• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persutujuan Pembimbing. Jurnal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Persutujuan Pembimbing. Jurnal"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Persutujuan Pembimbing

Jurnal

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLI KLINIK JANTUNG DI RSUD PROF. DR. H.

ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Oleh

STELLI MAKALEW

(NIM. 841410058, Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo)

(2)

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLI KLINIK JANTUNG

DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Stelli Makalew, Zuhriana K. Yusuf, Nasrun Pakaya

Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG Email : stellimakalew@rocketmail.com

ABSTRAK

Stelli Makalew. 2014. Hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung RSUD. Prof. DR. H. Aloei Saboe. Skripsi, Program Studi Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Ibu dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes dan Pembimbing II Bapak Nasrun Pakaya, S.Kep, Ns, M.Kep. Daftar Pustaka : 22 (2002-2012).

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darah ke aorta ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung.

Metode penelitian menggunakan survey analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Populasi pada penelitian adalah seluruh pasien penyakit jantung koroner yang berobat di Poli Klinik Jantung RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 40 responden dengan menggunakan tehnik pengambilan sampel Purposive sampling. Untuk analisa penelitian menggunakan Uji Fisher’s exact test.

Berdasarkan hasil penelitian perilaku merokok yang dialami responden penderita PJK terbagi menjadi 2 kategori yaitu: Perokok berat 29 orang (72,5%), dan perokok ringan 11 orang (27,5%). Sedangkan kejadian penyakit jantung koroner didapatkan 30 responden (75,0%) yang memiliki kejadian penyakit jantung koroner. Maka hasil penelitian adalah terdapat hubungan perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner di poliklinik jantung RSUD. Prof. DR. H. Aloei Saboe dengan nilai p value = 0,002 (P < 0,05 ; α = 0,05).

Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung RSUD. Prof. DR. H. Aloei Saboe. Disarankan agar dapat meningkatkan edukasi masalah kesehatan jantung pada pasien khususnya penderita penyakit jantung koroner.

Kata Kunci : Perilaku, Merokok, Penyakit Jantung Koroner1

1 Stelli Makalew, 841410058, Jurusan Ilmu Keperawatan UNG,

(3)

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh koroner yaitu pembuluh nadi yang mengantarkan darah ke aorta ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung (Kartohoesodo, 2008). Penyakit jantung koroner terjadi bila pembuluh arteri koroner tersebut tersumbat atau menyempit karena endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding srteri. Proses penumpukan itu disebut aterosklerosis, dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner (Citrakesumasari, 2008)

Salah satu faktor resiko utama penyebab terjadinya penyakit jantung

koroner adalah merokok. Orang yang merokok > 20 batang per hari dapat menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi 02 akibat inhalasi co atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan Tahikardi, vasokonstrisi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10 % Hb menjadi carboksi –Hb.

Di Amerika, penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. Di USA setiap tahunnya 550.000 orang meninggal karena penyakit ini. Di Eropa diperhitungkan 20.000 – 40.000 orang dari 1 juta penduduk menderita penyakit jantung koroner (Citrakesumasari, 2008). Berdasarkan Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung Sedunia (WHF) bahwa jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. WHO memprediksi penyakit jantung akan menjadi penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini tercatat lebih dari 7 juta orang meninggal di seluruh dunia pada tahun 2002 akibat penyakit jantung koroner. Angka ini di perkirakan meningkat hingga 11 juta di tahun 2020 (Nurhaedar Jafar, 2010).

Di negara berkembang sendiri dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137% pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor satu didunia (Martini K, 2006: 22).

Di wilayah Gorontalo, berdasarkan data dari Poli Klinik Jantung RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo pada tahun 2013 penderita jantung koroner rawat jalan 3 bulan terakhir berjumlah 92 penderita. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 5 Maret 2014 di Poli Klinik Jantung RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe, 2 penderita pria PJK yang di wawancara dan di observasi keduanya sering merokok sebanyak 6–7 batang per hari.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fitriani Umar di kalangan mahasiswa kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar pada tahun 2009 terdapat pengaruh perilaku merokok dengan pasien rawat jalan penyakit jantung koroner. Pengaruh perilaku merokok dengan pasien rawat jalan penyakit jantung koroner yang hasilnya adalah (42,5%).

