• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. istilah ini, baik narkoba, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. istilah ini, baik narkoba, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Semua istilah ini, baik “narkoba”, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah diluar batas dosis.

2.1.1 Pengertian Narkoba

Narkoba adalah bahan/zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia,baik secara oral/diminum,dihirup,maupun disuntikkan dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan serta prilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (ediksi) fisik dan psikologis (Kurniawan, 2008).

2.1.2 Jenis-Jenis Narkoba dan Efek Narkoba

Jenis-jenis narkoba dan efek yang ditimbulkan narkoba adalah sebagai berikut:

1. Ganja/ Mariyuana/ Kanabis

Tanaman perdu dengan daun menyerupai daun singkong dan berbulu halus, jumlah jarinya selalu ganjil, yaitu 5,7,9. Cara penyalahgunaannya adalah dengan mengeringkan dan dicampur dengan tembakau rokok atau langsung dijadikan

(2)

rokok lalu dibakar dan dihisap. bahan yang digunakan dapat berupa daun, biji maupun bunga. Dibeberapa daerah Indonesia yaitu di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, pulau Jawa dan lainnya, akibat dari menggunakan narkoba adalah berpariasi tergantung dari jumlah, jenis cannabis serta waktu cannabis dipakai. Beberapa efek dapat termasuk euforia, santai, keringanan stres dan rasa sakit, nafsu makan bertambah, kerusakan pada kemampuan bergerak, kebingungan, hilangnya konsentrasi serta motivasi berkurang.

2. Kokain

Adalah tanaman perdu mirip pohon kopi, buahnya yang matang berwarna merah seperti biji kopi, kokain merupakan hasil sulingan dari daun koka yang memiliki zat yang sangat kuat, yang tumbuh di Amerika Tenggah dan Amerika Selatan. Sedangkan kokain freebase adalah kokain yang diproses untuk menghilangkan kemurnian dan campurannya sehingga dapat dihisap dalam bentuk kepingan kecil sebesar kismis. Salah satu bentuk populer dari kokain adalah crac, kokain menimbulkan risiko tinggi terhadap pengembangan ketergantungan fisik dan fisiologis, prilaku yang lazim selama dibawah pengaruh kokain dapat termasuk hiperaktif, keriangan, dan bertenaga, ketajaman perhatian, percaya diri dan kegiatan seksual yang meningkat. Pengguna juga dapat berprilaku tidak berpendirian tetap, merasa tidak terkalahkan dan menjadi agresif dan suka bertengkar. Kondisi yang dapat mematikan dapat terjadi dari kepekaan yang tinggi terhadap kokain atau overdosis secara besar-besaran. Beberapa jam setelah pemakaian terakhir, rasa pergolakan dan depresi dapat terjadi.

(3)

3. Opium

Adalah bunga dengan bentuk dan warna yang sangat indah, dari getah bunga opium dibuat candu (opiat), dahulu di Mesir dan Cina digunakan untuk pengobatan, menghilangkan rasa sakit oleh tentara yang terluka akibat perang dan berburu, opium banyak tumbuh didaerah “ segi tiga emas” Burma, Kamboja, Thailand dan segitiga emas Asia Tengah, Afganistan, Iran dan Pakistan. Penggunaan jangka panjang mengakibatkan penurunan dalam kemampuan mental dan fisik, serta kehilangan nafsu makan dan berat badan.

4. Alkohol

Adalah zat aktif yang terdapat dari berbagai jenis minuman keras. merupakan zat yang mengandung etanol yang berfungsi memperlambat kerja sistem saraf pusat, memperlambat refleks motorik, menekan pernafasan, denyut jantung dan mengganggu penalaran dan penilaian. Meskipun demikian apabila digunakan pada dosis rendah alkohol justru membuat tubuh merasa segar (bersifat merangsang).

Minuman ini terbagi dalam 3 golongan, yaitu

a. Golongan A yaitu berbagai minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 1% s/d 5%. Contoh minuman keras adalah : bir, greensand, dan lain-lain b. Golongan B yaitu berbagai jenis minuman keras yang mengandung kadar

(4)

c. Golongan C yaitu berbagai jenis minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 29% s/d 50%. Contoh adalah Brandy, Vodka, Wine, Drum, Champagne, Wiski, dan lain-lain.

5. Amfetamin

Amfetamin pertama dibuat di Jerman pada akhir abad ke-19 tetapi baru dipatenkan pada 1930-an. Pada 1940-an amfetamin mulai dipakai sebagai terapeutik untuk berbagai macam kondisi medis seperti ayan, depresi dan untuk anak yang hiperkinetik. Merupakan zat perangsang sintetik yang dapat berbentuk tablet, kapsul serta bentuk lainnya yang digunakan untuk kepentingan medis. Amfetamin tersedia dalam merk-merk umum dalam bentuk dexamphetamin (dexedrine) dan pemoline (volisal). Efek amfetamin biasanya hilang setelah 3-6 jam dan pemakai dapat secara tiba-tiba menjadi lelah, suka marah, murung dan tidak bisa konsentrasi, peningkatan kewaspadaan, peningkatan tenaga dan kegiatan, mengurangi nafsu makan dan kepercayaan diri. Penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan malnutrisi, kelelahan, depresi dan psikosis. Kematian yang diakibatkan penggunaan obat perangsang jarang terjadi tetapi lebih mungkin jika amfetamin disuntikkan.

6. Sedatif

Adalah merupakan zat yang dapat mengurangi berfungsinya sistem syaraf pusat. Dapat menyebabkan koma, bahkan kematian jika melebihi takaran.

(5)

7. Ekstasi/ Dolphin/ Black Hear/ Gober/ Circle K

Sering digunakan sebagai alat penghayal tanpa harus berhalusinasi. tablet ini diproduksi khusus untuk disalahgunakan yaitu untuk mendapatkan rasa gembira, hilang rasa sedih, tubuh terasa fit dan segar. Dari kasus-kasus yang ada memperlihatkan bahwa ekstasi dapat memperlemah reaksi daya tahan tubuh, ada pengaruh terhadap perubahan menstruasi, termasuk ketidak teraturan menstruasi dan jumlah yang lebih banyak atau amenorhoe (tidak haid). Ekstasi merusak otak dan memperlemah daya ingat. Ekstasi merusak mekanisme di dalam otak yang mengatur daya belajar dan berpikir dengan cepat. Terbukti dapat menyebabkan kerusakan jantung dan hati. Pemakai teratur telah mengakui adanya depresi berat dan telah ada kasus-kasus gangguan kejiwaan (Partodiharjo, 2008).

