• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Munculnya sebuah konsep pembaruan sistem pembinaan terhadap narapidana yang ada di Indonesia ini tidak dapat dipisahkan dari sistem yang mendahuluinya. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sebagai salah satu negara yang sekarang ini mulai berkembang ke arah yang lebih baik, Negara Indonesia memerlukan adanya perubahan di dalamnya. Salah satu perubahan yang dibutuhkan terutama di dalam masyarakat yaitu dengan adanya sistem hukum yang bertujuan untuk menciptakan ketertiban yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat.

Banyak sekali peraturan maupun Undang – Undang yang diciptakan untuk menjaga ketertiban bagi masyarakat akan tetapi hal ini juga dapat menimbulkan tindak kriminalitas di kalangan masyarakat sehingga ketertiban yang ada menjadi terganggu. tindakan kriminalitas ini akhirnya menjadi tanggung jawab dari pihak penegak hukum. Perkembangan zaman yang semakin maju ini menyebabkan tindak kriminalitas semakin lama semakin banyak terjadi di dalam masyarakat dan hal ini membuat para penegak hukum yang kewalahan untuk menamganinya. Oleh sebab itu didirikan suatu lembaga yang bertugas untuk menangani para pelaku kriminalitas tersebut melalui sistem dan proses hukum yang berlaku.

Sistem dan proses hukum yang ada ini kemudian dikembangkan oleh pemerintah melalui pemberlakuan konsep pembinaan bagi para pelaku tindak

(2)

kriminalitas yang disesuaikan denagn peraturan dan perundang – undangan yang berlaku. Konsep permasyarakatan tentang Lembaga Permasyarakatan ini pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman RI Sahardjo pada tahun 1962. Tugas dari lembaga permasyarakatan ini tidak hanya melaksanakan hukuman saja melainkan juga mengembalikan orang – orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat Salah satu lembaga permasyarakatan itu adalah Rumah Tahanan Negara yang merupakan unit pelaksana teknis di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang dulunya bernama Departemen Kehakiman RI. Rutan ini didirikan di

setiap ibukota Kabupaten atau kota 1

Sistem penjara yang ada di Indonesia ini berkembang semenjak masa penjajahan kolonial Belanda. Hal ini dapat dilihat dalam Reglement tentang penjara tahun 1917. Dalam pembinaan di penjara, keberhasilam sistem pembinaan ini tidak dapat dipungkiri juga tergantung dari pgawai yang ada di dalam penjara tersebut. Dalam Reglement dijelaskan bahwa “ pegawai penjara diwajibkan untuk memperlakukan narapidana

secara perikemanusiaan dan secara peri keadilan “ yang tujuannya agar narapidana

dapat berubah ke arah yang lebih baik. 2

Konsep permasyarakatan yang dicanangkan oleh Sahardjo ini membuka jalan bagi perlakuan terhadap narapidana dengan cara permasyarakatan sebagai tujuan dari pidana penjara. Konsep permasyarakatan ini akhirnya disempurnakan dalam Konferensi dinas para pimpinan kepenjaraan yang dilakukan di Bandung pada tanggal 27 April

1

Soedjono Dirdjosisworo, Sejarah dan Azaz Penologi, ( Bandung : Armico, 1984) hlm. 199.

2

Bachtiar Agus Salim, Tujuan Pidana Penjara Sejak Reglemen 1917 Hingga Lahirnya Sistem Pemasyarakatan di Indonesia Dewasa ini, ( Medan: Pustaka Bangsa, 2003 Pemikiran Hukum Guru Besar Dari Masa ke Masa ) . hlm 129.

