MODUL PANUM
MODUL PANUM
(Kepaniteraan Umum)
(Kepaniteraan Umum)
MODUL NEUROLOGI 1
MODUL NEUROLOGI 1
1.1. Derajat Kesadaran
1.1. Derajat Kesadaran
1.2. Tanda Menigeal
1.2. Tanda Menigeal
1.3.
1.3. Nervus
Nervus III
III IV
IV VI
VI
1.4. Nervus V
1.4. Nervus V
1.5. Nervus VII
1.5. Nervus VII
1.6. Nervus VIII
1.6. Nervus VIII
1.7.
1.7. Nervus
Nervus IX
IX X
X
1.8.
1.8. Nervus XII
Nervus XII
Editor
Editor
Dr d
Dr dr.Ma
r.Masruroh Rahayu,MKes
sruroh Rahayu,MKes
dr. Shahdevi NK,Sp.S (K)
dr. Shahdevi NK,Sp.S (K)
dr. Machlusil Husna Sp.S
dr. Machlusil Husna Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Universitas Brawijaya
Universitas Brawijaya
MALANG
MALANG
2015
2015
MODUL NEUROLOGI 1
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM
KEPANITERAAN UMUM FKUB
FKUB
JUDUL
JUDUL NEUROLOGI NEUROLOGI 11 SUB
SUB JUDUL JUDUL 1.1. 1.1. Kesadaran Kesadaran ( ( GCS GCS )) LEARNING OBJECTIVE
LEARNING OBJECTIVE
Setelah menyelesaikan tugas modul neurologi 1.1. mahasiswa Setelah menyelesaikan tugas modul neurologi 1.1. mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan derajat kesadaran ( GCS ) secara mampu melakukan pemeriksaan derajat kesadaran ( GCS ) secara mandiri. mandiri. METODA METODA PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN
1. Overview Kesadaran ( Anatomi , Kualitas dan Kuantitas ) 1. Overview Kesadaran ( Anatomi , Kualitas dan Kuantitas ) 2. Demo Pemeriksaan derajat kesadaran (GCS )
2. Demo Pemeriksaan derajat kesadaran (GCS ) 2. Latihan antar teman
2. Latihan antar teman ALAT BANTU
ALAT BANTU
- Gambar tentang anatomi kesadaran - Gambar tentang anatomi kesadaran - Gambar pemeriksaan kesadaran - Gambar pemeriksaan kesadaran - Tempat tidur Pasien 5 buah - Tempat tidur Pasien 5 buah WAKTU
WAKTU
LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG
Kesadaran (
Kesadaran (counciousnesscounciousness) dibagi atas dua yaitu kualitas dan) dibagi atas dua yaitu kualitas dan kuantitas kesadaran. Pusat kualitas kesadaran terletak di kortek kuantitas kesadaran. Pusat kualitas kesadaran terletak di kortek serebrum bi hemisfer sedangkan kuantitas kesadaran terletak di serebrum bi hemisfer sedangkan kuantitas kesadaran terletak di ARAS (
ARAS (ascending reticuler activating systemascending reticuler activating system) d) d i Diencefaloni Diencefalon dan batang otak.
dan batang otak.
Pemeriksaan kualitas kesadaran terdiri atas : Pemeriksaan kualitas kesadaran terdiri atas :
a.
a. Persepsi dan orientasiPersepsi dan orientasi b.
b. Cipta atau daya pikir termasuk proses pikir, penalaran,Cipta atau daya pikir termasuk proses pikir, penalaran, penilaian, pertimbangan d
penilaian, pertimbangan dan keputusan.an keputusan. c.
c. Afek dan emosiAfek dan emosi d.
d. Nafsu atau kema Nafsu atau kemauanuan e.
e. KepribadianKepribadian f.
f. PsikomotorPsikomotor
Sebagian besar pemeriksaan kualitas kesadaran akan Sebagian besar pemeriksaan kualitas kesadaran akan diberikan pada modul Psikiatri
diberikan pada modul Psikiatri Sebagian
Sebagian kecil di kecil di neurologi mneurologi misal pemeriksaan Afasia,isal pemeriksaan Afasia, Agnosia, Apraksia, Amnesia, Akalkulia dsb
Agnosia, Apraksia, Amnesia, Akalkulia dsb
Afasia dan MMSE ( Mini Mental Status ) diberikan di modul Afasia dan MMSE ( Mini Mental Status ) diberikan di modul neurologi 2.
neurologi 2.
Pemeriksaan kuantitas kesadaran diperiksa dengan
Pemeriksaan kuantitas kesadaran diperiksa dengan GCSGCS ((Glasgow Coma ScaleGlasgow Coma Scale).).
PROSEDUR
PROSEDUR Pemeriksaan kuantitas kesadaran diperiksa denganPemeriksaan kuantitas kesadaran diperiksa dengan GCSGCS ((Glasgow Coma ScaleGlasgow Coma Scale),), pemeriksaan dengan pemeriksaan dengan urutan sebagaiurutan sebagai berikut :
PROSEDUR
PROSEDUR MataMata
1. Meng-inspeksi pembukaan celah mata penderita apakah 1. Meng-inspeksi pembukaan celah mata penderita apakah
membuka spontan atau tidak. membuka spontan atau tidak. 2. Bila
2. Bila mata pasien mata pasien tidak membuka, tidak membuka, memerintah penderitamemerintah penderita membuka mata dengan suara.
membuka mata dengan suara.
3. Bila mata pasien tidak membuka , merangsang nyeri 3. Bila mata pasien tidak membuka , merangsang nyeri
dengan menjepit kuku jari, supraorbita atau di sternum. dengan menjepit kuku jari, supraorbita atau di sternum. 4. Penilaian skor mata (eye) dengan nilai 1-4
4. Penilaian skor mata (eye) dengan nilai 1-4 4
4 : membuka spontan : membuka spontan 3
3 : membuka dengan perintah suara : membuka dengan perintah suara 2
2 : membuka dengan rangsang nyeri : membuka dengan rangsang nyeri 1
1 : tidak ada respon mata : tidak ada respon mata
Verbal Verbal
5. Menanyakan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat , 5. Menanyakan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat ,
perhatikan ucapa
perhatikan ucapan penderita apakah lancar atau sen penderita apakah lancar atau se suaisuai dengan pertanyaannya.
dengan pertanyaannya.
