• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENGAMATAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENGAMATAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENGAMATAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Tentang

IDEOLOGI PANCASILA

“Masih Relevan – kah Pancasila Menjadi Dasar

Negara Indonesia?”

Oleh :

Vivi Cahyaningsih Tamolung, dkk

Kelas :

XII IPA 1

MAN KALABAHI

2015

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Pancasila dengan judul : “MASIH RELEVAN KAN PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA INDONESIA?”.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru PKn Bapak Hadi Kammis, SH, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para siswa khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkinn untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa sebagai manusia biasa kami memiliki banyak keterbatasan. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari guru bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Harapan ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian.

Kalabahi, 26 Agustus 2015

(3)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di Indonesia, misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda. Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura).

Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945. Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang masing-masing mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”. Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil

(4)

yang dicapai adalah merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama (1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil Presiden. Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya. Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata “ketuhanan” yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan, mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan “Yang Maha Esa”.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun ,asalah yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah : 1. Bagaimanakah hakikat pancasila sebagai dasar negara ?

(5)

C. TUJUAN

Sedangkan tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Pancasila sebagai ideologi negara dan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang sesungguhnya.

C. METODE

Metode penulisan yang kami gunakan adalah dengan cara mengumpulkan data dari literatur tentang sejarah penyusunan Pancasila dan informasi dari berbagai narasumber melalui teknik wawancara tentang relevansi pancasila sebagai dasar negara di era sekarang ini.

(6)

BAB 2 PEMBAHASAN

A. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA

a. Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah pancasila sebagai cita-cita negara atau cita-cita-cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa Indonesia Berdasarkan Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan ketetapan MPR tentang P4. Ditegaskan bahwa pancasila adalah dasar NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

b. Pancasila sebagai ideologi negara.

Pengertian ideologi-ideologi berasal dari bahasa yunani yaitu iden yang berarti melihat, atau idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang berarti ajaran, dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (Marsudi, 2001).

Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat di rumuskan sebagai kompleks pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya, serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.

Menurut pendapat Harol H.Titus defenisi dari ideologi adalah suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh sekelompok atau lapisan masyarakat.

(7)

B. Masih Relevankah Pancasila sebagai Ideologi Terbuka?

Untuk menjawab pertanyaan di atas kami telah melakukan wawancara dengan narasumber yang kami golongkan sebagai berikut : a. Kalangan Pejabat terdiri dari Bapak Bupati Alor Drs. Amon Djobo dan

Kepala Dinas Kesbangpol Bapak Ilham Duru, S.Sos

b. Kalanagna Tokoh Agama terdiri dari bapak Pendeta J. A. Peri, Bapak

Ima Dewarka Ketua Parisadhe Hindhu Dharma Kab. Alor

c. Kalangan masyarakat terdiri dari Ibu Rahima Bukang dan Ibu Afliana (ibu Rumah Tangga)

Adapun ringkasan dari hasil wawancara kami adalah sebagai berikut : 1. Bapak Bupati Alor, Drs. Amon Djobo, beliau berpendapat bahwa :

Dalam menjawab pertanyaan kami tentang relevansi Pancasila sebagai Ideologi Negera Indonesia beliau menjelaskan bahwa :

“Pancasila Sebagai Dasar Negara dan menjadi pandangan hidup

Bangsa, Pancasila juga masih sangat pantas dan sangat relevan

sebagai dasar negara karena Pancasila sangat sesuai dengan

kebudayaan dan kehidupan berbangsa dan bernegara di NKRI ini,

sesuai dengan sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, kita

hidup di Indonesia tentu diharuskan mempunyai kepercayaan

masing-masing, pada dasarnya semua agama sama, sama-sama

menyembah kepada Tuhan, intinya kalau beribadah masuk surga

kalau tidak ya jelas di neraka, sangat sederhana. Begitu pun sila

kedua sampai sila kelima sangat-sangat relevan dan pantas.

