• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

1 PENDAHULUAN

3

2 KINERJA SEKTOR INDUSTRI

7

3 PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI

13

4

KEBUTUHAN LAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN

(3)
(4)

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI ( KBI – KTI)

KAWASAN TIMUR INDONESIA LUAS : 67,52 %

PENDUDUK : 18,68 %

INDUSTRI : 4,44 % KAWASAN BARAT INDONESIA

LUAS : 32,48 % PENDUDUK : 81,32 % INDUSTRI : 95,56 % PULAU JAWA LUAS : 7,0 % PENDUDUK : 60 %

REGIONAL

INEQUALITY

(Ketidakseimbangan

(5)

Jawa 72% Luar Jawa 28%

Penyebaran Industri 2013

Jawa 55% Luar Jawa 45%

Penyebaran Industri 2035

(6)
(7)
(8)

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS TERHADAP

PDB NASIONAL TAHUN 2013

(9)

NO.

WILAYAH

Nilai Investasi (Rp Miliar)

PMDN

PMA

Total

I SUMATERA

22.913,8

32.086,0

54.999,8

II JAWA

66.495,7

163.734,3

230.229,9

III BALI & NUSA TENGGARA

4.400,2

8.399,8

12.800,1

IV KALIMANTAN

28.713,6

26.208,7

54.922,3

V SULAWESI

3.624,2

14.157,6

17.781,8

VI MALUKU

1.114,9

3.035,6

4.150,6

VII PAPUA

888,2

22.813,8

23.702,0

JUMLAH

128.150,6

270.435,8

398.586,4

Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI)

Total investasi tahun 2013, lebih banyak didominasi oleh PMA yang

mencapai 67,84 persen dari total Rp 398,6 triliun ……….

(10)

Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI)

13.80

57.76

3.21

13.78

4.46 1.04

5.95

Sumatera Jawa

Bali Nusa Tenggara Kalimantan

Sulawesi Maluku Papua

Pada tahun 2013, Pulau Jawa masih menjadi wilayah

yang terbesar dalam menyerap investasi, disusul oleh

Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi ………

(11)

NO.

WILAYAH

Nilai Investasi (Rp Miliar)

PMDN

PMA

Total

I SUMATERA

9.149,57

16.428,60 25.578,17

II JAWA

26.552,02

74.233,83 100.785,85

III BALI & NUSA TENGGARA

1.757,04

2.994,20 4.751,24

IV KALIMANTAN

11.465,47

12.056,52 23.522,00

V SULAWESI

1.447,15

7.514,27 8.961,42

VI MALUKU

445,19

1.638,70 2.083,89

VII PAPUA

354,67

11.905,22 12.259,89

JUMLAH

51.171,10 126.771,35 177.942,45

Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI)

Investasi sektor industri tahun 2013, lebih banyak didominasi oleh PMA

yang mencapai 71,24 persen dari total Rp 177,9 triliun ……….

(12)

Sumber : BKPM, 2013 (Diolah DJ PPI)

14.37

56.64

2.67

13.22

5.04 1.17

6.89

Sumatera Jawa

Bali Nusa Tenggara Kalimantan

Sulawesi Maluku Papua

Pada tahun 2013, Pulau Jawa masih menjadi wilayah yang terbesar

dalam menyerap investasi sektor industri, disusul oleh Sumatera,

Kalimantan dan Sulawesi ………

SEBARAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2013

MENURUT WILAYAH (PERSEN)

(13)
(14)

TUJUAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI

a. Mengendalikan pemanfaatan ruang;

b. Meningkatkan upaya pembangunan industri yang

berwawasan lingkungan;

c. Mempercepat pertumbuhan industri di daerah;

d. Meningkatkan daya saing industri;

e. Meningkatkan daya saing investasi; dan

f. Memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan

dan pembangunan infrastruktur, yang terkoordinasi

antar sektor terkait.

(15)

Kawasan Industri (KI) di Indonesia relatif

kurang memiliki daya saing dibandingkan

dengan KI di negara-negara pesaing ditinjau

dari harga lahan KI dan biaya logistik.