6. Bila tidak ada suara yang keluar, merangsang penderita 6. Bila tidak ada suara yang keluar, merangsang penderita dengan nyeri di di kuku, supraorbita atau di sternum. dengan nyeri di di kuku, supraorbita atau di sternum. 7.
7. Penilaian bicara (verbal) dengan nilai 1-5Penilaian bicara (verbal) dengan nilai 1-5 5
5 : o : orientasi waktu, orang dan rientasi waktu, orang dan tempat tempat baik dan baik dan lancarlancar 4
4 : disorientasi atau bingung (jawaban tidak : disorientasi atau bingung (jawaban tidak berhubungan)
berhubungan) 3
3 : hanya bisa membuat satu kata, tidak bisa membuat : hanya bisa membuat satu kata, tidak bisa membuat kalimat (
kalimat (inappropiate word inappropiate word )) 2
2 : hanya ada suara tanpa arti ( : hanya ada suara tanpa arti (incomprehensiveincomprehensive sound
sound )) 1
Motorik Motorik
8.
8. Meng-inspeksi gerakan atau Meng-inspeksi gerakan atau posisi ekstremitas pposisi ekstremitas penderita.enderita. 9.
9. Memerintahkan penderita untuk mMemerintahkan penderita untuk menggerakkan anggota (enggerakkan anggota ( tangan dan kaki) baik verbal atau nonverbal.
tangan dan kaki) baik verbal atau nonverbal. 10.
10. Bila tidak bisa, merangsang nyeri pada kuku penderita,Bila tidak bisa, merangsang nyeri pada kuku penderita, lihat apakah ada gerakan melokalisasi nyeri, menarik lihat apakah ada gerakan melokalisasi nyeri, menarik ekstremitas, posisi decorticate, posisi decerebrate. ekstremitas, posisi decorticate, posisi decerebrate. 11.
11. Penilaian motoris dengan nilai 1-6Penilaian motoris dengan nilai 1-6 6
6 : bisa diperintah baik verval atau non verbal ( : bisa diperintah baik verval atau non verbal (obeyobey)) 5
5 : bisa mengetahui asal rangsangan ( : bisa mengetahui asal rangsangan (localizeslocalizes)) 4
4 : bisa menghindar rangsangan (withdraws) : bisa menghindar rangsangan (withdraws) 3
3 : abnormal posisi flexi (: abnormal posisi flexi (decorticatedecorticate)) 2
2 : abnormal posisi ekstensi ( : abnormal posisi ekstensi (decerebratedecerebrate)) 1
1 : tidak ada respon motorik : tidak ada respon motorik
13. Cara menyebut atau menulis GCS dengan menyebut 13. Cara menyebut atau menulis GCS dengan menyebut
Nilai skor M
Nilai skor Mata,Verbal dan Motorata,Verbal dan Motorik , misalnya :ik , misalnya : GCS : 456
CHECK LIST &
EVALUASI Terlampir dibawah
DAFTAR INSTRUKTUR 1. dr.Shahdevi NK,Sp.S2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 3. dr.Masruroh Rahayu,MKes 4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System
Including the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition, Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
Nama : NIM : Kelompok : Tanggal :
PROSEDUR MODUL 1.1.PEMERIKSAAN GCS (Glasgow Coma Scale).
No. Diskripsi I II III Ket
Mata
1. Meng-inspeksi pembukaan celah mata penderita apakah membuka spontan atau tidak.
2. Bila mata pasien tidak membuka, memerintah penderita membuka mata dengan suara.
3. Bila mata pasien tidak membuka , merangsang nyeri dengan menjepit kuku jari / kaki, infraorbita atau di sternum.
4. Menilai skor mata 4 s/d 1 Verbal
5. Menanyakan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat , perhatikan ucapan penderita apakah lancar atau sesuai dengan pertanyaannya
6. Bila tidak ada suara yang keluar rangsang penderita dengan nyeri di di kuku, infraorbita atau di sternum.
7. Menilai skor verbal 5 s/d 1 Motorik
8. Meng-inspeksi gerakan atau posisi ekstremitas penderita.
9. Memerintahkan penderita untuk menggerakkan anggota ( tangan dan kaki) baik verbal atau nonverbal.
10. Bila tidak bisa, merangsang nyeri pada kuku penderita, lihat apakah ada gerakan melokalisasi nyeri, menarik ekstremitas, posisi decorticate, posisi decerebrate.
11. Menilai skor motorik 6 s/d 1
12. Menyebut atau menulis hasil pemeriksaan GCS dengan menyebut Nilai skor Mata,Verbal dan Motorik , misalnya :
GCS : 456 , 111, 214 , 113 dsb
Beri Tanda bila dikerjakan lengkap dan Betul Beri Tanda
X
bila tidak dikerjakan atau salahBeri Tanda
—
bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke IIIHE K LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI
1.1. KESADARAN (G S)
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL NEUROLOGI 1
SUB JUDUL 1.2. Tanda Meningeal
LEARNING OBJECTIVE
Setelah menyelesaikan tugas modul 1.2. mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kaku kuduk, Brudzinski leher (I), Kernig , Brudzinski Tungkai (II), Brudzinski (III) dan Brudzinski (IV) secara mandiri.
METODA
PEMBELAJARAN
1. Demo Video pemeriksaan Tanda Meningeal 2. Latihan antar teman
ALAT BANTU
- Tempat tidur Pasien 4 buah - Alat Audiovisual (LCD)
- CD Power Point pemerisaan Tanda Meningeal - Tempat tidur 5 buah
WAKTU
LATAR BELAKANG Meningeal sign atau tanda rangsang meningeal timbul bila ada rangsangan pada meningen, baik di otak atau medula spinalis. Meningeal sign muncul akibat keradangan atau rangsangan meningen pada kelainan seperti meningitis dan Stroke SAH (Subarachnoid Hemorrhage).
Pemeriksaan tanda meningeal terdiri dari kaku kuduk, Kernig, Brudzinski I s/d IV.
Ada tanda kekakuan leher yang bukan meningeal sign yaitu pada tetanus, sepsis, abses retrofaringeal, artritis servikal atau,
tipoid fever, parkinson tahap lanjut. Pada kasus ini terdapat kekakuan atau tahanan leher ke segala arah, bila kaku kuduk murni tahanan hanya pada fleksi dagu.
PROSEDUR Pemeriksaan Kaku kuduk dan Tanda Brudzinski I (leher) : 1. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat
tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil bantal bila ada.
