meliputi: aksi kontrol, tipe input, code range (control output 1),

control output 2 (cool side), alarm 1 dan alarm 2 (2).

Untuk keperluan pengendalian suhu pada

heater dibutuhkan rangkaian penyangga berupa

rangkaian pemutus arus ke beban. Rangkaian pemutus arus diperoleh dengan mengaplikasikan

solid state relay (SSR) model 120 D10 dengan

tegangan 3-32 Volt dc. Keuntungan solid state

relay yaitu pemutusan arus ke beban tidak bising

dan bentuknya relatif sederhana serta mudah

perawatannya (3) . Beban pemanas dapat berupa

mantel atau kawat nikelin pipih yang diisolasi asbes dan dililitkan ke reaktor secara merata dan rapi, agar pemanasan sol dapat lebih merata keseluruh bidang (4)

Gambar blok diagram instalasi sistem pengatur suhu model CB 900 FK-02 dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Instalasi sistem pengatur suhu model CB 900 FK 02.

Keterangan Gambar 1:

Ps = Pengatur suhu model CB 900 FK 02 Sps1 = Saklar power supplay pengatur suhu Sps2 = Saklar power supplay solid state relay Psa = Power supplay 0-24 Volt dc penggerak SSR Vr = Variac 0-220 Volt ac

SSR = Solid state relay 3-32 Volt dc

Rsol = Reaktor pembuatan sol (medium uji berupa air bebas mineral / ABM)

Ss = Sensor suhu tipe K1 Ht = Heater

Perangkat pengatur suhu dan komponen pendukungnya diinstal ke dalam chasis ukuran panjang 24 cm lebar 21 cm dan tinggi 12 cm. Sensor suhu terpasang dengan kontra jak sehingga mudah dipasang dan dilepas dan terbuat dari bahan plastik untuk menghilangkan pengaruh grounding. Sistem

keluaran pengatur suhu berupa kontak relay 220 V0lt 1 Amper, sehingga belum mampu untuk mengontrol kerja heater. Untuk menjembatani antara sistem kontrol terhadap heater pada reaktor sol perlu penambahan dua komponen yaitu: power

supplay 0-30 Amper dan solid state relay (SSR). Solite state relay dapat dioperasikan pada tegangan

3-32 Volt dc untuk melanyani beban heater sampai 10 Amper pada tegangan 220 Volt. Keuntungan penggunaan solid state relay yaitu kontak tidak bising, sederhana dan mampu untuk pemutus arus sampai 10 Amper. Beberapa kelebihan penggunaan

solid state relay yaitu kontak on-off tidak bising,

karea saklar didasarkan secara elektronik, bentuk fisik sederhana, kemampuan arus dari rendah sampai tinggi (ratusan amper). Kekurangan dari penggunaan solis state relay yaitu perlu tambahan

dc power supplay 0-24 Volt dc untuk inputnya.Blok

menu operasi pengatur suhu untuk pengendali

heater dapat dlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Blok menu operasi pengatur suhu untuk pengendali heater

Keterangan Gambar 2.

STU = Pengaturan sendiri P = Band proporsional I = Waktu integral d = Waktu derivativ Ar = Anti reset

LCk = Pengunci

r =Heat side proportional PC = Cool side proportional

db = Dead band

t = Cool side proportional cycle Pb = PV bias

CT = Current transformer

ALM1 = Alarm 1 ALM2 = Alarm 2

HbA1 = Heat break alarm 1 HbA2 = Heat break alarm 2 LBA = control loop break alarm Lbd = LBA deadband

Menu operasi berisi parameter yang musti diisikan kedalam alat sebelum dioperasikan, agar diperoleh operasi yang tepat. Agar parameter yang telah dimasukkan tersimpan kedalam memori setiap langkah harus terkunci dengan kontrol SET. Sebagai pengaman terhadap parameter yang telah

(3)

disimpan perlu pengunci dengan mengaktifkan kontrol Lock, sehingga terhindar dari pengaruh

perubahan parameter operasi yang tidak

dikehendaki.

Dengan diinstal sistem pengatur suhu otomatik akan dapat menstabilkan pengaturan suhu dalam proses pembuatan sol dengan penyimpangan

suhu 0-1 OC. Keuntungan dari sistem pengatur suhu

sensor K1 dapat diletakkan agak jauh dari alat yang

di kontrol suhunya menggunakan kabel khusus

sensor suhu rendah 0-100 OC. Dengan dilakukan instalasi dan uji fungsi sistem pengatur suhu pada reaktor pembuatan sol diperoleh laju perubahan suhu, daya efektif heater, waktu untuk mencapai suhu operasi 80 OC dan unjuk kerja alat secara bad.

