1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
BERBANTUAN MEDIA LINGKUNGAN TERHADAP
PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA
Gusti Ayu Lestari
1, I Gusti Agung Oka Negara
2, Ni Nyoman Ganing
31,2,3
Jurusan PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: lopeslestari96@gmail.com
1. okanegaragustiagung@gmail.com
2,
nyomanganing@gmail.com
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
Word Square berbantuan media lingkungan dan siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Pangeran Diponegoro Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017. Pada penelitian ini, unit eksperimennya berupa kelas sehingga rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimen semu (Quasi Experimental Design) dengan menggunakan desain penelitian non-equivalen control group desain. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 442 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas IVB SD Negeri 11 Pemecutan sebagai kelompok eksperimen dan kelas IVB SD Negeri 1 Pemecutan sebagai kelompok kontrol dengan jumlah masing-masing kelompok sebanyak 33 orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling. Data kompetensi pengetahuan IPA dikumpulkan menggunakan tes kompetensi pengetahuan berupa tes objektif bentuk pilihan ganda biasa, kemudian data dianalisis dengan uji-t. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung = 2.676 > ttabel = 2,000 sedangkan
nilai rata-rata kelas eksperimen
𝑋̅ = 78,39 > 𝑋̅ = 71,67 pada kelas kontrol
. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD.Kata kunci: word square, media lingkungan, konvensional, kompetensi pengetahuan IPA. Abstract
This research’s aims to know the significant difference of student’s mastery of science competence taught by word square learning model with assistance of environment media and students taught by conventional learning model for students grade four of SD Gugus Pangeran Diponegoro West Denpasar in academic year 2016/2017. In this research’s experiment unit is in form of class, then the research design use quasi experimental and non-equivalent control group design. Population of this research is all students grade four, which are 442 students. This research’s sample is class IVB of SD Negeri 11 Pemecutan as experimental group and IVB of SD Negeri 1 Pemecutan as control group with thirty three students in each group. Data of mastery of science competence are collected by objective test in a form of conventional multiple choice, and then the data are analyzed by t-test. After conduct hypothesis test the result is tcount=2,676 > ttable=2,000 the average score of students in
2
means the result of this research shows the significant difference between students taught by word square learning model with assistance of environment media and students taught by conventional learning model on students grade four SD.
Keywords: word square, environment media, conventional , mastery of science competence.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah kata kunci dalam
setiap usaha peningkatan kualitas
kehidupan manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pematangan kualitas hidup. Melalui proses tersebut, manusia diharapkan dapat memahami apa arti dan hakikat hidup, serta untuk apa dan bagaimana menjalankan tugas hidup dan kehidupan secara benar. Karena itulah
fokus pendidikan diarahkan pada
pembentukan pribadi unggul dengan
menitikberatkan proses pematangan
kualitas logika, hati, akhlak dan keimanan. Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pembebasan peserta didik dari
ketidaktahuan, ketidakmampuan,
ketidakberdayaan, ketidakbenaran, dan dari buruknya hati, akhlak, dan keimanan.
Di Indonesia pendidikan merupakan hak dan kewajiban bagi seluruh warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Karena itu, pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional. Begitu pula
dalam sistem pendidikan Nasional
sebagaimana diatur dalam Undang –
Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang mengandung sejumlah paradigma baru
yang menjadi landasan perwujudan
pendidikan nasional, yaitu berkenaan
dengan penyelenggaran pendidikan
nasional secara demokratis sistematis,
pembudayaan dan pemberdayaan,
penerapan keteladanan, penerapan
budaya belajar, pemberdayaan
masyarakat, dan pengendalian mutu
layanan pendidikan. Salah satu
penyelenggara pendidikan adalah
sekolah.