2. Memutar kepala penderita ke samping kanan kiri serta menoleh ke kanan kiri apakah ada tahanan.
PROSEDUR
3. Memegang kepala belakang penderita dengan tangan kiri dan tangan kanan, kemudian mem-fleksikan kepala - dagu penderita ke arah sternum/ dada penderita apakah ada tahanan atau nyeri di leher, normal dagu dapat menyentuh dada,
4. Menentukan kaku kuduk positip yaitu bila dagu tidak menyentuh dada atau dada terangkat disebut
5. Menentukan tes Brudzinski I positif, yaitu saat bersamaan pemeriksaan kaku kuduk terlihat gerakan fleksi sejenak pada tungkai bawah.
Tanda Kernig :
6. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil bantal bila ada.
7. Memfleksikan paha pada sendi panggul dan lutut 900, ekstensikan tungkai bawah pada sendi lutut , normal lebih dari 1350,
8. Menentukan Tanda Kernig positip bila ada tahanan atau nyeri dan sudut tidak mencapai 1350.
Tanda Brudzinski II (tungkai) :
9. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil bantal bila ada.
10. Memfleksikan salah satu tungkai lurus pada sendi panggul maksimal,
11. Menentukan tanda Brudzinski tungkai (II) positif, yaitu terlihat adanya fleksi tungkai kontralateral (yang tidak mengalami parese).
Tanda Budzinski III :
12. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil bantal bila ada.
13. Menekan kedua pipi/infraorbita pasien dengan kedua tangan pemeriksa.
14. Menentukan tanda Brudzinski III positif, yaitu terlihat ada fleksi pada kedua lengan.
Tanda Brudzinski IV :
15. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil bantal bila ada.
16. Menekan os pubis penderita dengan tangan pemeriksa, 17. Menentukan tanda Brudzinski IV positif, yaitu terlihat ada
CHECK LIST &
EVALUASI Terlampir dibawah
DAFTAR INSTRUKTUR
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S 2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 3. dr.Masruroh Rahayu,MKes 4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System
Including the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition, Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
Nama : NIM : Kelompok : Tanggal :
PROSEDUR MODUL 1.2.TANDA MENINGEAL :
No. Diskripsi I II III Ket
Kaku Kuduk dan Tanda Brudzinski leher (I)
1.
Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil bantal bila ada.
2. Memutar kepala penderita ke samping kanan kiri serta menoleh ke kanan kiri apakah ada tahanan.
3.
Memegang kepala belakang penderita dengan tangan kiri dan tangan kanan, kemudian mem-fleksikan kepala - dagu penderita ke arah sternum/ dada penderita apakah ada tahanan atau nyeri di leher, normal dagu dapat menyentuh dada,
4. Menentukan kaku kuduk positip yaitu bila dagu tidak menyentuh dada atau dada terangkat disebut
5.
Menentukan tes Brudzinski I positif, yaitu saat bersamaan pemeriksaan kaku kuduk terlihat gerakan fleksi sejenak pada
tungkai bawah. Tanda Kernig
6.
Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil bantal bila ada.
7.
Memfleksikan paha pada sendi panggul dan lutut 900, ekstensikan tungkai bawah pada sendi lutut , normal lebih dari 1350,
8. Menentukan Tanda Kernig positip bila ada tahanan atau nyeri dan sudut tidak mencapai 1350.
Tanda Brudzinski tungkai (II) 9.
Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil bantal bila ada.
HE K LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI
1.2. ANDA MENINGEAL
No. Diskripsi I II III Ket Tanda Brudzinski leher (II)
10. Memfleksikan salah satu tungkai lurus pada sendi panggul maksimal,
11.
Menentukan tanda Brudzinski tungkai (II) positif, yaitu terlihat adanya fleksi tungkai kontralateral (yang tidak mengalami parese).
Tanda Brudzinski III
12.
Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil bantal bila ada.
13. Menekan kedua pipi/infraorbita pasien dengan kedua tangan pemeriksa.
14. Menentukan tanda Brudzinski III positif, yaitu terlihat ada fleksi pada kedua lengan.
Tanda Brudzinski IV
15.
Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil bantal bila ada.
16. Menekan os pubis penderita dengan tangan pemeriksa, 17. Menentukan tanda Brudzinski IV positif, yaitu terlihat ada
fleksi pada kedua tungkai.
Beri Tanda bila dikerjakan lengkap dan Betul Beri Tanda
X
bila tidak dikerjakan atau salahBeri Tanda
—
bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke IIIMODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL NEUROLOGI 1
SUB JUDUL 1.3. Nervus III IV dan VI
LEARNING OBJECTIVE
Setelah menyelesaikan tugas modul neuologi 1.3. mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan adanya ptosis, strabismus, memeriksa pupil, reflek cahaya, reflek akomodasi, gerakan bola mata secara mandiri.
METODA
PEMBELAJARAN
1. Demo video Pemeriksaan N. III IV dan VI 2. Latihan antar teman
ALAT BANTU
- Alat Audiovisual (LCD)
- CD Power Point pemeriksaan N. III IV dan VI - Senter 10 buah
WAKTU
LATAR BELAKANG
N. III (Oculomotorius) menginervasikan m. obliquus inferior, m. rektus medialis, m. rektus superior, m.rektus inferior, m.levator palpebra, m.spingter pupil (mengurus kontraksi pupil) dan m.
siliaris (mengurus lensa mata/ akomodasi).
N. IV (trochlearis) menginervasi m. obligus superior untuk melirik bawah nasal.
N. VI (abdusen) menginervasi m. rektus lateralis untuk melirik ke temporal.
Pemeriksaan N. III, IV dan VI meliputi pemeriksaan reflek cahaya (pupil), gerakan bola mata, ptosis, akomodasi dan konvergensi.
PROSEDUR Ptosis
1. Menyuruh penderita membuka mata lebar-lebar. Inspeksi kedua kelopak mata penderita, apakah ada yang jatuh/layuh (ptosis).
Kedudukan Bola Mata :
2. Memperhatikan kedudukan bola mata saat memandang lurus kedepan, bila tidak sejajar disebut Strabismus , bila ketengah disebut Strabismus Konvergen sedang bila keluar disebut Strabismus Divergen
PROSEDUR Gerakan Bola Mata
3. Memeriksa gerakan kedua bola mata penderita, ke semua arah, lihat apakah ada kelumpuhan otot penggerak bola mata dan tanyakan ada penglihatan dobel (diplopia).
4. Kemudian pemeriksaan gerakan bola satu mata bergantian
Reflek Akomodasi & Konvergensi :
5. Menyuruh pasien melihat benda yang jauh, mendadak disuruh melihat jari kita yang di letakkan ditengah didepan hidung 10 cm, mendadak disuruh melihat jauh lagi, begitu berulang-ulang. 6. Memperhatikan gerakan bolamata ketengah ( konvergensi) dan
pupil mengecil (miosis), bila ada disebut positip. Pupil dan Reflek Cahaya (reflek pupil) :
7. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang dengan mata melihat lurus ke atas.
8. Penerangan ruang periksa dimatikan / diredupkan, siapkan senter 9. Memperhatikan pupil, bulat atau tidak, ukur diameter pupil
berapa mm, catat bila ada k elainan
10. Memeriksa reflek cahaya, mata diperiksa satu persatu dengan mata lainnya ditutup bergantian, dengan senter yang menyala, senter digerakkan dari luar / lateral ketengah tegak lurus pupil, sinar jatuh ditengah pupil, berhenti sejenak di tengah pupil, diulang beberapa kali.
11. Menentukan reflek cahaya normal (positip), yaitu adanya pupil mengecil (miosis) baik mata sesisi atau mata sisi lainnya (kontralateral)
12. Menentukan Reflek Cahaya Langsung normal (positip), bila pupil sesisi yang miosis
13. Memeriksa Reflek Cahaya Konsensual dengan tangan kiri pemeriksa diletakkan di atas hidung pasien, supaya sinar masuk ke mata kontralateral, memeriksa seperti langkah ke 10, tetapi yang diperhatikan pupil sisi kontralateralnya mengecil (miosis) 14. Menyebutkan ciri-ciri kelainan nervus III
15. Menyebutkan ciri-ciri kelainan nervus IV 16. Menyebutkan ciri-ciri kelainan nervus VI
Ciri-ciri kelainan nervus IV
CHECK LIST &
EVALUASI Terlampir dibawah
DAFTAR INSTRUKTUR
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S 2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 3. dr.Masruroh Rahayu,MKes 4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition, Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
Nama : NIM : Kelompok : Tanggal :
PROSEDUR MODUL 1.3.PEMERIKSAAN NERVUS III , IV dan VI
No. Diskripsi I II III Ket
Ptosis
1. Menyuruh penderita membuka mata lebar-lebar. Inspeksi kedua kelopak mata penderita, apakah ada yang jatuh/layuh (ptosis). Kedudukan Bola Mata
2. Memperhatikan kedudukan bola mata saat memandang lurus kedepan, bila tidak sejajar disebut Strabismus , bila ketengah disebut Strabismus Konvergen sedang bila keluar disebut Strabismus Divergen
3. Memeriksa gerakan kedua bola mata penderita, ke semua arah, lihat apakah ada kelumpuhan otot penggerak bola mata dan tanyakan ada penglihatan dobel (diplopia).
4. Kemudian pemeriksaan gerakan bola satu mata bergantian Reflek Akomodasi dan Konvergensi
5. Menyuruh pasien melihat benda yang jauh, mendadak disuruh melihat jari kita yang di letakkan ditengah didepan hidung 10 cm, mendadak disuruh melihat jauh lagi, begitu berulang-ulang. 6. Memperhatikan gerakan bolamata ketengah ( konvergensi) dan
pupil mengecil (miosis), bila ada disebut positip. Pupil dan Reflek Cahaya (reflek pupil) :
7. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang dengan mata melihat lurus ke atas.
8. Penerangan ruang periksa dimatikan, siapkan senter
9. Memperhatikan pupil, bulat atau tidak, ukur diameter pupil berapa mm, catat bila ada kelainan
10. Memeriksa reflek cahaya, mata diperiksa satu persatu dengan mata lainnya ditutup bergantian, dengan senter yang menyala, senter digerakkan dari luar / lateral ketengah tegak lurus pupil, sinar jatuh ditengah pupil, berhenti sejenak di tengah pupil, diulang beberapa kali.
HE K LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI
1.3. NERVUS III , IV dan VI
11.
Menentukan reflek cahaya normal (positip), yaitu adanya pupil mengecil (miosis) baik mata sesisi atau mata sisi lainnya (kontralateral)
12. Menentukan Reflek Cahaya Langsung normal (positip), bila pupil sesisi yang miosis
13. Memeriksa Reflek Cahaya Konsensual dengan tangan kiri pemeriksa diletakkan di atas hidung pasien, supaya sinar masuk
ke mata kontralateral, memeriksa seperti langkah ke 10, tetapi yang diperhatikan pupil sisi kontralateralnya mengecil (miosis) 14. Menyebutkan ciri-ciri kelainan nervus III
15. Menyebutkan ciri-ciri kelainan nervus IV 16. Menyebutkan ciri-ciri kelainan nervus VI
Beri Tanda bila dikerjakan lengkap dan Betul Beri Tanda
X
bila tidak dikerjakan atau salahBeri Tanda
—
bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke IIIMODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL NEUROLOGI 1
SUB JUDUL 1.4. Nervus V Trigeminus LEARNING OBJECTIVE
Setelah menyelesaikan tugas modul neurologi 1.4. mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan m.Masseter, m.Temporalis, m.Ptery goideus, Sensoris wajah , Reflek Cornea dan Reflek Masseter secara mandiri.
METODA
PEMBELAJARAN
1. Demo video Pemeriksaan N.V 2. Latihan antar teman
ALAT BANTU
- Alat Audiovisual (LCD)
- CD Power Point pemeriksaan N.V - Kapas kering dipilin 20 buah - Jarum bundel 20 buah
WAKTU
LATAR BELAKANG N. V. Terdiri atas bagian motorik dan sensorik. Bagian motorik mengurus otot pengunyah yaitu m. Masseter, temporalis dan pterigoideus medialis serta m. pterigoideus lateral (untuk
menggerakkan rahang ke lateral dan membuka mulut).
Bagian sensoris untuk sensibilitas wajah dan sebagian dalam kepala lewat cabang N.V1 oftalmikus, V2 maxilaris dan V3 mandibularis . Pemeriksaan N. V terdiri dari pemeriksaan motorik, sensorik, reflek kornea dan jaw reflek.
PROSEDUR 1. Menginspeksi rahang penderita apakah ada deviasi, lihat oklusi gigi atas dan bawah
2. Menyuruh pasien membuka dan menutup mulut apakah ada kelainan dan deviasi.
3. Menyuruh pasien menggigit dengan kuat, raba m.masseter dan m.temporalis.
4. Menyuruh pasien menggerakkan rahang bawah ke kiri dan ke kanan dengan tangan pemeriksa menahannya, rasakan apakah ada kelumpuhan.