(3)

1964 yang isinya mengenai sistem pidana penjara diilakukan melalui sistem permasyarakatan. Dengan demikian sistem permasyarakatan telah memperkenalkan

sistem baru dalam sistem kepenjaraan di Indonesia. 3

Lembaga Permasyarakatan ini sangat berperan penting di dalam pembinaan narapidana karena para narapidana ini akan dibimbing ditengah – tengah masyarakat yang merupakan kebutuhan dalam proses permasyarakatan. Dalam sistem pembinaan ini narapidana yang ada di Lembaga Permasyarakatan diharapkan dapat memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindakan yang melanggar ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku. Lembaga Permasyarakatan ini tidak semata – mata hanya sebagai tempat pemidana orang melainkan lembaga ini juga sebagai tempat membina sekaligu mendidik para narapidana yang tujuannya setelah lepas dari lembaga permasyarakatan ini mereka dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat.

Pembinaan terhadap narapidana ini tidak terlepas dari dinamika yang ada yang bertujuan agar warga binaan lembaga permasyarakatan mempunyai bekal untuk

menyongsong kehidupan setelah menjalani masa hukuman di lembaga

permasyarakatan. Keberhasilan di dalam pembinaan ini juga tidak terlepas dari lembaga – lembaga dan tenaga ahli yang cakap untuk mengembangkan pembinaan terhadap narapidana yang ada di lembaga permasayarakatan. Sistem pembinaan di lembaga permasyarakatan ini diharappkan mampu membuat narapidana menjadi lebih baik lagi setelah keluar dari lembaga permasyarakat dan mengembangkan apa yang sudah

didapatkan didapat selama berada di lembaga permasyarakatan.4

3

Romli Atmasasmita, Strategi Pembinaan Pelanggar Hukum Dalam Konteks Penegakan Hukum Di Indonesia, ( Bandung: Alumni, 1982,), hlm 12.

4

(4)

Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini adalah salah satu rumah tahanan yang terletak di jalan Slamet Riyadi, Gladak Surakarta. Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini berdiri pada tahun 1878 dengan nama Rumah Penjara Surakarta dan di dalam pelaksanaannya masih menggunakan sistem balas dendam sebagai sarana untuk menghukun narapidana yang ada di Rumah Penjara Surakarta. Hal ini menyebabkan penjara seolah – olah dijadikan sebagai sarana pembalasan dendam dari negara terhadap orang yang melakukan tindak pidana dengan cara menghukum seberat – beratnya

bahkan lebih ironis lagi, hak – hak kebebasan serta kemerdekaannya juga ikut dicabut.5

Dalam sistem ini, narapidana diisolasikan dari kehidupan masyarakat orang hukuman dipandang sebagai individu yang rendah martabatnya sehingga tidak layak bersosialisasi dengan masyarakat. Realisasi dari sistem balas dendam ini dianggap tidak manusiawi dan akhirnya memunculkan fenomena baru. Pada tahun 1964, terjadi perubahan sistem yang semula sebagai alat balas dendam berubah menjadi sistem pemasyarakatan yang lebih menekankan pada proses pembinaan yang diarahkan pada segi kepribadian sebagai dasar perubahan sikap dan tingkah laku yang lebih baik meskipun sekarang sistemnya sudah berubah, nama Rumah Penjara masih melekat

sehingga kesan angker dan arogan masih mendominasi. 6

Surat Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 11 Maret 1976 No. Y.S.4 /2/23/1976 tentang pembentukan kantor-44 45 kantor Direktorat Jenderal Bina Tuna Warga di Kabupaten atau Kotamadya, maka Lembaga Pemasyarakatan Surakarta berkedudukan sebagai kantor Direktorat Jenderal Bina Warga dengan membawahi

5

Arsip Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta tahun 1978 – 1986, Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah. 2013 hlm iv.

6

(5)

beberapa Lembaga Pemasyarakatan yang berada di eks Karesidenan Surakarta yang meliputi Lembaga Pemasyarakatan Klaten, Lembaga Pemasyarakatan Boyolali, Lembaga Pemasyarakatan Wonogiri, dan Lembaga Pemasyarakatan Sragen.

