• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBENCANAAN LUSI MUD VOLCANO 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBENCANAAN LUSI MUD VOLCANO 2013"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

1 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

KEBENCANAAN LUSI MUD VOLCANO 2013

IMPLIKASI DAN PERSPEKTIF KE DEPAN

Dikontribusikan oleh: Hardi Prasetyo

Oktober 2013

1. Kondisi Saat Ini dan Permasalahan

1.1 Umum

1.2 Potret Kebencanaan Lusi Saat Ini

a. Morfologi mud volcano b. Sumbu panjang Kawah c. Geometri kawah

d. Pusat semburan

e. Lokasi titik semburan berubah f. Kelurusan titik semburan g. Material utama dari kawah h. Kecepatan semburan

i. Ketebalan lumpur dan Luas daerah terdampak j. Ekspansi mud volcano aktif

k. Penurungan geohazard l. Penurungan geohazard m. 3 Kelompok pemicu Lusi n. Lusi sebagai mud volcano o. Faktor kedudukan tektonik

p. Semburan tidak dapat dihentikan q. Semburan berlangsung lama

r. Harmoni lokasi forearc dan backarc s. Potret mud volcano Lusi terkini t. Harmonisasi alam dan manusia u. Misi Nasional BPLS

(2)

2 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

w. Renstra BPLS

x. Harus melakukan respon cepat y. Misi mengamankan masyarakat z. Kondisi yang diharapkan

2. Paradigma baru Pemahaman Lusi Mud volcano

2.1 Makna dan Pemahaman sistem Lusi mud volcano 2.2 Fokus pada Sistem Lusi yang berkembang saat ini 2.3 Temuan baru yang paling signifikan

2.3.1 Lusi fenomena alam dipicu oleh gempabumi Yogyakarta 2006

2.3.2 Penurunan intensitas amblesan secara eksponensial 2.3.3 Lusi sistem dalam, sebagai sistem hidrotermal baru 2.3.4 Peningkatan intensitas semburan

2.3.5 Kontrol struktur regional Jawa, pada sumbu panjang Kawah Lusi

2.3.6 Perubahan Anatomi Lusi mud volcano 2.3.7 Temuan mud diapir purba

2.4 Pendalaman Lusi sebagai sistem hidro-termal

2.4.1 Kaitan langsung dengan komplek volkanik

2.4.2 Sumber fluida eksternal berada pada kedalam 4400m 2.4.3 Perubahan semburan lusi sebagai siklus geyser (2010) 2.4.4 Pemanfaatan sebagai energi hijau

3. Postur Lusi mud volcano Agustus-Oktober 2013

3.1 Data dan Informasi Aktual

3.2 Antara Pengendali dan Resiko Bencana

3.3 Pemahaman terhadap sistem Lusi mud volcano 3.4 Dinamika Operasi Musim Panas

3.4.1 Bike to Work Lusi Sektor Siring 3.4.2 Mandi Lumpur (mud spa) 3.4.3 Tim Peneliti ITS In Action 3.4.4 Survei GPS Tim BPLS

3.4.5 Bike to Work Lusi sektor Reno 3.4.6 Kunjungan SESKOAD ke Nirwana

(3)

3 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

3.4.8 Ibu Ani dari Badan Geologi KESDM 4. Evaluasi Risiko Bahaya, saat ini dan ke depan

4.1 Pengendali Bencana

4.2 Pengkajian Resiko Bahaya

4.2.1 Sepanjang Barata-Siring

4.2.2 Potensi bahaya pada musim hujan

4.2.3 Pada wilayah operasi kapal keruk di barat (P25) dan timur (P43)

(4)

4 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

1. Kondisi Saat Ini dan Permasalahan

1.1 UMUM

Tidak ada yang dapat membayangkan sebelumnya bahwa sampai Pada usia 7 tahun dan 4 bulan, Lumpur Sidoarjo (Lusi) masih terus memperlihatkan postur dari suatu mud volcano yang spektakuler dan perilaku semburannya yang terus berdinamis.

Sehingga secara umum dan khususnya pada musim hujan dengan intensitas yang ekstrim, masih berpotensi untuk dapat menimbulkan bahaya baru.

Semburan Lusi dengan pola bersiklus “geyser”, dicirikan dengan perulangan interval (recurrent intrval) semburan terutama uap air yang tinggi. Diawali dengan kick lumpur (mud kick), sampai pada fase semburan kecil dan atau tidur sama sekali. Dengan durasi berkisar beberapa menit. Siklus Geyser ini terus berlanjut sepanjang tahun, dengan relatif tanpa henti (permanen).

(5)

5 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

Material yang keluarkan didominasi oleh uap air, gas (didominasi CO2), dan air. Diselingi dengan muntahan lumpur, yang bervariasi dari lumpur encer halus warna keputihan (disebut Beton), lumpur pekat warna hitam dengan material batuan membundar (disebut Hotmix), dan lumpur pekat warna hitam dengan material seperti bubur yang analogi dengan Lava Hawai (disebut Hawai).

(6)

6 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

Naskah ini merupakan suatu Kajian secara Komprehensif, Integral,dan Holistik. Sebagai alat bantu fakta dan histori dalam mengimplementasikan Paradigma Baru Penanggulangan Lusi Dari Kontroversi ke Solusi, Dari Bencana Ke Manfaat dan Pemulihan

Disamping itu juga sebagai suatu sosialisasi berbasis pandangan ke luar dan Kedepan (outward and forward looking approach) terhadap Lusi mud volcano, dalam arti yang luas, sebagai:

• Keajaiban Dunia, masih penuh diliputi misteri alam

• Lokasi Tujuan Wisata kelas dunia, yang akan dikaitkan dengan Gunung Bromo (Bromo-Lusi volcano Tourism)

• Pusat Unggulan Studi Geologi Umum dan Khususnya mud volcano di Indonesia dan Dunia

• Pemanfaatan lumpur yang prospektif untuk berbagai kepentingan sosial, ekonomi

1.2 Potret Kebencanaan Lusi Saat Ini

Potret umum dari aspek kebencanaan Lusi saat ini yang masih berdinamis. Merupakan harmonisasi antara pengendali mekanisme di satu sisi dengan penangananya secara komprehensif, integral dan holistik di sisi lain. Beberapa indikator diuraikan sebagai berikut:

(7)

7 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

a. Morfologi mud volcano:

Lusi sebagai suatu mud volcano, membentuk kubah tidak simetris

(asymetrical dome) dengan bagian barat menyempit.

