• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

II-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan menjelaskan tentang dasar-dasar teori yang berhubungan dengan objek penelitian yang dilakukan. Teori pendukung yang akan dibahas dalam bab ini antara lain konsep mobil listrik, ergonomi, display, dashboard, teori perancangan dan pengembangan produk, serta teori lainnya yang berhubungan penelitian yang dilakukan.

2.1 Mobil Listrik

Didalam pembuatannya kendaraan listrik dibagi menjadi beberapa bagian, yakni motor penggerak, kontroler, motor, baterai dan bodi. Berikut adalah studi permulaan yang dilakukan yaitu mobil listrik dapat beroperasi dengan menggunakan sumber energi baterai sebagai penggerak motor. Karena karakteristik motor bersifat dinamis maka akan sangat merugikan sumber tegangan. Oleh karenanya studi tentang karakteristik tegangan pada pembebanan dinamis motor listrik telah dilakukan oleh tim riset. Didalam penelitian yang sama didapatkan bahwa tegangan akan mengalami penurunan yang signifikan apabila menggunakan banyak beban reaktif sehingga pemilihan jenis motor akan sangat membantu menentukkan unjuk kerja motor listrik.

Pemilihan jenis motor akan mempengaruhi pengaturannya. Untuk membuat sebuah mobil listrik semakin kompleks sistemnya maka akan semakin banyak power electric yang diperlukan. Demikian halnya dengan banyaknya tingkatan tegangan pada pengaturan suatu sistem motor. Mobil listrik umumnya berwawasan lingkungan dikatakan demikian karena mobil listrik tidak menghasilkan emisi gas buang yang berbahaya bagi kesehatan, mobil listrik juga dinilai cocok untuk pengendara di kawasan perkotaan.

2.1.1 Sejarah Mobil Listrik

Prototype mobil listrik pertama yang dibuat pada tahun 1830 oleh Robert

namun saat itu mobil listrik tersebut hanya dilengkapi dengan baterai yang tidak dapat diisi ulang (non rechargeable). Baru di tahun 1859 Gaston Planté

(2)

commit to user

II-2

menemukan baterai yang dapat diisi ulang yang menjadi dasar bagi pengembangan mobil listrik di dunia (Happyanto dan Purnomo, 2014).

Mobil listrik pada umumnya digolongkan menjadi tiga jenis yaitu mobil listrik bersumber dari baterai, sumber dari hydrogen dan sumber dari campuran (hybrid) BBM. Diantara kesemuanya yang paling sering digunakan adalah mobil listrik dengan sumber utama baterai dikarenakan lebih murah, perawatan mudah, praktis serta dapat mengurangi emisi gas yang terbuang (Chau, 2009).

Pengembangan mobil listrik di Indonesia dimulai awal tahun 2010 dengan dukungan Kemendikbud, 5 PTN yaitu UNS, ITB, ITS, UGM dan UI diberikan kesempatan untuk mengembangkan Mobil Listrik Nasional atau yang sering OLINA , dalam hal pengembangan di Indonesia sendiri telah dimulai berbagai riset mengenai penyempurnaan kontrol listrik serta efisiensi penggunaan energi dan desain bodi mobil listrik telah dilakukan di tahun 2012. Selain itu juga telah dilakukan kerjasama dengan berbagai instansi (LIPI, BPPT, dan DIKTI), benchmarking dengan berbagai pihak baik di dalam maupun luar negeri (PT. INKA madiun, PT. PINDAD Bandung, Korea, Cina, dan lain sebagainya), serta sosialisasi ke masyarakat luas agar dapat memaksimalkan kerja dan proses pengembangan Mobil Listrik Nasional.

Pengembangan MOLINA di UNS sendiri telah dimulai suatu pengembangan rekayasa mobil listrik yang dikenal dengan nama SmarT. Selanjutnya pada tahun 2012 UNS melalui SmarT dikembangkan menjadi SmarT EV. 2.

2.1.2 Perbandingan Mobil Listrik SmarT dengan Mobil Listrik Lain

Prototype mobil listrik buatan UNS yaitu SmarT telah dikembangkan

menjadi SmarT EV.2. Dalam pengembangannya juga di fokuskan kepada komponen yang ada pada dashboard. Komponen yang terdapat pada dashboard SmarT masih terlalu sederhana. Berikut tabel 2.1 menunjukkan perbandingan mobil listrik SmarT dengan mobil listrik terbaru ditahun 2014.

(3)

commit to user

II-3

Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Mobil Listrik

2.2 City car

Mobil city car adalah jenis mobil yang cocok dipakai didalam perkotaan. Hal tersebut dikarenakan mobil jenis ini memiliki bodi yang kecil yang dianggap lebih lincah untuk daerah perkotaan yang padat dan macet. City car juga diklaim sebagai mobil yang praktis dan lebih efektif digunakan untuk daerah perkotaan dan cocok untuk gaya mengemudi stop and go yang lebih banyak diterapkan pada kemacetan lalu lintas kota. Pada umumnya mobil city car adalah mobil empat pintu yang berukuran kecil dan memiliki bodi yang lebih pendek, biasanya tanpa

Gambar 2.1 Perbedaan Mobil Biasa dengan Mobil City car Sumber: Wikipedia (2014)

Honda Fit EV

(2014) Nissan Leaf (2014)

Ford Focus Electric (2014) Mitsubishi I-Miev (2014) Mock Up MOLINA SmarT (2012) 1 Harga total Rp. 448.980.000,00 Rp. 396.240.000,00 Rp. 431.940.000,00 Rp. 287.940.000,00 Rp. 566.688.000,00 2 Tipe Emisi Zero Emission

Vehicle Zero Emission Vehicle Zero Emission Vehicle Zero Emission Vehicle Zero Emission Vehicle