TATA KERJA

Alat

Peralatan yang digunakan meliputi: peralatan mekanik, toolsets, multimeter digital, buku

instruction manual CB 100 / CB 400 / CB 500 / CB 700 / CB 900, pengukur arus, timer.

Bahan

Bahan yang digunakan meliputi: kontrol suhu model CB 900 FK-02, sensor suhu K1, kabel

sensor, Kkasis 56 x 26 x 18, kabel serabut, terminal

kabel, mur baut, MCB (4 Amper, 6 Amper, 10 Amper), saklar togel, lampu indikator, jak sensor, steker jak, rangkaian voltage devider (PCB, hambatan 15 K Ohm, Vr 1 Kohm, batre 1,5 Volt) dan solid state relay.

Metodologi

Dipelajari manual instruction temperature

controller CB 900 FK -02 meliputi: sistem wiring,

konfigurasi terminal, pengaturan (operating menu,

daftar parameter, pengaturan pengubahan

parameter).

Pengubahan parameter operasi meliputi:

1. Aktifkan kontrol SET ± 2 detik, pada PV tampil parameter AL1 dan untuk mengubah harga AL1 dilakukan dengan mengaktifkan kontrol R/S. Untuk mengisi harga AL1 dengan mengaktifkan

up down, AL1 pada SV diisi AL1= 30 OC

(Pengaturan harga alarm 1).

2. Aktifkan kontrol SET, pada PV tampil parameter ATU (Auto Tuning). Untuk mengubah harga ATU dengan mengaktifkan kontrol < R/S, kemudian ATU pada SV diisi

dengan cara mengaktifkan kontrol up-down (ATU=0).

3. Aktifkan kontrol SET, pada PV tampil STU (Self Tuning). Untuk memperoleh harga STU

dilakukan dengan mengaktifkan kontrol < R/S , kemudian STU pada SV diisi dengan mengaktifkan kontroll up-down (STU=0) atau STU=off.

4. Aktifkan kontrol SET , pada PV tampil parameter P (proportional Band). Untuk mengubah harga P dilakukan dengan mengaktifkan kontrol < R/S, kemudian P pada SV diisi dengan mengaktifkan kontrol up-down (P=1 OC).

5. Aktifkan kontrol SET, pada PV tampil parameter i (Integral Time). Untuk mengubah harga I dilakukan dengan mengaktifkan kontrol < R/S, kemudian I pada SV diisi dengan mengaktifkan kontrol up-down (I=2 detik). 6. Aktifkan kontrol SET, pada PV tampil

parameter d (Derivative time). Untuk mengubah

harga d dilakukan dengan mengaktifkan < R/S, kemudian d pada SV diisi dengan mengaktifkan kontrol up-down (d= 3 detik).

7. Aktifkan kontrol SET, pada PV tampil

parameter Ar (Anti Reset). Untuk mengubah

harga Ar dilakukan dengan mengaktifkan < R/S, kemudian Ar pada SV diisi dengan mengaktifkan kontrol up-down (Ar= 90 %). 8. Aktifkan kontrol SET, pada PV tampil

parameter r (Heat Side Proportioning Cycle). Untuk mengubah harga r dilakukan dengan mengaktifkan kontrol < R/S, r pada SV diisi dengan mengaktifkan kontrol up-down (r= 22 detik).

9. Aktifkan kontrol SET, pada PV tampil

parameter Pb (PV bias). Untuk mengubah

harga Pb dilakukan dengan mengaktifkan kontrol < R/S, Pb pada SV diisi dengan

mengaktifkan kontrol up-down (Pb= 1OC).

10. Aktifkan kontrol SET, pada PV tampil

parameter LcK (Set Data Lock). Untuk

mengubah harga LcK dilakukan dengan mengaktifkan kontrol < R/S, LcK pada SV diisi dengan mengaktifkan kontrol up-down (LcK= 1) mengunci data yang telah dimasukkan ke para meter operasi yang diinginkan.

11. Aktifkan kontrol SET, pada PV tampil parameter AL1 (Alarm, set value)

12. Aktifkan kontrol SET ± 2 detik, pada PV tampil suhu kamar.

(4)

106

13. Dibuat kasis dengan bahan aluminium tebal 3 mm ukuran panjang 56 cm lebar 26 cm dan tinggi 18 cm.

14. Dibuat blok diagram wiring untuk memudahkan instalasi alat.

15. Membuat lubang untuk menempatkan komponen: saklar togel, lampu indikator, pengatur suhu, jak sensor, kabel power, kabel beban, MCB, SSR, terminal kabel.