Bagian permukaan relatif rata. Ketinggian maksimum terukur disekitar kawah mencapai 16-17m, dibandingkan ketinggian puncak tanggul penahan luapan lumpur berkisar antara 8-12m.

Dimana ketinggian maksimum di sektor barat (Tanggul Siring), yang telah mencapai batas daya dukungnya (optimal carrying capacity);

b. Sumbu panjang Kawah:

Kawah Lusi mud volcano (long axis Lusi mud volcano crater), berarah umum timur-barat sampai baratlaut-tenggara.

Arah sumbu panjang kawah ini telah mengalami perubaha, dimana sebelumnya lebih mengarah utara baratlaut-selatan tenggara.

(8)

8 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

c. Geometri kawah:

Bagian mulut kawah (crater apex) Lusi berada di sebelah barat, dengan lereng utara lebih halus, dan selatan lebih kasar. Hal ini memberikan implikasi bahwa aliran, limpasan air dan lumpur halus atau muntahan umumnya lumpur pekat keluar dari bagian barat.

d. Pusat semburan:

Sejak Mei 2013 berlanjut dengan titik semburan berjumlah mencapai empat, dua diantarnya yang lebih stabil di sebelah utara.

(9)

9 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

e. Lokasi titik semburan berubah:

Analisa 3 citra satelit CRISP masing-masing bulan April, Juli dan Agustus 2013, memperlihatkan terjadinya perubahan lokasi titik semburan utama

(major eruption center). Yang signifikan terjadi antara bulan April sampai

Juli. Sedangkan titik semburan dari Juli-Agustus bergerak relatif dekat (belasan meter) satu dengan lainnya.

f. Kelurusan titik semburan:

3 titik semburan pada Agustus 2013 memperlihatkan suatu kelurusan berarah utara timurlaut-selatan baratdaya.

g. Material utama dari kawah:

Kecepatan semburan dari pola geyser tersebut sangat berfluktuatif, disamping uap air dan gas empat material utama lainnya yang mempengaruhi postur Lusi, yaitu:

• Air, lumpur halus (beton) baik dialirkan dengan mekanisme limpasan atau diangkut melalui sungai-sungai utama yang radial. Maupun langsung dialirkan dari daerah kawah, atau sebelumnya menggenangi bagian Kawah Luar baru dialirkan melalui hulu sungai; • Lumpur encer semi pekat berwana kecoklatan, dialirkan dengan

mekanisme banjir bandang (flash flood); dan

Lumpur pekat warna hitam kecoklatan tipe Hotmix (dengan material batuan membundar) dan tipe Hawai (dengan material seperti bubur kental). Umumnya merupakan muntahan yang dikendalikan mekanisme aliran arus pekat (density current) dikombinasikan dengan aliran gaya berat (sediment gravity flow). Dicirikan dengan pengendapan pola kipas (fan shape sedimentation), dimana ujung lidah bisa mencapai 800 m dari Kawah.

(10)

10 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

Sebagai contoh aktual adalah aliran Hotmix yang demikian dahsyat terjadi Nirwana P68 (Utara Lusi), even Januri 2013. Pond Utama (timur Dome) dan terjadi pada even April 2013.

h. Kecepatan semburan:

Perkiraan kecepatan semburan Agustus-September 2013 dari material di atas sangat berfluktuatif antara fase semburan tenang (normal) dan yang bergejolak (semburan dahsyat) disertai dengan mud kick. Sehingga kisarannya diperkirakan bisa mencapai angka 15.000-45.000m3/hari, dengan rata-rata sekitar 30.000m3/hari.

Perbedaan dengan semburan sebelum tahun 2010 (terutama 2006-2007) adalah semburan masih didominasi oleh lumpur panas yang berlanjut relatif tanpa henti, dengan kecepatan semburan diduga rata-rata 70.000 (bawah) dan 100.000m3/hari (atas).

Kecepatan semburan dahsyat dan sangat merusak (violence and

desctructive eruption) pada level 180.000 (Ekstrim atas) dan 150.000

m3/hari (ekstrim bawah).

Perubahan mendasar intensitas semburan ini ditentukan terjadi pada April 2010. Sampai saat ini belum ada metoda perhitungan flow rate yang pasti, karena kondisi Lusi yang sangat tidak terduga, disamping tidak tersedia referensi di dunia.

(11)

11 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

i. Ketebalan lumpur dan Luas:

Berdasarkan pengukuran terbaru BPLS berkisar sekitar antara 8-17m. Pasca tanggul jebol di P 40, daerah terdampak dari luapan lumpur dapat terus dipertahankan tidak meluas dari Peta Area Terdampak 22 Maret 2007.

Dengan suatu kekecualian terjadinya aliran sungai “Mahakam P68” secara berkelanjutan, yang mengalir keluar melalui Meander Mahakam di pojok timur dari Punggungan Himalaya (Himalaya Ridge). Dimana akhirnya melalui saluran outlet masuk ke sistem Kali Ketapang. Sehingga memberikan dampak terhadap pendangkalan dan pencemaran bersumber darat (land based pollution) sepanjang aliran sampai ke hilir di daerah pertambakan.

j. Ekspansi mud volcano aktif:

Daerah semburan dan luapan aktif dari suatu tubuh mud volcano (active

mud volcano body), berada pada bagian tengah-atas dari Peta Area

Terdampak (PAT). Dengan ekspansi yang luar biasa di bagian Lereng Bawah, ke arah selatan menggenangi dataran dari Pond Utama. Mekanisme ini sendiri merupakan interval perulangan pengaliran lumpur panas ke selatan (Pond Utama) menggunakan Kanal Barat dari Tanggul Utama, pada kurun waktu tahun 2006-2009.

k. Intensitas geohazard:

Geohazard yang merupakan dampak berganda (multiplier impact) dari semburan dan luapan Lusi di luar PAT yaitu penurunan/amblesan tanah

(12)

12 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

(land subsidence), retakan dan patahan (fracture and fault), bualan (bubble) terdiri dari air, lumpur halus, dan gas metan.

