• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PRAKTIKUM IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL PRAKTIKUM IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

MODUL PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA

PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

2

1. Tujuan Melakukan Praktikum

Melihat sendiri hasil praktikum.

Membandingkan hasil percobaan dengan pendapat-pendapat/teori-teori yang ada dan kemudian mengambil kesimpulan akhir.

Membantu dalam mempelajari efek yang ditimbulkan / diharapkan.

2. Cara Pelaksanaan

Modul Praktikum digunakan sebagai pegangan dalam pelaksaan praktikum secara mandiri.

Pada setiap kegiatan selalu dilakukan pencatatan pada buku catatan harian (log book).

Pada setiap pelaksanaan praktikum, selalu didampingi oleh dosen dan analis laboratorium.

3. Penilaian/Evaluasi

Penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil akhir praktikum yang dilakukan. Pada akhir pelaksanaan praktikum dilakukan pembuatan laporan praktikum.

4. Aturan Pelaksanaan

Lakukan praktikum sebaik-baiknya dan dengan tertib.

Adakan persiapan secukupnya tiap kali akan melakukan praktikum, agar percobaan-percobaan yang dilakukan dapat bermanfaat.

Ambillah pelajaran sebanyak mungkin dari percobaan yang dilakukan. Berhati-hatilah menggunakan alat-alat dan bahan-bahan praktikum.

(3)

3

PRAKTIKUM FITOKIMIA

A. Alat – Alat yang Digunakan dalam Praktikum Fitokimia 1. Perkolator

Alat yang digunakan untuk penyarian yang dilakukan dengan cara mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang sebelumnya telah dibasahi

Gambar 1. Perkolator

2. Rotary Evaporator

Alat ini biasanya berfungi untuk mengubah sebagian atau keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan yang awalnya berbentuk cair menjadi uap dengan prinsip kerja menukar panas dan cairan dengan menggunakan prinsip destilasi (pemisahan). Dengan menggunakan alat ini biasanya untuk memisahkan atau menguapkan cairan penyari dari bahan yang disari sehingga memperoleh ekstrak yang sebagian besar banyak digunakan dalam penelitian ilmiah.

(4)

4

Gambar 2. Rotary Evaporator

3. Kolom Kromatografi

Metode ini digunakan untuk memurnikan bahan kimia tunggal dari campurannya. Metode dengan alat ini sering digunakan untuk aplikasi preparasi pada skala kecil hingga besar. Prinsip kerjanya berdasarkan pada perbedaan migrasi komponen-komponen senyawa dari fase diam oleh pengaruh fase gerak. Kolom yang disebut berupa tabung kaca dengan diameter tertentu yang bagian bawahnya memiliki lubang pengalir.

Gambar 3. Kolom Kromatografi

4. Penotol mikro

Alat ini digunakan untuk menotolkan sejumlah bahan ekstrak tertentu pada suatu lempeng yang disebut Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Ukurannya bervariasi dari 1 µL; 2 µL; dan 5µL.

(5)

5

5. Pipet tetes

Pipet tetes merupakan jenis pipet berupa pipa kecil yang terbuat dari kaca atau plastic dan pada bagian ujung bawahnya berbentuk runcing, sedangkan pada ujung atasnya ditutupi oleh karet. Pipet tetes berfungsi untuk mengambil cairan dengan skala kecil

6. Plat tetes

Alat ini berfungsi sebagai media/tempat mereaksikan zat-zat uji, namun dalam jumlah yang kecil dan dapat pula digunakan untuk menentukan pH larutan asam-basa.

7. Lampu UV

Alat ini digunakan untuk melihat kromatogram pada KLT. Prinsipnya, noda akan Nampak berupa pendaran apabila dikenai dengan sinar ultra UV pada Panjang gelombang 254 dan 360 nm.

8. Vial

Vial merupakan suatu benda penampung cairan, bubuk, atau tablet sediaan farmasi yang biasanya terbuat dari kaca atau plastic. Biasanya peneliti menggunakan vial sebagai tempat menampung sampel atau bahan penelitian, walaupun biasanya juga digunakan untuk melakukan reaksi kimia.

9. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Suatu Teknik kromatografi sederhana yang digunakan untuk memisahkan campuran berdasarkan volatilnya (daya uapnya). KLT dapat dilakukan pada selembar kaca, plastic, atau aluminium foil yang dilapisi dengan lapisan tipis bahan adsorben (berbahan silika gel), aluminium oksida, atau selulosa. Lempengan tersebut digunakan untuk memisahkan zat-zat kimia yang diidentifikasi pada suatu ekstrak berdasarkan prinsip pemisahan kromatografi. Biasanya digunakan sebagai alat untuk mengetahui kandungan fitokimia suatu bahan ekstrak.

10. Bejana kromatografi

Tempat mengelusi lempeng KLT yang terbuat dari kaca pejal yang tidak memiliki sambungan di sudut-sudutnya. Bejana ini memiliki penutup yang

(6)

6

terbuat dari kaca atau logam tahan korosi (karat). Bejana ini menampung lempeng berukuran 200 ×200 mm dan tertutup rapat.

Gambar 4. Prinsip Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

11. Kertas saring

Kertas semi-permeabel yang dipotong melingkar dan ditempatkan dalam suatu corong pemisah, untuk menyaring kotoran agar tidak larut dan memungkinkan larutan dapat terpisahkan melalui pori-pori kertas. Dalam kromatografi, kertas saring memiliki kecepatan penyerapan jenis kertas adalah dari 6 cm hingga 18 cm dan memiliki ketebalan kertas dari 0.17 mm hingga 0.93 mm.

12. Pinset

Berfungsi untuk menjepit benda-benda berukuran kecil atau jaringan tertentu. Namun, sebelum digunakan untuk sample, pinset harus disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan klorin 0.5% selama kurang lebih 10 menit. Setelah itu, dilanjutkan dengan pencucian menggunakan sabun dan sikat, bilas dengan air bersih. Atau bisa juga disterilisasi secara fisik dengan menggunakan autoclave .

13. Tabung reaksi

Banyak digunakan oleh peneliti atau akademisi untuk menampung, mencampur, atau memanaskan sejumlah kecil bahan kimia padat maupun cair, terutama untuk uji kualitatif.

14. Seperangkat alat berbentuk gelas

Beaker glass, Erlenmeyer, dsb

(7)

7

Alat ini digunakan untuk menyemprotkan penampak noda pada lempeng KLT.

16. Destilasi stahl

Metode yang sederhana dan biasanya menggunakan pelarut air karena air memiliki titik didih lebih besar dari minyak atsiri sehingga proses pemisahan dengan destilasi dapat dilakukan.

17. Ekstraktor Soxhlet

Biasanya digunakan untuk ekstraksi lipid dari bahan padat, dan digunakan jika suatu senyawa yang diinginkan memiliki tingkat kelarutan yang terbatas dalam suatu pelarut.

Gambar 5. Ekstraksi Soxhlet

B. Zat – Zat Kimia yang Digunakan dalam Praktikum Fitokimia 1. Pelarut pengekstraksi atau komponen penyusun pada KLT

Metanol, Etanol, Etil asetat, Kloroform, Air, Heksana, Butanol, Toluena

2. Asam Klorida (HCl)

Digunakan sebagai penetral basa dan memberikan suasana asam ataupun untuk proses hidrolisis.

3. Pereaksi Wagner

Digunakan untuk mengendapkan dan mendeteksi senyawa alkaloid.

4. Pereaksi Mayer

Sama halnya dengan pereaksi Wagner, pereaksi ini juga dapat digunakan untuk mengendapkan alkaloid.

(8)

8

5. Ammoniak (NH4OH)

Amoniak murni biasanya digunakan sebagai penampak noda pada identifikasi flavonoid dengan menggunakan KLT, sedangkan amoniak encer untuk memberikan suasana basa pada suatu sampel.

