• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNTAIAN JATAKA Cerita-cerita kelahiran Aryasura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNTAIAN JATAKA Cerita-cerita kelahiran Aryasura"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

UNTAIAN JATAKA

Cerita-cerita kelahiran

Aryasura

jātakamālā

āryaśūra

22. JATAKA ANGSA | haṃsa-jātakam

26. JATAKA RUSA | ruru-jātakam

33. JATAKA BANTENG | mahiṣa-jātakam

Penterjemah Bahasa Inggris: J.S.Speyer [revisi oleh: Ānandajoti Bhikkhu (2010)] Penerbit: Motilal Banarsidaas

Delhi, 1895

Editor edisi Sanskerta: Vaidya, P. L.

Penerbit: The Mithila Institute of Post-Graduate Studies and Research in Sanskrit Learning Darbhanga, 1959

Terjemahan Bahasa Indonesia: Tim Bumi Borobudur 2021

(2)

2 2 . J A T A K A A N G S A | h a ṃ s a - j ā t a k a m Lantai I | Langkan atas | Relief 77-80

Relief IBa-77 Relief IBa-78 Relief IBa-79

Relief IBa-80

vinipātagatānāmapi satāṃ vṛttaṃ nālamanugantumasatpuruṣāḥ, prāgeva sugatisthānām| tadyathānuśrūyate-

Bagi yang Bajik, meskipun dalam keadaan mengalami kesusahan, mereka masih tetap berperilaku bajik sehingga sukar ditiru oleh mereka yang tidak mengenal kebajikan; dan bagaimana mereka yang tak beriman mampu mengikuti perbuatan yang Bajik di masa semua keberadaan disekelilingnya mendukung? Inilah yang akan diajarkan berikut ini.

bodhisattvaḥ kila mānase mahāsarasi naikaśatasahasrasaṃkhyasya mahato haṃsayūyasyādhipatirdhṛtarāṣṭro nāma haṃsarājo babhūva| tasya

nayānayaparijñānanipuṇamatirviprakṛṣṭagocarasmṛtiprabhāvaḥ ślāghanīyakulatilakabhūto dākṣyadākṣiṇyavinayabhūṣaṇaḥ sthiraśuciśīlavṛttacāritraśūraḥ khedasahiṣṇurapramādī samaravīvadhaviśāradaḥ svāmyanurāgasumukhaḥ sumukho nāma senāpatirbabhūva [āryānandasthavirastena samayena]| tau

parasparapremaguṇāśrayājjvalitataraprabhāvāvāryaśiṣyamukhyāviva pariśeṣaṃ śiṣyagaṇaṃ pitṛjyeṣṭhaputrāviva ca śreṣṭhaśeṣaṃ putragaṇaṃ taddhaṃsayūthamubhayalokahitodayeṣvartheṣu samyagniveśayamānau tatpratyakṣiṇāṃ devanāgayakṣavidyādharatapasvināṃ paraṃ

(3)

Pada suatu ketika, dikatakan bahwa sang Bodhisatwa menjalani kehidupan sebagai pemimpin dan kepala kawanan besar angsa, berjumlah ratusan ribu, yang tinggal di danau Manasa. Namanya Dhrtarastra, didampingi oleh senapati pembantunya bernama Sumukha, yang terampil dalam mengatur berbagai urusan, mengetahui kebijakan yang benar dan yang salah dengan sangat baik; kecerdasannya tajam mencakup objek dan peristiwa dalam ruang dan waktu yang luas. Sumukha adalah turunan angsa terpandang, dia menunjukkan kelebihannya dengan bakat, kesopanan, dankesederhanaannya; diberkahi dengan kebajikan, keteguhan, kejujuran, keberanian, yang mencerminkan kemurnian tingkah laku, cara hidup, dan perilakunya; selain itu dia mampu menahan kelelahan, waspada dan pandai dalam dalam mengatasi persengketaan, dan menunjukkan respek dan kasih sayang yang besar kepada pemimpinnya.

Dengan saling menghargai dan mencintai, keagungan kualitas keduanya semakin bersinar; dan mereka memiliki kebiasaan menginstruksikan bersama kepada kawanan angsa itu, layaknya sebagai guru beserta murid utamanya yang mengajar semua muridnya yang lain, atau seorang ayah dengan putra sulungnya terhadap putra-putrinya yang lain. Menanamkan dalam hati mereka perilaku damai terhadap yang lain, dan hal-hal lain yang mengarah pada membawa pemberian bagi semuanya. Keberadaan mereka menjadi tontonan penuh kekaguman yang luar biasa dari para Dewa, Naga, Yakṣa, Vidyādhara, dan para petapa yang menyaksikan mereka.

tāvāsaturhaṃsagaṇasya tasya śreyaḥśarīrodvahanaikakāryau| nabhogatasyeva vihaṃgamasya pakṣau śarīrodvahanaikakāryau||1||

Seperti seekor burung terbang di langit yang kedua sayapnya tak henti-hentinya menopang tubuhnya, begitu juga keduanya hanya tahu memberi dukungan demi keselamatan dan kesejahteraan kawanan mereka.

evaṃ tābhyāṃ tadanugṛhyamāṇaṃ haṃsayūthaṃ jagadivaṃ dharmārthavistarābhyāṃ parāṃ vṛddhimavāpa| tena ca tatsaraḥ parāṃ śobhāṃ babhāra|

Seperti yang mereka dambakan, kawanan angsa itu hidup dalam keadaan yang berkelimpahan, seperti halnya umat manusia, hidup dalam kebenaran dan kemakmuran materi. Alhasil, danau itu memiliki keindahan yang luar biasa.

kalanūpuranādena haṃsayūthena tena tat| puṇḍarīkavaneneva reje saṃcārīṇā saraḥ||2|| kvacitpravisṛtairhaṃsaiḥ kvacidviṣamasaṃhataiḥ| chinnābhralavacitrasya jahāra nabhasaḥ śriyam||3||

Dihiasi oleh kawanan angsa itu, yang dengan suaranya mengingatkan pada suara lembut dan indah dari gelang kaki wanita, danau itu sangat asri. Angsa-angsa itu secara bergerombol menyerupai kumpulan teratai yang berombang-ambing. Ketika bubar terbang bersama atau membagi diri menjadi kelompok-kelompok terpisah dalam berbagai jumlah, mereka

(4)

membuat pemandangan di atas danau itu melampaui keindahan langit yang berhias tepian awan yang tersebar.

atha tasya haṃsādhipateḥ sarvasattvahitasumukhasya ca senāpaterguṇātiśayaprabhāvavismitamanasaḥ siddharṣividyādharadaivatagaṇāstayoḥ kīrtyāśrayābhiḥ kathābhistatra tatrābhiremire|

Terpesona dengan kemegahan luar biasa yang merupakan efek dari kebajikan pemimpin angsa Dhrtarastra yang selalu bertindak demi kebaikan semua makhluk, beserta Sumukha, senapatinya; banyak Siddha, Resi, Vidyadhara, dan dewa-dewi di banyak tempat yang sering bersenang hati membicarakan tentang kemuliaan kedua angsa itu.

uttaptacāmīkarasaṃnikāśaṃ śrīmadvapurvyaktapadākṣarā vāk| dharmābhijāto vinayo nayaśca kāvapyamū kevalahaṃsaveṣau||4||

“Sosok mereka yang luar biasa menyerupai emas murni, suara mereka mengumandangkan ucapan kebenaran, begitu juga aturan dan perilaku sederhana serta kebijakan mereka. Siapa pun mereka itu, mereka memperagakannya dalam wujud angsa."

guṇaprakāśairapamatsaraiḥ sā kīrtistayordikṣu vitanyamānā| średdheyatāmityagamannṛpāṇāṃ sadassu yatprābhṛtavaccacāra||5||

Ketenaran keduanya, menyebar ke mana-mana melalui laporan dari orang-orang yang tanpa kecemburuan, merayakan kebajikan mereka—membentuk kepercayaan umum sedemikian rupa, sehingga menjadi topik percakapan di dewan raja, di mana kisah kemuliaan mereka beredar sebagai penghargaan.

tena ca samayena brahmadatto nāmānyatamo vārāṇasyāṃ rājā babhūva| sa tāṃ haṃsādhipateḥ sasenādhipaterguṇātiśayāśrayāṃ kathāṃ prātyayikāmātyadvijavṛddhaiḥ sadasi

saṃstūyamānāmasakṛdupaśrutya tayordarśanaṃ pratyabhivṛddhakautūhalo

naikaśāstrābhyāsanipuṇamatīn sacivānuvāca-parimṛśyatāṃ tāvadbhoḥ prasṛtanipuṇamatayaḥ

kaścidupāyo yena nāstau haṃsavaryau darśanapathamapi tāvadupagacchetāmiti| atha te'mātyāḥ svaiḥ svairmatiprabhāvairanusṛtya nītipathaṃ rājānamūcuḥ-

Pada saat itu raja di Benares bernama Brahmadatta. Setelah sering mendengar dari dewannya, para pejabatnya yang dapat dipercaya dan yang paling terkemuka, juga dari para Brāhman yang sangat memuji kualitas luar biasa dari pemimpin angsa dan senapatinya, raja menjadi semakin ingin tahu dan melihat mereka. Jadi raja berkata kepada para menterinya yang sangat pandai yang telah mempelajari banyak cabang ilmu pengetahuan: “Baiklah, pikirkan dengan kecerdasan pikiran kalian dan cobalah untuk menemukan beberapa cara yang dapat saya gunakan, setidaknya untuk melihat dua angsa yang luar biasa itu." Kemudian para menteri yang bijak itu berpikir dan (setelah menemukan cara yang diinginkan), berkata kepada raja:

sukhāśā deva bhūtāni vikarṣati tatastataḥ| sukhahetuguṇotkarṣaśrutistāvānayedyataḥ||6||

“Janji-janji tentang prospek kebahagiaan selalu memikat para makhluk dan membuat mereka beralih dari tempat mereka berada, Yang Mulia. Berdasarkan alasan ini, jika kita dapat

(5)

membuat rumor tentang keberadaan fasilitas baru dengan kualitas yang sangat baik yang kondusif bagi kebahagiaan mereka, pasti akan dapat membawa para angsa itu kemari.”

tadyādṛśe sarabhi tāvabhiratarūpāvanuśrūyete tadutkṛṣṭaraguṇaśobhamiha saraḥ

kasmiṃścidaraṇyapradeśe kārayitumarhati devaḥ, pratyahaṃ ca sarvapakṣiṇāmabhayapradānaghoṣaṇām| api nāma kautūhalotpādinyā sukhahetuguṇātiśayaśrutyā tāvihākṛṣyeyātām| paśyatu devaḥ,