Secara umum kecepatan amblesan telah mengalami penurunan drastis, dengan pola yang eksponensial (exponential subsidence decay). Sedangkan jumlah total bubble aktif juga telah mengalami penurunan yang signifikan, menjadi sekitar 16 dari jumlah sebelumnya total 240. Dan tidak ada hembusan gas metan dengan intensitas yang luar biasa.

l. Debat pemicu Lusi:

Kontroversi tentang penyebab dan pemicu semburan Lusi (causing and

trigerring Lusi eruption), sejak tahun 2011 telah menurun dengan

signifikan.

m. 3 Kelompok pemicu Lusi:

Secara umum pandangan dan pendapat tentang pemicu semburan Lusi telah terbelah menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

(13)

13 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

1) Lusi sebagai fenomena geologi dipicu oleh gempa bumi Yogyakarta 27 Mei 2006, yang terjadi dua hari sembelum semburan. Diikuti oleh reaktifasi dari Patahan Watukosek, selanjutnya terjadi fluidasasi dari sumber lumpur di Formasi Kalibeng (Kalibeng

Formation mud source). Akhirnya keluar melalui saluran pada

bidang patahan (fault plane) ke permukaan;

2) Lusi sebagai ledakan bawah permukaan (underground blowout), dipicu oleh kesalahan pada saat pelaksanaan pemboran dari sumur eksplorasi Banjar Panji-1; dan

3) Kombinasi dari kedua teori pemicu Lusi di atas.

n. Lusi sebagai mud volcano:

Walaupun masih terjadi kontroversi terkait asal usul semburannya

(eruption origin). Namun saat ini, berdasarkan kepada faktual dari postur

dan perilaku semburan, luapan dan morfologi, serta pengendali mekanismenya. Umumnya telah diterima dikalangan ahli kebumian dan publik secara lebih universal, bahwa Lusi merupakan suatu mud volcano aktif (active mud volcano). Dimana perkembangannya mengikuti kaidah dari suatu mud volcanism.

Dengan intensitas kecepatan pertumbuhan yang dahsyat, sehingga dalam waktu yang relatif pendek (2 tahun) sudah mengalami tahap amblesan. Bersamaan dengan proses pembentukan kaldera (caldera formation

process). Dalam kurun waktu yang paling cepat, bila dibandingkan

dengan ribuan mud volcano lainnya, yang saat ini eksis di dunia.

o. Faktor kedudukan tektonik:

Sebagian besar mud volcano di dunia tersebut, umumnya berlokasi di daerah yang dipengaruhi oleh mode deformasi tektonik kompresif

(14)

14 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

pertemuan antara lempeng-lempeng litosfera pada tepian tipe konvergen

(convergence margin type).

p. Semburan tidak dapat dihentikan:

Fakta di lapangan terkait kedahsyatan dari semburan Lusi, yang belum ada tandingannya di seluruh dunia. Dipadukan dengan beberapa parameter teknis dan non-tektis lainnya yang relevan, umumnya digunakan sebagai dasar pertimbangan dan pemilihan skenario bahwa semburan Lusi sudah sulit (difficult) sampai tidak bisa dihentikan

(unstoppable).

q. Semburan berlangsung lama:

Sebagai implikasi, berdasarkan hasil perhitungan yang umum membagi antara parameter volume reservoir lumpur (mud sources) dan flow

rate semburan yang konstan (umumnya masih menggunakan

100.000m3/hari).

Sehingga sampai pada perkiraan keadaan bahwa panjang umur semburan

(eruption longivity) Lusi dapat berlangsung lama. Dengan skenario

bervariasi antara 25-35 tahun.

Bila menggunakan pemodelan antara kecepatan amblesan (rate of

subsidence) versus kecepatan semburan, menghasilkan angka yang lebih

pendek sekitar 11-15 tahun. Namun tidak ada seorangpun yang dapat menentukan secara pasti, kapan Lusi akan tidur sementara atau selamanya. Karena banyak asumsi yang ditentukan, masih sangat bervariasi dan sulit ditentukan besarannya.

r. Harmoni lokasi forearc dan backarc:

Kedudukan geologi mud volcano Lusi juga unik yang sulit dicarikan tandingannya di dunia lain. Lokasi Lusi mud volcano yang menempati kedudukan busur belakang (back arc region), sangat berdekatan dengan Gunung Pananggungan (gunung magmatik) yang menempati kedudukan regional busur depan (forearc region) dari sistem Busur Sunda. Disamping itu, juga berdekatan dengan lapangan produksi gas alam (gas

production field) Wunut dan Tanggulangin. Namun dalam

perkembangannya saat ini semakin diyakini terdapat hubungan yang mesra antara sistem hidrotermal (hydroterrmal system) dari sistem gunung magmatik Penanggungan dengan Lusi mud volcano.

(15)

15 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

s. Potret mud volcano Lusi terkini:

Didasarkan pada analisis citra satelit bulanan CRISP diambil April, Juli dan Agustus 2013, memperlihatkan secara jelas suatu kenampakan suatu fenomena mud volcano Lusi yang sangat dinamis. Pusat Semburan (eruption centre) di bagian tengah memperlihatkan kawah dengan bighole di bagian tengah, dan mulut di bagian barat. Dengan membentuk pola aliran lumpur secara kipas, dari kawah ke Lereng Atas-Bawah.

(16)

16 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

t. Harmonisasi alam dan manusia

Potret mud volcano tersebut pada hakekatnya merupakan harmonisasi antara gaya geologi yang dahsyat berasal dari dalam bumi (interior of the

Earth) di satu sisi. Dengan di sisi lain, yaitu upaya manusia (human effort) untuk menanggulanginya di permukaan bumi. Baik dengan

membangun jaringan tanggul penahan luapan lumpur (dike network), dengan bervariasi panjang dan ketinggiannya. Maupun dengan mengalirkannya ke laut, dengan menggunakan energi bebas yang dimiliki oleh Kali Porong. Untuk itu, sepanjang Kali Porong telah dinormalisasikan, dan mulut dari sistem Delta Porong (Porong Delta system) telah dikeruk. Selanjutnyan hasil reklamasi telah membentuk suatu daratan (disebut Pulau Lumpur), dengan geometri yang memanjang kearah tegak lurus dari bagian Palung Dalam Selat Madura (Deep of Madura Trough).

