Proseding Pertemuan Ifmiah Rekayasa Perangkat Nukfir PRPN - SA TAN, 30 November 2011
EVALUASI BEBAN NOZZLE POMPA
PAD ASISTEM PENDINGIN PRIMER
REAKTOR RISET TRIGA BANOUNG
Hana Subhiyahl11, Budi Santo501>J
1.2Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung 71,Tangerang Selatan, 15310
ABSTRAK
EVALUASI BEBAN NOZZLE POMPA PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR RISET TRIGA MARK /I BANDUNG. Hasil keluaran Caesar /I 5.10 yang bempa gaya dan moment digunakan untuk mengevaluasi besamya beban yang diterima oleh masing - masing nozzle pompa. API 610 mempakan Standar intemasional yang menetapkan persyaratan untuk pompa horisontal. Berdasarkan kriteria untuk design pipa untuk pompa horizontal sesuai halaman 126-127 hams memenuhi kriteria F1.2a, F1.2b, F1.2c. Kriteria F1.2a jika nozzle tiap pompa menerima gaya dan moment lebih dari
1
kali tetapi lebih keeil dari2
kali Tabel 1-APJ 610 maka nozzle pompa hams memenuhi kriteria F1.2b dan F1.2c. Hasif evaluasi menunjukkan bahwa kondisi operas; 2 dan3
masing - masing nozzle di kedua pompa menerima gaya dan moment lebih dari1
kali tetapi lebih kecil dari 2 kali Tabel1 - API 610 sehingga masing - masing nozzle hams dikombinasikan agar memenuhi kriteria F1.2b dan F1.2c. Hasil dari perhitungan secara manual menunjukkan bahwa nozzle pompa sesuai dengan kriteria F1.2b dan kriteria F1.2c.Kata Kunci: Gaya, Momen, Caesar /I 5.10, Nozzle pompa, API 610
ABSTRACT
PUMP NOZZLE LOAD EVALUATION ON PRIMARY COOLING SYSTEM BANDUNG TRIGA MARK /I RESEARCH REACTOR. Caesar /15.10 in the form of the output force and moment magnitude is
used to evaluate the load received by each pump nozzle. API 610 is an international standard that specifies requirements for horizontal pumps. Based on the criteria for the design of the horizontal pipe to the pump according to pages 126-127 must meet the criteria F 1.20. F 1.2b. FI.2c. Criteria FI.2a [f every pump nozzle receive force and moment more than I times but less than 2 limes Table 1-610 API then Ihe pump nozzle must meet the criteria and FI.2c FI.2b. Evaluation results indicate that operating conditions 2 and 3 respectively each nozzle on both pumps receive the forces and momeflfs more than I times but less than 2times Table I -APl 610 so each noz:de must be combined in order to meet the criteria FI.2b and FI .2c. The results of
manual calculations indicale that the pump nozzle in accordance with the criteria F 1.2h and criteria F 1.2c
1.PENDAHULUAN
SATAN (Sadan Tenaga Nuklir Nasional) adalah salah satu lembaga penting yang
mempunyai sebuah reaktor nuklir di Sandung yang bernama reaktor TRIGA MARK II. Reaktor ini
dibangun sejak tahun 1965 dan digunakan untuk penefitian, petatihan, dan pembuatan
radioisotop[1J• Reaktor TRtGA Mark It Bandung (dibuat oleh General Atomic Co, San Diego, CA,
USA) di Puslitbang Teknik Nuklir (P3TN) dirancang dan dibangun dengan daya 250 kW. Reaktor
ini mencapai kritis pertama kalinya pada 10Oktober 1964 Sejak itu reaktor dioperasikan pada daya
maksimum 250 kW.
Pad a tahun 1971, seiring dengan meningkatnya kegiatan, daya reaktor ditingkatkan menjadi
1000 kW. Hingga tahun 1996, atau sekitar 32 tahun dari saat kritis pertama kali. Reaktor telah
beroperasi secara aman. Operasi reaktor TRIGA Mark " berlangsung lancar, teratur tanpa
Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nuklir PRPN-BATAN, 30November 2011
Salah satu sistem yang penting di dalam operasi Reaktor TRIGA Mark II adalah sistem pendingin
primer. Sistem pendingin primer ini terdiri dari pompa, penukar panas dan sistem perpipaan yang
di dalamnya ada fluida pendingin untuk memindahkan energi yang berupa panas kelingkungan[1J•
Jika perpipaan sistem pendingin primer mengalami kegagalan akibat beban yang diterima
nozzle yang ada pad a pompa berlebih maka akan menggangu proses pendinginan sistem
pendingin primer. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan evaluasi beban nozzle pompa
sistem pendingin primer Reaktor TRIGA Mark II Bandung. Analisis dilakukan dengan bantuan
perangkat lunak Caesar II versi 5.10. Acuan analisis yang digunakan adalah code API 610.
Analisis dilakukan secara terpisah dalam 2 (dua) bagian jalur pipa yang melewati pompa
yaitu dari teras reaktor ke nozzle pompa dan dari nozzle pompa ke nozzle penukar panas.
Setelah itu dilakukan evaluasi beban nozzle yang diterima pompa.
2.DASAR TEORI
2. 1 ANALISAST A TISTIK
Pipa yang didalamnya mengalir fluida, baik panas maupun dingin akan mengalami pemuaian
(expansion) atau pengkerutan (contraction) yang berakibat timbulnya gaya yang bereaksi pada
ujung koneksi (connection), akibat dari temperatur, be rat pipa dan fluida itu sendiri serta tekanan
didalam pipa[31•
Dengan demikian, sebuah sistem pemipaan harusfah didesain sefleksibel mungkin demi
menghindari pergerakan pipa (movement) akibat thermal expansion atau thermal contraction yang
bisa menyebabkan'
1. Kegagalan pada sistem pemipaan karena te~adinya tegangan yang berlebihan atau overstress
maupun fatigue.
2. Terjadinya tegangan yang berlebihan pada pipe support atau titik tumpuan.
3.
Terjadinya kebocoran pad a sambungan flanges maupun di Valves.4. Terjadi kerusakan material di Nozzle Equipment (Pump, Tank, Pressure Vessel, Heat
Exchanger, etc) akibat gaya dan moment yang berlebihan akibat pemuaian atau pengkerutan pipa tadi.
5. Resonansi akibat terjadi Vibration.
Analisa statik adalah memperhitungankan beban statik yang akan menimpa pipa secara
perlahan sehingga sistem pemipaan memiliki cukup waktu untuk menerima, bereaksi dan
mendistribusikan beban tadi keseluruh sistem pemipaan sampai tercapainya keseimbangan.
Beban operasi adalah beban yang terjadi pad a sistem pemipaan selama operasi panas yang
meliputi beban sustain dan beban termal.
1. BebanSustain: yailu beban akibal beral pipa, beratf1uida,tekanan dalam pipa, tekanan
luar, pengaruh angin dan gempa, serta beban dari salju yang menimpa pipa. Satu hal yang
penting disini adalah jika pipa terkena beban demikian, maka bisa mengakibatkan pipa menjadi
pecah dan collaps, jika tidak dilakukan upaya pencegahan.
2. Beban Thermal: beban ini adalah beban yang ditimbulkan akibat ditahannya expansion
atau gerakan suatu pipa yang mengalami pemuian ataupun pengkerutan akibat temperatur
dari fluida yang mengalir didalamnya. Penahanan (restriction) yang diberikan dapat berupa
Anchor, atau tersambung ke peralatan (equipmenO. Satu hal yang perlu juga diperhatikan
adalah· bahwa be ban thermal ini adalah sifatnya siklus, artinya jika anchor dilepas atau
fluidanya di hentikan mengalir di pipa tersebut, maka hilang pula beban yang ditimbulkanya13J.
2. 2 POMPA
Pompa secara sederhana didefinisikan sebagai alat transportasi fluida cair. Jadi, jika fluidanya
tidak cair, maka belum tentu pompa bisa melakukannya. Misalnya fluida gas, maka pompa tidak
dapat melakukan operasi pemindahan tersebut. Namun, teknologi sekarang sudah jauh
berkembang di mana mulai diperkenalkan pompa yang multi-fasa, yang dapat memompakan fluida
cair dan gas(4). Pompa yang digunakan di sistem pendingin primer adalah pompa sentrifugal
dengan 2 nozzle yaitu discharge dan suction. Berikut' adalah gambar pompa sentrifugal
Proseding Pertemuan Ifmiah Rekayasa Perangkat Nuklir PRPN-BATAN, 30 November 2011
L
I .~ j j ! Key 1. 2. 3. 5. 3. 919ft GBntrahn8 Co'\£':jfl9;ga S;.r-ti:;: n Ce~11!"9 :Jf:JU!"1::J ;:::Ja.das.tgicantra:ana ..•..·aMi:;:31 ;:IieneGambar 1. Pompa horizontal dengan tipe end suction dan top discharge nozzle
(F.1)
(F .2)
API 610 merupakan Standar internasional yang menetapkan persyaratan untuk pompa
horisontal. Berdasarkan kriteria untuk design pipa untuk pompa horizontal sesuai halaman 126-127
harus memenuhi kriteria F1.2a, F1.2b, F1.2c.
