• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II STUDI PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II STUDI PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1. Konsep Pembangunan Pedesaan

M asalah pokok dalam pem bangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pem bangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous developm ent) dengan m enggunakan potensi sum berdaya m anusia, kelem bagaan, dan sum berdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini m engarahkan kepada pengam bilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pem bangunan untuk m enciptakan kesem patan kerja baru dan m erangsang peningkatan kegiatan ekonom i (Lincolin Arsyad, 1999).

Ferroux dalam M udrajad Kuncoro (2002) m erupakan orang pertama m engem ukakan konsep pusat pertum buhan ekonom i (econom ic growth

center). Ferroux m enyatakan pusat pertum buhan ekonom i itu merupakan

suatu tem pat dalam suatu ruang atau suatu wilayah, darim ana kekuatan- kekuatan sentrifugal m em ancar dan kemana kekuatan-kekuatan sentripental ditarik. Di dalam suatu proses pem bangunan, pertum buhan ekonom i tidak akan terjadi di seluruh wilayah secara serentak m elainkan akan bekerja kearah pengelom pokan aktivitas ekonom i yang akhirnya m em bentuk pusat- pusat pertum buhan ekonom i. Setiap pusat pertum buhan ekonom i akan m em punyai daerah penarikan dan daerah penolakan sam pai batas tertentu, sehingga dalam suatu wilayah yang luas akan terbentuk gugusan-gugusan pusat pertum buhan ekonom i dengan wilayah pengaruhnya (hinterland) m asing-m asing. Konsep pusat pertum buhan ekonom i ini sebagai suatu gugusan industri-industri, baik yang saling terkait m aupun yang berdiri sendiri- sendiri, yang kem udian berkem bang menjadi kota dan berlokasi pada suatu tem pat tertentu dalam suatu wilayah.

Setiap pusat pertum buhan ekonom i akan m em punyai daerah penarikan dan daerah penolakan sampai batas tertentu, sehingga dalam suatu w ilayah yang luas akan terbentuk gugusan-gugusan pusat

(2)

pertum buhan ekonom i dengan wilayah pengaruhnya (hinterland) m asing- masing. Dalam ilmu ekonom i regional teori pusat pertum buhan ekonom i dinyatakan sebagai salah satu instrumen pem bangunan wilayah yang cukup baik karena dapat m enim bulkan beraneka efek atau dam pak yang positif terhadap pem bangunan wilayah yang ada disekitarnya (Richardson, 2001). Pusat pertum buhan ekonom i akan m enim bulkan efek tetesan ke bawah (trickling dow n effe ct atau spread effect) dan efek polarisasi (polarization

effect atau backw ash effect) pada wilayah yang ada disekitarnya (hinterland),

pendapatan w ilayah akan lebih besar jika investasi pem bangunan dikonsentrasikan pada pusat pertum buhan dibandingkan jika investasi pem bangunan yang sam a digunakan secara m enyebar dalam seluruh wilayah yang bersangkutan. Efek pusat pertum buhan ekonom i terhadap wilayah sekitarnya masih bersifat umum, yaitu pusat-pusat pertum buhan akan m enyebarkan efek yang beraneka ragam terhadap perekonom ian wilayah sekitarnya m elalui saluran yang beraneka ragam pula.

Pada pusat-pusat pertum buhan ekonom i akan berkem bang industri- industri yang akan m em ancarkan berbagai bentuk keuntungan (spread effect) ke wilayah sekitarnya berupa perm intaan hasil-hasil produksi dari wilayah sekitarnya sehingga perekonom ian wilayah sekitar pusat pertum buhan ekonom i akan ikut berkem bang. Lebih lanjut Myrdal m enjelaskan kem ungkinan adanya efek negatif (backwash effect) dari suatu pusat pertum buhan ekonom i terhadap wilayah sekitarnya yaitu tertariknya atau m engalirnya tenaga kerja potensial dan m odal dari wilayah sekitar ke pusat pertum buhan sehingga wilayah sekitarnya akan kekurangan tenaga kerja yang inovatif atau produktif dan juga dapat m engalam i kekurangan modal untuk m elakukan atau m engem bangkan usaha (Tulus T.H. Tam bunan, 2001a).