“Oleh karena itu, mungkin Yang Mulia berkenan membangun sebuah danau baru yang indah, yang serupa dengan danau di mana angsa-angsa itu hidup, tetapi dengan hiasan, fasilitas dan fitur yang melampaui danau mereka dalam kecemerlangannya, dibangun di sini, di salah satu hutan yang tidak terlalu jauh milik Yang Mulia; sesudah itu, Yang Mulia dapat mengumumkan dengan proklamasi yang diulang-ulang setiap hari, bahwa Yang Mulia akan memberi jaminan keamanan kepada semua burung. Mungkin desas-desus tentang keunggulan luar biasa dari danau ini, yang kondusif bagi kebahagiaan mereka, dapat membangkitkan rasa ingin tahu mereka dan menarik mereka untuk datang ke sini. Harap dipertimbangkan, Yang Mulia.”

prāyeṇa prāptivirasaṃ sukhaṃ deva na gaṇyate| parokṣatvāttu harati śrutiramyaṃ sukhaṃ manaḥ||7||

Biasanya, kebahagiaan tentang apapun sesudah diperoleh, tampak kehilangan pesonanya, dan tidak lagi disyukuri apalagi dihargai; tetapi justru janji-janji kebahagiaan meskipun hanya didengar melalui desas-desus tampak indah, dan mempesona pikiran, karena jauh dari mata.

atha sa rājā astvetadityalpena kālena nātisaṃnikṛṣṭaṃ nagaropavanasya mānasasarasaḥ

pratispardhiguṇavibhavaṃ padmotpalakumudapuṇḍarīkasaugandhikatāmarasakalhārasamūpagūḍhaṃ vimalasalilamatimanoharaṃ mahatsaraḥ kārayāmāsa-

Raja menerima usul mereka, dan membangun sebuah danau besar, yang kemegahannya menyaingi danau Mānasa, dibangun dalam waktu singkat di tempat yang tidak terlalu dekat dengan taman yang mengitari ibukotanya. Danau baru itu seperti kolam air murni yang paling menawan, dan sangat kaya akan tanaman hias air, dengan berbagai jenis teratai yang warna-warni: padma, utpala, kumuda, puṇḍarīka, saugandhika, tāmarasa, kahlāra.

drumaiḥ kusumasaṃchanaiścalatkisalayojjvalaiḥ| tatprekṣārthamivotpatraiḥ kṛtatīraparigraham||8||

Pohon berbunga-bunga, cerah dengan ranting-rantingnya yang bergemerisik, tumbuh mengelilingi tepian danau, seolah-olah pohon-pohon tersebut menguasai dan mengayomi tempat dan danau itu.

vihasadbhirivāmbhojaistaraṃgotkampakampibhiḥ| vilobhyamānākulitabhramadbhramarasaṃkulam||9||

Kawanan lebah, seolah tertarik oleh bunga-bunga teratai yang bergoyang-goyang di atas ombaknya yang bergetar lembut, beterbangan di atas permukaan danau.

(6)

taraṃgāṅgalisaṃkṣiptaiḥ kamalotpalareṇubhiḥ| abhyalaṃkṛtatīrāntaṃ hemasūtrairiva kvacit||11||

Keindahan danau diperagakan oleh berbagai bunga teratai yang tidak bisa lelap karena sentuhan lembut sinar bulan, yang memantulkan refleksi bercak cahaya bulan yang seakan-akan menembus dedaunannya. Di sana, rerontokan serbuk sari dari bunga-bunga teratai itu yang terbawa gelombang seperti jari-jemari, menghiasi tepian danau layaknya sulaman benang emas.

citraiḥ padmotpaladalaistatra tatra sakesaraiḥ| śriyaṃ pravitatāṃ bibhradupahāramayīmiva||12||

Di bagian tempat lain, permukaan air tertutup oleh rerontokan kelopak bunga dan benang sari yang indah dari bunga-bunga teratai, memperagakan kemegahan yang tersebar luas, seolah-olah berupa persembahan penghormatan.

prasannastimitāmbutvādvyaktacitravapurguṇaiḥ| vyomnīva paridhāvadbhirmīnavṛndairalaṃkṛtam||13||

Keindahan lainnya adalah kejernihan dan ketenangan airnya yang begitu transparan sehingga menunjukkan dasar danau yang tajam jernih dan rona cerah dari kumpulan ikannya, yang tidak kalah mencoloknya saat berenang di bawah permukaan danau dibandingkan jika ikan-ikan itu bergerak di langit.

vicchinnamuktāhārābhiḥ kvacid dviradaśīkaraiḥ| upalāsphālanotkīrṇamūrmicūrṇāmivodvahat||14||

Di dekat tempat itu, di mana banyak gajah yang menceburkan belalainya ke dalam air, meniup semburan berkilauan seperti untaian mutiara yang terlepas, ombak di danau itu seolah-olah menjadi percikan setelah dihempaskan di atas bebatuan dan memecah di udara.

vidyādharavadhūsnānairmadasekaiśca dantinām| rajobhiḥ kusumānāṃ ca savāsamiva kutracit||15||

Semerbak harumnya danau ini bisa dikatakan seperti wewangian yang digunakan untuk memandikan wanita Vidyādhara, baik dari binatang maupun bunga-bunganya.

tārāṇāṃ candradārāṇāṃ sāmānyamiva darpaṇam| muditadvijasaṃkīrṇa tadrutapratināditam||16||

Karena sangat cemerlang, danau itu seperti cermin bagi bintang-bintang, istri Dewa Bulan. Burung berlimpah dan kicaunya bergema. Begitulah danau yang telah diperintahkan raja untuk dibangun dan yang raja berikan kepada seluruh jenis burung untuk digunakan dan dinikmati tanpa halangan.

tadevaṃvidhaṃ saraḥ kārayitvā sarvapakṣigaṇasya cānāvṛtasukhopabhogyametaddattvā pratyahaṃ sarvapakṣiṇā viśvāsanārthamityabhayadānaghoṣaṇāṃ kārayāmāsa-eṣa

(7)

dadāti rājā pakṣibhyaḥ prītyā sābhayadakṣiṇam||17||

Juga, untuk menginspirasi dan meyakinkan semua burung, raja memerintahkan diumumkannnya proklamasi memberi mereka keamanan, untuk diulangi hari demi hari. Itu diumumkan sebagai berikut:

“Raja dengan senang hati memberikan danau ini, termasuk kelompok teratai dan tanaman-tanaman yang tumbuh dan menutupi perairannya, kepada burung-burung, dan memberikan jaminan keselamatan kepada mereka.”

atha kadācitsaṃhṛtameghāndhakārayavanikāsu śaradguṇopahṛdaśobhāsvālokanakṣamāsu dikṣu prabaddhakamalavanaśobheṣu prasannasalilamanohareṣu sarassu paraṃ kāntiyauvanamupagate praceyakiraṇa iva candramasi vividhasasyasaṃpadvibhūṣaṇadharāyāṃ vasuṃdharāyāṃ pravṛtte

haṃsataruṇajanasaṃpāte mānasātsarasaḥ śaratprasannāni digantarāṇyanuvicaradanupūrveṇānyatamaṃ haṃsamithunaṃ tasmādeva haṃsayūthāttasya rājño viṣayamupajagāma| tatra ca

pakṣigaṇakolāhalonnāditamanibhṛtamadhukaragaṇaṃ taraṃgamālāvicaraṇakṛtavyāpāraiḥ

sukhaśiśirairmṛdubhiranilaiḥ samantato vikṣiptamāṇakamalakuvalayareṇugandhaṃ jvaladiva vikacaiḥ kamalairhasadiva vikasitaiḥ kumudaistatsaro dadarśa| tasya mānasasaraḥsamucitasyāpi

haṃsamithunasya tāmatimanoharāṃ sarasaḥ śriyamabhivīkṣya prādurabhūt-aho bata tadapi haṃsayūthamihāgacchediti|

Suatu saat, ketika musim gugur telah menarik tirai awan gelapnya, membuat cakrawala jernih dan murni—danau-danau itu tampak indah dengan airnya yang jernih dan dengan kecemerlangan penuh dari kelompok teratai yang tersingkap. Itu adalah musim ketika sang Bulan, seakan-akan dengan kekuatan sinar cahaya yang semakin terang, mencapai puncak keindahan tertinggi dan kemudaan; ketika bumi dihiasi dengan kebahagiaan panen dari berbagai buah-buahan dan tanaman; begitu juga di antara para angsa, ketika yang lebih muda di antara mereka mulai menampakkan diri.

Saat itu, sepasang angsa terbang dari Danau Mānasa dan melewati berbagai daerah yang tersebar dengan kelembutan musim gugur, dan akhirnya datang ke wilayah raja itu. Mereka melihat danau baru itu dengan keindahan luar biasa karena bunga-bunganya; karena teratainya yang ketika bermekaran, membuatnya bersinar seperti nyala api, dan karena tidak menutup, seolah-olah tersenyum. Mereka mendengar gema dari gempita suara kerumunan burung dan senandung lebah yang sibuk berkeliaran di atas bunga. Mereka mencium aroma serbuk teratai berserakan dihembus oleh angin lembut, dingin, yang tampaknya bertugas meluncurkan riak di atas karangan bunga-bunga. Meskipun terbiasa dengan Danau Mānasa, kedua angsa itu tersentuh oleh keindahan dan kemegahan danau baru ini; dan pikiran ini memasuki benak mereka: “Oh! seluruh kawanan kita harus datang ke sini!"

prāyeṇa khalu lokasya prāpya sādhāraṇaṃ sukham| smṛtiḥ snehānusāreṇa pūrvameti suhṛjjanam||18||

Pada umumnya, jika seseorang mendapatkan kesenangan dalam jangkauan semua orang, biasanya mereka akan mengingat teman mereka, karena ingin berbagi dengan mereka.

(8)

jaladharavṛndeṣu paripūrṇabarhakalāpaśobheṣu prasaktakekāninādotkruṣṭairjaladharavijayamiva saṃrādhayatsu nṛttapravṛtteṣu citreṣu barhigaṇeṣu vācālatāmupagateṣu stokaśukaniṣu pravicaratsu kadambasarjārjunaketakīpuṣpagandhādhivāsiteṣu sukhaśiśireṣu kānanaviniścasiteṣvivānileṣu meghadaśanapaṃktiṣvivālakṣyamāṇarūpāsu balākāyuvatiṣu gamanautsukyamṛdunikūjiteṣu

prayāṇavyākuleṣu haṃsayūtheṣu taddhaṃsamithunaṃ mānasameva saraḥ pratyājagāma| samupetya ca haṃsādhipatisamīpaṃ prastutāsu digdeśakathāsu taṃ tasya saraso guṇaviśeṣaṃ varṇayāmāsa-asti deva dakṣiṇena himavato vārāṇasyāṃ brahmadatto nāma narādhipatiḥ|

tenātyadbhūtarūpaśobhamanirvarṇyaguṇasaundaryaṃ mahatsaraḥ pakṣibhyaḥ

svacchandasukhopabhogyaṃ dattam| abhayaṃ ca pratyahamavaghuṣyate| ramante cātra pakṣiṇaḥ svagṛha iva prahīnabhayāśaṅkā| tadarhati devo vyatītāsu varṣāsu tatra gantumiti| tacchrutvā sarva eva te haṃsāstatsaṃdarśanasamutsukā babhūvuḥ|

Sepasang angsa itu menetap di danau baru itu sampai musim hujan berikutnya. Pada permulaan musim hujan itu—ketika kumpulan awan seperti pasukan para Daitya bergerak maju menyebabkan kegelapan, namun tidak terlalu tebal dan terganggu oleh kilatan petir yang berkilauan seperti senjata yang diacungkan; ketika kumpulan burung merak melakukan tarian mereka dan menampilkan keindahan bulu ekor mereka yang terbuka lebar, sambil terus-menerus melontarkan suara yang keras seolah-olah mereka bersuka cita atas kemenangan awan, dan juga burung-burung yang lebih kecil telah menjadi cerewet; ketika angin bertiup kencang, semerbak dengan serbuk bunga pohon hutan: sāl, kadamba, arjuna, dan ketaka, membawa kesejukan yang menyenangkan, seolah-olah itu adalah napas hutan; ketika kawanan burung bangau muda menampakkan diri di langit, kontras dengan latar belakang awan yang gelap sehingga bisa dikatakan menyerupai barisan gigi mereka; ketika kawanan angsa sangat ingin pergi dan menyuarakan kerinduan mereka dengan suara lembut—pada kesempatan itu sepasang angsa tadi terbang kembali ke Danau Mānasa. Setelah memberi penghormatan kepada pemimpin mereka, mereka bercerita. Pertama-tama tentang daerah yang mereka kunjungi, kemudian memberi penjelasan tentang kelebihan dari danau baru itu. “Yang Mulia, di selatan Gunung Himavat,” kata mereka, “Raja Benares yang bernama Brahmadatta telah membuat sebuah danau yang luas untuk burung-burung dengan keindahan yang luar biasa dan tak terlukiskan. Semua burung dapat menikmatinya sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya sendiri, dan keamanan burung-burung dijamin oleh dekrit kerajaan yang diumumkan setiap hari melalui proklamasi. Burung-burung berpindah tempat tinggal mereka ke sana, tanpa hambatan dan tidak merasa takut, seolah-olah mereka tinggal di kediaman sana sejak dulu. Saat musim hujan berakhir, Yang Mulia, kita harus pergi ke sana."

atha bhodhisattvaḥ sumukhaṃ senāpatiṃ praśanavyaktākāraṃ pratataṃ dadarśa, kathaṃ paśyasīti cāvocat| atha sumukhaḥ praṇamyainamuvāca-na prāptaṃ tatra devasya gamanamiti paśyāmi| kutaḥ ? amūni tāvallobhanīyāni manoharāṇyāmiṣabhūtāni rūpāṇi| na ca naḥ kiṃcidiha parihīyate|

kṛtakamadhuropacāravacanapracchannatīkṣṇadaurātmyāni ca prāyeṇa pelavaghṛṇāni śaṭhāni mānuṣahṛdayāni| paśyatu svāmī,

Mendengar hal ini, seluruh kawanan angsa sangat ingin melihat danau baru itu. Dhrtarastra dengan ekspresi ingin tahu, menatap wajah Sumukha, senapatinya dan berkata: "Apa pendapatmu tentang hal ini?"

(9)

Sumukha, setelah menundukkan kepalanya, menjawab: “Saya menganggap Yang Mulia tidak pantas pergi ke sana. Mengapa? Suka cita keindahan yang mempesona itu, bagaimanapun juga hanyalah semacam daya pikat, dan di sini kita tidak kekurangan atau membutuhkan tambahan apa pun. Secara umum, hati manusia memiliki kepalsuan jika mereka menghendaki sesuatu untuk diri mereka sendiri, belas kasihan mereka yang lembut digunakan sebagai tipu daya, dan dengan kedok kata-kata manis yang menyesatkan serta perhatian yang seolah-olah berbaik hati, mereka menyembunyikan sifat yang kejam dan jahat jika mereka dipengaruhi oleh hasratnya. Semoga Yang Mulia berkenan mempertimbangkan hal ini.

vāśitārthasvahṛdayaḥ prāyeṇa mṛgapakṣiṇaḥ| manuṣyāḥ punarekīyāstadviparyayanaipuṇāḥ||19||

Hewan berkaki empat dan burung biasanya langsung mengungkapkan perasaan mereka yang sebenarnya dengan suara dan kicau mereka. Tetapi manusia adalah satu-satunya makhluk yang terampil dalam mengutarakan kata-kata yang bertentangan dengan niat mereka yang sesungguhnya.

ucyate nāma madhuraṃ svanubandhi niratyayam| vaṇijo'pi hi kurvanti lābhasiddhyāśayā vyayam||20||

Bahasa mereka, tentu saja bisa manis, bermaksud baik, dan kedengaran bajik. Pedagang juga mengeluarkan biaya dengan harapan memperoleh keuntungan.

yato naitāvatā deva visrambhaḥ kṣamate kvacit| kāryārthamapi na śreyaḥ sātyayāpanayaḥ kramaḥ||21||

Oleh karena itu, Yang Mulia, tidak sepantasnya setiap saat menaruh kepercayaan kepada sesuatu yang muluk-muluk. Garis perilaku yang gegabah dan salah, pasti tidak membawa hasil, meskipun dengan rencana untuk mengejar suatu tujuan.

yadi tvavaśyameva tatra gantavyam, gatvānubhūya ca tasya saraso guṇavibhūtirasaṃ na nastatra ciraṃ vicarituṃ kṣamaṃ nivāsāya vā cittamabhināmayitumiti paśyāmi| atha bodhisattvaḥ prāptāyāṃ

vimalacandrakṣatratārāvibhūṣaṇāyāṃ rajanyāṃ śaradi tena haṃsayūthena vārāṇasīsaraḥsaṃdarśanaṃ pratyabhivṛddhakautūhalena tadabhigamanārthaṃ punaḥ punarvijñāpyamānasteṣāṃ haṃsānāmanuvṛttyā sumukhapramukheṇa mahatā haṃsagaṇena parivṛttaścandramā iva śaradabhṛvṛdena tatrābhijagāma|

Namun jika kunjungan ke danau baru itu sangat diinginkan, maka kita tidak perlu tinggal di sana untuk waktu yang lama, apalagi mengambil keputusan untuk tinggal di sana; kita dapat pergi dan setelah menikmati keindahannya yang katanya luar biasa itu, kita segera kembali. Itulah saran saya."

Namun karena kawanan angsa yang rasa ingin tahunya untuk melihat danau Benares semakin besar, mereka tidak henti-hentinya meminta Dhrtarastra lagi dan lagi untuk mengunjungi tempat itu. Pada suatu malam di musim gugur yang cerah, dihiasi kilauan bulan dan bintang, Dhrtarastra memenuhi keinginan mereka. Ditemani oleh Sumukha dan sejumlah besar angsa, mereka berangkat ke arah Benares, [rombongan mereka] menyerupai dewa Bulan yang

(10)

dṛṣṭvaiva lakṣmī sarasastu tasya teṣāṃ praharṣākulavismayānām| citraprakārā rucisaṃniveśāstatsaṃśraye tulyaguṇā babhūvuḥ||22||

Begitu melihat kemegahan danau itu, kejutan bercampur kegembiraan memenuhi hati mereka. Ketika kawanan angsa itu serentak melabuh, mereka menambah kecemerlangan danau dengan penampilan wujud mereka dan seolah-olah mengambil alih seluruh danau dengan formasi kelompok-kelompok mereka yang indah dan elegan.

yanmānasādabhyadhikaṃ babhūva taistairavasthātiśayaiḥ sarastat| ataściraṃ tadgatamānasānāṃ na mānase mānasamāsa teṣām||23||

Karena begitu banyaknya keindahan dan kelebihan yang melampaui Danau Manasa, mereka sangat senang dan terpesona, dan dalam waktu singkat, kegairahan mereka pada tempat yang baru ini menghapus ingatan dan kenangan Danau Manasa dari hati mereka.

tatra te tāmabhayaghoṣaṇāmupalabhya svacchandatāṃ ca pakṣigaṇasya tasya ca saraso vibhūtsā pramuditahṛdayāstatrodyānayātrāmivānubhavantaḥ parāṃ prītisaṃpadamupajagmuḥ|

Mereka mendengar sendiri proklamasi tentang keselamatan, menyaksikan kebebasan bergerak burung-burung yang berada di sana, dan dibuat hanyut dengan kesenangan atas tampilan keindahan danau. Kegembiraan mereka memuncak ke tingkat tertinggi saat mereka berenang-renang di permukaan perairannya, menikmati kesenangan bertamasya di taman kolam yang permai.

atha tasmin sarasyadhikṛtāḥ puruṣāsteṣāṃ haṃsānāṃ tatrāgamanaṃ rājñe

pratyavedayanta-yādṛśaguṇarūpau deva tau haṃsavaryāvanuśrūyete tadṛśāveva [haṃsavaryau] kanakāvadātarucirapatrau tapanīyojjvalataravadanacaraṇaśobhāvadhikatarapramāṇau susaṃsthitadehau

naikahaṃsaśatasahasraparivārau devasya saraḥ śobhayitumivānuprāptāviti| atha sa rājā śākunikakarmaṇi prasiddhaprakāśanaipuṇaṃ śākunikagaṇe samanvipya tadgrahaṇārthaṃ

sādaramanvādideśa| sa tatheti pratiśrutya taryorhaṃsayorgocaravihārapradeśaṃ samyagupalabhya tatra tatra dṛḍhānnigūḍhān pāśān nyadadhāt| atha teṣāṃ haṃsānāṃ viśvāsādapāyanirāśaṅkānāṃ

pramododdhatamanasāṃ vicaratāṃ sa haṃsādhipatiḥ pāśena caraṇe nyabadhyata|

Penjaga danau melaporkan kedatangan kawanan angsa kepada raja: “Yang Mulia, kawanan angsa yang dipimpin oleh dua angsa yang sangat elok, yang dikatakan terkenal memiliki kebijaksanaan dan kebajikan, telah tiba di danau Yang Mulia, seolah-olah menambah keindahannya. Sayap mereka yang indah bersinar seperti emas, paruh dan kaki mereka memiliki kilau yang bahkan melebihi kilauan emas, besar tubuhnya melebihi rata-rata, dan mereka memiliki tubuh yang bagus. Ratusan ribu angsa telah datang bersama mereka. " Setelah mendapat informasi tersebut, raja memilih seorang penangkap burung di antara banyaknya pemburu burung yang terkenal dan diakui karena keahliannya dalam seni menangkap burung dan memberikan kepadanya tanggung jawab khusus untuk menangkap dua angsa tersebut. Penangkap burung berjanji untuk melakukannya. Setelah dengan hati-hati mengawasi kebiasaan dan tempat-tempat yang biasa dikunjungi kedua angsa itu, dia meletakkan dan menyembunyikan jerat yang kuat di beberapa tempat yang berbeda.