(17)

17 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

u. Misi Nasional BPLS:

Badan Pelaksana, Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (selanjutnya disingkat BPLS) merupakan institusi Pemerintah, yang telah dibentuk pada tanggal 8 April 2007. Guna melaksanakan misi nasional strategis penanggulangan bencana Lusi.

Dengan empat tugas utama, yaitu: upaya penanggulangan semburan, pengaliran lumpur ke laut melalui Kali Porong, penanganan masalah sosial kemasyarakatan, dan penanganan dampak infrastruktur. Guna memulihkan sendi-sendi kehidupan masyarakat di sekitarnya, yang terkena dampak langsung atau tidak langsung.

v. Masalah mendasar:

yang dihadapi dalam mengemban misi penanggulangan Lusi, dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya:

1) Belum ada referensi yang tersedia untuk digunakan dalam penanggulangan suatu bencana yang ditimbulkan oleh semburan mud volcano, sebagaimana halnya dengan Lusi;

2) Semburan dan luapan lumpur panas sebagai pengendali mekanisme (driving force mechanism) kebencanaan Lusi, yang terus berlangsung dengan relatif tanpa henti dan dapat berlangsung dalam waktu yang panjang di satu sisi. Gejolak sosial kemasyarakatan yang berkepanjangan di sisi lainnya, harus ditangani secara simultan; dan 3) Di lapangan dari waktu ke waktu terjadi dinamika yang sangat cepat, sampai pada tingkat perubahan cukup mendasar terhadap arah kebijakan dan rencana operasional. Sehingga landasan hukum yang tersedia, yaitu Perpres 14/2007 tentang BPLS telah 4 kali telah diaktualisasikan terakhir Perpres 33/2013. Yang intinya suatu upaya untuk penuntasan penanganan masalah sosial kemasyarakatan pada wilayah 66 RT di luar PAT lainnya, dengan menentukan status sebagai Wilayah Tidak Aman (WTA).

w. Renstra BPLS:

Pada Rencana Strategi BPLS tahun 2010-2014 yang merepresentasikan suatu paradigma baru, telah ditetapkan visi penanggulangan bencana yang diakibatkan oleh mud volcano Lusi. Guna memulihkan sendi kehidupan masyarakat terdampak.

x. Harus melakukan respon cepat:

Bertolak dari tantangan faktual di lapangan yang menuntut dilakukannya respon cepat (quick respon), sehingga banyak pelajaran yang dapat

(18)

18 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

diperoleh dari proses learning by doing. Terkadang pilihan lebih baik berbuat sesuatu (do something) daripada tidak berbuat sesuatu (do

nothing).

y. Misi mengamankan masyarakat:

Penanganan semburan dan luapan di gunung Lusi, merupakan suatu medan perang utama (main battlefield), menjadi fokus utama. Guna mencegah meluasnya Peta Area Terdampak (PAT).

Untuk itu telah ditetapkan strategi, yaitu:

1) Membangun dan memperkuat Tanggul Lingkar Luar (outer ring

dikes), terutama sebagai antisipasi terjadinya subsidence yang

berkelanjutan; dan

2) Mengalirkan Lusi ke laut melalui media Kali Porong, dengan menerapkan berbagai metoda dan teknologi.

z. Kondisi yang diharapkan:

Kondisi harapan yang ingin dicapai sebagai outcome merupakan suatu impian-menuju kenyataan. Dalam hal ini melalui ikon ‘Dari Bencana ke Manfaat (DBKM)’.

Hal ini merupakan perwujudan dari suatu solusi ke depan, yang lebih komprehensif, integral dan holistik.

2. Paradigma baru Pemahaman Lusi Mud volcano

2.1 Makna dan Pemahaman sistem Lusi mud volcano:

Pemahaman terhadap sistem Lusi mud volcano (SLMV) saat ini, mempunyai arti penting sebagai alat bantu yang bernilai dalam menyusun

What Next, dan road map Penanggulangan Lusi ke depan.

Dikaitkan dengan posisinya sebagai, pengendali mekanisme kebencanaan Lusi. Sehingga dapat menimbulkan bahaya bagi warga disekitarnya.

Pada usia Lumpur Sidoarjo yang ke 7 tahun, 4 bulan para ilmuwan dengan berbagai disiplin, praktisi dari berbagai penjuru dunia, dan berbagai Institusi Pemerintah Indonesia. Secara independen atau kolektif telah melaksanakan serangkaian kegiatan penelitian dan melakukan studi atau kajian untuk membahas empat aspek utama, yaitu:

(1) Kondisi aktual Lusi mud volcano pada umumnya,

(2) Khususnya pemahaman terhadap sistem Lumpur Sidoarjo, (3) Skenario umur kehidupan Lusi, dan

(19)

19 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

Sebagai suatu catatan penting sekaligus menjawab pertanyaan mendasar terkait What Next Lusi. Dari pertimbangan terhadap lesson learnt di seluruh dunia, sehingga para akhli kebumian sudah mengkristal pandangannya bahwa Lusi sebagai suatu mud volcano terbesar di

dunia.

Sehingga dipersepsikan bahwa semburan Lusi tidak perlu, tidak dapat, bahkan sudah terlambat untuk dapat dihentikan. Oleh karena itu tidak ada sama sekali pembahasan untuk hal tersebut.

2.2 Fokus pada Sistem Lusi yang berkembang saat ini

Pasca Simposium Internasional Lusi (25-26 Mei 2011) yang diselenggarakan atas kerangka kerjasama BPLS dan Humanitus Sidoarjo Fund (Australia). Para ilmuwan lebih memfokuskan perhatian pada pemahaman terhadap sistem Lusi, sebagaimana yang saat sekarang ini berkembang.

Sehingga secara umum tidak lagi semata-mata memikirkan terhadap penyebab dan pemicu semburannya.

Kekecualian adalah publikasi terkini, dihasilkan sebagai dari kolaborasi antara ilmuwan dari Jerman dan Swiss (Lupi dkk., 2003).

