• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI. berimbang (Eveline & nanang D, 2010, p.11).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI. berimbang (Eveline & nanang D, 2010, p.11)."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

9 A. Pola Asuh Gizi.

1. Pengertian Pola Asuh Gizi

Pola asuh gizi merupakan asupan makan dalam rangka menopang tumbuh kembang fisik dan biologis balita secara tepat dan berimbang (Eveline & nanang D, 2010, p.11).

Pola pengasuhan anak berupa sikap perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberikan kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu terutama dalam kesehatan, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan dan ketrampilan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau dimasyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan keluarga, masyarakat dan sebagainya dari ibu atau pengasuh anak (Soekirman 2000, p.85).

Menurut (LIPI, 2000, p.123), aspek kunci pola asuh gizi: a. Perawatan dan perlindungan bagi ibu untuk anaknya

b. Praktek menyusui dan pemberian MP-ASI c. Pengasuhan psiko-sosial

d. Penyiapan makanan

(2)

f. Praktek kesehatan dirumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan. Masalah gizi dipengaruhi oleh salah satunya adalah pola asuh ibu terhadap anaknya. lemahnya kemampuan ibu dan keluarga untuk memberikan pola asuh akan berakibat pada kejadian gizi kurang bahkan gizi buruk pada anak balita.

a. Perawatan dan perlindungan Bagi Anak

Setiap orangtua berkewajiban untuk memberikan perawatan dan perlindungan yang aman dan nyaman bagi anak. Masa lima tahun pertama merupakan masa yang akan menentukan pembentukan fisik, psikis, maupun kecerdasan otak sehingga masa ini anak mendapatkan perawatan dan perlindungan yang intensif (Eveline & nanang D, 2010, p.12).

Bentuk perawatan bagi anak dimulai sejak bayi lahir sampai dewasa misalnya sejak bayi lahir yaitu memotong tali pusat, pemberian makanan dan sebagainya. Perlindungan bagi anak berupa pengawasan waktu bermain dan pengaturan tidur. b. Pemberian Makan

Pemberian makanan merupakan bentuk mendidik ketrampilan makan, membina kebiasaan makan, membina selera terhadap jenis makanan, membina kemampuan memilih makanan untuk kesehatan dan mendidik perilaku makan yang baik dan benar sesuai kebudayaan masing-masing. Kekurangan dalam pemberian makan akan berakibat sebagai masalah kesulitan makan atau kekurangan nafsu makan yang pada gilirannya akan

(3)

berdampak negatif pada kesehatan dan tumbuh kembang nantinya (Waryana, 2010, p.85)

Makanan tambahan mulai diberikan pada bayi setelah bayi berusia 6 bulan, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi paling tidak sampai usia 24 bulan. Makanan tambahan bagi bayi ini harus menjadi pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Jadi makanan tambahan bagi bayi berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terkandung didalam ASI. (Waryana, 2010, p.85).

1) Tujuan Pemberian makanan Tambahan

Tujuan pemberian makanan tambahan pada bayi usia lebih dari 6 bulan adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi yang semakin meningkat, seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan. Gangguan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat terjadi ketika kebutuhan energi dan zat gizi bayi tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan asupan makanan bayi yang hanya mengandalkan ASI saja atau pemberian makanan tambahan yang kurang memenuhi syarat. Disamping itu faktor terjadinya infeksi pada saluran pencernaan memberi pengaruh yang cukup besar (Waryana, 2010, p.85).

(4)

2) Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan menurut Waryana (2010, p.87 – 88) adalah:

a) Makanan harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi.

b) Berikan makanan setelah bayi menyusui.

c) Pada permulaan, makanan tambahan harus diberikan dalam keadaan halus.

d) Gunakan cendok atau cangkir untuk memberi makanan. e) Makanan bayi mudah disiapkan dengan waktu

pengolahan yang singkat.

f)Makanan hendaknya mengandung protein.

g) Susunan hidangan sesuai dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia dan kebiasaan makan. h) Bentuk dan porsi disesuaikan dengan selera dan daya

makan bayi.

i) Makanan harus bersih dan bebas dari kuman. 3) Cara Pemberian Makanan tambahan

Makanan tambahan dapat diberikan secara efisien, untuk itu dapat diperlihatkan hal-hal sebagai berikut:

a) Berikan secara hati-hati, sedikit demi sedikit dari bentuk encer, berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental.

(5)

b) Makanan baru diperkenalkan satu persatu dengan memperhatikan bahwa makanan betul-betul dapat diterima dengan baik.

c) Cara pemberian makanan bayi mempengaruhi perkembangan emosinya. Oleh karena itu jangan dipaksa, sebaiknya diberikan pada saat ia lapar (Hanum Marimbi, 2010, p.59)

4) Waktu pemberian makanan tambahan pada bayi

Menurut Hanum Marimbi (2010, p.22) makanan tambahan diberikan pada bayi setelah bayi berumur 6 bulan. Adapun garis besar pemberian makanan tambahan menurut umur:

a) 0 – 6 bulan

Bayi hanya diberikan ASI, lebih sering, lebih baik segera setelah lahir, ASI yang berwarna kekuning-kuningan (kolostrum) diberikan kepada bayi.

b) 6 – 8 bulan

Pada usia 6 – 8 bulan merupakan usia awal bayi mengenal makanan. Fungsi pencernaan bayi sudah cukup berkembang baik, walaupun belum optimal. Selama enam bulan pertama, bayi hanya memperoleh ASI sebagai bahan utama sehingga pada tahap awal pengenalan makanan tambahan selain ASI, sebaiknya bayi diberi makanan yang

(6)

sudah dihaluskan, encer dan lembut seperti sari buah atau bubur susu. makanan yang diberikan juga terdiri dari satu macam bahan atau campuran dua bahan makanan agar bayi lebih mudah menerimanya.

Tujuan pemberian makanan yang sudah dihaluskan agar sistem pencernaan bayi tidak kaget saat menerima makanan selain ASI, sehingga tidak menimbulkan masalah kesehatan. makanan yang dihaluskan terdiri dari buah dan sayuran misalnya buah pisang merupakan sumber kalori yang baik bagi bayi karena tinggi karbohidrat dan fruktusa atau gula dalam buah. Pepaya salah satu jenis buah yang baik diberikan untuk bayi, selain kaya akan vitamin dan mineral, pepaya juga tinggi serat (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.58).

Selain makanan yang sudah dihaluskan, bubur beras yang terbuat dari tepung beras merah maupun tepung beras putih dapat menjadi makanan tambahan selain ASI. Pada tahap awal, kepadatan bubur beras dapat dibuat encer dengan menambahkan komposisi ASI, susu atau air matang. Setelah beberapa waktu kepadatan bubur dapat dibuat lebih kental (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.33).

(7)

c) 8 – 10 bulan

Pada usia 8 – 10 bulan sistem pencernaan bayi sudah berkembang dan gigi geligi mulai tumbuh. Tingkat keinginan bayi untuk mengeksplorasi makanan juga mulai tumbuh, karena itu di usia 8 – 10 bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan berbentuk lembek dan lembut. Pada usia 9– 10 bulan dapat diperkenalkan dengan bubur saring yang memiliki tekstur sedikit lebih kasar daripada bubur lembek yang diberikan pada usia 8 – 9 bulan (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.33).

Pada usia ini bayi sudah dapat diperkenalkan dengan makanan yang mengandung pati seperti karbohidrat komplek dan sayuran. Protein baru dapat diberikan saat bayi berusia delapan bulan ke atas. Proses pencernaan pada bayi sudah mulai kompleks dan rumit, apalagi bila ditambah dengan protein. Biarkan pencernaan bayi bekerja secara perlahan. Gandum dan produk olahan juga baru dapat diperkenalkan kepada bayi saat bayi berusia delapan bulan ke atas (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.34).

Menu bayi usia 8 – 10 bulan sebaiknya berupa campuran dua atau tiga jenis bahan makanan, seperti bubur beras dengan ayam dan wortel. Campuran bahan

(8)

yang beragam bertujuan agar kebutuhan gizi bayi tercukupi (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.73). d) 10 – 12 bulan

Memasuki usia 10 – 12 bulan, kebutuhan gizi bayi semakin bertambah dan sistem pencernaan bayi semakin sempurna serta bisa menerima makanan yang lebih beragam. Gigi geligi bayi juga sudah mulai tumbuh sehingga diperlukan tekstur makanan yang semi padat agar bayi belajar menggigit (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.88).

Bayi mulai diperkenalkan dengan bentuk makanan semi padat seperti nasi tim, dan makanan yang dicincang kasar, dengan rasa dan tekstur yang lebih kaya. Namun putih telur belum bisa diberikan untuk menghindari alergi. Jangan berikan makanan seperti makanan berpengawet, makanan yang mengadung pewarna dan makanan yang mengandung penguat rasa buatan. Jika memungkinkan gunakan produk nabati dan hewani organik, bila ingin memberikan makanan selingan kepada bayi, orangtua dapat membuat sendiri. Pemberian garam dan gula juga tetap harus dibatasi, karena gula dapat menimbulkan obesitas, merusak gigi, dan

(9)

memberantaskan kerja hati dan ginjal (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.36).

Pada usia ini, kegiatan bayi juga sudah mulai meningkat, bayi juga mulai belajar berjalan sehingga kebutuhan energinya lebih besar. Diperlukan porsi lebih banyak agar kebutuhan gizi tercukupi. Bayi juga sudah mulai memahami dan tertarik dengan bentuk dan warna sehingga alat saji dan makanan sebaiknya dibuat yang menarik agar bayi lebih tertarik untuk makan (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.89).

e) Lebih dari 12 bulan

Pada usia 12 bulan, bayi sudah mulai besar. Pencernaan juga sudah mendekati sempurna sehingga bisa menerima makanan yang kian beragam. Kebutuhan gizi juga semakin meningkat sehingga perlu diberikan makanan tambahan seperti makanan selingan untuk mencukupi kebutuhan gizi.

Makanan selingan untuk bayi sebaiknya tidak mengenyangkan sehingga tidak mengganggu jadwal makan. Snack yang bisa dipegang sangat baik diberikan pada bayi agar belajar menggenggam, memasukkan makanan ke mulut, dan melatih otot saraf jari tangan, seperti nugget ayam, biskuit, roti basah dll. Pemberian

(10)

makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari dengan porsi separuh makanan orang makanan orang dewasa setiap kali makan. Selain itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari (Budi sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.107).

5) Jenis-jenis Makanan tambahan bagi bayi usia lebih dari 6 bulan

a) Makanan utama yaitu ASI dan pengganti ASI atau susu formula.

b) Makanan lumat

Makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus. Misalnya buah-buahan.

(1) Buah-buahan

Buah-buahan sudah diberikan dengan maksud mendidik bayi mengenal jenis makanan baru dan sebagai sumber vitamin. Berikan buah sesuai kesukaan bayi pada awal, biasanya yang bersifat air atau sari seperti: sari jeruk, sari tomat, sari pepaya dan lainnya yang tidak bersifat asam. Pada usia 6 bulan sudah dapat diberikan (Hanum Marimbi, 2010, p.29).

(11)

c) Makanan lunak

Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair, Contohnya bubur. (1) Bubur

Bubur susu cocok untuk bayi yang berusia 6 bulan ke atas, tekstur lembut mudah dicerna dan diserap alat perencanaan bayi. Penambahan tepung seperti tepung beras atau tepung maizena bisa dilakukan. Tujuan penambahan tepung adalah meningkatkan nilai gizi dari bubur, susu sebagai sumber protein dan tepung sebagai sumber karbohidrat pemberi energi bayi (Hanum Marimbi, 2010, p.28).

d) Makanan padat

Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya disebut makanan keluarga contohnya nasi tim, biskuit dll.