16. Dilakukan wiring sesuai gambar secara benar dan rapi.

17. Dibuat voltage devider untuk uji simulasi input

sensor, guna membandingkan antara input

tegangan simulasi dan input tegangan dari sensor K1 terhadap perubahan suhu terukur (PV). 18. Dilakukan uji fungsi alat dengan beban heater

yang dilengkapi variac meliputi uji fungsi alat dengan input tegangan secara simulasi dari

voltage devider (mVolt) dan uji fungsii

menggunakan input sensor K1 pada variasi suhu 30-100 OC.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan instalasi sistem pengatur suhu model CB 900 FK-02 pada reaktor pembuatan sol. Tujuan instalasi sistem pengatur suhu untuk mempersiapkan peralatan kontrol proses pada pembuatan sol secara bad, sedangkan uji fungsi untuk mengetahui unjuk kerja terhadap kemampuan alat dan deviasi suhu yang terjadi dalam proses pengontrolan suhu. Dalam uji fungsi kontrol suhu terpasang beban berupa heater dari bahan pita nikelin dengan pelindung selongsong asbes yang dilitkan ke reaktor sol. Tegangan kerja heater 0-110 Volt dengan kemampuan arus 0-4,9 Amper menggunakan pengatur tegangan variac 500 VA. Variasi tegangan kerja ke heater dimaksudkan untuk mengatur daya heater, sehingga akan diperoleh laju perubahan suhu yang diinginkan. Hasil uji fungsi sistem kontrol suhu menggunakan

input tegangan voltage devider dapat dilihat pada

Tabel 1.

Data hasil uji yang diperoleh dengan tegangan input pada sistem pengatur suhu yang ditunjukkan pada Tabel 1 merupakan uji fungsi simulasi dengan menggunakan tegangan input yang dapat diatur antara 1 – 4 mVolt. Tegangan input dari

voltage devider antara 1 – 4 mVolt setara dengan

suhu pada sistem pengatur suhu 52 – 111 OC. Jadi

daerah pengaturan tegangan voltage devider hanya dapat diatur pada tegangan 1 – 4 mVolt menggunakan trimpot 5 KOhm, sumber tegangan 1,5 Volt dc dan hambatan 15 Kohm. Perubahan tegangan keluaran dari voltage devider dilakukan

dengan mengetrim variable resistor 5 KOhm secara perlahan-lahan dan tegangan keluaran dimasukkan ke input sistem pengatur suhu sebagai simulasi

sensor suhu. Tegangan voltage devider diukur

dengan multimeter digital DT 8308 pada sekala 200 mVolt dc dan perubahan tegangan akan setara dengan suhu terukur. Hubungan antara tegangan

input voltage devider terhadap perubahan suhu

terukur dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 1. Hasil uji fungsi sistem kontrol suhu menggunakan input tegangan voltage

devider.

No

Input tegangan dari voltage devider, mVolt Besarnya suhu yang ditampilkan sistem pengatur suhu, OC 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2 2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3 3,1 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9 4 52 53 57 58 59 62 64 66 68 69 72 74 75 78 79 82 83 86 87 89 92 94 96 97 100 102 104 106 108 110 111

Dari Gambar 3 di bawah menunjukkan bahwa perubahan suhu yang ditampilkan oleh

sistem pengatur suhu adalah linier dengan R2 =

0,9998. Tegangan input simulasi 1-4 mVolt

sebanding dengan perubahan suhu 52 – 111 OC.

Sedangkan dalam proses pembuatan sol uranium

dibutuhkan suhu antara 65 – 70 OC setara dengan

(5)

pengukuran tegangan sensor K1 pada suhu setting

30 – 86 OC dapat dilihat pada Tabel 2a. Hasil

pengukuran tegangan sensor K1 pada suhu 61-90 O

C dapat dilihat pada Tabel 2b.

R2 = 0,9998 0 50 100 150 1 3 5 Tegangan input sim ulasi, m Volt

P e ru ba ha n s u hu , OC Perubahan suhu, OC Linear (Perubaha n suhu, OC)

Gambar 3. Hubungan antara tegangan input voltage

devider terhadap perubahan suhu

ter-ukur.

Tabel 2.a. Hasil pengukuran sensor K1 pada suhu

setting 30 –60 OC.