(20)

20 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

Dimana kesimpulannya kembali telah membuat kejutan. Dengan temuan terbaru, bahwa Lusi ditentukan sebagai fenomana alam, dipicu oleh gempabumi Yogyakarta, namun dengan rasionalisasi yang baru.

2.3 Temuan baru yang paling signifikan

Temuan baru yang paling signifikan (most significant new finding) tentang sistem LUSI (the LUSI system) dan Implikasinya, antara lain:

Lusi fenomena alam dipicu oleh gempabumi Yogyakarta 2006:

Lupi (2013) menyimpulkan bahwa adanya lapisan yang memiliki akustik impedan yang tinggi, dengan geometri seperti parabola yang berperan sebagai pemantul. Selanjutnya memusatkan dan memantulkan gelombang gempa tersebut, sehingga terjadi fluidasasi dan akhirnya keluar ke permukaan melalui Patahan Watukosek;

Penurunan intensitas amblesan secara eksponensial:

Rudolph (2013) menyimpulkan bahwa pasca 2009 intensitas kecepatan amblesan berdasarkan Citra Insar dan GPS, telah mengalami penurunan yang sangat signifikan dengan pola eksponensial. Dengan kecepatan amblesan pada tingkat beberapa sentimeter per tahun. Diasumsikan bahwa deformasi vertikal yaitu amblesan, mempunyai korelasi dengan tekanan overpressure di daerah sumber gas. Dimodelkan bahwa kecepatan semburan tahun 2017 sekitar 1000m3/hari, berada pada tingkat yang terkelola;

(21)

21 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

Lusi sistem dalam, sebagai sistem hidrotermal baru:

Mazzini (2012) dari hasil studi geokimia yang komprehensif telah menyimpulkan bahwa Lusi sebagai suatu sistem dari hidrotermal baru lahir, yang mempunyai hubungan langsung dengan sistem gunung magmatik di selatannya. Menegaskan bahwa Lusi sebagai sistem mud volcano yang tidak lumrah dari apa-apa yang telah dipahami sebelumnya, fluida dari kedalaman yang besar, dengan air berasal dari sumber eksternal.

Peningkatan intensitas semburan:

Badan Geologi KESDM (2013), sebelumnya juga telah mendapatkan bukti bahwa sumber fluida Lusi mempunyai hubungan dengan sistem gunung magmatik dari kedudukan tektonik busur depan.

(22)

22 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

Atas temuan kandungan gas Helium dan umur dari air formasi Lusi ditentukan sekitar 40.000 tahun.

Pada Ekspedisi Agustus 2013 ke Gunung Lusi, Tim Badan Geologi telah menyimpulkan. Terdapat bukti kuat dari lapangan, terhadap adanya peningkatan intensitas dari semburan-luapan Lusi. Bila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2012.

Dalam kaitan ini Tim BDG juga telah menemukan adanya aliran lumpur padu di utara Lusi. Dengan karakteristik terdapat material di permukaan seperti bubur diselingi lapisan lumpur halus, selanjutnya dianalogikan dengan aliran lava di Hawai (disebut Hawai-Lusi).

Tahun 2010, Badan Geologi juga secara resmi telah menyampaikan laporan ke Presiden RI. Dinyatakan bahwa intensitas semburan Lusi telah menurun drastis. Demikian pula karakteristik umum dan perilaku semburan mengalami perubahan secara mendasar. Dari rata-rata suatu aliran lumpur panas yang berlanjut dengan kecepatan aliran sekitar 100.000m3/hari berubah menjadi sekitar 25.000m3/hari. Dengan material didominasi air yang dialirkan dari kali-kali radial, diselingi oleh muntahan lumpur pekat bersifat temporal. Perilaku semburan yang berlanjut dan merusak (violence eruption), selanjutnya telah berubah menjadi semburan tipe bersiklus geyser. Menunjukkan kecenderungan ke tahap yang lebih terkendali (managable eruption).

Kontrol struktur regional Jawa, pada sumbu panjang Kawah Lusi:

Davies (UK) mengusulkan telah terjadi perubahan arah sumbu panjang Kawah Lusi, yang sebelumnya timurlaut-tenggara mengikuti arah Patahan Watukosek.

Pada tahun 2011 telah berubah menjadi timur-barat, mengikuti arah sumbu tektonik regional Pulau Jawa. Sebagai implikasi intensitas deformasi menguat di pada sektor barat (Siring) dan timur Lusi.

Davies juga berhasil melakukan pemodelan umur panjang semburan Lusi, dengan menggunakan metoda sumber air dari reservoir di batugamping Formasi Kujung menghasilkan umur 26 Tahun.

Perubahan Anatomi Lusi mud volcano:

Tingay (Australia) telah mengusulkan perbaikan terhadap tatanan stratigrafi di bawah Lusi.

Khususnya mengusulkan satuan welded tuff sebagai hasil ekstrusi volcanik, untuk menggantikan satuan batupasir klastik volkanik. Sedangkan satuan batugamping Formasi Prupuh yang berumur lebih muda dengan porositas tinggi, untuk menggantikan batugamping Formasi Kunjung;

(23)

23 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

Temuan mud diapir purba:

Kadurin (Rusia) menyatakan bahwa Tim Kebumian Rusia, telah berhasil menemukan berkembangnya dua struktur lumpur tua (paleo mud diapir) di dekat lokasi Lusi mud volcano. Temuan diapir lumpur tersebut, didasarkan pada evaluasi GIS 3-d. Namun masih menggunakan seismik refleksi yang lama, sebelum terjadinya semburan.

Tim Rusia sangat mendukung pemicu Lusi oleh gempabumi, namun menekankan peran penting dari mekanisme gempabumi tahun 2005 (sebelum Gempabumi Yogyakarta). Sedangkan gempabumi 29 Mei 2006, disebutnya hanya sebagai kick off untuk pememicu akhir dari semburan Lusi.