Sekolah sebagai salah satu
pelaksana proses pembelajaran
diharapkan dapat melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik. Proses
pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang dapat membuat siswa berperan aktif dalam menirukan dan mengembangkan konsep-konsep yang
dipelajari. Sekolah memiliki tujuan untuk
mengembangkan sikap, kemampuan,
keterampilan, serta memberikan
pengetahuan yang diperlukan untuk hidup di masyarakat. tujuan tersebut dapat
tercapai melalui pendidikan dan
pembelajaran berbagai disiplin ilmu,
agama, kesenian, dan keterampilan. Salah satu disiplin ilmu tersebut adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Samatowa (2011:3) menyatakan
bahwa IPA merupakan “ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam ini”. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil
percobaan dan pengamatan yang
dilakukan oleh manusia. Di tingkat SD
pembelajaran IPA diharapkan dapat
mengarahkan siswa pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja secara ilmiah
secara bijaksana. Idealnya, proses
pembelajararan IPA di SD memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui kegiatan belajar secara nyata yang dapat mem upuk rasa ingin tahu dan sikap ilmiah siswa. “Sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA dapat dikembangkan
melalui kegiatan diskusi, percobaan,
observasi, simulasi, atau kegiatan proyek
di lapangan” (Susanto, 2013:169).
Pembelajaran IPA di SD harus sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Menurut Piaget, anak usia SD
termasuk kategori tahap operasional
konkrit, yang menunjukkan adanya rasa ingin tahu yang tinggi untuk mengenal lingkunganya. Maka dari itu, dalam pembelajaran IPA siswa harus diberikan
kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir terhadap alam
melalui kegiatan belajar secara nyata. Reziana (2015) menyatakan “Dalam konteks pembelajaran siswa dipandang sebagai individu yang aktif membangun
3
pemahamannya sendiri dan pengetahuan
dunia sekitarnya dengan mengalami
sendiri untuk merefleksikan pengalaman
tersebut. Pembelajaran seharusnya
menjadi aktivitas yang bermakna yakni
pembebasan untuk mengaktualisasi
seluruh kemampuan siswa. Seiring
dengan pengembangan filsafat
konstuktivisme dalam pendidikan selama dekade ini, muncul pemikiran kritis dalam
merenovasi pembelajaran bagi anak
bangsa negeri ini menuju pembelajaran yang berkualitas dan konstruktif, salah
satu pemikiran kritis itu adalah
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan atau PAIKEM, khususnya dalam pembelajaran IPA yang intinya tertumpu pada satu persoalan yaitu
bagaimana seorang guru memberi
kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses yang efektif dan bahkan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan”. Ketiadaan sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran sering kali menyebabkan guru hanya
mengajar dengan metode ceramah
dengan bantuan media seadanya bahkan sering kali mengajar tanpa bantuan media yang mendukung untuk pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Sedangkan siswa SD pada dasarnya lebih mudah menangkap hal – hal yang sifatnya kongkrit dari pada yang sikapnya abstrak.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan di SD Gugus Pangeran
Diponegoro Kecamatan Denpasar Barat, pembelajaran IPA yang terjadi dilapangan
kurang memperhatikan pembentukan
sikap ilmiah. Tidak tuntasnya penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dikarenakan siswa dalam pembelajaran yang masih menitik beratkan pada aktivitas guru (teacher centered) yang memandang bahwa proses pembelajaran baru bisa berlangsung jika ada guru, sementara jika tidak ada guru maka proses pembelajaran
tidak akan dapat berlangsung. Hal
tersebut menyebabkan siswa hanya
menjadi objek belajar yang pasif. Hal ini menyebabkan aktivitas siswa sangat rendah yang tentunya akan berdampak pada hasil belajar yang kurang maksimal oleh karena itu guru dan siswa dapat menggunakan contoh–contoh sederhana
yang nyata dalam kehidupan sehari–hari siswa, baik melalui penggunaan media atau aktifitas nyata.
Media merupakan sebuah alat bantu untuk mempermudah sampainya materi pelajaran kepada siswa. Dengan adanya media yang digunakan guru diharapkan
dapat mengkonkritkan konsep – konsep
abstrak yang ada dalam materi pelajaran, khususnya IPA. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki dan menerapkan model serta media pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang akan
diajarkan.“Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas”. (Trianto 2011: 51).