No Suhu setting, OC Tegangan sensor K1, mVolt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 0,7 0,7 0,8 0,8 0,9 0,9 1 1 1,1 1,1 1,2 1,2 1,3 1,3 1,4 1,4 1,5 1,5

Hasil pengukuran tegangan sensor K1 pada

Tabel 2.a dan Tabel 2.b pada suhu setting 30-90 OC

sebesar 0,1 – 3 mVolt. Tegangan sensor mulai

terukur pada suhu 30 OC sebesar 0,1 mVolt hingga

tegangan sensor 3 mVolt. Kenaikan tegangan sensor terhadap perubahan suhu cukup baik, dengan kenaikan 0,1 mVolt tiap 2 OC.

Uji fungsi sitem pengatur suhu pada suhu

setting 30 – 85 OC dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2.b. Hasil pengukuran tegangan sen-sor K1 pada suhu setting 61-90 OC.

No Suhu setting, OC Tegangan sensor K1, mVolt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 1,6 1,6 1,7 1,7 1,8 1,8 1,9 1,9 2 2 2,1 2,1 2,2 2,2 2,3 2,3 2,4 2,4 2,5 2,5 2,6 2,6 2,7 2,7 2,8 2,8 2,9 2,9 3 3

Tabel 3. Uji fungsi sitem pengatur suhu pada suhu

setting 30 – 85 OC

Suhu setting,

O

C

Perubahan suhu terukur, OC. Perubahan

suhu terendah

Perubahan suhu tertinggi 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 31 35 40 46 51 56 61 65 71 76 80 85

(6)

108

Pada uji suhu 90 OC dengan fungsi sistem

pengatur suhu dengan suhu setting 30-85 OC yang

ditunjukkan pada Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa,

besarnya deviasi yang terjadi pada suhu 30-85 OC

terendah sebesar 0 OC dan tertinggi 0-1 OC. Sensor suhu lebih cocok dicelupkan ke dalam fluida yang dipanaskan, bila fluida mengandung asam (penyebab korosi) sensor perlu dilindungi dengan kaca pirek. Hubungan antara suhu setting terhadap deviasi terendah dan tertinggi dapat dilihat pada Gambar 4. R2 = 1 0 50 100 0 50 100 Suhu setting, OC Suhu t e re ndah dan te rt in g g i, O C Deviasi suhu terendah, OC Deviasi suhu tertinggi, OC Linear (Deviasi h

Gambar 4. Hubungan antara suhu setting terhadap deviasi terendah dan tertinggi.

Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa hubungan antara suhu yang diinginkan terhadap

suhu terendah tidak mempunyai deviasi (0OC),

sedangkan pada suhu tertinggi menunjukkan deviasi

sebesar 0-1 OC pada suhu setting antara suhu 30-85

O

C. Regresi linier yang dihasilkan pada suhu

tertinggi sebesar R2=1. Uji fungsi pengatur suhu

pada reaktor sol dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji fungsi pengatur suhu pada reaktor sol tegangan 110 Volt. No Waktu uji, menit Arus kerja , Amper Daya alat, Watt Suhu reaktor, OC Laju perubah an suhu, O /menit 1 2 3 4 5 6 7 5 23 28 33 38 48 49 4,6 4,6 4,7 4,8 4,8 4,8 4,8 506 506 517 528 528 528 528 30 42 54 65 84 88 90 0,4 0,6 0,92 1,12 1,47 1,25 1,26

Dari uji fungsi pengatur suhu pada reaktor sol yang ditunjukkan pada Tabel 4 dapat diterangkan bahwa, waktu uji dan besarnya arus listrik pada heater akan mempengaruhi daya heater pada reaktor sol. Daya heater 506-528 Watt akan mempengaruhi energi yang dilepaskan, sehingga mempengaruhi laju perubahan suhu pada reaktor sol

yang besarnya antara 0,4-1,47 OC / menit.

Hubungan waktu uji, daya listrik terhadap laju perubahan suhu pada reaktor sol dapat dilihat pada Gambar 5.

Pada Gambar 5 menunjukkan bahwa waktu uji dan daya pemanas reaktor akan menentukan suhu dan laju perubahan suhu pada reaktor sol. Waktu uji antara 5-38 menit dengan daya alat 508-528 Watt menghasilkan suhu reaktor antara 30-84 O

C dengan laju perubahan suhu sebesar 0,4-1,47 OC

/ menit. Sedangkan waktu uji antara 48-49 menit pada daya 528 Watt suhu reaktor sol mencapai

antara 88-90 OC dengan laju perubahan suhu sebesar

1,25-1,26 OC / menit. R2 = 0,7557 0 100 200 300 400 500 600 0 20 40 60 waktu uji, menit Suhu  rea kt o r,  OC Daya alat, watt Suhu reaktor, OC Laju perubahan suhu, OC/menit Linear (Daya alat, watt) Linear (Daya alat, watt)

Gambar 5. Hubungan antara waktu uji, daya listrik terhadap laju perubahan suhu pada reaktor sol.