Dengan :
~ F1.2a, gaya dan momen yang ada ~ tabel API 610 tetapi jika gaya dan momen lebih dari 1X
tabel tetapi kurang dari 2X tabel maka nozzle pompa harus memenuhi kriteria F1.2b dan F1.2c
~ F1.2b, 'gaya resultan (FRSuction.FRo,scharge)dan Momen resultan (MRSuction.MROischarge)yang
bekerja pada masing-masing nozzle pompa harus memenuhi kriteria berikut :
[FRDA / (1.5 xFRDT)) + [MRDA / (1.5 xMRDT)] :<=;2
[FRSA / (1.5 xFRST)] + [MRSA / (1.5 x MRST)] ~ 2
Dengan :
FRDA adalah resultan gaya discharge aktual FRSA adalah resultan gaya suction aktual
F1.2c dengan masing-masing flange nozzle pompa harus diterjemahkan ke pusat pompa,
besarnya gaya resultant yang diberikan (FRCA), moment resultant (MRCA) dibatasi oleh kriteria
F.3, FA dan F.5 seperti berikut [51:
FRCA<1.5 (FRST +FRDT) (F .3)
MYCA<2.0 (MYST +MYDT) (FA)
MRCA <1.5 (MRST +MRDT) (F.5)
dengan :
FRCA =[(FXCA)2 + (FYCA)2 +(FZCA)2]05
dengan :
FXCA=FXSA + FXDA
FYCA=FYSA+FYDA
FZCA = FZSA +FZDA
MRCA =[(MXCA/ +(MYCA)2 +(MZCA)2]O 5
dengan :
MXCA= MXSA+MXDA -«FYSA)(ZS)+(FYDA)(ZD}-(FZSA)(YS)-(FZDA)(YD))/1000
MYCA=MYSA+MYDA +«FXSA)(ZS)+(FXD A)(ZD)-(FZSA)(XS)-(FZDA)(XD) )/1000
Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nukfir PRPN - BA TAN, 30 November 2011
T abel 1. Load nozzle berdasarkan API 610
SIunits
N<>minal,.;>: ••of flang •• (DN)
50
80 100150250350200400300
Forces (N) and moments (Nm)Ea::h lop nozz.ie FX
710 ~ 070' 428249837885348657;)7 '.208450 FV 580 890 .,. 16020503 -·1044505780;) 6705348 FZ 890 1330' 78848903 ;1;)667880008 000 10230 FR 1280 1930 2560448069209630 1 ~. 7Ct~1278014850
Eaocftslue nuzzle FX
7H) 10702490142D378053406. 67071208450 FV 890 ' 3383 "048901 780667080008000 10230 FZ 580 890 ' 16020503 1104450578066705340 FR 1 280 1 930 2560448a;) 9209530 ~~ 70a12780'4850
Each en:j noz.zle FX
890 ' 330' 7803 ":";04890557:)8900S D:)D '0 230 FV 710 10702498' 42037805340667:'17 '208450 FZ 580 890 '", -:6020503 '104450578066705340 FR 1 280 1930 25-30448069209638 .. "":700'278014850 Each n;:)z.z.!e
,.,
...• 460 950 "', 33D23D::-35305020:3 • DJ;) 3707320 .~'.A :.:V 230 470 68:) , '801 7602448298031203660 ,',;,:Z 350 720 '\ O~O2580i40"':)4 7505 4203800760 t.1R 620 12801 8004313:'575885409820321:)?~;) NCiTE 1S':"~ F:-;;:.;rt: 2:Jthr:rw'Q-h F~;;1..ire 24 fer ::>~,e!"'.tat:o;""-~1r:)z.z~e- ;'::'03-::5::X. Y. ~ ;~: Z.:.
3.TATA KERJA
Metode yang dipakai dalam analisa nozzle pompa pada penelitian ini adalah metode manual
yaitu menghitung manual sesuai dengan kriteria untuk design piping pompa horizontal sesuai
ha/aman 126-127 untuk mengana/isa apakah beban yang diterima nozzle masih dalam batas yang
diijinkan sesuai dengan standart API 610. Analisa dilakukan dengan bantuan software perpipaan
yakni CAESAR 1\versi 5.10 untuk mengetahui gaya dan moment yang dihasilkan oleh nozzle pad a
masing-masing pompa. Sehingga bisa dilakukan perhitungan nozzle pompa secara manual.
3. 1 KOMPONEN BAHAN PIPA
Pada sistem perpipaan ini
1. Bahan Pipa & Flange 2. Nominal pipe size
3. Ketebalan pipa (Schedule)
4. Temperatur operasi
6. Tekanan operasi
7. Densitas cairan
menggunakan komponen sebagai berikut :
: paduan aluminium : 6" dan 4" : 6.0198 mm (40) : 45.3°C : 1.5295 (kg/cm2) : 0.9992 (kg/mm3)
Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nuklir PRPN-BATAN, 30 November 2011
v
Gambar 2. Koordinat nozzle pompa
3.2 PEMODElAN STRUKTUR
Struktur dimodelkan sesuai dengan keadaan di lapangan dengan bantuan software CAESAR II versi 5.10.Tahapan selanjutnya setelah pemodelan adalah melakukan analisa tegangan yang terjadi pada sistem pemipaan. Berikut ini adalah gambar tampilan pemodelan setelah dilakukan analisa tegangan pada sistem perpipaan sistem pendingin primer pompasuction dandischarge.
____
t
_
". ('f ; :'~ .I:~! .f'f,"r 'r":"', '.';-t.!:.: ••.•• .;... ":':j J..:f ;,p ·.I--- ---
,
---
,
I;;.· ..••_..t _
-- -( . - -, q- ---_.!_--- .. ..
,
Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nuklir PRPN-BATAN, 30 November 2011
Gambar 4. Gambar pemodelan pompa suction
T
Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat NukJir PRPN - BA TAN, 30 November 2011
4.HASll DAN PEMBAHASAN
Sebagai acuan analisis pemipaan untuk sistem pending in primer reaktor TRIGA MARK
Bandung digunakan code untuk power piping yaitu ASME B31.1. Setelah dilakukan pemodelan
langkah selanjutnya adalah melakukan running. Jika hasif running caesar yang dihasilkan masih
gagal ataumasih terjadi over stress dari pemodelan karena melebihi batasan allowable dari code
yang digunakan yaitu 831.1, maka model yang sudah dibuat harus dievaluasi lagi dengan
merubah besarnya gap pada sistem penyangga (support). kemudian dilanjutkan menganalisa
displacement serta restraint yang ada. Analisa displacement dimaksudkan untuk mengetahui
berapa besarnya penurunan atau kenaikan dari pipa sedangkan untuk analisa restrain
dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya gaya dan momen pada tiap titik support.
Kemudian dilanjutkan dengan menganalisa beban aktual yang diperbolehkan pada
masing-masing nozzle yang ada pada pompa suction (hisap) maupun discharge (sembur) dari sistem
pendingin primer reaktor TRIGA MARK 8andung.
8atasan beban aktual yang diperbolehkan pada masing-masing nozzle yang tersambung
dengan pompa telah ditetapkan dalam standard, yaitu standard API (American Petroleum
Institute) 610 untuk pompa sentrifugal. Dari analisa diperoleh besarnya gaya dan momen yang
diterima oteh nozzle pompa seperti terlihat dalam tabel 2. Gaya dan momen tersebut kemudian
dibandingkan dengan gaya dan momen maksimum yang diizinkan untuk nozzle pompa
beradasarkan API 610.
Iaool L.l.:iaya can momem nasI! run caesar umUKpompa A
Nozzle Ukuran Node Case FX FYFZMXMYMZ Nozzle (Kg) (Kg-m) 1 (OPE) -178 -93 245-13.0928.7312.6 SUCTION 6" 10 2 (OPE) -137 -94 313-13.3812.8722.18 (END) 3 (OPE) -218 -87 169-12.235.2211.74 4 (SUS) 0 -74-5-10.01 0.018.32 1 (OPE) -108 -66 14053.1941.73.31 DISCH.
4"
10 2 (OPE)-90 -87 23334.9978.476.4 (TOP) 3 (OPE) -131 6 -18-5.5971.310.53 4 (SUS) 3 0 -7-1.65-0.970.28. aDel
J.
l.:iaya can moment nasI! run caesar untUK pompa tsNozzle Ukuran Node CaseFX FY FZMXMYMZ Nozzle (Kg-m) (Kg) 1 (OPE) 217 -28 259-2.63-35.03-14.61 SUCTION 6" 130 2 (OPE)257 -26 186-2.35-41.58-14.99 (END) 3 (OPE) 176 -25322-2.17-28.44-13.67 4 (SUS) -1 -73 0-9.91 0.11-8.34 1 (OPE) 110 -6514443.54-54.02-3.45 OI$CH.
4"
270 2 (OPE) 133 7 -18-5.67-72.12-0.67 (TOP) 3 (OPE) 89 -8923981.04• -6.53-35.8 4 (SUS) -3 0 -7 -1.650.97-0.28Proseding Perlemuan flmiah Rekayasa Perangkat Nuklir PRPN - BA TAN, 30 November 2011
Oari hasH running Caesar didapatkan gaya dan momen yang bervariasi untuk setiap nozzle
pompa. Secara individual masing-masing pompa baik itu pompa discharge maupun pompa suction
ada yang melebihi allowable pada kondisi operasi 2 dan kondisi operasi 3 hal itu bisa dilihat untuk
pompa discharge di node 10 dan node 270 untuk gaya ke arah Z dan gaya ke arah X melebihi
allowable. Sedangkan untuk pompa suction pada kondisi operasi 2 dan kondisi operasi 3 pada
node 130 gaya ke arah X dan gaya ke arah Z melebihi allowable. Setelah dibandingkan dengan
tabel API 610 bisa diketahui bahwa gaya dan moment yang ada pada setiap nozzle pompa kurang
dari 2 kali tabel. Sehingga perlu dilakukan perhitungan gabungan (kombinasi) sesuai kriteria F1.2b
dan F1.2c untuk pompa A dan pompa B berdasarkan API 610 antara pompa suction dan pompa
discharge. Berikut hasil perhitungan berdasarkan kriteria F1.2b dan F1.2c adaJah:
-
--- ----~
---. .~
~
Kriteria F1.2.b Kondisi Operasi 2Kondisi Operasi 3
F.1 0.98890.59814 F.2 0.577550.50373 Tabef. 4 P, F1.2b k A F1.2 .
----
-.
- --- --.--
---- ---.- ..
Kriteria F1.2.c Kondisi Operasi 2Kondisi Operasi 3
F.3 618.18 <1,076.68388.8 <1,076.68 F.4 126.52 <-31.96379 <379 F.5 152.70 <753.55139.4 <753.55 -- ----
---
---..---
-Kriteria F1.2.b Kondisi Operasi 2Kondisi Operasi 3
F.1 0.60631.013 F.2 0.5570.6028 .. .--- - --.--- .
- -
.---Kriteria F1.2.c Kondisi Operasi 2Kondisi Operasi 3
F.3 425.07 < 1,076.68630.83 < 1,076.68 F.4 -16.09 <379149.03 <379 F.5 145.41 <753.55175.580 < 753.55 Tabel 6. P Tabel7. P F1.2b F1.2 k k B B
setelah dilakukan kombinasi antara pompa suction dan pompa discharge untuk pompa A dan
juga pompa B bisa dilihat bahwa berdasarkan kriteria F12.b pada kondisi operasi 2 dan 3 kurang
dari 2 dan berdasarkan kriteria F12.c untuk pompa A dan pompa B nozzle pompa masih dalam
batas yang diijinkan.
1.
KESIMPULANBerdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Nozzle pompa masih dalam batas yang diijinkan berdasarkan tabel API 610 yaitu kurang dari 2 kali tabel API 610.
2. Kombinasi pompa A dan Pompa B berdasarkan kriteria F12.b dan kriteria F12,c masih
Proseding Perlemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nukfir PRPN-BATAN. 30November 2011
2. DAFT AR PUST AKA
1. Rahardjo, Henky Poedjo, "Pengaruh Gempa Patahan Lembang Terhadap Tegangan Pipa
Sistem Pendingin Primer Reaktor TRIGA 2000 Bandung", Proseding Seminar Nasional ke-15
Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir, Surakarta, 17 Oktober 2009.
2. Anhar R. Antariksawan, Aliq, Puradwi, Ismu Handoyo, "EVALUASI D1SAIN SISTEM
PENDINGIN REAKTOR TRIGRA MARK /I BANDUNG DAYA 2 MW", Proseding Presentasi
Itmiah Teknologi Keselamatan Nuklir-V, Serpong, 28 Juni 2000.
3. http://pipestress2009 .word press. com/2008/04/09/penQantar
-dvnamic-analvsis-pada-caesar-lil
4. Priyoasmoro, Cahyo Hardo, .• CARA MENGKAJI PIPING & INSTRUMENTATION
DIAGRAM', Mitis Migas Indonesia, diakses pad a tanggal 5 Mei 2011.
5. API Standard 610, 1995, Centrifugal Pumps for Petroleum, Heavy Duty Chemical, and Gas
Industry, American Petroleum Institute, Washington, DC.
6. Perangkat lunak Caesar \I 5.10
PERTANYAAN:
1. Beban Nozzle pompa pad a item peningin primer memenuhi kriteria (aman dan memenuhi
syarat untuk pendinginan reactor pad a daya berapa? Mohon dijelaskan (SUWARDIYONO)
JAWABAN :
1. Berdasarkan temperature yang kami pakai yaitu 45,3°C, untuk system pendingin primer pad a
saat itu kondisi operasi daya. 2000 kW. Berdasarkan data yang ada walaupun pada sa at survey
kondisi reactor shut-down tetapi untuk analisis yang ada memasukan temperature dan tekanan
Proseding Pertemuan flmiah Rekayasa Perangkat Nukfir PRPN-BATAN, 30 November 2011
PEMROGRAMAN
PERSAMAAN KINETIKA REAKTOR TITIK DENGAN
LABVIEW
Agus Cahyono " Demon Handoyo,2 dan Khairul Handono3
1,2, 3P PlJS8l Rekayasa Perangkal Nuk1ir, Kawasan f>USPIPTEK SefPO!lQ, Geduf\Q 71, ,- angerang Selalan, 15310
ABSTRAK
PEMROGRAMAN PERSAMAAN KINETIKA REAKTOR TITJK DENGAN LAB VIEW
Penyiapan .suatu program perangkat lunak yang dapat mensimulasikan sistem operasi reaktor nuklir bermantaat untuk mendukung sosialisasi PLTN kepada masyarakat. Aspek neutronik program simulator ini memodelkan sistem teras reaktor sebagai suatu titik dalam rangka untuk menyedertJanakan proses simulasi dinamika reaktor. Persamaan kinetika reaktor yang dihasilkan dikenal sebagai persamaan kinetika reaktor titik. Persamaan ini merupakan persamaan differensial simultan tingkat satu, yang menghubungkan reaktivitas dengan populasi neutron. Makalah ini menyajikan program penyelesaian persamaan kinetika reaktor titik dengan metode Taylor. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah LabVIEW Algoritma dan diagram blok pemrograman disajikan. Luaran program berhasil menunjukkan adanya suatu prompt jump densitas neutron pada awal tren iterasi yang disebabkan oleh kontribusi neutron cepat. Spread sheet EXCEL digunakan untuk mengkonfirmasi luaran program LabVIEW Keduanya memberikan luaran yang sama. Hasil aplikasi program kinetika reaktor titik ini pada perangkat lunak simulator reaktor nuklir juga ditampilkan. Pemakaian LabVIEW dalam pemrograman kinetika reaktor titik ini menunjukkan bahwa solusi numerik dengan metode Taylor memberikan hasi/ yang memuaskan dan memerlukan teknik pemrograman yang refatit sedertJana.
Kata kunci: Pemrograman, Kinetika Reaktor Titik, Metode Taylor, LabVIEW, Simulator
ABSTRACT
PROGRAAIMliVG POIAT REACTOR KINETICS EQUATION USING LA B VIEW. Devefopmenl a program package that is able 10simulate nuclear reactor operation system is useful to support sor.:iali::ation of nuclear power plant to societ;v. Neutronic aspect of this simulator models reactor core as a point in order to simplify simulation process
oj
reactor dynamic.s. Reactor kinetics equation obtained is known as point reactor kinetics equatiol1. This equal ion is Ihe first order of simultaneous differential equation. which relates reactivity to neutron population. This paper presents a program to solve the point reactor kinetics I./Sing Taylor method. Programming language used is Lab VIEW The algorithm and block diagram of the program are outlined. The Olllplll has identified a prompt jump in neutron density at ear(v iteration caused by fast neutron contribution. The spread~heet EXCEL is used to conform the output of the program in l,abVIEW Both EXCEL and Lab VIEW giw the same results. The result of the application of the point reactor kinetics program to nuclear reactor simulator is also presented. The use of Lab VIEW in programming poilll reactor kinetics indicates that numerical solution using Taylor method provides satisfactory results and requires relatively simple programming technique.Keywords: Programming, Poilll Reactor Kinetics, Taylor Method. LabVIEW, Simulator
1.
PENDAHULUANPencantuman Gpsi pemanfaatan tenaga nuklir agar mulai digunakan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah ke -3, yaitu tahun 2015 - 2019, sebagaimana disebutkan pada UU No. 17 tahun 2007 membuat suatu rencana jadwal pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir harus disiapkan. Selain penyiapan segala dokumen persyaratan yang dibutuhkan untuk
Proseding Pertemuan Ifmiah Rekayasa Perangkat Nukfir PRPN-BATAN, 30November 2011
penzman dan pembangunan pembangkit listTik tenaga nuklir (Pl TN), penerimaan masyarakat
(public acceptance) terhadap PL TN iuga harus ditingkatkan. Salah satu cara peningkatan public acceptance ini adalah melalui sosialisasi PL TN kepada masyarakat.
Untuk mendukung sosialisasi PLTN ini, suatu program perangkat lunak yang dapat
mensimulasikan sistem operasi reaktor nuklir perlu disiapkan. Satu aspek penting dari program
simulator PL TN ini adalah aspek neutronik. Untuk menyederhanakan proses simulasi dinamika
reaktor, sistem teras reaktor dimodelkan sebagai suatu titik. Pemodelan reaktor sebagai satu titik
ini melahirkan persamaan kinetika reaktor yang dikenal sebagai persamaan kinetika reaktor titik.
Pemodelan yang diperoleh berupa persamaan differensial simultan tingkat satu, yang
menghubungkan reaktivitas dengan populasi neutron. Penyelesaian persamaan kinetika reaktor
titik ini dapat dilakukan dengan metode numetik (1, 2, 3J. leif Hopkins dati Santa Fe High School (1J
membandingkan dua metode solusi numerik untuk persamaan kinetika ini, yaitu metode Euler dan
metode RUnge-Kutta. Hasilnya memperlihatkan bahwa metode Runge-Kutta memberikan hasil
yang lebih presisi. QuabHi dan Karasulu [2J menyelesaikan persamaan kinetika reaktor titik ini
dengan menggunakan metode aproksimasi Bourret dan linierisasi logaritmik. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa aproksimasi Bourret memberikan hasH yang lebih baik dari pada linierisasi
logaritmik .•
Metode numerik untuk penyelesaian persamaan kinetika reaktor yang relatif lebih sederhana
dan memberikan hasH yan~ memuaskankan adalah metode Taylor. seperti yang dHakukan oleh
McMahon dan Pierson [3. Metode Taylor ini digunakan untuk menyelesaikan persamaan
differensial: tingkat pertama dari persamaan kinetika reaktor yang menghubungkan densitas
neutron dan konsentrasi prekursor neutron kasip. Hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat
akurasi yang sebanding dengan metode numerik lainnya. Keunggulan metode Taylor adalah
bahwa metode ini lebih sederhana, dan sangat akurat.
Makalah ini menyajikan pemrograman persamaan kinetika reaktor titik yang diselesaikan
dengan metode deret Taylor. Paket perangkat lunak yang digunakan adalah labVIEW (Laboratory
Virtual Instrument Engineering Workbench), suatu bahasa pemrograman berbasis gratis yang
dikembangkan oleh National Instrument [4J.
2. TEORI
Pemodelan reaktor sebagai suatu titik mengabaikan distribusi spasial fluks neutron,
sehingga perilaku reaktor terhadap waktu menjadi perhatian utama. Power yang dihasilkan sangat
tergantung pada waktu dan berkaitan erat dengan reaktivitas, serta karakteristik neutron cepat dan
neutron lambat.
Persamaan kinetika reaktor titik memodelkan perilaku reaktor menurut waktu. Solusi
terhadap persamaan ini memberikan prediksi mengenai dinamika operasi reaktor nuklir dan
bermanfaat untuk memahami fluktuasi power yang dialami reaktor selama start-up atau pun
shut-down. Persamaan kinetika reaktor titik merupakan suatu sistem persamaan differensial densitas
neutron dan konsentrasi prekursor neutron kasip. Densitas neutron dan konsentrasi prekursor
neutron kasip ini menentukan perilaku menu rut waktu (time-dependent) level power reaktor dan
dipengaruhi oleh posisi batang kendalL
Persamaan kinetika reaktor titik ini bersifat deterministik dan hanya bisa digunakan untuk
mengestimasi nitai rerata densitas neutron, konsentrasi prekursor neutron kasip, dan level power.
Persamaan ini sebenarnya memodelkan suatu sistem populasi yang berinteraksi antara populasi
neutron dan prekursor neutron kasip. Persamaan kinetika reaktor titik tanpa sumber neutron
ditunjukkan pada Pers. (1) dan (2).
