• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU MEI 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU MEI 2019"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

website : www.bi.go.id

LAPORAN PEREKONOMIAN

PROVINSI RIAU

(2)

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU

VISI BANK INDONESIA :

bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian

Indonesia dan terbaik diantara negara emerging markets

MISI BANK INDONESIA :

1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran kebijakan Bank Indonesia.

2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan.

3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis lain.

4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain. 5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi,

termasuk infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.

6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga di tingkat daerah.

7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan sistem informasi Bank Indonesia.

NILAI-NILAI STRATEGIS ORGANISASI BANK INDONESIA :

Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia adalah: (i) kejujuran dan integritas (trust and integrity);

profesionalisme (profesionalism); (ii) keunggulan (excellence); (iv) mengutamakan

kepentingan umum (public interest); dan (v) koordinasi dan kerja sama tim (coordination and teamwork) yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).

(3)

iii

LAPORAN

Perekonomian Provinsi (LPP) Riau ini merupakan kajian triwulanan yang

berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau. Terbitan kali ini memberikan gambaran perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau pada triwulan I 2019 dengan penekanan pada kondisi ekonomi makro regional antara lain, Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Asesmen Inflasi Daerah, Asesmen Keuangan Pemerintah, Asesmen Stabilitas Keuangan Daerah dan Pengembangan Ekonomi, Asesmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah, Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan, serta Prospek Perekonomian tahun 2019 berdasarkan indikator terkini. Analisis dilakukan berdasarkan data bulanan bank umum, data ekspor-impor yang diolah oleh Kantor Pusat Bank Indonesia, hasil survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, data perekonomian dan ketenagakerjaan yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, serta data pendukung yang diperoleh dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Riau dan instansi/lembaga lainnya, termasuk informasi anekdotal terkait.

Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi para pemangku kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak lain dalam pengambilan keputusan.

Pekanbaru, Mei 2019 Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

Decymus Direktur

(4)

GE

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU Kata Pengantar

iv

duduk di rumah memegang amanah

duduk di tanah memegang petuah

duduk di kampung menjadi payung

duduk di banjar bertunjuk ajar

duduk di ladang tenggang menenggang

duduk di negeri tahukan diri

duduk di dusun ia penyantun

duduk beramai elok perangai

apa tanda Melayu bertuah,

tahu berguru pada yang sudah

tahu berbuat pada yang ada

tahu memandang jauh ke muka

apa tanda Melayu terbilang,

dada lapang pandangan panjang

(5)

v

HALAMAN

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Grafik ... ix

Daftar Gambar... xii

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 1. 2. Kondisi Umum... PDRB Sisi Penggunaan... 8 11 2.1 Konsumsi ... 12 2.2 Investasi (PMTB)... 13

2.3 Ekspor dan Impor ... 15

2.3.1. Ekspor ... 2.3.2. Impor ... 15 16 3. PDRB Lapangan Usaha... 17

3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan... 18

3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ... 20

3.3 Sektor Industri Pengolahan ... 21

3.4 Sektor Konstruksi... 22 Boks 1 Alternatif Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru Riau

BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH

1. Kondisi Umum... 2. Realisasi Pendapatan Provinsi Riau... 3. Realisasi Belanja Provinsi Riau...

24 26 28

(6)

GE

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU

Daftar Isi

vi

BAB 3. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

1. Kondisi Umum... 32

2. 3. Perkembangan Inflasi Provinsi Riau... 2.1. Inflasi Kota... 2.1.1. Inflasi Kota Pekanbaru... 2.1.2. Inflasi Kota Dumai... 2.1.3. Inflasi Kota Tembilahan... Program Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Riau... 32 36 36 39 41 43 Boks 2 Indikasi Turunnya Daya Beli Dibalik Rendahnya Inflasi BAB 4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 1. Perkembangan Sistem Keuangan Riau... 49

1.1. Ketahanan Sektor Korporasi.. ... 50

1.2. Kerentanan Sektor Rumah Tangga. ... 53

2. Kondisi Umum Perbankan Riau... 55

2.1. Perkembangan Bank Umum... 2.1.1. Perkembangan . ... 2.1.3. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum .. 57 57 59 59 60 2.2. Perkembangan Perbankan Syariah... 61

2.3. Perkembangan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat... 63

2.4. Perkembangan Kredit UMKM... 64

BAB 5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 1. Kondisi Umum Sistem Pembayaran Tunai dan Non Tunai... 67

2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai... 68

2.1. Aliran Uang Masuk dan Keluar (Inflow - Outflow)... 68 2.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar... 2.3. Uang Rupiah Tidak Asli... 3. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai...

70 73 74

(7)

vii

3.1. Transaksi Kliring... 3.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) . 3.3. Transaksi Kegiatan Usa

75 76 76

BAB 6 KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN DAERAH

1. Kondisi Umum... 78 2.

3.

Ketenagakerjaan... Kesejahteraan Daerah... 3.1. Penduduk Miskin Riau... 3.2. Garis Kemiskinan Riau...

3.3. Indeks Kedalaman ...

3.4. Nilai Tukar Petani... 79 83 83 84 85 86

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

1. Prospek Makro Regional... 87

2. Perkiraan Inflasi... 92 3. Rekomendasi... 95

Boks 3 Perkembangan Ekonomi Global

(8)

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU Daftar Tabel

viii

HALAMAN

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan (yoy)... 11 Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral Dengan Migas (yoy)... 18

Tabel 2.1 Komponen Pendapatan Pajak 27

28 29

Tabel 3.1 Inflasi Aktual dan Historis 34

Tabel 3.2 Inflasi Aktual dan Historis 37

Tabel 3.3 Inflasi Aktual dan Historis 39

Tabel 3.4 Inflasi Aktual dan Historis 41

Tabel 4.1 Kredit Lokasi Bank Menurut Sektor Ekonomi ... 52

Tabel 4.2 Pangsa Kredit UMKM Pulau Sumatera... 65

Tabel 5.1 Perkembangan Transaksi BI- 76

Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi KUPVA-BB di 77

Tabel 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Pulau Sumatera... 79

Tabel 6.2 ... 80

Tabel 6.3 Garis Kemiskinan Provinsi Riau... 84

(9)

ix

HALAMAN

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional Secara Tahunan... 8

Grafik 1.2 NTP Subsektor Riau ... 12

Grafik 1.3 ... 12

Grafik 1.4 Perkembangan Kondisi Konsumen Riau... 13

Grafik 1.5 Perkembangan Indeks Survei Ekspektasi Konsumen 13 Grafik 1.6 Kredit Investasi ... 14

Grafik 1.7 Kredit Konstruksi Riau... 14

Grafik 1.8 Perkembangan Nilai Realisasi PMDN di Provinsi Riau... 14

Grafik 1.9 Perkembangan Nilai Realisasi PMA di Provinsi Riau... 14

Grafik 1.10 Perkembangan Volume Ekspor CPO Riau... 15

Grafik 1.11 Perkembangan Volume Ekspor ... Grafik 1.12 ... 15 16 Grafik 1.13 16 Grafik 1.14 Perkembangan Harga TBS... 19

Grafik 1.15 Perkembangan Harga Bokar... 19

Grafik 1.16 SBT Sektor Pertanian dan PDRB Riau... 19

Grafik 1.17 Kredit Perkebunan Sawit... 20

Grafik 1.18 Kredit Perkebunan Karet... 20

Grafik 1.19 Perkembangan Volume Lifting ... 21

Grafik 1.20 Perkembangan Kegiatan U . 21 Grafik 1.21 Perkembangan Harga CPO ... 22

Grafik 1.22 Perkembangan Harga Karet ... 22

Grafik 1.23 Konsumsi Semen ... 23

Grafik 1.24 LS Investasi ... 23 Grafik 2.1 Perkemban Grafik 2.2 25 25 Grafik 2.3 26

Grafik 2.4 Realisasi Pendapatan Asli Daerah 27

(10)

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU

Daftar Grafik

x

Grafik 2.5 Realisasi Komponen Belanja Tidak La 30

Grafik 2.6 Realisasi Pos Bel 31

Grafik 3.1 Perkembangan APBD Grafik 3.2

42 42

Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Nasional, Riau dan Sumatera (yoy)... 33

Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Ketiga Kota di Riau (yoy)... 33

Grafik 3.3 Inflasi Riau Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (yoy)... 36