8. Shabu-shabu

Merupakan kombinasi baru yang sedang laris, berbentuk bubuk mengkilat seperti garam dapur, shabu berisi metapetamin yang dicampur dengan berbagai psikotropika. Pemakai yang kronis akan tampak kurus, mata merah, malas mandi, emosi labil, dan loyo. Beberapa kasus menunjukkan dampak shabu-shabu yaitu menyebabkan orang menjadi ganas, serta meningkatkan kepercayaan diri yang tinggi berbuntut tingkah laku yang brutal.

9. Kafein

Merupakan zat perangsang yang dapat ditemukan dalam obat generik, kopi, teh coklat atau makanan bersoda.

(6)

10. Tembakau

Merupakan daun–daunan pohon tembakau yang dikeringkan dan pada umunya diproduksi dalam bentuk rokok. Nikotin, terdapat ditembakau, adalah salah satu zat yang paling adiktif yang dikenal. Nikotin adalah perangsang susunan saraf pusat (SSP) yang mengganggu keseimbangan neuro pemancar. menyebabkan penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, nafsu makan berkurang, menimbulkan emfisema ringan, sebagian menghilangkan perasaan cita rasa dan penciuman serta memerihkan paru. Penggunaan tembakau jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru, jantung dan pembuluh darah, dan menyebabkan kanker (Alatas H. Mardiono, 2006)

2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Penggunaan Narkoba

Beberapa faktor penyebab penggunaan narkoba, antara lain: 1. Tersedianya Narkoba

Permasalahan penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba tidak akan terjadi bila tidak ada narkobanya itu sendiri. Dalam pengamatan ternyata banyak tersedianya narkoba dan mudah diperoleh. Hawari (1990) dalam penelitiannya menyatakan bahwa urutan mudahnya narkoba diperoleh (secara terang-terangan, diam-diam atau sembunyi-sembunyi) adalah alkohol (88%), sedatif (44%), ganja, opiot dan amphetamine (31%).

Menurut Gunawan (2009) faktor tersedianya narkoba adalah ketersediaan dan kemudahan memperoleh narkoba juga menjadi faktor penyebab banyaknya pemakai narkoba. Indonesia bukan lagi sebagai transit seperti awal tahun 80-an, tetapi sudah

(7)

menjadi tujuan pasar narkotika. Para penjual narkotika berkeliaran dimana-mana, termasuk di sekolah, lorong jalan, gang-gang sempit, warung-warung kecil yang dekat dengan pemukiman masyarakat.

2. Lingkungan

Terjadinya penyebab penyalahgunaan narkoba yang sebagian besar dilakukan oleh usia produktif dikarenakan beberapa hal, antara lain :

a. Keluarga

Menurut Kartono dalam Wina (2006) keluarga merupakan satu organisasi yang paling penting dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga didalam masyarakat yang paling utama bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan sosial dan biologis anak manusia.

Penyebab penggunaan narkoba salah satunya adalah keluarga dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) pengguna narkoba b. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada jalan keluar yang

memuaskan semua pihak dalam keluarga. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.

c. Keluarga dengan orang tua yang otoriter, yang menuntut anaknya harus menuruti apapun kata orang tua, dengan alasan sopan santun, adat-istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri tanpa memberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidak setujuan.

(8)

d. Keluarga tidak harmonis

Menurut Hawari dalam Wina (2006), keluarga harmonis adalah persepsi terhadap situasi dan kondisi dalam keluarga dimana didalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga dan diwarnai kasih sayang dan rasa saling percaya sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara seimbang.

b. Masyarakat

Kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan, dapat menjadi faktor terganggunya perkembangan jiwa kearah perilaku yang menyimpang yang pada gilirannya terlibat penyalahgunaan/ketergantungan narkoba.

Lingkungan sosial yang rawan tersebut antara lain :

1. Semakin banyaknya penggangguran, anak putus sekolah dan anak jalan. 2. Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malam bahkan hingga dini

hari dimana sering digunakan sebagai tempat transaksi narkoba.

3. Banyaknya penerbitan, tontonan TV dan sejenisnya yang bersifat pornografi dan kekerasan.

4. Masyarakat yang tidak peduli dengan lingkungan.

5. Kebut-kebutan, coret-coretan pengerusakan tempat-tempat umum.

6. Tempat-tempat transaksi narkoba baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

(9)

3. Individu

Faktor individu meliputi beberapa hal, antara lain: a. Harga Diri

Menurut Coopersmith dalam Eka (2006), harga diri adalah Aspek kepribadian yang penting sebagai penilaian yang dibuat individu terhadap dirinya sendiri. Harga diri yang tinggi akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Harga diri merupakan evaluasi diri yang ditegakkan dan dipertahankan oleh individu, yang berasal dari interaksi individu dengan orang–orang yang terdekat dengan lingkungannya, dan dari jumlah penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain yang diterima individu.

Menurut Sellet dan Littlefield dalam Sulistiyowati (2008), harga diri merupakan aspek kepribadian yang pada dasarnya dapat berkembang. Kurangnya harga diri pada seseorang dapat mengakibatkan masalah baik akademik, olahraga, pekerjaan dan hubungan sosial. Harga diri dapat dibedakan atas 3, yaitu :

a) Harga diri tinggi, yaitu memiliki sifat aktif, sukses dalam kehidupan sosial, mampu mengontrol diri, menghargai orang lain, dan percaya diri.

b) Harga diri sedang yaitu memiliki sifat hampir sama dengan harga diri tinggi hanya ia bimbang menilai diri perlu dukungan sosial dan percaya diri.

c) Harga diri rendah yaitu memiliki sifat kurang aktif, sebagai pendengar dan pengikut, minder, gugup, sering salah dalam mengambil keputusan dan rendah diri.

(10)

2.1.4 Sifat Jahat Narkoba

Narkoba memiliki 3 sifat jahat yang dapat membelenggu pemakainya untuk menjadi budak setia sehingga tidak dapat meninggalkannya, selalu membutuhkannya dan mencintainya melebihi siapapun. tiga sifat khas yang sangat berbahaya:

1. Habitualis adalah sifat pada narkoba yang membuat pemakainya akan selalu teringat, terkenang dan terbayang sehingga cenderung untuk mencari dan rindu. sifat ini lah yang membuat pemakai narkoba yang sudah sembuh dapat kambuh kembali.

2. Adiktif adalah sikap yang membuat pemakainya terpaksa memakai terus dan tidak dapat menghentikan, penghentian atau pengurangan pemakaian narkoba akan menimbulkan ‘efek putus zat’ yaitu perasaan sakit yang luar biasa.

3. Dengan narkoba dan menyesuaikan diri dengan narkoba itu sehingga menuntut dosis yang lebih tinggi. Bila dosis tidak dinaikkan narkoba itu tidak akan bereaksi, tetapi malah membuat pemakainya mengalami sakaw.

2.1.5 Ciri-ciri Umum Pengguna Narkoba

Biasanya orang mengetahui anaknya menggunakan narkoba selalu ketika keadaannya sudah parah dan terlambat. Oleh karena itu ciri awal pengguna narkoba perlu diketahui dengan baik, secara umum penguna narkoba terdiri dari 4 tahap. 1. Tahap Coba-coba

Mulanya hanya coba-coba, kemudian karena terjebak oleh 3 sifat jahat narkoba, ia menjadi mau lagi dan lagi. Sangat sulit melihat gejala awal pengguna narkoba, gejala tersebut adalah :

(11)

a. Gejala Psikologi

Terjadi perubahan pada sikap anak, akan timbul rasa takut dan malu yang disebabkan oleh perasaan bersalah dan berdosa, anak lebih sensitif, resah dan gelisah, kemanjaan dan kemesraan akan berkurang bahkan hilang.

b. Pada Fisik

Pada fisik belum tampak pada tubuh anak. Tetapi bila sedang memakai psikotropika, ekstasi, atau sabu, ia akan tampak riang, gembira, murah senyum dan ramah, bila menggunakan jenis putaw, ia akan tampak tenang, tentram, tidak peduli pada orang lain, bila tidak memakai tidak akan tampak gejala apapun.

2. Tahap Pemula

Setelah tahap eksperimen atau coba- coba, lalu meningkat menjadi terbiasa. anak akan terus memakai karena kenikmatannya dan akan terus menggunakannya. Pada tahap ini akan muncul gejala sebagai berikut:

a. Gejala Psikologi

Sikap anak menjadi lebih tertutup, jiwanya resah, gelisah, kurang tenang dan lebih sensitif, hubungan dengan orang tua dan saudara–saudara mulai renggang tidak lagi terlihat riang, ceria. Ia mulai tampak banyak menyembunyikan rahasia.

b. Pada fisik

Tidak tampak perubahan yang nyata. Bila ia memakai tampak lebih lincah, lebih riang, lebih percaya diri, berarti ia memakai psikotropika stimulan,

(12)

shabu, atau ekstasi, bila ia tampak lebih tenang, mengantuk, berarti ia memakai obat penenang, ganja, atau putaw.

3. Tahap Berkala

Setelah berapa kali memakai narkoba sebagai pemakai insidentil, pemakaian narkoba terdorong untuk memakai lebih sering lagi. Selain merasa nikmat, ia juga mulai merasakan sakaw, kalau terlambat atau berhenti mengkonsumsi narkoba, ia memakai narkoba pada saat tertentu secara rutin. Pemakai sudah menjadi lebih sering dan teratur. Misalnya setiap malam minggu, sebelum pesta tampil, atau sebelum belajar agar tidak mengantuk.

a. Ciri Mental

Sulit bergaul dengan teman baru. Pribadinya menjadi lebih tertutup, lebih sensitif dan mudah tersinggung, ke akraban dengan orang tua dan saudara sangat berkurang dan apabila tidak menggunakan narkoba sikap dan penampilannya sangat murung, gelisah dan kurang percaya diri.

b. Ciri Fisik

Terjadi gejala sebaliknya dari tahap 1 dan 2. Apabila menggunakan, ia tampak normal, apabila tidak menggunakan ia akan tampak murung, lemah, gelisah, malas.

4. Tahap Tetap atau Madat

Setelah menjadi pemakai narkoba secara berkala, pemakai narkoba akan dituntut oleh tubuhnya sendiri untuk semakin sering memakai narkoba dengan dosis yang lebih tinggi, bila tidak ia akan merasa penderitaan (sakaw), pada tahap ini

(13)

pemakai tidak dapat lagi lepas dari narkoba sama sekali, ia harus selalu mengunakan narkoba. ia disebut pemakai setia, pecandu, pemadat atau junkies.

Bila ia memakai akan tampak normal tetapi apabila tidak ia tampak sakit. Dalam satu hari ia dapat memakai 4 sampai 6 kali, bahkan ada yang harus memakai setiap 1 jam.

a. Tanda-tanda Psikis

Sulit bergaul dengan teman baru, ekslusif, tertutup, sensitif, mudah tersinggung, egois, mau menang sendiri, malas dan lebih menyukai hidup di malam hari. Pandai berbohong, gemar menipu, sering mencuri, merampok dan tidak malu menjadi pelacur (pria atau wanita) ia tidak merasa berat untuk berbuat jahat dan membunuh orang lain termasuk orang tuanya sendiri. b. Tanda–tanda Fisik

Biasanya kurus lemah (loyo) namun ada juga yang dapat membuat dirinya gemuk dan sehat. Dengan banyak makan dan minum suplement. Gigi kuning kecoklatan, mata sayup, ada bekas sayatan atau tusukan jarum suntik pada tangan, kaki, dada, lidah, atau kemaluan (Hawari Dadang, 2012)

2.1.6 Tempat-tempat yang Rawan Bagi Peredaran Narkoba

Resiko penyalahgunaan narkoba semakin bertambah dengan makin meluasnya tempat-tempat yang digunakan untuk praktek perdagangan narkoba. Tempat-tempat yang rawan antara lain :

(14)

1. Kampus dan Sekolah

Merupakan sasaran empuk pemasaran narkoba karena menjanjikan keuntungan yang menggiurkan bagi pengedar. Para siswa atau mahasiswa biasanya diberi contoh gratis atau paket hemat selama beberapa waktu, lalu kalau sudah mulai ketergantungan subsidi dihentikan dan pengedar mulai mematok harga tinggi. 2. Diskotik, Bar, Pub, Karaoke

Sudah menjadi rahasia umum bila tempat hiburan semacam itu menjadi sarang dari pedagang narkoba. Perdagangannya ada yang sembunyi-sembunyi dan ada pula yang terang-terangan

3. Terminal Bus, Stasiun, Bandara 4. Hotel

Hotel identik dengan transaksi narkoba partai besar, namun tidak menutup kemungkinan, kebutuhan narkoba untuk digunakan sendiri juga bisa dipenuhi di tempat semacam ini.

2.1.7 Dampak Umum Akibat Penyalahgunaan Narkoba

Dampak akibat penyalahgunaan narkoba yang umum dialami pengguna narkoba antara lain:

a. Euforia

1. Perasaan senang dan gembira yang luar biasa di tambah munculnya keberanian yang luar biasa.

2. Hilangnya segala beban fikiran, seperti rasa sedih, resah, khawatir, menyesal dan sebagainya.

(15)

b. Delirium

1. Disusul dengan ketegangan psikis, tekanan jiwa yang berat sekali.

2. Diikuti kegelisahan jiwa yang besar sehingga timbul gangguan koordinasi gerakan motorik (gangguan kerja otak ).

c. Halusinasi

1. Timbul khayalan yang tidak terkendali.

2. Indra pendengaran dan penglihatan tidak stabil sehingga terdengar dan tampak sesuatu yang tidak ada.

d. Weakness

1. Keadaan Jasmani dan Rohani lemah.

2. Keadaan lemah dan ingin tidur terus-menerus. e. Drawsines

Keadaan menurun seperti setengah tidur dengan fikiran ingin menggunakan lagi, dan akhirnya menjadi apatis dan tidak menghiraukan sekelilingnya (Alifia, 2008). 2.1.8 Akibat Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba memberikan pengaruh yang menyenangkan bagi si pemakai . namun kesenangan itu hanya sesaat, sementara penuh kepalsuan. Seolah-olah hidup bahagia dan menyenangkan, serta indah padahal kenyataannya tidak begitu. Penyalahgunaan narkoba bukan hanya berpengaruh buruk bagi pemakai saja tetapi juga bagi masyarakat dan negara. Bagi pemakai dampak yang ditimbulkan terbagi atas 3 yakni :

(16)

1. Dampak Psikis

a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga c. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

d. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri. 2. Dampak Sosial

a. Gangguan mental, anti sosial, dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga

c. Pendidikan terganggu masa depan suram 3. Dampak Fisik

a. Gangguan pada sistem syaraf : kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran dan kerusakan saraf periper.

b. Gangguan pada jantung dan pembuluh dara (kardiovaskuler) seperti : Infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.

c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan (abses), alergi, dan eksem.

d. Gangguan pada paru-paru (pulmonar) : penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernapas, pengerasan jaringan paru-paru.

e. Sering sakit kepala, mual dan muntah, pengecilan hati dan sulit tidur. (Widianti, 2007)

(17)

f. Akan berakibat fatal apabila terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over Dosis dapat menyebabkan kematian.

g. Dampak kesehatan reproduksi Pada remaja laki-laki dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hormon testosteron, penurunan dorongan seks, disfungsi ereksi, hambatan ejakulasi, pengecilan ukuran penis dan gangguan sperma.

h. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan terjadi penurunan dorongan seks, gangguan pada hormon estrogen dan progesteron, kegagalan orgasme, hambatan menstruasi, pengecilan payudara, gangguan sel telur, serta pada wanita hamil dapat menyebabkan kekurangan gizi sehingga bayi yang dilahirkan juga dapat kekurangan gizi, berat badan bayi rendah, bayi cacat serta dapat menyebabkan bayi keguguran.

i. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, resikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.

j. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian. (Kusmiran Eni, 2001)

2.1.9 Tanda-tanda Kemungkinan Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif 1. Fisik

(18)

b. Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat serta bibir kehitam-hitaman. c. Tangan penuh dengan bintik-bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan

tanda bekas luka sayatan.

d. Goresan dan perubahan warna kulit ditempat bekas suntikan e. Buang air besar dan kecil kurang lancar

f. Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas g. Mengalami jantung berdebar-debar

h. Sering menguap

i. Mengeluarkan air mata berlebihan j. Mengeluarkan keringat berlebihan

k. Mengalami nyeri kepala/ngilu-ngilu sendi. 2. Emosi

a. Sangat sensitif dan cepat bosan

b. Bila ditegur atau dimarahi, malah menunjukkan sikap membangkang

c. Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang disekitarnya.

d. Napsu makan tidak menentu 4. Perilaku

a. Malas dan sering melupakan tanggungjawab dan tugas-tugas rutinnya. b. Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga

c. Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam.

(19)

d. Suka mencuri dirumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan menggadaikan barang berharga dirumah. Begitu juga dengan barang-barang berharga miliknya banyak yang hilang.

e. Selalu kehabisan uang

f. Waktunya dirumah sering kali dihabiskan dikamar tidur, kloset, gudang, ruang yang gelap, kamar mandi atau tempat-tempat sepi lainnya.

g. Takut akan air jika terkena akan terasa sakit, karena itu mereka akan jadi malas mandi.

h. Sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala putus zat.

i. Sikap cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat.

j. Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan. k. Sering mengalami mimpi buruk. (Prisaria M., 2012)

2.1.10 Upaya Penanggulangan Narkoba

Ada lima bentuk penanggulangan masalah narkoba 1. Promotif (Pembinaan)

Ditujukan kepada masyarakat yang belum mengunakan narkoba, prinsipnya adalah meningkatkan peranan atau kegiatan agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak pernah berpikir untuk memperoleh kebahagiaan semu dengan memakai narkoba. dengan pelaku

(20)

program adalah lembaga kemasyarakatan yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.

2. Preventif (Program Pencegahan)

Program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba sehingga tidak tertarik untuk mengunakanya. Selain dilakukan oleh pemerintah, program ini juga sangat efektif bila dibantu oleh lembaga propesional terkait, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat. Bentuk kegiatan preventif yang dilakukan kampanye anti penyalahgunaan Narkoba.

Dengan memberikan informasi satu arah tanpa tanya jawab, hanya memberikan garis besarnya, dangkal dan umum, disampaikan oleh toma, ulama, seniman, pejabat bukan tenaga propesional. Dapat juga dengan mengunakan poster, brosur atau baliho. Dengan misi melawan penyalahgunaan narkoba tanpa penjelasan yang mendalam atau ilmiah tentang narkoba.

a) Penyuluhan seluk beluk narkoba.

b) Pendidikan dan penyuluhan terhadap kelompok sebaya.

c) Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan distribusi narkoba di masyarakat

3. Kuratif (Pengobatan)

Ditujukan kepada para penguna narkoba. tujuannya adalah untuk mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit, sebagai akibat

(21)

dari pemakai narkoba, sekaligus menghentikan pemakaian narkoba. tidak sembarangan orang boleh mengobati narkoba. Pengobatan harus dilakukan oleh dokter yang mempelajari narkoba secara khusus.

Bentuk kegiatan kuratif.

a. Penghentian pemakaian narkoba.

b. Penggobatan gangguan kesehatan akibat penghentian dan pemakaian narkoba.

c. Penggobatan terhadap organ tubuh akibat penggunaan narkoba.

d. Penggobatan terhadap penyakit yang masuk bersama narkoba (penyakit tidak langsung yang disebabkan oleh narkoba) seperti : HIV/AIDS, hepatitis B/C, sifilis, pnemonia, dan lain – lain.

4. Rehabilitatif

Upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalanin program kuratif. Tujuanya agar ia tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakai narkoba, Pemakai narkoba dapat mengalami penyakit ikutan berupa:

a) Kerusakan fisik (syaraf, otak, darah, jantung, paru-paru, ginjal, hati dan lain-lain).

b) Kerusakan mental, perubahan karakter ke arah negatif. c) Penyakit-penyakit ikutan.

(22)

5. Represif

Program penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar, dan pemakai berdasarkan hukum. Program ini merupakan program instasi pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun distribusi semua zat yang tergolong narkoba (Kumala Sari Intan, 2012) 2.1.11. Cara Menghindari Jeratan Narkoba

Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari jeratan narkoba sebagai berikut:

1) Dapatkan dahulu informasi mengenai ketergantungan tentang bahaya narkoba kepada ahlinya atau melalui media seperti koran, majalah, seminar- seminar dan lain-lain.

2) Persiapan diri untuk menolak apabila ditawari. 3) Belajar berkata tidak untuk narkoba.

4) Memiliki cita-cita dalam hidup untuk masa depan.

5) Lakukan kegiatan positif yang berguna untuk orang tua dan sekeliling.

6) Kuatkan iman dan ketakwaan kapada Tuhan yang Maha Esa (Prisaria M., 2012). 2.1.12. Ciri-ciri Orang Berisiko Tinggi untuk Menjadi Pengguna Narkoba

Ciri-ciri orang yang berisiko tinggi untuk menjadi pengguna narkoba yakni : 1. Orang yang mudah kecewa.

2. Orang tidak sabaran.

3. Orang suka menentang aturan.

(23)

5. Orang yang cepat bosan.

6. Orang yang sudah menunjukkan perilaku anti sosial sejak usia dini. 7. Pengaruh terhadap keluarga korban narkoba.

8. Kurang sopan santun dan melawan kepada orang tua (Setiadji Sutarmo, 2006). 2.1.13. Langkah-langkah yang Dapat Dipersiapkan dalam Rangka Prevensi dan

Promosi akan Bahaya Penyalahgunaan NAPZA 1. Program Informasi

Hati-hati mengemukakan sesuatu secara sensasional, karena justru akan menarik bagi mereka untuk menguji keberaniannya. Teknik menakut-nakuti hanya efektif dalam keadaan terbatas. Materi dan cara memberikan informasi hendaklah sesuai dengan penerima informasi. Suatu pesan yang sama sifatnya, misalnya pesan melalui media massa akan diterima oleh berbagai kelompok dalam masyarakat yang berbeda-beda, bisa diartikan secara berbeda pula, sehingga timbul dampak yang tidak diinginkan.

2. Program Pendidikan Efektif

Bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, mendewasakan kepribadian, meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang bijak, mengatasi tekanan mental secara efektif, meningkatkan kepercayaan diri, menghilangkan gambaran negatif mengenai diri sendiri dan meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal.

(24)

3. Program Penyediaan Pilihan yang Bermakna

Konsep ini bertujuan untuk mengalihkan penggunaan NAPZA kepada pilihan lain yang diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi kebutuhan manusiawi yang mendasar, fisik maupun psikologis. Kebutuhan yang dimaksud antara lain kebutuhan “ingin tahu”, kebutuhan mengalami hal-hal baru dalam hidupnya, kebutuhan terbentuknya identitas diri, kebutuhan akan bebas berfikir dan berbuat, kebutuhan akan penghargaan serta kebutuhan diri diterima dalam kelompok. 4. Pengenalan Dini dan Intervensi Dini

Mengenal dengan baik ciri-ciri anak yang mempunyai resiko tinggi akan penggunaan obat, termasuk mereka yang telah berada dalam taraf eksperimental. Segera memberikan dukungan moril bilamana anak mengalami / menghadapi masa krisis dalam hidupnya. Di sini sangat penting peran guru BP dan orang tua. Bila tak teratasi segeara dirujuk ke tenaga ahli.

5. Program Latihan Keterampilan Psikososial

Latihan ini diterapkan atas dasar teori bahwa gangguan penggunaan obat merupakan perilaku yang dipelajari seseorang dalam lingkup pergaulan sosialnya dan mempunyai maksud dan makna tertentu bagi yang bersangkutan.

Yang tergolong dalam pelatihan ini antara lain:

a. Psychological Inoculation : dalam pelatihan ini diputar film yang memperlihatkan bagaimana remaja mendapat tekanan dari pergaulannya agar ia merokok. Lalu dikembangkan sikap menentang dorongan dan tekanan untuk merokok itu. Dalam hal ini dikemukakan persepsi yang salah mengenai

(25)

rokok dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh rokok baik bagi perokok sesaat maupun kronis.

b. Personal and Social Skill Training : kepada remaja dikembangkan suatu keterampilan dalam menghadapi problema hidup menyebabkan mereka mampu menolak suatu ajakan (just say “NO”) serta mengembangkan keberanian dan keterampilan untuk mengekspresikan kebenaran sehingga ia terbebas dari bujukan atau tekanan kelompoknya. (Kumalasari Intan, 2012)

2.2 Remaja

Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya, tingkat tercapainya potensi biologiknya, tingkat tercapainya potensi biologik remaja, merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biologi, psikologi, dan sosial (biopsikososial). Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja. Sering kali dalam pembahasan soal remaja digunakan istilah pubertas dan adolesen. Istilah pubertas untuk menyatakan perubahan digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak-anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak-anak ke tahap dewasa.

(26)

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan anak-anak tetapi tidak juga termasuk golongan dewasa. Perkembangan biologis dan psikologis remaja dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan dan sosial. Oleh karena itu remaja akan berjuang untuk melepaskan ketergantungannya kepada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga mereka dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa (Kumalasari Intan, 2012).

Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya. Selain tertarik kepada dirinya, juga mulai muncul perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis (Kusmiran Eno, 2001).

2.2.1 Tahapan Pertumbuhan Remaja

Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :

1. Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 – 13 tahun.

Dengan ciri khas ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.

(27)

2. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 – 16 tahun.

Dengan ciri khas mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.

3. Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17 – 20 tahun.

Dengan ciri khas mampu berpikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.

2.2.2 Ciri-ciri Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode perkembangan yang lain. Ciri yang menonjol pada masa ini adalah individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang amat pesat, baik fisik, emosional dan sosial.

Hurlock (1999) pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang bersifat universal, yaitu meningkatnya emosi, perubahan fisik, perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai-nilai dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Berikut ini dijelaskan satu persatu dari ciri-ciri perubahan yang terjadi pada masa remaja.

a. Perubahan Fisik

Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis, di masa remaja kelenjar hipofise menjadi matang dan mengeluarkan beberapa hormone, seperti hormone gonadotropin yang berfungsi untuk mempercepat kematangan sel

(28)

telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormon kortikosteroid berfungsi mempengaruhi kelenjar suprarenalis, testosterone, estrogen, dan suprarenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan pertumbuhan (Monks dkk, 1999). Dampak dari produksi hormon tersebut Atwater, (1992) adalah: (1) ukuran otot bertambah dan semakin kuat. (2) testosteron menghasilkan sperma dan oestrogen memproduksi sel telur sebagai tanda kemasakan. (3) Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara, berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar kemaluan, ketiak dan muka.

b. Perubahan Emosional

Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa kanak-kanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja umumnya memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi yang ekstrim dan selalu merasa mendapatkan tekanan (Hurlock, 1999). Bila pada akhir masa remaja mampu menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrim dan mampu memgekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang stabil (Hurlock, 1999).

(29)

Nuryoto (1992) menyebutkan ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap sebagai berikut: (1) tidak bersikap kekanak-kanakan. (2) bersikap rasional. (3) bersikap objektif (4) dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak lebih lanjut. (5) bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. (6) mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.

c. Perubahaan Sosial

Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan perubahan dan perkembangan remaja, Monks (1999) menyebutkan dua bentuk perkembangan remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya. Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku. Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis dan kelompoknya.

(30)

2.3 Pendidikan Kesehatan

2.3.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Input : Sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), pendidik. Proses : Upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain Output : Melakukan apa yang diharapkan/perilaku.

Kesehatan adalah merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri atas faktor fisik dan psikis, dan faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain: sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya (Notoatmojo, 2005).

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan, secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu, kelompok dan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmojo, 2005).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pendidikan kesehatan adalah kegiatan dalam bidang penyuluhan kesehatan dengan tujuan menyadarkan dan

(31)

mengubah sikap serta perilaku masyarakat agar tercapai tingkat kesehatan yang di inginkan.

Pendidikan kesehatan dihubungkan dengan pengertian pendidikan kesehatan yang telah disebutkan di atas adalah : suatu upaya atau kegiatan agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan.

Pendidikan kesehatan dengan pendekatan edukasi sebaiknya dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi atau pemahaman, memberikan kesadaran, dan motivasi.

2.3.2 Metode Pendidikan Kesehatan

Didalam suatu proses pendidikan kesehatan untuk menuju tercapainya tujuan pendidikan kesehatan yakni perubahan perilaku, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu factor metode, faktor materi atau pesannya, factor pendidik atau petugas yang melakukannya juga alat –alat atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Metode atau tehnik dalam pendidikan kesehatan adalah cara dan alat bantu apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan untuk mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat (Notoatmojo,2007).

1. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan metode yang paling sering digunakan dalam proses pendidikan kesehatan, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun yang berendidikan rendah (Notoatmojo, 2007).

(32)

Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah yakni dari penceramah kepada para peserta ceramah. Pada metode ini si penceramah lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk memberikan tanggapannya (Lunandi,1993).

Beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah dari segi biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi yang kurang jelas dipahami oleh peserta daripada proses membaca sendiri, lebih dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan. Apa lagi kalau waktu yang tersedia sangat minim maka metode inilah yang tepat untuk digunakan dimana dapat menyampaikan banyak pesan dalam waktu yang relatif singkat.

Selain keuntungan ada juga kelemahan dari metode ceramah, salah satunya adalah pesan yang terinci mudah di lupakan setelah beberapa lama (Lunandi,1993).

Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema serta mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya. Menurut Notoatmojo (2003) ceramah akan berhasil apabila tehnik ceramah dimodifikasi dengan melakukan tanya jawab sesudah penyampaian materi dan simulasi/ demonstrasi singkat apabila materi yang disampaikan ada yang mau diterapkan/ dipraktekkan dengan latihan singkat, dengan demikian peserta dapat bertanya

(33)

tentang hal-hal yang belum dipahaminya dan dapat melihat simulasi/ demonstrasi langsung mengenai praktek yang akan dilaksanakan.

Kunci dari keberhasilan ceramah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah, untuk itu penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju kepada peserta ceramah, berdiri ditengah (pertengahan) dan sebaiknya tidak duduk, menngunakan alat-alat bantu lihat semaksimal mungkin (Notoatmojo, 2007).

2. Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan satu metode yang sering digunakan dalam proses pendidikan, dimana harus ada partisipasi yang baik dari peserta diskusi saat diskusi berlangsung. Diskusi diarahkan pada keterampilan berdialog, peningkatan pengetahuan, peningkatan pemecahan masalah secara efisien dan untuk memengaruhi para peserta agar mau mengubah sikap (Kartono, 1998) Dalam suatu diskusi pesertanya berfikir bersama dan mengungkapkan pikirannya, sehinnga menimbulkan pengertian pada diri sendiri dan peserta diskusi terhadap permasalahan yang menjadi topik diskusi (Lunandi,1993)

Diskusi dipakai sebagai forum untuk bertukar informasi, pendapat dan pengalaman dalam bentuk tanya jawab yang teratur, dengan tujuan mendapatkan pengertian yang lebih luas, kejelasan tentang suatu permasalahan dan untuk menentukan kebijakan dalam pengambilan keputusan (Kartono,1998).

(34)

Diskusi merupakan saluran yang paling baik untuk menjaga kredibilitas pesan-pesan, menyediakan informasi dan mengajarkan keterampilan yang kompleks yang membutuhkan komunikasi dua arah antara individu dan seseorang sebagai sumber informasi yang terpercaya (Graeff, 1996).

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka pormasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehinnga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk diantara para peserta sehingga tidak menimbulkan kesan sepertinya (Effendi,1992).

Keberhasilan metode diskusi banyak tergantung dari pimpinan diskusi untuk memperkenalkan permasalahan yang akan dibahas peserta dan memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta, dan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mengemukakan pendapatnya dan menghindari dominasi dari beberapa orang saja, membuat kesimpulan dari pembicaraan –pembicaraan dan menyusun saran-saran yang di ajukan. Metode diskusi juga mempunyai kelemahan yaitu jika peserta kurang berpartisipasi secara aktif untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan serta adanya dominasi pembicaraan oleh satu orang atau beberapa orang saja.

Diskusi membutuhkan perencanaan dan persiapan, serta terdapat banyak cara untuk memicu dan mempersiapkan struktur yang akan membantu setiap orang untuk berpartisipasi.

Menurut Suprijanto (2008) ada beberapa tehnik yang digunakan dalam diskusi kelompok, antara lain:

(35)

1. Diskusi kelompok : dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi atau penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi dan tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, dimana pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan dan mengatur sehingga diskusi tetap berjalan hidup dan tidak ada dominasi diantara para peserta diskusi.

2. Curah pendapat (Brain Storming): merupakan modifikasi diskusi kelompok yang dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan selanjutnya ditulis dalam pliphcard/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat dan tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukakan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

3. Bola salju (Snow Balling) tiap orang di bagi pasangan pasangan (sepasang 2 orang) Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah setelah kurang lebih 5 menit tiap 2 pasang bergabung jadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian setiap 2 pasang yang beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya maka terbentuklah diskusi seluruh kelas.

4. Kelompok kecil-kecil (Buzz group): kelompok lansung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok yang lain, dan masing masing

(36)

kelompok mendiskusikan masalah tersebut, kemudian kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dicari kesimpulannya.

2.3.3 Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam upaya deteksi dini kanker payudara, merupakan sebuah proses yang sistematis dan terencana, yang dimulai dari pengkajian, analisa masalah, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian atau evaluasi. untuk pendidikan kesehatan.

1. Pengkajian sebelum melaksanakan pendidikan kesehatan, perlu dilakukan sebagai survei awal. Data yang dikumpulkan adalah kondisi masyarakat dan lingkungan, kebutuhan masyarakat akan materi atau topik pendidikan kesehatan dan target perubahan perilaku tahap mana yang diperlukan masyarakat.

2. Pada saat melakukan analisa masalah ditentukan oleh kebutuhan masyarakat yang menjadi masalah yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap ataupun perilaku.

3. Pada tahap perencanaan yang bertujuan untuk membantu masyarakat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya. Upaya ini diwujudkan dengan adanya rancangan pembelajaran yakni SAP (Satuan Acara Penyuluhan) 4. Pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan yang tertuang dalam

SAP. Media dan metode yang digunakan juga berkontribusi terhadap kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pendidikan kesehatan.

5. Evaluasi pendidikan kesehatan mengenai Narkoba di tujukan kepada individu atau kelompok maupun masyarakat. Perlunya evaluasi ini dilakukan adalah untuk

(37)

menentukan sampai sejauh mana individu memahami materi yang telah disampaikan, dan mencapai perubahan pengetahuan, sikap maupun perilaku, sesuai dengan yang diharapkan. (Nurhidayah, 2010)

2.3.4 Media yang Digunakan Saat Memberikan Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan yang digunakan saat memberikan pendidikan kesehatan pada prinsipnya harus dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan kesehatan, terutama dalam memperjelas materi yang diberikan. Sebagaimana fungsinya bahwa media yang digunakan bertujuan untuk mempermudah pembelajaran atau perubahan tingkah laku pada masyarakat. Media pendidikan tidak harus selalu canggih, tetapi disesuaikanlah dengan situasi dan kondisi di lapangan dan tidak kalah penting adalah kemampuan pendidik atau penyuluh untuk menggunakan media tersebut. Prinsipnya adalah semakin banyak indra yang digunakan, maka kemampuan untuk menyerap informasi juga semakin baik, atau semakin mendekati objeg sesungguhnya maka media tersebut semakin baik. Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual aids/AVA). Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3: cetak, elektronik, media papan (bill board).

1. Media Cetak

1. Booklet : Untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar

2. Leaflet : Melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau keduanya

(38)

3. Flyer (selebaran) : seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

4. Flip chart (lembar balik) : Pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut

5. Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan atau masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

6. Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/ informasi kesehatan, yang biasanya ditempel ditembok-tembok, ditempat-tempat umum, atau dikendaraan umum.

7. Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan. 2. Media Elektronik

1. Televisi : dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pidato/ ceramah, TV, Spot. Quiz, atau cerdas cermat dan lain-lain. 2. Radio : Bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah,

radio spot dan lain-lain 3. Video Compact Disc (VCD)

4. Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.

(39)

3. Media Papan (Bill Board)

Papan/ bill board yang dipasang ditempat tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi) (Notoatmodjo, 2003).

2.4 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis (Wijono, 1999).

Menurut Wijono seorang tenaga kesehatan harus memenuhi syarat-syarat, yakni :

1. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.

2. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari mentri.

3. Dikecualikan dari pemilikan izin sebagaimana dimaksud, bagi tenaga kesehatan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan, diatur oleh Mentri.

(40)

4. Selain izin sebagaimana dimaksud, tenaga medis dan tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi, diatur oleh Mentri.

2.4.1 Strategi dan Metode Pendidikan Kesehatan

Strategi pendidikan kesehatan adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi, disesuaikan dengan kondisi lingkungan, sifat, ruang lingkup dan urutan kegiatan, termasuk juga didalamnya komponen-komponen materi pendidikan kesehatan.

Metode yang digunakan sebaiknya sederhana, menarik dan mudah dipahami, supaya peserta/audiens betul-betul memahami, adapun metode tersebut adalah Metode Ceramah. Dalam melaksanakan proses pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah (expositori) dengan menyampaikan materi yang bersifat teoritis mengenai narkoba dan, dilanjutkan dengan menggunakan alat penunjang seperti gambar, slide atau film (Nurhidayah, 2010).

2.5 Pengetahuan

2.5.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan melalui kelima inderanya,tetapi sebagian besar memilih suatu proses yaitu proses belajar dan membutuhkan suatu bantuan misalnya bantuan seseorang yang lebih menguasai suatu hal (Notoatmodjo, 2007).

(41)

Berdasarkan teori Notoatmodjo salah satu faktor pendidikan kesehatan adalah salah satu upaya promosi kesehatan dalam memberikan impormasi atau nesehat yang ditunjukkan kepada individu, kelompok atau pun masyarakat.

2.5.2 Sumber Pengetahuan

Sumber pengetahuan biasanya diperoleh dari buku bacaan, media seperti koran, televisi radio, promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Piagam Ottawa Charter, 1986). Batasan promosi kesehatan menurut (Victorian Health Fondation, Australia, 1997) adalah bukan hanya perubahan perilaku tetapi juga perubahan linkungannya, sehingga menekankan bahwa promosi kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh dalam konteks masyarakatnya. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Rogers (1974) yang dikutip dari Wahid (2006) mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehension). Memahami diartikan sebagai kemampuan secara narasi objek yang telah diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara luas.

c. Aplikasi (Aplication). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

(42)

d. Ananlisis (Analysis). Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu objek kedalam komponem-komponem tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya. e. Sintesis (Synthesis). Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.6 Sikap

2.6.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu (Sunaryo, 2004).

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

(43)

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi atau kelompok.

Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari.

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu : a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau memperhatikan stimulus yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah.

b. Menanggapi (Responding)

Menanggapi diartikan memberi jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau memengaruhi orang lain.

(44)

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap pertanyaan-pertanyaan terhadap objek tertentu.

Sikap pada fase preparedness, berbentuk adanya perilaku yang berlebih pada masyarakat karena minimnya informasi mengenai cara mencegah dan memodifikasi bahaya akibat bencana jika terjadi. Berita yang berisi hebatnya akibat bencana tanpa materi pendidikan seringkali membuat masyarakat menjadi gelisah dan memunculkan tindakan yang tidak realistis terhadap suatu isu. Menumbuhkan sikap dan pengetahuan dalam menghadapi bencana ini semakin menjadi bagian penting khususnya di negara yang seringkali dilanda bencana seperti Indonesia (Priyanto, 2006).

2.6.2 Struktur Pembentukan Sikap

Menurut Alport (1954) yang dikutip dari Notoatmojo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

(45)

c. Kecendrungan untuk bertindak (tent to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmojo, 2003).

Hal yang sejalan dikemukakan oleh Mann (1969) dalam Azwar (2005) menyatakan bahwa komponen sikap terdiri dari:

a. Komponen Kognitif

Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah dilihat atau apa yang telah diketahui. Berdasarkan hal tersebut maka terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karateristik umum suatu objek. Jika sebuah kepercayaan sudah terbentuk, maka hal ini akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari suatu objek tertentu. Dengan demikian adanya interaksi dengan pengalaman dimasa yang akan datang serta prediksi mengenai pengalaman tersebut akan lebih mempunyai arti dan keteraturan. Kepercayaan menyederhanakan apa yang dilihat atau apa yang ditemui.

Kepercayaan dapat terus berkembang dan pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain dimana kebutuhan emosional merupakan determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan.

(46)

b. Komponen Afektif

Komponen ini menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan pribadi sering sekali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Pada umumnya reaksi emosional yang muncul merupakan komponen afektif yang banyak dipengaruhi kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar dan berprilaku terhadap objek yang dimaksud.

c. Komponen Perilaku

Komponen ini dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berprilaku yang ada dalam diri seseorang dan berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kecenderungan berprilaku secara konsisten selaras dengan kepercayaan dan perasaan yang membentuk sikap individu. Kecenderungan berprilaku menunjukkan bahwa komponen konotif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung tetapi meliputi bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang di ucapkan seseorang.

2.6.3 Pembentukan Sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih dari sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial.

(47)

Beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk sikap. a. Pengalaman pribadi

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting c. Pengaruh kebudayaan

d. Media massa

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama f. Pengaruh faktor emosional.

2.7 Landasan Teori

Berdasarkan teori Skiner 1938 seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses:

Stimulus ____________Organisme _____________Respon, sehingga teori skinner ini disebut teori ”S-O-R.

2.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual penelitian ini digambarkan pada gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pendidikan Kesehatan

Pengetahuan Remaja tentang Narkoba

Sikap Remaja tentang Narkoba

(48)

Pada penelitian ini, yang menjadi variabel independennya adalah pendidikan kesehatan tentang Narkoba sedangkan variabel dependennya adalah pengetahuan dan sikap remaja di SMA Negeri 5 Pematang Siantar.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian  Pendidikan Kesehatan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Calon – calon dikehendaki menjawab semua soalan dengan menggunakan pensel 2B pada kertas. jawapan

Pada proses pemotongan sampel, hendaknya perlu ditentukan pada bagian mana yang sekiranya perlu atau pantas untuk dijadikan sebagai sayatan tipis batuan agar dapat diamati

Dari waktu ke waktu, bagaimana pendidikan itu akan dikembangkan, selalu mengalami proses perubahan baik substansi maupun modelnya. Para ahli dan praktisi terus mencoba

A. 03 Senin BI 401 PERENCANAAN PENGAJARAN BI HARI Kode Hari dan Jam PBSI SEMESTER 3C Jumat Rabu Ruang Ruang Ruang Kamis Jum'at Rabu HARI Kode Hari dan Jam

64% ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai ASI eksklusif, 54% sikap ibu tidak mendukung praktek pemberian ASI eksklusif, 53% ibu berada pada kategori pendidikan dasar,

Ath-Thabari rahimahullah mengatakan, barang siapa di dunia ini buta terhadap hujjah-hujjah Allah Subhânahu wa Ta'âlâ mengenai keesaan-Nya dalam penciptaan dan pengaturan

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Lembaga Administrasi Negara, dalam hal ini Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah (PKKOD) memandang perlu dilakukannya

Permasalahan yang akan diselesaikan adalah : perbaikan kualitas hasil pewarnaan, perbaikan desain produk, penataan ruang produksi dan pengadaan alat , dengan