(1) Nasi tim

Nasi tim sering diberikan pada bayi berusia 9 bulan. Variasi nasi tim untuk makanan tambahan selain ASI sebaiknya jangan menggunakan bahan yang monoton. Variasikan setiap hari, ini penting agar bayi tercukupi semua gizinya. Mengingat kandungan

(12)

gizi setiap bahan pangan juga berbeda satu dengan lainnya. Selain nasi sebagai bahan utama sumber karbohidrat, di dalam nasi tim juga mengandung protein nabati hewani dan sayuran. Seperti nasi tim, ditambah dengan daging cincang dan potongan kecil wortel atau nasi tim dikombinasi dengan tahu, tomat atau bayam (Hanum Marimbi, 2010, p.28).

(2) Biskuit

Biskuit diberikan dengan maksud untuk mendidik kebiasaan makan dan mengenal jenis makanan lain dan bermanfaat untuk penambahan kalori. Kebanyakan bayi akan menyukai biskuit rasa manis dan sebagian lagi akan menyukai rasa asin (Atikah Proverawati & Siti Asfuah, 2009, p.120). Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Makanan dengan Waktu yang Sama Setiap hari

usia Makanan yang diberikan Jumlah pemberian dalam sehari Waktu pemberian makan 0 – 6 bulan ASI Eksklusif Sepuasnya, sesuai yang

dikehendaki bayi

Setiap kali bayi menghendaki

ASI Sepuasnya, sesuai yang

dikehendaki bayi

Setiap kali bayi menghendaki Bubur susu 1 – 2 kali sehari Pagi dan sore

hari 6 – 8 bulan

Jus buah 1 kali sehari Siang hari

8 – 10

bulan

ASI Sepuasnya, sesuai yang

dikehendaki bayi

Setiap kali bayi menghendaki

(13)

Bubur susu 1 – 2 kali sehari Pagi atau sore hari

Nasi Tim 1 – 2 kali sehari Pagi atau sore hari

Jus buah 1 kali sehari Siang hari

biskuit 1 kali sehari Malam hari

ASI Sepuasnya, sesuai yang

dikehendaki bayi

Setiap kali bayi menghendaki Bubur susu 1 – 2 kali sehari Pagi atau sore

hari

Nasi tim 1 – 2 kali sehari Pagi atau sore hari

Jus buah 1 kali sehari Siang hari

10 – 12 bulan

biskuit 1 kali sehari Malam hari

c. Pengasuhan Psiko-Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya tidak hidup sendiri-sendiri tetapi saling membutuhkan antar sesama dalam kehidupan sehari-hari. Pengasuhan psiko-sosial terwujud dalam pola interaksi dengan anak dan orangtua interaksi timbal balik antara anak dan orangtua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka kepada orangtuanya, sehingga komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya keterdekatan dan kepercayaan antara orangtua dan anak.

Pengasuhan psiko-sosial ini antara lain terdiri dari cinta dan kasih sayang serta interaksi antar ibu dan anak. Salah satu hak anak adalah untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orangtuanya. Agar kelak

(14)

menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan kasih sayangnya pula kepada sesamanya. Sebaliknya kasih sayang yang diberikan secara berlebihan yang menjurus kearah memanjakan, akan menghambat bahkan mematikan perkembangan kepribadian anak. Akibatnya anak akan menjadi manja, kurang mandiri, pemboros, sombong, dan kurang bisa menerima kenyataan.

Pengasuhan psiko-sosial ini di dasarkan pada hubungan timbal balik antara ibu dan anak. Meningkatkan kedekatan ibu dan anak ditentukan dengan frekuensi interaksi dan sikap selalu menebarkan senyum terhadap anaknya (Soetjiningsih, 1998, p.9). d. Kebersihan Diri dan Sanitasi Lingkungan

Perilaku kesehatan merupakan salah satu atau penyebab atau resiko utama penyebab masalah gizi (LIPI, 2000, p.149)

Lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. Lingkungan juga berfungsi menyediakan kebutuhan dasar bagi tumbuh kembang anak. peran orangtua dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak adalah dengan membentuk kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang sehat. Lingkungan rumah bersanitasi buruk, paparan sinar matahari yang minim, sirkulasi udara yang tidak lancar, akan berdampak buruk bagi proses tumbuh kembang anak. Apalagi jika lingkungan sangat kaya dengan kandungan zat-zat berbahaya (Eveline & Nanang D, 2010, p.21).

