• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DALAM MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DALAM MATEMATIKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

94

Nursupiamin*

Abstrak: Setiap guru mempunyai karakteristik tersendiri dalam mengajar. Seorang guru dianggap sukses memotivasi dan mampu mengembangkan prestasi akademik dari siswanya, jika guru tersebut mampu menerapkan model pengajaran yang tepat di kelas. Model pengajaran langsung merupakan pendekatan mengajar dengan tujuan membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan secara bertahap. Model ini dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari secara bertahap. Ciri dari model pengajaran langsung mencakup: (a) adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar. (b) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran. (c) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Kata Kunci : Pengajaran langsung dalam Matematika Pendahuluan

Kegiatan pembelajaran matematika di dalam kelas merupakan suatu keputusan yang ditetapkan oleh guru. Keputusan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan keyakinan guru terhadap matematika. Keyakinan seorang guru tentang matematika tidak dapat dipisahkan dengan pengetahuannya terhadap matematika. Madeline dan Hunter (1978) mengusulkan bahwa guru perlu untuk membuat tiga keputusan dasar untuk merancang pembelajaran. Keputusan-keputusan ini meliputi: (1) konten, bermakna bahwa pembelajaran beralih dari apa yang sudah siswa ketahui terhadap pengetahuan dan keterampilan melebihi yang mereka mengerti sekarang. (2) perilaku siswa, bermakna suatu kepastian

(2)

bahwa bagaimana anda memiliki siswa yang membuang-buang waktunya akan berpengaruh besar pada sikap dan prestasi dalam matematika. dan (3) perilaku guru, seperti rencana perilaku anda dalam proses pembelajaran dalam hal ini diperlukan ingatan berbagai prinsip belajar, yaitu motivasi, penguatan, retensi, dan transfer. Keputusan-keputusan ini menghimpun pelajaran tentang strategi jangka panjang dan juga pelajaran rutin dari hari ke hari dan pada akhirnya, akan menentukan tingkat sukses sebagai seorang guru matematika.

Perkembangan pesat di berbagai bidang dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika pada teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Kandungan materi dalam matematika, perlu disampaikan kepada siswa dengan memperhatikan kemampuan siswa dalam menerima. Di dalam suatu proses pembelajaran perlu memperhatikan kondisi pebelajar, hal ini berdasarkan klasifikasi taksonomi Bloom (1968) yang mengkategorikan ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga bagian ini menjadi bagian penting yang perlu diisi oleh pengajar kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran melalui seperangkat kegiatan dengan materi matematika.

Selain itu, guru perlu menerjemahkan seperangkat kegiatan yang menggiring siswa untuk melaksanakan aktivitas yang berdasarkan kebutuhan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini dapat diwujudkan melalui pemberian serangkaian informasi latar belakang materi pembelajaran, mendemonstrasikan keterampilan yang sedang diajarkan berkaitan dengan materi pembelajaran, serta menyediakan waktu bagi siswa untuk mendemonstrasikan kembali keterampilan tersebut sesuai dengan materi yang diterimanya sebagai wujud penerimaan umpan balik. Menurut Kardi & Nur (2000),

Keterampilan, baik kognitif maupun fisik, dan juga informasi yang lain, merupakan landasan untuk pembangunan hasil belajar yang lebih kompleks. Sebelum siswa dapat memperoleh dan memroses sejumlah besar informasi, mereka harus menguasai strategi belajar seperti membuat catatan, merangkum isi bacaan. Sebelum siswa dapat berfikir secara kritis, mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan dengan logika, membuat inferensi dari data, dan mengenal ketidakobjektifan dalam presentasi. Sebelum siswa dapat menulis suatu paragraf mereka harus menguasai pengkonstruksian kalimat dasar, penggunaan kata-kata dengan benar, dan disiplin diri dalam tugas penulisan.