6 dn(t) _ p(t)-fJ n(t)+ LA;Gi(t)
di-
1\ ;=1 dGi (t) =fJn(t) _ A;G;(t)--cit
1\ (1 ) (2)Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nuklir PRPN-BATAN, 30 November 2011 dimana: n(t) C;(t) A fJi fJ A. p(t) t
populasi netron atau daya reaktor pada saat t
konsentrasi nuklida-nuklida prekursor netron kasip kelompok ke-i pada saat
t
waktu generasi netron
fraksi netron kasip kelompok ke-i
fraksi total netron kasip seluruh kelompok
tetapan peluruhan prekursor neron kasip kelompok ke-i
reaktivitas pada saat t
perubahan waktu
1,2, ...., 6
Kedua persamaan tersebut menghubungkan probabilitas interaksi neutron dan fraksi
neutron kasip. Pers. (2) merupakan kombinasi enam kelompok prekursor menjadi satu persamaan.
Kedua persamaan ini diselesaikan secara numerik, yaitu dengan metode Taylor.
Metode Taylor yang memanfaatkan deret Taylor ini berdasarkan pada pendekatan
diferensiasi dan digunakan bersama dengan persamaan diferensial dan suatu nilai awal untuk
mengestimasi solusi anti-derivatif persamaan diferensial. Dengan memanfaatkan sejumlah nilai
konstanta dari persamaan tersebut, besaran yang tidak diketahui hanya n(t) dan C(t), yang akan
diperoleh melalui metode integrasi numerik.
Ekspansi deret Taylor untuk densitas neutron dan konsentrasi prekursor neutron kasip
ditunjukkan oleh Pers. (3) dan (4)(3,5]. >
dN I 2d2N N(t+h)=N(t)+h-+-h
--+ ...
dt 2! dt2 dC·I ~
d2c·
Ci(t+h)=Ci(t)+h-' +-h--~-' + ... dt 2! dt-(3) (4)Dengan order ke-satu saja, Persamaan (1) dapat dimasukkan ke dalam Pers. (3) untuk
memperoleh densitas neutron pada waktu N(t+h) dari densitas neutron sebelumnya N(t),
N(t+h) = N(t)+h p(t) - jJ N(t)+h
f
AiCi (t)A i=1 (5)
Setiap prekursor neutron kasip dapat dihitung dengan menggunakan Pers. (2) dan (4), dengan
order ke satu saja.
jJ
Ci(t +h) = C;(t)+h-N(t) - hAiCi(t)
A
3.
TATAKERJA PEMROGRAMAN(6)
Kegiatan pemrograman persamaan kinetika reaktor titik dengan LabVIEW dilaksanakan
dengan algoritma sebagai berikut:
1. Menentukan nilai awal untuk densitas neutron (No), konsentrasi awal prekursor neutron (Co).
reaktivitas awal (Po). fraksi neutron kasip (fJ), waktu generasi neutron kasip (A), konstanta
peluruhan prekursor (A).
2. Menentukan increment wakty, h.
3. Menghitung perubahan densitas neutron terhadap waktu ( ) menurut Pers. (1) dengan
Proseding Pertemuan Ifmiah Rekayasa Perangkat Nukfir PRPN-BATAN, 30 November 2011
4. Menghitung perubahan konsentrasi prekursor neutron kasip terhadap waktu ( ) menurut
Pers. (2) dengan menggunakan nilai-nilai awal tersebut.
5. Menghitung densitas neutron untuk waktu (t+h) dengan mengalikan densitas neutron
sebelumnya dengan increment waktu,
h,
ditambah dengan densitas neutron pada sa att.6. Menghitung konsentrasi prekursor neutronkasip untuk waktu (t+h) dengan mengalikan
konsentrasi prekursor neutron kasip sebetumnya dengan increment waktu, h, ditambah
dengan konsentrasi prekursor neutron kasip pada saat t.
4.
HAS~l
DAN PEMBAHASANPelaksanaan kegiatan pemrograman persamaan kinetika reaktor titik dengan LabVIEW ini
menghasiJkan suatu diagram blok, sepertj yang djtunjukkan pada Gambar 1.
tr--p~
1000
I~.~~
Gambar 1. Diagram Siok Program Persamaan Kinetika Reaktor Titik
Pada diagram blok ini, data kinetika yang digunakan adalah sebagai berikut:
Beta
li
lambda 0° ~AO.OOO235 ~\ 0 ~~0.0124 ~) 6. 13E-5 '.J .' ,.' ~;10.001555 ~4o.0305 -' .' ~;10,00139 ' 'fG.i r10.ll1 ".'
~IIO.00281 ~JO.301 .",.'
~11°.00082"~ ~,f1.14.'
~.fO.000298 ,. 3,01 "-'
,-'Gambar 2. Data Kinetika Reaktor Titik
.,~
]
Tampak pad a blok diagram terse but bahwa data kinetika reaktor yang digunakan sebagai variabel
global adalah /3"it" A,dan ClOY. Nilai ClOYdiperoleh pada saat t=O, yaitu
----~
.._---_._---Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nuklir PRPN-BATAN, 30 November 2011
Taylor
.JIII
I
Hasilluaran yang diperoleh untuk p =0,003 disajikan pad a Gambar 3 untuk iterasi selama 1
detik dan Gambar 4 untuk iterasi selama 10 detik.
2200 2100 2000 - 1900-._~
~
~'.'"--- ~'-< .:..••.•• 4 - -." ..: .• ' .• ' .. -.-~:.:::::::- ~_.- -::...:. -~-..-.•...-...- --• - - •• I~::~~:~~
~~:.
;:.:~=-=:
-i--''::' _ -"-. -:.:-:.: ,,--•• .;.... •.• _J __-L, _.
-.
'r- .• ~ •• •••• v ~--
---I I I I I I t I I t I I I I • I 0.7 0.8 0.9 1.0--I' I I I I I • , I II I I I I I 0.3 0.4 0.5 0.6
1,I•••·ak!:u (detik)
, , ' 0.2 , I • 0.1 1000-, 0.0
1100-Gambar 3. Tren Densitas Neutron untuk Iterasi selama 1 detik
Taylor
Eli
I
75007000 6500 -_!!'SiiI 2500- _::=-
1000-, ' .•• I •• , • , •••• I o 1 2 3 3000-_ u__ • __• _ ... : j;:t-. -:-;-:, -. -.
.,.-...
,--f I I I I I I I , I t I 4 5 6 Waktu (detik) • I 7 • I 8 • I9.
10,
Gambar 4. Tren Densitas Neutron untuk Iterasi selama 10 detik
Luaran yang ditampilkan pada Gambar 3 dan 4 memperlihatkan terjadinya suatu lonjakan
Proseding Pertemuan flmiah Rekayasa Perangkat Nuk/ir PRPN - BA TAN, 30 November 2011
Seiring dengan pertambahan waktu, neutron kasip memberikan kontribusi yang dominan terhadap
peningkatan densitas neutron.
Program kinetika reaktor titik yang dibuat dengan LabVIEW selanjutnya divalidasi dengan
EXCEL. Kedua program ini memberikan luaran yang sama, seperti ditunjukkan pada Tabel1.
Tabel ·i. Perbandingan Fluks Neutron dengan LabVIEW dan EXCEL
Reaktivitas
Fluks Neutron (neutron/cm2.sec)
LabVIEW EXCEL 0.001 1220.1811220.181 0.002 1558.6581558.658 0.003 2138.1152138.115 0.004 3319.1353319.135 0.005 6651.5716651.571 0.006 27159.26027159.260 0.007 21355512135551 0.008 1.55E+111.55E+11 0.009 2.70E+172.70E-i-17 0.01 8.63E+238.63E+23
Aplikasi dari program kinetika reaktor titik ini pada perangkat lunak simulator rea!<tor mengh~silkan
tren daya eksponensial, seperti yg ditunjukkan pad a Gambar 5. HasH ini sesuai dengan kondisi
operasi reaktor Reaktor Serbaguna GA Siwabessy.
Grafik Power
·
.,
,
!
·
.;
;
I ~-.
•
,
•
Power
•••
Proseding Pertemuan Ifmiah Rekayasa Perangkat Nuklir PRPN - BA TAN, 30 November 2011
5.
KESIMPULANHasil pemrograman persamaan kinetika reaktor titik dengan LabVIEW menunjukkan bahwa
solusi numerik dengan metode Taylor memberikan hasil yang memuaskan dan memerlukan teknik
pemrograman yang relatif tidak kompleks. Selain itu, paket program LabV/EW dapat digunakan
secara mudah untuk menyelesaikan persamaan kinetika reaktor titik ini. Tampilan luaran yang
dihasilkan menggarisbawahi keistimewaan dari LabVIEW yang superior dalam pemrograman
berbasis gratis. Validasi yang dilakukan menyiratkan bahwa hasil dari pemrograman dengan
LabVIEW ini memiliki akurasi yang tinggi.
6.
UCAPAN TERIMAKASIHPelaksanaan kegiatan ini memperoleh bantuan pendanaan dari PIPKPP 2011. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan BAT AN melalui Kepala PRPN atas dukungan yang
diberikan pada kegiatan ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir. Kristejo Kurnianto
M.Sc., Kepala Bidang Instrumentasi Reaktor dan Industri - PRPN, yang telah banyak memberikan
bantuan dan support demi kelancaran pelaksanaan kegiatan ini.
7.
DAFT AR PUST AKA1. HOPKINS, L., A Comparison of Numerical Solutions to the General Neutron Point Reactor
Kinetics Equations, Santa Fe High School, New Mexico, 2004.
2. QUABILI, E.R., dan KARASULU, M., Methods for Solving the Stochastic Point Reactor Kinetic
Equations, ANS Volume 6, Pergamon Press, Grear Britain, 1979.
3. MCMAHON, D., dan PIERSON, A., A Taylor Series Solution of the Reactor Point Kinetics
Equations, Department of Nuclear Safety Analysis, SNL, Albuquerque, New Mexico, 2008.
4. BITTER, R., MOHIUDDIN, T., dan NAWROCKI, M., "LabVIEW: Advanced Programming
Techniques," CRC Press, Florida, 2007.
5. DUDERSTADT, J.J., dan HAMILTON, L.J., "Nuclear Reactor Analysis," John-Wiley & Sons,
Inc., 1976.
PERTANYAAN:
1. Bagaimana bentuk keterkaitan parameter-parameter yang ada dalam langkah-Iangkah
penyusunan program? (GUNARWAN PRAYITNO)
JAWABAN:
1. Parameter yang ada seperti reaktivitas dan data netronik digunakan untuk menghitung kondisi
awal densitas netron dan konsentrasi prekursor netron kasip. Hasil yang diperoleh akan selalu