(11)

Kemudian, pada saat angsa-angsa dengan ceria dan bersuka cita berkeliaran di atas danau, dan tanpa mencurigai adanya bahaya, mempercayai adanya janji pemberian keselamatan— satu kaki dari pemimpin mereka, Dhrtarastra, terikat dalam jerat.

vismṛtātyayaśaṅkānāṃ sūkṣmairviśvāsanakramaiḥ| vikarotyeva viśrambhaḥ pramādāpanayākaraḥ||24||

Kepercayaan memang mudah merusak nalar dan mengelabui. Terbawa dengan kata-kata halus yang menginspirasi kepercayaan, pada mulanya hal itu menghilangkan kecurigaan akan risiko dan bahaya, kemudian menyebabkan kecerobohan dan akhirnya memacu keinginan untuk bertindak.

atha bodhisattvo mā bhūdanyasyāpi kasyacittatraivaṃvidho vyasanopanipāta iti rutaviśeṣeṇa sapratibhayatāṃ sarasaḥ prakāśayāmāsa| atha te (haṃsā) haṃsādhipatibandhādvyathitahṛdayā bhayavirasavyākulavirāvāḥ parasparanirapekṣā hatapravīrā iva sainikā divaṃ samutpetuḥ| sumukhastu haṃsasenādhipatirhaṃsādhipatisamīpānaiva vicacāla|

Segera Dhrtarastra dengan suara teriakan khusus memperingatkan kawanan angsa adanya bahaya di danau, memastikan jangan sampai kemalangan serupa menimpa juga angsa-angsa lain. Begitu mendengar suara peringatan dari Dhrtarastra, meskipun khawatir atas penangkapan pemimpin mereka, angsa-angsa itu terbang ke langit, melontarkan jeritan ketakutan yang membingungkan dan hiruk-pikuk, tanpa mempedulikan satu sama lain, seperti para prajurit yang kesatria utamanya telah terbunuh. Namun Sumukha, sang senapati, tidak melarikan diri bahkan mendekati dan tetap berada di sisi Dhṛtarāṣṭra.

snehāvabaddhāni hi mānasāni prāṇatyayaṃ svaṃ na vicintayanti| prāṇātyayād duḥkhataraṃ yadeṣāṃ suhṛjjanasya vyasanārtidainyam||25||

Hati yang dilandasi oleh kasih sayang tidak akan bergeming hanya karena adanya bahaya yang akan terjadi. Karena bagi makhluk yang berwelas asih, adalah jauh lebih buruk dari kematian jika merasakan kesedihan dan menyaksikan penderitaan yang dialami oleh makhluk lain.

athainaṃ bodhisattva uvāca-

Kepadanya Dhrtarastra berkata:

gaccha gacchaiva sumukha kṣamaṃ neha vilambitum| sāhāyyasyāvakāśo hi kastavetthaṃgate mayi||26||

“Pergi, Sumukha, pergi; tidaklah bijaksana untuk berlama-lama di sini. Apa peluang yang engkau miliki untuk dapat membantu saya dalam keadaan seperti ini?”

sumukha uvāca-

Sumukha berbicara:

(12)

māpadgataṃ mānada kena jahyām||27||

“Tidak ada kematian yang akan saya alami, jika saya tinggal di sini; dan jika saya pergi, saya juga tidak akan dibebaskan dari penuaan dan kematian. Saya selalu bersama bapak dalam kemakmuran. Bagaimana saya bisa meninggalkan bapak dalam malapetaka?

svaprāṇatantumātrārthaṃ tyajatastvāṃ khagādhipa| dhigvādavṛṣṭyāvaraṇaṃ katamanme bhaviṣyati||28||

Jika saya meninggalkan bapak, Pangeran para unggas, hanya karena hal sepele seperti ancaman untuk hidup saya sendiri, di manakah saya bisa menemukan perisai melawan akan turunnya pancuran hujan celaan atas kesalahan saya itu?

naiṣa dharmo mahārāja tyajeyaṃ tvāṃ yadāpadi| yā gatistava sā mahyaṃ rocate vihagādhipa||29||

Suatu tindakan yang tidak benar, Yang Mulia, jika saya harus meninggalkan bapak dalam kesusahan bapak. Apa pun nanti nasib kita, saya sangat rela menerimanya, oh, Pelindung burung-burung."

bodhisattva uvāca-

Dhrtarastra berbicara:

kā nu pāśena baddhasya gatiranyā mahānasāt| sā kathaṃ svasthacittasya muktasyābhimatā tava||30||

“Apa ada pilihan lain nasib seekor angsa yang terjerat selain berakhir dapur? Bagaimana prospek seperti ini dapat menyenangkan hatimu, yang saat ini secara bebas masih memiliki pikiran dan anggota tubuhmu?

paśyasyevaṃ kamarthaṃ vā tvaṃ mamātmana eva vā| jñātīnāṃ vāvaśeṣāṇāmubhayorjīvitakṣaye||31|| lakṣyate ca na yatrārthastamasīva samāsamam|

tādṛśe saṃtyajan prāṇān kamarthaṃ dyotayedbhavān||32||

Atau keuntungan apa yang kaulihat untukku, untuk dirimu sendiri, atau untuk seluruh kerabat kita jika kita mati berdua?

Dan keuntungan apa yang mungkin dapat kamu jelaskan dengan menyerahkan nyawamu pada suatu kejadian ketika yang terlihat hanya gejolak hidup dalam kegelapan?

sumukha uvāca-

Sumukha berbicara:

kathaṃ nu patatāṃ śreṣṭha dharme'rthaṃ na samīkṣase| dharmo hyupacitaḥ samyagāvahatyarthamuttamam||33||

(13)

so'haṃ dharmaṃ ca saṃpaśyan dharmāccārthaṃ samutthitam| tava mānada bhaktyā ca nābhikāṅkṣāmi jīvitam||34||

“Bagaimana, Angsa Terhebat, bapak, tidak merasakan keberuntungan dalam mengikuti jalan Kebenaran? Menghormati hukum Kebenaran dengan cara yang benar yang akan menghasilkan keberuntungan tertinggi.

Dengan alasan ini, saya mengandalkan sila kebenaran dan keuntungan yang akan muncul darinya, juga tergerak oleh kesetiaan kepada bapak, pemimpinku, dan sama sekali tidak terikat pada kehidupan.”

bodhisattva uvāca-

Dhrtarastra berbicara:

addhā dharmaḥ satāmeṣa yatsakhā mitramāpadi| na tyajejjīvitasyāpi hetordharmamanusmaran||35|| tadarcitastvayā dharmo bhaktirmayi ca darśitā|

yācñjāmantyāṃ kuruṣvemāṃ gacchaivānumato mayā||36||

Sesungguhnya, inilah tatalaku bagi yang bajik, bahwa seorang teman, dengan memperhatikan tugasnya, tidak akan meninggalkan temannya dalam kesusahan, bahkan dengan mengorbankan nyawanya.

Sekarang, kamu mematuhi hukum Kebenaran, kamu telah menunjukkan kasih sayangmu yang setia. Kalau begitu, aku mohon, kabulkanlah permintaanku yang terakhir ini. Terbang dan tinggalkanlah aku, aku beri kamu izin.

api caivaṃgate kārye yadūnaṃ suhṛdāṃ mayā| tattvayā matisaṃpanna bhavetparamasaṃbhṛtam||37||

Lagipula, setelah peristiwa semacam ini, sekarang adalah tugasmu, yang Berpikiran Bijak, untuk mengisi celah yang disebabkan oleh kepergianku untuk teman-teman kita.

paraspapremaguṇāditi saṃjalpatostayoḥ|

pratyadṛśyata naiṣādaḥ sākṣānmṛtyurivāpatan||38||

Selagi mereka sedang bercakap-cakap, saling berlomba-lomba dalam kasih sayang, Nisada muncul, tergopoh-gopuh mendekati mereka seperti Dewa Kematian.

atha tau haṃsavaryau niṣādamāpatantamālokya tūṣṇīṃ babhūvatuḥ| sa ca taddhaṃsayūthaṃ vidrutamālokya nūnamatra kaścidvaddha iti niścitamatiḥ pāśasthānānyanuvicaraṃstau haṃsavaryau dadarśa| sa tadrūpaśobhayā vismitamanā baddhāviti manyamānastatsamāpannau pāśāvudghaṭṭayāmāsa| athaikaṃ baddhamabaddhenetareṇa svasthenopāsyamānamavekṣya vismitatarahṛdayaḥ

(14)

Begitu mereka menyadari kedatangannya, kedua angsa yang sangat baik itu terdiam. Sekarang, Nisada melihat kawanan angsa telah terbang pergi, tetapi dia yakin: “Pasti, beberapa dari mereka telah tertangkap.” Dia berkeliling ke tempat-tempat yang berbeda di mana dia memasang jeratnya. Dia melihat dua angsa dan terperangah melihat keindahan mereka. Mengira keduanya sudah terperangkap, dia mengguncang jerat yang ditempatkan di lingkungan mereka.

Tetapi betapa kagetnya ketika dia menyadari bahwa hanya seekor angsa yang tertangkap dan yang satunya, lepas dan bebas, tetapi tetap menemani temannya. Dia semakin heran. Mendekati Sumukha, ia berbicara kepadanya:

ayaṃ pāśena mahatā dvijaḥ saṃhṛtavikramaḥ| vyoma nāsmatprapadyeta mayyapyantikamāgate||39|| avaddhastvaṃ punaḥ svasthaḥ sajjapatrarathī balī| kasmātprāpte'pi mayyevaṃ vegānna bhajase nabhaḥ||40||

“Angsa ini karena terperangkap jerat yang kuat, kehilangan kebebasan bergeraknya. Karenanya, dia tidak bisa terbang ke angkasa, meskipun saya mendekat. Tetapi engkau yang tidak terikat, bebas dan kuat dan memiliki sayap yang dapat engkau gunakan, mengapa engkau tidak terburu-buru terbang pada saat aku datang?”

tadupaśrutya sumukhaḥ pravyaktākṣarapadavinyāsena svabhāvavarṇanādhairyaguṇaujasvinā svareṇa mānuṣīṃ vācamuvāca-

Mendengar pertanyaan ini, Sumukha menyapa Nisada dalam bahasa manusia dengan suara yang mengartikulasikan suku kata dan kata-katanya secara jelas, dan dengan mantap menunjukkan ketegasan pikir dan sifat bajik sang pembicara.