3 CD Player Standar Standar Standar Standar tidak tersedia

4 MP3 Player Standar Standar Standar Standar tidak tersedia

5 Auxillary Input

Audio Jack Standar Standar Standar Standar tidak tersedia

6 Tempat Minum Standar Standar Standar Standar tidak tersedia

7 Laci Depan Standar Standar Standar tidak tersedia tidak tersedia

8 Panjang 162 " 175" 172,9" 144,7" 153,5" 9 Lebar 67,7" 69,7" 71,8" 62,4" 66,7" jenis keterangan No Perbandingan Kendaraan

(4)

commit to user

II-4

Pada gambar menjelaskan perbedaan mobil city car dan mobil biasanya. Pada mobil biasa biasanya terbagi atas tiga ruas yaitu A-B ruas kursi pengemudi dan kursi depan, B-C ruas kursi belakang/kursi penumpang dan C-D ruas ruang untuk bagasi/ kursi penumpang paling belakang. Berbeda dengan mobil city car yang hanya terdiri dari dua ruas yaitu ruas A-B adalah kursi depan dan kursi pengemudi serta B-C adalah kursi belakang yang bisa menjadi satu dengan bagasi mobil.

2.3 Ergonomi

Manusia memegang peranan yang sangat penting dalam perancangan suatu sistem kerja. Hal tersebut sangatlah memungkinkan, karena dalam perancangan harus dapat merencanakan, mengendalikan, serta mengevaluasi sistem kerja agar dapat menghasilkan keluaran yang baik. Dalam suatu sistem kerja, bekerjanya seseorang tidak akan lepas dari pengaruh berbagai dorongan baik langsung maupun tidak langsung yang datangnya dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri. Untuk dapat merancang sistem kerja yang baik tersebut, sebelumnya harus dapat mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia, yang mana semua hal tersebut dapat dipelajari secara sistematis dalam ergonomi.

Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu terdiri atas kata dasar

dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dan lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 2008).

Istilah ergonomi untuk berbagai wilayah berbeda-beda, seperti halnya di Jerman mereka memberi istilah Arbeltswissenchraft, kemudian di daerah negara-negara Skandinavia memberi istilah Bioteknologi, dan untuk negara-negara-negara-negara di bagian Amerika sebelah utara memberi istilah Human Engineering atau Human

Factors Engineering. Pada dasarnya Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang

sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang

(5)

commit to user

II-5

dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman (Sutalaksana dkk., 1979).

Mc Cormick, dalam buku Human Factor in Engineering and Design memberikan pengertian ergonomi kedalam bagian-bagian berikut ini:

a) Fokus utama dari ergonomi berkaitan dengan pemikiran manusia dalam mendesain peralatan, fasilitas, dan lingkungan yang dibuat oleh manusia yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupannya.

b) Tujuan dari ergonomi dalam mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat manusia ada dua hal :

- Untuk meningkatkan efektifitas fungsional dari penggunaannya. - Untuk mempertahankan atau meningkatkan human value, seperti

halnya kesehatan, keselamatan, dan kepuasan kerja.

c) Pendekatan utama dari ergonomi adalah penerapan yang sistematis dari informasi yang relevan mengenai karakteristik dan tingkah laku manusia untuk mendesain peralatan fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia.

2.3.1 Perkembangan Ergonomi

Pada zaman dahulu ketika masih hidup dalam lingkungan alam asli, kehidupan manusia sangat bergantung pada kegiatan tangannya. Alat-alat, perlengkapan-perlengkapan, atau rumah-rumah sederhana, dibuat hanya sekedar untuk megurangi ganasnya alam pada saat itu. Perubahan waktu, walaupun secara perlahan-lahan, telah merubah manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut.

Perubahan pada alat sederhana ini menunjukkan bahwa manusia telah sejak awal kebudayaan berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya. Hal ini terlihat pada alat-alat batu runcing yang

(6)

commit to user

II-6

bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga memudahkan dan menggerakkan pemakaiannya. Banyak lagi perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan itu dari abad ke abad. Namun hal tersebut berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang secara kebetulan. Baru di abad ke-20 ini orang mulai mensistematiskan cara-cara perbaikan tersebut khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu caba (Sutalaksana, 1979).

Perkembangan ergonomi modern sendiri dimulai kurang lebih seratus tahun yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilbert (1890-an) secara terpisah melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara nyata dimulai pada zaman perang dunia I untuk mengoptimasikan pabrik-pabrik pada tahun 1924-1930 di Hawthorne Works of Western electric, Amerika, dilakukan

Hawthrone

Effect ercobaan ini memberikan suatu konsep baru

tentang motivasi ditempat kerja dan menunjukkan adanya hubungan fisik yang langsung antara manusia dan mesin.

Ergonomi memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri paha sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (visual display unit). Hal ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual pada postur kerja, desain suatu perkakas kerja (hands tools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan menghasilkan suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kerja dan hilangnya resiko kesalahan, serta supaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metoda kerja yang kurang tepat (Nurmianto, 2008).

Ergonomi dibagi kedalam empat kelompok utama, yaitu (Sutalaksana dkk., 1979):

(7)

commit to user

II-7 1. Anthropometri

Menitikberatkan pada nilai ukuran ukuran yang sesuai dengan ukuran tubuh manusia. Dalam hal ini terjadi penggabungan dan pemakaian data anthropometri dengan ilmu statistik yang menjadi prasarat utama.

2. Biomekanik

Menitikberatkan pada aktivitas aktivitas manusia ketika bekerja dan cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut.

3. Display

Menitikberatkan pada bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan pada manusia.

4. Lingkungan

Menitikberatkan kepada fasilitas-fasilitas dan ruangan ruangan yang biasa digunakan oleh manusia dan kondisi lingkungan kerja karena kedua hal tersebut banyak mempengaruhi tingkah laku manusia.

2.3.2 Ergonomi Automotif

Ilmu ergonomi dapat diaplikasikan dimana saja, termasuk yang penting yaitu pada automotif. Ergonomi memiliki peranan penting dalam mendesain dimensi automotif yang disesuaikan dengan dimensi anthropometri pengemudi.

Gambar 2.2 Anthropometri Pengemudi dalam Mendesain Mobil

(8)

commit to user

II-8 2.4 Display

Alat peraga yaitu display menyampaikan informasi kepada organ tubuh manusia dengan berbagai macam cara. Penyampaian informasi tersebut didalam sistem manusia mesin adalah merupakan suatu proses yang dinamis dari dari suatu presentasi visual indera penglihatan. Disamping itu keterandalan proses tersebut akan sangat banyak dipengaruhi oleh desain dari alat peraganya. Banyak desain display yang tidak didasari oleh suatu pengetahuan yang memadai tentang nilai fungsionalnya. Oleh karenanya pada saat ini sudah waktunya untuk mengadakan pemikiran kritis yang beranjak dari prinsip-prinsip dasar ergonomi.

Kebanyakan desain tersebut lebih mengutamakan faktor kesan (impression) dari pada faktor fungsionalnya, sehingga tidak sedikit jumlah kecelakaan kerja operator. Kecelakaan tersebut dapat diakibatkan oleh salah satu faktor dari beberapa faktor: kesalahan baca, kelambatan dalam mengintrepetasikan data atau informasi, dan lain-lain. Hal tersebut tentu dapat diminimumkan dengan mendesain alat peraga yang sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi.

Display adalah bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi

kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar (Sutalaksana dkk.,, 1979). Arti informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima pada indra manusia baik langsung maupun tidak langsung biasanya berbentuk energi seperti cahaya, suara, tekanan, gelombang, dan lain-lain.

Display berfungsi sebagai suatu sistem komunikasi yang menghubungkan.

antara fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia (Nurmianto, 1991). Perancangan display yang baik adalah bila display tersebut dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya. Sebagai contoh display Tachometer yang ergonomi adalah: 1. Desain cakra yang runcing, menunjuk pada skala, warna kontras dengan dasar

yang menyala dilengkapi dengan fosfor atau lampu. 2. Angka tidak tertutup oleh cakra.

3. Background cerah dan mudah terbaca. Berikut adalah ciri-ciri display yang baik: 1. Dapat menyampaikan pesan.

(9)

commit to user

II-9

2. Bentuk/gambar menarik dan menggambarkan kejadian. 3. menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhatian.

4. Proporsi gambar dan huruf memungkinkan untuk dapat dilihat dan dibaca. 5. Menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas dan jelas.

6. menggunakan huruf yang baik sehingga mudah di baca. 7. Realistis sesuai dengan permasalahan.

8. Tidak membosankan.

Sehubungan dengan lingkungan display dapat dibagi kedalam dua kelas yaitu :

a) Display dinamis adalah display yang menggambarkan perubahan menurut waktu dan sesuai dengan variabelnya. Contohnya adalah speedometer,

Tachometer

b) Display statis merupakan informasi tentang sesuatu yang tidak tergantung terhadap waktu. Contohnya adalah kaca spion, tape.

2.4.1 Penerapan Ilmu Ergonomi dalam Display

Penerapan ilmu ergonomi dalam display yaitu meliputi:

1. Untuk mempermudah pengamatan panel instrumen tersebut, maka instrumen-instrumen pada panel tersebut disusun pada satu kelompok tempat di bawah posisi roda kemudi. Ukuran instrumen tersebut dibuat lebih kecil dari diameter roda kemudi.

2. Penentuan letak panel instrumen terhadap kedudukan garis pandangan horisontal pengemudi adalah sekitar 350o. Hal ini didasarkan pada harga optimal sudut rotasi mata, terutama antara melihat depan dengan melihat ke panel instrumen.

Gambar 2.3 Area Penglihatan Dimana Kepala dan Mata Diam Sumber: Nurmianto (2012)

(10)

commit to user

II-10

Gambar 2.4 Area Penglihatan Dimana Kepala Diam dan Kedua Mata Boleh Digerakkan.

Sumber: Nurmianto (2012)

Dari gambar diatas menunjukan bahwa penglihatan rekomendasi maksimum untuk kepala dan mata diam adalah 30o . Sedangkan area penglihatan yang dimana kepala diam dan kedua mata dapat digerakkan adalah antara 15o-95o apabila area penglihatan melebihi batas tersebut maka akan membuat mata menjadi cepat lelah dan leher terasa sakit. Oleh karenanya dashboard yang baik adalah dashboard yang memiliki indikator mesin yang terletak didepan pengemudi sehingga pengemudi tidak perlu untuk menoleh dalam melihat indikator.

Gambar 2.5 Gambar Area Penglihatan Optimum. Sumber: Nurmianto (2012)

Pemilihan huruf dan angka yang tepat pada instrumen memang harus dipertimbangkan agar dapat terbaca dengan jelas.

Hal-hal yang dapat jadi pertimbangan : Latar belakang warna huruf dan angka. Besar huruf dan angka.

(11)

commit to user

II-11 Cahaya penyinaran.

Jarak pembacaan.

2.4.2 Ergonomi Visual

Ada tiga bidang utama dalam ergonomi visual yaitu lingkungan fisik, kemampuan visual individu, dan tugas kerja. Dikatakan bahwa sebuah lingkungan fisik dengan kemampuan visual yang tidak cukup akan meningkatkan risiko kelelahan mata, ketidaknyamanan muskuloskeletal, sakit kepala yang dapat mempengaruhi kinerja individu. Menurut AFS dalam The Swedish Work

Environmental Authority (SWEA) telah menerbitkan Belastnings ergonomi (di

Swedia) "Fisik Beban Kerja dan Ergonomi" yang berisi peraturan dan saran yang menyatakan bahwa kondisi visual yang harus diselidiki untuk melihat apakah ada pengaruh negatif mempengaruhi pekerjaan postur dan gerakan (Nurmianto, 2012).

IEA (International Ergonomi Association) mendefinisikan ergonomi visual yang telah disetujui oleh Panitia Teknis Ergonomi Asosiasi Internasional untuk Visual Ergonomi (Nurmianto, 2012):

1. Visual ergonomi adalah multidisiplin ilmu yang bersangkutan dengan pemahaman manusia akan proses visual dan interaksi antara manusia dan elemen lain dari sistem.