Berdasarkan penjelasan di atas, tindakan yang dapat dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran adalah dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan pembelajaran. Menurut Kardi & Nur (2000), kutipan di atas menunjukkan perlunya penyampaian pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dengan asumsi tersebut, salah satu pendekatan mengajar yang khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif adalah model pengajaran langsung (MPL).

(3)

1. Gambaran Umum MPL

Menurut Kardi & Nur (2000), model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar. (b) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran. (c) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Menurut Bell (1978), yang mengemukakan bahwa:

One of the strategies usually associated with effective teaching is to explicitly state your goals and objectives and share them with the learner before he or she begins to study the course or unit.

(salah satu strategi yang biasanya digabungkan dengan pengajaran efektif secara eksplisit menyatakan tujuan dan sasaran anda serta menyampaikannya kepada pebelajar sebelum dia mulai untuk mengkaji pelajaran atau satuannya)

2. Tujuan Kegiatan MPL

Isi materi dalam MPL dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari secara bertahap. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural yang dimaksudkan adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Pendapat ini sejalan dengan, (Gagne, E., 1985; Paris, Lispon & Wixson, 1983) yang mengemukakan bahwa pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang dimiliki pebelajar tentang sesuatu. Pengetahuan tentang suatu syair, suatu kelompok fakta, suatu daftar tunggal, atau aturan-aturan suatu permainan merupakan contoh-contoh pengetahuan deklaratif. Kemudian, pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang dimiliki siswa tentang bagaimana melakukan sesuatu. Siswa dapat melakukan pembagian pecahan, mendeklamasikan suatu sajak, dan memainkan suatu permainan.

Berdasarkan materi pembelajaran yang memuat tentang pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural tersebut, berikut contoh tujuan kegiatan MPL.

Contoh-contoh Tujuan Pengajaran Langsung Dibandingkan dengan Tujuan Pembelajaran Sosial atau Berfikir Tingkat Tinggi, menurut Kardi & Nur (2000).

(4)

Perolehan Pengetahuan Perolehan Keterampilan Keterampilan Sosial Berfikir Tingkat Tingkat Siswa akan dapat

mendaftar aturan – aturan dasar permainan hoki

Siswa akan dapat memberi umpan sambil bergerak

Siswa akan dapat menunjukkan kerjasama sambil bermain hoki Siswa akan menyatakan suatu pendapat tentang terjadinya pelanggaran dalam hoki. Bila dikaitkan dengan pembelajaran matematika, maka untuk pokok bahasan Limit Fungsi. Misalnya diberikan suatu masalah limit fungsi,

1

lim

x

x

x

x

4

1

untuk menyelesaikan permasalahan ini, siswa memiliki pengetahuan deklaratif berupa aturan, (1) menyederhanakan bentuk akar, (2) memfaktorkan persamaan polynomial, (3) metode substitusi langsung untuk penyelesaian limit fungsi. Selanjutnya untuk kebutuhan pengetahuan prosedural, sebaiknya siswa memiliki serangkaian prosedur yang dapat digunakannya bersama pengetahuan deklaratifnya tersebut hingga memproses dan mendapat hasil dari masalah limit fungsi tersebut. Misalnya, siswa dapat mengawali langkah penyelesaian dengan menggunakan aturan menyederhanakan bentuk akar (dapat disajikan ke dalam bentuk,

1

lim

x

x

x

x

4

1

.

1

1

x

x

= = 1

lim

x

(

)(

1

)

1

4

x

x

x

x

= 1

lim

x

(

1

)(

1

)

1

3

x

x

x

x

).

Kemudian pada bagian penyebut dari proses penyelesaian tersebut perlu disederhanakan dengan menggunakan aturan memfaktorkan persamaan polynomial (dapat disajikan ke dalam bentuk,

1

lim

x

(

1

)(

1

)

1

3

x

x

x

x

= 1

lim

x

(

1

)(

1

)(

1

)

1

2

x

x

x

x

x

x

(5)

= 1

lim

x

(

1

)(

1

)

1

2

x

x

x

x

).

Akhir dari proses penyelesaian, kita dapat menggunakan metode substitusi langsung untuk mendapatkan nilai eksak dari masalah limit fungsi tersebut.

Berbagai macam aturan–aturan yang ada dalam langkah-langkah penyelesaian masalah limit fungsi tersebut merupakan pengetahuan-pengetahuan yang perlu disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikembangkan secara bertahap dalam MPL.

3. Sintaks dalam MPL

MPL merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan secara bertahap (sintaks).

MPL memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar, (2) Terdapat pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran, dan (3) Memiliki sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan berhasil.

MPL dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari secara bertahap. Para guru selalu menghendaki agar siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dengan berhasil.

Pada MPL terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.

Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Berikut diberikan sintaks MPL menurut Kardi & Nur (2000).

(6)

Fase Peran Guru 1. Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.

2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.

3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.

4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.

5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

Sebagai tambahan yang perlu dipahami saat pemberian umpan balik sebaiknya berpegang dengan memperhatikan hal-hal berikut: (a) memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan, (b) umpan balik harus jelas dan spesifik, (c) memberikan umpan balik disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. (d) Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar; apabila memberikan umpan balik negatif, tunjukkan bagaimana melakukannya dengan benar, (e) Membantu siswa memusatkan pada ”proses” dan bukan pada ”hasil”. (f) Mengajarkan siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya sendiri. (g) Memberikan kesempatan latihan mandiri; memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan mandiri. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.

Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan tanya jawab yang terencana. Ini berarti bahwa lingkungan berorentasi pada tugas dan memberikan harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.

(7)

4. Membelajarkan Siswa dengan MPL.

MPL memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif, MPL mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara saksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara saksama.

Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini pada dasarnya berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar siswa dengan baik.

Penutup

MPL adalah suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan secara bertahap. MPL dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Para guru selalu menghendaki agar siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dengan berhasil. Berdasarkan hal tersebut, MPL dicirikan dengan hal berikut: (1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar, (2) Terdapat pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran, dan (3) Memiliki sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan berhasil.

Daftar Rujukan

Bell, Frederick H., 1978. Teaching and Learning Mathematics. Dubuque, Iowa; Wm. C. Brown Company Publishers.

Bloom, B. S. 1956. Taxonomy of education objectives: Cognitive domain. New York: David O. McKay.

Gagne, R. M., 1985. The Conditions of Learning and Theory of Instruction (4th

ed.). New York: Holt, Rinehart & Winston.

Hunter, M. 1978. Theory into practice publications (motivation, reinforcement,

retention, transfer). El Segundo: TIP Publications.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Saran pada penelitian ini adalah; Titik yang digunakan untuk penelitian selanjutnya diharapkan berbeda sehingga tidak ada titik yang sama antar kelompok yang

Sesuai dengan paparan di atas maka kebijakan kriminalisasi terhadap kasus tindak pidana dalam hukum pertanahan adalah sesuai dengan ajaran hukum pidana yang menganut

memang sudah di upayakan oleh pihak bank untuk dapat di selesaikan, beberapa kendala yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan pemasaran adalah sebagai berikut pertama

Hasil interview dengan 5 orang karyawan pada tanggal 30 November 2016, diketahui bahwa 15 karyawan memiliki latar belakang pendidikan yang bukan berasal dari sekolah

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Cultivation technique applied, price level, crop yields and input efficiency will contribute to revenue and profit farming system (Rachman and Saryoko, 2008;

Hal ini sejalan dengan teori yang ada bahwa kenaikan kadar kreatinin dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah adanya aktivitas fisik yang

Bahan penelitian terdiri atas delapan jenis buah lokal Kalimantan, yaitu buah mentega, balangkasua, ramania, durian, pampaken, kuini, kasturi, dan ham- palam.. Buah tersebut