śaktisthaḥ sanna gacchāmi yadidaṃ tatra kāraṇam| ayaṃ pāśaparikleśaṃ vihaṃgaḥ prāptavāniti||41|| ayaṃ pāśena mahatā saṃyataścaraṇe tvayā| guṇairasyatu baddho'hamato dṛdhatarairhṛdi||42||

“Bagaimana engkau dapat bertanya kepada saya? Mengapa saya yang bisa terbang pergi tetapi memilih tidak pergi? Nah, penyebabnya begini. Angsa ini, di sini, menderita ketidakberuntungan karena dijerat. Engkau tampaknya berkuasa atas beliau yang kakinya terjerat dalam jerat yang kuat ini. Tetapi angsa ini memiliki kuasa atas saya dengan belenggu yang lebih kuat, yaitu kebajikannya, yang telah mengikat hati saya."

atha sa naiṣādaḥ paramavismitamatiḥ saṃhṛṣitatanūruhaḥ sumukhaṃ punaruvāca-

Mendengar jawaban ini Nisada terhentak, sangat kagum, sekali lagi dia bertanya kepada Sumukha.

tyaktvainaṃ madbhayadanye diśo haṃsāḥ samaśritāḥ| tvaṃ punarna tyajasyenaṃ ko nvayaṃ bhavato dvija||43||

(15)

“Karena takut padaku, angsa-angsa lain meninggalkannya dan terbang ke angkasa. Tapi engkau tidak tinggalkan dia. Katakanlah, apa keuntungannya bagimu?”

sumukha uvāca-

Sumukha berbicara:

rājā mama prāṇasamaḥ sakhā ca sukhasya dātā viṣamasthitaśca| naivotsahe yena vihātumenaṃ svajīvitasyāpyanurakṣaṇārtham||44||

“Beliau pemimpinku, beliau temanku yang aku cintai tidak kurang dari hidup ini, beliau adalah penolong dan andalanku, dan saat ini beliau tengah berada dalam kesusahan. Karena itu, saya tidak akan meninggalkan beliau, apalagi hanya untuk menyelamatkan hidup saya sendiri."

atha sumukhaḥ prasādavismayāvarjitamānasaṃ taṃ naiṣādamavetya punaruvāca-

Dan sambil mengamati tumbuhnya kelembutan dan kekaguman yang muncul dalam perasaan Nisada, Sumukha melanjutkan:

apyasmākamiyaṃ bhadra saṃbhāṣā syātsukhodayā| apyasmān visṛjannadya dharmyāṃ kīrtimavāpnuyāḥ||45||

“Oh! Seandainya percakapan kita ini bisa membawa akhir yang bahagia, sobat! Seandainya engkau ingin mendapatkan kemuliaan dari tindakan bajik dengan membebaskan kami sekarang!”

naiṣāda uvāca-

Nisada berbicara:

naiva te duḥkhamicchāmi na ca baddho bhavān mayā| sa tvaṃ gaccha yathākāmaṃ paśya bandhūṃśca nandaya||46||

“Aku tidak ingin mencederaimu, dan bukan kamu yang sudah tertangkap. Lalu mengapa tetap di sini, pergilah bebas dan bergabunglah dengan kerabatmu yang akan senang melihatmu! "

sumukha uvāca-

Sumukha berbicara:

no cedicchasi me duḥkhaṃ tatkuruṣva mamārthanām| ekena yadi tuṣṭo'si tattyajainaṃ gṛhāṇaṃ mām||47|| tulyārohaparīṇāhau samānau vayasā ca nau| viddhi niṣkraya ityasya na te'haṃ lābhahānaye||48||

(16)

“Jika kamu tidak ingin aku sedih, maka kamu harus mengabulkan permintaanku. Jika kamu puas dengan satu, baiklah, tinggalkan beliau dan bawa aku.

Tubuh kami memiliki ukuran dan berat yang sama dan usia kami pun sama. Jadi dengan mengambil saya sebagai tebusan untuk beliau, engkau tidak akan kehilangan keuntungan apa-apa.

tadaṅga samavekṣasva gṛddhirbhavatu te mayi|

māṃ badhnātu bhavān pūrvaṃ paścānmuñceda dvijādhipam||49|| tāvāneva ca lābhaste kṛtā syānmama cārthanā|

haṃsayūthasya ca prītirmaitrī tena tathaiva ca||50||

Mohon pertimbangkanlah baik-baik. Oh, jika kamu khawatir tentang aku, silakan mengikatku terlebih dahulu dan setelah itu lepaskanlah sang Pemimpin para angsa.

Dengan melakukan itu, kamu akan menikmati jumlah keuntungan yang sama, kamu mengabulkan permintaanku, kamu juga membuat kawanan angsa senang, dan juga mendapatkan persetujuan mereka.

paśyantu tāvadbhavatā vimuktaṃ haṃsādhipaṃ haṃsagaṇāḥ pratītāḥ|

virocamānaṃ nabhasi prasanne daityendranirmuktamivoḍurājam||51||

Nah, dengan menggembirakan para angsa dengan membebaskan pemimpin mereka, mereka akan dapat melihat pemimpin mereka lagi dalam segala keindahan dan kegemilangannya di langit yang cerah, menyerupai Bulan yang baru dilepaskan oleh Rahu, dewa para daityas.”

atha sa naiṣādaḥ krūratābhyasakaṭhinahṛdayo'pi tena tasya jīvitanirapekṣeṇa svāmyanurāgaślāghinā kṛtajñatāgunaujasvinā dhairyamādhuryālaṃkṛtavacasā samāvarjitahṛdayo

vismayagauravavaśāṭsamānītāñjaliḥ sumukhamuvāsa-sādhu sādhu mahābhāga !

Meskipun terbiasa dengan perdagangan yang kejam dan keras hati dengan praktik semacam itu, Nisada sangat tersentuh oleh kata-kata dari Sumukha yang diucapkan dengan tegas namun bernada lembut dan sangat meyakinkan. Karena menunjukkan luhurnya kesetiaan kepada pemimpinnya tanpa memedulikan hidupnya sendiri dan merupakan perwujudan yang kuat dari kebajikan dan rasa berterima kasih. Diwarnai oleh kekaguman dan rasa hormat, dia merangkupkan kedua tangannya kepada Sumukha dan berkata: “Kata yang baik, kata yang baik, makhluk mulia.”

mānuṣeṣvapyayaṃ dharma āścaryo daivateṣu vā|

svāmyarthaṃtyajatā prāṇān yastvayātra pradarśitaḥ||52|| tadeṣa te vimucāmi rājanamanumānayan|

ko hi prāṇāpriyatare tavāsmin vipriyaṃ carat||53||

Di antara para manusia atau dewa, tindakanmu bahwa merupakan suatu kehormatan dan kewajiban untuk dapat mengorbankan hidupmu demi pemimpinmu, tindakan pengorbanan diri seperti itu akan dianggap langka, bahkan suatu mukjizat.

(17)

Karena itu, saya akan memberimu penghormatan dengan membebaskan pemimpinmu. Sesungguhnya, siapa yang mungkin mampu mencederai dia yang lebih engkau sayangi daripada hidupmu sendiri?

ityuktvā sa naiṣādastasya nṛapteḥ saṃdeśamanādṛtya haṃsarājaṃ samanumānayan dayāsumukhaṃ pāśānmumoca| atha sumukhaḥ senāpatirhaṃsarājavimokṣātparamānanditahṛdayaḥ

prītyabhisnigdhamudīkṣamāṇo naiṣādamuvāca-

Dengan kata-kata ini, Nisada, tanpa mengingat perintah rajanya, mengikuti suara hati nuraninya dengan penuh welas asih memberi hormat kepada pemimpin angsa, dan melepaskannya dari jerat. Dan Sumukha, sang senapati, sangat bersukacita atas penyelamatan pemimpinnya, memandang Nisada dengan penuh rasa haru, senang dan berterima kasih, dan dia berbicara:

yathā suhṛnnandana nandito'smi tvayādya haṃsādhipatervimokṣāt| evaṃ suhṛjjñātigaṇena bhadra śaratsahastrāṇi bahūni nanda||54||

“Betapa engkau telah membuatku berbahagia dengan pelepasan Pemimpin angsa, hai sang Sumber kegembiraan bagi teman-temanmu, semoga engkau dengan cara yang sama dan setimpal dapat berbahagia dengan teman dan sanak saudaramu selama ribuan tahun!

tanmā tavāyaṃ viphalaḥ śramo bhūdādāya māṃ haṃsagaṇādhipaṃ ca| svasthāvabaddhāvadhiropya kācamantaḥpure darśaya bhūmipāya||55||

Karena itu, supaya jerih payahmu tidak percuma dan tanpa hasil, nah, bawalah aku dan juga pemimpin angsa di keranjang pikulan di pundakmu, dalam kondisi bebas dan tidak terikat, tunjukkanlah kami kepada rajamu di singgasananya.

asaṃśayaṃ prītamanāḥ sa rājā haṃsāvipaṃ sānucaraṃ samīkṣya| dāsyatyasaṃbhāvitavistarāṇi dhānāni te prītivivardhanāni|| 56||

Dengan dapat melihat pemimpin angsa beserta senapatinya, tidak diragukan lagi, sang Raja akan sangat bergembira dan akan menunjukkan penghargaan kepadamu dengan pemberian kekayaan yang lebih besar dari yang kamu impikan, sumber kebahagiaan yang besar bagimu.

atha naiṣādastasya nirbandhāt paśyatu tāvadatyadbhutamidaṃ haṃsayutaṃ sa rājeti kṛtvā te haṃsamukhyau kācenādaya svasthāvabaddhau rājñe darśayāmāsa|

Nisada menyetujui permintaan Sumukha, berpikir bahwa raja harus melihat dan mendengar tentang kejadian yang mengagumkan dengan dua angsa ini. Nisada menempatkan mereka di keranjang pikulan, tanpa cedera, tanpa terikat, membawa kedua angsa yang berbudi luhur ini dan mempersembahkan mereka kepada raja.

upāyanāścaryamidaṃ draṣṭumarhasi mānada| sasenāpatirānītaḥ so'yaṃ haṃsapatirmayā||57||

(18)

“Mohon Baginda berkenan untuk melihat,” kata Nisada, “sekarang saya persembahkan kepada Baginda suatu persembahan yang sangat bagus. Inilah Pemimpin angsa yang terkenal itu, bersama Senapati pembantunya!"

atha sa rājā praharṣavismayāpūrṇamatirdṛṣṭvā tī haṃsapradhānī kāñcanapuñjāvivaśriyābhijvalanmanohararūpau taṃ naiṣādamuvāca-

Saat melihat dua angsa di hadapannya, yang mana kemegahan sosok indah mereka yang berkilauan menyerupai dua keping emas yang kokoh, raja tertegun, dipenuhi dengan ketakjuban dan kegembiraan, berkata kepada Nisada:

svasthāvabaddhāvamukau vihaṃgau bhūmicāriṇaḥ| tava hastamanuprāptau kathaṃ kathaya vistaram||58||

“Bagaimana kamu bisa membawa dua angsa ini, tetap berada di tanganmu, tanpa cedera dan tanpa terikat, meskipun mereka dapat terbang menjauh darimu selama kamu berjalan kaki kembali ke sini? Ceritakanlah selengkapnya."

ityukte sa naiṣādaḥ praṇamya rājānamuvāca-

Ditanya demikian, Nisada membungkuk kepada raja, menjawab:

nihitā bahavaḥ pāśā mayā dāruṇadāruṇāḥ| vihagākriḍadeśeṣu palvaleṣu sarassu ca||59|| atha visrambhaniḥśaṅko haṃsavaryaścarannayam| paricchannena pāśena caraṇe samabadhyata||60|| abaddhastamupāsīno māmayaṃ samayācata| ātmānaṃ tiṣkrayaṃ kṛtvā haṃsarājasya jīvitam||61|| visṛjanmānuṣīṃ vācaṃ vispaṣṭamadhurākṣarām| svajīvitaparityāgādyācñāmapyūrjitakramām||62||

“Hamba telah memasang banyak jerat, penyebab kesakitan yang begitu kejam, di kolam dan di danau tempat tinggal dan hiburan angsa dan burung-burung. Kemudian angsa yang ada didepan Baginda ini, yang berenang-renang tanpa curiga, karena kepercayaannya, kakinya terjerat dalam jerat yang tersembunyi.