Mengenai keadilan ini, kita pandang dari segi mana dulu, kalau

saya dari segi hukum ya jelas, selama ini negara sudah cukup adil

kepada seluruh rakyatnya, mengenai bantuan yang tak

tersalurkan, itu kan kembali kepada pribadi Kepala Daerah itu

sendiri bagaimana. Jadi sudah cukup jelas ya, bahwa Pancasila itu

masih sangat relevan dan pantas sebagai dasar negara kita ini

yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Di akhir pertemuan beliau menyampaikan bahwa “Semua

kekeliruan, kesalahan dan penyimpangan yang terjadi dalam

penyelenggaraan negara ini bukanlah merupakan kesalahan

Pancasila tapi itu merupakan kesalahan aparat penyelenggara

negara sehingga aparatlah yang harus “diperbaiki” bukan

Pancasilanya yang harus digantikan, sama halnya ketika

(8)

seseorang melanggar ajaran kitab suci tentu perilaku orang

tersebut yang harus diperbaiki bukan kitab sucinya kita perbaiki”.

2. Bapak Ilham Duru, S.Sos (Kepala KESBANPOL Kab. Alor)

Dalam hal ini kesimpulan yang dapat kami ambil dari beliau adalah sebagai berikut :

“PANCASILA SEBAGAI HARGA MATI” - Pancasila tidak dapat diubah karena sejak dari dulu sudah menjadi komitmen para pendiri Bangsa. Pancasila itu sendiri sangat relevan. Mengenai keadilan, itu membutuhkan proses yang cukup panjang, penerapan keadilan tidak semudah membalik telapak tangan, penerapan keadilan akan menjadi bermakna apabila munculnya kesadaran dalam setiap individu dan kelompok masyarakat akan pentingnya keadilan tersebut. Pancasila juga merupakan wujud tekad dari generasi ke generasi dan ada mekanismenya untuk menjadi sebuah motivasi. Mengenai bantuan yang tidak tersalurkan dengan tepat, itu karena setiap manusia mempunyai keterbatasan sehingga membutuhkan adanya saling mengingatkan sebagaimana yang kita kenal dalam ajaran agama kita masing-masing, dan masyarakat harus berupaya untuk mandiri jangan selalu menggantungkan semua urusannya kepada pemerintah, masyarakat harus mempunyai insiatif dan kreatitivitas yang tinggi untuk untuk menjadi seorang yang maju dan mandiri.”

3. Bapak Pendeta J. A. Peri (Emiritus/Pensiun Pendeta) selaku tokoh agama Kristen, kesimpulan dari hasil wawancara kami dengan beliau adalah :

“Pancasila tetap menjadi dasar negara atau fondasi negara. Dalam pengamalan kehidupan juga harus ditingkatkan,tentang bagaimana pelaksanannya, Lalu sehingga bagaimana kita memberlakukannya”. Pancasila merupakan nilai bangsa yang bersumber dari berbagai kebaikan yang terdapat dalam semua ajaran agama dan budaya bangsa. Pancasila tidak bisa digantikan dengan ideologi manapun karena semboyannya dengan “Bhinneka Tunggal Ika” ini telah menjadikan kita sebagai bangsa yang besar, penerapan keadilan yang ada di dalam pencasila merupakan bagian dari penerapan ajaran agama kita masing-masing, demikian juga dengan ajaran

(9)

kasih sayang, toleransi, saling menghargai dan semua ajaran kebaikan lainnya daam kehidupan bangsa ini”.