(15)

1) Menyusui

Menyusui adalah proses pemberian ASI kepada ibu. Pemberian ASI berarti menumbuhkan kasih sayang antar ibu dan bayinya seperti berbicara, mendekap dan mengelus bayi. pemberian ASI akan mempengaruhi tumbuh kembang dan kecerdasan anak (Budi Sutomo & Dwi Yanti A, 2010, p.18) 2) Makanan pendamping ASI

Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 2 tahun. Selain ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, maknan ini harus menjadi pelengkap dan dapat memenuhi kebuhan bayi. Jadi makanan pendamping ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terkandung didalam ASI. Dengan demikian, cukup jelas bahwa peranan makanan pendamping ASI bukan sebagai pengganti ASI tetapi untuk melengkapi atau mendampingi ASI (Waryana, 2010, p.85)

Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi ang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi yang semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan berat badan. Gangguan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal terjadi ketika kebutuhan energi dan zat gizi tidak terpenuhi. Makanan yang diberikan kepada bayi.

(16)

Misalnya bubur yang terbuat dari tepung beras, nasi yang dilumatkan, sayur, buah, nasi tim.

f. Praktek Kesehatan di Rumah dan Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan

Balita perlu diperiksakan kesehatannya dibidan atau dokter bila sakit sebab mereka masih mempunyai resiko yang tinggi untuk terserang penyakit. Adapun praktik kesehatan yang dilakukan dalam rangka pemeriksaan pemantaun kesehatannya adalah

1) Imunisasi

Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada anak untuk melindunginya dari pada beberapa penyakit tertentu seperti Hepatitis B, Tuberkolusis, Tetanus, Polio, Campak. Pemberian harus sedini mungkin dan lengkap (Hanum Marimbi, 2010, p.109)

2) Pemantauan Pertumbuhan Anak

Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan dengan aktif melakukan pemeliharaan gizi misalkan dengan datang keposyandu. Dengan aktif datang keposyandu maka orang tua dapat mengetahui pertumbuhan anak (Hanum Marimbi, 2010, p. 72).

(17)

a. Faktor Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan gizi yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan menerapkan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari khususnya dalam kesehatan dan gizi (LIPI, 2000, p.153)

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya.

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya (Soetjiningsih, 1998, p.10).

b. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni

(18)

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagaian besar perasaan pengetahuan manusia dapat diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007, p.139)

Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikan. Anak dari ibu dengan latar belakang pendidikan yang tinggi mungkin akan dapat kesempatan untuk hadir dan tumbuh kembang dengan baik. Membesarkan anak sehat tidak hanya dengan kasih sayang belaka namun seorang ibu perlu ketrampilan yang baik. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari merupakan penyebab kejadian gangguan kurang gizi.

Menurut Suharjo (1996, p.25) suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada:

1) Tingkat pengetahuan sangat penting dalam meningkatkan status gizi yang optimal. Status gizi yang cukup merupakan syarat penting untuk kesehatan.

2) Pengetahuan gizi seseorang akan mempengaruhi status gizinya jika makanan yang dimakan dapat menyediakan zat-zat gizi yang nantinya diperlukan untuk pertumbuhan tubuh.

3) Dengan adanya ilmu gizi masyarakat dapat belajar menggunakan pangan untuk perbaikan gizi.