Angsa yang satunya lagi, meskipun bebas tidak terjerat, tetap tinggal menemaninya dan memohon saya untuk membawa dirinya sebagai tebusan bagi nyawa pemimpinnya, mengucapkan dengan suara manusia yang dituturkan dengan indah.

Permintaannya yang kuat ini timbul dari daya keyakinan dari kesiapannya untuk mengorbankan hidupnya sendiri.

tenāsya vākyena supeśalena svāmyarthadhīreṇa ca ceṣṭitena|

(19)

Begitu besar pengaruh kata-kata lembut dan perbuatan yang luhur untuk pemimpinnya itu, membuat kekerasan saya luluh, kelembutan dan welas asih timbul di hati nurani saya, berbarengan dengan berhentinya kecenderungan kekejaman saya, saya melepaskan jeratan pemimpin angsa itu.

atha vihagapaterayaṃ vimokṣānmuditamatirbahudhā vadan priyāṇi|

tvadabhiṃgama iti nyayojayanmāṃ viphalaguruḥ kila mā mama śramo bhūt||64||

Setelah itu, bersukacita atas pelepasan Pemimpin angsa, dia membalasnya dengan banyak terima kasih dan berkah kepadaku, dan mengusulkan untuk membawa mereka berdua dengan cara ini kepada Baginda. Dengan harapan agar usaha hamba tidak percuma, begitu katanya, sehingga dengan demikian tidak menjadi beban karena tidak menerima imbalan.

tadevamatidhārmikaḥ khagavarākṛtiḥ ko'pyasau mamāpi hṛdi mārdavaṃ janitavān kṣaṇenaiva yaḥ| khagādhipatimokṣaṇaṃ kṛtamanusmaran matkṛte sahādhipatināgataḥ svayamayaṃ ca te'ntaḥpuram||65||

Karena rasa syukur atas pembebasan pemimpinnya dan demi keberhasilan saya, maka makhluk bajik ini, siapa pun dia, yang biar pun penampilan luarnya sebagai seekor angsa; tetapi dalam satu saat, dapat membangkitkan kelembutan pikiran di hati seseorang seperti saya—akhirnya dia tiba di istana atas kemauannya sendiri bersama pimpinannya di depan singgasana Baginda.

tadupaśrutya sa rājā sapramodavismayena manasā vividharatnaprabhodbhāsurasurucirapādaṃ

parārdhyāstaraṇaracanābhirāmaṃ śrimatsukhopāśrayasāṭopamupahitapādapīṭhaṃ rājādhyāsanayogyaṃ kāñcanamāsanaṃ haṃsarājāya samādideśaḥ, amātyamukhyādhyāsanayogyaṃ ca vetrāsanaṃ sumukhāya| atha bodhisattvaḥ kāla idānīṃ pratisaṃmoditumiti nūpurārāvamadhureṇa svareṇa rājānamābabhāṣe-

Raja sangat terperangah dengan kata-kata ini, disertai kegembiraan dan ketakjuban yang besar. Raja menempatkan pemimpin angsa ini di takhta emas dengan bangku kaki, tempat duduk layaknya untuk seorang raja; yang cemerlang bercahaya dengan kilauan berbagai permata, ditaburi dengan penutup yang paling mahal dan indah dan dilengkapi dengan bantalan lembut di sandarannya.

Kepada Sumukha ia menawarkan kursi bambu yang biasa diduduki oleh seorang menteri utama. Kemudian Dhrtarastra, merasa bahwa saat itu adalah waktu yang tepat untuk memberikan ucapan terima kasihnya, berbicara kepada raja dengan suara selembut suara gelang kaki.

dyutikāntiniketane śarīre kuśalaṃ te kuśalārha kaccidasmin|

api dharmaśarīramavraṇaṃ te vipulairucchvasitīva vākpradānaiḥ||66||

“Tubuh Baginda yang dihiasi dengan kilau dan keindahan, saya harap dalam keadaan sehat, wahai Raja yang layak dalam kondisi sehat. Begitu juga saya harap tubuh Baginda yang lainnya, yang terbentuk dari Kebenaran dan Kebajikan. Apakah itu sering memancarkan napas yang membabarkan pemberian pengajaran yang saleh?

(20)

api rakṣaṇadīkṣitaḥ prajānāṃ samayānugrahavigrahapravṛttyā| abhivardhayase svakīrtiśobhamanurāgaṃ jagato hitodayaṃ ca||67||

Bukankah Baginda telah mendedikasikan diri Baginda dengan tugas untuk melindungi seluruh rakyat, berbagi pahala atau menerapkan hukuman pada waktunya, agar kemuliaan Baginda yang termasyhur dan kasih sayang dari rakyat, beserta kesejahteraan mereka, selalu meningkat?

api śuddhatayopadhāsvasaktairanuraktairnipuṇakriyairamātyaiḥ| samavekṣayase hitaṃ prajānāṃ na ca tatrāsi parokṣabuddhireva||68||

Bukankah Baginda mendapat dukungan dan bantuan dari para menteri yang berakhlak dan jujur, yang menolak segala bentuk penipuan dan terampil dalam mengatur urusan negara, berurusan dengan siapa pun dengan mempertimbangkan kepentingan rakyat? Saya harap hati Baginda tidak pernah tidak peduli dengan hal penting ini.

nayavikramasaṃhṛtapratāpairapi sāmantanṛpaiḥ prayācyamānaḥ| upayāsi dayānuvṛttiśobhāṃ na ca viśvāsamayīṃ pramādanidrām||69||

Jika raja-raja, setelah mengurangi kemewahan dan kemegahan semua jajaran menterinya dengan teladan kebijakan dan semangat kerja Baginda—memohon kepada Baginda untuk menunjukkan belas kasihan, Baginda tentunya dengan murah hati akan mengikuti dorongan rasa kasihan; bagaimanapun, saya berharap jangan memanjakan hanya berdasarkan kepercayaan, yang tidak lain adalah kelelapan dari kecerobohan.

api dharmasukhārthanirvirodhāstava ceṣṭā naravira sajjaneṣṭāḥ| vitatā iva dikṣu kīrtisiddhyā ripubhirniśvasitairasatkriyante||70||

Apakah tindakan Baginda tidak dipuji oleh yang Bajik karena selalu cenderung untuk menggayuh Kebenaran dan Nilai moral (dharma), Kemakmuran dan Kesejahteraan (artha), dan Kesenangan (kāma), oh pahlawan para manusia, kemasyhuran Baginda bisa dikatakan tersebar luas di dunia. Dan mereka yang tidak menyukai Baginda, hanya bisa mengeluh dan ingin menodainya?"

athainaṃ sa nṛpatiḥ pramodādabhivyajyamānendriyaprasādaḥ pratyuvāca-

Menjawaban pertanyaan-pertanyaan ini, dengan menunjukkan kegembiraannya melalui ketenangan indranya, raja berkata kepada pemimpin angsa:

adya me kuśalaṃ haṃsa sarvatra ca bhaviṣyati| cirābhilaṣitaḥ prāpto yadayaṃ satsamāgamaḥ||71||

“Sekarang ini kesejahteraan saya terjamin dari segala segi, hai angsa, karena saat ini saya telah memperoleh kebahagiaan yang telah lama saya harapkan untuk bertemu dengan makhluk-makhluk yang luhur.

tvayi pāśavaśaṃ prāpte praharṣaddhatacāpalaḥ| kacinnāyamakāriṣītte daṇḍenābhirujan rujam||72||

(21)

evaṃ hyamīṣāṃ jālmānāṃ pakṣiṇāṃ vyasanodaye| praharṣākulitā buddhirāpatatyeva kalmaṣam||73||

Saya harap orang ini, yang dalam kegembiraannya menggunakan tongkat untuk menangkapmu dalam jerat, tidak menyakitimu.

Karena yang biasanya terjadi dengan munculnya kegembiraan mendapatkan korban tangkapan adalah mereka melakukan tindakan tanpa kepedulian sehingga menyebabkan kesakitan dan malapetaka bagi korban tangkapannya.

bodhisattva uvāca-

Dhrtarastra berbicara:

kṣemamāsīnmahārāja satyāmapyevamāpadi| na cāyaṃ kiṃcidasmāsu śatruvatpratyapadyata||74|| abaddhaṃ baddhavadayaṃ matsnehātsumukhaṃ sthitam| dṛṣṭvābhāṣata sāmnaiva sakautūhalavismayaḥ||75|| sūnṛtairasya vacanairathāvarjitamānasaḥ|

māmayaṃ vyamucatpāśādvinayadanumānayan||76|| ataśca sumukhenedaṃ hitamasya samīhitam| ihāgamanamasmakaṃ syadasyāpi sukhodayam||77||

“Saya tidak menderita, Baginda, ketika saya dalam kondisi yang paling mencemaskan itu, orang ini juga tidak berperilaku seperti musuh kepadaku sama sekali.

Ketika dia melihat Sumukha tetap tinggal di sana, meskipun tidak tertangkap, karena kasihnya kepadaku, seolah-olah dia juga telah ditangkap, dia menyapa Sumukha dengan kebaikan hati yang besar, didorong oleh rasa ingin tahu dan takjub.

Kemudian, setelah ditenangkan oleh kata-kata lembut Sumukha, dia melepaskan saya dari jerat, dan membebaskan saya, menunjukkan respek dan hormat kepada saya.