P usat-pusat pertum buhan ekonom i yang m erupakan daerah maju akan m em berikan dua jenis efek ekonom i yang langsung terhadap wilayah sekitarnya yakni efek yang m enyenangkan dan efek yang tidak m enyenangkan. Efek yang dikem ukakan pertama adalah efek m enyebar ke bawah (trickling down effect) yaitu m eningkatnya pem belian hasil-hasil

(3)

produksi dan terserapnya tenaga kerja m enganggur dari w ilayah sekitar oleh industri-industri yang ada di pusat pertum buhan ekonom i. Sedangkan efek yang tidak m enyenangkan adalah efek polarisasi (polarization effect) yakni sem angkin lem ahnya daya saing industri-industri yang ada di w ilayah sekitar terhadap industri yang serupa di pusat pertum buhan ekonom i sebagai akibat adanya penghem atan aglom erasi.

Pengalam an di negara-negara Asia m enunjukkan adanya berbagai model m obilisasi perekonom ian pedesaan untuk m em erangi kem iskinan, yaitu (M udradjat Kuncoro, 2000):

1. M endasarkan pada m obilisasi tenaga kerja yang m asih belum didayagunakan dalam rumah tangga petani gurem agar terjadi pem bentukan modal di pedesaan. Ide tenaga kerja yang m asih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan gurem m erupakan sum berdaya yang tersem bunyi dan m erupakan potensi tabungan. Kendati dem ikian, bila tenaga kerja tersebut diupah sesuai dengan tingkat upah yang berlaku dan potensi tabungan direalisasikan, beberapa cara perlu dilakukan untuk m engam ankan tenaga kerja dalam rumah tangga tersebut. A lternatif cara yang dapat digunakan untuk m em obilisasikan tenaga kerja adalah: m enyusun kerangka lembaga di pedesaan yang m em ungkinkan untuk m em berdayakan tenaga kerja pedesaan, terutam a industri yang berbasis bahan baku dari pedesaan. 2. M enitik beratkan pada transfer sum berdaya pertanian ke industri melalui

m ekanism e pasar. Ide bahwa suplai tenaga kerja yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat m eningkatkan tabungan dan form asi modal lewat proses pasar, m ulanya tidak berkaitan sama sekali dengan m obilisasi ekonom i pedesaan. Ketersediaan tenaga kerja sem acam itu dikem ukakan hanya untuk m enjelaskah bagaim ana pangsa relatif upah dan laba pada sektor kapitalis (apakah sektor pertanian atau industri diperekonom ian pedesaan atau kota) dapat saja dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja di sektor subsistem , yang pada gilirannya dapat m em pengaruhi tabungan dan invesatsi dalam perekonom ian secara umum.

(4)

3. M enyoroti pesatnya pertum buhan pada sektor pertanian yang dibuka dengan kem ajuan teknologi dan kem ungkinan sektor pertanian menjadi sektor m em im pin. Model ini dikenal dengan m odel berbasis teknologi (R ural-Led D evelopm ent). Beberapa perm asalahan dalam strategi pem bangunan dengan sektor unggulan pertanian didasarkan atas kem ungkinan dibukanya pertanian oleh teknologi modern. Sektor pertanian tidak hanya sebagai pem asok sum berdaya (baik pangan, bahan baku, tenaga kerja, atau tabungan), nam un sebagai sektor yang m am pu m eningkatkan perm intaan atas produk pertanian dan nonpertanian, karena itu m endukung proses pem bangunan seimbang. Proses ini akan berhasil apabila dua syarat berikut terpenuhi, yaitu: 1) kem am puan m encapai tingkat pertum buhan output pertanian yang tinggi; 2) proses ini juga m enciptakan pola perm intaan yang kondusif terhadap pertum buhan. Pada gilirannya ini tergantung pada dam pak keterkaitan ekonom i pedesaan lewat pengeluaran atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri, dan m elalui investasi yang didorong.

S um itro D jojohadikusum o dalam Alm asdi Syahza (2003) m engem ukakan bahwa, dim ensi ekonom i regional dalam persepsi kesenjangan m enunjukkan pada ketidakseim bangan dalam jalannya perekonom ian antar daerah. Di sini kita dihadapkan dengan suatu dilema yang dapat disebut sebagai dualism e teknologis. Secara pokok adanya dualism e teknologis m enim bulkan perbedaan dan ketim pangan m engenai pola dan laju pertum buhan di antara berbagai kawasan dalam batas wilayah ataupun secara regional. Tanpa adanya kebijaksanaan aktif untuk m enanggulangi kecenderungan itu, maka akan ada ketim pangan kum ulatif pada pertum buhan ekonom i di antara berbagai pusat kegiatan dalam wilayah.