6. Dragendorff

Reagen yang digunakan untuk mendeteksi senyawa Alkaloid dalam suatu sampel uji. Jika terdapat alkaloid pada suatu sampel maka dapat bereaksi dengan reagen Dragendorff dan akan menghasilkan endapan berwarna jingga kemerahan.

7. Asetat anhidrad

Anhidrat dari asam asetat yang memiliki struktur molekul simetris dan berguna sebagai pelarut senyawa organic, fungisida, dan baktrisida. Selain itu berperan dalam proses asetilasi, pembuatan sediaan aspirin dan acetylmorphine.

8. Anisaldehid sulfat

Pereaksi semprot yang bersifat destruktif karena pereaksi ini mampu memecah senyawa pada plat KLT agar dapat diamati oleh sinar UV.

9. Antimon klorida

Pereaksi ini digunakan sebagai penampak noda pada identifikai senyawa terpenoid dan steroid.

10. FeCl3

Larutan ini digunakan sebagai penampak noda untuk senyawa golongan polifenol, yang memiliki reaksi warna ungu tua atau biru muda.

11. KOH

Pemberi suasana basa sebagai penampak noda pada identifikasi senyawa golongan antrakinon.

C. Pengenalan dan Metode Ekstraksi

Ekstrak adalah suatu zat yang dihasilkan dari proses ekstraksi suatu bahan mentah secara kimiawi. Senaywa kimia yang dapat diekstrak meliputi senyawa aromatic, minyak atsiri, ester, dan sebagainya yang kemudian dapat menjadi

(9)

9

bahan baku proses dalam suatu industri, penelitian di kalangan akademisi, atau digunakan secara langsung oleh masyarakat. Secara umum, bahan baku yang digunakan untuk ekstrak berasal dari tumbuh – tumbuhan yang memiliki potensi dikembangkan sebagai sediaan obat herbal atau diisolasi senyawa murninya.

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan yang tidak saling larut, biasanya air dan pelarut organik. Proses ekstraksi suatu bahan dapat dilakukan berdasarkan teori mengenai “Penyarian” yaitu peristiwa pemindahan massa atau secara teori yaitu zat aktif yang awalnya berada dalam sel, ditarik oleh suatu cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut yang masih mengandung berbagai macam senyawa.

D. Metode Ekstraksi

1. Maserasi

Maserasi adalah metode ekstraksi yang melakukan perendaman suatu bahan tanaman (baik berbentuk kasar atau bubuk) dalam wadah tertutup dengan ditambahkan pelarut tertentu untuk menarik zat aktif yang terkandung di dalam sel tumbuhan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel. Persitiwa ini dapat terjadi berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Proses maserasi biasanya berlangsung selama 3 hari pada suhu kamar (Nn, 2015). Selama maserasi berlangsung, dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari.

Endapan yang diperoleh dari maserasi dipisahkan dan filtratnya dipekatkan dengan mesin Rotary Evaporator. Kelebihan dari metode ekstraksi ini adalah (1) unit alat yang digunakan relative sederhana, (2) biaya operasional relative murah. (3) prosesnya relative hemat dan tanpa proses pemanasan. Namun begitu, proses ini juga memiliki kekurangan seperti (1) proses penyarian dapat tidak sempurna akibat zat aktif yang hanya mempu terekstaksi sekitar 50% dan (2) prosesnya yang lama dan butuh waktu beberapa hari untuk memperoleh jumlah ekstrak tertentu.

(10)