Surat Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 30 Juli 1977 No. Y. S. 4 / 6/ 3 tahun 1977 tentang Penetapan Klasifikasi dan Balai Bispa, maka Lembaga Pemasyarakatan Surakarta berkedudukan sebagai Kantor Direktorat Jenderal Bina Tuna Warga juga sebagai Lembaga Pemasyarakatan Klas I. Pada tahun 1983 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 16 Desember 1983 No. 03. UM. 01. 06 tentang penetapan Lembaga Pemasyarakatan tertentu sebagai Rumah Tahanan Negara (Rutan), maka Lembaga Pemasyarakatan Surakarta disamping sebagai Lembaga Pemasyarakatan sekaligus sebagai Rumah Tahanan Negara (Rutan).

Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. M. 04. PR. 07. 03 tersebut tentang organisasi dan tata kerja, Rumah Tahanan Surakarta ditetapkan sebagai Rumah Tahanan Negara (Rutan) Klas I dengan wilayah wewenang meliputi Kotamadya / Daerah Tingkat II Surakarta, Daerah Tingkat II Sukoharjo dan Daerah Tingkat II Karanganyar yang kini

namanya menjadi Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar. 7

Sistem pembinaan yang dilakukan kepada narapidana yang ada di Rumah Tahann Negara Klas 1 Surakarta ini adalah pembinaan tdalam dari berbagai bidang dianatarnya adalah bimbingan pendidikan umum di sekolah, bimbingan pendidikan keagamaan, bimbingan pendidikan kepramukaan, bimbingan keterampilan beternak, bimbingan pendidikan keterampilan berwirausaha. Selain pembinaan yang dilakukan oleh Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta ini juga pada tahiun 1978 – 1986

7

(6)

menampung para tahanan politik yang ada di Surakarta. Pada tahun 1978 – 1986 ini banyak tahanan yang ditangkap karena pada saat itu para tahanan ini menentang kebijakan Orde Baru yang dicanagkan pada masa pemerintahan Soeharto. Pada masa Orde Baru, Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta menjadi salah satu lembaga permasyarakatan yang wajib melakukan penataran P4 yang merupakan kebijakan dari pemerintah pada saat itu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi dan situasi lembaga permasyarakatan yang ada di Surakarta tahun 1978 – 1986 ?

2. Bagaimana pembinaan narapidana di Lembaga Permasyarakatan di Surakarta tahun 1978 - 1986 ?

3. Bagaimana pengaruh Rumah Tahanan Negara Klas 1 dalam melakukan pembinaan bagi narapidana yang ada di Surakarta tahun 1978 – 1986 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui kondisi dan situasi lembaga permasyarakatan yang ada di daerah Surakarta.

2. Untuk mengetahui pembinaan narapidana di Lembaga Permasyarakatan di Surakarta

(7)

3. Untuk mengetahui pengaruh Rumah Tahanan Negara Klas 1 dalam melakukan pembinaan terhadap narapidana di Surakarta tahun 1978 – 1986 .

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi untuk mengetahui latar belakang pembinaan narapidana yang ada di Lembaga Permasyarakatan yang ada di Surakarta.

2. Sebagai informasi tentang kondisi dan situasi lembaga permasyarakatan yang ada di Surakarta serta untuk mengetahui pengaruh Rumah Tahanan Negara Klas 1 dalam melakukan pembinaan kepada narapidana di Surakarta.