Salah satu tolak ukur keberhasilan suatu proyek pem bangunan adalah peningkatan dan pem eratan pendapatan. Pengertian pem erataan pendapatan masih belum diberikan secara jelas, karena para ahli ekonom i umumnya hanya m em perhatikan jum lah pendapatan itu sendiri tanpa m em perhatikan dari m anakah asalnya pendapatan itu. Sekelom pok m asyarakat dapat saja

(5)

m em peroleh jum lah pendapatan yang sama, nam un pengorbanan yang dilakukan untuk m em peroleh pendapatan tersebut belum tentu akan sama besarnya. Karena itu para ahli ekonom i dalam m erencanakan pem erataan ini um um nya lebih berorientasi pada peningkatan pendapatan individual, kem udian m engelom pokannya pada suatu ukuran tertentu. Kelom pok- kelom pok berdasarkan pendapatan tersebut kem udian diukur dan dianalisis. Dari hasil yang diperoleh kem udian disusun perencanaan untuk menentukan langkah-langkah kebijaksanaan yang dapat diambil.

Kalau kita telaah lebih lanjut tentang sasaran pem bangunan yakni pem erataan pem bangunan masih m erupakan tanda tanya yang patut dikaji terutam a bila dikaitkan dengan aspek spasialnya. A pakah dengan semakin tum buh dan berkem bangnya investasi swasta yang ditandai dengan semakin pesatnya penanam an modal baik yang bersum ber dari dalam negeri maupun luar negeri akan m em perkecil disparitas spasial ?

Jika jaw aban atas pertanyaan tersebut tidak, jelas yang terjadi selama ini adalah polarization effect yang ditandai dengan m engalirnya modal dan tenaga kerja dari daerah yang belum berkem bang ke daerah yang telah berkem bang dan spread effect serta strikling down effect (banyaknya bahan baku dari daerah yang belum berkem bang yang dapat dipasarkan ke daerah yang telah berkem bang karena kebutuhan di daerah tersebut meningkat) yang diharapkan malah tidak terjadi. A kibat yang dirasakan adalah daerah yang sudah berkem bang sem akin berkem bang dan di daerah tersebut akan terjadi penum pukan kegiatan industri, sem entara daerah-daerah lain semakin tertinggal dan tidak dim inati oleh investor. Adanya hal-hal yang dikem ukakan di atas m endorong keharusan adanya g overnm ent intervention (cam pur tangan pem erintah) untuk m engurangi tingkat R egional Inequalities tersebut.

M enurut Tulus T.H. Tam bunan (2001 b) cukup banyak studi mengenai ketim pangan ekonom i regional di Indonesia dan fakto r-faktor penyebabnya. Faktor utam a penyebab terjadinya ketim pangan ekonom i antar daerah di Indonesia adalah, antara lain: 1) kosentrasi kegiatan ekonom i yang tinggi di daerah tertentu m erupakan salah satu faktor yang m enyebabkan terjadinya ketim pangan pem bangunan antar daerah; 2) kurangnya investasi di suatu

(6)

m layah m em buat pertum buhan ekonom i dan tingkat pendapatan m asyarakat

r e r kapita di w ilayah tersebut menjadi rendah; 3) kurang lancarnya m obilitas *3<Tor produksi seperti tenaga kerja dan kapital antar propinsi; 4) perbedaan sum berdaya alam antar wilayah, dan pem anfatan serta pengeloaan yang tidak efisien; 5) perbedaan kondisi dem ografi antar daerah, penyebab jta m a n y a adalah pertum buhan dan jum lah penduduk, tingkat kepadatan oenduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin m asyarakat, dan etos kerja; dan 6) <urang lancarnya perdagangan antar daerah, penyebabnya adalah terbatasnya sarana transportasi dan komunikasi.