Dengan alasan inilah Sumukha, yang sangat menghargai kebaikan orang ini, memintanya untuk membawa kami kemari. Semoga kehadiran kami menyebabkan kebahagiaan juga baginya!"

nṛpatiruvāca-

Raja berkata:

ākāṅkṣitābhigamayoḥ svāgataṃ bhavatoriha| atīva prīṇitaścāsmi yuṣmatsaṃdarśanotsavāt||78||

(22)

ubhayeṣāṃ priyaṃ kṛtvā mahadarhatyayaṃ priyam||79||

“Setelah sangat menantikan kedatangan kalian, saya mengucapkan selamat datang untuk kalian berdua. Memandang kalian adalah suatu perayaan dalam pandangan saya dan membuat saya sangat senang.

Mengenai Nisada, saya akan memberikan penghargaan dan hadiah yang melimpah kepadanya. Setelah memperagakan kebajikan kepada kalian berdua, dia layak mendapatkan ganjaran yang besar."

ityuktvā sa rājā taṃ naiṣādaṃ mahatā dhanavistarapradānena samānya punarhaṃsarājamuvāca-

Kemudian raja menghargai Nisada dengan pemberian kekayaan yang luar biasa. Setelah itu, raja kembali berbicara kepada Dhrtarastra:

imaṃ svamāvāsamupāgatau yuvāṃ visṛjyatāṃ tanmayi yantraṇāvratam| prayojanaṃ yena yathā taducyatāṃ bhavatsahāyā hi vibhūtayo mama||80||

“Kamu telah datang ke sini di istana ini, anggaplah ini juga milikmu. Disamping itu, saya berdoa dan berharap, mengingat hubungan kita, tolong saya diberi tahu dengan cara apa dan bagaimana saya dapat berbuat sesuatu untuk memenuhi keinginanmu. Apa pun yang saya miliki, saya relakan untuk melayani permintaanmu.”

aśaṅkitoktaiḥ praṇayākṣaraiḥ suhṛt karoti tuṣṭiṃ vibhavasthitasya yām|

na tadvidhāṃ lambhayate sa tāṃ dhanairmahopakāraḥ praṇayaḥ suhṛtsvataḥ||81||

Seorang teman baik yang mengungkapkan keinginannya dengan ucapan yang terus terang, akan memberi kepuasan yang lebih besar bagi yang dimintai, dibandingkan dengan kesenangan yang dapat diperolehnya dari kekayaannya. Karena itu, sikap tanpa dibuat-buat dan tanpa pretensi antara teman adalah suatu berkat besar.

atha sa rājā sumukhasaṃbhāṣaṇakutūhalahṛdayaḥ savismayabhivīkṣya sumukhamuvāca-

Kemudian, karena juga sangat penasaran untuk berbicara dengan Sumukha, raja yang memandangnya dengan kagum, berkata kepada Sumukha:

alabdhagādhā navasaṃstave jane na yānti kāmaṃ praṇayapragalbhatām| vacastu dākṣiṇyasamāhitākṣaraṃ na te na jalpantyupacāraśībharam||82||

“Tentunya, kenalan baru biasanya tidak cukup berani untuk berbicara terus-terang kepada teman baru yang ditemui, karena dalam pikirannya masih belum punya pijakan. Tetapi boleh saja mereka setidaknya berbahasa yang ramah dengan istilah-istilah yang sopan.

saṃbhāṣaṇenāpi yataḥ kartumarhati no bhavān| sāphalyaṃ praṇayāśāyāḥ prīteścopacayaṃ hṛdi||83||

(23)

Untuk alasan inilah aku memohon agar bersedia untuk membahagiakanku dengan ikut serta dalam percakapan kita. Sehingga keinginan saya untuk membentuk persahabatan denganmu terpenuhi dan meningkatkan kegembiraan hati saya."

ityukte sumukho haṃsasenāpatirvinayādabhipraṇamyainamuvāca-

Mendengar kata-kata ini, Sumukha, senapati para angsa, menunduk hormat kepada raja dan berbicara:

mahendrakalpena saha tvayā saṃbhāṣaṇotsavaḥ| iti darśitasauhārde kasya nātimanorathaḥ||84||

“Ucapan Baginda setara dengan cara tutur Batara Indra, sesuatu yang patut dirayakan. Oleh karena itu, siapa yang tidak akan merasa bahwa tanda dari sikap ramah Baginda merupakan suatu kehormatan?

saṃbhāṣamāṇe tu narādhipe ca sauhārdaramyaṃ vihagādhipe ca|

tatsaṃkathāmadhyamupetya dhārṣṭyānnanvakramaḥ preṣyajanasya vaktum||85|| na heyṣa mārgo vinayabhijātastaṃ caiva jānan kathamabhyupeyām|

tūṣṇīṃ mahārāja yataḥ sthito'haṃ tanmarṣaṇīyaṃ yadi marṣaṇīyam||86||

Tetapi, bukankah suatu Tindakan yang tidak pantas bagi seorang pengiring untuk ikut bergabung dalam percakapan dua raja, raja manusia dan pemimpin angsa, saat mereka bertukar kata-kata persahabatan yang indah? Tidak, makhluk yang tahu tempatnya tidak akan bertindak seperti itu. Menyadari tempat saya, bagaimana saya bisa ikut dalam percakapan itu. Oleh karena itu, pangeran yang agung, saya diam, dan jika saya salah, saya mohon pengampunan dan semoga diberi maaf sebesar-besarnya."

ityukte sa rājā sapraharṣavismayavadanaḥ saṃrādhayan sumukhamuvāca-

Sebagai jawaban atas kata-kata ini, raja, yang mengekspresikan kegembiraan dan kekagumannya, memuji Sumukha.

sthāne bhavadguṇakathā ramayanti lokaṃ sthāne'si haṃsapatinā gamitaḥ sakhitvam| evaṃvidhaṃ hi vinayaṃ nayasauṣṭhavaṃ ca naivākṛtātmahṛdayāni samudvahanti||87||

“Tidak heran bahwa dunia senang mendengar ketenaran tentang kebajikanmu. Patutlah pemimpin angsa menjadikanmu sebagai teman pembantunya. Kerendahan hati dan sikap tahu diri seperti itu tidak bisa ditampilkan oleh siapa pun kecuali mereka yang telah mengendalikan batin mereka.

tadiyaṃ prastutā prītirvicchidyeta yathā na naḥ| tathaiva mayi visrambha ajaryaṃ hyāryasaṃgatam||88||

(24)

Oleh karena itu, saya dengan tulus percaya bahwa hubungan persahabatan ini, yang sekarang sudah kita mulai, tidak akan pernah putus. Pertemuan makhluk saleh memang menghasilkan persahabatan."

atha bodhisattvastasya rājñaḥ parāṃ prītikāmatāmavetya snehapravṛttisumukhatāṃ ca saṃrādhayannavocadenam-

Kemudian Dhrstarasta, memahami bahwa raja sangat menginginkan persahabatan mereka dan selalu menunjukkan kasih sayangnya, menyapa raja dengan pujian:

yatkṛtyaṃ parame mitre kṛtamasmāsu tattvayā| saṃstave hi nave'pyasmin svamāhātmyānuvartinā||89||

“Mengikuti dorongan dari sifat dermawanmu, Baginda telah memperlakukan kami sebagaimana seseorang harus bertindak kepada sahabatnya, meskipun perkenalan kita baru saja terjadi.

kaśca nāma mahārāja nāvalambyeta cetasi| saṃmānavidhinānena yastvayāsmāsu darśitaḥ||90||

Hati siapa yang tidak akan luluh, oh pangeran yang termasyhur, oleh perlakuan penghormatan seperti yang telah Baginda tunjukkan kepada kami?

prayojanaṃ nāma kiyatkimeva vā madāśrayaṃ mānada yattvamīkṣase| priyātithitva guṇavatsalasya te pravṛttamabhyāsaguṇāditi dhruvam||91||

Apa pun manfaat yang Baginda harapkan dari hubungan kita, atau betapapun pentingnya Baginda menganggapnya, yang sudah sangat jelas adalah Baginda telah menunjukkan watak ramah dan peduli dengan memperagakan keramah-tamahan seperti ini, oh pencinta kebajikan!

na citrametattvayi vā jitātmani prajāhitārthaṃ dhṛtapārthivavrate| tapaḥsamādhānapare munāviva svabhāvavṛttyā hi guṇāstvayi sthitāḥ||92||

Jadi tidak heran jika seorang pangeran yang menunjukkan kerendahan hati seperti Baginda, yang dalam memikul tugas kerajaan demi kepentingan rakyat, selalu berniat bertobat dan menyesali perbuatan yang menyebabkan penderitaan dan berkontemplasi mendalam, seperti seorang Muni. Jelas bahwa Baginda, dengan selalu mengikuti naluri kepedulian akan menjadi gudang kebajikan.

iti praśaṃsāsubhagāḥ sukhā guṇā na doṣadurgeṣu vasanti bhūtayaḥ|

imāṃ viditvā guṇadoṣadharmatāṃ sacetanaḥ kaḥ svahitotpathaṃ bhacet||93||

Kebajikanlah yang membuat pemiliknya patut diberi pujian seperti itu, seperti saya merayakannya. Kebajikan memberikan kebahagiaan, tetapi di dalam kungkungan kejahatan tidak akan ada kebahagiaan. Karenanya, buat makhluk yang sadar dan mengetahui ini sebagai norma mengenai dampak kebajikan dan keburukan, bagaimana mereka akan menggunakan cara yang merugikan, yang mencederai, dan yang menyimpang dari kebajikan?