10

Pemilihan pelarut untuk proses ekstraksi ini juga harus diperhatikan antara lain harus memiliki daya tahan dalam melarutkan oleoresin, titik didih, sifat toksik, mudah atau tidaknya terbakar, dan pengaruhnya terhadap alat peralatan yang digunakan sebaga ekstraksi. Pelarut heksan dapat direkomendasikan untuk digunakan sebagai pelarut pada metode ekstraksi ini karena sifatnya yang non pola jadi lebih mudah melarutkan oleoresin dan mempermudah proses ekstraksi jika dibandingkan pelarut lainnya. Secara umum, maserasi menggunakan pelarut non air atau non polar karean ketika simplisia yang akan dimaserasi direndam, maka cairan penyari akan dapat menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang sudah penuh dengan zat aktif dan karena adanya pertemuan antara zat aktif dan penyari tersebut terjadilah prose pelarutan sehingga penyari yang masuk ke dalam sel akhirnya akan mengandung zat aktif. Akibat adnaya perbedaan konsentrasi tersebut maka akan muncul gaya difusi, yaitu larutan yang terpekat akan didesak keluar untuk mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan akan berhenti setelah terjadi kejenuhan dan dalam kondisi ini dapat dinyatakan bahwa proses ekstraksi selesai dan zat aktif yang ada di dalam dan di luar sel memiliki konsentrasi yang sama yaitu amsing-masing 50%.

Maserasi juga dapat dimdifikasi dengan beberapa metode antara lain : a) Digesti : dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap

pemanasan lemah yaitu pada suhu berkisar 40 - 50ºC.

b) Mesin pengaduk : yaitu dengan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus dan dapat mempersingkat prose maserasi menajdi 6 – 24 jam saja.

c) Remaserasi : seluruh serbuk simplisia di maserasi dengan cairan penyari pertama sesudah diendapkan, dituangkan dan diperas, ampas dimaserasi kembali dengan cairan penyari kedua.

d) Maserasi melingkar : dengan cara ini, penyari selalu mengalir secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.

(11)

11

Perlokasi merupakan suatu metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Proses ini berdasarkan pada difusi yang berlangsung berdasarkan oleh kecepatan, kuantitas pelarut, dan konstanta pelarut. Metode ini mudah dilakukan dan dapat dijadikan rekomendasi dalam proses ekstraksi senyawa tanaman.

Perlokasi memiliki prinsip yaitu serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang di bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dapat dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, sehingga cairan penyari akan melarutkan zat-zat aktifnya hingga mencapai keadaan jenuh. Pergerakan tersebt disebabkan oleh adanya gaya berat dai serbuk dan cairan diatasnya dan dikurangi dengan gaya yang dimiliki kapiler yang cenderung untuk menahan. Setelah massa didiamkan selama 24 jam dalam percolator, maka keran dapat dibuka dan diatur sehingga cairan ekstrak menetes 1 mL tiap menitnya. Hasil akhir dari perlokasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan zat aktif secara kualitatif.

Penggunaan metode perlokasi ini lebih baik digunakan dibandingkan maserasi karena (1) lebih mudah digunakan dan sederhana, (2) prosedur pilihan untuk kebanyakan metode ekstraksi senyawa aktif tanaman, dan (3) dapat dilakukan baik pada skala laboratorium maupun industri. Sedangkan kerugian dari metode ini antara lain (1) simplisia harus dibasahi terlebih dahulu sebelum dimasukkan dalam perkularor, (2) massa simplisia dalam perkulator tergantung pada tinggi perkulator, (3) Simplisia dapat memadat sesudah beberapa kali dilakukan esktraksi dan hal ini dapat menghalangi kelancaran aliran pelarut, dan (4) perolehan pelarut yang tertahan di dalam ampas sering memerlukan proses tambahan dan hal yang sama berlaku untuk mengeluarkan ampas dan menarik bahan aktif dari ampas. Contoh dari proses perlokasi dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.

(12)

12

Gambar 6. Proses perlokasi (Sumber : Tim B2P2TOOT, Litbang, Kemkes)

3. Ekstraksi menggunakan Soxhlet

Metode ekstrasi Soxhlet adalah metode ekstraksi padat-cair yang sering digunakan dlaam skala laboratorium sintetik dan analitik dan diperlukan bila senyawa yang diinginkan hanya menunjukkan kelarutan terbatas dalam pelarut, dan pengotornya tidak larut dalam pelarut tersebut. Prinsip kerja dengan menggunakan metode ini adalah menggunakan pelarut selalu baru dalam prose ekstraksinya sehingga ekstraksi yang kontinyu dengan adanya jumlah pelarut konstan yang juga dibantu dengan konsensor.