KESIMPULAN

Dari hasil instalasi dan uji fungsi sistem pengatur suhu model CB 900 untuk reaktor pembuatan sol dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sistem pemanasan pada reaktor pembuatan sol

dapat diatur secara otomatik menggunakan kontrol suhu tipe CB 900 FK02 sensor K1. 2. Sistem pengatur suhu dapat diberi masukan

tegangan input secara simulasi dengan voltage

devider 1-4 mVolt menghasilkan suhu terukur

52-111 OC.

3. Pada suhu setting 30-85 OC menghasilkan

tegangan sensor K1 0,1-2,8 mVolt.

4. Deviasi suhu yang terjadi pada suhu 30-85 OC

terendah 0 OC dan tertinggi 1 OC dengan regresi linier R2=1.

5. Daya heater yang teraplikasi pada reaktor sol 506-528 Watt dan diperoleh kecepatan perubahan suhu antara 0,4-1,47 OC / menit.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Djoko Maryoto, Bapak Drs. Damunir dan Bapak Parimun atas segala bantuannya dalam menyelesaikan kegiatan penelitian.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

1. HIDAYATI DKK, Proseding Pertemuan Dan Presentasi Ilmiah Dasar Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Nuklir, PTAPB-BATAN Yogyakarta 10 Juli 2006.

2. NONAME, Instruction Manual Digital Controller CB 700 / 900 RKC Instrument Inc Copyright Japan 1998.

3. NONAME, RS Components Cataloque, March 1995 February 1996.

4. NONAME, Electric Heating Tecnology, Win Electroindo Heat, Juni 1980.

TANYA JAWAB

Purwanto

− Sejauh mana keberhasilan uji coba sistem ini ? − Berapa kisaran suhu yang bisa diukur ?

− Untuk suhu tinggi apakah terjadi proses yang tidak diinginkan/efek baru ?

Triyono

• Dalam uji coba dapat berjalan secara baik

antara suhu setting 30-85 0C, dengan tegangan

sensor k1 antara 0,1-3,0 mVolt, deviasi yang terjadi antara suhu setting 30-85 0C sebesar 0-1 0

C.

• Kisaran suhu yang dapat diukur antara 0-100 0

C, tetapi dalam prosental hanya diperlukan maksimal 80 0C.

• Untuk suhu tinggi tidak diperlukan dalam reaktor sol, karena suhu tertinggi dalam proses

pembuatan sol hanya 80 0C, dan reaktor dapat

Gambar

Gambar 1. Instalasi sistem pengatur suhu model CB  900 FK 02.
Tabel 1. Hasil uji fungsi  sistem  kontrol suhu   menggunakan  input   tegangan  voltage  devider
Gambar 3. Hubungan antara tegangan input voltage  devider   terhadap perubahan suhu  ter-ukur
Gambar 4.  Hubungan antara suhu setting terhadap  deviasi terendah dan   tertinggi.

Referensi

Dokumen terkait

2) Peserta didik mengamati rumus/cara perhitungan bunga tunggal serta contoh soal dan alternatif penyelesaian persoalan yang terkait dengan sistem diskonto dalam buku   Kreatif

Penataan pekerjaan perawatan preventif suatu mesin akan mudah dilakukan dengan menggunakan konsep “Kompleksitas Perbaikan” (KP), karena kompleksitas perbaikan ini adalah

Untuk melaksanakan rencana penyelesaian masalah, mahasiswa calon guru matematika memindai informasi dari hasil kegiatan atau aktivitas merencanakan dan pengetahuan yang telah

Konvulsi ( kejang ) dapat mengenai seluruh tubuh atau bagian tubuh yang mengalami gangguan yang terus berkembang. Jika dilakukan restrein selama kejang, pasien mungkin

Jika terdapat hormon yang berlebih, maka dilakukan pemberian obat tertentu sehingga kadar hormon kembali normal (misal, kadar hormon prolaktin yang berlebih

[r]

Model evaluasi muncul karena adanya usaha eksplanasi secara berkala yang berasal dari perkembangan pengukuran keinginan manusia untuk berusaha menerapkan prinsip-prinsip

Maka dari itu dibutuhkan teknologi informasi dan Decison Support System sebagai alat bantu untuk menentukan pemilihan calon karyawan Content Creator berkualitas