Pelaksanaan pembelajaran dikelas perlu didesain secara kreatif dan inovatif
dengan memperhatikan karakteristik
perkembangan siswa kelas IV SD. Dari permasalahan tersebut dipandang perlu adanya inovasi dalam pembelajaran yakni
pembelajaran yang mengutamakan
penguasaan kompetensi, berpusat pada siswa, memberikan pengalaman belajar, dan relevan dengan kehidupan nyata. Salah satu inovasi yang dimaksud yakni dengan menerapkan model pembelajaran Word Square. Muriana (2014) menyatakan model pembelajaran Word Square adalah model pembelajaran yang memadukan
kemampuan menjawab pertanyaan
dengan kejelian dalam mencocokkan
jawaban pada kotak – kotak jawaban.
Mirip seperti mengisi teka-teki silang tetapi bedanya jawaban sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak
tambahan dengan sembarang huruf
penyamar atau pengecoh. Tujuan huruf pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis
Pengoptimalan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Word Square masih memerlukan kegiatan perangsang yang membuat siswa menjadi lebih ikut masuk dan berperan aktif dalam pembelajaran. Kegiatan sederhana yang dapat menghilangkan keabstrakan materi salah satunya adalah dengan belajar di lingkungan. Belajar di lingkungan dapat
menjadi sarana memupuk kreatifitas
4
gotong royong dan meningkatkan minat pada pelajaran (Susilowati, 2010:4-15). Dengan mengajak siswa belajar di luar
kelas siswaakan melihat peristiwa
langsung di lapangan dengan tujuan untuk
mengakrabkan siswa dengan
lingkungannya.
Berdasarkan uraian tersebut, secara teoritis model pembelajaran Word Square
berbantuan media lingkungan
berpengaruh terhadap enguasaan
kompetensi pengetahuan IPA, tetapi
secara empiris perlu dibuktikan melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Berbantuan Media Lingkungan Terhadap Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SD Gugus Pangeran Diponegoro Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017”.
METODE
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi eksperiment (Eksperimen Semu). “Desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak bisa sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen” (Sugiyono, 2014:114). Hal ini dikarenakan kemampuan peneliti dalam mengamati perilaku siswa sangat terbatas terutama ketika siswa berada di luar sekolah (rumah), peneliti juga tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap perlakuan secara pasti.
Desain eksperimen yang digunakan
adalah “Nonequivalent control group
design”. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus Pangeran Diponegoro Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017, yang terdiridari 12 kelas dalam 7 sekolah dasar. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 442 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Random Sampling yang dirandom kelasnya, sehingga setiap kelas mendapatkan peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian.Pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukannya pengacakan individu melainkan hanya pengacakan kelas. Pada tahap pertama,
akan dilakukan teknik pengambilan
sampel dengan cara undian, sehingga
semua anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Cara undian ini dilakukan dengan menulis semua nama sekolah pada masing-masing kertas yang jumlahnya 7 sekolah, kemudian kertas digulung, dimasukkan ke dalam kotak dan dikocok. Setelah itu akan dilakukan pengambilan dua gulungan kertas. Nama-nama SD pada kedua gulungan kertas tersebut merupakan sampel penelitian. Untuk mendapat kelas yang setara dari segi akademik, maka kelas dari SD yang muncul pada undian diberikan pre-test. Nilai atau skor dari hasil pre-test yang
dilakukan tersebut, digunakan untuk
penyetaraan kelas-kelas dalam populasi.
Teknik yang digunakan dalam
penyetaraan sampel pada penelitian ini adalah teknik matching. Setelah kedua sampel disetarakan, kemudian sampel diundi lagi untuk menentukan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Darmadi (2014:234) menyatakan, teknik matching adalah suatu teknik untuk
menyeragamkan kelas pada suatu
variabel atau lebih yang oleh peneliti sudah diidentifikasi memiliki hubungan
yang erat dengan penampilan
(performance) variabel tidak bebas. Untuk masing-masing subyek yang ada, peneliti berusaha mencari subyek yang lain yang sama atau nilainya mirip pada variabel kontrol. Jika terdapat subyek yang tidak
mendapatkan jodoh maka harus
dihilangkan dalam penelitian.