4. Ekstraksi dengan menggunakan gas superkritis (CO2)

Metode ekstraksi ini disebut juga dengan Ekstraksi Fluida Super Kritis dan banyak digunakan untuk ekstraksi murni minyak atsiri, bahan farmasi, dan pigmen. Tujuan penggunaan metode ini adalah karena lebih efisien dan selektif pada molekul tertentu dari tumbuhan dengan pemurnian pasca ekstraksi minimum. Dalam metode ini menggunakan gas CO2 karena murni, stabil, dan

pelarut non-polar. Selain itu tak berwarna, tidak berbau, tanpa residu, aman, ramah lingkungan, tersedia dimana-mana. Keuntungan dari metode ini adlaah (1) degradasi molekul tak stabil lebih minimum, (2) Seletivitas tinggi, (3) mudah dikontrol tekanan dan teperaturnya, dan (4) ekstraksi lebih cepat dan tingkat

(13)

13

kekentalan lebih rendah. Sedangkan kerugiannya (1) biaya relative tinggi dan (2) perlu operator dengan skill tinggi dalam pengoperasiannya.

E. Prosedur Skrining Fitokimia Tujuan

Mahasiswa mampu memahami cara pembuatan ekstrak untuk skrining fitokimia

Bahan

Simplisia X (bahan alam tertentu dapat ditentukan saat praktikum)

Prosedur :

1. Sebanyak 500 gram serbuk kering dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah dilengkapi dengan pengaduk magnetic (magnetic stirrer)

2. Serbuk tersebut kemudian ditambahkan etanol atau methanol 80% sebanyak 4.5x bobot total serbuk

3. Serbuk yang telah terbasahi dengan pelarut dipanaskan selama 2 jam pada suhu 50 - 60ºC dengan pengadukan diatas lempeng pemanas berpengaduk (hot

plate stirrer)

4. Filtrat dipisahkan dari ampas dengan penyaringan. Filtrat yang telah diperoleh kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator atau dengan cara dipanaskan diatas penangas air sehingga menghasilkan ekstrak kental yang siap digunakan untuk skrining fitokimia.

(14)

14

LATIHAN

 Latihan 1: Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid

Tujuan :

Mahasiswa memahami cara identifikasi senyawa golongan alkaloid

Bahan :

Ekstrak simplisia bahan “X”

Prosedur kerja : 1. Preparasi sampel

Larutan uji sebanyak 2 mL diuapkan terlebih dahulu di atas porselin. Residu yang dihasilkan kemudian dilarutkan dengan 5 mL HCl 2 N. Kemudian, larutan yang telah diperoleh dibagi ke dalam 3 tabung reaksi. Tabung pertama (1) ditambahkan 3 tetes HCl 2 N (sebagai Blanko). Tabung kedua (2) ditambahkan 3 tetes pereaksi Dragendorff, dan tabung ketiga (3) ditambahkan 3 tetes pereaksi Mayer.

(15)

15

Hasil yang terbentuk akan menyerupai endapan berwarna jingga pada tabung kedua (2) dan endapan berwarna kuning pada tabung ketiga (3) yang menunjukkan adanya senyawa metabolit sekunder berupa Alkaloid pada ekstrak . 3. Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Tabung pertama (blanko) ditambahkan NH4OH 28% hingga larutan menjadi basa.

Kemudia diekstraksi dengan 5 mL kloroform free water dan disaring. Filtrat diuapkan hingga kering kemudian dilarutkan dalam methanol dan siap untuk diujikan dengan KLT dengan persiapan seperti dibawah ini :

- Fase diam : Kiesel Gel GF 254

- Fase gerak : Etil asetat – methanol – air (9 : 2 : 2) - Penampak noda : Pereaksi Dragendorf

Indikator warna yang muncul berwarna jingga yang menunjukkan adanya senyawa alkaloid.

 Latihan 2: Identifikasi Glikosida Saponin, Triterpenoid, Dan Steroid

Tujuan :

Mahasiswa mampu memahami cara identifikasi senyawa dari golongan glikosida saponin, triterpenoid, dan steroid.

