• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA KULIT KAYU MANIS (CASSIA INDONESIA)

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

HANNY WAHYUNI SYAHPUTRI LUBIS 112401095

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA KULIT KAYU MANIS (CASSIA INDONESIA)

KARYA ILMIAH

HANNY WAHYUNI SYAHPUTRI LUBIS 112401095

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar

Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia)

Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Hanny Wahyuni Syahputri Lubis

Nomor Induk Mahasiswa : 112401095

Program Studi : Diploma (D3) Kimia Industri

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA KULIT KAYU MANIS (CASSIA INDONESIA)

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2014

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, penguasa dan pengatur langit dan bumi., Dialah Dzat yang kepada-Nya bertasbih planet-planet, bintang-bintang, galaksi-galaksi dan seluruh alam raya. Dialah sang pemberi rahmat dan karunia atas ciptaan-Nya Dialah Dzat yang memberikan pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

sholawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Beliaulah sosok terbaik yang menjadi suri tauladan yang telah berhasil mengubah dunia yang dipenuhi kebodohan menjadi dunia beradab yang disinari ilmu pengetahuan.

Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan program Diploma 3 Kimia FMIPA USU Medan yang ditulis berdasarkan pengamatan dan analisa penulis dengan judul “Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia)”.

Tugas Akhir ini dapat ditulis dan terwujud atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda Alm. Drs. Baitang Lubis dan ibunda Almh. Nurhaidah

Daulay beserta kakak saya Eka Adelistin Lubis, Aisyah Hafni Lubis, abang saya Harry Wahyudi Syahputra Lubis dan adik saya Dedy Firmansyah Lubis yang sangat saya sayangi, yang selalu menyertakan do’a kepada saya dalam setiap langkah dan usaha.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan M.S, selaku Ketua Departemen Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku dosen pembimbing yang

banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini.

4. Ibu Darwati selaku Penyelia Laboratorium Minyak Nabati dan

Rempah-Rempah UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.

5. Bapak/Ibu dosen serta pegawai program studi Kimia Industri Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang membimbing penulis sewaktu dibangku perkuliahan.

(6)

Saya menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya, dan bagi penulis khususnya.

Saya berharap apa yang disajikan sekarang ini tidak hanya menjadi sebuah persyaratan saja, tetapi juga bisa menjadi referensi untuk rekan-rekan mahasiswa.

Medan, juli 2014

Penulis

(7)

ABSTRAK

(8)

EFFECT OF TIME DISTILLATION ESSENTIAL OIL CONTENT IN

SKIN CINNAMON (CASSIA INDONESIA)

ABSTRACT

(9)

DAFTAR ISI

(10)

BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1 Alat-alat 23

3.2 Bahan-bahan 23

3.3 Prosedur Percobaan 24

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Daata 25

4.2 Perhitungan 25

4.3 Pembahasan 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 29

5.2 Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Spesifikasi Persyaratan Umum Kayu Manis 11

Tabel 2.2. Spesifikasi Persyaratan Khusus Kayu Manis 12

Tabel 4.1. Spesifikasi Minyak Atsiri Kayu Manis 19

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(13)

LAMPIRAN

Halaman

(14)

ABSTRAK

(15)

EFFECT OF TIME DISTILLATION ESSENTIAL OIL CONTENT IN

SKIN CINNAMON (CASSIA INDONESIA)

ABSTRACT

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kayumanis merupakan salah satu tanaman yang kulit batang, cabang

dandahannya digunakan sebagai bahan rempah-rempah dan merupakan salah

satukomoditas ekspor Indonesia.

Tanaman kayumanis yang dikembangkan di Indonesia terutama adalah

Cinnamomum burmanii Blume dengan daerah produksinya di Sumatera Barat dan

Jambi dan produknya dikenal sebagai cassia-vera atau Korinjii cassia. Selain itu

terdapatCinnamomum zeylanicum Nees, dikenal sebagai kayu manis Ceylon

karena sebagian besar diproduksi di Srilangka (Ceylon) dan produknya

dikenalsebagai cinnamon. Jenis kayumanis ini juga terdapat di pulau Jawa. Selain

kedua

jenis tersebut, terdapat pula jenis C. cassia yang terdapat di Cina

(Abdullah,1990).Sebagian besar kulit kayumanis yang diekspor Indonesia adalah

jenisCinnamomum burmanii. Kulit kayumanis dapat digunakan langsung dalam

bentukasli atau bubuk, minyak atsiri dan oleoresin. Minyak kayu manis dapat

diperolehdari kulit batang, cabang, ranting dan daun pohon kayu manis dengan

caradestilasi, sedangkan oleoresinnya dapat diperoleh dengan cara ekstraksi

kulitkayu manis dengan pelarut organik (Rusli dan Abdullah, 1988).