Bagi Indonesia dalam pem bangunan di masa datang akan m enghadapi tiga kelom pok perm asalahan m endasar, yaitu; Pertama,

lapangan kerja produktif dan pengangguran. M asalah ini terkait dengan ketim pangan antara produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian dan produktivitas di sektor sekunder (industri dan kontruksi); Kedua, ketim pangan pada perim bangan kekuatan di antara golongan-golongan m asyarakat sebagai pelaku aktif dalam proses produksi dan distribusi barang dan jasa; dan ketiga, ketidakseim bangan ekonom i antar daerah (Almasdi Syahza, 2007a).

Apabila diam ati pem bangunan di Daerah Riau yang terjadi selama ini, adalah polarization effect, seperti terjadinya urbanisasi oleh tenaga kerja pedesaan, pem usatan industri pengolahan di daerah perkotaan. Sem entara

spread effect serta strikling down effect yang diharapkan malah tidak terjadi,

seperti tidak berm inatnya investor melakukan investasi di daerah pedesaan (sum ber bahan baku). A kibat yang dirasakan adalah daerah yang sudah berkem bang sem akin berkem bang dan di daerah tersebut akan terjadi penum pukan kegiatan industri, sem entara daerah-daerah lain semakin tertinggal dan kurang dim inati oleh investor.

Salah satu sebab m eningkatnya kesenjangan dan kem iskinan antar daerah di m asyarakat pedesaan adalah karena adanya distorsi pem bangunan yang lebih banyak berpihak kepada ekonom i perkotaan yang dikuasai kelom pok ekonom i kuat, dim ana mereka ini dekat dengan kekuasaan. Dam paknya terhadap kepem ilikan faktor produksi seperti tanah, modal tidak

(7)

merata dan tidak adil. Selain itu rendahnya teknologi produksi, sedikitnya teknologi pengolahan hasil, akses pem asaran serta rendahnya keteram pilan m enyebabkan m ereka tidak dapat berbuat banyak untuk kegiatan produksi, akibatnya pendapatan mereka menjadi sangat rendah. Di sam ping itu yang tidak kalah pentingnya adalah pesatnya pem banguan sektor perkebunan, kegiatan HPH dan HTI telah m endesak m ereka sehingga m em berikan dam pak negatif terhadap kepem ilikan lahan bagi keluarga m iskin di pedesaan (Almasdi Syahza, 2008b).

P em bangunan pedesaan harus dapat m engurangi ketim pangan antara desa dan kota. Salah satu konsep yang pernah dikem ukakan oleh Friedmann.

J dan M ike D ouglass dalam Alm asdi Syahza (2008a) adalah pengem bangan

agropolitan. Dalam konsep tersebut dikem ukakan bagaim ana cara m em percepat pem bangunan di pedesaan dengan potensi yang dim iliki oleh desa. Untuk itu hal yang perlu dilakukan adalah:

1. M erubah daerah pedesaan dengan cara m em perkenalkan unsur-unsur gaya hidup kota (urbanism ) yang telah disesuaikan pada lingkungan pedesaan tertentu. Bentuk ini tidak lagi m endorong perpindahan penduduk desa ke kota. Menanam modal di pedesaan m erupakan salah satu cara menekan urbanisasi dan m erubah tem pat perm ukinan di desa menjadi suatu bentuk cam puran yang dinam akan agropolis atau kota di ladang. 2. M em perluas hubungan sosial di pedesaan sam pai keluar batas-batas

desanya, sehingga terbentuk suatu ruang sosio-ekonom i dan politik yang lebih luas (agropolitan district).

3. M em perkecil keretakan sosial (social dislocation) dalam proses pem bangunan, yaitu: m em elihara kesatuan keluarga, m em perteguh rasa aman, dan m em beri kepuasan pribadi dalam m em bangun m asyarakat baru.

4. M enstabilisasikan pendapatan desa dan kota. M em perkecil perbedaannya dengan cara m em perbanyak kesem patan kerja yang produktif di pedesaan, khususnya m em adukan kegiatan pertanian dengan nonpertanian dalam lingkungan m asyarakat yang sama.

(8)

5. M enggunakan tenaga kerja yang ada secara lebih e fektif dengan m engarahkan pada usaha-usaha pengem bangan sum berdaya di tiap-tiap agropolitan district, term asuk peningkatan hasil pertanian.

6. M erangkai agropolitan district menjadi jaringan regional dengan cara

membangun dan memperbaiki sarana hubungan antara agropofrfan district

dengan kota.