2. Visual ergonomi berlaku teori, pengetahuan dan metode untuk desain dan penilaian terhadap sistem, mengoptimalkan kenyamanan dalam pekerjaan manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan. Topik yang relevan meliputi, antara lain: lingkungan visual, seperti pencahayaan; fungsi dan kinerja visual; kenyamanan visual dan keamanan; koreksi alat bantu visual dan optik lainnya.

2.4.3 Alat Peraga Visual Kuantitatif

Tujuan dari alat peraga kuantitatif adalah untuk memberikan informasi tentang nilai kuantitatif dari suatu variabel. Pada banyak kasus variabel selalu berubah atau mempunyai kecenderungan untuk berubah. Seperti kecepatan dan

Temperature. McCormick dan Sanders (1987) menyatakan terdapat tiga alat

(12)

commit to user

II-12

a. Skala tetap dengan jarum penunjuk berputar .(fixed scale with moving

pointer).

b. Skala berputar dengan jarum penunjuk tetap .(Moving scale with fixed

pointer).

c. Alat peraga numeric (digital display)

Tabel 2.2 Tipe Diplay Visual Kuantitatif

Type of Display Moving Pointer Fixed Marker Moving Scale Digital Counter Ease of

Reading Acceptable Acceptable Very Good

Detection of

Change Very Good Acceptable Poor

Setting to a Reading or Controlling a Process

Very Good Acceptable Acceptable

Sumber: McCormick dan Sanders (1987)

Dari tabel 2.2 yang ada maka dapat diketahui yaitu dalam hal kemudahan pembacaan alat peraga digital sangat bagus untuk dipakai (very good) namun skala tetap dengan jarum penunjuk berputar dan skala berputar dengan jarum penunjuk tetap masih dapat diterima untuk pembacaan (acceptable).

Dalam hal deteksi perubahan pembacaan alat peraga digital sangat buruk, berbeda dengan skala tetap dengan jarum penunjuk berputar yang sangat baik untuk digunakan, skala berputar dengan jarum penunjuk tetap masih dapat diterima untuk pembacaan (acceptable). Dalam hal pengaturan untuk membaca dan mengendalikan proses skala tetap dengan jarum penunjuk berputar yang sangat baik untuk digunakan dan skala berputar dengan jarum penunjuk tetap serta alat peraga digital masih dapat diterima untuk pembacaan (acceptable).

2.4.4 Perancangan dasar Kuantitatif untuk Pembacaan Kualitatif

Menurut Elkin data kuantitatif dapat dipakai sebagai dasar untuk pembacaan kualitatif (Nurmianto, 2012). Paling sedikit ada tiga cara yaitu (1) untuk menentukan status atau kondisi dari suatu variabel (Misalnya apakah

Temperature suatu instrumen pengukur yang terdapat pada mobil telah dingin,

(13)

commit to user

II-13

menjaga kecepatan mobil agar tetap diantara 80-88 km/jam); (3) mengamati kecenderungan perubahan, kecepatan perubahan dan lain-lain.

Menurut Heglin dalam mempertimbangkan untuk memilih alat peraga analog ada beberapa alternatif (Nurmianto, 2012):

1. Secara umum dipilih jarum penujuk bergerak dengan skala tetap (moving

pointer, fixed scale).

2. Jika nilai dari variabel numeric

-thermometer dengan jarum penunjuk

bergerak (moving pointer).

3. Tidak dicampur-adukkan berbagai macam penggunaan indikator skala dan jarum penunjukknya, untuk menghindari kesalahan baca yang diakibatkan informasi yang bersifat antagonis (berlawanan).

4. Agar didapat kompatibilitas yang tinggi, maka arah gerakan dari control/ pengendali dan alat peraga (display-nya) harus jelas.

5. Perubahan pergerakan/perubahan variabel kuantitas adalah penting bagi pengamat, lebih-lebih jika dengan menggunakan jarum penunjuk yang bergerak (moving pointer).

6. Jika diinginkan adanya nilai numeric, maka skala bergerak (moving scale)

open window yang dimaksud

adalah lebih baik jika digital atau counter, display).

2.5 Dashboard

Dashboard sebuah mobil adalah suatu perangkat komunikasi yang relay

informasi penting kepada pengemudi. Memanfaatkan berbagai macam sensor dan peralatan canggih (on-board), sehingga kendaraan dapat mendiagnosa sendiri berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi dan kinerja. Dengan kemajuan dalam teknologi otomotif yang modern, jumlah potensi masalah dashboard dapat memperingatkan pengemudi tentang peningkatan yang dramatis. Info grafik ini memberikan gambaran tentang lampu peringatan mobil yang paling umum dan universal digunakan, apa yang dimaksud dan bagaimana pengemudi harus bertindak setelah diterangi. Setiap mobil memiliki set tersendiri dari spesifikasi

(14)

commit to user

II-14

lampu peringatan dashboard dan informasi yang tepat berkaitan dengan masing-masing dapat ditemukan dari dalam buku pegangan sopir.

Di dalam pembuatan dashboard pada SmarT EV.2 terinspirasi dari badak Jawa yang merupakan spesies asli Indonesia, dilihat dari bentuk fisiknya, badak jawa terlihat lebih kecil daripada badak yang lain sehingga dalam aplikasi penggambaran bentuk dashboard mobil, ukuran slim sangat ditonjolkan sebagai suatu keindahan. Desain dashboard yang berlipat-lipat di bagian tengah juga terinspirasi dari kulit badak yang berlipat dan bermosaik menyerupai baju baja yang terlihat kesan dashing. Kesan yang kuat, maskulin, dan sangat cocok untuk desain dashboard.