(16)

1. Meningkatkan

peran

pemerintah/BUMN

dalam

pengembangan kawasan industri.

2. Membangun kawasan industri yang terintegrasi dengan

sektor lain seperti perhubungan, pekerjaan umum,

perumahan, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan

keamanan.

3. Membangun kawasan industri yang fokus pada komoditi

atau klaster industri tertentu.

4. Membangun Pusat Inovasi di setiap KI sebagai sarana untuk

R&D dan peningkatan kompetensi SDM

(17)

Pengaturan: (Pasal 62-Pasal 63)

1. Menteri Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya infrastruktur Industri. 2. Infrastruktur Industri paling sedikit meliputi:

a. lahan Industri berupa Kawasan Industri dan/atau kawasan peruntukan Industri; b. fasilitas jaringan energi dan kelistrikan;

c. fasilitas jaringan telekomunikasi; d. fasilitas jaringan sumber daya air; e. fasilitas sanitasi; dan

f. fasilitas jaringan transportasi.

3. Penyediaan infrastruktur Industri dilakukan melalui:

a. pengadaan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; b. pola kerja sama antara Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dengan swasta, badan

usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dan swasta; atau c. pengadaan yang dibiayai sepenuhnya oleh swasta.

4. Untuk mendukung kegiatan Industri yang efisien dan efektif di wilayah pusat pertumbuhan Industri dibangun Kawasan Industri sebagai infrastruktur Industri yang harus berada pada kawasan peruntukan Industri sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

5. Pembangunan Kawasan Industri dilakukan oleh badan usaha swasta, badan usaha milik negara,

PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

DAN KI (UU NO 3/2014)

(18)

1. Hal tertentu : kondisi pada saat pihak swasta tidak

berminat atau belum mampu membangun kawasan

industri, sementara Pemerintah perlu mempercepat

industrialisasi di wilayah pusat pertumbuhan

industri dengan mempertimbangkan geoekonomi,

geopolitik dan geostrategis

2. Memprakarsai : melakukan investasi langsung untuk

membangun kawasan industri

(19)

1. Peran Pemerintah Indonesia dalam menyediakan lahan kawasan

industri akan ditingkatkan kembali.

2. Pemerintah terus mendorong pengembangan kawasan-kawasan

industri yang baru.

3. Pemerintah harus melakukan intervensi dengan cara menambah

pasokan lahan kawasan industri melalui program fasilitasi

pembangunan kawasan industri.

4. Bentuk

intervensi

pemerintah

dengan

cara

melakukan

pembangunan kawasan industri.

5. Pemerintah berperan aktif dalam pengembangan kawasan industri

melalui mekanisme hibah dan pinjaman luar negeri. Beberapa

bentuk hibah yang diperlukan antara lain: hibah bantuan teknik;

(20)

Apa yang harus dilakukan Pemerintah?

 Mendorong

pengembangan

kawasan-kawasan

industri yang baru.

 Melakukan intervensi agar terjadi penambahan

pasokan lahan kawasan industri melalui program

revitalisasi dan perluasan kawasan industri yang

ada.

 Meningkatkan investasi Pemerintah/BUMN dalam

usaha kawasan industri.

(21)

SPESIFIKASI DAN FASILITASI KAWASAN INDUSTRI

a. Luas lahan kawasan industri paling rendah 50 (lima puluh)

hektar dalam satu hamparan;

b. Luas lahan kawasan industri tertentu untuk usaha mikro,

kecil, dan menengah paling rendah 5 (lima) hektar dalam

satu hamparan;

c. Perusahaan di dalam kawasan Industri dapat diberikan

fasilitas kepabeanan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang kepabeanan;

d. Fasilitas perpajakan terhadap kawasan industri dan

perusahaan industri di dalam kawasan industri diberikan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

dibidang perpajakan.