Grafik 3.4 Inflasi Pekanbaru Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (yoy)... 38

Grafik 3.5 Inflasi Dumai Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (yoy)... 41

Grafik 3.6 Inflasi Tembilahan Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (yoy)... 43

Grafik 4.1 Kredit Durable Goods... 53

Grafik 4.2 ... 53

Grafik 4.3 ... 54

Grafik 4.4 ... 54

Grafik 4.5 Indeks Ekspektasi Konsumen dan Kredit Konsumsi... 55

Grafik 4.6 Perkembangan Aset Perbankan Riau... 56

Grafik 4.7 Perkembangan DPK Provinsi Riau... 56

Grafik 4.8 Perkembangan Kredit Perbankan Riau... 57

Grafik 4.9 Perkembangan Resiko Kredit Perbankan Riau... 57

Grafik 4.10 Perkembangan Aset Perbankan Syariah... 61

Grafik 4.11 DPK Perbankan Syariah Menurut Jenis Simpanan... 61

Grafik 4.12 Pertumbuhan Pembiayaan Perbankan Syariah... 62

Grafik 4.13 Perkembangan Aset BPR/S... 63

Grafik 4.14 Perkembangan DPK BPR/S... 63

Grafik 4.15 Perkembangan Kredit BPR/S... 64

Grafik 4.16 Perkembangan NPL BPR/S... 64

Grafik 4.17 Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit UMKM... 65

Grafik 4.18 Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Segmen... 66

Grafik 4.19 Perkembangan NPL Kredit UMKM .. 66

Grafik 5.1 Perkembangan Inflow dan Outflow di Provinsi Riau... 69

Grafik 5.2 Pergerakan Pertumbuhan Konsumsi RT (qtq) dan Outflow (qtq)... 70

Grafik 5.3 Pergerakan Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah dan Outflow (qtq) 70 Grafik 5.4 Perkembangan UTLE yang Dimusnahkan... 72

(11)

xi

Grafik 5.6 Perkembangan Peredaran Uang Rupiah Tidak Asli di Provinsi Riau... 74

Grafik 5.7 Perkembangan Transaksi Kliring (SKNBI) di Provinsi Riau... 75

Grafik 6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi di Sumatera... 79

Grafik 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi di Sumatera... 79

Grafik 6.3 Penduduk Bekerja Menurut Lapa 80 Grafik 6.4 Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan U 81 Grafik 6.5 Jumlah Jam Kerja Per Minggu... 82

Grafik 6.6 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan... 82

Grafik 6.7 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan ... 82

Grafik 6.8 Perkembangan Penduduk Miskin Riau... 83

Grafik 6.9 Sebaran Penduduk Miskin Riau... 83

Grafik 6.10 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Riau... 85

Grafik 6.11 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Riau... 85

Grafik 6.12 Perkembangan Nilai Tukar Petani... 86

Grafik 7.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Perkiraan 2019... 88

Grafik 7.2 Perkembangan ... 92

(12)

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU

Daftar Gambar

xii

HALAMAN

Gambar 3.1 Inflasi Riau, Sumatera dan Nasional 33

Gambar 7.1 Prakiraan Sifat Hujan Musim Hujan 2019 ... 95

(13)

xiii

2019

I II III IV I II III IV I

Indeks Harga Konsumen*) :

- Provinsi Riau 129.85 130.65 131.90 133.42 134.56 134.99 135.14 136.69 136.29 - Kota Pekanbaru 129.53 130.24 131.65 133.16 134.34 134.60 135.10 136.54 136.08 - Kota Dumai 130.85 131.89 132.19 133.82 134.05 135.33 134.38 136.30 135.92 - Kota Tembilahan 131.26 132.62 133.95 135.43 137.75 138.45 136.99 139.00 139.28 Laju Inflasi Tahunan (yoy, %) :

- Provinsi Riau 5.02 6.19 5.07 4.20 3.62 3.32 2.45 2.45 1.30 - Kota Pekanbaru 5.17 6.50 5.22 4.07 3.71 3.35 2.62 2.54 1.30 - Kota Dumai 5.33 5.95 4.99 4.85 2.45 2.61 1.66 1.85 1.40 - Kota Tembilahan 2.97 3.42 3.82 4.27 4.94 4.40 2.27 2.64 1.11 Pertumbuhan PDRB (yoy %, dengan migas) 2.81 2.49 2.91 2.53 2.84 2.34 2.94 1.28 2.88 Nilai Ekspor Non Migas (Juta USD) 3,752.61 3,051.59 3,410.24 3,833.88 3,443.20 3,273.40 3,487.54 3,118.84 2,725.14 Volume Ekspor Non Migas (ribu Ton) 5,514.38 4,879.90 5,651.68 5,960.66 5,415.78 5,186.43 6,215.94 5,947.73 5,484.64 Nilai Impor Non Migas (Juta USD) 211.39 278.67 316.83 434.62 375.28 334.67 332.97 363.47 350.12 Volume Impor Non Migas (ribu Ton) 614.66 883.53 716.64 968.01 872.71 1,034.52 984.80 1,170.38 1,227.06

2019

I II III IV I II III IV I

Bank Umum

Total Aset (dalam Rp Juta) 97,413,710 96,800,520 103,345,237 98,443,308 94,942,058 95,727,695 98,944,416 102,498,924 100,962,242 DPK (dalam Rp Juta) 72,224,755 73,060,394 74,585,391 73,150,935 73,316,351 74,019,300 76,079,917 76,705,950 78,100,301 - Giro 12,952,275 11,441,182 11,869,441 10,074,125 11,758,608 11,563,236 12,431,456 11,341,182 12,560,736 - Tabungan 33,449,661 34,130,124 34,276,721 37,784,186 36,634,497 38,523,504 37,928,821 39,718,346 37,508,112 - Deposito 25,822,819 27,489,088 28,439,728 25,292,624 24,923,245 23,932,559 25,719,640 25,646,421 28,031,453 Kredit (dalam Rp Juta) 81,675,790 81,377,056 84,102,959 88,784,648 90,306,676 94,890,672 102,416,393 106,679,502 103,998,271 - Modal Kerja 27,812,278 25,342,238 26,764,841 28,699,385 28,654,574 31,245,285 34,545,295 37,528,287 33,897,763 - Investasi 26,877,525 28,239,386 29,186,840 30,709,614 31,595,129 32,868,503 36,278,433 36,648,647 37,350,622 - Konsumsi 26,985,987 27,795,433 28,151,278 29,375,649 30,056,974 30,776,883 31,592,665 32,502,568 32,749,886 - LDR (%) 80.14 80.69 80.12 82.86 83.04 84.14 83.24 85.20 83.89 - NPL (%) 2.88 3.02 2.70 2.11 3.15 3.09 2.73 2.62 2.12 Kredit UMKM (dalam Rp Juta) 20,172,660 20,431,064 21,050,432 22,165,379 21,878,938 22,556,794 23,269,388 23,577,134 23,722,752 - Mikro 6,191,162 6,470,926 6,564,830 6,704,790 6,961,426 7,170,662 7,417,408 7,430,606 7,662,518 - Kecil 7,819,176 7,872,233 7,985,290 8,340,728 8,345,315 8,780,340 9,028,948 9,096,846 9,328,304 - Menengah 6,162,322 6,087,904 6,500,312 7,119,861 6,572,197 6,605,791 6,823,031 7,049,682 6,731,931

NPL UMKM (%) 6.54 6.21 5.87 5.17 5.50 5.13 4.65 4.56 4.89

BPR

Total Aset (dalam Rp Juta) 1,373,214 1,333,780 1,381,337 1,410,339 1,405,693 1,387,705 1,396,118 1,382,307 1,377,157 DPK (dalam Rp Juta) 1,015,101 995,342 1,033,906 1,063,512 1,054,088 1,034,321 1,035,572 1,015,182 1,005,729 - Tabungan 372,916 355,491 389,333 408,247 400,586 414,674 413,843 410,502 397,979 - Deposito 642,185 639,851 644,573 655,265 653,502 619,647 621,729 604,680 607,750 Kredit (dalam Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek 952,794 941,160 927,734 933,614 918,603 928,536 943,568 965,389 984,982 Rasio NPL (%) 14.97 16.23 15.66 13.42 14.17 12.37 11.72 10.65 11.61 LDR (%) 93.86 94.56 89.67 87.79 87.15 89.77 91.12 95.10 97.94 INDIKATOR B. PERBANKAN INDIKATOR 2017 2017 2018 2018