2.6 Komponen pada dashboard

Setiap mobil terdapat dashboard yang memiliki fungsi untuk menempatkan beberapa komponen dalam dashboard seperti radio/tape/CD, tempat minuman, laci, tombol-tombol kontrol AC, serta indikator-indikator kendaraan. Indikator-indikator kendaraan pada umumnya berupa speedometer,

Tachometer, petunjuk BBM, petunjuk suhu mesin, petunjuk oli, petunjuk

pengisian accu, indikator handbrake, engine check, indikator belok, hazard dan indikator lampu jauh (beam). Indikator-indikator tersebut sangat penting fungsinya untuk pengemudi dalam menjalankan kendaraannya guna keselamatan diperjalanan. Indikator yang dibahas pada SmarT EV.2 hanya ada empat macam dikarenakan indikator tersebut memiliki peran yang paling penting yaitu:

2.6.1 Speedometer

Gambar 2.6 Speedometer

Sumber: Wikipedia (2014)

Speedometer merupakan petunjuk kecepatan kendaraan, umumnya dalam

(15)

commit to user

II-15

jam. Dalam speedometer tersebut tertera angka dari 0 s.d. 180 km per jam atau bahkan pada mobil sport ada yang s.d. 300 km/jam. Angka yang tertera tersebut merupakan angka kecepatan teoritis, yang mana untuk mencapai kecepatan maksimum tentunya dengan asumsi kondisi kendaraan masih prima baik mesin maupun sasis. Indikator ini ditunjukan oleh jarum (sistem analog) atau angka (sistem digital). Dengan indikator ini pengemudi dapat membaca kecepatan kendaraan melaju dijalan, dengan demikian pengemudi dapat mempertimbangkan keamanan berkendara disesuaikan kondisi jalan serta pertimbangan antisipasi pengereman.

Pada speedometer analog berupa jarum digerakan dengan mengukur kecepatan roda berputar melalui gear dan dihubungkan dengan kabel baja yang secara berkesinambungan berputar seiring dengan berputarnya roda/ban. Dengan demikian ukuran lingkar ban berpengaruh terhadap pembacaan speedometer. Biasanya setiap kendaraan sudah ditentukan spesifikasi ukuran ban yang diperbolehkan. Makin dikecilkan ukuran lingkar ban dari yang seharusnya, maka semakin cepat berputar dan semakin cepat speedometer terangkat, begitupun sebaliknya. Perbaikan speedometer sesuai dengan yang direkomendasikan oleh Peacock dkk. (1993) dalam penelitiannya di buku Automotive Engineering yaitu:

A. Bentuk Speedometer Sesuai Standar Peacock

Perancangan speedometer terpilih yaitu skala tetap dengan jarum penunjuk berputar (fixed scale with moving pointer). Bentuk yang cocok dam efektif dipakai adalah circular dials alasannya karena skala ini sangat diterima untuk pembacaan, sangat bagus untuk mendeteksi perubahan dan sangat bagus dalam mengendalikan proses. Pembacaan secara searah jarum jam juga akan meningkatkan dan memudahkan cara baca. Gambar 2.7 menunjukkan ukuran speedometer optimal - - 10,2 cm. ukuran speedometer dengan tingkat akurasi yang tinggi adalah 1,2 cm- 15,2cm.

(16)

commit to user

II-16

Gambar 2.7 Circular Dials

Sumber: Peacock dkk. (1993)

B. Ukuran Huruf Speedometer Sesuai Standar Peacock

Besar huruf dan angka pada tahapan speedometer SmarT EV.2 besar angka disesuaikan agar dapat terlihat dan tidak tertutup oleh jarum/cakra sehingga dalam hal ini angka dibuat agak lebih besar dari jarum penunjuk.

C. Penunjuk dan Latar Belakang Warna Speedometer Sesuai Standar Peacock

Gambar 2.8 menunjukkan latar belakang warna penunjuk/indek idealnya dibuat 2 kali lebih lebar untuk hitam pada putih. Besar penunjuk minor yang

Gambar 2.8 Indeks Penunjuk

(17)

commit to user

II-17

D. Jarum Penunjuk/ Pointers Speedometer Sesuai Standar Peacock

Gambar 2.9 menunjukkan proporsi untuk jarum penunjuk adalah 4; 5; 6 sesuai gambar 2.9.

2,5cm. Pointer dan indeks dengan warna yang sama.

Gambar 2.9 Jarum Penunjuk

Sumber: Peacock dkk. (1993)

2.6.2 Temperature

Gambar 2.10 Temperature

Sumber: Wikipedia (2014)

Indikator yang menunjukkan suhu pada mesin. Skala Temperature/suhu ditunjukan dengan huruf C (cold) dan H (Hot). Dalam keadaan suhu mesin normal jarum berada pada posisi tengah antara C dan H. Suhu normal mesin umumnya pada kisaran 70-80 derajat celcius. Lebih dari suhu tersebut maka akan menyebabkan terjadinya over heating. Over heating akan berakibat pada silinder

(18)

commit to user

II-18

head mesin melengkung sehingga terjadi kebocoran kompresi yang selanjutnya

yaitu mesin mati.

A. Bentuk Temperature Meter Sesuai Standar Peacock

Perancangan temperaturemeter terpilih yaitu untuk dashboard SmarT EV.2 secara ergonomi visual yang baik menggunakan skala berputar dengan jarum penunjuk tetap (moving scale with fixed pointer). Gambar 2.11 menunjukkan bentuk temperature meter yaitu cocok adalah zone code dials skala ini sangat diterima untuk pembacaan, mendeteksi perubahan dan dalam mengendalikan.

Gambar 2.11 Zone Code Dials

Sumber: Peacock dkk. (1993)

B. Latar Belakang Warna Temperature Meter Sesuai Standar Peacock

Untuk latar belakang warna penunjuk/indek idealnya dibuat 2 kali lebih lebar untuk hitam pada putih.

2.6.3 Battery Charging

Gambar 2.12 Battery Charging

(19)

commit to user

II-19

Skala indikator untuk ketersediaan baterai sebagai sumber bahan bakar di mobil. Skala ditunjukkan dengan huruf E (empty) dan F (Full). Biasanya skala yang digunakan pada baterai adalah skala alat peraga numeric/digital. Perbaikan

battery charging meter sesuai dengan yang direkomendasikan oleh Peacock dkk.