Setelah mengadakan random maka
mendapat 2 kelas yakni kelas IVB di SD
Negeri 11 Pemecutan dan kelas IVB di SD
Negeri 1 Pemecutan. Kelas IVB di SD
Negeri 11 Pemecutan berjumlah 40 siswa
dan kelas IVB di SD Negeri 1 Pemecutan
berjumlah 40 siswa. Lalu memberikan
pre-test pada kedua kelas tersebut pada
tanggal 30 Maret 2017 pada kelas IVB di
SD Negeri 11 Pemecutan dan pada 31
Maret 2017 pada kelas IVB di SD Negeri 1
Pemecutan. Data nilai siswa di Matching
dilakukan pada 2 kelas tersebut. Setelah di
Matching hasilnya 33 siswa terbukti
memiliki kemampuan yang setara secara
5
akademik. Sehingga sampel yang diteliti
dalam penelitian ini hanya 33 sampel.
Setelah diketahui kedua kelas
sampel setara, peneliti melakukan
pengundian lagi dari 2 sampel setara
untuk memilih nama sekolah yang
digunakan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah dilakukan random maka kelas yang terpilih untuk menjadi kelas eksperimen adalah kelas IVB di SD Negeri 11 Pemecutan yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan. Untuk kelas kontrol terpilih kelas IVB di SD Negeri 1 Pemecutan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Dalam penelitian ini terdapat kontrol validitas internal yang terdiri dari hilangnya subjek ( Mortality), testing, dan sejarah (History) dan validitas eksternal yang terdiri dari interaksi antara seleksi subjek dan perlakuan, dan interaksi seting dengan perlakuan. Dimana pada
masing-masing validitas tersebut memiliki
ancaman tersendiri dalam penelitian.
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data mengenai
penguasaan kompetensi pengetahuan
IPA.
Metode pengumpulan data pada
penelitian ini yaitu menggunakan teknik
tes. Menurut (Agung, 2012:66) dinyatakan
metode tes ialah cara memperoleh data
yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan
atau
dikerjakan
oleh
seorang
atau
sekelompok orang yang di tes (testee), dan
dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu
data berupa skor (data interval).
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice test) yang dilakukan pada akhirpembelajaran yang bertujuan untuk
mengukur penguasaan kompetensi
pengetahuan IPA siswa.
Setelah instrumen tersusun,
sebelum
memberikan tes tersebut kepada siswa,
terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk
menguji kelayakan instrumen. Tes yang
baik harus memenuhi syarat ketetapan
(validitas) dan keajegan atau ketepatan
(reliabilitas). Untuk itu, sebelum tes
tersebut digunakan, terlebih dahulu tes di
uji validitas, reliabilitas, daya beda dan
indeks kesukarannya.
Dari uji validitas,reliabilitas, daya beda dan tingkat
kesukaran item tes intrumen penguasaan kompetensi pengetahuan maka instrumen yang dapat digunakan hanya sebanyak 30 butir soal. Dari 30 soal yang sudah valid tersebut, reliabel, sesuai dengan tingkat kesukaran dan daya beda serta telah mewakili indikator sesuai dengan kisi-kisi tes. Kemudian 30 butir soal tersebut yang
diujikan kepada siswa kelompok
eksperimen dan siswa kelompok kontrol pada tahap akhir eksperimen.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial melalui uji-t.
Teknik analisis statistik
deskriptif dalam penelitian ini digunakan
untuk mendeskripsikan data penguasaan
kompetensi pengetahuan IPA siswa yang
dibelajarkan melalui model pembelajaran
Word
Square
berbantuan
media
lingkungan
dan
data
penguasaan
kompetensi pengetahuan IPA siswa yang
dibelajarkan
melalui
pembelajaran
konvensioal.
Sukardi
(2011:145)
menyatakan
bahwa
kegiatan
yang
termasuk
analisis
statistik
deskriptif
diantaranya menentukan Mean, Standar
Deviasi (S), dan Varians (𝑠
2).
Sebelummelakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas sebara data
dan uji homogenitas varians. Uji
normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data skor penguasaan
kompetensi pengetahuan IPA siswa
masing-masing kelompok berdistribusi
normal atau tidak. Uji homogenitas varians digunakan untuk menguji apakah sebaran data tersebut homogen atau tidak, yaitu
dengan membandingkan kedua
variansnya. Uji homogenitas dapat
dilakukan apabila kelompok data tersebut berdistribusi normal.
Untuk mengetahui
apakah sebaran data skor penguasaan
kompetensi
pengetahuan
IPA
siswa
masing-masing kelompok berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas untuk
skor penguasaan kompetensi pengetahuan
IPA
siswa
dalam
penelitian
ini
menggunakan teknik Chi-Kuadrat
Setelah6
data lulus uji prasyarat kemudian
dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis uji-t untuk sampel berpasangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis deskriptif data nilai mean atau rerata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas
IV yang menggunakan model
pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan , yaitu 𝑋̅= 78,39 dengan varians yaitu S2= 116,93 dan standar deviasi yaitu S= 10,81. Sedangkan nilai mean atau rerata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV yang mengikuti pembelajaran menggunakan
pembelajaran konvensional, yaitu 𝑋̅=
71,67 dengan varians yaitu S2= 96,04 dan standar deviasi yaitu S= 9,80.
Perhitungan
analisis
data
hasil
penelitian yang diperoleh menunjukkan
bahwa
penguasaan
kompetensi
pengetahuan IPA pada kelas eksperimen
yakni siswa yang menggunakan model
pembelajaran Word Square berbantuan
media lingkungan memiliki nilai mean
lebih tinggi daripada kelompok kontrol
yaitu𝑋̅= 78,39 >𝑋̅= 71,67.
Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.Uji Normalitas dimaksudkan untuk
mengetahui apakah sebaran data skor
penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
siswa
masing-masing
kelompok
berdistribusi normal atau tidak sehingga
dapat menentukan teknik analisis datanya.
Uji normalitas data dilakukan dengan
menggunakan analisis Chi-Kuadrat dengan
rumus
𝑋
2ℎ𝑖𝑡= ∑
( 𝑓0− 𝑓𝑒)2
𝑓𝑒 𝑛
𝑖
dan ketentuan
harga
(X
2hitung)
yang
diperoleh
dibandingkan
dengan
harga
(X
2tabel)
dengan derajat kebebasan (db) = (jumlah
klasifikasi - 1) = (6 - 1) = 5 dan taraf
signifikansi 5% =11,07.
Dari tabel kerja
diperoleh
𝜒
ℎ𝑖𝑡2= ∑
(𝑓𝑜−𝑓𝑒)2
𝑓𝑒 6
1
= 4,62.
Harga
𝜒
ℎ𝑖𝑡2yang diperoleh dari kelompok
eksperimen adalah
𝜒
ℎ𝑖𝑡2= ∑
(𝑓𝑜−𝑓𝑒)2
𝑓𝑒 6
1
=
4,62.
Harga
tersebut
kemudian
dibandingkan dengan harga X
2tabeldengan
dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga
diperoleh harga X
2tabel= 11,07, karena
X
2hitung<X
2tabel(4,62 < 11,07) maka H
0diterima atau H
aditolak. Ini berarti sebaran
data penguasaan kompetensi pengetahuan
IPA
siswa
kelompok
eksperimen
berdistribusi
normal.Sedangkan
pada
kelompok kontrol, Dari tabel kerja
diperoleh
𝜒
ℎ𝑖𝑡2= ∑
(𝑓𝑜−𝑓𝑒)2
𝑓𝑒 6
1
= 2,47.
Harga
𝜒
ℎ𝑖𝑡2yang diperoleh dari kelompok
Kontrol adalah
𝜒
ℎ𝑖𝑡2= ∑
(𝑓𝑜−𝑓𝑒)2
𝑓𝑒 6
1
= 2,47.