Bahan :

Ekstrak simplisia bahan “X”

Prosedur kerja : a. Saponin

- Uji Busa

Ekstrak kental yang dijadikan bahan ditimbang sebanyak 1 gr dan ditambahkan dengan air hangat serta dikocok vertical selama ± 10 detik. Busa akan terbentuk dengan tinggi sekitar 1 – 10 cm dan tidak kurang dari 10 menit yang menunjukkan adanya saponin dalam bahan ekstrak, walaupun ditambahkan dengan 1 tetes HCl 2 N (Depkes RI, 1995).

(16)

16 - Uji menggunakan KLT

Ekstrak diambil sebanyak 0,5 gram dan ditambahkan 5 mL HCl 2 N. Panaskan hingga mendidih dan tutup menggunakan corong yang telah berisi kapas basah selama 2 jam guna menghidrolisis saponin. Dinginkan, dan tambahkan dengan ammonia sebagai penetral, kemudia tambahkan dengan 3 mL n-heksana sebanyak 3 kali dan uapkan hingga 0,5 mL. Totolkan pada pelat KLT.

- Fase diam : Kiesel Ggel GF 254

- Fase gerak : n-heksana-etil asetat (4 : 1)

- Penampak noda : - Anisaldehida asam sulfat dan Antimon klorida

Indikator warna yang muncul jika ekstrak mengandung saponin adalah (1) warna ungu untuk anisaldehida asam sulfat dan (2) merah muda untuk antimon klorida.

b. Triterpenoid dan Steroid

- Uji reaksi Liebermann-Burchard

Larutan uji diuapkan sebanyak 2 mL dalam cawan porselin. Residu yang muncul lalu dilarutkan dengan 0,5 mL kloroform dan ditambahkan dengan 0,5 mL asam asetat anhidrat. Selanjutnya ditambahkan dengan asam sulfat pekat sebanyak 2 mL melalui dinding tabung. Campuran ini akan menghasilkan cincin berwarna kecoklatan atau violet pada batas larutan yang menunjukkan adanya senyawa triterpenoid, sedangkan cincin berwarna biru kehijauan menunjukkan adanya senyawa steroid (Ciulei, 1984).

- Identifikasi menggunakan KLT

Tambahkan ekstrak secukupnya dengan beberapa tetes etanol. Diaduk hingga larut dan totolkan pada fase diam. Uji KLT ini menggunakan komposisi sebagai berikut :

- Fase diam : Kiesel Gel GF 254

- Fase gerak : n-heksana-etil asetat (4 : 1) - Penampak noda : Anisaldehida asam sulfat

Senyawa triterpenoid dan steroid akan ditunjukkan dengan adanya warna merah keunguan atau ungu.

(17)

17  Latihan 3: Identifikasi Senyawa Flavonoid

Tujuan :

Mahasiswa mampu memahami teknik identifikasi untuk senyawa Flavonoid

Bahan :

Ekstrak simplisia dari bahan “X”

Prosedur kerja :

- Reaksi warna

Sebanyak ±1 mL larutan uji diuapkan hingga kering dan sisanya dibasahkan menggunakan aseton P dan. Ditambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus asam oksalat P serta dilanjutkan dengan pemanasan di atas penangas air dan perhatikan nyala api agar tidak berlebihan. Ditambahkan Eter P sebanyak 10 mL. Larutan lalu diamati di bawah sinar UV dengan Panjang gelombang 366 nm. Jika terlihat warna dengan fluorensi kuning akan menunjukkan adanya senyawa flavonoid (Depkes, 1995).

- Menggunakan KLT

Pada uji KLT tambahkan ekstrak secukupnya dan ditotolkan pada fase diam, dengan komposisi KLT sebagai berikut :

- Fase diam : lapisan tipis selulose (diganti Kiesel Gel GF 254) - Fase gerak : butanol-asam asetat glacial-air (4 : 1 : 5)

- Penampak noda : pereaksi sitrat borat atau uap ammonia

Flavonoid ditunjukkan dengan adanya noda berwarna kuning, sedangkan untuk warna kuning yang dihasilkan dari uap ammonia akan menghilang secara perlahan karena mengalami penguapan. Lapisan atas yang muncul pada fase gerak dapat digunakan untuk mengevaluasi senyawa flavonoid.