7. M enyusun suatu pem erintahan dan perencanaan yang sesuai dengan lingkungan, sehingga dapat m engendalikan pem berian prioritas pem bangunan serta pelaksanaannya pada penduduk daerahnya.

8. M enyediakan sum ber-sum ber keuangan untuk m em bangun agropolitan dengan cara: a) m enanam kembali bagian terbesar dari tabungan setem pat di tiap-tiap distrik; b) m engadakan sistem bekerja sebagai pengganti pajak bagi semua anggota m asyarakat yang telah dewasa; c) m engalihkan dana pem bangunan dari pusat-pusat kota dan kawasan industri khusus untuk pem bangunan agropolitan; dan d) m em perbaiki nilai tukar barang-barang yang m erugikan antara petani dan penduduk kota agar lebih m enguntungkan petani.

Bagi pem erintah Indonesia, pem bangungan pedesaan selama ini m engacu kepada pem bangunan sektor pertanian dan kem udian dikem bangkan dalam bentuk agribisnis. P em bangunan pertanian yang dikem bangkan dalam bentuk skala besar selam a ini adalah subsektor perkebunan yang salah satunya menjadi kom oditi unggulan adalah kelapa sawit. Dari hasil penelitian m enunjukkan bahwa kelapa sawit dapat m em berikan pendapatan yang tinggi dibandingkan dengan tanam an lainnya.

M enurut G inandjar Kartasasm ita (1996), pem bangunan pedesaan harus dilakukan dengan pendekatan yang sesuai dengan sifat dan cirinya. Pem bangunan pedesaan harus m engikuti em pat upaya besar, satu sama lain saling berkaitan dan m erupakan strategi pokok pem bangunan pedesaan, yaitu: Pertama, m em berdayakan ekonom i m asyarakat desa. Dalam upaya ini diperlukan m asukan modal dan bim bingan-bim bingan pem anfaatan teknologi dan pem asaran untuk m em am pukan dan m em andirikan m asyarakat desa;

(9)

dasar yang m em adai untuk m eningkatkan dan m em perkuat produktivitas dan daya saing; Ketiga, pem bangunan prasarana di pedesaan. Untuk daerah pedesaan prasarana perhubungan m erupakan kebutuhan yang mutlak, karena prasarana perhubungan akan m em acu ketertinggalan m asyarakat pedesaan; dan ke e m p a t, m em bangun kelem bagaan pedesaan baik yang bersifat form al m aupun nonformal. Kelem bagaan yang dibutuhkan oleh pedesaan adalah terciptanya pelayanan yang baik terutam a untuk memacu perekonom ian pedesaan seperti lembaga keuangan.

2.2 Kesenjangan Ekonomi Masyarakat

Pertum buhan ekonom i yang kita pacu selam a ini belum m encerm inkan distribusi pendapatan yang adil dan merata, karena pertum buhan ekonomi yang tinggi ini hanya dinikm ati oleh sekelom pok kecil m asyarakat, seperti m asyarakat perkotaan, sedangkan m asyarakat pedesaan atau pinggiran m endapat porsi yang kecil dan tertinggal. Masih terjadi kesenjangan (disparitas) terutam a antar daerah dan sektor serta antar golongan m asyarakat. Kesenjangan antar daerah ini paling m enyolok adalah antara daerah pengem bangan kawasan industri dengan kawasan pengem bangan pertanian. Daerah pengem bangan pertanian tersebut m ata pencarian pokok m asyarakatnya hanya bergantung kepada pem anfaatan sum berdaya alam yang tersedia yaitu, perkebunan, m encari kayu, nelayan, petani tradisional (subsisten), dan nelayan (Tulus TH. Tam bunan, 2001)

Kesenjangan ini akan diperburuk karena adanya kesenjangan dalam pem bangunan antar sektor, terutam a antara sektor pertanian (basis ekonomi pedesaan) dan nonpefanian (basis ekonom i perkotaan). Kesenjangan ini akan berakibat pada tingkat kesejahteraan berbagai kelom pok masyarakat. Jika m asalah ini tidak ditangani secara serius, maka kesenjangan antar kota dan pedesaan akan sem akin parah, sehingga daerah-daerah tertinggal akan semakin banyak ditem ui. Kesenjangan ini cukup berbahaya karena m enyim pan potensi konflik kerusuhan dan kecem buruan sosial.