Harga tersebut kemudian dibandingkan
dengan harga X
2tabel
dengan dk = 5 dan
taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh
harga X
2tabel= 11,07, karena X
2hitung<X
2tabel(2,47 < 11,07) maka H
0diterima atau H
aditolak. Ini berarti sebaran data penguasaan
kompetensi
pengetahuan
IPA
siswa
kelompok kontrol berdistribusi normal.
Uji homogenitas varians dilakukan berdasarkan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dalam pembelajaran IPA. Dari hasil analisis
diperoleh F
hitung=
1,10
dan
berdasarkan
tabel
taraf
signifikansi 5% dengan dk = (30,32)
diperoleh F
tabel= 1,82. Maka, dapat
dikatakan bahwa nilai post-test penguasaan
kompetensi pengetahuan IPA pada kelas
eksperimen dan pada kelas kontrol
memiliki
varians
yang
sama
atau
homogen, karena F
hitung< F
tabelmaka H
oditerima dan H
aditolak.
Berdasarkan hasil uji uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Setelah data lulus uji prasyarat data maka dilanjutkan dengan uji hipotesis penelitian (Ha) dan hipotesis nol (Ho).Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean (uji-t) polled varians karena jumlah n1 = n2 varian homogen. Kriteria pengujian hipotesis ialah jika thitung < ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima, sebaliknya jika thitung > ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak.
7
Berdasarkan analisis data diketahui
t
hitung= 2,676 dan t
tabel= 2,000 untuk dk =
n
1+n
2-2= 64 dengan tara f signifikansi 5%.
Maka dapat dikatakan bahwa kriteria
pengujian H
0ditolak dan H
aditerima
karena t
hitung>t
tabel.
. Adapun hasil analisis uji-t dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Hipotesis
Dengan demikian maka dapat
diinterpretasikan bahwa terdapat
perbedaan antara penguasaan
kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD N 11 Pemecutan yang dibelajarkan
dengan menggunakan model
pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan dan siswa kelas IV SD N 1 Pemecutan yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Pangeran Diponegoro Kecamatan Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017.
Sesuai dengan hasil penelitian yaitu
adanya perbedaan yang signifikan
menunjukkan bahwa model pembelajaran
Word Square berbantuan media
lingkungan berpengaruh terhadap
penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa.
PEMBAHASAN
Berdasarkan uji-t diketahui bahwa
t
hitung= 2,676 sedangkan dengan taraf
signifikansi 5% dan dk = 64 diperoleh
harga t
tabel= 2,000. Dengan demikian,
t
hitung= 2,676> t
tabel(𝛼 = 0,05, 64)= 2,000,
sehingga hipotesis nol (H
0) ditolak dan
hipotesis alternatif (H
a) diterima. Ini
berarti terdapat perbedaan yang antara
penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran Word Square berbantuan
media
lingkungan
dan
siswa
yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional pada kelas IV SD Gugus
Pangeran
Diponegoro
Tahun
Ajaran
2016/2017. Hal ini disebabkan karena
dengan menerapkan model pembelajaran
Word
Square
berbantuan
media
lingkungan, siswa menjadi lebih aktif dan
bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran Word Square
yakni salah satu pembelajaran yang
memadukan
kemampuan
menjawab
pertanyaan dengan kejelian dan ketelitian
dalam mencocokan jawaban pada
kotak-kotak jawaban, sehingga disini dituntut
kejelian siswa dalam menjawab soal yang
diberikan. Selain itu siswa juga dilibatkan
aktif dalam kondisi pembelajaran. Ciri
yang paling menonjol dalam model
pembelajaran Word Square adalah terdapat
kombinasi ketepatan menjawab, ketelitian
dan kejelian siswa dalam menjawab soal
secara individu maupun kelompok. Word
Square adalah sejumlah kata yang disusun
satu dibawah yang lain dalam bentuk bujur
sangkar dan dibaca secara mendatar dan
menurun.