5. Memeriksa Reflek Masseter, menyuruh pasien membuka mulut sedikit, dengan mengetuk memakai hammer pada dagu, melihat reflek rahang mengatup.
6. Memeriksa Reflek kornea ada yang langsung , menyuruh pasien melirik ke arah yang berlawanan dengan mata pasien yang akan diperiksa (bila mata kiri yang diperiksa pasien melirik ke kanan), dengan ujung kapas yang dipilin sentuhkan
pada daerah limbus kornea, secara cepat dari arah lateral ke medial.
7. Menentukan reflek kornea langsung positip bila mata yang menutup mata sesisi rangsangan.
8. Menentukan reflek kornea tidak langsung positip bila mata kontralateralnya menutup.
Reflek Kornea Pemeriksaan Sensoris
9. Memeriksa nyeri dengan jarum bundel pada daerah dermatome V1 (Optalmikus), V2 (Maksilaris), V3 (Mandibularis).
10. Memeriksa raba dengan jarum bundel pada daerah dermatome V1 (Optalmikus), V2 (Maksilaris), V3 (Mandibularis).
11. Menyebutkan gangguan sensoris tipe Perifer dan tipe sentral (Nucleus).
Dermatome Perifer N.V Dermatome Central
(Nucleus N.V), A. Lesi Pons B. Lesi Medulla Oblongata
CHECK LIST &
EVALUASI Terlampir dibawah
DAFTAR INSTRUKTUR 1. dr.Shahdevi NK,Sp.S2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 3. dr.Masruroh Rahayu,MKes 4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition, Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
Nama : NIM : Kelompok : Tanggal :
PROSEDUR MODUL 1.4.PEMERIKSAAN N.V TRIGEMINUS
No. Diskripsi I II III Ket
Motorik
1. Menginspeksi rahang penderita apakah ada deviasi, lihat oklusi gigi atas dan bawah
2. Menyuruh pasien membuka dan menutup mulut apakah ada kelainan dan deviasi.
3. Menyuruh pasien membuka mulut dengan kuat, raba m. masseter dan m. temporalis.
4. Menyuruh pasien menggerakkan rahang bawah ke kiri dan ke kanan dengan tangan pemeriksa menahannya, rasakan apakah ada kelumpuhan.
Reflek Masseter
5. Memeriksa Reflek Masseter, menyuruh pasien membuka mulut sedikit, dengan mengetuk memakai hammer pada dagu, melihat reflek rahang mengatup.
Reflek Kornea
6. Memeriksa reflek kornea ada yang langsung , menyuruh pasien melirik ke arah yang berlawanan dengan mata pasien yang akan diperiksa (bila mata kiri yang diperiksa pasien melirik ke kanan), dengan ujung kapas yang dipilin sentuhkan pada daerah limbus kornea, secara cepat dari arah lateral ke
medial.
7. Menentukan reflek kornea langsung positip bila mata yang menutup mata sesisi rangsangan.
8. Menentukan reflek kornea tidak langsung positip bila mata kontralateralnya menutup.
Sensoris wajah
9. Memeriksa nyeri dengan jarum bundel pada daerah dermatome V1 (Optalmikus), V2 (Maksilaris), V3 (Mandibularis).
HE K LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI
1.4. NERVUS V TRIGEMINUS
10. Memeriksa raba dengan jarum bundel pada daerah dermatome V1 (Optalmikus), V2 (Maksilaris), V3 (Mandibularis).
11. Menyebutkan gangguan sensoris tipe Perifer dan tipe sentral (Nucleus).
Beri Tanda bila dikerjakan lengkap dan Betul Beri Tanda
X
bila tidak dikerjakan atau salahBeri Tanda
—
bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke IIIMODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL NEUROLOGI 1
SUB JUDUL 1.5. Nervus Fascialis (VII) LEARNING OBJECTIVE
Setelah menyelesaikan tugas modul 1.5. mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan motorik N.VII, adanya Tanda Bell, Hiperacusis, menentukan parese N.VII UMN atau LMN secara mandiri.
METODA
PEMBELAJARAN
1. Demo video Pemeriksaan N.VII 2. Latihan antar teman
ALAT BANTU
- Alat Audiovisual (LCD)
- CD Power Point pemeriksaan N.VII - Stetoskop
WAKTU
LATAR BELAKANG Fungsi N. VII bersifat motorik wajah, viscerosensorik / pengecap manis, asin dan kecut (sensoris 2/3 depan lidah), parasimpatis kelenjar air mata, untuk otot m.Stapeideus di telinga dalam. Kelumpuhan N. VII secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu : jenis UMN (upper motor neuron) dan LMN (lower motor neuron). Kelumpuhan jenis LMN bila nukleus N. VII di daerah pons sampai saraf perifer terganggu, dengan gejala kelumpuhan wajah satu sisi. Pada kelumpuhan tipe LMN sering disertai Ageusia Hiperacusis, gangguan lakrimasi.
PROSEDUR Motorik
1. Menginspeksi kerutan dahi, kelopak mata, sudut mata dan lipatan sudut mulut. Bandingkan kiri dan kanan apakah ada asimetri (merot) atau kelumpuhan.
2. Menyuruh penderita mengeryitkan dahi / angkat alis, menutup mata sekuat-kuatnya, meringis, mencucu dan memperlihatkan giginya. Bandingkan kiri dan kanan apakah ada asimetri (merot) atau kelumpuhan.
3. Menyuruh penderita menutup mata sekuat-kuatnya dan coba buka dengan tangan pemeriksa. Apakah ada kelumpuhan atau
keadaan tidak bisa menutup mata disebut lagophtalmus, Tanda B ell
4. Memperhatikan saat menutup mata sekuat-kuatnya, dengan adanya lagoptalmos terlihat bola mata berputar keatas disebut tanda Bell positip
5. Menanyakan adanya gangguan rasa 2/3 depan lidah dengan manis, asin, asam (N.VII) dan pahit (N.IX).
Keadaan tidak bisa mengecap rasa disebut ageusia / hipogeusia. 6. Menanyakan apa ada keadaan setiap ada suara, terdengar yang
lebih keras disebut hiperakusis, biasanya penderita mengeluh ”gembrebeg”.