3. Sebagai salah satu bahan untuk penelitian selanjutnya.

E. Kajian Pustaka

Untuk memperdalam pengetahuan yang gunakan untuk mengkaji penelitian ini, penelitian ini menggunakan tinjauan pustaka berupa beberapa buku dan skripsi sebagai penuntun dalam penelitian ini. Buku – buku dan skripsi yang digunakan dalam penelitan ini diantaranya adalah buku – buku dan skripsi yang relevan dengan tema yang diambil oleh penulis. Beberapa buku dan sumber – sumber yang akan penulis gunakan ini memiliki korelasi yang sama proposal skripsi yang akan ditulis meskipun tema yang ditulis sama namun perbedaannya ada pada sistem yang berlaku di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta

Buku pertama karya dari Bambang Waluyo. yang berjudul Pidana dan Pemidanaan yang terbit pada tahun 2008. Buku ini membahas bagaimana hukum pidana yang berlaku di Indonesia. Dalam buku ini juga dibahas bagaimana hukum pidana yang diberlakukan bagi para pelaku tindak pidana. Di Indonesia, hukum pidana

(8)

yang diberlakukan berdasarkan tindak pidana yang dilakuka dan peraturan – peraturan ini diatur dalam Undang – Undang yang dibuat oleh pemerintah. Undang – Undang berisi pasal – pasal yang diperuntukan bagi pelaku pidana. Buku ini juga berisi pasal – pasal mengenai rumah tahanan negara.

Buku kedua adalah buku yang berjudul Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke Reformasi karya dari Andi Hamzah yang terbit pada tahun 1986.. Dalam buku ini dibahas tentang sistem kepenjaraan yang ada pada masa Hindia Belanda sampai sekarang. Di dalam buku ini juga dijelaskan bagaimana sistem penjara yang ada pada masa Hindia Belanda dan juga bagaimana perlakuan yang diterima oleh narapidana dari kalangan bumi putera maupun dari kalangan Eropa. Masuknya sistem penjara ini merupakan tonggak awal dibentuknya rumah tahanan negara di Indonesia.

Skripsi yang berjudul Pertanggungjawaban Kesatuan Pengamanan Rutan Dalam Penanggulangan Konflik Warga Binaan Rutan Klas 1 Surakarta yang ditulis oleh Ita Puspitasari dari Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS tahun 2013 . Skripsi ini membahas bagaimana kebutuhan warga binaan Rutan Klas 1 Surakarta yang didalamnya masih terdapat kurangnya penyediaan saran dan kritik bagi warga binaan / LSM. Dalam skripsi ini juga dibahas tentang keadilan bagi para warga binaan terutama dalam gender namun yang kurang adalah kurang keadilan bagi penghuni anak di Rutan Klas 1 Surakarta.

Skripsi yang berjudul Pembinaan Rohani Dan Keterampilan Di Rutan Klas 1 Surakarta yang ditulis oleh Dwi Lestari dari FKIP UMS terbit tahun 2011. Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana pelaksanaan pembinaan rohani bagi warga binaan

(9)

Rutan Klas 1 Surakarta. Dalam skripsi ini juga dijelaskan bagaimana program pembinaan yang dilakukan pada warga binaan ini dapat memberikan bekal baik secara material maupun secara spiritual. Relevansi skripsi ini terhadap penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada pembinaan terhadap warga binaan yang ada di Rutan Klas 1 Surakarta namun perbedaannya adalah di dalam penelitian yang dilakukan tidak hanya mencakup tentang pembinaan rohani saja melainkan juga mencakup tentang pembinaan pendidikan yang ada di Rutan Klas 1 Surakarta. Selain itu, penelitian yang dilakukan penulis ini ada batas periodisasi yaitu pada 1978 – 1986.

Skripsi yang berjudul Perbedaan Kecemasan Ditinjau Dari Locus Of Control Pada Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rutan Kelas 1 Surakarta yang ditulis oleh A’ Sakofi Yusa R.M. dari jurusan Psikologi UMS terbit tahun 2012. Dalam skripsi ini dijelaskan bagaimana kondisi psikologis dari warga binaan Rutan Klas 1 Surakarta dalam menghadapi tekanan fisik dan tekanan batin terutama pada warga binaan ini melakukan pemeriksaan. Subjek penelitian dalam skripsi adalah Warga Binaan pemasyarakatan Rumah Tahanan (Rutan) Klas I Surakarta ialah laki – laki dengan rentang usia 21 – 45 tahun yang sedang menjalani persidangan menunggu putusan vonis hakim serta menjalani masa tahanan kurungan 3 bulan awal.