Model pembelajaran Word Square
memiliki keunggulan yaitu mendorong
pemahaman
siswa
terhadap
materi
pelajaran,
menciptakan
suasana
pembelajaran yang menyenangkan karena
pembelajaran berupa permainan, melatih
siswa berdisiplin, merangsang siswa untuk
berfikir efektif karena model pembelajaran
ini mampu sebagai pendorong dan penguat
No Sampel N Dk 𝑿̅ S2 t hitung ttabel 1 Kelompok eksperimen 33 64 78,39 10,81 2,676 2,000 2 Kelompok Kontrol 33 71,67 9,80
8
terhadap materi yang disampaikan, melatih
kete litian dan mencari jawaban dalam
lembar kerja. Selain itu istimewanya model
pembelajaran ini juga bisa dipraktekkan
unuk semua mata pelajaran. Hanya tinggal
bagaimana
guru
dapat
memprogram
sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat
merangsang siswa untuk berfikir efektif.
Tujuan huruf atau angka pengecoh bukan
untuk mempersulit siswa namun untuk
melatih sikap teliti dan kritis (Kurniasih,
2015:97).
Model pembelajaran Word Square
yang awalnya berdiri sendiri akan tetapi
disisipkan media lingkungan sebagai dasar
dalam pembelajaran yang mengunakan
model pembelajaran Word Square. Sintak
atau langkah – langkah yang dipakai dalam
pembelajaran dikelas yaitu sintak model
pembelajaran
Word
Square
yang
dilengkapi
dengan
pemanfaatan
lingkungan sebagai media pembelajaran.
Widiartini ( 2014) menyatakan adapun
sintak dalam model pembelajaran Word
Square berbantuan media Lingkungan
adalah
sebagai
berikut
:
1)
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa, 2) Guru menyajikan
media dan kotak Word Square disertai
dengan media lingkungan, 3) Siswa
membentuk kelompok belajar dan guru
membegikan LKS, 4) Siswa dibimbing
mengerjakan
LKS,
5)
Perwakilan
kelompok
membecakan
hasil
kerja
kelompoknya,
6)
Guru
memberikan
penghargaan, 7) Siswa dibantu guru
menyimpulkan hasil pembelajaran.
Dari berbagai penjelasan model
pembelajaran Word Square berbantuan
media lingkungan merupakan salah satu
inovasi
dalam
membelajarkan
siswa
dengan memadukan model pembelajaran
Word
Square
yang
memanfaatkan
lingkungan sebagai perantara pesan atau
materi yang dibelajarkan demi menunjang
pengetahuan siswa dengan situasi nyata
dan
sebagai
media
nyata
untuk
mengkonkretkan pengetahuan siswa.
Sesuai pendapat
Lestari (2012)
model
pembelajaran
Word
Square
merupakan
salah
satu
model
yang
membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian
siswa yang dapat merangsang siswa untuk
berpikir efektif melalui permainan acak
huruf
dalam
pembelajaran,
model
pembelajaran Word Square (MPWS)
merupakan
salah
satu
model
yang
digunakan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa menjawab pertanyaan
dengan kejelian dalam mencocokkan
jawaban pada kotak-kotak jawaban. Pada
model pembelajaran Word Square ini, para
siswa dipandang sebagai objek dan subjek
pendidikan yang mempunyai potensi untuk
berkembang sesuai dengan bakat dan
kemampuan yang dimiliki. Jadi dalam hal
ini guru sebagai fasilitator belajar. Melalui
model pembelajaran ini, siswa tidak hanya
diajak untuk belajar, namun diselipkan
dengan bermain yang membuat siswa tidak
mudah merasa bosan dalam belajar IPA.
Makna
dari
bermain
ini
adalah
memberikan selingan kepada siswa saat
pelajaran berlangsung, namun tidak keluar
dari
pelajaran
yang
dibahas
untuk
kepuasan dan kesenangan peserta didik
agar tidak cepat merasa bosan dan lelah.
Penelitian ini juga didukung dengan
penelitian
Sukandheni,
(2014)
yang
berjudul “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Word
Square Berbasis Lingkungan Terhadap
Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar
Timur”
yaitu
menyatakan
bahwa
“Penerapan
Model
Pembelajaran
Kooperatif Tipe Word Square Berbasis
Lingkungan berpengaruh positif terhadap
penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
pada kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar
Timur Tahun Ajaran 2013/2014”.