Sampai saat ini Indonesia hanya mengekspor produk kayu manis

(Cinnamomum burmanii Blume) dalam bentuk kulit yang merupakan komoditas

(17)

29.917 ton ekspor kayu manis dunia, 60%-nya berasal dari Indonesia

sebagaipenghasil utama kayu manis. Negara pengimpor utama kayu manis

Indonesiaantara lain adalah Amerika, Kanada dan Jerman. Indonesia dikenal

sebagaiprodusen utama kayu manis tetapi harga jual komoditas itu sangat rendah

karena

diekspor dalam bentuk bahan baku. Di masa depan sebaiknya harus diubahdengan

terus berupaya melakukan diversifikasi produk dalam upayameningkatkan nilai

tambah. Dengan mengolah kayu manis sebelum diekspormaka dipastikan akan

diperoleh nilai tambah yang lebih besar dan mampumenaikkan harga di tingkat

petani (Tan, 1981).

kayu manis adalah salah satu jenis rempah-rempah yang banyak digunakan

sebagai bahan pemberi aroma dancitarasa dalam makanan dan minuman, dan

bahan aditif pada pembuatan parfumserta obat-obatan. Penggunaan

rempah-rempah secara tradisional biasanyadilakukan dengan menambahkan langsung

bahan asal kedalam makanan danminuman, baik dalam bentuk utuh, rajangan atau

dalam bentuk yang telahdihaluskan. Cara tersebut merupakan cara yang sederhana

tetapi mengandungbeberapa kelemahan terutama bila diterapkan dalam skala

industri. Kelemahankelemahantersebut antara lain : jumlah flavor yang terekstrak

dan meresap kedalam makanan atau minuman rendah, bahan tidak seragam

sehingga sulit untukdistandardisasi, kurang higienis, masih mengandung enzim

lipase yang dapatmerusak bahan pangan dan bahan sering terkontaminasi oleh

jamur, kotoran danbahan asing. Saat ini banyak industri makanan dan minuman

menggunakanrempah-rempah bukan dalam bentuk asal melainkan dalam bentuk

(18)

Kulit kayu manis (Cassia Indonesia) yang sering digunakan sebagai

penambah cita rasa makanan memiliki manfaat. Diantaranya, memiliki efek

mengeluarkan angin, membangkitkan selera atau menguatkan lambung, dan

lain-lain. Selain itu masyarakat pada umumnya sekarang ini lebih memilih

menggunakan obat-obat alami untuk menyembuhkan penyakit, seperti

penggunaan minyak kayu manis yang memiliki banyak kegunaannya.

(Rismunandar,2001)

Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah

dengan judul Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia), sehingga dapat mengetahui mutu dari cassia Indonesia yang didapat melalui proses destilasi dari cassia indonesia yang

di dapat dari komoditi yang tersedia di laboratorium minyak nabati dan

rempah-rempah di UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang, Medan.dengan

berdasarkan pada SNI.

1.2Perumusan Masalah

Permasalahan yangtimbul adalah persepsi variasi waktu dalam penentuan kadar

minyak atsiri pada kulit kayu manis(Cassia Indonesia)yang dilakukan sesuai

dengan SNI 01-3395-1994 dimana kadar minyak atsiri pada kulit kayu manis

(Cassia Indonesia) adalah minimum 1,25%.

1.3Batasan Masalah

Untuk mengarahkan pembahasan dalam Karya Ilmiah ini agar tidak menyimpang

(19)

permasalahan. Sebagai pembatasan masalah ini adalah hanya terbatas pada

persepsi variasi waktu 4,6,dan 8 jam pada penentuan kadar minyak atsiri pada

kulit kayu manis (Cassia Indonesia) sesuai SNI 01-3395-1994

.

1.4Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu destilasi

minyak atsiri pada kulit kayu manis (Cassia Indonesia)

1.5Manfaat

- Untuk mengetahui kenaikan kadar minyak atsiri kulit kayu manis (Cassia

Indonesia) berdasarkan variasi waktu.

- Untuk mengetahui manfaat dari kulit kayu manis (Cassia Indonesia).

- Untuk melihat secara langsung pengujian mutu terhadap berbagai jenis

rempah-rempah khususnya kulit kayu manis (Cassia Indonesia)berdasarkan

SNI 01-3395-1994.

1.6Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini penulis mengambil data yang dibutuhkan

mengenai pengaruh waktu destilasi terhadap penentuan kadarminyak atsiri pada

kulit kayu manis (Cassia Indonesia) di UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi

Mutu Barang, Medan.

1.7Metodologi Penelitian

(20)

1.7.1Metode Penelitian Kepustakaan

Penelitian Kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang digunakan

untuk memperoleh data maupun informasi yang dibuthkan dengan cara membaca

dan mempelajari buku-buku perkuliahan ataupun umum, serta mencari sumber

informasi yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

1.7.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data pada penulisan Karya Ilmiah ini, penulis

menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan dari UPTD. Balai

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kayu Manis

Nama ilmiah : Cinnamomun burmandi (Nees.) BI.

Nama asing : Kaneelkassia, Cinnamomum tree (inggris; yin xiang (cina).

Nama daerah : Sumatera: Holim, holim manis, modang siak-siak (Batak),

kanigar, kayu manis (Melayu), madang kulit manih (Minang kabau). Jawa: Huru

mentek, kiamis (Sunda), kanyegar (Kangean). Nusa tenggara: Kesingar, kecingar,

cingar (Bali), onte (sasak), Kaninggu (Sumba).

Dibubidayakan untuk diambil kulit kayunya, didaerah pegunungan sampai

ketinggian 1.500 m. Tinggi pohon 1-12 m, daun lonjong atau bulat telur, warna

hijau, daun muda berwarna merah. Kulit berwarna kelabu; dijual dalam bentuk

kering, setelah dibersihkan kulit bagian luar, dijemur dan digolongkan menurut

panjang asal kulit (dari dahan atau ranting) (Haris,1990)

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Kayu Manis

Sistematika kayu manis menurut Rismunandar dan Paimin (2001), sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Gymnospermae

Subdivisi : Spermatophyta

(22)

Sub kelas : Dialypetalae

Ordo : Policarpicae

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmanni

Daun kayu manis duduknya bersilang atau dalam rangkaian spiral.