(14)

GE

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU Tabel Indikator

xiv

C. SISTEM PEMBAYARAN 2019 I II III IV I II III IV I 365,956 4,965,800 (522,690) 4,765,670 (233,402) 4,631,125 281,817 3,133,880 (333,918) 2,708,511 1,544,600 3,279,980 1,020,195 3,130,717 2,379,016 2,773,736 1,793,398 3,023,694 3,074,467 6,510,400 2,757,290 5,785,866 2,897,314 7,010,141 3,055,553 4,927,278 2,689,776 Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 1,561,072 661,538 807,791 644,064 833,643 110,850 792,980 274,500 731,278 Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) *) 56,967 67,889 73,379 76,367 29,974 57,126 59,155 84,559 56,705 Volume Transaksi RTGS (lembar) *) 9,538 9,551 11,200 13,434 6,939 10,307 11,763 12,594 9,513 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 922 1,103 1,191 1,239 483 1,038.65 954.11 1,342.20 914.60 Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 144 146 171 207 111.92 187.40 189.73 199.90 153.44 Nominal Transaksi Kliring (Rp miliar) 6,149 4,430 5,019 5,044 4,670 4,447 4,703 4,800 4,228 Volume Transaksi Kliring (lembar) 190,181 134,842 156,938 157,644 144,487 136,833 143,406 147,125 130,977 Rata-rata Harian Nominal Transaksi Kliring (Rp miliar) 99.19 71.46 80.95 81.35 75.32 80.86 75.86 76.19 68.20 Rata-rata Harian Volume Transaksi Kliring (lembar) 2,948 2,602 2,534 2,553 2,330.44 2,487.87 2,313.00 2,335.32 2,112.53

2018 2017

Inflow (dalam Rp Juta)

Outflow (dalam Rp Juta) Posisi Kas Gabungan (dalam Rp Juta)

INDIKATOR

(15)

1

I. ASESMEN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

 Perekonomian Riau pada triwulan I 2019 tumbuh meningkat dari 1,28% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi 2,88% (yoy) pada triwulan laporan. Apabila dilihat dari pertumbuhan ekonomi tanpa migas, pada triwulan I 2019 tercatat 4,38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2018 yang sebesar 2,74% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera yang tumbuh meningkat dari 4,46% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi 4,55% (yoy) pada triwulan laporan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi nasional tercatat melambat dari 5,18% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi 5,07% (yoy) pada triwulan I 2019.

 Dari sisi penggunaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan I 2019 bersumber dari investasi, konsumsi pemerintah, dan konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT). Meningkatnya pertumbuhan investasi sejalan dengan penyelesaian proyek Pemerintah Provinsi Riau tahun 2018. Sementara itu, meningkatnya konsumsi pemerintah dan konsumsi LNPRT didorong oleh meningkatnya intensitas kegiatan menjelang Pemilu 2019.

 Peningkatan dari sisi lapangan usaha didorong oleh sektor pertanian, industri pengolahan, dan konstruksi. Meningkatnya permintaan domestik terhadap kertas, pencetakan, dan makanan minuman mendorong meningkatnya pertumbuhan industri pengolahan yang disertai dengan meningkatnya permintaan bahan baku ditengah perbaikan harga komoditas turut mendorong pertumbuhan sektor pertanian. Selain itu, carry over penyelesaian infrastruktur utama tahun 2018 juga mendorong kenaikan kinerja sektor konstruksi.

Meningkatnya ekonomi Riau dari sisi penggunaan bersumber dari investasi, konsumsi pemerintah, dan LNPRT Perekonomian Riau pada triwulan I 2019 tumbuh sebesar 2,88% (yoy), meningkat jika dibandingkan triwulan IV 2018 yang tumbuh 1,28% (yoy).

RINGKASAN

EKSEKUTIF

Peningkatan dari sisi lapangan usaha bersumber dari sektor pertanian, industri pengolahan, dan konstruksi.

(16)

GE

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU Ringkasan Eksekutif

2

 Memasuki triwulan II 2019, perekonomian Riau diperkirakan tumbuh positif, berada pada kisaran 1,95-2,45% (yoy), melambat dibandingkan realisasi triwulan I 2019. Perlambatan utamanya bersumber dari konsumsi pemerintah dan investasi. Sedangkan dari sisi lapangan usaha, perlambatan utamanya didorong oleh sektor industri pengolahan dan konstruksi, serta kontraksi sektor pertambangan. Meredanya intensitas pengeluaran/belanja Pemilu serta menurunnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Riau mendorong perlambatan konsumsi Pemerintah. Sementara itu, telah berlalunya carry over penyelesaian 3 infrastruktur strategis Provinsi Riau yakni: Jembatan Siak IV, Flyover SKA, dan Flyover Arengka, serta banyaknya libur yang menyebabkan berkurangnya intensitas konstruksi menahan pertumbuhan investasi dan kinerja sektor konstruksi. Selain itu, melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan disebabkan oleh berlalunya aktivitas Pemilu dimana pada triwulan I 2019 permintaan produksi kertas, pencetakan, dan makanan minuman meningkat dalam rangka persiapan Pemilu.

II. ASESMEN INFLASI DAERAH

 Inflasi Riau pada triwulan I 2019 tetap terkendali pada level yang rendah dan stabil. Rendahnya tekanan inflasi tersebut utamanya dipengaruhi oleh menurunnya tekanan inflasi seluruh kelompok pengeluaran. Adapun komoditas utama penyebab turunnya inflasi Riau pada triwulan I 2019 antara lain: cabai merah, daging sapi, bensin, kentang, dan minyak goreng. Sedangkan, komoditas penahan laju inflasi yang lebih rendah antara lain: tarif angkutan udara, rokok kretek filter, sewa rumah, beras, dan rokok kretek. Secara spasial, inflasi Riau tertinggi terjadi di Dumai, diikuti Pekanbaru dan Tembilahan.

 Inflasi Riau pada triwulan II 2019 diperkirakan berada pada kisaran 2,45 ± 0,25% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan triwulan I 2019 yang sebesar 1,30% (yoy). Perkiraan meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan II 2019 terindikasi dari realisasi inflasi April 2019 yang menunjukkan peningkatan dari 1,30% (yoy) pada bulan Maret 2019 menjadi 1,64% (yoy). Meningkatnya inflasi tersebut utamanya bersumber dari kelompok Inflasi Provinsi

Riau pada triwulan I 2019 tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2018.

Inflasi Riau pada triwulan II 2019 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2019, namun masih didalam kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 3,5 ± 1% (yoy). Memasuki triwulan II 2019, perekonomian Riau diperkirakan melambat seiring dengan melambatnya konsumsi pemerintah dan investasi, serta industri pengolahan, konstruksi, dan pertambangan.

(17)

3 pengeluaran Bahan Makanan akibat kenaikan harga cabai merah, bawang merah, dan bawang putih. Meningkatnya harga cabai merah disebabkan oleh adanya petani di wilayah sentra yang mengganti tanaman cabai merah dengan tanaman lain. Selain itu, kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh terbatasnya panen akibat rendahnya areal penanaman pada bulan Januari-Februari 2019 seiring dengan tingginya curah hujan di wilayah sentra produksi Brebes, Jawa Tengah. Sementara itu, meningkatnya harga bawang putih disebabkan terbatasnya pasokan akibat rendahnya impor. Adanya indikasi kenaikan inflasi, mendorong bahwa kewaspadaan perlu senantiasa dilakukan dan koordinasi antara Bank Indonesia, Pemerintah Daerah dan pihak terkait lainnya harus terus diperkuat.