(22)

Negara

Pemerintah

Swasta

Malaysia, 285 KI

78 % (Pusat dan Lokal)

22 %

Jepang

85 %

15 %

Korea Selatan, 300 KI

70 % (Pusat dan Lokal)

30 %

Taiwan

90 %

10 %

Singapura

85 %

15 %

Thailand, 27 KI

48 %

52 % (kerjasama

Pemerintah dan Swasta)

Pilipina, 20 KI

30 % (Pusat dan Lokal)

70 %

Indonesia

6 %

94 %

Sumber : ULI (1975) dan Dirdjojuwono (2004)

Catatan : Persentase menyatakan kontribusi dalam bentuk penanaman modal

Peran Pemerintah dan Swasta dalam Pengembangan

Kawasan Industri di Beberapa Negara Asia

(23)

Tantangan Kawasan Industri

Tantangan di Pulau Jawa

Keterbatasan lahan untuk

pembangunan dan pengembanganan

Daya dukung yang terbatas (sumber daya air)

Masalah Lingkungan dan Sosial

Tantangan di Luar Pulau Jawa

Kompetensi tenaga kerja dan SDM industrial yang terlatih di daerah kurang memadai

Belum semua Kabupaten/Kota telah menetapkan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

khususnya kawasan peruntukan industri

Minat swasta nasional untuk melakukan usaha kawasan industri masih rendah

Infrastruktur pendukung seperti jalan raya, kereta api, pelabuhan dan sebagainya kurang memadai

(24)

Arah Pengembangan Kawasan Industri

Kawasan Industri di Pulau Jawa

 Pengembangan kawasan-kawasan industri yang sudah ada, dan

mendorong pembangunan kawasan industri yang baru diarahkan

pada industri-industri berbasis teknologi tinggi

 Kawasan industri yang saat ini menampung perusahaan yang

beraneka ragam diarahkan untuk fokus pada pengembangan jenis

industri tertentu.

 Kawasan industri di Jawa Barat: fokus pada industri permesinan dan

teknologi tinggi.

 Kawasan industri di Banten: fokus pada industri kimia dan besi baja

 Kawasan industri di Jawa timur: fokus pada pengembangan industri

petrokimia dan industri penunjang migas.

 Kawasan industri di Jawa Tengah: fokus pada pengembangan industri

padat karya seperti tekstil dan sepatu.

(25)

Arah Pengembangan Kawasan Industri

Kawasan Industri di Luar Pulau Jawa

 Pengembangan kawasan-kawasan industri baru yang

diarahkan pada industri-industri berbasis sumberdaya

alam dan pengolahan mineral serta memanfaatkan lokasi

geografi yang strategis

 Mensinergikan pengembangan kawasan industri dengan

program

MP3EI

untuk

membangun

pusat-pusat

(26)

1. Mengarah pada pengembangan kota baru

2. Infrastruktur

sudah

terintegrasi

dengan

sistem logistik

3. Berorientasi pada pelayanan jasa

4. Memiliki fasilitas pendidikan industrial

5. Memiliki fasilitas R & D

6. Memperhatikan lingkungan, dan

7. Memiliki sistem manajemen pengelolaan

yang efisien dan efektif

(27)
(28)

Jabodetabek (termasuk Subang, Karawang,

Purwakarta): Industri Permesinan dan Alat Transportasi

Majalengka: Industri Tekstil

Semarang : Industri Tekstil

Kulon Progo: Industri Besi Baja

Gresik: Industri Petrokimia

Lamongan: Industri Perkapalan

Bandung: Industri Telematika

Boyolali: Industri Tekstil

(29)

Sei Mangkei : Industri Turunan CPO Dumai: Industri Turunan CPO

Bangka: Industri Timah

Cilegon: Industri Besi Baja

Muara Enim: Gasifikasi Batu Bara

Kuala Tanjung: Industri Alumina

(30)

Maloy: Industri Turunan CPO Mempawah dan Tayan : Industri

Smelter/ Chemical Grade Alumina

Batu Licin: Industri Besi Baja

Kariangau: Industri Turunan CPO Landak: Industri Berbasis Agro

Ketapang: Industri Berbasis Agro

Puruk Cahu: Industri Berbasis Batubara

(31)