7. Memeriksa adanya ”Hiperacusis”, menempelkan stetoskop di kedua telinga pasien, gesek membran stetoskop perlahan-lahan, tanyakan ke penderita yang lebih keras sebelah mana.
CHECK LIST &
DAFTAR INSTRUKTUR 1. dr.Shahdevi NK,Sp.S2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 3. dr.Masruroh Rahayu,MKes 4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition, Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 1
1.5. NERVUS VII FASCIALIS
Nama : NIM : Kelompok : Tanggal :
No. Diskripsi I II III Ket
Motorik
1. Menginspeksi kerutan dahi, kelopak mata, sudut mata dan lipatan sudut mulut. Bandingkan kiri dan kanan apakah ada asimetri (merot) atau kelumpuhan.
2. Menyuruh penderita mengeryitkan dahi / angkat alis, menutup mata sekuat-kuatnya, meringis, mencucu dan memperlihatkan giginya. Bandingkan kiri dan kanan apakah ada asimetri (merot) atau kelumpuhan.
3. Menyuruh penderita menutup mata sekuat-kuatnya dan coba buka dengan tangan pemeriksa. Apakah ada kelumpuhan atau
keadaan tidak bisa menutup mata disebut lagophtalmus, Tanda Bell
4. Memperhatikan saat menutup mata sekuat-kuatnya, dengan adanya lagoptalmos terlihat bola mata berputar keatas disebut tanda Bell positip
Pengecap
5. Menanyakan adanya gangguan rasa 2/3 depan lidah dengan manis, asin, asam (N.VII) dan pahit (N.IX). Keadaan tidak bisa mengecap rasa disebut ageusia / hipogeusia.
Hiperacusis
6. Menanyakan apa ada keadaan setiap ada suara, terdengar yang lebih keras disebut hiperakusis, biasanya penderita mengeluh ”gembrebeg”.
7. Memeriksa adanya ”Hiperacusis”, menempelkan stetoskop di kedua telinga pasien, gesek membran stetoskop perlahan-lahan, tanyakan ke penderita yang lebih keras sebelah mana.
8. Menentukan hasil pemeriksaan atau menyebutkan ciri lesi N.VII Perifer / LMN
9. Menentukan hasil pemeriksaan atau menyebutkan ciri lesi N.VII tipe sentral / UMN
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL NEUROLOGI 1
SUB JUDUL 1.6. Nervus VIII Auditori dan Vestibular
LEARNING OBJECTIVE melakukan pemeriksaan Tes Bisik, Tes Schwabah, tes Rinne, TesSetelah menyelesaikan tugas modul 1.6. mahasiswa mampu Weber, menentukan adanya Tuli konduksi atau Tuli Persepsi, Tes Romberg, Tes jalan Tandem, menentukan Nystagmus secara mandiri.
METODA
PEMBELAJARAN
1. Demo video Pemeriksaan N.VIII 2. Latihan antar teman
ALAT BANTU
- Alat Audiovisual (LCD)
- CD Power Point pemeriksaan N.VIII
- Garpu tala frekuensi 128 dan 512 Hz masing2 5 buah WAKTU
LATAR BELAKANG
Saraf ini terdiri atas saraf cochlearis yang mengurus pendengaran dan saraf vestibular yang mengurus keseimbangan. Gangguan pada saraf cochlearis dapat menyebabkan tuli, tinnitus. Tuli akibat kelainan mulai meatus acusticus ekternus sampai ruang telinga dalam disebut Tuli Konduksi , sedang Tuli persepsi disebabkan penyakit di labirin, reseptor telinga dalam, nervus cochlearis, nucleus cochlearis batang otak atau di kortek auditorik. Pemeriksaan pendengaran meliputi tes bisik atau gesek, Schwabach, Rinne ,Weber dan audiogram.
Sedangkan gangguan nervus vestibularis dapat menyebabkan vertigo, rasa tidak stabil, kehilangan keseimbangan, nistagmus dan salah tunjuk atau past pointing. Pemeriksaan nervus vestibularis meliputi, tes Romberg, tandem gait, tes telunjuk hidung, dan tes kalori.
PROSEDUR 1. Tes Bisik :
Melakukan tes bisik atau dengan menggesekkan jari-jari pemeriksa pada telinga penderita, telinga kanan kiri bergantian, suruh penderita membandingkan kanan dan kiri. 2. Tes Schwabach
Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, lengan garpu tala ditempatkan di dekat telinga penderita, setelah tidak mendengar maka garpu tala diletakkan di dekat telinga pemeriksa, bila pemeriksa masih mendengar maka
Schwabach memendek. 3. Tes Rinne
Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, pangkal garpu tala diletakkan di mastoid penderita, suruh pasien mendengarkan, bila sudah tidak terdengar lengan garpu tala didekatkan di dekat telinga penderita , bila masih terdengar maka Rinne positif.
4. Weber
Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, di ditempelkan di vertex kepala pasien tepat di garis tengah, suruh pasien mendengarkan, dan menentukan telinga mana yang lebih keras bunyinya, bila lebih keras kanan maka Weber lateralisasi ke kanan.
Menentukan tuli konduktif, dengan ciri-ciri pendengaran berkurang, Schwabach memendek, Rinne negatif, Weber
lateralisasi ketelinga sakit.
Menentukan tuli persepsi, dengan ciri-ciri pendengaran berkurang, Schwabach memendek, Rinne positif, Weber
5. Nistagmus
Lihat pada kedua mata penderita apakah ada nistagmus , dengan mata diam dan mata bergerak. Tentukan arah nistagmus dengan melihat fase cepatnya, nystagmus disebut arah cepatnya.
6. Tes Romberg
Pemeriksa siap dibelakang pasien, menyuruh penderita berdiri tegak dengan kedua kaki rapat, kedua tangan lurus
kebawah suruh penderita membuka dan menutup mata, Bila penderita jatuh disebut Romberg positif, catat arah jatuhnya
Bila gangguan vestibular maka jatuhnya, baik saat mata terbuka maupun tertutup dan jatuhnya kesemua arah. Bila gangguan serebellum jatuhnya baik saat mata terbuka maupun tertutup dan jatuhnya kesisi lesi. Bila gangguan proprioseptif saat mata terbuka tidak jatuh, saat mata
tertutup jatuh kesemua arah. 7. Tes Jalan Tandem
Suruh penderita berjalan setapak demi setapak menyambung dengan tumit kaki kanan dan ibu jari kaki kiri saling menempel, berjalan 2 meter di garis lurus, lihat pasien jatuh atau tidak seimbang, catat arah jatuhnya.