(1993) dalam penelitiannya di buku Automotive Engineering yaitu:

A. Bentuk Battery Charging Battery Meter Sesuai Standar Peacock

Gambar 2.13 perancangan battery charging meter terpilih yaitu untuk

dashboard SmarT EV.2 secara ergonomi visual yang baik menggunakan skala

penunjuk digital dengan bentuk grafik karena sangat bagus untuk pembacaan, dapat diterima dalam mengendalikan proses walaupun masih buruk dalam hal mendeteksi perubahan.

Gambar 2.13 Gambar Grafik Digital Sumber: Peacock dkk. (1993)

2.7 Material

Material yang biasanya dipakai dalam pembuatan dashboard mobil listrik ada dua macam material yaitu:

2.7.1 Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS)

Acrylonitrile butadiene styrene (akrilonitril butadiene stirena, ABS)

termasuk kelompok engineering thermoplastic yang berisi 3 monomer pembentuk. Akrilonitril bersifat tahan terhadap bahan kimia dan stabil terhadap panas. Butadiene memberi perbaikan terhadap sifat ketahanan pukul dan sifat liat

(20)

commit to user

II-20

diproses. Beberapa grade ABS ada juga yang mempunyai karakteristik yang berfariasi, dari kilap tinggi sampai rendah dan dari yang mempunyai impact

resistance tinggi sampai rendah. Berbagai sifat lebih lanjut juga dapat diperoleh

dengan penambahan aditif sehingga diperoleh grade ABS yang bersifat menghambat nyala api, transparan, tahan panas tinggi, tahan terhadap sinar UV a. Kelebihan

1. ABS dikenal plug and play dan kerapian tanpa perlu adanya fitting. 2. Serat plastik memiliki pori-pori sehingga hasil cat lebih kuat. 3. Ketebalan bahan setara dengan bumper original/oem.

b. Kekurangan:

1. Plastik memiliki kelenturan pada tingkat tertentu sehingga ketika terjadi hantaman/ gesrot akan penyok tidak pecah seperti fiber, dan untuk merestorasinya lebih repot.

2. Pilihan model yang terbatas karena menggunakan material plastik , untuk mengejar produksi masal.

3. Harga masih tinggi karena memang kualitas yang baik.

2.7.2 Fiberglass

Fiberglass ialah pencampuran resin dengan katalis/hardener yang harus

dijadikan polimer. Hardener ini yang akan membantu resin menjadi polimer dan menjadi keras. Untuk memperkuatnya ditambahkan fiber (woven roving/mat) didalam adonan resin +hardener = jadilah apa yang disebut sebagai fiberglass meskipun lebih tepatnya disebut GFRP. Fiberglass Reinforce Plasstic (FRP) merupakan suatu tipe material komposit yang merupakan hasil perpaduan dari penyatuan material fiberglass, resin, gelcoat, dan pigmen dengan komposisi tertentu dimana penggabungan dari material material tersebut akan menghasilkan suatu bahan yang memiliki karakteristik yang unik yang dapat mendukung kebutuhan material.

a. Kelebihan

1. Pilihan model beragam dan dapat dikreasikan sendiri sesuai keinginan (custom).

(21)

commit to user

II-21

2. Fiber biasanya memiliki moulding / cetakan sehingga barang yang dibuat tidak terlalu berat dan harga yang terjangkau.

3. Apabila terjadi hantaman / gesrot fiberglass lebih mudah diperbaiki. b. Kekurangan

1. Masih memerlukan sedikit fitting agar lebih rapi.

2. Serat fiberglass tidak memiliki pori-pori sehingga dalam pengecatan memerlukan keahlian khusus.

2.8 Kanopi

Gambar 2.14 Kanopi dashboard

Kanopi merupakan salah satu bagian dari dashboard yang menjorok kedepan yang memiliki fungsi untuk mencegah silau atau pantulan cahaya yang berasal dari arah depan maupun samping agar pengemudi mobil dapat melihat indikator dengan jelas. Secara umum bentuk kanopi ada yang lebar dan tertutup seluruhnya namun ada juga yang hanya menutup cahaya pada bagian atas.

2.9 Proses Perancangan dan Pengembangan Produk

Proses perancangan dan pengembangan produk terdiri dari beberapa fase, fase tersebut meliputi 6 fase yaitu meliputi fase Planning, fase Concept

Development, fase System-level Design, fase Detail Design, fase Testing and refinement dan fase Production ramp up. Setiap fase dalam proses perancangan

dan pengembangan produk beserta metode-metode terintegrasi dari setiap fasenya (Ulrich dan Eppringer, 2001).

Langkah- langkah dalam proses percangan produk yaitu perancangan desain ususlan dashboard mobil listrik SmarT EV.2 yaitu sebagai berikut:

(22)

commit to user

II-22 2. Penentuan spesifikasi rancangan.

3. Penyusunan alternatif konsep.

4. Pemilihan konsep produk yang terbaik.

2.10 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan

Proses identifikasi kebutuhan pelanggan adalah bagian yang berhubungan erat dengan proses pengembangan produk, penurunan, dan menetapkan spesifikasi produk. Menurut Urich (2001) ada 5 tahapan untuk mengidentifikasi kebutuhan dari pelanggan yaitu:

1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan

Pengumpulan data awal atau data mentah ini berkaitan dengan konsumen dan pengalaman dari penggunaan produk yang dikembangkan. Ada tiga metode yang dipakai dalam pengumpulan data awal yang banyak digunakan. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data mentah Antara lain wawancara, focus discussion, observasi produk saat digunakan, dan data-data yang diperoleh didokumentasikan.

Disini metode yang sering dipakai yaitu metode wawancara dikarenakan metode tersebut relatif hanya memiliki biaya ringan serta melalui wawancara dapat mengetahui dan merasakan kondisi dari penggunaan produk tersebut. Metode wawancara yang dilakukan adalah dengan mewawancarai 10-50 responden tergantung kebutuhan untuk mendapatkan data yang dianggap audah cukup dan metode wawancara akan dihentikan apabila tidak ada lagi kebutuhan baru akan konsep yang terungkap. Di dalam metode wawancara pertanyaan yang sering diajukan di dalam wawancara yaitukapan dan mengapa menggunakan produk, contoh penggunaan produk, apa yang disenangi dari produk yang ada saat ini, hal yang perlu di pertimbangkan serta perbaikan yang diharapkan untuk produk.