4. Bapak Ima Dewarka (Ketua Parisadhe Hindhu Dharma Kab. Alor) Keimpulan dari hasil wawancara kami dengan baliau adalah sebagai berikut :

“Pancasila masih reevan sebagai ideologi negara dan menjadi pandangan hidup bangsa. Kehidupan berbangsa dan bernegara kita

ini kan sesuai dengan 5 sila yang terkandung dalam Pancasila itu

sendiri. Mengenai istilah “tumpul ke atas dan tajam ke abawah” dalam hal penerapan hukum itu memang benar, dan banyak kasusnya seperti itu dan hukuman yang cocok bagi mereka ya penjara seumur hidup. Penyimpangan yang terjadi tentunya bukan merupakan kesalahan pancasila tetapi itu merupakan kesalahan individu yang harus diperbaiki, tidak bisa kesalahan individu dibebankan kepada pancasila sebagai pandangan hidup bangsa” . 5. Ibu Rahima Bukang (Wiraswasta) selaku masyarakat, ia

berpendapat bahwa :

“Pancasila masih sangat cocok untuk bagsa Indonesia, khususnya di Kabupaten Alor. Namun dalam penerapan keadilan pemerintah masih pilih kasih dan tidak adil, penerapan hukumannya tidak merata. Masyarakan mencuri hukumannya sama dengan koruptor, padahal masyarakat curi karena lapar, seharusnya hukuman yang cocok bagi para koruptor itu penjara seumur hidup atau hukuman mati seperti yang kita dengar di negara Cina” .

6. Ibu Afliana (Ibu Ruma Tangga dan Penatuah Gereja Pola) selaku masyarakat biasa, ia berpendapat bahwa :

“Masih sangat relevan, Pancasila masih cocok menjadi dasar negara, sesuai dengan ke-5 sila yang ada, saya kira Pancasila masih cocok. Mengenai keadilan, pemerintah juga menaruh perhatian dan soal penyalurannya itu tersalurkan atau tidak ya kembali kepada distributor penyalurnya itu siapa, banyak orang yang tidak adil dan tidak jujur namun dibiarkan oleh pemerintah, agar pemerataan keadilan bisa berjalan baik maka orang orang yang tidak jujur tersebut harus diberikan sanksi hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku” .

(10)

BAB 3

KESIMPULAN

Semua narasumber setuju bahwa Pancasil Sangat Relevan Menjadi Dasar Negara NKRI. Jadi, menurut saya “Pancasila masih sangat relavan dan tentu Pancasil itu Harga Mati, tidak bisa digantikan dengan ideologi manapun, sebagai sumber nilai semua peraturan yang ada di Indonesia bersumber dari Pancasila. Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalah sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara ketika kita menggantikan Pancasila maka sama halnya dengan kita mendirikan negara baru, dan jika itu terjadi maka bagaimanakah kehidupan bangsa ini selanjutnya???, mungkin akan terjadi kekacauan, peperangan antar kelompok dan antar agama karena setiap kelompok dan agama akan berusaha untuk meng-gol-kan ideologi kelompok atau ideologi agamanya menjadi ideologi baru bagi negara ini”. Wassalam.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “ Pengetahuan dan Sikap ibu Hamil Trimester III terhadap Pencegahan Anemia Defisinesi Zat Besi di Klinik Cahaya Kecamatan

Anak-anak melihat kenyataan bahasa yang dipelajari dari tata bahasa asli orang tua atau dewasa, kemudian menyusun suatu tata bahasa yang disederhanakan dengan membuat

Jika guru mengajar dengan metode ceramah dengan menggunakan media pembelajaran berupa presentasi power point, maka siswa yang akan cocok adalah siswa dengan gaya

untuk melakukan keputusan pembelian di FABRIK Eatery & Bar Bandung. Beberapa strategi yang digunakan dan yang sedang digalakan untuk. meningkatkan keputusan pembelian

Alat strategi yang membantu perusahaan untuk melakukan perbaikan kinerja yang berkesinambungan dengan mengacu pada perusahaan lain yang memiliki kinerja superior.. [

Undang-undang ini sudah selayaknya berlaku untuk setiap orang, yang atas pekerjaannya wajib menyimpan rahasia, bukan hanya untuk setiap orang, yang atas pekerjaannya wajib

Tujuan dari NAT adalah untuk melakukan multiplexing terhadap lalu lintas dari jaringan internal untuk kemudian menyampaikannya kepada jaringan yang lebih luas

Pelaksnaan internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam mata pelajaran olahraga yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Blitar diharapkan dapat menyentuh