(25)

na deśamāpnoti parākrameṇa taṃ na kośavīryeṇa na nitīsaṃpadā|

śramavyayābhyāṃ nṛpatirvinaiva yaṃ guṇābhijātena pathadhigacchati||94||

Bukan dengan kekuatan militer atau dengan daya harta kekayaan, bahkan tidak cukup dengan keberhasilan suatu kebijakan seorang pangeran akan mencapai penghargaan tinggi itu. Tetapi jika ia mengikuti jalan yang benar, yang terdiri dari penanaman kebajikan, semuanya akan diperoleh bahkan tanpa terlalu banyak pengerahan tenaga dan biaya.

surādhipaśrīrapi vīkṣate guṇān guṇoditāneva paraiti saṃnati|

guṇebhya eva prabhavanti kīrtayaḥ prabhāvamāhātmyamiti śritaṃ guṇān||95||

Kebajikan menghasilkan kebahagiaan melebihi yang dialami oleh para dewa. Hanya yang bajik saja yang mampu menunjukkan kerendahan hati; hanya kebajikan saja adalah sumber kemuliaan; pada merekalah bersemayam keindahan kebebasan dan kedaulatan.

amarṣadarpodbhavakarkaśānyapi prarūḍhavairasthiramatsarāṇyapi| prasādayantyeva manāṃsi vidviṣāṃ śaśiprakāśādhikakāntayo guṇāḥ||96||

Hanya kebajikan yang memiliki keasrian yang lebih anggun dari sinar bulan purnama, yang mampu menanggulangi dan mendamaikan musuh, menjadi pengawal pikiran sehingga tidak pernah kalap dengan kepuasan dalam amarah, kesombongan, dan kecemburuan; menjadi sosok yang tidak memberi kesempatan bagi mengakarnya dendam dan kebencian yang berkepanjangan.

tadevameva kṣitipāla pālayan mahīṃ pratāpānatadṛptapārthivām|

amandaśobhairvinayadibhirguṇairguṇānurāgaṃ jagataṃ prabodhaya||97||

Oleh sebab ini, oh yang berdaulat, jauhilah kesombongan sebagai raja di bumi ini, hindarilah perangkap ketenaran; tetapi buatlah keharumanmu tumbuh dari tebaran cinta kasih dan kebajikan yang ada dalam diri bangsamu, berikan mereka teladan dengan kemegahan kesederhanaanmu yang tulen, kepedulianmu yang murni beserta kebajikanmu yang lain.

prajāhitaṃ kṛtyatamaṃ mahīpatestadanya panthā hyubhayatra bhūtaye| bhavecca tadrājani dharmavatsale nṛpasya vṛttaṃ hi jano'nuvartate||98||

Kesejahteraan rakyat adalah tugas pengayoman pertama seorang raja, dan jalan menuju pencapaian itu juga seiring dengan jalan menuju kebahagiaan di kehidupan ini maupun yang akan datang. Tujuan ini akan tercapai, jika raja mencintai kebenaran; karena rakyat biasanya suka mengikuti perilaku pemimpin mereka.

praśādhi dharmeṇa vasuṃdharāmataḥ karotu rakṣāṃ tridaśādhipaśca te| tvadantikātsaṃśritabhāvanādapi svayūthyaduḥkhaṃ tu vikarṣatīva mām||99||

Semoga engkau, kemudian memerintah bumimu dengan kebenaran, dan semoga Semesta mengikutkanmu dalam rangkulan penjagaannya! Tetapi meskipun kehadiran kami dihadapan Baginda memurnikan kami yang bersandar kepadamu, namun saya harus meninggalkan

(26)

Baginda sekarang. Karena kecemasan dan kesedihan para angsa memanggil kami untuk Bersama mereka."

atha sa rājā samabhinandya tattasya vacanaṃ saparṣatkaḥ saṃmānapriyavacanaprayogapuraḥsaraṃ tau haṃsamukhyau visasarja| atha bodhisattvaḥ samutpatya vimalakhaḍgābhinīlaṃ śaratprasannaśobhaṃ gaganatalaṃ pratibimbenevānugamyamānaḥ sumukhena haṃsasenāpatinā samupetya haṃsayūthaṃ saṃdarśanādeva pareṇa praharṣeṇa saṃyojayāmāsa|

Raja dan semua yang hadir menyetujui kata-kata perpisahan yang diucapkan oleh Dhrtarastra. Kemudian raja menghantarkan keberangkatan kedua angsa agung dengan kehormatan penuh dan dengan cara yang tepat layaknya mengantar raja beserta menterinya.

Dhrtarastra terbang melejit naik ke angkasa, yang saat itu dihiasi oleh keindahan musim gugur yang tenang, langit biru tua seperti kilauan pedang tanpa noda, dan diikuti oleh Sumukha, sang senapati, seperti pantulan bayangannya, bergabung dengan kawanan angsa. Mereka yang melihatnya, dipenuhi dengan kegembiraan yang luar biasa.

kālena copetya nṛpaṃ sa haṃsaḥ parānukampavyasanī sahaṃsaḥ| jagāda dharmaṃ kṣitipena tena pratyarcyamāno vinayānatena||100||

Selang beberapa waktu, sebagai teman yang penuh kepedulian kepada tetangganya, angsa itu kembali mengunjungi raja bersama kawanan angsa, dan berbagi kepada raja tentang norma Kebenaran. Dan raja selalu menyimak dan menundukkan kepala dengan penuh hormat.

tadevaṃ vinipātagatānāmapi satāṃ vṛttaṃ nālamanugantumasatpuruṣāḥ prāgeva sugatiṣṭhānāmiti| evaṃ kalyāṇī vāgubhayahitāvahā bhavatīti kalyāṇavacanapraśaṃsāyāmapyupaneyam| kalyāṇamitravarṇe'pi vācyam, evaṃ kalyāṇamitravatāṃ kṛcchre'pyarthāḥ saṃsidhyantīti|

sthavirāryānandapūrvasabhāgapradarśane ca, evamayaṃ sthaviraḥ sahacaritacaraṇo bodhisattvena cirakālābhyastapremabahumāno bhavatīti|

Dengan cara ini, yang Bajik, meskipun dalam keadaan mengalami kesusahan, masih tetap berperilaku bajik sehingga sukar ditiru oleh mereka yang tidak mengenal kebajikan; dan bagaimana mereka yang tak beriman mampu mengikuti perbuatan yang Bajik dimasa semua keberadaan disekelilingnya mendukung? Inilah yang diajarkan.

||iti haṃsa-jātakaṃ dvāviśatitamam||

(27)

2 6 . J A T A K A R U S A | r u r u - j ā t a k a m

Lantai I | Langkan atas | Relief 94-98

Relief IBa-94

Relief IBa-95 Relief IBa-96 Relief IBa-97

Relief IBa-98

(28)

Bagi yang bajik, tidak ada penderitaan seperti merasakan penderitaan orang lain. Inilah yang membuat hati mereka tidak tahan, lebih dari penderitaan mereka sendiri, seperti yang akan diajarkan berikut ini.

bodhisattvaḥ kila sālabakulapiyālahintālatamālanaktamālavidulaniculakṣipabahule

śiṃśapātiniśaśamīpalāśaśākakuśavaṃśaśaravaṇagahane kadambasarjārjunadhavakhadirakuṭajanicite vividhavallīpratānāvaguṇṭhitabahutaruviṭape rurupṛṣatasṛmaracamaragajagavaya

mahiṣahariṇanyaṅkuvarāhadvīpitarakṣuvyāghravṛkasiṃharkṣādimṛgavicarite manuṣyasaṃpātavirahite mahatyaraṇyavanapradeśe tatpakāñcanojjvalavarṇaḥ sukumāraromā

nānāvidhapadmarāgendranīlamarakatavaiḍūryaruciravarṇabinduvidyotitavicitragātraḥ snigdhābhinīlavimalavipulanayano manīmayairivāparuṣaprabhairviṣāṇakṣurapradeśaiḥ paramadarśanīyarūpo ratnākara iva pādacārī rurumṛgo babhūva| sa jānānaḥ svasya

vapuṣo'tilobhanīyatāṃ tanukāruṇyatāṃ ca janasya nirjanasaṃpāteṣu vanagahaneṣvabhireme, paṭuvijñānatvācca tatra tatra vyādhajanaviracitāni

yantrakūṭavāgurāpāśāvapātalepakāṣṭhanivāpabhojanāni samyak pariharannanugāminaṃ ca mṛgasārthamavabodhayannācārya iva piteva ca mṛgāṇāmādhipatyaṃ cakāra|

Suatu Ketika, dikatakan bahwa sang Bodhisatwa menjalani kehidupan sebagai rusa Ruru. Dia bertempat tinggal di bagian terpencil di pedalaman hutan belantara yang luas dan lebat, jauh dari jalur yang dilewati oleh manusia dan ditumbuhi dengan tetumbuhan yang banyak ragamnya. Ada sejumlah besar pohon sals, bakulas, piyālas, hintālas, tamālas, naktamālas,

dari vidula dan nicula alang-alang dan semak; semak śimśapās, tiniśas, śamīs, palāśas, śākas,rumput kuśa, bambu dan buluh; kadambas, sarjas, arjuna, dhava, khadiras, dan kuṭajas

berlimpah; dahan-dahan dan akar-gantung yang menjulur dari banyak pohon seolah-olah membentuk tabir dengan sulur-sulur dari berbagai tanaman merambat.

Itu adalah tempat tinggal dari banyak binatang hutan: rusa, kijang, kancil,banteng, kerbau, antelop dan berbagai jenis nyaṅku, babi hutan, macan kumbang, hyena, harimau, serigala, singa, beruang, dan lain-lain.

Di antara mereka ada rusa-ruru yang mencolok dengan corak kulitnya yang cemerlang seperti emas murni dan bulu tubuhnya yang sangat lembut, yang juga dihiasi dengan bintik-bintik dan berkilau dengan warna-warna indah yang berbeda, bersinar seperti mirah, safir, zamrud, dan beril . Dengan mata birunya yang besar dengan kelembutan dan kecerahan yang tak tertandingi, dengan tanduk dan kuku yang diberkahi dengan kekuatan, kemegahan dan kehalusan, seolah-olah terbuat dari batu mulia, rusa ruru dengan keindahan yang luar biasa itu seperti penampilan harta karun permata yang bergerak.

Mengetahui tubuhnya dapat dipandang sebagai objek yang sangat diinginkan dan menyadari sifat tamak manusia, rusa ruru lebih sering berjalan di hutan yang bebas dari jelajahan manusia, dan dengan kecerdasannya yang tajam, berhati-hati untuk menghindari tempat-tempat yang tidak aman seperti adanya peralatan pemburu, jebakan, jaring, jerat, lubang, ranting jeruk nipis, dan biji-bijian serta umpan makanan lain yang mereka taburkan. Selain itu, ruru juga memperingatkan hewan-hewan yang mengikutinya untuk menghindari tempat-tempat seperti itu. Ruru menasehati dan disegani oleh mereka seperti seorang guru, seperti seorang ayah.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini berhasil menemukan bukti empiris bahwa financial distress dipengaruhi oleh jumlah komite audit, frekuensi rapat komite audit, keahlian keuangan atau

Kombinasi yang paling optimal belum dapat ditentukan pada penelitian ini walaupun konsentrasi ekstrak gambir sudah mencapai 40 mg/mL dan waktu kontaknya mencapai 120

Kurikulum ini disusun untuk menjadi pedoman dalam pengembangan perkuliahan di Program Pasca Sarjana (S.2) Magister Pendidikan Institut Agama Islam Cipasung, dalam

Hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik dari siklus II dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media pohon matematika

Disamping itu, dengan adanya proses hidrolisis oleh enzim protease akan terjadi penguraian protein yang menghasilkan polipeptida rantai pendek dan asam amino sehingga

berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No/214/KPTS/1991 mengenai Baku Mutu Air Golongan B, karena batas maksimum yang masih diperbolehkan untuk

Maka dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang kedua yang menyatakan bahwa harga tahu, harga tempe, pendapatan, harga lauk lain (ayam, ikan,