Rumah sakit adalah merupakan salah satu sarana kesehatan yang sangat penting dalam menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Secara khusus, gambaran tentang tempat lokasi penelitian yang dilakukan yaitu di

(4)

ruangan poliklinik khususnya di poli klinik jantung. Pada tahun 2012 data menunjukkan bahwa dari jumlah jenis pasien rawat jalan yang masuk di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo terdapat 28.295 pasien (57,30%) dari Kota Gorontalo, dan 19,759 pasien (40,01%) dari wilayah Kota Gorontalo yang tersebar di beberapa Kabupaten yang ada di Provinsi Gorontalo. Sedangkan 1.330 pasien (2,69%) dari luar provinsi gorontalo.

Dari hal – hal di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Apakah Ada Hubungan Antara Perilaku Merokok Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner ”.

Metode Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dan waktu penelitian yaitu mulai tanggal 17 Maret sampai 17 April 2014.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian survey analitik dengan menggunakan metode Cross Sectional Study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari tentang hubungan perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

Variabel Penelitian

Variabel independent dalam penelitian ini adalah perilaku merokok dan Variabel dependent dalam penelitian ini adalah angka kejadian penyakit jantung koroner.

Populasi dan Sampel

Populasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien penyakit jantung koroner yang berobat di Poli Klinik Jantung RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dan sampel pada penelitian ini berjumlah 40 responden dengan tehnik pengambilan sampel porposive sampling yaitu yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri.

Analisa Data

Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variable independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variable independen dan variable dependen dengan menggunakan analisis uji Fisher’s Exact Test.

(5)

Hasil

1. Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan kelompok umur

Kelompok Umur Jumlah

N % 30-40 tahun 4 10 41-50 tahun 9 22,5 51-60 tahun 13 32,5 61-70 tahun 7 17,5 71-80 tahun 7 17,5 Total 40 100%

Sumber : Data Primer April 2014

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan data bahwa responden dengan umur 30-40 tahun berjumlah 4 responden (10%), 41-50 tahun berjumlah 9 responden (22,5%), 51-60 tahun berjumlah 13 responden (32,5%), umur 61-70 tahun berjumlah 7 responden (17,5%), dan umur 71-80 tahun berjumlah 7 responden (17,5%).

2. Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Jumlah N % Pensiunan 1 2,5 Petani 2 5 PNS 9 22,5 Tidak Bekerja 6 15 Wiraswasta 22 55 Total 40 100%

Sumber : Data Primer April 2014

Dari tabel 4.2 didapatkan bahwa jumlah responden untuk pekerjaan pensiunan berjumlah 1 orang (2,5%), petani berjumlah 2 orang (5%), PNS berjumlah 9 orang (22,5%), tidak bekerja berjumlah 6 orang (15%), dan Wiraswasta berjumlah 22 orang (55%).

(6)

3. Karakteristik responden berdasrakan perilaku Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan perilaku

Perilaku Jumlah

N %

Perokok Ringan 11 27,5 Perokok Berat 29 72,5

Total 40 100%

Sumber : Data Primer April 2014

Berdasarkan tabel 4.3 hasil analisis maka didapatkan bahwa hasil responden terdapat 11 responden (27,5%) memiliki riwayat perokok ringan dan terdapat 29 responden (72,5%) yang memiliki riwayat perokok berat.

4. Karakteristik responden berdasarakan Kejadian PJK di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo kejadian acne vulgaris

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi responden berdasarakan Kejadian PJK di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

Kejadian PJK Jumlah N % Jantung Koroner 30 75 Tidak Jantung Koroner 10 25 Total 40 100%

Sumber : Data Primer April 2014

Dari tabel 4.4 didapatkan bahwa terdapat 30 responden (75%) yang memiliki kejadian penyakit jantung koroner dan terdapat 10 responden (25%) yang tidak memiliki kejadian penyakit jantung koroner. Responden yang tidak jantung koroner memiliki penyakit hipertensi.