Skripsi yang berjudul Pengaruh Bimbingan Dan Penyuluhan Islam Terhadap Keberagamaan Narapidana Di Rumah Tahanan Klas I Surakarta yang ditulis oleh M. Burhanuddin Hendrawasih dari Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang terbit tahun 2005. Skripsi ini menjelaskan kegiatan bimbingan dan penyuluhan terutama Agama Islam kepada narapidana yang ada di Rutan Klas 1 Surakarta. Dalam skripsi ini

(10)

juga dijelaskan sedikit tentang gambaran umum Rutan Klas 1 Surakarta namun pada skripsi lebih dititikberatkan pada bimbingan dan penyuluhan Agama Islam saja.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah.

Metode sejarah memiliki empat tahap yaitu Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi atau

penafsiran dan historiografi.8

1. Tahap pertama yaitu tahap heuristik yaitu tahap pengumpulan data yang

berupa data berupa arsip - arsip dan dokumen yang sesuai dengan pemelitian yang dilakukan. Sumber atau data yang dikumpulkan ini berdasarkan tema yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan pengumpulan sumber atau data yang berupa studi dokumen, studi pustaka maupun wawancara.

a. Studi Dokumen

Penggunaan dokumen dalam penelitian sejarah sangatlah penting. Dokumen ini dapat dijadikana bahan acuan di dalam melakukan penelitian ini. Studi dokumen ini bertujuan untiuk memperoleh dokumen yang berkaitan dengan peristiwa yang berkaitan dengan penelitian. Dokumen juga berfungsi smenyajikan data, menguji , dan memberikan gambaran terhadap teori yang akan memberikan fakta – fakta yang berkaitan dengan peristiwa yang akan diteliti. Dokumen yang akan dipakai dalam penelitian meliputi Arsip – arsip yang didapatkan dari Badan Arsip dan

8

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, ( Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya, 1995 ), hlm 94 -97

(11)

Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, Arsip – arsip diantaranya adalah Laporan Kegiatan Agama pada tahun 1980 dari Kantor Ditjen Permasyarakatan Kota Surakarta, Daftar nama – nama Napi yang mendapat pendidikan umum, pendidikan kejuruan dan kursus keterampilan di Lembaga Permasyarakatan Surakarta tahun 1983, Surat Keputusan Kepala Kantor Departemen Kotamadya Surakarta tentang Kejar Paket A di dalam Lembaga Permasyarakatan Klas 1 Surakarta tahun 1986.

b. Studi Pustaka

Penelitian juga mengunakan pustaka – pustaka yang terkait dengan tema

penelitian yang akan ditulis. Studi pustaka ini dilakukan sebagai bahan pelengkap dan pendukung dalam sebuah penelitian. Tujuan dari studi pustaka ini adalah memahami teori dan konsep yang diperlukan dalam pnelitian ini. Sumer pustaka yang digunakan antara lain yaitu skripsi, buku – buku, artikel atau sumber lain yang relevan dengan tema penelitian yang akan ditulis. Buku – buku yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpuustakaan FIB Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Ilmu Hukum Universitas Sebelas Marer Surakarta.

c. Wawancara

Dalam penelitian ini juga menggunakan wawancara sebagai sumber

pendukung dalam penelitian ini. Wawancara yang dilakukan ini memiliki tujuan mendapatkan keterangan dan informasi secara lisan dari narasumber yang diwawancarai. Wawancara ini dilakukan dengan narasumber yang berasal dari

(12)

Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta maupun masyarakat yang berada di sekitar Rumah Tahanan Klas 1 Surakarta

2 Tahap kedua adalah tahap Kritik Sumber, pada tahap ini memiliki tujuan untuk mengetahui kebenaran sumber atau data yang diperoleh. Kritik sumber ini terdiri dari kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern ini dilakukan dengan cara mengkritisi isi dari sumber tertulis dengan sumber lain dengan cara menyesuaikan sumber atau data berdasarkan tema yang akan diteliti. Kritik

ekstern ini digunakan untuk mengkritisi bentuk sumber atau data dengan melihat bentuk fisik dan keaabsahan narasumber wawancara, pada tahap ini menunjukkan bahwa sumber atau data yang diperoleh relevan dengan tema yang akan diteliti.