(24)

24 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

2.4 Pendalaman Lusi sebagai sistem hidro-termal yang baru lahir

Karena studi terakhir telah menyediakan suatu bukti yang kuat, bahwa LUSI adalah sistem hidrotermal yang baru lahir. Dimana pada kondisi ini Lusi mempunyai hubungan yang mesra dengan sistem saluran magmatik busur vulkanisme (links to magmatic plumbing of arc volcanism). Disamping itu fenomena ini juga merupakan suatu fenomena geologi yang jarang terjadi di dunia. Sehingga dipandang perlu untuk didalami pemahamannya, karena akan mempunyai implikasi yang luas. Beberapa bagian penting adalah:

Kaitan langsung dengan komplek volkanik:

Diusulkan adanya kaitan yang langsung antara Lusi mud volcano dengan komplek vulkanik Arjuno Welirang yang ada didekatnya;

Sumber fluida eksternal berada pada kedalam 4400m:

Sumber fluida berada pada kedalaman sekitar 4400 m, yaitu batuan sumber dari satuan batuan Formasi Ngimbang (the Ngimbang source rock

Unit). Hal ini konsisten dengan kondisi suatu alternatif cairan berasal dari

sumber eksternal. Juga sekaligus mengesampingkan pandangan sebelumnya, bahwa sumber cairan eksternal berasal dari satuan batugamping Kujung.

Perubahan semburan lusi sebagai siklus geyser (2010):

Perilaku Lusi telah berubah pada tahun 2010 menjadi sebuah sistem geyser (geyser system), dengan siklus erupsi semi-periodik pada setiap siklusnya. Material yang disemburkan sebagian besar adalah air (70:30). Perilaku geyser dan adanya penurunan volume lumpur yang diekstrusikan, telah menjadi dasar pembuktian untuk mengindikasikan suatu sumber cairan yang besar berkedudukan dalam. Disamping itu terdapat kondisi stabilitas struktur dari lapisan sumber lumpur.

Pemanfaatan sebagai energi hijau:

Pakar geotermal Indonesia, Sudarman menyarankan Jika, pada kenyataannya, Lusi sebagai suatu sistem hidrotermal yang baru lahir, dengan besarnya jumlah pasokan air panas. Yang berhubungan langsung dengan kompleks Arjuno Weliran. Sehingga membuka peluang untuk mengembangkan Lusi sebagai sumber energi hijau (green energy

(25)

25 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

3. Postur Lusi mud volcano Agustus-Oktober 2013

3.1

Data dan Informasi Aktual

Melalui ekspedisi “Ofensif Musim Panas” (EOMP) telah dapat dilakukan kegiatan pemantauan postur dan perilaku semburan Lusi mud volcano secara lebih efektif. Karena sebagian besar wilayah Lusi telah dapat dijelajahi, kekecualian terbatas pada beberapa lokasi di daerah aliran lumpur aktif yaitu di barat (Siring), baratdaya (Jatirejo), dan selatan (P25 dan Pond Utama).

EOMP telah menghasilkan data dan informasi yang sangat bernilai, sehingga dengan diintegrasikan data dari Citra Satelit terakhir (CRISP 7 Agustus), dapat memperkuat rasionalisasi pengelolaan resiko bahaya saat ini. Maupun antisipasi musim hujan 2013-2014, yang akan berlangsung dalam waktu dekat ini (dirediksi pertengahan Oktober).

Hal ini juga diperkuat oleh hasil survei dari beberapa instansi terkait, antara lain Badan Geologi KESDM dan Perguruan Tinggi dalam dan luar negeri.

3.2. Antara Pengendali dan Resiko Bencana

Beberapa hal penting dalam upaya pemahaman terhadap kaitan antara postur-perilaku semburan dan pengelolaan resiko bahaya (risk disater management), antara lain:

(26)

26 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

1) Secara umum pada umur 7 tahun 4 bulan, Lusi masih memperlihatkan dinamikanya yang progresif;

2) Postur dan perilaku semburan pada September 2013 menunjukkan indikasi peningkatan intensitasnya, dibandingkan dengan beberapa bulan kebelakang. Khususnya bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2012;

Sebagai indikator utama, yaitu: (a) Semburan dengan pola geyser telah berkembang maksimum menjadi 4 titik, namun lebih stabil 2 titik; (b) Luapan lumpur pekat tipe “Hawai-Lusi” dan ”Hotmix-Lusi” terutama bagian Lereng Atas bagian barat Lusi. Sedangkan yang ekstrim adalah lidah dari luapan berbentuk kipas (fan shape) dari lumpur pekat Hawai-Lusi sudah mencapai Zona Barata (Barat) dan P68 (utara); (c) Aliran banjir bandang lumpur encer “coklat” berulang terjadi di sektor P25; dan (d) Aliran air dari sungai-sungai utama pada musim panas terus mengalir dengan relatif deras.

3.3. Kecenderungan Pemahaman terhadap sistem Lusi mud

volcano

Secara global berdasarkan kemajuan penelitian terkini dari para pakar kebumian manca negara, dirangkai benang merah bahwa:

1) Lusi sebagai mud volcano yang khusus (atype mud volcano), sehingga mempunyai perbedaan dari mud volcano yang umum (type

of mud volcano). Selanjutnya merupakan suatu sistem yang dalam

(deep mud volcano system), lebih dalam dari pemahaman sebelumnya dimana sumber air diperkirakan dari batugamping Formasi Kunjung-1;

(27)

27 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

2) Semburan Lusi dengan tipe geyser yang berlanjut, hanya mungkin dikendalikan oleh adanya hubungan yang mesra dengan sistem gunung magmatik Penanggungan-Welirang di selatannya;

Perkembangan secara genetik, Lusi merupakan suatu sistem hidrotermal yang baru lahir (a new born hydrothermal system). Panjang umur kehidupan semburan (eruption longevity) relatif lama. Perkiraan sampai tahap dapat dikelola (managable) dengan kisaran optimis 11-26 tahun.

3.4 Hasil Operasi Musim Panas

Dalam rangka mengoptimalkan musim panas yang sangat terik, telah dapast dioptimalkan operasi musim panas. Yang juga telah diwarnai dengan beberapa pemecahan rekor baru penjelajahan/ekspedisi gunung LUSI yang tercatat pada Log Book BPLS, antara lain:

(1) Bike to Work Lusi Sektor Siring:

Penjelajah Gunung Lusi dengan sepeda dilaksanakan secara “solo” oleh Hardi Prasetyo (6 Oktober) disebut Ekspedisi Dishub, dengan fokus sektor Osaka, Barata, Siring dan Jatirejo.