(7)

5. Hubungan perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung korner Tabel 4.5

Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

Perilaku Merokok Kejadian PJK Total P Value Ya Tidak Jumlah n % n % N % Perokok Ringan 4 10% 7 17,5% 11 27,5% 0,002 Perokok Berat 26 65% 3 7,5% 29 72,5% Total 30 75% 10 25% 40 100%

Sumber : Data Primer April 2014

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh bahwa responden dengan kategori perokok ringan yang memiliki penyakit jantung koroner sebanyak 4 orang (10%), dan responden dengan kategori perokok berat yang memiliki penyakit jantung koroner sebanyak 26 orang (65%). Sedangkan responden yang tidak memiliki penyakit jantung koroner untuk kategori perokok ringan sebayak 7 orang (17,5%), dan responden yang tidak memiliki penyakit jantung koroner untuk kategori perokok berat sebanyak 3 orang (7,5%).

Dari hasil uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p = 0,002 (<0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bemakna antara perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner.

Pembahasan

Perilaku merokok di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar dari jumlah 40 responden terdapat 29 responden (72,5%) yang perokok berat dan terdapat 11 responden (27,5%) yang perokok ringan.

Menurut asumsi peneliti tingginya responden yang perokok berat di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo disebabkan karena sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dan memiliki riwayat perokok terdahulu sehingga perilaku merokok tersebut masih terbawa sampai sekarang. Rokok memiliki nilai tinggi dalam kegiatan sosial dan membuat laki-laki memiliki dimensi perasaan ketergantungan yang tinggi kepada rokok. Hal inilah yang menyebabkan perokok tidak mudah untuk menghilangkan kebiasaan merokok.

Bagian terpenting dari rokok sendiri adalah jumlah batang yang dihisap bukan lamanya seseorang merokok. Insiden infark miocard dan kematian akibat PJK meningkat sesuai dengan jumlah rokok yang dihisap. Seorang pria yang merokok 6-9 batang sehari dapat beresiko 2x terhadap serangan jantung. Dalam hal ini responden pemnderita PJK merupakan perokok berat (>6-12 btg/hari).

Hal ini didukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fitriani Umar 2009 mengenai pengaruh perilaku merokok dengan pasien rawat jalan penyakit jantung koroner yang hasilnya adalah 42,5%.

(8)

Kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa responden dengan umur yang paling banyak yaitu 51-60 tahun berjumlah 13 responden (32,5%), dan dari hasil kejadian penyakit jantung koroner didapatkan 30 responden (75,0%) yang memiliki kejadian penyakit jantung koroner dan 10 responden (25,0%) yang tidak memiliki kejadian penyakit jantung koroner.

Menurut asumsi peneliti tingginya kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo karena tingginya responden yang perokok berat sehingga kejadian penyakit jantung koroner juga ikut meninggi, ini dikarenakan di asap rokok mengandung sekotar 0,5% - 3% nikotin dan apabila dihisap maka kadar nikotin dalam darah akan berkisar antara 40-50mg/ml darah. Akibatnya nikotin dapat mengganggu kinerja jantung karena membuat irama jantung menjadi tidak teratur, mempercepat aliran darah, dan juga dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah sehingga mengakibatkan penyakit jantung koroner.

Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat penyakit jantung koroner pada laki-laki perokok 10x lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4.5x lebih dari pada bukan perokok. Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi 02 akibat in`halasi co atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan Tahikardi, vasokonstrisi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10 % Hb menjadi carboksi –Hb. Disamping itu dapat menurunkan HDL kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas, makin banyak jumlah rokok yang di hirup, kadar HDL kolesterol makin menurun (Hawari, 2007).