Panjangnya sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm, tergantung jenisny. Warna

pucuknya kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau tua.Bunganya berkelamin dua

atau bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya kecil.Buahnya adalah

buah buni, berbiji satu dan berdaging.Bentuknya bulat memanjang, buah muda

berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua (Rismunandar dan Paimin,

2001).

2.1.2. Jenis-Jenis Kayu Manis dan Penyebarannya

Ada empat jenis kayu manis yang terkenal di dunia perdagangan ekspor maupun

local, yaitu :Cinnamomum burmani, Cinnamomum zeylanicum, Cinnamomum

cassia, Cinnamomum cullilawan.

Cinnamomum burmanni ini berasal dari Indonesia. Tanaman akan tumbuh

baik pada ketinggian 600-1500 mdpl. Tanaman ini banyak dijumpai di Sumatera

Barat. Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu dengan tinggi tanaman dapat mencapai

15 m sementara Cinnamomum zeylanicum dalam dunia perdagangan dikenal

dengan Ceylon cinnamon tanaman ini masih bias di jumpai di habitat aslinya

(23)

Tanaman mencapai tinggi 5-6 m dan bercabang lateral.Pemanenan dapat

dilakukan umur tiga tahun, kulitnya berwarna abu-abu.Selain kulit, daun dan

akarnya pun mengandung minyak atsiri sedangkan Cinnamomum cassia

merupakan tanaman asli dari Birma dan diperbanyak di Cina selatan.Dalam dunia

perdagangan tanaman ini dikenal Chinese cinnamom.Warna pucuknya bervariasi

dari hijau muda sampai hijau kemerahan, tajuknya berbentuk piramida dan

Cinnamomum cullilawan hanya dikenal di daerah Ambon dan pulau Seram

(Maluku) dengan nama selakat atau selakar. Kayunya termasuk kayu lunak dan

berwarna putih sehingga kayunya tidak dapat dimanfaatkan sebagai kayu

bangunan.Kulit batang dan akarnya mengandung minyak atsiri.

2.1.3. Budidaya Kayu Manis

Jenis-jenis kayu manis dapat diperbanyak melalui biji, tunas, akar, stek, dan

cangkokan. Untuk membentuk tanaman yang luas, Ditempuh jalan menyamai biji

sebanyak mungkin (Rismunandar, 1995)

2.1.4. Sistem Panen Kayu Manis

Menurut Rismunandar dan Paimin (2001), Sistem panen sangat menentukan mutu

kayu manis yang dihasilkan. Panen yang kurang benar dapat menurunkan mutu.

Ada empat system panen yang dikenal yaitu : sistem tebang sekaligus sistem

ditumbuk, sistem batang dipukuli sebelum ditebang dan sistem Vietnam.

Sistem tebang sekaligus dilakukan dengan cara memotong langsung

tanamannya hingga dekat tanah, setelah itu dikuliti, sedangkan pada sistem

(24)

dikupas melingkar mulai pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang hingga 80-100

cm. selanjutnya tanaman ditebang pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang.

Tujuan menyisakan pangkal batang ini adalah untuk menumbuhkan tunas baru

yang dapat dijadikan bibit. Pada sistem batang dipukuli sebelum ditebang caranya

dengan memukuli kulit batang hinggat melingkar. Dengan cara ini diharapkan

kulit yang diperoleh lebih tebal. Bertambahnya ketebalan kulit karena pada

bekaspukulan akan terjadi memar atau keretakan pada kulit. Selanjutnya dari

retakan kulit akan tumbuh kalus baru sehingga kulit tampak ada pembengkakan.

Pemukulan batang dilakukan dua bulan sebelum tanaman dikuliti dan pada sistem

Vietnam dilakukan pengelupasan kulit membentuk persegi panjang dengan

ukuran 10 cm × 30 cm atau 10 cm × 60 cm. pengelupasan kulit ini secara

berselang-seling sehingga tampak seperti kotak papan catur. Pada kulit batang

ditoreh dengan bentuk dan ukuran kulit yang akan dikupas. Kulit yang dikupas

tersebut merupakan hasil panen untuk dijemur menjadi bentuk produk kulit kayu

manis kering. Setelah tanaman dirawat. Pada kulit bekas pengupasan akan tumbuh

kalus baru yang akhirnya kulit akan saling bertaut. Pada saat itulah, kulit batang

yang sebelumnya tidak dipanen dapat di panen dengan menyisakan kulit yang

baru tumbuh.Demikian seterusnya panen dilakukan pada kulitnya saja.

2.1.5. Kulit Kayu Manis

Produk kayu manis merupakan hasil utaman dari kayu manis, produk ini berupa

potongan kulit yang dikeringkan. Menghasilkan produk kayu manis sangat

sederhana, yaitu cukup dengan penjemuran. Sebelum dijemur, kulit dikikis atau

(25)

cm. selanjutnya kulit yang sudah bersih ini dijemur dibawah terik matahari selama

2-3 hari, kulit dinyatakan kering kalau bobotnya sudar susut sekitar 50% artinya,

kalau bobot sebelum dijemur 1 kg maka kayu manis kering harus berbobot 0,5 kg.