(18)

18

 Latihan 4: Identifikasi Senyawa Polifenol dan Tanin

Tujuan :

Mahasiswa mampu memahami cara identifikasi senyawa polifenol dan tannin

Bahan :

Ekstrak dari bahan “X”

Prosedur kerja :

- Reaksi warna

Untuk mengetahui kandungan senyawa polifenol dan tannin dapat dilakukan dengan cara ekstrak ditetesi dengan larutan FeCl3 dan diamati perubahan

warna yang terjadi. Jika warna yang muncul berwarna hijau biru hingga hitam maka terdapat senyawa polifenol, sedangkan jika muncul warna hijau kehitaman maka terdapat senyawa tannin.

- Menggunakan KLT

Sedikit larutan ekstrak digunakan untuk pemeriksaan KLT dengan komposisi sebagai berikut

- Fase diam : Kiesel gel GF 254

- Fase gerak : Kloroform – etil asetat (1 : 9) - Penampak noda : Pereaksi FeCl3

Senyawa polifenol ditunjukkan dengan adanya warna hitam pada sampel yang dianalisis.

(19)

19

 Latihan 5: Identifikasi Senyawa Atrakinon

Tujuan :

Mahasiswa mampu memahami teknik identifikasi senyawa antrakinon

Bahan :

Ekstrak dari bahan “X”

Prosedur kerja :

- Reaksi warna

Analisis dapat dilakukan dengan uji Borntrager yaitu sebanyak 0,3 gram diekstraksi dengan 10 mL air suling dan disaring, lalu filtrat yang diperoleh diekstraksi kembali dengan 3 mL toluene dalam corong pemisah. EKstraksi dilakukan sebanyak dua kali dan kemudian pada fase toluene dikumpulkan dan dibagi menjadi dua bagian yang disebut dengan larutan V1 dan V2. Larutan V1 disebut sebagai blanko dan larutan V2 ditambahkan dengan ammonia dan dikocok. Senyawa atrakinon dapat ditunjukkan dengan warna merah.

- Dengan KLT

Sampel ekstrak yang digunakan ditotolkan pada fase diam dengan kondisi KLT sebagai berikut :

- Fase diam : Kiesel gel GF 254

- Fase gerak : toluene – etil – asam asetat (75 : 24 : 1)

- Penampak noda : tambahkan larutan 10% KOH dalam methanol

Jika muncul noda berwarna kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau ungu maka bahan ektrak menunjukkan adanya senyawa antrakinon.

(20)

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Astarina, N. W. G., Astuti, K. W., & Warditiani, N. K. (2013). Skrining fitokimia ekstrak metanol rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi Udayana, 2(4), 279691.

2. Koirewoa, Y. A., Fatimawali, F., & Wiyono, W. (2012). Isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid dalam daun beluntas (Pluchea indica L.). Pharmacon, 1(1).

3. Bintoro, A., Ibrahim, A. M., Situmeang, B., Kimia, J. K. S. T. A., & Cilegon, B. (2017). Analisis dan identifikasi senyawa saponin dari daun bidara (Zhizipus mauritania L.). Jurnal Itekima, 2(1), 84-94.

4. Illing, I., Safitri, W., & Erfiana, E. (2017). Uji fitokimia ekstrak buah dengen. Dinamika, 8(1), 66-84.

5. Hayati, E. K., Fasyah, A. G., & Sa’adah, L. (2010). Fraksinasi dan identifikasi senyawa tanin pada daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Jurnal Kimia (Journal of Chemistry).

Gambar

Gambar 3. Kolom Kromatografi
Gambar 4. Prinsip Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Gambar 5. Ekstraksi Soxhlet
Gambar 6. Proses perlokasi (Sumber : Tim B2P2TOOT, Litbang, Kemkes)

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,