III. ASESMEN KEUANGAN PEMERINTAH

 Perkembangan realisasi APBD Provinsi Riau hingga triwulan I 2019 secara umum mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I 2018, baik dari sisi pendapatan maupun sisi belanja. Realisasi pendapatan Provinsi Riau hingga triwulan I 2019 tercatat sebesar Rp1,95 triliun atau 21,35% dari pagu anggaran, meningkat 8,03% (yoy) dibandingkan triwulan I 2018 yang tercatat sebesar Rp1,80 triliun atau 19,53% dari pagu anggaran. Sementara itu, realisasi belanja Provinsi Riau hingga triwulan I 2019 meningkat dibandingkan triwulan I 2018. Realisasi belanja hingga triwulan I 2019 tercatat sebesar Rp861 miliar atau 9,38% dari pagu anggaran, meningkat hingga 13,74% (yoy) dibandingkan triwulan I 2018 yang tercatat sebesar Rp757 miliar atau 7,33% dari pagu anggaran. Peningkatan realisasi belanja tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan dana bagi hasil (DBH) SDA yang meningkat 80,11% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sehingga pemerintah dapat melakukan belanja lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

IV. ASESMEN STABILITAS KEUANGAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN EKONOMI

 Stabilitas Sistem Keuangan daerah Riau pada triwulan I 2019 membaik dan terjaga di tengah meningkatnya kinerja perekonomian. Kerentanan sektor Realisasi APBD Provinsi Riau hingga triwulan I 2019 tercatat lebih tinggi dibandingkan tahun 2018.

(18)

GE

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU Ringkasan Eksekutif

4 korporasi dan rumah tangga Riau pada triwulan I 2019 secara umum tetap terjaga, sejalan dengan NPL sektor korporasi yang membaik di tengah kredit korporasi dan RT yang melambat. Indikator kinerja perbankan di Riau pada triwulan I 2019 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan ini tercermin dari membaiknya pertumbuhan tahunan Aset dan DPK, serta membaiknya NPL di tengah melambatnya pertumbuhan kredit dan menurunnya LDR.

V. ASESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

 Perkembangan transaksi pembayaran tunai di Provinsi Riau pada triwulan I 2019 tercatat mengalami net inflow. Kondisi tersebut utamanya didorong oleh seasonal factor akibat rendahnya pengeluaran pemerintah diawal tahun anggaran serta normalisasi konsumsi masyarakat setelah berakhirnya momentum Natal, perayaan Tahun Baru serta libur sekolah yang terjadi pada triwulan IV 2018.

 Transaksi melalui kliring dan BI-RTGS mengalami penurunan baik dari sisi nominal maupun dari sisi jumlah warkat transaksi. Secara nominal transaksi kliring pada triwulan I 2019 tercatat sebesar Rp4,23 triliun atau menurun 11,92% (qtq) sedangkan dari sisi jumlah warkat kliring tercatat sebanyak 131 ribu lembar atau menurun 10,98% (qtq). Sementara itu, transaksi non tunai menggunakan BI-RTGS di Provinsi Riau juga tercatat menurun hingga 32,94% (qtq) dari Rp84,56 triliun pada triwulan IV 2018 menjadi Rp56,71 triliun pada triwulan I 2019. Sedangkan dari sisi volume transaksi juga terjadi penurunan dari 12,594 ribu lembar pada triwulan IV 2018 menjadi 9,513 ribu lembar pada triwulan I 2019.

 Dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas fisik uang, Kantor Perwakilan BI Provinsi Riau telah melakukan kerjasama dengan 48 Bank Umum di Provinsi Riau untuk melayani masyarakat dalam hal penukaran uang lusuh. Selain itu, Kantor Perwakilan BI Provinsi Riau juga selalu berupaya untuk meningkatkan frekuensi dan jangkauan layanan kas keliling baik secara wholesale maupun retail ke daerah-daerah yang memiliki peredaran uang lusuh dalam jumlah tinggi, terutama ke pasar-pasar Perkembangan transaksi pembayaran tunai di Provinsi Riau pada triwulan I 2019 mengalami net inflow. Transaksi kliring dan BI-RTGS tercatat menurun baik dari sisi nominal maupun jumlah transaksi. Bank Indonesia secara konsisten terus berupaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas fisik uang di wilayah Provinsi Riau. Tekanan stabilitas keuangan di Provinsi Riau pada triwulan I 2019 masih baik dan terjaga.

(19)

5 tradisional baik di dalam kota, luar kota maupun daerah remote area (daerah terpencil) di Provinsi Riau. Upaya lain yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang layak edar adalah memperluas jaringan distribusi uang dan layanan kas yang menjangkau seluruh wilayah Provinsi Riau dengan cara membuka Kas Titipan di perbankan. Saat ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau telah membuka Kas Titipan yang tersebar di 4 titik wilayah Provinsi Riau yaitu Dumai, Pasir Pangaraian, Selat Panjang, dan Rengat.

VI. ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

 Perkembangan ketenagakerjaan Provinsi Riau pada bulan Februari 2019 menunjukkan perbaikan. Sejumlah indikator memperlihatkan terjadinya peningkatan kualitas ketenagakerjaan, antara lain menurunnya angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Riau dari 5,72% pada Februari 2018 menjadi 5,57% pada Februari 2019. Perkembangan kesejahteraan di Provinsi Riau juga membaik terlihat dari penurunan persentase jumlah penduduk miskin dibanding jumlah penduduk di Riau yakni dari 7,41% pada September 2017 menjadi 7,21% pada September 2018. Kondisi tersebut juga terindikasi dari tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani yang menunjukkan perbaikan dari 92,70 pada triwulan IV 2018 menjadi 96,41 pada triwulan I 2019.

VII. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

 Perkembangan ekonomi Riau pada triwulan III 2019 diperkirakan tumbuh pada kisaran 2,00 2,40 %(yoy), relatif stabil dibandingkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Riau triwulan II 2019. Ditinjau dari sisi penggunaan, sumber pertumbuhan diperkirakan berasal dari PMTB dan net ekspor. Pertumbuhan PMTB diperkirakan meningkat sejalan dengan perkiraan mulai positifnya pertumbuhan harga CPO dan karet setelah sebelumnya selalu tumbuh negatif sejak pertengahan 2017. Membaiknya pertumbuhan harga kedua komoditas ini menjadi insentif dunia usaha di Riau untuk menambah investasi. Pertumbuhan ekspor luar negeri Riau pada triwulan III 2019 diperkirakan masih tetap meningkat seiring dengan penurunan tarif impor Ekonomi Riau pada

triwulan III 2019 relatif stabil jika dibandingkan perkiraan triwulan II 2019. Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan daerah di Provinsi Riau terindikasi membaik.

(20)

GE

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU Ringkasan Eksekutif

6 CPO dan RPO India dari 44% dan 54% menjadi 40% dan 50% dan perkiraan mulai positifnya pertumbuhan harga CPO di tengah masih terbatasnya ekspor CPO ke Eropa dan AS. Sementara itu, dari sisi lapangan usaha, dorongan terhadap ekonomi Riau triwulan III 2019 utamanya berasal dari: (i) sektor industri pengolahan dan (ii) sektor konstruksi. Dorongan sektor industri pengolahan berasal dari penurunan tarif impor CPO dan RPO India dari 44% dan 54% menjadi 40% dan 50%, mulai positifnya pertumbuhan harga CPO, dan semakin meluasnya program B20 yang digulirkan pemerintah. Sementara itu, dorongan sektor konstruksi pada triwulan III 2019 diperkirakan sejalan dengan masih berlanjutnya konstruksi jalan tol Pekanbaru Dumai yang hingga kini pembangunannya telah mencapai sekitar 46%.

 Secara keseluruhan tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Riau diperkirakan berada pada kisaran 2,20 2,60 % (yoy), dengan tendensi meningkat (namun terbatas) jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2018. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Riau untuk keseluruhan 2019 diperkirakan bersumber dari meningkatnya pertumbuhan belanja pemerintah dan ekspor antar daerah. Dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan diperkirakan menjadi pendorong utama meningkatnya ekonomi Riau untuk keseluruhan 2019. Namun, peningkatan yang lebih tinggi tertahan oleh sektor pertambangan yang terkontraksi lebih dalam, serta sektor pertanian, konstruksi, dan sektor perdagangan yang diperkirakan mengalami perlambatan.

 Inflasi Provinsi Riau pada triwulan III 2019 diperkirakan berada pada kisaran 2,60 3,00% (yoy). Perkiraan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan perkiraan inflasi triwulan II 2019 namun lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi triwulan III dalam 5 tahun terkahir. Secara keseluruhan tahun 2019, tingkat inflasi diperkirakan berkisar antara 2,40 2,80% (yoy), berada dalam target inflasi nasional 3,5 + 1% (yoy), dan sedikit lebih tinggi dibandingkan keseluruhan tahun 2018. Meningkatnya tekanan inflasi tersebut diperkirakan terutama bersumber dari komoditas-komoditas yang harganya dipengaruhi atau ditetapkan oleh kebijakan pemerintah seiring dengan terbukanya peluang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), kenaikan Inflasi Riau pada

triwulan III 2019 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan perkiraan triwulan II 2019. Pertumbuhan ekonomi Riau keseluruhan tahun 2019 diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan capaian tahun 2018

(21)

7 tarif Pelayanan Jasa Navigasi Penerbangan (PJNP), dan penerapan tarif bagasi untuk seluruh maskapai kategori No Frills.