Kulit bermutu rendah karena kadar airnya masih tinggi, mutu kulit dipengaruhi

oleh kurangnya waktu penjemuran selain kadar air masih tinggi, mutu kulit

dipengaruhi oleh kebersihan tempat penjemuran. Agar dapat menghasilkan mutu

kulit yang baik, penjemuran sebaiknya dilakukan di bawa sinar matahari penuh

(Rismunandar dan Paimin 2001).

Gambar 2.1. Kulit dan bubuk kayu manis

Syarat mutu kayu manis sesuai Standar Nasional Indonesia meliputi

spesifikasi umum dan spesifikasi khusus.

Spesifikasi umum meliputi :

Uji fisika / uji mekanik : Pengikisan, warna, rasa.

Uji mikrobiologi : Serangga utuh mati, kadar jamur/kapang,

kotoran mamalia, kotoran binatang lain.

Uji kimia : Kadar air, kadar abu, kadar pasir.

(26)

Spesifikasi khusus hanya meliputi kadar minyak atsiri (lihat table 1 dan 2)

Tabel 2.1. Spesifikasi Persyaratan Umum Kayu Manis

No. Spesifikasi Satuan Persyaratan

1 Pengikisan - Bersih

2 Warna - Kuning, kuning tua, kuning

kecoklatan

3 Rasa - Pedas-pedas manis, khas Cassia

Indonesia

4 Serangga utuh mati Ekor Maksimum 2 dari total sub

contoh

5 Kotoran mamalia Mg/b Maksimum 1,0

6 Kotoran binatang lain Mg/b Maksimum 1,0

7 Kadar jamur/kapang (bobot/bobot) % Maksimum 5,0

8 Cemaran serangga (bobot/bobot) % Maksimum 2,5

9 Bahan asing % Maksimum 0,50

10 Kadar air (bobot/bobot) % Maksimum 14,0

11 Kadar abu (bobot/bobot) % Maksimum5,0

12 Kadar pasir (bobot/bobot) dry basis % Maksimum 1,0

(27)

Tabel 2.2 Spesifikasi Persyaratan Khusus Kayu Manis

No. Jens mutu Satuan Persyaratan Kadar Minyak

Atsiri (V/B Dry Basis) Min

1 Indonesia Cassia AA Sticks % 1,75

2 Indonesia Cassia AA cut and

washed

(Sumber : SNI 01-3395-1994).

2.1.6 Kandungan Kimia Kayu Manis

Minyak atsiri yang berasal dari kulit komponen terbesarnya ialah cinamaldehid

60-70% ditambah dengan eugenol, beberapa jenis aldehida, benzyl benzoate,

phelandrene dan lain-lainnya. Kadar eugenol rata-rata 80-66%. Dalam kulit masih

(28)

tannin, zat penyamak, gula, kalsium, oksalat, dua jenis insektisida cinnzelanin dan

cinnzelanol, cumarin dan sebagainya (Rismunandar,1995).

Kulit kayu manis mempunyai rasa pedas dan manis, berbau wangi, serta

bersifat hangat. Beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam kayu manis

diantaranya minyak atsiri eugenol, safrole, sinamaldehide, tannin, kalsium oksalat,

dammar dan zat penyamak (Hariana,2007).

2.1.7 Khasiat dan Manfaat Kayu Manis

Minyak atsiri dari kayu manis mempunyai daya tumbuh terhadap mikroorganisme

(antiseptis), membangkitkan selera atau menguatkan lambung (Stomakik) juga

memiliki efek untuk mengeluarkan angin (karminatif). Selain itu minyaknya dapat

digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta, penyegar bau sabun,

detergen, lotion parfum dan cream. Dalam pengolahan bahan makanan dan

minuman minyak kayu manis di gunakan sebagai pewangi atau pengikat cita rasa,

di antaranya untuk minuman keras, minuman ringan (softdrink), agar-agar, kue,

kembang gula, bumbu gulai dan sup (Rismunandar dan Paimin,2001).

Efek farmakologis yang dimilki kayu manis diantara sebagai peluruh

kentut (carminative), peluruh keringat (diaphoretic), anti rematik, penambah

nafsu makan (stomachica) dan penghilang rasa sakit (analgesic) (Hariana,2007).

2.2 Minyak Atsiri

Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak

(29)

Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa,

yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar,

kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari bunga dengan cara penyulingan

dengan uap (Sastrohamidjojo,2004).

Minyak atsiri adalah zat yang berbau yang terkandung dalam

tanaman.Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak

essensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara

terbuka.Istilah essensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman

asalnya. Dalam keadaan segar dan murni tanpa pencemaran, minyak atsiri

umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpangan lama minyak atsiri dapat

teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua

(gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus

terlindung dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang

berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak

memungkinkan berhubungn langsung dengan oksigen udara, ditutup rapat serta

disimpan ditempat yang kering dan sejuk (Gunawan dan Mulyani,2004).

Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar,

batang, kulit, daun, bunga, atau biji, Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain

mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai getir, berbau wangi sesuai dengan

aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut

organic. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri.Misalnya

dalam bahasa inggris disebut essensial oils. Ethereal oils dan volatile oils. Dalam

bahasa Indonesia ada yang menyebut minyak kabur.Mengapa minyak atsiri

(30)

atsiri mudah menguap apabila dibiarkan begitu saja dalam keadaan terbuka

(Lutony dan Rahmayati, 2002).

2.3 Tanaman Penghasil Minyak Atsiri

Jenis minyak atsiri yang telah dikenal dalam dunia perdagangan berjumlah sekitar

70 jenis, yang bersumber dari tanaman, antara lain dari akar, batang, daun, bunga

dan buah. Khususnya di Indonesia telah dikenal sekitar 40 jenis tanman penghasil

minyak atsiri, namun baru sebagian dari jenis tersebut telah digunakan sebagai

sumber minyak atsiri secara komersial, yaitu minyak sereh wangi, nilam, kenanga,

pala, daun cengkeh, cendana, kayu putih, akar wangi, jahe dan

kemukus(Ketaren,1985).

Minyak atsiri terdapat pada dan diperoleh dari bagian tertentu tanaman

yang mengandung minyak atsiri. Bagian ini antara lain akar, biji, buah, bunga,

daun, kulit kayu, ranting dan rimpang atau akar tinggal. Bahkan ada jenis tanaman

yang seluruh bagiannya mengandung minyak atsiri. Kandungan Minyaknya tidak

akan sama antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Misalnya

kandungan kimia minyak atsiri yang terdapat pada kuntum bunga cengkeh

berbeda dengan pada bagian tangkai bunga maupun daun (Lutony dan

Rahmayati,2002).

Aneka minyak tumbuhan yang mengandung aroma dan mudah menguap,

minyak ini dikenal sebagai minyak atsiri (essensial oil), jadi cirri minyak atsiri

ialah mengandung aroma dan disamping terdapat minyak atsiri, terdapat pula

getah dan dammar (resin) yang dinamakan balsam. Unsure yang mengandung

aroma kemungkinan terbentuk dalam hijau daun (Chloroplast) unsure tersebut

(31)

tumbuhan. Tumbuhan tersebut menghasilkan zat penawar (enzim) yang menyerbu

glukosida, hingga mengakibatkan terciptanya minyak atsiri (Haris,1990).

2.4 Sifat-Sifat Minyak Atsiri

Menurut Gunawan dan Mulyani (2004) sifat-sifat minyak atsiri ialah : Tersusun

oleh bermacam macam komponen senyawa, Memiliki bau khas, umumnya bau ini

mewakili bau tanaman asalnya. Mempunyai rasa getir, kadang -kadang berasa

tajam,menggigit, member kesan hangat sampai panas, atau dingin katika terasa

dikulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya. Dalam keadaan murni

(belum tercemar oleh senyawa lain) mudah menguap pada suhu kamar. Bersifat

tidak bias disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi tengik

(rancid), Bersifat tidak stabil pada pengaruh lingkungan, baik berupa oksigen

udara, sinar matahari dan panas, Indeks biasnya tinggi. Pada umumnya bersifat

optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik dan tidak

dapat bercampur dengan air, tetapi cukup larut hingga dapat memberikan baunya

kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil, sanga mudah larut dalam pelarut

organik.

2.5. Fungsi Minyak Atsiri

2.5.1. Fungsi Minyak Atsiri bagi Tanaman

Minyak atsiri dalam jumlah yang relative besar disimpan dalam tanaman, karena

tidak ditransfer ke batang atau daun sebelum daun itu gugur sehingga timbul

asumsi kuat bahwa minyak atsiri merupakan sumber energi yang penting. Minyak

ini dapat menolak kehadiran binatang akan tetapi bagi tanaman tertentu, minyak

(32)

terciptasejenis daya tahan tanaman terhadap kerusakan oleh binatang maupun

tanaman parasit dengan dihasilkan minyak dengan bau yang merangsang. Minyak

berfungsi sebagai penutup bagian kayu yang terluka atau berfungsi sebagai vernis

untuk mencegah penguapan air (cairan sel) yang berlebihan sehingga berfungsi

sebagai penghambat penguapan air (Guenther,1987).

Peranan utama minyak atsiri terhadap tumbuhan adalah sebagai pengusir

serangga (mencegah daun dan bunga rusak) serta sebagai pengusir hewan

pemakan daun. Namun, sebaliknya minyak atsiri juga berfungsi sebagai penarik

serangga guna membantu terjadinya penyerbukan silang dari bunga (Gunawan

dan Mulyani,2004).

2.5.2. Fungsi Minyak Atsiri bagi Manusia

Minyak atsiri sebagai bahan pewangi dan penyedap, antiseptic internal atau

ekternal, sebagai bahan analgesic, haemolitik atau sebagai antizymatik, sebagai

sedative, stimulants, untuk obat sakit perut. Minyak atsiri mempunyai sifat

membius, merangsang atau memuakkan. Disamping itu beberapa jenis minyak

atsiri lainnya dapat digunakan sebagai obat cacing. Minyak atsiri juga membantu

pencernaan dengan merangsang system saraf sekresi sehingga dengan mencium

bau-bauan tertentu, maka akan keluar cairan getah sehingga rongga mulut dan

lambung menjadi basah. Kegunaan lain dari minyak atsiri adalah sebagai bahan

pewangi kosmetik (Guenther,1987).