Tandem Walking
Tes Romberg CHECK LIST &
EVALUASI Terlampir dibawah DAFTAR INSTRUKTUR
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S 2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 3. dr.Masruroh Rahayu,MKes 4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition, Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
Nama : NIM : Kelompok : Tanggal :
PROSEDUR MODUL 1.7.PEMERIKSAAN N.VIII AUDITORI dan VESTIBULAR
No. Diskripsi I II III Ket
Tes Bisik
1. Melakukan tes bisik atau dengan menggesekkan jari-jari pemeriksa pada telinga penderita, t elinga kanan kiri bergantian,
suruh penderita membandingkan kanan dan kiri. Tes Schwabach
2. Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, lengan garpu tala ditempatkan di dekat telinga penderita, setelah tidak mendengar maka garpu tala diletakkan di dekat telinga pemeriksa, bila pemeriksa masih mendengar maka Schwabach
memendek. Tes Rinne
3. Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, pangkal garpu tala diletakkan di mastoid penderita, suruh pasien mendengarkan, bila sudah tidak terdengar lengan garpu tala didekatkan di dekat telinga penderita , bila masih terdengar maka Rinne positif.
4. Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, di ditempelkan di vertex kepala pasien tepat di garis tengah, suruh pasien mendengarkan, dan menentukan telinga mana yang lebih keras bunyinya, bila lebih keras kanan maka Weber lateralisasi ke
kanan.
5. Menentukan tuli konduktif, dengan ciri-ciri pendengaran berkurang, Schwabach memendek, Rinne negatif, Weber
lateralisasi ketelinga sakit.
6. Menentukan tuli persepsi, dengan ciri-ciri pendengaran berkurang, Schwabach memendek, Rinne positif, Weber
lateralisasi ke telinga sehat.
HE K LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI
1.7. NERVUS VIII
Nystgmus
7. Memperlihatkan pada kedua mata penderita apakah ada nistagmus , dengan mata diam dan mata bergerak. Tentukan arah nistagmus dengan melihat fase cepatnya, nystagmus disebut arah cepatnya.
Tes Romberg
9. Mempersilahkan penderita berdiri, pemeriksa siap dibelakang pasien, menerangkan apa yang a kan diperiksa.
10. Mempersilahkan penderita berdiri dengan kedua kaki rapat, kedua tangan lurus kebawah suruh penderita membuka dan menutup mata,
11. Menentukan Tes Romberg positif, yaitu bila penderita jatuh , catat arah jatuhnya.
12. Menentukan ciri-ciri gangguan vestibular pada tes Romberg maka jatuhnya, baik saat mata terbuka maupun tertutup dan jatuhnya kesemua arah
13. Menentukan ciri-ciri gangguan serebellum pada tes Romberg jatuhnya baik saat mata terbuka maupun tertutup dan jatuhnya
kesisi lesi.
14. Menentukan ciri-ciri gangguan proprioseptif pada tes Romberg saat mata terbuka tidak jatuh, saat mata tertutup jatuh kesemua arah.
Jalan Tandem
15. Menyuruh penderita berjalan setapak demi setapak menyambung dengan tumit kaki kanan dan ibu jari kaki kiri saling menempel, berjalan 2 meter di garis lurus, lihat pasien jatuh atau tidak seimbang, catat ara h jatuhnya.
Beri Tanda bila dikerjakan lengkap dan Betul Beri Tanda
X
bila tidak dikerjakan atau salahBeri Tanda
—
bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke IIIMODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL NEUROLOGI 1 SUB JUDUL 1.8. Nervi IX dan X
LEARNING OBJECTIVE Setelah menyelesaikan tugas modul 1.8. mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan adanya dysphagia, dysphonia, fenomena Vernet Ridou, Reflek Muntah secara mandiri.
METODA
PEMBELAJARAN
1. Demo video Pemeriksaan Tanda Meningeal 2. Latihan antar teman
ALAT BANTU
- Alat Audiovisual (LCD)
- CD Power Point pemeriksaan N.IX dan X - Spatel lidah 10 buah
- Lidi Kapas 20 buah WAKTU
LATAR BELAKANG Nervus IX (glosofaringeus) dan X (vagus) diperiksa bersamaan karena fungsi hampir sama. Gangguan saraf IX-X mengakibatkan disfagia (sukar menelan) sehingga tersedak, disfonia/ afonia, disartria faringeal, hilangnya reflek muntah, gangguan pengecapan 1/3 belakang lidah rasa pahit , gangguan otonom parasimpatis (bradikardia, hipotensi dsb).
Ciri gangguan n.IX dan X suara ”bindeng”, sengau , dysfonia atau aponi, Uvula asimetri, saat bilang ”aagh” gerakan palatum molle asimetri , saat minum tersedak dan reflek muntah menurun atau negatif
PROSEDUR 1. Vernet rideau phenomenon
Menyuruh pasien buka mulut, suruh pasien bilang ”aaagh”, dengan senter lihat palatum mole apakah ada asimetri arkus faring atau deviasi uvula.
2. Reflek muntah
Menyiapkan spatel lidah dan lidi kapas, menyuruh pasien membuka mulut, dengan spatel lidah ditekan sehingga terlihat dinding faring belakang, dengan lidi kapas sentuh dinding posterior faring kanan kiri bergantian , apakah ada gerakan
reflek muntah. 3. Disfonia
Menyuruh pasien menirukan kata-kata ”mama”, haha” dll, apakah ada gangguan dalam fonasi.
CHECK LIST &
EVALUASI Terlampir dibawah DAFTAR INSTRUKTUR
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S 2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 3. dr.Masruroh Rahayu,MKes 4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition, Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
Nama : NIM : Kelompok : Tanggal :
PROSEDUR MODUL 1.8.PEMERIKSAAN NERVI IX dan X
No. Diskripsi I II III Ket
Vernet rideau phenomenon
1. Menyuruh pasien buka mulut, suruh pasien bilang ”aaagh”, dengan senter lihat palatum mole apakah ada asimetri arkus faring atau deviasi uvula.