Hal ini didasarkan oleh adanya rasa tidak nyaman atau rasa sesak didada, gejala seperti ini dirasakan oleh sepertiga penderita. Rasa nyeri terasa pada dada bagian tengah, lalu menyebar ke leher, dagu dan tangan. Rasa nyeri timbul karena jantung kekurangan darah dan supply oksigen. Faktor resiko juga dapat menjadi alasan terjadinya penyakit jantung koroner. salah satu faktor penyakit jantung koroner adalah merokok (1 pak atau lebih dalam sehari).

Hal ini didukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fitriani Umar 2009 mengenai pengaruh perilaku merokok dengan pasien rawat jalan penyakit jantung koroner yang hasilnya adalah 42,5%.

Hubungan perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner

Berdasarkan hasil penelitian analisis data bivariat pada tabel 4.5 menunjukkan hasil dari total 40 responden, terdapat 4 responden (10%) yang memiliki penyakit jantung koroner dengan kategori perokok ringan dan yang memiliki penyakit jantung koroner dengan kategori perokok berat sebanyak 26 orang (65%). Sedangkan responden yang tidak memiliki penyakit jantung koroner untuk kategori perokok ringan sebanyak 7 orang (17,5%) dan responden yang tidak memiliki penyakit jantung koroner untuk kategori perokok berat sebanyak 3 orang (7,5%).

(9)

Dari hasil uji statistic Fisher’s Exact Test diperoleh nilai 0,002 (p<0,05) untuk taraf signifikan α = 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner.

Menurut asumsi peneliti, pada tabel 4.5 sebagian responden yang memiliki penyakit jantung koroner dengan kategori perokok ringan 4 responden (10,0%) menunjukkan bahwa perokok ringan tetap ada kejadian penyakit jantung koroner karena responden memiliki riwayat penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tekanan tinggi di dalam arteri (pembuluh nadi) akan merusak dindingya dan merangsang timbulnya aterosklerosis atau ateroma. Jantung juga akan bekerja lebih keras untuk memompa darah yang bertekanan tinggi tanpa suplai O2 yang mencukupi, hal tersebut mengakibatkan kemungkinan seseorang terkena angina atau serangan jantung.

Adanya hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner dikarenakan asap rokok mengandung sekitar 0,5% sampai 3% nikotin dan apabila dihisap maka kadar nikotin dalam darah akan berkisar antara 40-50mg/ml darah. Akibatnya, nikotin dapat mengganggu kinerja jantung karena membuat irama jantung menjadi tidak teratur, mempercepat aliran darah, menimbulkan kerusakan lapisan dalam dari pembuluh darah dan menimbulkan kerusakan lapisan dalam dari pembuluh darah dan menimbulkan penggumpalan darah. Nikotin dalam rokok juga dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dan penyempitan ini bisa terjadi pada pembuluh darah koroner, yang bertugas membawa oksigen ke jantung (Sani, 2006).

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa resiko PJK secara signifikan 3 kali lebih besar pada orang yang merokok. Sebagaimana diketahui bahwa rokok mengandung tar yang cukup tinggi, semakin lama seseorang merokok semakin besar kemungkinan menderita PJK, dan semakin lama pula orang terpapar oleh asap rokok yang akan mempengaruhi organ-organ tubuh yang terpapar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fitriani Umar (2009) yang berjudul pengaruh perilaku merokok dengan pasien rawat jalan penyakit jantung koroner yang lebih banyak berjenis kelamin laki-laki di Universitas Hasanuddin Makassar.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disumpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Perilaku merokok yang dialami responden penderita PJK terbagi menjadi 2 kategori yaitu: Perokok berat 29 orang (72,5%), dan Perokok Ringan 11 orang (27,5%).

2. Kejadian penyakit jantung koroner didapatkan 30 responden (75,0%) yang memiliki kejadian penyakit jantung koroner dan 10 responden (25,0%) yang tidak memiliki kejadian penyakit jantung koroner..

3. Terdapat hubungan yang bermakna (p=0,002) antara perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

(10)

Saran

1. Bagi institusi rumah sakit, hendaknya memberikan edukasi masalah kesehatan jantung pada pasien khususnya penderita penyakit jantung koroner.

2. Bagi pihak rumah sakit, dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pembinaan terhadap kesehatan khususnya dalam pembinaan pasien terhadap perilaku merokok.

3. Untuk peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner agar memperhatikan faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ridwan, M. 2012. Mengenal Jantung Koroner. Jawa Tengah: Widyamara Pustaka.

Umar, Fitriani 2009. Perilaku Merokok Dan Lingkungan Pemukiman Pasien Rawar Jalan Penyakit Jantung Koroner Di Makassar. Skripsi, Program Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Makassar.

Subanada, M 2004. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok. Skripsi, Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Pekanbaru.

Citrakesumasari. 2008. Faktor Resiko Lingkungan Dan Perilaku Sebagai Indikator PJK Pada Masyarakat. Universitas Hassanudin, Makassar.

Anwar, T 2004. Jenis-jenis Penyakit Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Martini, I 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta. Gramedia.

Kasron. 2012. Kelainan Penyakit Jantung Koroner. Yogyakarta: Nuha Medika. Purwohudoyo. 2009. Penyebab Jantung Koroner. Skripsi, Program Sarjana

Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta.

Hidayat, A. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

(11)

Purwanityas dan Niniek. 2008. Merokok dan Pencegahannya. Bandung: Andi Offset.

Mu’tadin, S 2002. Penggunaan Rokok Bagi Kesehatan. KTI, Fakultas Kedokteran Universitas Yogyakarta.

Nasution. 2007. Merokok Tidak Baik Untuk Kesehatan. Jakarta: AgroMedia. Edwin, G 2006. Perilaku Sikap dan Kebiasaan Merokok. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Jawa Timur.

Rilantono, 2008. Bahaya dan Akibat Merokok Bagi Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

Purwatidiastuti, 2009. Faktor yang Mempengaruhi Penyakit Jantung Koroner. Skripsi, Program Sarjana Fakultas Kedokteran, Malang.

Aula, S 2010. Apa itu Rokok dan Cara Penanganannya. Malang: Bayu Offset. http://www.google.com/rokok_dan_cara_penanganannya : Pengertian Rokok Menurut Para Ahli.

Indri Kemala Nasution, 2007. Perilaku Merokok pada Remaja. (http://library.usu.ac.id:8080) diakses pada 20 juli 2008).

Kusmana, D 2007. Rokok & Kesehatan Jantung. (http://www.google.com/kardiovaskuler.com.php?id312).

Suryono, 2008. Kesehatan Jantung. Yogyakarta: Fitramaya.

Pujiastuti, Sarah. 2011. Cara Mudah Mencegah dan Mengatasi Jantung. Bogor: Bee Media Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Menganalisis kepraktisan dari LKS bercirikan 4C bermuatan soal HOTS ditinjau dari keterlaksanaan LKS berdasarkan hasil angket respon peserta didik, dengan cara

Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa setiap perusahaan baik manufacturing maupun perusahaan jasa konstruksi sangat membutuhkan peramalan penjualan produk

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Program Studi S1 Ilmu

Selain cabai sebagai bahan utama dalam pembuatan sambal ada juga bahan lain yang ditambahkan yaitu bumbu atau rempah-rempah seperti garam, tomat, terasi, bawang

Solusi yang ditawarkan oleh ajaran Islam untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) muslim antara lain sebagai berikut : (a) Supaya suami sebagai

Sebagai jawaban atas pertanyaan Paula, apakah yang terjadi itu kebohongan atau bahkan dosa, Tuan Perini mengemukakan pendapatnya, bahwa orang Jerman – DIE DEUTSCHEN selalu

Waktu normal untuk menyelesaikan Program magister perencanaan pembangunan adalah 2 tahun.Mahasiswa diwajibkan untuk menyelesaikan semua mata kuliah wajib pada semester I dan II

Agar dapat menyalurkan air melalui saluran tersier dalam jumlah yang cukup dan tidak terjadi kehilangan air yang besar pada saluran atau untuk mendapatkan