A danya daerah-daerah tertinggal ini tidak hanya m em bawa kemiskinan bagi m asyarakat, tetapi dalam jangka panjang akan m enyebabkan daerah

(10)

tertinggal akan sem akin tertinggal sem entara yang maju akan tetap semakin maju dengan percepatan yang sem akin tinggi dan sulit dikejar. Penyebabnya adalah perbedaan sum berdaya m anusia (SDM), pertum buhan awai dan hasil pem bangunan yang secara akum ulatif m endorong pertum buhan selanjutnya, sehingga akselerasi pem bangunan di kedua daerah akan tetap berbeda. Kesenjangan ini hanya dapat diatasi melalui cam pur tangan pemerintah dengan cara m engkatrol daerah tertinggal sehingga basis perekonom ian menjadi terangkat untuk m em acu pertum buhan dan bersaing dengan daerah lain (Alm asdi Syahza, 2003).

K etidakberdayaan m asyarakat pedesaan salah satunya akibat kebijakan yang m ism atch di masa lalu, yaitu kebijakan yang m elupakan sektor pertanian sebagai dasar keunggulan kom paratif m aupun kompetitif. Sesungguhnya pem berdayaan ekonom i m asyarakat pedesaan bukan hanya berm anfaat bagi m asyarakat pedesaan itu sendiri, tetapi juga membangun kekuatan ekonom i Indonesia berdasarkan kepada keunggulan kom paratif dan kom petitif yang dim iliki (Yuswar Zainal Basri, 2003).

Secara teoritis m eningkatnya kesenjangan antar daerah atau antar m asyarakat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: kurangnya pendidikan dan keteram pilan, tidak m em iliki faktor produksi seperti tanah dan modal, tidak adanya akses terhadap perm odalan dan pem asaran hasil pertanian. Kekurangan tersebut akan m enyebabkan rendahnya kemampuan berproduksi, sehingga akan berakibat rendahnya pendapatan keluarga.

Untuk m engatasi kesenjangan antara daerah-daerah tertinggal dan maju ini pem erintah m elakukan berbagai usaha untuk m engkatrol daerah tertinggal sekaligus m em berdayakan keluarga miskin (petani), antara lain dengan m em acu pertum buhan ekonom i m elalui bantuan modal, m eningkatkan pendidikan dan keteram pilan, m em berikan bimbingan dan pelatihan. Di dalam sektor pertanian, dikenal berm acam -m acam jenis kredit untuk m em bantu perm odalan usaha petanian, perikanan, dan perkebunan. Namun usaha yang dilakukan tersebut belum m am pu m engangkat kesejahteraan rakyat, khususnya m asyarakat pedesaan. Untuk itu perlu adanya terobosan melalui pem berdayaan ekonom i rakyat. Terobosan ini

(11)

dilakukan harus disesuaikan dengan potensi m asyarakat dan ketersediaan sum berdaya yang ada, m isalnya bantuan m odai dan pendam pingan untuk m em bantu pem asaran dan m anajem en produksi. Untuk keberhasilan program ini adalah penting bahwa program bim bingan dan pelatihan ini harus dilakukan secara berkesinam bungan untuk beberapa periode dan dievaluasi.

2.3 Pem berdayaan Ekonomi Rakyat

Dengan adanya kriris ekonom i yang m elanda pada masa lalu telah m enyebabkan pem erintah dan para pengam bil kebijaksanaan kembali berpikir ulang tentang arah perekonom ian yang selam a ini ditem puh. Kini tim bul kem auan politik yang kuat untuk m em benahi inefisiensi dan mis- alokasi sum berdaya (m isallocation o f resources) yang terjadi di sektor ril yang selam a ini dibiarkan saja terjadi karena kuatnya vested interest para pemburu

rente yang m enguasai birokrasi pem erintahan. A kibat dari m is-alokasi

sum berdaya adalah terabaikannya pem bangunan pertanian dan industri yang berbasis sum berdaya alam serta sum berdaya pertanian (resource based

industries). Banyak industri yang dibangun yang m em butuhkan bahan baku

dan kom ponen yang harus diim port atau industri-industri yang tidak banyak terkait dengan perekonom ian lokal sehingga industri ini sangat rentan terhadap gejolak mata nilai uang. Industri-industri jenis ini pada umumnya adalah industri yang berpihak kepada golongan ekonom i kuat.