Reflek muntah
2. Menyiapkan spatel lidah dan lidi kapas, menyuruh pasien membuka mulut, dengan spatel lidah ditekan sehingga terlihat dinding faring belakang, dengan lidi kapas sentuh dinding posterior faring kanan kiri bergantian , apakah ada gerakan
reflek muntah. Disfonia
3. Menyuruh pasien menirukan kata-kata ”mama”, haha” dll, apakah ada gangguan dalam fonasi.
Beri Tanda bila dikerjakan lengkap dan Betul Beri Tanda
X
bila tidak dikerjakan atau salahBeri Tanda
—
bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke IIIHE K LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI
1.8. NERVI IX da
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL NEUROLOGI 1 SUB JUDUL 1.9. NERVUS XI
LEARNING OBJECTIVE Setelah menyelesaikan tugas modul 1.9. mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan m.Trapezius, m.Sternocleidomastoideus secara mandiri.
METODA
PEMBELAJARAN
1. Demo video Pemeriksaan N.XI 2. Latihan antar teman
ALAT BANTU - Alat Audiovisual (LCD)
- CD Power Point pemeriksaan N.XI WAKTU
LATAR BELAKANG Nervus XI ini hanya terdiri serabut motorik. Saraf ini menginervasi otot sternokleido mastoideus dan trapezius.
PROSEDUR 1. m.Trapezius
Untuk memeriksa otot trapezius, menyuruh pasien mengangkat bahu kanan dan kiri ke atas pemeriksa menahan dengan tangan, bandingkan kekuatan kanan dan kiri.
2. m.Sternocleidomastoideus
Untuk memeriksa otot sternokleidomastoideus kanan, suruh pasien menoleh ke kiri, tahan rahang pasien, lihat kekuatannya. Untuk memeriksa otot ini kanan kiri bersamaan, suruh pasien mem fleksikan kepala ke dada, lihat kekuatannya.
CHECK LIST &
DAFTAR INSTRUKTUR
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S 2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 3. dr.Masruroh Rahayu,MKes 4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition, Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta, 1999
6. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
Nama : NIM : Kelompok : Tanggal :
PROSEDUR MODUL 1.9.PEMERIKSAAN N.XI
No. Diskripsi I II III Ket
m. Trapezius
1. Untuk memeriksa otot trapezius, menyuruh pasien mengangkat bahu kanan dan kiri ke atas pemeriksa menahan dengan tangan, bandingkan kekuatan kanan dan kiri.
m. Sternocleidomastoideus
2. Untuk memeriksa otot sternokleidomastoideus kanan, suruh pasien menoleh ke kiri, tahan r ahang pasien, lihat kekuatannya. Untuk memeriksa otot ini kanan kiri bersamaan, suruh pasien mem fleksikan kepala ke dada, lihat kekuatannya.
Beri Tanda bila dikerjakan lengkap dan Betul Beri Tanda
X
bila tidak dikerjakan atau salahBeri Tanda
—
bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke IIIHE K LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI
1.9. NERVUS XI
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL NEUROLOGI 1 SUB JUDUL 1.10. Nervus XII LEARNING OBJECTIVE
Setelah menyelesaikan tugas modul 1.10. mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan adanya ptosis, strabismus, memeriksa pupil, reflek cahaya, reflek akomodasi, gerakan bola mata secara
mandiri. METODA
PEMBELAJARAN
1. Demo video Pemeriksaan Tanda Meningeal 2. Latihan antar teman
ALAT BANTU - Alat Audiovisual (LCD)
- CD Power Point pemeriksaan N.XII WAKTU
LATAR BELAKANG Saraf ini hanya menginervasi otot ekstrensik dan intrinsik lidah. Kelumpuhan saraaf ini dibagi menjadi dua yaitu UMN dan LMN. Pada kelumpuhan UMN, terdapat deviasi ke sisi yang lumpuh saat menjulurkan lidah, tidak ada atrofi dan fasikulasi. Patokan adanya deviasi adalah garis tengah atau gigi incisivus. Gangguan nervus ini akan mengakibatkan disartria lingual.
Jenis Dysartria atau pelo , Dysartria Lingual (lesi n.XII) cirinya tidak jelas bunyi ”R” dan ”L”, Dysartria Labial (Lesi n.VII) cirinya tidak jelas bunyi ”M”, ”O”, ”B”, Dysartria Pharyngeal (lesi n.IX) cirinya suara ”bindeng” atau sengau tidak jelas bunyi ”NG”, Dysartria Laryngeal (lesi n.X) cirinya suara dysponi, hipoponia, aponia bila minum tersedak
PROSEDUR
Inspeksi
1. Menyuruh pasien membuka mulut,lihat apakah ada atrofi lidah, fasikulasi, deviasi lidah,
2. Menyuruh pasien menjulurkan lidah, lihat apakah ada deviasi lidah, catat arah deviasi lidah .
Palpasi
3. Menyuruh penderita dengan lidahnya, menekan pipi penderita dengan tangan memeriksa menahan pipi pasien, lihat kekuatan lidah pasien, bergantian kanan dan kiri.
Disartia lingual
4. Menyuruh pasien mengucapkan kata-kata mengandung huruf ”R” dan ”L”, apakah ada gangguan dalam pengucapan.
5. Menentukan parese N.XII tipe LMN, yaitu ada atropi dan fasikulasi lidah, bila tidak ada tipe UMN
ahCHECK LIST &
EVALUASI Terlampir dibawah DAFTAR INSTRUKTUR
1. dr.Shahdevi NK,Sp.S 2. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 3. dr.Masruroh Rahayu,MKes 4. dr.M.Dalhar,Sp.S(K)
5. dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S
REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition, Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta, 1999
6. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
Nama : NIM : Kelompok : Tanggal :
PROSEDUR MODUL 1.10.PEMERIKSAAN N.XII
No. Diskripsi I II III Ket
1. Inspeksi
Menyuruh pasien membuka mulut,lihat apakah ada atrofi lidah, fasikulasi, deviasi lidah,
2. Menyuruh pasien menjulurkan lidah, lihat apakah ada deviasi lidah, catat arah deviasi lidah .
3. Menyuruh penderita dengan lidahnya, menekan pipi penderita dengan tangan memeriksa menahan pipi pasien, lihat kekuatan lidah pasien, bergantian kanan dan kiri.
4. Menyuruh pasien mengucapkan kata-kata mengandung huruf ”R” dan ”L”, apakah ada gangguan dalam pengucapan.
5. Menentukan parese N.XII tipe LMN, yaitu ada atropi dan fasikulasi lidah, bila tidak ada tipe UMN
Beri Tanda bila dikerjakan lengkap dan Betul Beri Tanda
X
bila tidak dikerjakan atau salahBeri Tanda