Minyak atsiri memegang peranan penting bagi kesehatan. Di Indonesia

(33)

- Melalui mulut atau dikonsumsi (oral), antara lain berupa jamu yang

mengandung minyak atsiri atau bahan penyedap makanan (bumbu).

- Pemakaian luar (topical /external use), antara lain pemijat lulur, obat

luka/memar, parfum/pewangi.

- Pernapasan (inhalasi atau aromaterapi), antara lain wangi-wangian

(parfum) atau aromatika untuk keperluan aroma terapi.

- Pestisida nabati, antara lain sebagai pengendali hama lalat buah, pengusir

(repellent) nyamuk dan anti jamur (Kardinan,2005).

2.6. Minyak Atsiri Kayu Manis

Minyak atsiri kayu manis merupakan produk samping dari kayu manis. Minyak

ini mengandung bahan kimia prganik yang berbentuk aroma khas secara

terpadu.Minyak atsiri dapat diperoleh dari kulit ranting dan daun. Nama minyak

kayu manis ini didasarkan pada jenis kayu manis dan bahan asal bahan, yaitu

Cinnamon leaf oil adalah minyak yang diperoleh dari kulit. Sementara Cassia oil

adalah minyak yang diperoleh dari daun, ranting dan bubuk kulit kayu manis.

Komponen utama yang terkandung didalam minyak kayu manis adalah

sinamaldehid, eugenol, aceteugenol, dan aldehida. Selain itu ada kandungan lain

yang menentukan aroma spesifik dari kayu manis. Kandungan terbesar dalam

minyak kayu manis adalah eugenol, sekitar 80-90%. Minyak ini diperoleh dari

penyulingan atau destilasi air dan uap, kandungan minyak yang diperoleh

tergantung pada cara penyulingannya (Rismunandar dan Paimin,2001).

Cinnamon bark oil diperoleh dengan cara menyuling serbuk kulit kayu

(34)

mengandung Cinnamic aldehyde (tidak boleh kurang dari 55%), eugenol (4-10%),

alipathic aldehyde, dan phellandene.

Patokan mutu cinnamon bark oil menurut Essential oil Association of USA

(EOA) meliputi sifat alami dan kimiawi (lihat table 3).

Tabel 2.3. Spesifikasi Minyak Atsiri Kayu Manis

No PARAMETER ZAT/UKURAN

1 Warna, penampilan, dan bau Cairan kuning dengan

bau kayu manis dan rasa

pedas.

2 Berat jenis pada 250C 1,010 sampai 1,030

3 Putaran optic 00 sampai 20C

4 Refractive index, 200C 1,5730 sampai 1,5910

5 Kandungan cinnamicaldehyde 55% sampai 78%

6 Kelarutan dalam alcohol 70% Larut dalam 3 volume

(Cassia Indonesia. SNI 01-3395-1994)

2.7. Penetapan Kadar minyak Atsiri

Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), minyak atsiri umumnya diisolasi dengan

empat metode yang lazim digunakan sebagai berikut :

1. Metode destilasi

Di antara metode-metode isolasi yang paling lazim dilakukan adalah metode

destilasi. Beberapa metode destilasi yang popular dilakukan di berbagai

(35)

a) Metode destilasi kering (langsung dari bahannya tanpa menggunakan air).

Metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk

minyak-minyak yang tahan pemanasan (tidak mengalami perubahan bau

dan warna saat dipanaskan), misalnya oleoresin.

b) Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi uap air

langsung. Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan

segar dan terutama digunakan untuk minyak-minyak yang kebanyakan

dapat rusak akibat panas kering. Seluruh bahan dihaluskan kemudian

dimasukkan ke dalam bejana yang bentuknya mirip dandang. Dalam

metode ini ada beberapa versi perlakuan.

1. Bahan tanaman langsung direbus dalam air.

2. Bahan tanaman langsung masuk air, tetapi tidak rebus. Dari bawahh

dialirkan uap air panas.

3. Bahan tanaman ditaruh di bejana di bagian atas, sementara uap air

dihasilkan oleh air mendidih dari bawah dandang.

4. Bahan tanaman ditaruh di dalam bejana tanpa air dan disemburkan uap

air dari luar bejana.

2. Metode Penyarian

Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan

pemanasan seperti cendana. Kebanyakan dipilih metode ini karena kadar

minyaknya di dalam tanaman sangat rendah/kecil. Bila dipisahkan dengan metode

(36)

menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri yang larut

sempurna di dalam bahan pelarut organic nonpolar.

3. Metode Pengepresan atau Pemerasan

Metode pemerasan/pengepresan dilakukan terutama untuk minyak-minyak atsiri

yang tidak stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk (citrus).Juga

terhadap minyak-minyak atsiri yang baud an warnanya berubah akibat pengaruh

pelarut penyari. Metode ini juga hanya cocok untuk minyak atsiri yang

randemennya relative besar.

4. Metode Enfleurage

Metode enfleurage adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang delekatkan

pada media lilin.Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa jenis bunga

yang setelah dipetik, enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan

minyak atsiri sampai beberapa hari/minggu, misalnya bunga melati, jasmine

sambac, sehingga perlu perlakuan uang tidak merusak aktivitas enzim tersebut

secara langsung.

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri)

dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan

partial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara

kontinyu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran

(senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama

(37)

uap, bahan (simplisia) benar-benar tidak tercelup ke air yang mendidih, namun

dilewati uap air sehingga senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi.