2. Menginterpretasikan data mentah yang didapat menjadi kebutuhan dari pelanggan

Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh dari pelanggan. Pedoman yang dipakai dalam mengintrepetasikan

(23)

commit to user

II-23

han spesifiknya sama dengan data awal, menggnakan pernyataan positif, ekspresikan kebutuhan sebagai bagian dari

3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi hirarki

Bertujuan untuk mengorganisasikan kebutuhan-kebutuhan menjadi hirarki. Hasil dari pengorganisasian menghasilkan suatu daftar yang berisi kebutuhan primer yang masing-masing tergolong lebih lanjut membentuk kebutuhan sekunder.

4. Menetapkan kepentingan relatif setiap kebutuhan

Merupakan proses identifikasi kebutuhan dari pelanggan yaitu menetapkan tingkat kepentingan relatif kebutuhan yang dihasilkan pada langkah sebelumnya. Hasil akhirnya adalah bobot kepentingan berupa nilai untuk kebutuhan.

5. Merefleksikan hasil dan proses

Langkah yang terakhir adalah menggambarkan kembali hasil dan proses.

2.11 Penentuan Spesifikasi Rancangan

Terdapat dua tahapan dalam menentukan spesifikasi dari rancangan yaitu yang pertama membuat target spesifikasi dan yang kedua adalah menentukan spesifikasi akhir. Target spesifikasi dibuat setelah kebutuhan pelanggan diidentifikasi. Ketika konsep telah terpilih maka selanjutnya mempersiapkan tahap pengembangan dan perancangan desain setelah itu periksa spesifikasi untuk sekali lagi.

2.12 Penyusunan Konsep Produk

Kebutuhan pelanggan dan daftar spesifikasi produk adalah masukan atau input bagi tahap pengembangan konsep. Penyusunan konsep sendiri terdiri dari empat tahap, tahapan tersebut yaitu:

1. Penjelasan masalah

Penjelasan masalah yang dimaksud mencakup pembangunan pengertian secara general yang selanjutnya permasalahan dipecah menjadi submasalah yang

(24)

commit to user

II-24

diperlukan atau disebut juga sebagai dekomposisi masalah. Dekomposisi masalah yang dapat dilakukan ada 3 yaitu:

a. Dekomposisi fungsional yaitu memecah fungsi produk menjadi subfungsi yang mudah untuk diteliti

b. Dekomposisi dengan mengacu kebutuhan pelanggan yaitu digunakan kepada produk yang tidak bekerja berdasarkan suatu prinsip atau teknologi.

c. Dekomposisi dengan mengacu pada urutan gerak pengguna saat penggunaan produk yaitu digunakan pada saat interaksi pengguna dengan produk dengan fungsi teknis yang sederhana.

2. Pencarian eksternal

Bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai dashboard mobil dari pengguna utama dan orang yang ahli di bidangnya. Hasilnya adalah berupa informasi tambahan untuk menyusun konsep desain dashboard.

3. Pencarian internal

merupakan penggunaan dari pengetahuan dan kreativitas personal atau tim untuk memperoleh ide-ide yang mungkin untuk dikerjakan, menggunakan media grafik dan fisik.

4. Penggabungan konsep

Penggabungan konsep dilakukan dengan cara mengkombinasikan bagian konsep-konsep solusi alternatif yang ada dengan menggunakan metode VanGundy. Konsep solusi dari pencarian internal dapat dilakukan dengan cara membuat analogi dan menggunakan metode galeri. Menurut VanGundy (1988) dalam buku Perancangan dan Pengembangan Produk yang dimaksud membuat analogi adalah dengan cara bertanya dengan diri sendiri, alat apa yang dapat mengerjakan hal serupa dalam area penerapan yang berbeda. Dari analogi tersebut selanjutnya memunculkan suatu konsep ide-ide yang baru sedangkan untuk menampilkan konsep ide-ide yang ada menjadi suatu gambar maka dibutuhkan metode galeri dalam menampilkan sejumlah besar konsep ide. Hasil dari pencarian eksternal juga dapat berupa suatu informasi-informasi tambahan yang dipakai dalam penyusunan generasi/ kumpulan ide-ide.

(25)

commit to user

II-25 2.12.1 Morphological chart

Morphological chart menurut Yuliarty dkk. (2010)yaitu suatu daftar atau

ringkasan dari analisis perubahan bentuk secara sistematis untuk mengetahui bagaimana bentuk suatu produk dibuat. Dalam chart ini dibuat kombinasi dari berbagai kemungkinan solusi untuk membentuk produk-produk yang berbeda atau bervariasi. Kombinasi yang berbeda dari sub solusi dapat dipilih dari chart mungkin dapat menuju solusi baru yang belum teridentifikasi sebelumnya.

Morphologi chart berisi elemen-elemen,. Komponen-komponen atau sub-sub

yang lengkap yang dapat dikombinasikan. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Mendaftar/ membuat daftar yang penting bagi sebuah produk. Daftar tersebut

haruslah meliputi seluruh fungsi pada tingkat generalisasi yang tepat.

2. Daftar setiap fungsi yang dapat dicapai yang menentukan komponen apa saja untuk mencapai fungsi. Daftar tersebut meliputi gagasan baru sebagaimana komponen-kom-ponen yang ada dari bagian solusi.

3. Menggambar dan membuat sebuah chart untuk mencantumkan semua kemungkinan-kemungkinan hubungan solusi.

4. Identifikasi kelayakan gabungan/ kombinasi sub-sub solusi. Jumlah total dari kombinasi tersebut mungkin sangat banyak sehingga pencarian strategi mungkin harus berpedoman pada konstrain atau kriteria.

Tujuan utama dari metoda Morphological chart adalah untuk memperluas penelitian terhadap solusi baru yang mungkin. Morfologi yang dimaksud adalah mempelajari suatu bentuk atau susunan maka analisis morfologi adalah suatu usaha yang sistematis untuk menganalisa bentuk yang terdapat pada suatu mesin atau produk, dan grafik morfologi adalah penggambaran secara ringkas dari kesimpulan analisa ini.

2.13 Pemilihan Konsep Produk

Pemilihan konsep produk merupakan proses evaluasi dengan kriteria kebutuhan konsumen dan kriteria lainnya, membandingkan kelebihan dan kekurangan dari setiap masing-masing konsep serta memilih satu atau lebih konsep yang terbaik untuk dijadikan penelitian dan pengembangan lebih lanjut.

(26)

commit to user

II-26

Pemilihan konsep yang terstruktur akan membuat suatu perancangan yang sukses. Metode terstruktur yang digunakan untuk memilih konsep adalah sebagai berikut: 1. Penyaringan konsep (concept screening)

Penyaringan konsep menggunakan sebuah konsep referensi untuk mengevaluasi berbagai macam konsep berdasarkan kriteria pemilihan. Penyaringan konsep didasarkan pada suatu metode yang dikembangkan oleh Stuart Pugh di tahun 1980-an dan sering disebut sebagai metode Pugh. Penyaringan konsep menggunakan sebuah perbandingan untuk memperkecil jumlah konsep yang dipertimbangkan lebih lanjut. Dalam penyaringan konsep melewati lima langkah pengerjaan, lima langkah yang dimaksud adalah:

2. Mempersiapkan matriks pemilihan

Untuk mempersiapkan matriks, dipilih suatu media yang tepat untuk menuangkan konsep yang akan dibahas untuk selanjutnya matriks tersebut diisi dengan suatu inputan berupa konsep-konsep dan kriterianya. Konsep-konsep yang akan dibahas akan sangat baik jika digambarkan dengan penggambaran grafis dan deskripsi secara tertulis. Pada bagian atas terdapat konsep-konsep sedangkan pada bagian kiri terdapat kriteria-kriteria pemilihan. Kriteria-kriteria dipilih berdasarkan kebutuhan pelanggan. Sebaiknya kriteria pemilihan dipilih karena mampu membedakan konsep satu dengan yang lain. Selanjutnya diberikan tambahan bobot kepeningan pada matriks. Dalam memberikan bobot pada kriteria cara berbeda dapat digunakan seperti menetapkan suatu nilai kepentingan dari 1 sampai 5 atau meletakkan nilai presentase dengan jumlah total 100% pada kriteria yang ada.

3. Menghitung nilai dari konsep

- Penilaian tersebut

diletakkan pada setiap sel matriks yang menunjukkan bagaimana perbandingan setiap konsep dengan konsep referensi terhadap setiap kriteria. Proses tersebut merupakan saran untuk menilai setiap konsep terhadap satu kriteria sebelum melanjutkan pada kriteria selanjutnya.

(27)

commit to user

II-27 4. Meranking setiap konsep

Semua konsep yang telah dinilai yang ada selanjutnya dijumlahkan (nilai

konsep didapat

pada setiap konsep secara urut. Konsep yang memiliki nilai posotif yang lebih banyak berarti memilii ranking yang lebih tinggi. Selanjutnya menghitung nilai bobot, nilai bobot dapat dihitung dengan cara mengalikan baris nilai dengan kriteria. Total skor bagi setiap konsep adalah penjumlahan dari nilai-nilai bobot. 5. Menyatukan dan memperbaiki konsep

Setelah setiap konsep dinilai dan diranking selanjutnya diperiksa setiap konsep yang ada apakah masuk akal atau tidak, sadari kekurangan dan kelebihan yang ada dan kemudian mempertimbangkan kemungkinan terdapatnya konsep yang dapat disatukan.

6. Memilih satu atau lebih konsep

Pada beberapa kasus dapat dipilih konsep dengan skor lebih rendah dimana memiliki ketidakpastian lebih kecil daripada sebuah konsep dengan skor yang lebih tinggi yang mungkin tidak dapat berfungsi atau lebih baik tidak diinginkan hasil akhirnya. Berdasarkan pada matriks pemilihan, dapat diputuskan untuk memilih dua atau lebih konsep terbaik. Konsep tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut, dibuat prototype, dan diuji untuk mendapatkan umpan balik dari konsumen.

Gambar

Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Mobil Listrik
Gambar 2.2 Anthropometri Pengemudi dalam Mendesain Mobil      Sumber: Peacock (1993)
Gambar 2.3 Area Penglihatan Dimana Kepala dan Mata Diam          Sumber: Nurmianto (2012)
Gambar 2.4 Area Penglihatan Dimana Kepala Diam dan Kedua Mata    Boleh Digerakkan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sifat fisis seperti tebal, diameter, massa, struktur; sifat mekanis seperti kuat tarik saat putus dan pemuluran panjang

Persentase perlakuan tilirosida dibandingkan dengan kontrol doksorubisin (Gambar 1) menunjukkan bahwa tilirosida tidak mampu menyamai persentase kematian sel akibat apoptosis, karena

Upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hambatan dalam pengembangan model pembiasaan pada pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam

Responden II mengalami konflik intrapersonal sehubungan dengan perasaan tidak nyaman yang timbul dari aturan beribadah sehingga responden II mengalami gangguan pada aspek religius

Rumusan masalah kedua tentang jenis masalah apa yang paling menonjol dari masing-masing program studi Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya.. Jawaban dari

Berdasarkan observasi lapangan diketahui bahwa distribusi cahaya di ruangan perpustakaan yang tidak merata disebabkan oleh: banyak ruangan dengan lampu yang mati, memancarkan

Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada beliau para pahlawan tanpa tanda jasa yang

Untuk ukuran partikel titik hujan yang sama dengan nilai permitivitas air absolut 1,33, didapat bahwa semakin besar frekuensi yang digunakan, semakin besar pula.