3. Tahap ketiga adalah tahap Interpretasi, yaitu tahap dimana menganalisa data yang diperoleh melalui sumber tertulis maupun lisan untuk memperoleh fakta yang terjadi. Dalam tahap ini juga menafsirkan fakta – fakta yang dimunculkan dalam sumber atau data yang sudah diseleksi menurut aturan waktu dan peristiwa yang

relevan dengam tema yang akan dibahas.9

4. Tahap keempat adalah tahap historiografi, yaitu tahap terakhir dalam metode sejarah. Pada tahap ini penulisan sejarah yang merupakan rangkaian dari fakta – fakta yang telah dianalisis dan diinterpretasi dari sumber – sumber yang sudah diolah melalui

9

(13)

tahapan – tahapan diatas. Penulisan dan gaya bahasa dalam penelitian ini

disesuaikan agar pembaca dapat tertarik untuk membaca penetian ini.10

G. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan ini bertujuan untuk lebih mempelajari setiap bab yang akan dibahas dalam proposal ini. Sistematika dalam penulisan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian yang isinya mengenai tahap pengumpulan sumber atau data dan teknik pengumpulan sumber atau data.

Bab II berisi tentang kondisi dan situasi di Lembaga Permasyarakatan yang ada di Surakarta. Dalam bab ini dijelaskan juga dibahas tentang gambaran umum krimininalitas di Surakarta dan kondisi dan situasi Lembaga Permasyarakatan di Surakarta pada tahun 1978 – 1986 serta sistem pembinaan narapidana yang ada di Indonesia.

Bab III berisi tentang latar belakang pembinaan narapidana yang ada di Lembaga Permasyarakatan di Surakarta. Dalam bab ini juga akan dibahas apa saja sistem pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Permasyarakatan di Surakarta.

Bab IV berisi tentang pengaruh Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta dalam melakukan pembinaaan kepada narapidana yang ada di sana. Dalam bab ini juga

10

(14)

dijelaskan kendala dan dampak Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta dalam melakukan pembinaan terhadap narapidana.

Bab V merupakan penutup yang isinya tentang keseluruhan garis besar dari rumusan masalah yang sudah ditulis. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan yang akan menjawab keseluruhan rumusan masalah yang akan diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa: (a) model pembelajaran menggunakan media wayang kardus dalam pembelajaran IPS dapat

Perlu adanya penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode yang tepat atau pembiasaan siswa dalam berliterasi pada bacaan IPA yang berhubungan dalam kehidupan

Setelah menyimak penjelasan guru tentang tanggung jawab warga, siswa dapat mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan pemilihan kepala desa di desanya.. Setelah

Menimbang, bahwa berdasarkan pemeriksaan setempat, Majelis Hakim berpendapat gambar lokasi tanah dalam surat ukur ketiga Sertipikat Hak Milik milik Penggugat tidak

Penulis : “Menurut pendapat bapak, dengan penggunaan Teknologi Informasi adakah pengaruhnya terhadap hasil akhir pekerjaan anda saat ini?”. Informan 11 :

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Sudjarni, 2015 yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap

Perairan Teluk Bakau memiliki 14 jenis plankton, dari hasil analisis indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi menunjukkan bahwa perairan ini

Dalam kedudukannya sebagai pengelola barang, dan dihubungkan dengan amanat pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 17 tahun 2003, Gubernur juga berwenang mengajukan usul untuk