Destilasi uap dan air, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau sebahagian

dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinyu ikut

(38)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Alat-alat

-Neraca analitik sartorius

-Labu destilasi berkapasitas 1 liter pyrex

-Volatile oil trap pyrex

- Alat penggiling rempah

- Batang pengaduk

- Pipet volume 2 ml

- Corong

3.2 Bahan-bahan

- Kulit kayu manis (Cassia Indonesia) yang diserbukkan 35 g

- Larutan NaCI 10% 500 ml

- Xylena 2 ml

(39)

3.1.4 Prosedur Percobaan

1. Ditimbang dengan teliti 35 g kulit kayu manis yang telah diserbukkan

sebelumnya dan dimasukkan dalam labu didih.

2. Ditambahkan larutan NaCl 10% sampai seluruh sampel tersebut terendam

dan ditambahkan pula kedalamnya sejumlah batu didih.

3. Disambungkan labu didih dengan volatile oil trap, tambahkan aquadest dan

2 ml xylena ke dalam trap.

4. Disambungkan lagi dengan kondensorrefluks,panaskan labu didih tersebut

beserta isinya selama (4,6, dan 8 jam) sesudah mendidih atau sampai tidak

ada lagi butir-butir minyak yang menetes.

5. Didinginkan penampung pada suhu kamar sampai lapian minyak terlihat

dengan jelas.

6. Diukur volume minyak yang tertampung.

(40)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh data dalam table

berikut :

Tabel 4.1 Pengaruh Waktu Destilasi Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia)

4.2.1 Penentuan Minyak Atsiri

Kadar minyak atsiri dapat ditentukan berdasarkan perhitungan sebagaiberikut:

Kadar minyak atsiri (%) = volume minyakyangdibaca

beratsampel × 100 %

A. Variasi Waktu 4 Jam

Berat sampel : 35.0000 g

(41)

Waktu : 4 jam

Kadar minyak atsiri (%) = 0.4 ml

35,0000 g × 100 %

= 1.14 %

B. Variasi Waktu 6 Jam

Berat sampel : 35,0005 g

Volume minyak : 0.6 ml

Waktu : 6 jam

Kadar minyak atsiri (%) = 0.6 ml

35,0000 g × 100 %

= 1.71 %

C. Variasi Waktu 8 Jam

Berat sampel : 35,0007 g

Volume minyak : 0.6 ml

Waktu : 8 jam

Kadar minyak atsiri (%) = 0.6 ml

35,0007 g× 100 %

(42)

4.3 Pembahasan

Dari data hasil percobaan diperoleh kadar minyak atsiri kulit kayu manis (cassia

Indonesia)berdasarkan pengaruh waktu 4, 6, dan 8 jam tidak terlalu signifikan.

Dimana selama proses pengerjaan diketahui bahwa pemanasan dengan waktu 4

jam kandungan minyak atsiri pada kulit kayu manis (Cassia Indonesia)hanya

1,14%, hal ini disebabkan karena minyak atsiri pada kulit kayu manis belum

keluar sempurna, kemuadian pemanasan dengan waktu 6 jam minyak atsiri yang

terdapat pada kulit kayu manis (Cassia Indonesia) sudah keluar sempurna yaitu

sebanyak 1,71%, dan pemanasan dengan waktu 8 jam minyak atsiri yang

didapatkan sama dengan pemanasan dengan waktu 6 jam yaitu 1,71%. Hal ini

disebabkan karena minyak atsiri yang terdapat dalam 35 g kulit kayu manis

(Cassia Indonesia) tersebut hanya 1,71%. Jadi untuk efisiensi waktu dan tenaga

maka waktu yang dapat digunakan adalah 6 jam sesuai dengan prosedur yang

telah ditetapkan SNI 01-3395-1994.

Komponen utama yang terkandung dalam minyak kayu manis adalah

sinamaldehid, eugenol, aceteugenol, dan aldehida. Selain itu, masih ada

kandungan lain yang menentukan aroma spesifik dari kayu manis. Kandungan

terbesar dalam minyak kayu manis adalah eugenol sekitar 80-90%.

Sebagian besar komponen aromatik minyak kayu manis larut dalam

air. Akibatnya, pemisahan minyak dan air menjadi sangat sulit sehingga

rendemennya menjadi rendah.Untuk memisahkan minyak tersebut digunakan CO2

cair.Minyak kayu manis diperoleh dari penyulingan atau destilasi air dan uap.

(43)

Penyulingan dengan uap akan menyebabkan sebagian besar minyak

terdekomposisi, sedangkan dengan air dan uap hanya sedikit yang terdekomposisi.

Manfaat minyak kayu manis adalah memiliki efek untuk mengluarkan

angin (karminatif) dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung

(stomakik). Selain itu, minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat

kumur dan pasta, penyegar bau sabun, deterjen, lotion, parfum, dan cream.

Untuk pengolahan makanan dan minuman, minyak kayu manis sudah

lama dimanfaatkan sebagai pewangi atau peningkat cita rasa. Diantaranya untuk

minuman keras, minuman ringan (softdrink), agar-agar, kue, kembang gula,

(44)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, diperoleh kadar

minyak atsiri dari kulit kayu manis (Cassia Indonesia) pada waktu 4 jam lama

destilasi 1,41 %, pada waktu 6 jam lama destilasi 1,71%, selanjutnya pada waktu

8 jam lama destilasi 1,71%. Sehingga untuk efisiensi waktu dapat digunakan

waktu 6 jam sesuai dengan prosedur SNI 01-3395-1994.

5.2 Saran

Dalam percobaan pengaruh waktu destilasi minyak atsiri kayu manisdisarankan

agar disetiap variasi waktunya selalu memperhatikan tetesan air yang tersuling

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. (1990). Kemungkinan Perkembangan Tiga Jenis Kayu Manis di

Indonesia, dalam Tanaman Industri Lainnya.Prosiding Simposium I Hasil

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.

Cassia Indonesia. SNI 01-3395-1994

Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri. Jilid I, Terjemahan S Ketaren. Penerbit

Universitas Indonesia : Jakarta.

Gunawan, D dan Sri Mulyani.(2004). Ilmu Obat Alam.Penebar Swadaya : Jakarta.

Hariana, A. (2007). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya.Penebar Swadaya : Jakarta.

Harris, R. (1990). Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya : Jakarta

Departemen. Kesehatan RI, Dirjen POM. Pedoman Pelksanaan Uji Klinik

Obat Tradisional :Jakarta. Departemen Kesehatan 2000.

Lutony,T.L dan Y. Rahmayati. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.

Penebar Swadaya : Jakarta.

Rismunandar dan Farry B. Paimin.(2001). Kayu Manis Budidaya dan

Pengolahan. Penebar Swadaya : Jakarta.

Rusli, S dan Abdullah A. (1988).Prospek Pengembangan Kayu Manis di

Indonesia,Jurnal Litbang Pertanian.

Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri.Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

(46)

Manis. ITB Central Library.Ganesha : Bandung..

Tan, H.L. (1981). Mengenal Macam-Macam Bentuk Rempah-Rempah Olahan,

Keistimewaan dan Manfaatnya, Makalah di dalam Hasil Perumusan dan

Kumpulan Kertas Kerja Pekan Pengembangan Ekspor Rempah-rempah

(47)

LAMPIRAN

(48)
(49)
(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. (1990). Kemungkinan Perkembangan Tiga Jenis Kayu Manis di

Indonesia, dalam Tanaman Industri Lainnya.Prosiding Simposium I Hasil

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.

Cassia Indonesia. SNI 01-3395-1994

Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri. Jilid I, Terjemahan S Ketaren. Penerbit

Universitas Indonesia : Jakarta.

Gunawan, D dan Sri Mulyani.(2004). Ilmu Obat Alam.Penebar Swadaya : Jakarta.

Hariana, A. (2007). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya.Penebar Swadaya : Jakarta.

Harris, R. (1990). Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya : Jakarta

Departemen. Kesehatan RI, Dirjen POM. Pedoman Pelksanaan Uji Klinik

Obat Tradisional :Jakarta. Departemen Kesehatan 2000.

Lutony,T.L dan Y. Rahmayati. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.

Penebar Swadaya : Jakarta.

Rismunandar dan Farry B. Paimin.(2001). Kayu Manis Budidaya dan

Pengolahan. Penebar Swadaya : Jakarta.

Rusli, S dan Abdullah A. (1988).Prospek Pengembangan Kayu Manis di

Indonesia,Jurnal Litbang Pertanian.

Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri.Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

(51)

Manis. ITB Central Library.Ganesha : Bandung..

Tan, H.L. (1981). Mengenal Macam-Macam Bentuk Rempah-Rempah Olahan,

Keistimewaan dan Manfaatnya, Makalah di dalam Hasil Perumusan dan

Kumpulan Kertas Kerja Pekan Pengembangan Ekspor Rempah-rempah

(52)

LAMPIRAN

(53)
(54)

Gambar

Gambar 2.1. Kulit dan bubuk kayu manis
Tabel 2.1. Spesifikasi Persyaratan Umum Kayu Manis
Tabel 2.2 Spesifikasi Persyaratan Khusus Kayu Manis
Tabel 2.3. Spesifikasi Minyak Atsiri Kayu Manis
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang akan dilakukan adalah membuat suatu sistem pendukung keputusan untuk memilih toko batik dengan menggunakan metode Simple Additive Weighting.. Dalam

Dari hasil analisis dan pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan adalah sebagai berikut Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja,

Koska käsikirjoitetut mallidialogit ovat näin vain ääneen luettua kirjoitettua kieltä, muun muassa Brown & Yule (1983: 83) ja Flowerdew & Miller (1997: 44)

Skripsi ini dilatar belakangi adanya permasalahan dalam penggunaan media pembelajaran yang menjadikan prestasi peserta didik kurang baik. Dalam kasus yang terjadi di MTs

Yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau yang dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam

12) Penyelesaian perselisihan; dan 13) Pengakhiran kerjasama. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama, apabila membebani daerah dan masyarakat sebelum ditandatangani para pihak

However the very recent advent (October, 2011) of ASTER GDEM v2 encouraged us to immediately investigate these new data, particularly with respect to the negative bias, using

Indikator Kinerja Kegiatan Tersajinya Kualitas Laporan Keuangan yang Sesuai Dengan Sistem Akuntansi Pemerintah (Sap) Tanggapan Atas Temuan Pemeriksa Internal dan Eksternal,