Di Indonesia sebagian besar rakyat hidup pada sektor pertanian dan sektor ini masih m em berikan kontribusi yang besar pada perekonom ian negara, m aka pem berdayaan ekonomi rakyat juga berarti m em bangun ekonom i pertanian dengan lebih baik. Lebih lanjut diungkapkan Haryono Suyono (2007), dalam upaya pem berdayaan ekonom i m asyarakat pedesaan, sektor pertanian harus menjadi sasaran utama. Sektor ini harus dijadikan pijakan kokoh, sehingga di pedesaan dapat tercapai sw asem bada berbagai produk pertanian, terutam a pangan, sebelum m em asuki era pengindustrian. Lebih khusus, ketahanan pangan lokal harus tercapai lebih dahulu dan pertanian harus m endapatkan prioritas utama.

(12)

Pengem bangan sektor pertanian ke depan harus diarahkan kepada sistem agribisms, karena pendekatan ini akan dapat m eningkatkan nilai tam bah sektor pertanian, pada hakekatnya dapat m eningkatkan pendapatan bagi pelaku-pelaku agribisnis di daerah. M enurut Bungaran Saragih (2001), sektor agribisnis sebagai sektor ekonom i rakyat m asih m em iliki prospek yang cerah untuk dikem bangkan lebih lanjut, baik untuk m em perkuat ekonomi rakyat, m aupun sebagai andalan Indonesia dalam perdagangan bebas.

Untuk m ewujudkan tujuan pengem bangan ekonom i kerakyatan,

terutam a di sektor pertanian maka perlu dipersiapkan kebijakan strategis

untuk m em perbesar atau m em percepat pertum buhan sektor pertanian,

khususnya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan m asyarakat. Salah

satu cara untuk m encapai tujuan tersebut adalah pengem bangan agribisnis

yang terencana dengan baik dan terkait dengan pem bangunan sektor

ekonom i lainnya.

Pem berdayaan m asyarakat pedesaan juga harus m am pu m em berikan perlindungan yang jelas terhadap m asyarakat. Upaya perlindungan dim aksudkan untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seim bang akibat berlakunya m ekanism e pasar dan eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah. Dalam hal ini, tam paknya sulit diterapkan m ekanism e pasar. M asyarakat desa jelas akan kalah bersaing. M ereka tidak punya apa-apa selain tenaga-tenaga yang pada um umnya kurang terlatih. Dalam pem berdayaan ekonom i m asyarakat pedesaan, sektor pertanian harus menjadi sasaran utama. Sektor ini harus dijadikan pijakan yang kokoh sehingga di pedesaan bisa tercapai swasem bada berbagai produk pertanian, terutam a pangan, sebelum m em asuki era industrialisasi. Lebih spesifik, ketahanan pangan lokal harus tercapai lebih dahulu. Kedepankan pertanian (M uham m ad Basri, 2007)

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian, setelah dilakukan analisis menggunakan analisis AHP dari 5 faktor yang digunakan 2 diantaranya sebagai variabel penelitian yang menunjukkan bahwa faktor

As similar to this upgraded book Pawn Structure Chess By Andrew Soltis, you may not locate in the various other area. However right here, it's

Budidaya padi organik bertujuan meminimalkan penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia, namun kenyataannya tetap tidak terlepas dari gangguan hama dan

The objective of the study is to investigate the correlation between morphological awareness and writing ability of English Education Study Program (TBI) students of

Menurut Rusli Lutan (2000:21) ” tes adalah instrument yang dipakai untuk memperoleh informasi tentang seseorang atau obyek dan pengukuran ialah proses

Berdasarkan pengalaman peneliti yang mengampu mata kuliah kewirausahaan 1, 2 dan 3 pada prodi pendidikan matematika, bahwa proses pembelajaran kewirausahaan

Kerjasama kami lakukan dengan pihak – pihak terkait yang dapat mendukung keberhasilan Program Sukses Tan ini, yaitu pemerintah daerah, warga di kecamatan terkait, dan juga

Dari itu kami tergugah untuk meningkatkan kreativitas kami dalam mengolah kencur untuk dibuat inovasi minuman yaitu es krim mancur (madu dan beras kencur) yang