Penelitian ini memberikan implikasi
bahwa d
engan
menerapkan
model
pembelajaran Word Square berbantuan
media lingkungan dapat mengoptimalkan
penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
siswa yang mengaitkan pembelajaran
9
dengan kenyataan hidup di masyarakat
sehingga
pembelajaran
IPA
lebih
bermakna dan materi tidak cepat dilupakan
oleh siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil post-test IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
Word Square berbantuan media
lingkungan pada siswa kelas IV SD N 11 Pemecutan memperoleh nilai mean atau rata-rata yaitu 𝑋̅ = 78,39. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 7 siswa atau 21,21% siswa
memperoleh penguasaan kompetensi
pengetahuan dalam kategori sangat baik, 11 siswa atau 33,34% siswa memperoleh
penguasaan kompetensi pengetahuan
dalam kategori baik, 8 siswa atau 24,24%
siswa memperoleh penguasaan
kompetensi pengetahuan dalam kategori cukup baik, dan 7 siswa atau 21,21%
siswa memperoleh penguasaan
kompetensi pengetahuan dalam kategori kurang baik.
Hasil post-test IPA siswa yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional pada siswa kelas IV SD N 1
Pemecutan memperoleh nilai mean atau
rata-rata yaitu
𝑋̅ = 71,67. Berdasarkan
hasil analisis, dapat diketahui bahwa
terdapat 1 siswa atau 3.030% siswa
memperoleh
penguasaan
kompetensi
pengetahuan dalam kategori sangat baik, 6
siswa atau 18,181% siswa memperoleh
penguasaan
kompetensi
pengetahuan
dalam kategori baik, 18 siswa atau
54,545% siswa memperoleh penguasaan
kompetensi pengetahuan dalam kategori
cukup baik, 7 siswa atau 21,212% siswa
memperoleh
penguasaan
kompetensi
pengetahuan dalam kategori kurang baik
dan
1
siswa
atau
3,030%
siswa
memperoleh
penguasaan
kompetensi
pengetahuan dalam kategori sangat kurang
baik.
Berdasarkan analisis data, diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata kelas kontrol yaitu
𝑋̅ = 78,39 >𝑋̅ = 71.67. Selanjutnya melalui uji hipotesis diperoleh thitung = 2,676 dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 64 diperoleh harga ttabel = 2,000. Dengan demikian, thitung = 2,676> ttabel(𝛼 = 0,05, 64)= 2,00 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti terdapat perbedaan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Word Square berbantuan
media lingkungan dan siswa yang
dibelajarkan dengan pembelajaran
konvensional pada siswa kelas IV SD gugus Pangeran Diponegoro Denpasar
Barat Tahun Ajaran 2016/2017.
Berdasarkan perbedaan nilai rata-rata kedua kelompok dan hasil uji hipotesis,
maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan dengan model pembelajaran
Word Square berbantuan media
lingkungan berpengaruh terhadap
penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas IV SD Gugus Pangeran Diponegoro Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017.
Saran yang dapat disampaikan
berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Guru disarankan agar dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan dan
sebagai bahan pertimbangan untuk
menerapkan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan pada proses pembelajaran. 2) Siswa diharapkan dapat lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu
siswa, diharapkan dapat selalu
meningkatkan rasa ingin tahu melalui bertanya apabila ada yang belum di pahami, agar pengembangan pola pikir siswa dapat lebih luas, kritis dan inovatif. 3) Kepala sekolah sebaiknya mampu
mengadakan kebijakan baru terkait
dengan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah demi kualitas mutu pendidikan yang
lebih baik
. 4)Para
peneliti
lain
yang
tertarik
dengan
penelitian ini disarankan untuk melakukan
penelitian terhadap model pembelajaran
Word Square berbantuan media lingkungan
dengan sampel yang lebih luas dan subjek
yang berbeda untuk mengetahui pengaruh
10
model
pembelajaran
Word
Square
berbantuan
media
lingkungan
pada
penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
siswa secara lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA