PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA KULIT KAYU MANIS (CASSIA INDONESIA)
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
HANNY WAHYUNI SYAHPUTRI LUBIS 112401095
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA KULIT KAYU MANIS (CASSIA INDONESIA)
KARYA ILMIAH
HANNY WAHYUNI SYAHPUTRI LUBIS 112401095
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar
Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia)
Kategori : Karya Ilmiah
Nama : Hanny Wahyuni Syahputri Lubis
Nomor Induk Mahasiswa : 112401095
Program Studi : Diploma (D3) Kimia Industri
Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
PERNYATAAN
PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA KULIT KAYU MANIS (CASSIA INDONESIA)
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2014
PENGHARGAAN
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, penguasa dan pengatur langit dan bumi., Dialah Dzat yang kepada-Nya bertasbih planet-planet, bintang-bintang, galaksi-galaksi dan seluruh alam raya. Dialah sang pemberi rahmat dan karunia atas ciptaan-Nya Dialah Dzat yang memberikan pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
sholawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Beliaulah sosok terbaik yang menjadi suri tauladan yang telah berhasil mengubah dunia yang dipenuhi kebodohan menjadi dunia beradab yang disinari ilmu pengetahuan.
Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan program Diploma 3 Kimia FMIPA USU Medan yang ditulis berdasarkan pengamatan dan analisa penulis dengan judul “Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia)”.
Tugas Akhir ini dapat ditulis dan terwujud atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda Alm. Drs. Baitang Lubis dan ibunda Almh. Nurhaidah
Daulay beserta kakak saya Eka Adelistin Lubis, Aisyah Hafni Lubis, abang saya Harry Wahyudi Syahputra Lubis dan adik saya Dedy Firmansyah Lubis yang sangat saya sayangi, yang selalu menyertakan do’a kepada saya dalam setiap langkah dan usaha.
2. Ibu Dr. Rumondang Bulan M.S, selaku Ketua Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku dosen pembimbing yang
banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini.
4. Ibu Darwati selaku Penyelia Laboratorium Minyak Nabati dan
Rempah-Rempah UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.
5. Bapak/Ibu dosen serta pegawai program studi Kimia Industri Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang membimbing penulis sewaktu dibangku perkuliahan.
Saya menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya, dan bagi penulis khususnya.
Saya berharap apa yang disajikan sekarang ini tidak hanya menjadi sebuah persyaratan saja, tetapi juga bisa menjadi referensi untuk rekan-rekan mahasiswa.
Medan, juli 2014
Penulis
ABSTRAK
EFFECT OF TIME DISTILLATION ESSENTIAL OIL CONTENT IN
SKIN CINNAMON (CASSIA INDONESIA)
ABSTRACT
DAFTAR ISI
BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1 Alat-alat 23
3.2 Bahan-bahan 23
3.3 Prosedur Percobaan 24
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Daata 25
4.2 Perhitungan 25
4.3 Pembahasan 27
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 29
5.2 Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Spesifikasi Persyaratan Umum Kayu Manis 11
Tabel 2.2. Spesifikasi Persyaratan Khusus Kayu Manis 12
Tabel 4.1. Spesifikasi Minyak Atsiri Kayu Manis 19
DAFTAR GAMBAR
Halaman
LAMPIRAN
Halaman
ABSTRAK
EFFECT OF TIME DISTILLATION ESSENTIAL OIL CONTENT IN
SKIN CINNAMON (CASSIA INDONESIA)
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kayumanis merupakan salah satu tanaman yang kulit batang, cabang
dandahannya digunakan sebagai bahan rempah-rempah dan merupakan salah
satukomoditas ekspor Indonesia.
Tanaman kayumanis yang dikembangkan di Indonesia terutama adalah
Cinnamomum burmanii Blume dengan daerah produksinya di Sumatera Barat dan
Jambi dan produknya dikenal sebagai cassia-vera atau Korinjii cassia. Selain itu
terdapatCinnamomum zeylanicum Nees, dikenal sebagai kayu manis Ceylon
karena sebagian besar diproduksi di Srilangka (Ceylon) dan produknya
dikenalsebagai cinnamon. Jenis kayumanis ini juga terdapat di pulau Jawa. Selain
kedua
jenis tersebut, terdapat pula jenis C. cassia yang terdapat di Cina
(Abdullah,1990).Sebagian besar kulit kayumanis yang diekspor Indonesia adalah
jenisCinnamomum burmanii. Kulit kayumanis dapat digunakan langsung dalam
bentukasli atau bubuk, minyak atsiri dan oleoresin. Minyak kayu manis dapat
diperolehdari kulit batang, cabang, ranting dan daun pohon kayu manis dengan
caradestilasi, sedangkan oleoresinnya dapat diperoleh dengan cara ekstraksi
kulitkayu manis dengan pelarut organik (Rusli dan Abdullah, 1988).
Sampai saat ini Indonesia hanya mengekspor produk kayu manis
(Cinnamomum burmanii Blume) dalam bentuk kulit yang merupakan komoditas
29.917 ton ekspor kayu manis dunia, 60%-nya berasal dari Indonesia
sebagaipenghasil utama kayu manis. Negara pengimpor utama kayu manis
Indonesiaantara lain adalah Amerika, Kanada dan Jerman. Indonesia dikenal
sebagaiprodusen utama kayu manis tetapi harga jual komoditas itu sangat rendah
karena
diekspor dalam bentuk bahan baku. Di masa depan sebaiknya harus diubahdengan
terus berupaya melakukan diversifikasi produk dalam upayameningkatkan nilai
tambah. Dengan mengolah kayu manis sebelum diekspormaka dipastikan akan
diperoleh nilai tambah yang lebih besar dan mampumenaikkan harga di tingkat
petani (Tan, 1981).
kayu manis adalah salah satu jenis rempah-rempah yang banyak digunakan
sebagai bahan pemberi aroma dancitarasa dalam makanan dan minuman, dan
bahan aditif pada pembuatan parfumserta obat-obatan. Penggunaan
rempah-rempah secara tradisional biasanyadilakukan dengan menambahkan langsung
bahan asal kedalam makanan danminuman, baik dalam bentuk utuh, rajangan atau
dalam bentuk yang telahdihaluskan. Cara tersebut merupakan cara yang sederhana
tetapi mengandungbeberapa kelemahan terutama bila diterapkan dalam skala
industri. Kelemahankelemahantersebut antara lain : jumlah flavor yang terekstrak
dan meresap kedalam makanan atau minuman rendah, bahan tidak seragam
sehingga sulit untukdistandardisasi, kurang higienis, masih mengandung enzim
lipase yang dapatmerusak bahan pangan dan bahan sering terkontaminasi oleh
jamur, kotoran danbahan asing. Saat ini banyak industri makanan dan minuman
menggunakanrempah-rempah bukan dalam bentuk asal melainkan dalam bentuk
Kulit kayu manis (Cassia Indonesia) yang sering digunakan sebagai
penambah cita rasa makanan memiliki manfaat. Diantaranya, memiliki efek
mengeluarkan angin, membangkitkan selera atau menguatkan lambung, dan
lain-lain. Selain itu masyarakat pada umumnya sekarang ini lebih memilih
menggunakan obat-obat alami untuk menyembuhkan penyakit, seperti
penggunaan minyak kayu manis yang memiliki banyak kegunaannya.
(Rismunandar,2001)
Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah
dengan judul Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia), sehingga dapat mengetahui mutu dari cassia Indonesia yang didapat melalui proses destilasi dari cassia indonesia yang
di dapat dari komoditi yang tersedia di laboratorium minyak nabati dan
rempah-rempah di UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang, Medan.dengan
berdasarkan pada SNI.
1.2Perumusan Masalah
Permasalahan yangtimbul adalah persepsi variasi waktu dalam penentuan kadar
minyak atsiri pada kulit kayu manis(Cassia Indonesia)yang dilakukan sesuai
dengan SNI 01-3395-1994 dimana kadar minyak atsiri pada kulit kayu manis
(Cassia Indonesia) adalah minimum 1,25%.
1.3Batasan Masalah
Untuk mengarahkan pembahasan dalam Karya Ilmiah ini agar tidak menyimpang
permasalahan. Sebagai pembatasan masalah ini adalah hanya terbatas pada
persepsi variasi waktu 4,6,dan 8 jam pada penentuan kadar minyak atsiri pada
kulit kayu manis (Cassia Indonesia) sesuai SNI 01-3395-1994
.
1.4Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu destilasi
minyak atsiri pada kulit kayu manis (Cassia Indonesia)
1.5Manfaat
- Untuk mengetahui kenaikan kadar minyak atsiri kulit kayu manis (Cassia
Indonesia) berdasarkan variasi waktu.
- Untuk mengetahui manfaat dari kulit kayu manis (Cassia Indonesia).
- Untuk melihat secara langsung pengujian mutu terhadap berbagai jenis
rempah-rempah khususnya kulit kayu manis (Cassia Indonesia)berdasarkan
SNI 01-3395-1994.
1.6Lokasi Penelitian
Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini penulis mengambil data yang dibutuhkan
mengenai pengaruh waktu destilasi terhadap penentuan kadarminyak atsiri pada
kulit kayu manis (Cassia Indonesia) di UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi
Mutu Barang, Medan.
1.7Metodologi Penelitian
1.7.1Metode Penelitian Kepustakaan
Penelitian Kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh data maupun informasi yang dibuthkan dengan cara membaca
dan mempelajari buku-buku perkuliahan ataupun umum, serta mencari sumber
informasi yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
1.7.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data pada penulisan Karya Ilmiah ini, penulis
menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan dari UPTD. Balai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kayu Manis
Nama ilmiah : Cinnamomun burmandi (Nees.) BI.
Nama asing : Kaneelkassia, Cinnamomum tree (inggris; yin xiang (cina).
Nama daerah : Sumatera: Holim, holim manis, modang siak-siak (Batak),
kanigar, kayu manis (Melayu), madang kulit manih (Minang kabau). Jawa: Huru
mentek, kiamis (Sunda), kanyegar (Kangean). Nusa tenggara: Kesingar, kecingar,
cingar (Bali), onte (sasak), Kaninggu (Sumba).
Dibubidayakan untuk diambil kulit kayunya, didaerah pegunungan sampai
ketinggian 1.500 m. Tinggi pohon 1-12 m, daun lonjong atau bulat telur, warna
hijau, daun muda berwarna merah. Kulit berwarna kelabu; dijual dalam bentuk
kering, setelah dibersihkan kulit bagian luar, dijemur dan digolongkan menurut
panjang asal kulit (dari dahan atau ranting) (Haris,1990)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Kayu Manis
Sistematika kayu manis menurut Rismunandar dan Paimin (2001), sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Gymnospermae
Subdivisi : Spermatophyta
Sub kelas : Dialypetalae
Ordo : Policarpicae
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmanni
Daun kayu manis duduknya bersilang atau dalam rangkaian spiral.
Panjangnya sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm, tergantung jenisny. Warna
pucuknya kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau tua.Bunganya berkelamin dua
atau bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya kecil.Buahnya adalah
buah buni, berbiji satu dan berdaging.Bentuknya bulat memanjang, buah muda
berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua (Rismunandar dan Paimin,
2001).
2.1.2. Jenis-Jenis Kayu Manis dan Penyebarannya
Ada empat jenis kayu manis yang terkenal di dunia perdagangan ekspor maupun
local, yaitu :Cinnamomum burmani, Cinnamomum zeylanicum, Cinnamomum
cassia, Cinnamomum cullilawan.
Cinnamomum burmanni ini berasal dari Indonesia. Tanaman akan tumbuh
baik pada ketinggian 600-1500 mdpl. Tanaman ini banyak dijumpai di Sumatera
Barat. Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu dengan tinggi tanaman dapat mencapai
15 m sementara Cinnamomum zeylanicum dalam dunia perdagangan dikenal
dengan Ceylon cinnamon tanaman ini masih bias di jumpai di habitat aslinya
Tanaman mencapai tinggi 5-6 m dan bercabang lateral.Pemanenan dapat
dilakukan umur tiga tahun, kulitnya berwarna abu-abu.Selain kulit, daun dan
akarnya pun mengandung minyak atsiri sedangkan Cinnamomum cassia
merupakan tanaman asli dari Birma dan diperbanyak di Cina selatan.Dalam dunia
perdagangan tanaman ini dikenal Chinese cinnamom.Warna pucuknya bervariasi
dari hijau muda sampai hijau kemerahan, tajuknya berbentuk piramida dan
Cinnamomum cullilawan hanya dikenal di daerah Ambon dan pulau Seram
(Maluku) dengan nama selakat atau selakar. Kayunya termasuk kayu lunak dan
berwarna putih sehingga kayunya tidak dapat dimanfaatkan sebagai kayu
bangunan.Kulit batang dan akarnya mengandung minyak atsiri.
2.1.3. Budidaya Kayu Manis
Jenis-jenis kayu manis dapat diperbanyak melalui biji, tunas, akar, stek, dan
cangkokan. Untuk membentuk tanaman yang luas, Ditempuh jalan menyamai biji
sebanyak mungkin (Rismunandar, 1995)
2.1.4. Sistem Panen Kayu Manis
Menurut Rismunandar dan Paimin (2001), Sistem panen sangat menentukan mutu
kayu manis yang dihasilkan. Panen yang kurang benar dapat menurunkan mutu.
Ada empat system panen yang dikenal yaitu : sistem tebang sekaligus sistem
ditumbuk, sistem batang dipukuli sebelum ditebang dan sistem Vietnam.
Sistem tebang sekaligus dilakukan dengan cara memotong langsung
tanamannya hingga dekat tanah, setelah itu dikuliti, sedangkan pada sistem
dikupas melingkar mulai pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang hingga 80-100
cm. selanjutnya tanaman ditebang pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang.
Tujuan menyisakan pangkal batang ini adalah untuk menumbuhkan tunas baru
yang dapat dijadikan bibit. Pada sistem batang dipukuli sebelum ditebang caranya
dengan memukuli kulit batang hinggat melingkar. Dengan cara ini diharapkan
kulit yang diperoleh lebih tebal. Bertambahnya ketebalan kulit karena pada
bekaspukulan akan terjadi memar atau keretakan pada kulit. Selanjutnya dari
retakan kulit akan tumbuh kalus baru sehingga kulit tampak ada pembengkakan.
Pemukulan batang dilakukan dua bulan sebelum tanaman dikuliti dan pada sistem
Vietnam dilakukan pengelupasan kulit membentuk persegi panjang dengan
ukuran 10 cm × 30 cm atau 10 cm × 60 cm. pengelupasan kulit ini secara
berselang-seling sehingga tampak seperti kotak papan catur. Pada kulit batang
ditoreh dengan bentuk dan ukuran kulit yang akan dikupas. Kulit yang dikupas
tersebut merupakan hasil panen untuk dijemur menjadi bentuk produk kulit kayu
manis kering. Setelah tanaman dirawat. Pada kulit bekas pengupasan akan tumbuh
kalus baru yang akhirnya kulit akan saling bertaut. Pada saat itulah, kulit batang
yang sebelumnya tidak dipanen dapat di panen dengan menyisakan kulit yang
baru tumbuh.Demikian seterusnya panen dilakukan pada kulitnya saja.
2.1.5. Kulit Kayu Manis
Produk kayu manis merupakan hasil utaman dari kayu manis, produk ini berupa
potongan kulit yang dikeringkan. Menghasilkan produk kayu manis sangat
sederhana, yaitu cukup dengan penjemuran. Sebelum dijemur, kulit dikikis atau
cm. selanjutnya kulit yang sudah bersih ini dijemur dibawah terik matahari selama
2-3 hari, kulit dinyatakan kering kalau bobotnya sudar susut sekitar 50% artinya,
kalau bobot sebelum dijemur 1 kg maka kayu manis kering harus berbobot 0,5 kg.
Kulit bermutu rendah karena kadar airnya masih tinggi, mutu kulit dipengaruhi
oleh kurangnya waktu penjemuran selain kadar air masih tinggi, mutu kulit
dipengaruhi oleh kebersihan tempat penjemuran. Agar dapat menghasilkan mutu
kulit yang baik, penjemuran sebaiknya dilakukan di bawa sinar matahari penuh
(Rismunandar dan Paimin 2001).
Gambar 2.1. Kulit dan bubuk kayu manis
Syarat mutu kayu manis sesuai Standar Nasional Indonesia meliputi
spesifikasi umum dan spesifikasi khusus.
Spesifikasi umum meliputi :
Uji fisika / uji mekanik : Pengikisan, warna, rasa.
Uji mikrobiologi : Serangga utuh mati, kadar jamur/kapang,
kotoran mamalia, kotoran binatang lain.
Uji kimia : Kadar air, kadar abu, kadar pasir.
Spesifikasi khusus hanya meliputi kadar minyak atsiri (lihat table 1 dan 2)
Tabel 2.1. Spesifikasi Persyaratan Umum Kayu Manis
No. Spesifikasi Satuan Persyaratan
1 Pengikisan - Bersih
2 Warna - Kuning, kuning tua, kuning
kecoklatan
3 Rasa - Pedas-pedas manis, khas Cassia
Indonesia
4 Serangga utuh mati Ekor Maksimum 2 dari total sub
contoh
5 Kotoran mamalia Mg/b Maksimum 1,0
6 Kotoran binatang lain Mg/b Maksimum 1,0
7 Kadar jamur/kapang (bobot/bobot) % Maksimum 5,0
8 Cemaran serangga (bobot/bobot) % Maksimum 2,5
9 Bahan asing % Maksimum 0,50
10 Kadar air (bobot/bobot) % Maksimum 14,0
11 Kadar abu (bobot/bobot) % Maksimum5,0
12 Kadar pasir (bobot/bobot) dry basis % Maksimum 1,0
Tabel 2.2 Spesifikasi Persyaratan Khusus Kayu Manis
No. Jens mutu Satuan Persyaratan Kadar Minyak
Atsiri (V/B Dry Basis) Min
1 Indonesia Cassia AA Sticks % 1,75
2 Indonesia Cassia AA cut and
washed
(Sumber : SNI 01-3395-1994).
2.1.6 Kandungan Kimia Kayu Manis
Minyak atsiri yang berasal dari kulit komponen terbesarnya ialah cinamaldehid
60-70% ditambah dengan eugenol, beberapa jenis aldehida, benzyl benzoate,
phelandrene dan lain-lainnya. Kadar eugenol rata-rata 80-66%. Dalam kulit masih
tannin, zat penyamak, gula, kalsium, oksalat, dua jenis insektisida cinnzelanin dan
cinnzelanol, cumarin dan sebagainya (Rismunandar,1995).
Kulit kayu manis mempunyai rasa pedas dan manis, berbau wangi, serta
bersifat hangat. Beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam kayu manis
diantaranya minyak atsiri eugenol, safrole, sinamaldehide, tannin, kalsium oksalat,
dammar dan zat penyamak (Hariana,2007).
2.1.7 Khasiat dan Manfaat Kayu Manis
Minyak atsiri dari kayu manis mempunyai daya tumbuh terhadap mikroorganisme
(antiseptis), membangkitkan selera atau menguatkan lambung (Stomakik) juga
memiliki efek untuk mengeluarkan angin (karminatif). Selain itu minyaknya dapat
digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta, penyegar bau sabun,
detergen, lotion parfum dan cream. Dalam pengolahan bahan makanan dan
minuman minyak kayu manis di gunakan sebagai pewangi atau pengikat cita rasa,
di antaranya untuk minuman keras, minuman ringan (softdrink), agar-agar, kue,
kembang gula, bumbu gulai dan sup (Rismunandar dan Paimin,2001).
Efek farmakologis yang dimilki kayu manis diantara sebagai peluruh
kentut (carminative), peluruh keringat (diaphoretic), anti rematik, penambah
nafsu makan (stomachica) dan penghilang rasa sakit (analgesic) (Hariana,2007).
2.2 Minyak Atsiri
Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak
Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa,
yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar,
kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari bunga dengan cara penyulingan
dengan uap (Sastrohamidjojo,2004).
Minyak atsiri adalah zat yang berbau yang terkandung dalam
tanaman.Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak
essensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara
terbuka.Istilah essensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman
asalnya. Dalam keadaan segar dan murni tanpa pencemaran, minyak atsiri
umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpangan lama minyak atsiri dapat
teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua
(gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus
terlindung dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang
berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak
memungkinkan berhubungn langsung dengan oksigen udara, ditutup rapat serta
disimpan ditempat yang kering dan sejuk (Gunawan dan Mulyani,2004).
Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar,
batang, kulit, daun, bunga, atau biji, Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain
mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai getir, berbau wangi sesuai dengan
aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut
organic. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri.Misalnya
dalam bahasa inggris disebut essensial oils. Ethereal oils dan volatile oils. Dalam
bahasa Indonesia ada yang menyebut minyak kabur.Mengapa minyak atsiri
atsiri mudah menguap apabila dibiarkan begitu saja dalam keadaan terbuka
(Lutony dan Rahmayati, 2002).
2.3 Tanaman Penghasil Minyak Atsiri
Jenis minyak atsiri yang telah dikenal dalam dunia perdagangan berjumlah sekitar
70 jenis, yang bersumber dari tanaman, antara lain dari akar, batang, daun, bunga
dan buah. Khususnya di Indonesia telah dikenal sekitar 40 jenis tanman penghasil
minyak atsiri, namun baru sebagian dari jenis tersebut telah digunakan sebagai
sumber minyak atsiri secara komersial, yaitu minyak sereh wangi, nilam, kenanga,
pala, daun cengkeh, cendana, kayu putih, akar wangi, jahe dan
kemukus(Ketaren,1985).
Minyak atsiri terdapat pada dan diperoleh dari bagian tertentu tanaman
yang mengandung minyak atsiri. Bagian ini antara lain akar, biji, buah, bunga,
daun, kulit kayu, ranting dan rimpang atau akar tinggal. Bahkan ada jenis tanaman
yang seluruh bagiannya mengandung minyak atsiri. Kandungan Minyaknya tidak
akan sama antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Misalnya
kandungan kimia minyak atsiri yang terdapat pada kuntum bunga cengkeh
berbeda dengan pada bagian tangkai bunga maupun daun (Lutony dan
Rahmayati,2002).
Aneka minyak tumbuhan yang mengandung aroma dan mudah menguap,
minyak ini dikenal sebagai minyak atsiri (essensial oil), jadi cirri minyak atsiri
ialah mengandung aroma dan disamping terdapat minyak atsiri, terdapat pula
getah dan dammar (resin) yang dinamakan balsam. Unsure yang mengandung
aroma kemungkinan terbentuk dalam hijau daun (Chloroplast) unsure tersebut
tumbuhan. Tumbuhan tersebut menghasilkan zat penawar (enzim) yang menyerbu
glukosida, hingga mengakibatkan terciptanya minyak atsiri (Haris,1990).
2.4 Sifat-Sifat Minyak Atsiri
Menurut Gunawan dan Mulyani (2004) sifat-sifat minyak atsiri ialah : Tersusun
oleh bermacam macam komponen senyawa, Memiliki bau khas, umumnya bau ini
mewakili bau tanaman asalnya. Mempunyai rasa getir, kadang -kadang berasa
tajam,menggigit, member kesan hangat sampai panas, atau dingin katika terasa
dikulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya. Dalam keadaan murni
(belum tercemar oleh senyawa lain) mudah menguap pada suhu kamar. Bersifat
tidak bias disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi tengik
(rancid), Bersifat tidak stabil pada pengaruh lingkungan, baik berupa oksigen
udara, sinar matahari dan panas, Indeks biasnya tinggi. Pada umumnya bersifat
optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik dan tidak
dapat bercampur dengan air, tetapi cukup larut hingga dapat memberikan baunya
kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil, sanga mudah larut dalam pelarut
organik.
2.5. Fungsi Minyak Atsiri
2.5.1. Fungsi Minyak Atsiri bagi Tanaman
Minyak atsiri dalam jumlah yang relative besar disimpan dalam tanaman, karena
tidak ditransfer ke batang atau daun sebelum daun itu gugur sehingga timbul
asumsi kuat bahwa minyak atsiri merupakan sumber energi yang penting. Minyak
ini dapat menolak kehadiran binatang akan tetapi bagi tanaman tertentu, minyak
terciptasejenis daya tahan tanaman terhadap kerusakan oleh binatang maupun
tanaman parasit dengan dihasilkan minyak dengan bau yang merangsang. Minyak
berfungsi sebagai penutup bagian kayu yang terluka atau berfungsi sebagai vernis
untuk mencegah penguapan air (cairan sel) yang berlebihan sehingga berfungsi
sebagai penghambat penguapan air (Guenther,1987).
Peranan utama minyak atsiri terhadap tumbuhan adalah sebagai pengusir
serangga (mencegah daun dan bunga rusak) serta sebagai pengusir hewan
pemakan daun. Namun, sebaliknya minyak atsiri juga berfungsi sebagai penarik
serangga guna membantu terjadinya penyerbukan silang dari bunga (Gunawan
dan Mulyani,2004).
2.5.2. Fungsi Minyak Atsiri bagi Manusia
Minyak atsiri sebagai bahan pewangi dan penyedap, antiseptic internal atau
ekternal, sebagai bahan analgesic, haemolitik atau sebagai antizymatik, sebagai
sedative, stimulants, untuk obat sakit perut. Minyak atsiri mempunyai sifat
membius, merangsang atau memuakkan. Disamping itu beberapa jenis minyak
atsiri lainnya dapat digunakan sebagai obat cacing. Minyak atsiri juga membantu
pencernaan dengan merangsang system saraf sekresi sehingga dengan mencium
bau-bauan tertentu, maka akan keluar cairan getah sehingga rongga mulut dan
lambung menjadi basah. Kegunaan lain dari minyak atsiri adalah sebagai bahan
pewangi kosmetik (Guenther,1987).
Minyak atsiri memegang peranan penting bagi kesehatan. Di Indonesia
- Melalui mulut atau dikonsumsi (oral), antara lain berupa jamu yang
mengandung minyak atsiri atau bahan penyedap makanan (bumbu).
- Pemakaian luar (topical /external use), antara lain pemijat lulur, obat
luka/memar, parfum/pewangi.
- Pernapasan (inhalasi atau aromaterapi), antara lain wangi-wangian
(parfum) atau aromatika untuk keperluan aroma terapi.
- Pestisida nabati, antara lain sebagai pengendali hama lalat buah, pengusir
(repellent) nyamuk dan anti jamur (Kardinan,2005).
2.6. Minyak Atsiri Kayu Manis
Minyak atsiri kayu manis merupakan produk samping dari kayu manis. Minyak
ini mengandung bahan kimia prganik yang berbentuk aroma khas secara
terpadu.Minyak atsiri dapat diperoleh dari kulit ranting dan daun. Nama minyak
kayu manis ini didasarkan pada jenis kayu manis dan bahan asal bahan, yaitu
Cinnamon leaf oil adalah minyak yang diperoleh dari kulit. Sementara Cassia oil
adalah minyak yang diperoleh dari daun, ranting dan bubuk kulit kayu manis.
Komponen utama yang terkandung didalam minyak kayu manis adalah
sinamaldehid, eugenol, aceteugenol, dan aldehida. Selain itu ada kandungan lain
yang menentukan aroma spesifik dari kayu manis. Kandungan terbesar dalam
minyak kayu manis adalah eugenol, sekitar 80-90%. Minyak ini diperoleh dari
penyulingan atau destilasi air dan uap, kandungan minyak yang diperoleh
tergantung pada cara penyulingannya (Rismunandar dan Paimin,2001).
Cinnamon bark oil diperoleh dengan cara menyuling serbuk kulit kayu
mengandung Cinnamic aldehyde (tidak boleh kurang dari 55%), eugenol (4-10%),
alipathic aldehyde, dan phellandene.
Patokan mutu cinnamon bark oil menurut Essential oil Association of USA
(EOA) meliputi sifat alami dan kimiawi (lihat table 3).
Tabel 2.3. Spesifikasi Minyak Atsiri Kayu Manis
No PARAMETER ZAT/UKURAN
1 Warna, penampilan, dan bau Cairan kuning dengan
bau kayu manis dan rasa
pedas.
2 Berat jenis pada 250C 1,010 sampai 1,030
3 Putaran optic 00 sampai 20C
4 Refractive index, 200C 1,5730 sampai 1,5910
5 Kandungan cinnamicaldehyde 55% sampai 78%
6 Kelarutan dalam alcohol 70% Larut dalam 3 volume
(Cassia Indonesia. SNI 01-3395-1994)
2.7. Penetapan Kadar minyak Atsiri
Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), minyak atsiri umumnya diisolasi dengan
empat metode yang lazim digunakan sebagai berikut :
1. Metode destilasi
Di antara metode-metode isolasi yang paling lazim dilakukan adalah metode
destilasi. Beberapa metode destilasi yang popular dilakukan di berbagai
a) Metode destilasi kering (langsung dari bahannya tanpa menggunakan air).
Metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk
minyak-minyak yang tahan pemanasan (tidak mengalami perubahan bau
dan warna saat dipanaskan), misalnya oleoresin.
b) Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi uap air
langsung. Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan
segar dan terutama digunakan untuk minyak-minyak yang kebanyakan
dapat rusak akibat panas kering. Seluruh bahan dihaluskan kemudian
dimasukkan ke dalam bejana yang bentuknya mirip dandang. Dalam
metode ini ada beberapa versi perlakuan.
1. Bahan tanaman langsung direbus dalam air.
2. Bahan tanaman langsung masuk air, tetapi tidak rebus. Dari bawahh
dialirkan uap air panas.
3. Bahan tanaman ditaruh di bejana di bagian atas, sementara uap air
dihasilkan oleh air mendidih dari bawah dandang.
4. Bahan tanaman ditaruh di dalam bejana tanpa air dan disemburkan uap
air dari luar bejana.
2. Metode Penyarian
Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan
pemanasan seperti cendana. Kebanyakan dipilih metode ini karena kadar
minyaknya di dalam tanaman sangat rendah/kecil. Bila dipisahkan dengan metode
menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri yang larut
sempurna di dalam bahan pelarut organic nonpolar.
3. Metode Pengepresan atau Pemerasan
Metode pemerasan/pengepresan dilakukan terutama untuk minyak-minyak atsiri
yang tidak stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk (citrus).Juga
terhadap minyak-minyak atsiri yang baud an warnanya berubah akibat pengaruh
pelarut penyari. Metode ini juga hanya cocok untuk minyak atsiri yang
randemennya relative besar.
4. Metode Enfleurage
Metode enfleurage adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang delekatkan
pada media lilin.Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa jenis bunga
yang setelah dipetik, enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan
minyak atsiri sampai beberapa hari/minggu, misalnya bunga melati, jasmine
sambac, sehingga perlu perlakuan uang tidak merusak aktivitas enzim tersebut
secara langsung.
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri)
dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan
partial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara
kontinyu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran
(senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama
uap, bahan (simplisia) benar-benar tidak tercelup ke air yang mendidih, namun
dilewati uap air sehingga senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi.
Destilasi uap dan air, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau sebahagian
dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinyu ikut
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat-alat
-Neraca analitik sartorius
-Labu destilasi berkapasitas 1 liter pyrex
-Volatile oil trap pyrex
- Alat penggiling rempah
- Batang pengaduk
- Pipet volume 2 ml
- Corong
3.2 Bahan-bahan
- Kulit kayu manis (Cassia Indonesia) yang diserbukkan 35 g
- Larutan NaCI 10% 500 ml
- Xylena 2 ml
3.1.4 Prosedur Percobaan
1. Ditimbang dengan teliti 35 g kulit kayu manis yang telah diserbukkan
sebelumnya dan dimasukkan dalam labu didih.
2. Ditambahkan larutan NaCl 10% sampai seluruh sampel tersebut terendam
dan ditambahkan pula kedalamnya sejumlah batu didih.
3. Disambungkan labu didih dengan volatile oil trap, tambahkan aquadest dan
2 ml xylena ke dalam trap.
4. Disambungkan lagi dengan kondensorrefluks,panaskan labu didih tersebut
beserta isinya selama (4,6, dan 8 jam) sesudah mendidih atau sampai tidak
ada lagi butir-butir minyak yang menetes.
5. Didinginkan penampung pada suhu kamar sampai lapian minyak terlihat
dengan jelas.
6. Diukur volume minyak yang tertampung.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh data dalam table
berikut :
Tabel 4.1 Pengaruh Waktu Destilasi Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia)
4.2.1 Penentuan Minyak Atsiri
Kadar minyak atsiri dapat ditentukan berdasarkan perhitungan sebagaiberikut:
Kadar minyak atsiri (%) = volume minyakyangdibaca
beratsampel × 100 %
A. Variasi Waktu 4 Jam
Berat sampel : 35.0000 g
Waktu : 4 jam
Kadar minyak atsiri (%) = 0.4 ml
35,0000 g × 100 %
= 1.14 %
B. Variasi Waktu 6 Jam
Berat sampel : 35,0005 g
Volume minyak : 0.6 ml
Waktu : 6 jam
Kadar minyak atsiri (%) = 0.6 ml
35,0000 g × 100 %
= 1.71 %
C. Variasi Waktu 8 Jam
Berat sampel : 35,0007 g
Volume minyak : 0.6 ml
Waktu : 8 jam
Kadar minyak atsiri (%) = 0.6 ml
35,0007 g× 100 %
4.3 Pembahasan
Dari data hasil percobaan diperoleh kadar minyak atsiri kulit kayu manis (cassia
Indonesia)berdasarkan pengaruh waktu 4, 6, dan 8 jam tidak terlalu signifikan.
Dimana selama proses pengerjaan diketahui bahwa pemanasan dengan waktu 4
jam kandungan minyak atsiri pada kulit kayu manis (Cassia Indonesia)hanya
1,14%, hal ini disebabkan karena minyak atsiri pada kulit kayu manis belum
keluar sempurna, kemuadian pemanasan dengan waktu 6 jam minyak atsiri yang
terdapat pada kulit kayu manis (Cassia Indonesia) sudah keluar sempurna yaitu
sebanyak 1,71%, dan pemanasan dengan waktu 8 jam minyak atsiri yang
didapatkan sama dengan pemanasan dengan waktu 6 jam yaitu 1,71%. Hal ini
disebabkan karena minyak atsiri yang terdapat dalam 35 g kulit kayu manis
(Cassia Indonesia) tersebut hanya 1,71%. Jadi untuk efisiensi waktu dan tenaga
maka waktu yang dapat digunakan adalah 6 jam sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan SNI 01-3395-1994.
Komponen utama yang terkandung dalam minyak kayu manis adalah
sinamaldehid, eugenol, aceteugenol, dan aldehida. Selain itu, masih ada
kandungan lain yang menentukan aroma spesifik dari kayu manis. Kandungan
terbesar dalam minyak kayu manis adalah eugenol sekitar 80-90%.
Sebagian besar komponen aromatik minyak kayu manis larut dalam
air. Akibatnya, pemisahan minyak dan air menjadi sangat sulit sehingga
rendemennya menjadi rendah.Untuk memisahkan minyak tersebut digunakan CO2
cair.Minyak kayu manis diperoleh dari penyulingan atau destilasi air dan uap.
Penyulingan dengan uap akan menyebabkan sebagian besar minyak
terdekomposisi, sedangkan dengan air dan uap hanya sedikit yang terdekomposisi.
Manfaat minyak kayu manis adalah memiliki efek untuk mengluarkan
angin (karminatif) dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung
(stomakik). Selain itu, minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat
kumur dan pasta, penyegar bau sabun, deterjen, lotion, parfum, dan cream.
Untuk pengolahan makanan dan minuman, minyak kayu manis sudah
lama dimanfaatkan sebagai pewangi atau peningkat cita rasa. Diantaranya untuk
minuman keras, minuman ringan (softdrink), agar-agar, kue, kembang gula,
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, diperoleh kadar
minyak atsiri dari kulit kayu manis (Cassia Indonesia) pada waktu 4 jam lama
destilasi 1,41 %, pada waktu 6 jam lama destilasi 1,71%, selanjutnya pada waktu
8 jam lama destilasi 1,71%. Sehingga untuk efisiensi waktu dapat digunakan
waktu 6 jam sesuai dengan prosedur SNI 01-3395-1994.
5.2 Saran
Dalam percobaan pengaruh waktu destilasi minyak atsiri kayu manisdisarankan
agar disetiap variasi waktunya selalu memperhatikan tetesan air yang tersuling
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. (1990). Kemungkinan Perkembangan Tiga Jenis Kayu Manis di
Indonesia, dalam Tanaman Industri Lainnya.Prosiding Simposium I Hasil
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.
Cassia Indonesia. SNI 01-3395-1994
Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri. Jilid I, Terjemahan S Ketaren. Penerbit
Universitas Indonesia : Jakarta.
Gunawan, D dan Sri Mulyani.(2004). Ilmu Obat Alam.Penebar Swadaya : Jakarta.
Hariana, A. (2007). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya.Penebar Swadaya : Jakarta.
Harris, R. (1990). Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya : Jakarta
Departemen. Kesehatan RI, Dirjen POM. Pedoman Pelksanaan Uji Klinik
Obat Tradisional :Jakarta. Departemen Kesehatan 2000.
Lutony,T.L dan Y. Rahmayati. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Penebar Swadaya : Jakarta.
Rismunandar dan Farry B. Paimin.(2001). Kayu Manis Budidaya dan
Pengolahan. Penebar Swadaya : Jakarta.
Rusli, S dan Abdullah A. (1988).Prospek Pengembangan Kayu Manis di
Indonesia,Jurnal Litbang Pertanian.
Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri.Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Manis. ITB Central Library.Ganesha : Bandung..
Tan, H.L. (1981). Mengenal Macam-Macam Bentuk Rempah-Rempah Olahan,
Keistimewaan dan Manfaatnya, Makalah di dalam Hasil Perumusan dan
Kumpulan Kertas Kerja Pekan Pengembangan Ekspor Rempah-rempah
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. (1990). Kemungkinan Perkembangan Tiga Jenis Kayu Manis di
Indonesia, dalam Tanaman Industri Lainnya.Prosiding Simposium I Hasil
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.
Cassia Indonesia. SNI 01-3395-1994
Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri. Jilid I, Terjemahan S Ketaren. Penerbit
Universitas Indonesia : Jakarta.
Gunawan, D dan Sri Mulyani.(2004). Ilmu Obat Alam.Penebar Swadaya : Jakarta.
Hariana, A. (2007). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya.Penebar Swadaya : Jakarta.
Harris, R. (1990). Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya : Jakarta
Departemen. Kesehatan RI, Dirjen POM. Pedoman Pelksanaan Uji Klinik
Obat Tradisional :Jakarta. Departemen Kesehatan 2000.
Lutony,T.L dan Y. Rahmayati. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Penebar Swadaya : Jakarta.
Rismunandar dan Farry B. Paimin.(2001). Kayu Manis Budidaya dan
Pengolahan. Penebar Swadaya : Jakarta.
Rusli, S dan Abdullah A. (1988).Prospek Pengembangan Kayu Manis di
Indonesia,Jurnal Litbang Pertanian.
Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri.Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Manis. ITB Central Library.Ganesha : Bandung..
Tan, H.L. (1981). Mengenal Macam-Macam Bentuk Rempah-Rempah Olahan,
Keistimewaan dan Manfaatnya, Makalah di dalam Hasil Perumusan dan
Kumpulan Kertas Kerja Pekan Pengembangan Ekspor Rempah-rempah