Ekspedisi Dishub telah dapat menghasilkan data pendukung yang bernilai untuk antisipasi potensi bahaya musim hujan, antara lain:

• Perilaku semburan ganda dengan pola geyser dari lokasi terdekat dengan Kawah Lusi;

(28)

28 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

• Pola aliran hotmix dan hawai di zona aliran Barata-Siring, selatan dari Zona Deformasi Putul-Osaka-TAS;

• Lintasan lengkap dari hulu ke hilir kali Siring sampai masuk ke sistem Palung Siring;

• Karakteristik Palung Siring pada musim kering, dan batasnya dengan Lereng Bawah. Dimana sebagian besar menunjukkan telah mengalami deformasi, longsor atau rayapan kearah palung; dan • Indikasi awal rayapan membentuk punggungan diselingi palung

radial, merupakan lanjutan proses tahun 2011. Saat ini telah dialiri lumpur aktif yang mengalir memotong struktur punggungan.

(2) Mandi Lumpur (mud spa):

Sehubungan dengan kunjungan wartawan dari Inggris telah kembali digulirkan even mandi lumpur (mud spa).

Pada 3 Oktober 2013, mandi lumpur dilaksanakan di lokasi Hawaii, hulu Kali P68B. Sehingga secara bersamaan dapat diamati fenoma terkait: (1) hulu kali P68B yang relatif paling dekat; (2) hamparan lumpur pekat

(29)

29 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

Hawaii, diperkirakan terjadi pada bulan Agustus 2013; dan (3) Lokasi strategis dapat memandang ke Himalaya, Nirwana.

(3) Peneliti ITS di sektor Siring:

Sungkono kandidat Doktor dari Fisika ITS, tanggal 4 Oktober telah mulai melakukan serangkaian penyelidikan geofisika, bersinergis dengan Tim Survei di bawah Deputi Operasi.

Fokus utama adalah pada Sektor Siring, menggunakan teknologi GPS dan VLF, yang akan dilanjutkan dengan GPR dan Geolistrik.

(30)

30 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

(4) Survei GPS Tim BPLS:

Telah dilakukan dengan menjelajah sebagian besar dari tubuh Lusi mud volcano, sambil melakukan pengukuran GPS tracker oleh jajaran Perencanaan Operasi BPLS. Sebelumnya kebanyakan pengukuran GPS dilakukan terbatas dari tanggul penahan luapan lumpur. Dengan sendirinya akan memberikan hasil kualitas dan tingkat akurasi yang lebih tinggi. Hal ini menjadi sangat strategis sebagai alat bantu dalam upaya menghitung volume lumpur padu, berdasarkan time series bentukan morfologi secara lebih akurat;

(5) Bike to Work Lusi sektor Reno:

Pada 21 Septembar 2013 telah dilakukan penjelajahan Lusi dengan sepeda ontel yang dapat mencapai jauh di Lereng Atas bagian timur Lusi mud volcano. Antara lain: a) dapat menyusuri Kali Reno Tengah dari hulu sampai ke hilir, b) dapat mengamati wilayah muara kali yang telah membentuk sistem delta aktif yang spektakuler, dan c) baru pertama kalinya sepeda bisa naik ke atap Rumah Perahu, yang selama ini dalam kondisi tergenang atau basah;

(31)

31 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

(6) Kunjungan Seskoad ke Nirwana:

Rombongan tamu berjumlah besar dari SESKOAD (14 September), untuk pertama kalinya dapat menyaksikan keunikan semburan Geyser-Lusi dari tempat paling dekat dengan Kawah Lusi di sektor utara Dome. Dilanjutkan dengan menjelajah ke Nirwawa-Lusi di selatan P68T dengan menggunakan kendaraan mobil. Dari Nirwana Rombongan dapat menyaksikan harmonisasi satu-satunya di dunia semburan Geyser-Lusi yang berada pada kedudukan busur belakang (backarc) saling tumpang susun dengan gunung api magmatik Penanggungan, yang menempati kedudukan busur depan (forearc) dari sistem Busur Sunda. Diantaranya terdapat Gawir Watukosek, dimana telah banyak diusulkan sebagai bagian dari Bidang Patahan Watukosek;

(7) Ibu Frida kandidat Doktor dari Australia:

Ibu Frida telah ditetapkan sebagai “Srikandi Lusi”, karena dapat menjelajah Lusi dari Dome (selatan), menyusur Kali P68B, mengamati Himalaya-Lusi yaitu Punggungan Akrasi di utara Jebolan Tanggul P68, selanjutnya menyusur Lembah Himalaya menuju titik akhir di P68T; dan

(32)

32 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

(8) Ibu Ani dari Badan Geologi KESDM:

Kandidat Doktor dari University of Hawaii, berhasil memegang rekor

“grand slamp” sebagai Srikandi Lusi. Dalam dua hari berturut-turut telah

dapat menjalajah beberapa wilayah terpilih di Lusi.

Untuk melakukan pengamatan khususnya terhadap debit aliran lusi, mengambil contoh lumpur, air dan gas pada lokasi-lokasi, yaitu: (a) Utara dan timur Dome P 25; (b) Nirwana-Lusi di sektor P68T; (c) Menemukan hamparan lumpur pekat dengan material seperti bubur, menyerupai Lava Hawai di batas Lereng Atas P68B; (d) Menyusuri Kali P68B sampai di Kali “Mahakam”, dengan lebar mencapai 5 m dalam 2,5m yang berada pada batas utara dari Himalaya-Lusi; dan (e) Menjelajah bagian tenggara Lusi di timur Kali P43, sampai mencapai “Rumah Perahu’, dimana belum pernah sebelumnya dikunjungi oleh pengunjung apalagi wanita.

Hal-hal di atas telah menunjukkan indikasi bahwa pada Musim Kering/Panas 2013, Pemantauan Postur dan perilaku semburan Lusi mud volcano, serta Pengelolaan Potensi Ancaman dapat ditentukan secara lebih obyektif dan efektif.

(33)

33 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

(34)

34 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

4. Evaluasi Risiko Bahaya, Saat ini dan Ke depan

4.1 Pengendali Bencana

Postur Lusi mud volcano dengan bentuk morfologi suatu kubah tidak simetris (asymetrical dome), telah menunjukkan dinamamika yang luar biasa.

Terutama dicirikan oleh kecenderungan meningkatnya muntahan lumpur pekat tipe “Hawai-Lusi” dan “Hotmix-Lusi”, yang menutupi permukaan di Kawah Luar sampai Lereng Bawah bagian barat.

Pergerakan lumpur bersifat lokal mulai berkembang Lereng Bawah di timurlaut-timur, di batas dengan Palung Siring utara, dll,. Hal ini terjadi terutama karena gradien topografi yang signifikan dan adanya perbedaan kekerasan antara lumpur di permukaan dan di bawahnya.

Demikian juga telah berlangsung ekspansi Lereng Bawah yang menakjubkan, khususnya di selatan Lusi. Sehingga Pond Utama di timur Dome saat ini mengalami pengisian lumpur dengan intensitas yang relatif cepat.

Sementara itu perilaku semburan diindikasikan telah mengalami peningkatan, dicirikan oleh fenomena semburan berganda, terbanyak 4 titik. Namun yang stabil adalah 2 titik. Semburan berlanjut tipe geyser, juga disertai dengan kick lumpur. Sehingga pada ekspedisi gunung Lusi yang terkini (September 2013) telah direkam terjadinya luapan lumpur yang baru, encer-pekat di sektor tenggara dari Kawah Lusi (Arah P43).

(35)

35 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

4.2 Pengkajian Resiko Bahaya

Pengelolaan resiko bahaya September 2013 menempatkan peringkat intensitas:

(1) Sepanjang Barata-Siring:

Di sektor barat mud volcano. Dimana dari lessons learnt September 2011 menunjukkan bahwa, fenomena rayapan disertai pembentukan “struktur buaya” (punggungan silinder bersisik) berpotensi terjadi pada musim kering. Hal ini terutama berpotensi terjadi bila terdapat gradien topografi yang signifikan;

(2) Potensi bahaya pada musim hujan

Semakin memperkuat posisi sektor Siring-Jatirejo sebagai peringkat atas, dengan rasionalisasi:

a. Sumbu panjang Kawah Lusi, menjadi lebih berarah umum timur-barat, pada tahun-tahun awal semburan lebih berarah timurlaut-baratdaya;

b. Semburan ganda (terkadang 4 titik) , salah satunya semakin mendekat ke barat;

c. Luapan lumpur pekat tipe hotmix dan hawai terdapat di Lereng Atas terutama di sektor barat terhadap kawah, salah satu lidah hotmix kira-kira berada 120 m dari outlet Pompa Barata;

d. Kurang lebih 4 sungai utama di sektor Siring (P10-P21) umumnya mengalir secara berlanjut ke arah barat;

(36)

36 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

e. Palung Siring (Siring Trough) berarah utara-selatan, melebar ke selatan dari sektor Barata-Jatirejo. Saat ini telah berkembang sebagai kesatuan dari beberapa daerah depresi.

Sebagai konsekuensi Palung Siring, secara berlanjut menjadi daerah tampungan sedimen yang di bawa oleh sistem sungai mengalir ke barat; dan

f. Batas Lereng Bawah dengan Palung Siring terutama bagian utaa telah mengalami deformasi, dengan indikasi rayapan ke arah palung; g. Pada Lereng Bawah sektor Barata, telah terindikasi aktivasi

punggungan radial sempit, dampak dari adanya pengaktifan kembali. Sehingga indikasi di atas telah memberikan dampak terhadap ancaman yaitu: (a) limpas pada titik terendah di Candi Oksigen, dan (b) potensi rayapan dan longsoran dengan pembentukan punggungan radial dan potensi dorongan horisontal pada titik optimal tekanan horisontal di P22. h. Palung Jatirejo (Jatirejo Trough) yang berada di selatan dari Palung

Siring dan pada bagian barat dari wilayah kerja kapal keruk. Saat ini juga sudah digenangi lumpur halus, yang memadat. Sehingga pengaliran lumpur dari Palung Siring secara alami, untuk mengurangi ancaman tersebut, menjadi kurang efektif.

i. Operasi kapal keruk saat ini juga mengalami berbagai kendala dan hambatan. Sehingga belum atau kurang dapat mengantisipasi terjadinya pendangkalan pada Palung Siring-Jatirejo.

(37)

37 Dikontribusikan oleh: Dr. Hardi Prasetyo, Kajian berdimensi Strategis (Komprehensif, Integras dan Holistik)

(3) Pada wilayah operasi kapal keruk di barat (P25) dan timur (P43),

Potensi bahaya yang konvensional, karena kegiatan kapal keruk telah membentuk kubangan melingkar atau “crop circle” dan telah menunjukkan indikasi awal terjadinya longsoran. Atau bila di Lereng Atas mulai terbentuk luapan lumpur yang sistemik.

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013.. 1 , * Sri Mulyati

dilakukan pengoperasian reaktor pada daya 15 MW dengan 6 atau 7 blower pada sistem pendingin sekunder sampai kondisi stabil kemudian dilakukan kalibrasi daya

Layanan Voice Over IP (VOIP) saat ini mulai banyak digunakan oleh masyarakat. Kebutuhan akan tingkat QoS yang baik pada layanan ini sangatlah dibutuhkan untuk

In order to make the shell a bit more context-sensitive, we can alter the completion behavior for the cd command using the ignore-parents , parent , and pwd options:.

Rancangan halaman burung merupakan halaman yang memasukkan jenis- jenis burung yang berupa link untuk pindah kehalaman berikutnya, seperti halaman burung alap-alap.htm,

Tingkat pencegahan pencegahan ini ini dapat dapat dilakukan dilakukan pada pada fase fase penyakit penyakit yang yang sudah.. sudah lanjut lanjut atau atau fase

Srikandi dengan Pihak Susilawati setelah tanggal 14 Juni 2011 merupakan perbuatan melawan hukum (melanggar hak orang lain) dengan demikian pengikatan perjanjian jual beli

Tidak terdapat hubungan antara asupan energi, frekuensi antenatal care dengan kejadian anemia pada ibu hamil dan terdapat hubungan ketaatan konsumsi tablet fe