MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 491-497
PENGARUH PEMBERIAN PHOSPHODIESTERASE TYPE 5
INHIBITORS PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY JANTAN YANG
DILAKUKAN TINDAKAN TORSI-DETORSI TESTIS
Bagus Indra Cahya1, M Thohar Arifin2, Agung Aji Prasetyo2
1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2 Staf pengajar Ilmu Anatomi Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp. 02476928010
ABSTRAK
Latar Belakang: Torsio testis merupakan salah satu kegawatdaruratan yang harus segera ditangani secara cepat. Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors merupakan salah satu zat antioksidan yang bekerja spesifik pada testis. Pemberian Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors diperkirakan dapat memperbaiki kerusakan jaringan yang terjadi akibat keadaan torsi pada testis.
Tujuan: Menilai perbedaan derajat inflamasi pada tikus Sprague Dawley Jantan yang dilakukan tindakan torsi-detorsi antara yang diberi phosphodiesterase type 5 inhibitors dengan yang tidak diberi.
Metode: Penelitian ini berjenis true experimental dengan rancangan post test only controlled grup design. Penelitian yang telah dilakukan menggunakan 10 ekor tikus Sprague Dawley Jantan yang dilakukan torsi detorsi testis dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan, yaitu kelompok A dengan pemberian Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors dan kelompok B tanpa pemberian Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors dengan jumlah sampel tiap kelompok adalah 5 ekor tikus yang dikelompokkan secara acak ( simple random sampling ).
Hasil: Pada uji statistik Mann Whitney terdapat perbedaan bermakna (p<0,014) pada gambaran mikroskopis testis antara kelompok perlakuan A dengan kelompok perlakuan B. Kesimpulan: Terdapat perbedaan derajat inflamasi pada torsio testis tikus Sprague Dawley jantan yang diberikan Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors jika dibandingkan dengan derajat inflamasi pada torsio testis tikus Sprague Dawley jantan yang tidak diberikan Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors.
Kata Kunci: Torsio Testis, Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors ABSTRACT
THE EFFECT OF PHOSPHODIESTERASE TYPE 5 INHIBITORS
ADMINISTRATION ON MALE SPRAGUE DAWLEY RATS WITH TESTICULAR TORSION
Background: Testicular torsion is an emergency that needs to be treated less than 6 hours (golden period) to prevent further tissue damage permanently. One of methods to prevent further tissue damage is administrating antioxidant substance. Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors is one of antioxidant substances that work specifically in testicular tissue. Administration of Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors is predicted to rejuvenate tissue damage in testicular torsion.
Objectives: Determine the difference of inflammatory degree in male Sprague Dawley rats with testicular torsion between sample and control.
Methods: This study was true experimental study with post only controlled group design. This study was using 10 Male Sprague Dawley rats divided into 2 groups of sample and control.
MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 491-497 Results: Mann Whitney statistic test has shown significant difference (p<0,014) in inflammatory degree of histopathology between sample and control
Conclusion: There is a difference of inflammatory degree among Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors administrated male Sprague Dawley rats with testicular torsion compared to without Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors administrated male Sprague Dawley rats with testicular torsion.
Keywords:Testicular Torsion, Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors
PENDAHULUAN
Torsio testis merupakan suatu keadaan funikulus spermatikus yang terpuntir sehingga mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi yang mengarah ke testis dan epididimis, lebih lanjut oklusi tersebut akan memicu terbentuknya berbagai macam radikal bebas. Angka kejadian torsio testis adalah 4,5 per 100.000 laki-laki usia 1-25 tahun setiap tahunnya. 1,2
Penatalaksanaan torsio testis menjadi tindakan yang harus segera dilakukan. Penatalaksanaan kegawatdaruratan torsio testis yang paling sering dan mutlak dilakukan saat ini adalah dengan cara pembedahan dan tindakan detorsi 3.Tindakan bedah menjadi hal yang penting untuk memperbaiki aliran darah yang terhambat agar tidak terjadi iskemi dan reperfusi. 3,4.
Salah satu alternatif untuk mengurangi risiko komplikasi torsio testis dan untuk meningkatkan keberhasilan pembedahan yaitu dengan memperbaiki kerusakan jaringan selama golden period. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pemberian zat yang memiliki efek antioksidan. Salah satu jenis antioksidan yang mudah didapat dan relatif aman adalah phosphodiesterase type 5 inhibitors. Phosphodiesterase type 5 inhibitors adalah zat yang disintesis untuk menghambat phosphodiesterase type 5 inhibitors di sel. Beberapa jenis dari phosphodiesterase type 5 inhibitors di antaranya adalah sildenafil, tadalafil, dan vardenafil. Sildenafil merupakan salah satu jenis Phosphodiesterase type 5 inhibitors yang sangat mudah ditemukan di masyarakat. Nama lain dari sildenafil adalah VIAGRA®. 8,9
Mekanisme kerja Phosphodiesterase type 5 inhibitors adalah dengan memblokir aksi degradasi cGMP menjadi GMP oleh PDE 5 pada otot polos yang melapisi pembuluh darah yang memasok corpus cavernosum penis sehingga mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah penis.
MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 491-497 Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian Phosphodiesterase type 5 inhibitors terhadap derajat inflamasi torsio testis tikus Sprague Dawley jantan yang dilakukan tindakan torsio-detorsi.
METODE
Penelitian ini berjenis true experimental dengan rancangan post test only controlled
grup design. Penelitian yang telah dilakukan menggunakan sampel sebanyak 10 ekor tikus Sprague Dawley Jantan yang dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan, yaitu kelompok
perlakuan tikus A yang dilakukan torsi-detorsi testis dengan pemberian Phosphodiesterase
Type 5 Inhibitors dan kelompok perlakuan tikus B yang dilakukan torsi-detorsi testis tanpa
pemberian Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors.
Sebelum penelitian dilakukan tikus dipelihara hingga mencapai berat minimal lalu kemudian diaklimatisasi selama 2 hari dengan pakan standar. Perlakuan torsi-detorsi testis dilakukan dengan pemberian anestesi dilanjutkan dengan mengikat secara total aliran darah pada funikulus spermatikus selama 4 jam. Setelah 4 jam, pada kelompok tikus tikus A diberikan phosphodiesterase type 5 inhibitors dalam bentuk sediaan sildenafil secara oral dengan dosis 0,45 mg.
Penghitungan derajat inflamasi testis ini dilakukan pada 5 lapangan pandang dengan perbesaran 400 x. Pengamatan derajat inflamasi testis menggunakan derajat inflamasi menurut Cosentino, dkk Uji statistik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok perlakuan.
HASIL
Tabel 1. Data hasil pengamatan mikroskopis testis tiap kelompok
Kelompok Inflamasi Derajat I Inflamasi Derajat II Inflamasi Derajat III Inflamasi Derajat IV Jumlah A 5 0 0 0 5 B 1 4 0 0 5 493
MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 491-497 Keterangan :
A : Kelompok tikus yang dilakukan torsi-detorsi testis dengan pemberian Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors
B : Kelompok tikus yang dilakukan torsi-detorsi testis tanpa pemberian Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa pada kelompok A , semua tikus berada dalam keadaan inflamasi derajat I. Pada kelompok B didapatkan 4 ekor tikus berada dalam keadaan inflamasi derajat II.
Gambar 1. Gambaran mikroskopis testis kelompok A pada perbesaran 400x yang menunjukan inflamasi derajat I
Gambar 2. Gambaran mikroskopis testis kelompok B pada perbesaran 400x yang menunjukan inflamasi derajat II
MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 491-497 Tabel 2. Hasil analisis uji statistik Mann Whitney
Kelompok P
A
0,014* B
Keterangan : *Signifikan p<0,05
Hasil uji statistik Mann Whitney didapatkan data terdapat perbedaan bermakna gambaran mikroskopis testis antara kelompok perlakuan A dengan kelompok perlakuan B.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapatkan adanya perbedaan derajat inflamasi yang bermakna pada kelompok perlakuan tikus yang dilakukan tindakan torsi –detorsi testis dengan pemberian Phophodiesterase Type 5 Inhibitors dengan kelompok perlakuan tikus yang dilakukan tindakan torsi-detorsi testis tanpa pemberian Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors. Derajat inflamasi yang dinilai pada penelitian ini adalah gambaran histopatologi testis. Organ testis masing-masing tikus dilihat secara makroskopis selama 4 jam untuk dinilai derajat inflamasi yang terjadi. Penilaian ini kurang teliti karena masing-masing tikus memiliki derajat inflamasi yang berbeda, sehingga data dapat menjadi lebih teliti apabila sebelum pemberian
Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors dilakukan uji darah untuk menilai kadar mediator
inflamasi.
Keadaan hipoksia akibat tindakan torsi-detorsi testis mengakibatkan kerusakan jaringan testis ditambah lagi dengan keadaan stress yang dialami oleh hewan coba akibat tindakan torsi detorsi testis. Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors yang diberikan akan mengurangi aktivitas reperfusi injuri pasca detorsi dengan meningkatkan aliran darah ke testis dan meningkatkan aktivitas antiinflamasi sehingga akan mengurangi kerusakan jaringan akibat dampak dari hipoksia testis.12,13
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hassazaden pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa pemberian Phosphodiesterase Type 5 Inhibitors secara intravena terhadap tikus yang diberikan tindakan torsi detorsi memberikan efek sitoprotektif pada jaringan testis tikus dengan cara menekan stress oksidatif. 4 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Hamid Yilzid pada tahun 2011 mengungkapkan bahwa administrasi Sildenafil Sitrat pada kelompok
MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 491-497 tikus yang dilakukan torsi detorsi terjadi penurunan kadar MDA yang dapat memicu kerusakan jaringan pada testis.8 Hal ini sejalan hasil penelitian ini dimana pemberian
Phosphodiesterase Type 5 inhibitors secara oral juga menunjukkan efek sitoprotektif yang
bermakna.
Kesimpulan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukan gambaran hitopatologi kelompok perlakuan tikus tanpa diberikan Phosphodiesterase Type 5 inhibitors menunjukkan susunan tubulus seminiferus mengalami perubahan struktur berupa pembengkakan dengan susunan sel germinal yang tidak teratur dan warna kemerahan pada jaringan intersisial akibat rupturnya pembuluh darah. Sedangkan pada kelompok perlakuan tikus yang diberikan Phosphodiesterase Type 5 inhibitors, struktur jaringan tubulus seminiferus masih tampak baik dengan susunan sel germinal yang teratur. Gambaran yang diperoleh pada masing-masing sampel hampir menunjukkan gambaran yang serupa, meskipun pada saat dilakukan tindakan torsi tidak diketahui seberapa tinggi tingkat inflamasi yang dialami oleh organ testis sampel.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Terdapat perbedaan derajat inflamasi pada tikus Sprague Dawley Jantan yang dilakukan tindakan torsi-detorsi antara yang diberi phosphodiesterase type 5 inhibitors dengan yang tidak diberi
Saran
Peneliti mengharapkan adanya penelitian pendahuluan untuk mengetahui indikator terjadinya derajat inflamasi dengan cara menilai kadar darah pada testis tikus yang dilakukan tindakan torsi-detorsi testis.
MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 491-497
DAFTAR PUSTAKA
1. Taskinen S, Taskinen M, Rintala R. Testicular torsion: Orchiectomy or orchiopexy? J
Pediatr Urol. 2008;4:210.
2. Juri I. Do not forget to include testicular torsion in differential diagnosis of lower acute abdominal pain in young males. 2013;
3. Dajusta DG, Granberg CF, Villanueva C, Baker L a. Contemporary review of testicular torsion: New concepts, emerging technologies and potential therapeutics. J Pediatr Urol
[Internet]. 2013;9(6):723–730. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jpurol.2012.08.012
4. Ergur BU, Kiray M, Pekcetin C, Bagriyanik HA, Erbil G. Protective effect of erythropoietin pretreatment in testicular ischemia-reperfusion injuri in rats. J Pediatr
Surg. 2008;43:722.
5. Atik E, Sadık G. The effect of caffeic acid phenethyl ester ( CAPE ) on histopathological changes in testicular ischemia-reperfusion injuri. 2006;54:293.
6. Yin S, Trainor JL. Diagnosis and Management of Testicular Torsion , Torsion of the Appendix Testis , and Epididymitis. Clin Pediatr Emerg Med [Internet]. 2009;10(1):38– 44. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.cpem.2009.01.010
7. Ozkisacik S, Yazici M, Gursoy H, Serter M, Culhaci N. The effects of short-interval postconditioning in preventing testicular ischemia-reperfusion injuri in rats. J Pediatr
Surg [Internet]. 2011;46(3):546–550. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jpedsurg.2010.08.056
8. Efficacy O. Pharmacokinetics, Pharmacodynamics, and Efficacy of
PhosphodiesteraseType 5 Inhibitors. 2004;104(3):1–5.
9. Cristina RT, Dehelean C, Dumitrescu E, Netotea A, Gurban A. Pharmacologic Activity of Phosphodiesterases and Their Inhibitors. 2010;XLIII(2):300.
10. Kyriazis I, Kagadis GC, Kallidonis P, Georgiopoulos I. PDE5 inhibition against acute renal ischemia reperfusion injuri in rats : does vardenafil offer protection ? 2013;597. 11. Lin EP, Bhatt S, Rubens DJ, Dogra VS. Testicular Torsion : Twists and Turns. 2007; 12. Juri I. Testicular torsion in the inguinal canal in children. 2013; Qualitative and
quantitative analysis of PDE-5 inhibitors incounterfeit medicines and dietary supplements by HPLC–UVusing sildenafil as a sole reference
13. Urologi SMF, Bedah LI. Pedoman Diagnosis & Terapi. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2010;
14. Chan JL, Knoll JM, Depowski PL, Williams RA, Schober JM. and a Review of the Literature. URL [Internet]. 2009;73(1):83–86. Available from: