• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Desa Durin IV Mbelang 2.1.1 Letak Lokasi Desa

Desa Durian IV Mbelang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Wilayah desa Durin IV Mbelang berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Tanjung Bampu b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Sibunga-bunga Hilir c. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Tiga Juhar

d. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Gunung Manupak A

Posisi Desa Durin IV Mbelang terletak lebih kurang 5 km dari Tiga Juhar yang merupakan kota Kecamatan STM Hulu. Desa Durian IV Mbelang memiliki wilayah seluas 3,82 km2.. Daerah Desa Durian IV Mbelang terdiri atas dataran rendah dan berbukit dimana terlihat banyak lahan sawah/ladang yang dijadikan penduduk sebagai mata pencaharian. Desa Durian IV Mbelang ini kurang memiliki akses transportasi yang memadai bagi masyarakat sehingga mobilitas masyarakat di desa tersebut sulit. Adapun sarana transportasi umum yang tersedia dan biasanya digunakan masyarakat sekitarnya adalah becak yang ongkosnya lebih mahal daripada angkutan umum sehingga susah dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Adapun tarif menggunakan becak lebih kurang sebesar sepuluh ribu rupiah. Bagi sebagian masyarakat hal tersebut sangat memberatkan.

(2)

2.1.2 Fasilitas desa

1. Kantor kepala desa 2. Rumah ibadah 3. Poskesdes

4. Klinik Swasta (2)

2.1.3 Tata Ruang Desa

Desa Durian IV Mbelang merupakan daerah yang dihuni oleh penduduk dan sebagian datarannya dijadikan sebagai mata pencaharian penduduk. Desa Durian IV Mbelang dikelilingi oleh empat desa yakni desa Tanjung Bampu, desa Sibunga-bunga Hilir, desa Tiga Juhar yang merupakan kota dari kecamatan STM Hulu dan desa gunung Manupak.

Desa Durian IV Mbelang terbagi atas 2 (dua) dusun yakni dusun I dan dusun II yang masing-masing dusunnya berada di pinggir jalan utama dan dipisahkan oleh jembatan Lau Mukak sebagai batasan bagi kedua dusun tersebut. Dusun I desa Durian IV Mbelang berbatasan dengan desa Gunung Manupak A dan desa Sibunga-bunga Hilir. Kondisi Permukiman di dusun I ini masih kurang baik. Hal ini terlihat dari keadaan rumah penduduk yang sebagian besar belum layak huni karena tidak memenuhi syarat rumah sehat yakni dibangun hanya dengan menggunakan papan kayu, berlantaikan tanah dan menggunakan atap yang terbuat dari daun rumbia. Selain itu di dusun I ini sebagian besar penduduknya belum memiliki fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) sehingga banyak diantara mereka yang menggunakan fasilitas umum sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan mereka. Ketersediaan sumber air bersih belum sepenuhnya dapat dinikmati oleh penduduk karena jaraknya yang sangat jauh dan akses untuk

(3)

memperolehnya juga sangat sulit karena harus menggunakan alat transportasi untuk mendapatkan air tersebut.

Dusun II desa Durian IV Mbelang berbatasan dengan desa Tiga Juhar. Kondisi rumah di dusun II ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan dusun I dimana keadaan rumah penduduknya sudah memenuhi syarat sanitasi rumah sehat berupa rumah permanen dan semi permanen yakni telah memiliki atap seng, lantai semen dan menggunakan dinding batu. Adapun sumber air bersih dan fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) sudah tersedia dalam masing-masing rumah penduduk sehingga warga dusun II ini tidak lagi menggunakan fasilitas umum. Hal ini dikarenakan adanya dukungan dan bantuan dari kepastoran Gereja Katolik dan swadaya masyarakat di kecamatan STM Hulu. Dengan adanya bantuan tersebut dapat mempermudah penduduk dalam mendapatkan akses air bersih sehingga dapat meringankan beban penduduk dusun II desa Durian IV Mbelang.

2.2 Kondisi Sosial Ekonomi 2.2.1 Penduduk

Jumlah penduduk di desa Durian IV Mbelang hingga akhir bulan Desember tahun 2014 sekitar 597 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 309 jiwa (51,76%) dan perempuan sebanyak 288 jiwa (48,24%). Jumlah kepala keluarga (KK) di desa ini sebesar 168 KK.

(4)

Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Dusun I Dusun II Jumlah Jiwa

1 Laki-laki 97 212 309

2 Perempuan 100 188 288

Jumlah 197 400 597

Sumber : Rekapitulasi Data Desa Durian IV Mbelang tahun 2014

Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah penduduk desa Durian IV Mbelang berdasarkan jenis kelamin tergolong hampir seimbang, jumlah laki-laki dan perempuan hampir sama. Namun dapat dilihat perbedaan yang mencolok antara jumlah penduduk dusun I dan II. Jumlah penduduk dusun II terlihat lebih banyak daripada dusun I. Perbedaan jumlah penduduk ini disebabkan posisi letak dusun yang lebih dekat dengan pusat keramaian, selain itu juga disebabkan oleh luas dusun yang berbeda-beda pula.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kepala desa, sebagian besar penduduk desa Durian IV Mbelang berumur antara 18-35 tahun yang tergolong dalam usia reproduktif yang artinya kemungkinan besar dapat menyebabkan pertambahan penduduk akibat tingginya angka kelahiran. Angka kelahiran rata-rata (TFR) tahun 2010-2014 di desa Durian IV Mbelang ini adalah sebesar 12 bayi pertahun.

(5)

2.2.2 Berdasarkan Agama

Tabel 2.2 Persentase Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Dusun I (%) Dusun II (%) %

1 Islam 58,88 14,50 36,69 2 Kristen Protestan 17,77 25,00 21,39 3 Kristen Katolik 23,35 60,50 41,92 4 Budha - - - 5 Hindu - - - Jumlah 100% 100% 100%

Sumber : Rekapitulasi Data Desa Durian IV Mbelang tahun 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa mayoritas penduduk desa Durian IV Mbelang menganut agama Kristen Katolik yakni sebesar 41,92% kemudian diikuti penganut agama Islam sebesar 36,69% selanjutnya penganut agama Kristen Protestan sebesar 21,39%. Untuk penganut agama Budha dan Hindu sebesar 0%.

2.2.3 Berdasarkan Mata Pencaharian

Tabel 2.3 Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Dusun I (%) Dusun II (%) %

1 Petani 87,81 73,20 80,50

2 Wiraswasta 9,75 13,40 11,58

3 PNS 2,44 13,40 7,92

4 Lainnya 0 0 0

Jumlah 100% 100% 100%

(6)

Mayoritas penduduk desa Durian IV Mbelang memiliki mata pencaharian sebagai petani yakni sebesar 80,50%. kemudian diikuti pekerjaan wiraswasta sebesar 11,58% dan hanya 7,92% sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Dapat diasumsikan rata-rata penduduk desa Durian IV Mbelang menggantungkan hidup pada pekerjaan bertani. Mereka banyak menghabiskan waktunya untuk bercocok tanam. Mereka berangkat pagi hari dan kembali kerumah di sore hari. Tak jarang ibu-ibu rumah tangga juga turut membantu suami mereka bekerja diladang. Malah banyak diantara mereka yang ikut mencangkul dan bercocok tanam sehingga banyak waktu mereka habis di ladang daripada bekerja di rumah.

2.3 Fasilitas Kesehatan

Desa Durian IV Mbelang memiliki beberapa sarana dan fasilitas kesehatan. Jumlah sarana dan fasilitas kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Fasilitas Kesehatan di Desa Durian IV Mbelang Tahun 2014

No Sarana Kesehatan Unit

1 Klinik Swasta 2

2 Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) 1

3 Posyandu 1

Jumlah 4

2.4 Wanita Usia Subur (WUS)

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita dalam usia reproduktif, yaitu usia 15-49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum nikah.

(7)

Keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada WUS ini perkembangan organ reproduksi berlangsung lebih cepat pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an persentasenya menurun sehingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40 tahun kesempatan untuk hamil hingga menjadi 40% setelah usia 40 tahun hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil (Depkes, 2010).

2.5 Keluarga Berencana

Menurut World Health Organisation (WHO) expert commite 1970 Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk:

1. Mendapatkan objektif-objektif tertentu.

2. Menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan. 3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan. 4. Mengatur interval di antara kelahiran.

5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri. 6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Saroha, 2009).

Keluarga berencana (family planning) adalah kegiatan untuk melakukan pembatasan kelahiran baik itu sementara agar dapat dicapai jarak antara dua kelahiran, maupun untuk selamanya agar dapat dicegah bertambahnya anak. Paradigma baru program Keluarga Berencana telah diubah visinya selain untuk mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera, juga untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015, dimana keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,

(8)

berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program keluarga berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (Depkes RI, 2010).

2.6 Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maka kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Suratun, 2008).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya ini dapat bersipat Sentara maupun bersipat permanen dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obatan(atikah, 2010).

2.7 Tujuan Program KB

Adapun tujuan Keluarga Berencana adalah : (Suratun, 2008)

1. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan akan diikuti dengan menurunkan angka kelahiran.

2. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

3. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.

(9)

4. Married conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.

5. Tujuan akhir KB adalah tercapainya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dan membentuk keluarga berkualitas, yang artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat tercukupi sandang, pangan, papan. Pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.

2.8 Sasaran KB

Adapun sasaran KB dibagi dua, yaitu : (Suratun, 2008) 1. Sasaran Langsung

PUS yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan.

2. Sasaran Tidak Langsung

a. Kelompok Remaja. Remaja ini memang bukan merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi.

b. Organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS.

(10)

2.9 Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) / Implant 2.9.1 Pengertian AKBK / Implant

Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit pada lengan atas sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Hormon yang dikandung dalam implant ini adalah progesterone, yakni hormon yang berfungsi menghentikan suplai hormon estrogen yakni hormon yang mendorong pembentukan lapisan dinding lemak yang menyebabkan terjadinya menstruasi. Alat KB ini efektif mencegah kehamilan dengan cara mengalirkan secara perlahan-perlahan hormon yang dibawanya (Nina, 2013).

Kelebihan implant diantaranya tidak mengurangi produksi ASI, praktis dan efektif untuk masa 3 tahun, pemasangan dan pencabutannya mudah dan cepat. Pemasangan dan pencabutan dilakukan oleh petugas medis yang sudah terlatih. Kelebihan lainnya adalah bisa digunakan oleh akseptor yang mengalami ketidakcocokan dengan hormon estrogen, membantu mencegah anemia dan kehamilan di luar kandungan, serta kesuburan akan pulih setelah pencabutan implant. Namun, selain kelebihan-kelebihan tersebut, implant juga ternyata mempunyai kelemahan yaitu bisa mengakibatkan gangguan pada siklus haid karena adanya hormon progesterone yang terkandung di dalamnya, perdarahan ringan diantara masa haid, juga timbul sakit kepala ringan. karena mengandung hormon maka tentu saja akan berpengaruh pada metabolisme tubuh. Sama seperti halnya pil atau suntik, tidak jarang pengguna implant yang tidak cocok akan mengalami masa menstruasi yang berbeda-beda (Saifudin, 2006).

(11)

2.9.2 Ciri-Ciri Kontrasepsi Implant

1) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon.

2) Nyaman.

3) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi. 4) Kesuburan akan segera kembali setelah implant dicabut.

5) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea.

6) Aman dipakai pada masa laktasi.

2.9.3 Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Bawah Kulit/Implant

1. Norplant

Terdiri dari 6 batang/kapsul silastik lembut berongga dengan panjang 3.4 cm, dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

2. Implanon dan Sinoplant

Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

3. Jadena dan Indoplant

Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerjanya 3 tahun.

2.9.4 Cara Kerja Implant

Dengan disusupkannya 1 kapsul, 2 kapsul atau 6 kapsul silastik implant di bawah kulit, maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlah levonogestrel ke

(12)

dalam darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silastik. Besar kecilnya levonogestrel yang dilepas tergantung besar kecilnya permukaan kapsul silastik dan ketebalan dari dinding kapsul tersebut. Satu set implant yang terdiri 6 kapsul dapat bekerja secara efektif selama 5 tahun. Sedangkan implanon yang terdiri dari 1 atau kapsul dapat bekerja secara efektif selama 3 tahun.

Dengan dilepaskannya hormon levonorgestrel secara konstan dan kontiniu maka cara kerja implant dalam mencegah kehamilan pada dasarnya terdiri atas :

1. Mengentalkan lendir serviks.

2. Menghambat proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.

3. Melemahkan transportasi sperma. 4. Menekan ovulasi.

2.9.5 Efektivitas

Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, implan, vasektomi, dan tubektomi harus lebih banyak digalakkan. Penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat jangka panjang ini menjadi kebutuhan utama untuk menekan laju pertambahan penduduk. Dibandingkan dengan pil atau suntik, alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD atau implan memang kalah populer. Menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, saat ini jenis alat kontrasepsi yang paling banyak dipilih adalah KB suntik (48,2 persen) dan pil 27,9 persen (Andrianto,2014). Efektivitasnya sangat tinggi. Kegagalan adalah 0,3% dalam praktek 1-3% (Sarwono, 2005)

(13)

2.9.6 Keuntungan

Keuntungan implant secara kontrasepsi antara lain adalah : (Nina, 2013) 1. Daya guna tinggi.

2. Perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun.

3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan implant. 4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

5. Bebas dari pengaruh estrogen. 6. Tidak menggangu produksi asi.

7. Tidak mengganggu hubungan saat senggama. 8. Ibu hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan. 9. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

Keuntungan implant secara non kontrasepsi antara lain adalah : 1. Mengurangi nyeri haid dan mengurangi jumlah darah haid

2. Mengurangi/memperbaiki anemia.

3. Melindungi terjadinya kanker endometrium. 4. Menurunkan angka kejadian endometriosis. 5. Mengurangi kejadian kelainan payudara

6. Memberi perlindungan terhadap beberapa penyebab penyakit radang panggul

2.9.7 Kekurangan

Kerugian /keterbatasan implant dapat timbul keluhan seperti : 1. Nyeri kepala, pening/pusing kepala.

2. Peningkatan/penurunan berat badan. 3. Nyeri payudara.

(14)

5. Tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.

6. Memerlukan tindakan pembedahan minor untuk memasang/insersi dan pencabutannya, sehinggaklien tidak dapat mengehntikan sendiri pemakaiannya sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.

7. Efektivitasnya menurun jika menggunakan implant bersamaan dengan penggunaan obat untuk epilepsy dan tubercolosis.

8. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan pertahun).

2.9.8 Pemasangan Implant

Pemasangan implant dilaksanakan pada bagian tubuh yang jarang bergerak. Berdasarkan penelitian, lengan kiri merupakan tempat terbaik untuk pemasangan yang sebelumnya dilakukan anastesi lokal (Sarwono, 2005).

Wanita yang diperbolehkan menggunakan implant, yaitu: 1. Umur reproduksi (20-35 tahun)

2. Telah memiliki anak sesuai yang diinginkan atau tidak ingin tambah anak lagi tetapi saat ini belum mau menggunakan kontrasepsi mantap.

3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.

4. Pascapersalinan dan sedang menyusui bayinya berusia 6 minggu atau lebih. Wanita yang tidak diperbolehkan menggunakan implant, yaitu:

1. Hamil atau diduga hamil.

(15)

3. Ada benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara. 4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

5. Mioma uterus dan kanker payudara. 6. Ibu yang memiliki riwayat hipertensi.

7. Ibu yang memiliki riwayat diabetes mellitus.

2.9.9 Pencabutan Implant

Pencabutan dapat dilakukan setiap bila diinginkan. Dapat dicabut bila akseptor ingin hamil, ada kontraindikasi atau efek samping.

indikasi:

- Atas permintaan akseptor

- Timbulnya efek samping yang sangat menganggu dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa

- Sudah habis masa pakainya - Terjadi kehamilan

2.9.10 Kontraindikasi Implant

Adapun kontraindikasi implant, yaitu : (Suratun, 2008) 1. Hamil atau diduga hamil

2. Perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui sebabnya 3. Tumor/keganasan

4. Penyakit jantung, kelainan haid, darah tinggi, kencing manis

2.9.11 Efek Samping

Pada kebanyakan pasien yang menggunakan KB implant dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting),

(16)

hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea, hingga timbul keluhan-keluhan seperti :

1. Nyeri kepala/pusing.

2. Peningkatan atau penurunan berat badan. 3. Nyeri payudara serta perasaan mual.

4. Perubahan perasaan mood atau kegelisahan (nervous).

5. Membutuhkan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan implant. 6. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk

AIDS.

7. Pasien tidak dapat menghentikan sendiri pemakainan kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.

8. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi

2.10 Akseptor

Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti (pelaksanaan) program keluarga berencana.

2.11 Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Penghentian Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

2.11.1 Faktor Predisposisi

1. Umur

Umur dalam hubungannya dengan pemakaian KB berperan sebagai faktor intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah, komposisi biokimia termasuk system hormonal seorang wanita. Kesehatan PUS sangat memengaruhi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga waktu melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak

(17)

yang dimiliki dan jarak anak tiap kelahiran. Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor seseorang untuk menjadi akseptor KB, sebab umur berhubungan dengan potensi reproduksi dan juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan cara kontrasepsi (BKKBN, 2007).

2. Jumlah Anak

Salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan pasangan suami istri dalam gerakan keluarga berencana adalah banyaknya anak yang dimilikinya. Diharapkan pada pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak, kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan pasangan anak yang mempunyai anak lebih sedikit (BKKBN, 2007).

3. Pendidikan

Menurut Purwoko (2000), pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dari pada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan sosial.

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupan keluarganya. Dengan bekerja sesorang dapat berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat memperoleh berbagai pengalaman (Notoatmodjo, 2003).

(18)

5. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain cognitive mempunyai 6 (enam) tingkatan :

- Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

- Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

- Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya penggunaan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian.

(19)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu metode kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

- Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagain dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

- Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justification atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut ber-KB, tidak mau memeriksakan kehamilan dan sebagianya.

6. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek untuk menghasilkan pengetahuan sehingga akan membentuk

(20)

orang tersebut berfikir dan berusaha dalam menentukan sesuatu (Notoatmodjo, 2003). Sikap terdiri berbagai tingkatan, yakni :

- Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

- Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

- Menghargai (Valuing), mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

- Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

Menurut Azwar (2005) ada beberapa faktor yang memengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain :

- Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. - Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya individu

cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

- Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu masyarakat.

- Media massa. Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual

(21)

disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. - Lembaga pendidikan dan lembaga agama. Konsep moral dan ajaran

dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan system kepercayaan, tidak mengherankan jika ada gilirannya konsep tersebut memengaruhi sikap.

- Faktor emosional. Kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme perubahan ego.

2.11.2 Faktor Pendukung

1. Keterjangkauan ke tempat pelayanan kesehatan

Jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan. Pada umumnya pasien-pasien akan mencari tempat pertolongan kesehatan ke fasilitas kesehatan yang berlokasi di dekat tempat tinggal mereka (Saifuddin, 2003).

2. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan adalah segala sarana dan prasarana yang dapat menunjang kepada kesehatan kita, baik kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani.

2.11.3 Faktor Penguat

Faktor penguat terdiri dari :

(22)

Tokoh masyarakat dan tokoh agama diharapkan perannya untuk dapat meyakinkan kepada masyarakat tentang program Keluarga Berencana (KB). Dengan cara pendekatan kepada masyrakat melalui acara yang di selenggarakan acara pemerintahan maupun acara keagaamaan seperti : sosialisasi, perwiritan, ibadah keluarga. Dalam kasus ini peran tokoh agama sangat memiliki andil yang sangat kuat untuk menjelaskan bahwa pengunaan alat kontrasepsi tidak dilarang oleh agama.

2. Petugas kesehatan

Peran petugas kesehatan seperti bidan, perawat, dokter obgyn diharapkan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat dan dapat meyakinkan kepada masyarakat tentang program Keluarga Berencana (KB).

3. Teman

Teman diharapkan perannya untuk dapat meyakinkan temannya tentang program Keluarga Berencana (KB).

4. Keluarga

Ibu kandung atau ibu mertua dan suami diharapkan perannya untuk dapat meyakinkan pilihan ibu tentang program Keluarga Berencana (KB).

(23)

2.11.4 Kerangka Pikir Faktor Klinis - Sakit kepala - Lemas - Kenaikan BB - Penurunan BB - Gangguan Haid - Mual Support - Orangtua/Keluarga - Suami - Mertua DO Impalant

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji untuk mengetahui Lingkungan Kerja, Disiplin Kerja serta Motivasi Kerja sebagai variabel bebas

Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan bimbingan keagamaan dalam membentuk akhlak anak usia dini di Kelompok Bermain Tunas Bangsa

Sikap aau ausias pesera didik dalam Sikap aau ausias pesera didik dalam mengikut kegiaan.

Membayar uang pendaftaran khusus bagi calon siswa yang berdomisili di luar kota Blitar, sedangkan siswa yang berdomisili di kota Blitar bebas uang pendaftaran

Pengumpulan data atau informasi terkait bahaya dan potensi risiko K3 pada aktivitas pekerjaan yang dilakukan di industri Penyamakan Kulit PT.X dilakukan dengan mengambil

Membedakan dengan penelitian lain, penemuan penulis mengenai pengaruh interaksi terhadap keberhasilan program “Angkringan Gayam”, bahwa seluruh tahapan proses manajemen di atas

Tujuan didalam penelitian skripsi ini adalah: Untuk mengetahui apakah dimensi-dimensi kualitas pelayanan di Hotel Dinasty Purwokerto memiliki tingkat kepentingan yang tinggi,

Aplikasi memiliki dua jenis keluaran, yakni hasil kecocokan aplikasi dengan minat yang dipilih oleh calon mahasiswa dan keluaran kedua adalah saran program studi yang lebih