Gowa: Agroindustri Palu: Agroindustri Bitung : Logistik Soroako: Industri Ferronikel Takalar: Industri Minyak dan Gas Morowali: Industri Ferronikel

Bantaeng : Ferronikel

(32)

Halmahera Timur (Buli) : Industri Ferronikel

Bintuni: Industri Petrokimia dan Pupuk Halmahera Tengah

(Wade Bay) : Industri Ferronikel

Sorong : Industri Petrokimia

FASILITASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI PULAU

MALUKU DAN PAPUA

(33)

IV. KEBUTUHAN LAHAN PENGEMBANGAN

KAWASAN INDUSTRI

(34)

No Kawasan Industri Klaster Industri Kebutuhan Lahan (Ha)

Penetapan RTRW Perda No

Wilayah I Sumatra

1 Sei Mangkei Kelapa Sawit 2.002,00 Kab. Simalungun 10 TAHUN 2012

2 Kuala Tanjung Aluminium 2.000,00 Kab. Batubara 10 TAHUN 2013

3 Sei Bamban Agro (Sawit dan Karet) 112,50 Kab. Serdang Bedagai 12 TAHUN 2013

4 Tanjung Buton Aneka Industri dan penunjang industri migas

5.000,00 - -

5 Tanjung Api-Api Sawit,Karet dan Petrokimia 4.044,00 Kab. Banyuasin 28 TAHUN 2012

6 Belitung Pengolahan Timah dan

Industri Agro

229.369,00 - -

7 Tanjung Ular Timah 765,40 Kab. Bangka Barat 1 TAHUN 2014

8 Semende Agro (Padi, Kopi, dan buah) 150,80 Kab. Muara Enim 13 TAHUN 2012

9 Tanggamus Maritim 3.500,00 Kab. Tanggamus 16 TAHUN 2010

Kalimantan

10 Batu Licin Besi Baja 530,00 - -

11 Landak Agro (Karet) 306,00 - -

12 Tayan Sawit 103,56 - -

13 Kariangau Minyak dan Gas 2.198,00 Kota Balikpapan 4 TAHUN 2012

Luas Total 250.081,26

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (KEK) TAHUN 2011

(35)

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (KEK) TAHUN 2011

Kebutuhan Lahan Pengembangan Kawasan Industri

No Kawasan Industri Klaster Industri Kebutuhan Lahan (Ha)

Penetapan RTRW Perda No

Wilayah II Jawa Barat

1 Majalengka Tekstil 342,02 - - 2 Cilamaya, Karawang Otomotif 3.100,00 Kab. Karawang 2 TAHUN 2013 3 Subang Otomotif, Permesinan, dan Elektronika 888,11 Kab. Subang 11 TAHUN 2011

Jawa Tengah

4 Bawen Tekstil, Perakitan, dan Pengolahan Kayu 182,5 Kab. Semarang 6 TAHUN 2011 5 Pringapus

Tekstil, Pengolahan, Telematika, Agro,

dan Alat Angkut 257,00 Kab. Semarang 6 TAHUN 2011 6 Tenggaran Tekstil, Perakitan, dan Pengolahan Kayu 119,7 Kab. Semarang 6 TAHUN 2011 7 Boyolali Tekstil 280,48 Kab. Boyolali 20 TAHUN 2011 8 Demak

Tekstil, Produk Tekstil, dan Logistik

Pergudangan 300,00 Kab. Demak 6 TAHUN 2011 9 KEK Kendal Tekstil 812,36 Kab. Kendal 20 TAHUN 2011

DI. Yogyakarta

10 Kulonprogo Besi Baja 2.646,00 Kab. Kulon Progo 1 TAHUN 2012 11 Tangguh Minyak dan Gas 2.152,00 Kab. Kulon Progo 1 TAHUN 2012 12

Sentolo Dry Port dan Landing Port Destination Logistic Center

951,4 Kab. Kulon Progo 1 TAHUN 2012

Jawa Timur

13 Jombang Manufaktur 818,2 Kab. Jombang 21 TAHUN 2009 14 Salt Lake Gresik Manufaktur 285,00 Kab. Gresik 8 TAHUN 2011 Sidayu Gresik Industri dengan bahan baku Dolomit, Kab. Gresik 8 TAHUN 2011

(36)

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (KEK) TAHUN 2011

Kebutuhan Lahan Pengembangan Kawasan Industri

No Kawasan Industri Klaster Industri Kebutuhan Lahan (Ha)

Penetapan RTRW Perda No

Wilayah III Sulawesi

1 Bitung pusat logistik 534,00 Kota Bitung 40 TAHUN 2011

2 Morowali Nikel 1.200,00 Kab. Morowali 2 TAHUN 2012

3 Palu Rotan 1.500,00 Kota Palu 16 TAHUN 2011

4 Kendari Mebel Rotan 200,00 Kota Kendari 1 TAHUN 2012

5 Bantaeng Nikel 2.000,00 Kab. Bantaeng 2 TAHUN 2012

6 Gowa Mamintem 600,00 Kab. Gowa 25 TAHUN 2012

7 Takalar Nikel 2.139,00 Kab. Takalar 6 TAHUN 2012

Maluku

8 Halmahera Timur Feronikel 393,31 Kab. Halmahera Timur 11 TAHUN 2012

9 Seram Bagian Barat Ikan hasil laut) 200,00 Kab. Seram Bagian

Barat

3 TAHUN 2014

Papua

10 Bintuni Petrokimia 2.339,73 Kab. Teluk Bintuni 4 TAHUN 2012

11 Sorong kayu dan ikan laut 4.125,00 - -

Nusa Tenggara

12 Kupang Garam 5.072,26 Kota Kupang 11 TAHUN 2011

(37)

KAWASAN INDUSTRI BERBASIS HASIL TAMBANG

 Di samping memanfaatkan potensi sumber daya alam

yang terbarukan dan posisi lokasi geografis yang strategis,

juga dalam rangka mempersiapkan diberlakukannya

larangan ekspor bahan-bahan tambang mentah pada

tahun 2014 mendatang.

 Melalui pengembangan kawasan industri berbasis hasil

tambang,

diharapkan

kebijakan

Kementerian

Perindustrian dalam rangka hilirisasi hasil tambang dapat

berjalan sesuai dengan UU No.4/2009 tentang Mineral

dan Batubara.

 Untuk itu, dibutuhkan dukungan dan kerjasama yang baik

antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi/Kabupaten

serta kalangan dunia usaha dalam mendorong

(38)

TERIMA

KASIH

Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri

http://www.kemenperin.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang dapat diberikan adalah agar Pemerihtah sebagai pengelola PT Kawasan Industri Medan (persero) lebih mendukung dan memfasilitasi perkembangan dan pertumbuhan PT

Berdasarkan hasil analisis skoring terhadap variabel penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pelayanan infrastruktur pada pusat kegiatan agribisnis

pelestarian sumber daya alam & ruang wilayah kabupaten yang mampu memenuhi kebutuhan & pemerataan pembangunan Memantapkan pembangunan infrastruktur yang mendukung

Kecamatan Kuranji mempunyai potensi yang lebih besar untuk dikembangkan sebagai wilayah pusat pertumbuhan atau pusat pelayanan dalam pengembangan kawasan agropolitan di

• Dalam rangka menunjang Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) di Pulau Sumatera, saat ini infrastruktur jalan sudah terhubungkan, sementara pembangunan Jalur KA yang

Penetapan daerah ini sebagai kawasan pusat agropolitan untuk wilayah Selatan Kabupaten Sijunjung diharapkan mampu mendorong dan memacu pertumbuhan ekonomi wilayah disekitarnya

Hasil Penelitian Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Pengembangan Kawasan Agropolitan Kebutuhan infrastruktur untuk mendukung pengembangan kawasan

Dengan demikian kawasan industri tidak dapat dibangun pada lahan yang akan mengurangi areal pertanian, mengurangi lahan yang mempunyai fungsi utama untuk melindungi