 Beberapa faktor yang berpotensi membawa inflasi melewati batas atas kisaran proyeksi antara lain perkiraan terjadinya musim hujan 2019 yang mempunyai sifat hujan di bawah normal pada sebagian wilayah Riau, sehingga berpotensi mengganggu produksi tanaman pangan. Menurut perkiraan BMKG, sebagian wilayah Riau pada musim hujan 2018/2019 mengalami sifat hujan di bawah normal sampai normal. Beberapa wilayah yang diperkirakan mengalami sifat hujan di bawah normal (dibandingkan musim hujan tahun-tahun sebelumnya) antara lain sebagian Bengkalis, sebagian Siak, sebagian Kampar, dan sebagian Pekanbaru. Adapun wilayah-wilayah Riau lainnya diperkirakan mengalami sifat hujan normal (dibandingkan musim hujan tahun-tahun sebelumnya). Selain faktor cuaca, lonjakan permintaan khususnya pada momentum liburan sekolah dan hari besar keagamaan, kenaikan harga pakan ternak terutama jagung, terhambatnya impor bawang putih, peluang kenaikan harga BBM, kenaikan tarif angkutan udara, kenaikan tarif PJNP, dan sebagainya turut menjadi faktor yang memberikan tekanan kenaikan inflasi.

Terdapat beberapa faktor yang

mendorong kenaikan inflasi utamanya terkait faktor cuaca, permintaan, kenaikan harga pakan ternak, BBM, tarif angkutan udara, dan PJNP .

(22)

GE

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

8

1. KONDISI UMUM

Perekonomian Riau mengalami peningkatan. Pada triwulan I 2019, pertumbuhan ekonomi Riau tercatat sebesar 2,88% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV 2018 yang sebesar 1,28% (yoy). Peningkatan tersebut searah dengan pertumbuhan ekonomi tanpa migas yang pada triwulan I 2019 tercatat 4,38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2018 yang sebesar 2,74% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera yang tumbuh meningkat dari 4,46% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi 4,55% (yoy) pada triwulan laporan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi nasional tercatat melambat dari 5,18% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi 5,07% (yoy) pada triwulan I 2019 sebagaimana yang ditunjukkan Grafik 1.1 berikut:

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau, Sumatera, Nasional Secara Tahunan (%yoy)

Sumber: BPS 5.1 4.9 4.9 5.0 4.8 4.7 4.8 5.2 4.9 5.2 5.0 4.9 5.0 5.0 5.1 5.2 5.1 5.3 5.2 5.2 5.1 5.0 4.6 4.5 4.2 3.5 3.0 3.2 4.5 4.2 4.5 4.0 4.4 4.1 4.2 4.4 4.4 4.3 4.6 4.7 4.5 4.6 4.1 2.8 2.6 1.4 0.0 -2.1 -1.4 4.4 2.7 2.8 1.3 2.0 2.8 2.5 2.9 2.5 2.8 2.3 2.9 1.3 2.9 (2.50) (1.50) (0.50) 0.50 1.50 2.50 3.50 4.50 5.50 6.50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017 2018 2019

%

y

o

y

Nasional Sumatera Riau

Bab 1

PERKEMBANGAN

(23)

9

Dari sisi penggunaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan I 2019 bersumber dari investasi, konsumsi pemerintah, dan konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT). Meningkatnya pertumbuhan investasi sejalan dengan penyelesaian proyek Pemerintah Provinsi Riau tahun 2018. Sementara itu, meningkatnya konsumsi pemerintah dan konsumsi LNPRT didorong oleh meningkatnya intensitas kegiatan menjelang Pemilu 2019. Disisi lain, peningkatan dari sisi lapangan usaha didorong oleh sektor pertanian, industri pengolahan, dan konstruksi. Meningkatnya permintaan domestik terhadap kertas, pencetakan, dan makanan minuman mendorong meningkatnya pertumbuhan industri pengolahan yang disertai dengan meningkatnya permintaan bahan baku ditengah perbaikan harga komoditas turut mendorong pertumbuhan sektor pertanian. Selain itu, carry over penyelesaian infrastruktur utama tahun 2018 juga mendorong kenaikan kinerja sektor konstruksi.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Riau yang lebih tinggi tertahan oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri. Melambatnya konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh penurunan pendapatan petani perkebunan terutama kelapa sawit. Selain itu, turunnya harga minyak dunia, pemberlakuan Permendag Nomor 21 tahun 2019 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) Nomor 42 tahun 2018 mengenai Prioritas Produksi Hasil Pertambangan untuk Kebutuhan Industri Pengolahan Domestik menjadi faktor penyebab terkontraksinya ekspor luar negeri. Adapun faktor penahan laju pertumbuhan ekonomi Riau yang lebih tinggi dari sisi lapangan usaha bersumber dari kontraksi pada sektor pertambangan yang terus berlanjut akibat natural declining.

Memasuki triwulan II 2019, perekonomian Riau diperkirakan tumbuh positif, berada pada kisaran 1,95-2,45% (yoy), melambat dibandingkan realisasi triwulan I 2019. Perlambatan utamanya bersumber dari konsumsi pemerintah dan investasi. Sedangkan dari sisi lapangan usaha, perlambatan utamanya didorong oleh sektor industri pengolahan dan konstruksi, serta kontraksi sektor pertambangan. Meredanya intensitas pengeluaran/belanja Pemilu serta menurunnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Riau mendorong perlambatan konsumsi Pemerintah. Sementara itu, telah berlalunya carry over penyelesaian 3 infrastruktur strategis Provinsi Riau yakni: Jembatan Siak IV, Flyover SKA, dan Flyover Arengka,

(24)

GE

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

10

serta banyaknya libur yang menyebabkan berkurangnya intensitas konstruksi menahan pertumbuhan investasi dan kinerja sektor konstruksi. Selain itu, melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan disebabkan oleh berlalunya aktivitas Pemilu dimana pada triwulan I 2019 permintaan produksi kertas, pencetakan, dan makanan minuman meningkat dalam rangka persiapan Pemilu. Perlambatan perkiraan pertumbuhan ekonomi Riau triwulan II 2019 yang lebih dalam tertahan oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri. Meningkatnya konsumsi rumah tangga didorong oleh kenaikan pendapatan karena adanya kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) sekitar 5% per April 2019, adanya Tunjangan Hari Raya (THR), dan pembayaran gaji ke-13 ASN. Sementara itu, membaiknya kontraksi ekspor luar negeri didorong oleh perkiraan meningkatnya ekspor CPO ke India seiring dengan penurunan tarif impor Crude Palm Oil (CPO) dan Refined Palm Oil (RPO) India dari 44% dan 54% menjadi 40% dan 50%. Akselerasi yang lebih tinggi tertahan oleh adjustment ekspor minyak bumi pasca diberlakukannya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 21 Tahun 2019 mengenai Prioritas Hasil Pertambangan untuk Dalam Negeri. Selain itu, peningkatan dari sisi lapangan usaha bersumber dari sektor pertanian seiring dengan membaiknya harga komoditas kelapa sawit, berlalunya puncak musim hujan, dan semakin banyak intensifikasi yang dilakukan banyak perkebunan sawit antara lain melalui mekanisasi proses panen dan pengangkutan TBS.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi Riau diperkirakan terus terjadi hingga triwulan III 2019, berada pada kisaran 1,90-2,40% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan perkiraan triwulan II 2019. Perlambatan dari sisi penggunaan, diperkirakan bersumber dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Melambatnya konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh tidak adanya kenaikan pendapatan dan perkiraan kontraksi harga minyak yang lebih dalam. Sementara itu, melambatnya konsumsi pemerintah dipengaruhi oleh turunnya APBD Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Riau sekitar 2,3% dari APBD tahun 2018. Selain itu, perlambatan dari sisi lapangan usaha bersumber dari sektor pertanian akibat puncak musim kemarau yang berpotensi mengganggu produktivitas panen.

Perlambatan yang lebih dalam tertahan oleh meningkatnya investasi dan ekspor luar negeri. Sedangkan dari sisi lapangan usaha peningkatan bersumber dari sektor

(25)

11

konstruksi dan industri pengolahan. Secara umum, meningkatnya investasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (i) sedikitnya tanggal merah atau hari libur mendorong peningkatan intensitas konstruksi, (ii) semakin membaiknya harga CPO, dan (iii) kepastian hasil Pemilu menjadi insentif dunia usaha untuk meningkatkan investasinya. Sedangkan meningkatnya ekspor luar negeri didorong oleh perkiraan meningkatnya ekspor CPO ke India sehingga turut mendorong pertumbuhan sektor industri pengolahan.

2. PDRB SISI PENGGUNAAN

Pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan I 2019 tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2018. Dari sisi penggunaan, peningkatan tersebut didorong oleh investasi, konsumsi pemerintah, dan konsumsi LNPRT. Meningkatnya pertumbuhan investasi sejalan dengan carry over penyelesaian proyek utama Pemerintah Provinsi Riau 2018 pada Januari Februari 2019 antara lain: Jembatan Siak IV, Flyover Simpang SKA, dan Flyover Simpang Arengka. Sementara itu, meningkatnya konsumsi pemerintah dan konsumsi LNPRT didorong oleh meningkatnya intensitas belanja barang dan jasa untuk keperluan persiapan Pemilu 2019. Laju pertumbuhan ekonomi Riau yang lebih tinggi tertahan oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan (yoy)

2019 2019

I II III IV I I II III IV I

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2.72 4.15 3.06 3.31 3.31 2.25 1.00 1.51 1.07 1.20 1.20 0.85 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 7.53 11.21 11.96 6.31 9.25 14.23 0.04 0.06 0.06 0.03 0.05 0.08 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6.95 3.69 8.74 (13.11) 0.44 5.50 0.24 0.13 0.32 -0.51 0.02 0.20 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 6.36 7.65 3.60 1.62 4.75 1.79 2.26 2.64 1.18 0.55 1.62 0.64 5. Ekspor Luar Negeri 0.39 (3.72) 3.99 (1.94) (0.29) (27.24) 0.11 -1.00 1.19 -0.57 -0.08 -5.81 6. Impor Luar Negeri 3.74 5.33 (6.70) (0.82) 0.14 (22.74) 0.19 0.27 -0.33 -0.05 0.01 -1.08 7. Net Ekspor (1.28) (5.66) 1.95 1.53 (0.77) 2.69 (0.29) (1.37) 0.52 0.38 (0.19) 0.57 PDRB 2.84 2.34 2.94 1.28 2.34 2.88 2.84 2.34 2.94 1.28 2.34 2.88 2018 2018 Komponen Penggunaan Growth (% yoy) 2018 2018

Kontribusi Pertumbuhan (% yoy)

(26)

GE

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

12

2.1. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga Provinsi Riau pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 2,25% (yoy), melambat jika dibandingkan triwulan IV 2018 yang sebesar 3,31% (yoy). Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh turunnya pendapatan petani perkebunan yang menjadi sumber utama penghasilan masyarakat Riau. Di sisi lain, konsumsi LNPRT dan konsumsi pemerintah menunjukkan peningkatan. Konsumsi LNPRT dan konsumsi pemerintah pada triwulan I 2019 masing-masing tercatat tumbuh 14,23% dan 5,50% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV 2018 yang masing-masing sebesar 6,31% dan kontraksi 13,11% (yoy). Peningkatan tersebut utamanya didorong oleh meningkatnya intensitas belanja barang dan jasa untuk keperluan Pemilu 2019.

Melambatnya Konsumsi Rumah Tangga sejalan dengan menurunnya pendapatan terutama petani perkebunan rakyat (Grafik 1.2). Hal ini terlihat dari indeks yang diterima petani perkebunan rakyat pada triwulan I 2019 yang mengalami penurunan sebesar 8,48% (yoy). Selain itu, menurunnya konsumsi rumah tangga juga searah dengan perkembangan kredit konsumsi di Riau (Grafik 1.3) yang pada triwulan I 2019 tercatat tumbuh 9,14% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV 2018 yang sebesar 9,71% (yoy). Disamping itu, perlambatan konsumsi rumah tangga juga tercermin dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (Grafik 1.4 dan Grafik 1.5).

Grafik 1.2. NTP Subsektor Riau

Sumber: BPS

Grafik 1.3. Kredit Konsumsi

Sumber: LBU Bank Indonesia

0 2 4 6 8 10 12 14 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 2018 2019 % y o y R p M il ia r

(27)

13

Grafik 1.4. Perkembangan Kondisi

Konsumen Riau

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 1.5. Perkembangan Indeks Survei Ekspektasi Konsumen Riau

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Ke depan, konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2019 diperkirakan tumbuh meningkat sejalan dengan mulai berlaku efektifnya kenaikan gaji ASN sekitar 5% beserta rapel kenaikan yang dibayarkan pada April 2019, THR dan gaji ke-13 ASN yang lebih tinggi dibandingkan 2018 akibat kenaikan gaji pokok, dan perkiraan pertumbuhan harga CPO triwulan berjalan yang membaik dibandingkan pertumbuhan harga triwulan I 2019. Sementara itu, konsumsi LNPRT dan konsumsi pemerintah pada triwulan II 2019 diperkirakan tumbuh melambat. Kondisi tersebut disebabkan oleh berkurangnya intensitas pengeluaran/belanja untuk Pemilu, serta berkurangnya APBD Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Riau sekitar 2,3% dibandingkan APBD 2018.

2.2. Investasi (PMTB)

Investasi Provinsi Riau tercatat tumbuh meningkat dari 1,62% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi 1,79% (yoy) pada triwulan I 2019. Peningkatan tersebut sejalan dengan carry over penyelesaian infrastruktur utama Pemerintah Provinsi Riau 2018 pada Januari-Februari 2019, antara lain: Jembatan Siak IV, Flyover SKA, dan Flyover Arengka. Meningkatnya kinerja investasi pada triwulan laporan juga tercermin dari perkembangan kredit investasi (Grafik 1.6) dan kredit konstruksi (Grafik 1.7) yang masing-masing tumbuh sebesar 9,08% dan 21,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2018 yang masing-masing tumbuh 5,18% dan 16,34% (yoy).

40 60 80 100 120 140 160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Indeks Kegiatan Usaha Indeks Penghasilan Konsumen Garis 100

70 80 90 100 110 120 130 140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017 2018 2019

IKK IEK Garis 100

(28)

GE

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

14

Jika dilihat dari perkembangan data Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Riau, pertumbuhan investasi yang meningkat utamanya bersumber dari perbaikan kontraksi PMA. Pada triwulan I 2019, realisasi investasi PMA (Grafik 1.8) tercatat kontraksi 27,84% (yoy), membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang kontraksi hingga 59,67% (yoy). Membaiknya realisasi nilai investasi PMA tersebut terutama bersumber dari sektor tersier yaitu subsektor (i) Listrik, Gas, dan Air; (ii)Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi, dan (iii) Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran. Sebaliknya, realisasi investasi PMDN (Grafik 1.9) tercatat menurun dari kontraksi 32,30% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi kontraksi 42,56% (yoy) pada triwulan I 2019. Penurunan tersebut utamanya bersumber dari sektor primer (tanaman pangan dan perkebunan) dan sektor sekunder (industri makanan).

\

Ke depan, pertumbuhan investasi Riau pada triwulan II 2019 diperkirakan sedikit melambat. Perlambatan tersebut sejalan dengan telah berlalunya carry over

Grafik 1.6. Kredit Investasi Riau Grafik 1.7. Kredit Konstruksi Riau

Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia

Grafik 1.8. Perkembangan Nilai Realisasi PMDN di Provinsi Riau

Grafik 1.9. Perkembangan Nilai Realisasi PMA di Provinsi Riau

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

-15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 13,500 14,000 14,500 15,000 15,500 16,000 16,500 17,000 17,500 18,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 2018 2019 % y o y R p M il ia r

Kredit Investasi Growth (% yoy)

-20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 500 1,000 1,500 2,000 2,500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 2018 2019 % y o y R p M il ia r

Kredit Konstruksi Growth (% yoy)

-200 -100 0 100 200 300 400 500 600 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 4,500,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 2018 2019 % yoy Rp Juta Realisasi PMDN growth PMDN -200 -100 0 100 200 300 400 500 600 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 4,500,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 2018 2019

% yoy Rp Juta Realisasi PMDN growth PMDN

(29)

15

penyelesaian infrastruktur strategis Provinsi Riau yaitu: Jembatan Siak IV, Flyover SKA, dan Flyover Arengka, serta banyaknya libur sehingga intensitas konstruksi berkurang.

2.3

Ekspor dan Impor

2.3.1. Ekspor

Ekspor luar negeri pada triwulan I 2019 mengalami kontraksi sebesar 27,24% (yoy), menurun dibandingkan triwulan IV 2018 yang kontraksi sebesar 1,94% (yoy). Deselerasi ekspor tersebut utamanya terjadi pada komoditas migas seiring dengan turunnya harga minyak dunia dan pemberlakuan Permendag Nomor 21 tahun 2019 dan Permen ESDM Nomor 42 tahun 2018 mengenai prioritas produksi hasil pertambangan untuk kebutuhan industri pengolahan domestik. Turunnya ekspor luar negeri juga terkonfirmasi dari hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau pada triwulan I 2019. Contact di subsektor industri pengolahan kelapa sawit secara perlahan mengubah orientasi penjualan dari ekspor ke domestik seiring dengan kebijakan pemerintah atas perluasan penggunaan bahan bakar biodiesel atau B20 ke non-PSO (Public Service Obligation). Selain itu, implementasi Renewable Energy Directive (RED) II Eropa terhadap produk turunan kelapa sawit juga menjadi faktor penyebab turunnya ekspor CPO. Adapun peningkatan ekspor terjadi pada subsektor industri pengolahan pulp seiring dengan meningkatnya permintaan India dan Tiongkok.

Grafik 1.10. Perkembangan Volume Ekspor CPO Riau

Sumber: Dirjen Bea Cukai, diolah

Grafik 1.11. Perkembangan Volume Ekspor Pulp Riau

Sumber: Dirjen Bea Cukai, diolah

Kedepan, kinerja ekspor luar negeri pada triwulan II 2019 diperkirakan meningkat. Peningkatan tersebut utamanya didorong oleh perbaikan kontraksi ekspor luar negeri seiring dengan perkiraan meningkatnya ekspor minyak kelapa sawit ke India

-40 -20 0 20 40 60 80 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 2018 2019 % y oy ri bu t on Volume growth -40 -30 -20 -10 0 10 20 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 2018 2019 % y o y ribu t on Volume growth

(30)

GE

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

16

dan Tiongkok. Perkiraan membaiknya ekspor CPO dan RPO ke India sejalan dengan diturunkannya tarif impor produk dimaksud dari masing-masing sebesar 44% dan 54% menjadi 40% dan 50% per Januari 2019 sehingga menyebabkan produk tersebut semakin kompetitif dibandingkan produk minyak nabati lainnya. Selain itu, membaiknya ekspor minyak kelapa sawit Riau ke India juga dibantu oleh membaiknya ekspor minyak kelapa sawit Riau ke Bangladesh dan Pakistan yang merupakan anggota SAFTA (South Asian Free Trade Area) bersama India. Adapun prospek meningkatnya ekspor minyak kelapa sawit Riau ke Tiongkok sejalan dengan kembali meningkatnya eskalasi perang dagang Amerika Serikat dengan Tiongkok yang membuat Tiongkok masih menghambat impor minyak kedelai dari Amerika Serikat. Kondisi tersebut menyebabkan impor minyak kelapa sawit Tiongkok sebagai substitusi minyak kedelai sejak Juni 2018 menunjukkan tren peningkatan, termasuk impor dari Riau.

2.3.2. Impor

Impor luar negeri Provinsi Riau pada triwulan I 2019 mengalami kontraksi sebesar 22,74% (yoy), menurun dibandingkan triwulan IV 2018 yang terkontraksi sebesar 0,82% (yoy). Kontraksi tersebut utamanya bersumber dari impor barang konsumsi dan barang modal. Menurunnya impor barang konsumsi (sejalan dengan menurunnya konsumsi rumah tangga yang terindikasi dari menurunnya pendapatan masyarakat. Sedangkan menurunnya impor barang modal turut dipengaruhi oleh penyelesaian proyek infrastruktur strategis di akhir tahun 2018.

Grafik 1.12. Impor Barang Konsumsi Grafik 1.13. Impor Barang Modal

Sumber : Dirjen Bea Cukai, diolah Sumber : Dirjen Bea Cukai, diolah (200) (100) 100 200 300 400 500 600 5 10 15 20 25 30 35 40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 2018 2019

% yoy Ribu Ton Barang Konsumsi growth

(200) (100) 100 200 300 400 500 600 700 800 20 40 60 80 100 120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 2018 2019

% yoy Ribu Ton Barang Modal growth

(31)

17

Kontraksi impor luar negeri pada triwulan II 2019 diperkirakan membaik. Perbaikan tersebut didorong oleh akselerasi ekspor yang turut mendorong akselerasi impor utamanya impor bahan kimia sebagai katalis produksi minyak kelapa sawit dan turunannya.

3. PDRB LAPANGAN USAHA

Pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan I 2019 tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2018. Dari sisi lapangan usaha, peningkatan tersebut didorong oleh sektor pertanian, industri pengolahan, dan konstruksi. Meningkatnya permintaan domestik terhadap kertas, pencetakan, dan makanan minuman menjelang Pemilu 2019 mendorong meningkatnya pertumbuhan industri pengolahan yang disertai dengan meningkatnya permintaan bahan baku ditengah perbaikan harga komoditas turut mendorong pertumbuhan sektor pertanian. Disamping itu, meningkatnya harga dan upaya intensifikasi perusahaan perkebunan dan membaiknya harga komoditas juga turut mendorong pertumbuhan sektor pertanian. Selain itu, carry over penyelesaian infrastruktur utama tahun 2018 yaitu Jembatan Siak IV, Flyover SKA, dan Flyover Arengka juga mendorong kenaikan kinerja sektor konstruksi. Akselerasi pertumbuhan ekonomi Riau yang lebih tinggi tertahan oleh melambatnya kontraksi pada sektor pertambangan yang terus berlanjut akibat natural declining. Selain itu, turunnya harga minyak dunia, pemberlakuan Permendag Nomor 21 tahun 2019, dan Permen ESDM Nomor 42 tahun 2018 mengenai Prioritas Produksi Hasil Pertambangan untuk Kebutuhan Industri Pengolahan Domestik juga turut mempengaruhi kinerja sektor pertambangan yang didominasi oleh subsektor pertambangan minyak dan gas bumi.

(32)

GE

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

18

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Lapangan Usaha Dengan Migas (yoy,%)

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan Provinsi Riau pada triwulan I 2019 tercatat tumbuh sebesar 2,16% (yoy), sedikit meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV 2018 yang sebesar 2,14% (yoy). Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan bahan baku karena meningkatnya permintaan kertas, pencetakan, dan makanan minuman menjelang Pemilu pada tanggal 17 April 2019. Disamping itu, meningkatnya upaya intensifikasi perusahaan perkebunan ditengah tidak diperbolehkannya ekspansi dan penanaman kembali di area fungsi lindung ekosistem gambut sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor P.17/2017 tentang Perubahan Atas Permen LHK Nomor P.12/2015 tentang Pengembangan Hutan Tanaman Industri juga turut mendorong pertumbuhan sektor pertanian. Disamping itu, perbaikan harga komoditas Tandan Buah Segar (TBS) dan karet lokal (Bokar) juga menjadi faktor pendorong kinerja sektor ini sebagaimana yang ditunjukkan grafik berikut:

2019 2019

I II III IV I I II III IV I

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6.42 3.21 5.88 2.14 4.37 2.16 1.52 0.72 1.29 0.47 0.98 0.49 2 Pertambangan dan Penggalian -4.95 -5.69 -6.15 -5.14 -5.48 -3.56 -1.33 -1.61 -1.76 -1.41 -1.52 -0.91 3 Industri Pengolahan 2.99 3.84 5.30 2.04 3.53 6.31 0.74 0.92 1.30 0.51 0.87 1.61 4 Pengadaan Listrik, Gas 1.80 5.41 5.87 1.79 3.69 7.75 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 5 Pengadaan Air -1.49 -1.35 0.62 1.27 -0.23 3.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4 Konstruksi 7.41 7.21 3.65 3.97 5.46 5.37 0.64 0.63 0.32 0.37 0.48 0.49 5 Perdagangan Besar, Eceran, Rep. Mobil Motor 6.87 7.34 5.83 5.87 6.47 4.80 0.66 0.74 0.56 0.58 0.63 0.49 8 Transportasi dan Pergudangan 3.47 4.26 2.81 2.58 3.27 2.05 0.03 0.04 0.02 0.02 0.03 0.02 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4.55 4.26 5.30 4.56 4.67 3.53 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.02 10 Informasi dan Komunikasi 5.69 5.02 5.54 6.89 5.79 5.45 0.04 0.03 0.04 0.05 0.04 0.04 11 Jasa Keuangan 0.38 5.54 7.91 4.79 4.64 2.32 0.00 0.05 0.07 0.04 0.04 0.02 12 Real Estate 3.07 4.82 3.65 4.19 3.94 3.38 0.03 0.04 0.03 0.04 0.03 0.03 13 Jasa Perusahaan 9.59 8.00 7.91 7.41 8.19 3.59 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14 Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jam. Sos. 1.10 3.43 0.38 -0.89 0.98 3.54 0.02 0.05 0.01 -0.01 0.01 0.05 15 Jasa Pendidikan 4.65 5.41 4.91 4.38 4.83 4.86 0.02 0.03 0.03 0.02 0.02 0.03 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.54 5.14 4.73 6.82 5.57 5.71 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 17 Jasa lainnya 9.43 8.56 7.59 9.15 8.67 8.39 0.05 0.04 0.04 0.05 0.04 0.04

2.84 2.34 2.94 1.28 2.34 2.88 2.84 2.34 2.94 1.28 2.34 2.88 2018

Kontribusi Pertumbuhan (% yoy)

2018 Komponen Sektoral PDRB Growth (% yoy) 2018 2018

(33)

19

Grafik 1.14. Perkembangan Harga TBS

Sumber: Dinas Tanaman Pangan Riau

Grafik 1.15. Perkembangan Harga Bokar

Sumber : GAPKINDO

Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan juga terindikasi dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Survei Kegiatan Dunia Usaha (SDKU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau. Pada triwulan I 2019, SBT sektor pertanian tercatat sebesar 2,74%, meningkat jika dibandingkan triwulan IV 2018 yang kontraksi 4,63%. Meningkatnya perkiraan pertumbuhan sektor ini juga sejalan dengan meningkatnya perkiraan SBT sektor pertanian dari 2,74% pada triwulan laporan menjadi 5,07% pada triwulan II 2019.

Grafik 1.16. SBT Sektor Pertanian dan PDRB Riau

Sumber : BPS dan SKDU Bank Indonesia

Selain itu, meningkatnya kinerja sektor pertanian juga tercermin dari perkembangan kredit perkebunan kelapa sawit dan karet di Provinsi Riau. Pada triwulan I 2019, kredit perkebunan kelapa sawit (Grafik 1.17) tumbuh sebesar 10,21% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2018 yang sebesar 9,32% (yoy). Sementara itu, kredit perkebunan karet (Grafik 1.18) tumbuh meningkat dari

-40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 1,000 1,100 1,200 1,300 1,400 1,500 1,600 1,700 1,800 1,900 2,000

I II II IV I II II IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 2018 2019 % y o y Rp/ K g TBS yoy TBS (40.00) (30.00) (20.00) (10.00) 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 2018 2019 % yo y Rp/ K g Bokar yoy Bokar -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017 2018 2019 % yo y SB T

(34)

GE

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

20

kontraksi 2,35% (yoy) pada triwulan IV 2018, menjadi tumbuh positif 0,15% (yoy) pada triwulan I 2019.

Grafik 1.17 Kredit Perkebunan Sawit

Sumber: LBU Bank Indonesia

Grafik 1.18. Kredit Perkebunan Karet

Sumber: LBU Bank Indonesia

Perkembangan indikator terkini mengindikasikan bahwa pada triwulan II 2019 kinerja sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan Provinsi Riau meningkat jika dibandingkan triwulan I 2019. Peningkatan tersebut sejalan dengan berlalunya puncak musim hujan pada awal tahun 2019, serta semakin banyaknya intensifikasi yang dilakukan perusahaan kelapa sawit melalui mekanisasi proses panen dan pengangkutan TBS ditengah perbaikan harga komoditas.

3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian Riau pada triwulan I 2019 tercatat mengalami kontraksi 3,56% (yoy), membaik jika dibandingkan kontraksi triwulan IV 2018 yang sebesar 5,14% (yoy). Perbaikan kontraksi tersebut didorong oleh meningkatnya lifting minyak (Grafik 1.19) yang membaik dari kontraksi 12,71% (yoy) pada triwulan lalu menjadi kontraksi 11,03% (yoy) pada triwulan I 2019. Kondisi sektor pertambangan yang cenderung kontraksi juga tercermin dari SKDU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau pada triwulan I 2019 (Grafik 1.20).

-10 -5 0 5 10 15 20 25 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 2018 2019 % y o y R p M il ia r

Kredit Perkebunan Sawit Growth (% yoy)

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 2018 2019 % y o y R p M il ia r

(35)

21

Grafik 1.19. Perkembangan Volume Lifting Minyak Riau

Sumber: SKK Migas, diolah

Grafik 1.20. Perkembangan Kegiatan Usaha Sektor Pertambangan

Sumber: BPS dan SKDU Bank Indonesia

Ke depan, kinerja lifting minyak bumi di Riau pada triwulan II 2019 diperkirakan terkontraksi lebih dalam dibandingkan realisasi triwulan I 2019. Kondisi ini tersebut sejalan dengan perkiraan melambatnya harga minyak dunia di tengah masih terjadinya natural declining lifting minyak Riau. Adapun upaya untuk peningkatan lifting tersebut melalui teknologi enhanced oil recovery (EOR) dengan injeksi sulfaktan terkendala biaya investasi yang tinggi sehingga belum dilakukan.

3.3. Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan tercatat meningkat dari 2,13% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi 6,31% (yoy) pada triwulan I 2019. Meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan domestik terhadap kertas, pencetakan, dan makanan minuman menjelang Pemilu 2019. Selain itu, membaiknya harga komoditas CPO dan karet dunia turut mendorong kinerja sektor ini. Harga CPO (Grafik 1.21) pada triwulan lalu tercatat kontraksi 26,72% (yoy), membaik menjadi kontraksi 18,40% (yoy) pada triwulan I 2019. Demikian juga dengan harga karet (Grafik 1.22) yang pada triwulan I 2019 tumbuh 12,05% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV 2018 yang kontraksi 13,79% (yoy). (16.00) (14.00) (12.00) (10.00) (8.00) (6.00) (4.00) (2.00) 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*

2014 2015 2016 2017 2018 2019 y o y ,% ri b u b a re l/ h a ri Lifting (LHS) growth (RHS) -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 -80.00 -60.00 -40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 2018 2019 % y o y S B T

Gambar

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau, Sumatera, Nasional Secara Tahunan (%yoy)
Grafik 1.4. Perkembangan Kondisi  Konsumen Riau
Grafik 1.6. Kredit Investasi Riau  Grafik 1.7. Kredit Konstruksi Riau
Grafik 1.12. Impor Barang Konsumsi         Grafik 1.13. Impor Barang Modal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain pemberian pelatihan, petugas juga perlu diberikannya sosialisasi dan diikutkannya seminar terkait klasifikasi dan kodefikasi diagnosis DM yang diikuti oleh

tangguhan dalam memprediksi manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang. terdaftar

teratasi masalah kesehatan yang lain. Pada saat orang sakit atau. anaknya sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Kebijakan dan strategi pengembangan kesejahteraan masyarakat Pemerintah Kota Malang meliputi; a) Penjagaan agama (h{ifz{u

Mengingat Indonesia adalah negara hukum, maka pengelolaan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya perlu kiranya diberi suatu instrumen hukum yang lebih jelas,

Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Kepuh Kiriman II Waru Sidoarjo setelah penerapan model pembelajaran

Semua siswa yang lulus dengan baik tidak suka bermain.. Tidak ada hubungan antara kelulusan dengan