(19)

Ibu yang mempunyai pengetahuan tentang makanan yang bergizi, cenderung mempunyai anak dengan status gizi yang baik. Tingkat pengetahuan gizi ibu akan berpengaruh terhadap sikap perawatan anak serta dalam perawatan memilih makanan.

c. Faktor Pekerjaan

Aspek sosio ekonomi akan berpengaruh pada partisipasi masyarakat di Posyandu. Semua ibu yang bekerja di rumah maupun di luar rumah, keduanya akan tetap meninggalkan anak anaknya untuk sebagian besar waktu.

d. Pendapatan

Kemiskinan faktor penyebab gizi kurang menduduki pertama dalam kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian yang serius karena keadaan ekonomi relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan (Suhardjo, 1996)

Dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan penghasilan maka masalah gizi akan diatasi karena mempunyai efek terhadap makanan. Makin banyak pendapatan yang diperoleh

(20)

berarti makin baik makanan sumber zat gizi diperoleh. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang skunder (Soetjiningsih, 1999. P.10).

e. Keluarga (Dukungan Suami)

memberikan pengaruh dan mengambil keputusan akhir untuk memberi pendapat pada istri. Hal ini sudah menjadi tradisi, yaitu segala sesuatu harus dengan persetujuan suami atau yang berkuasa dirumah. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi seorang ibu untuk memberikan pola asuh gizi pada balitanya.

Suami mempunyai peran penting dalam keikutsertaan merawat anaknya. Suami juga mempunyai hak yang sama dengan ibu dalam pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Dalam hal ini suami juga harus memperhatikan gizi yang diberikan ibu untuk anaknya apakah sudah memenui gizi yang dibutuhkan oleh anaknya atau belum. Tentunya suami harus mempunyai pengetahuan tentang makanan apa saja yang baik, sehat, dan mengandung gizi yang seimbang yang dibutuhkan oleh anak, sehingga ibu bisa bertukar pendapat dengan suami untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

(21)

f. Sosial Ekonomi

kondisi sosial ekonomipunya kaitan dengan proses tumbuh kembang anak. Keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang memadai, akan lebih mampu memenuhi kebutuhan gizi anaknya. mereka lebih sadar tentang kebersihan lingkungan dan mereka memahami apa yang untuk bayinya.

Sementara kemiskinan yang dialami sebuah keluarga, menjadikan pilihan-pilihan gizi bagi anaknya lebih terbatas. Kemudian, kesehatan lingkungan pun biasanya terabaikan. Karenanya anak pun lebih sering diserang penyakit yang akan menghambat tumbuh kembangnya (Eveline & Nanang D, 2010, p. 22) .

g. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan adalah ketersediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Pelayanan gizi dan kesehatan untuk anak balita dapat dilaksanakan dengan pemantauan pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan balita melalui sarana kesehatan yang baik meliputi posyandu, puskesmas, program kesehatan keluarga dan program lainnya. Berbagai lembaga pelayanan dasar harus terjangkau baik secara fisik maupun ekonomi (sesuai daya beli) oleh setiap

(22)

keluarga termasuk mereka yang miskin dan hidup di daerah terpencil (Soekirman, 2000, p.86).

Makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang baik membantu mencegah terjadinya infeksi dan membantu mengatasi masalah gizi.

B. Dukungan Suami

1. Pengertian Dukungan Sosial

Menurut cohen & syme (1996, p.241) dukungan sosial keluarga adalah suatu yang bermanfaat untuk individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan dicintainya (Setiadi, 2007, p.21).

Dukungan sosial keluarga adalah suatu proses antara keluarga dengan lingkungan sosialnya, dimana proses ini terjadi sepanjang masa

(23)

kehidupannya. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan keluarga, dukungan keluarga terutama suami dapat atau tidak digunakan, akan tetapi keluarga memandang orang yang bersifat mendukung selalu siap memberi pertolongan dan bantuan bila diperlukan (Friedman, 1998, p.196).

Menurut Friedman (1998, p.196) dalam buku (Setiadi, 2007, p.21) jenis dukungan sosial terdiri dari:

a. Dukungan Informasional.

Keluarga berfungsi sebagai penyebar informasi tentang dunia. Dukungan keluarga yang tergolong dukungan informatif dapat berupa nasehat, usulan, petunjuk, saran dan pemberian informasi (Informasi tersebut dapat pula terwujud buku atau majalah).

Dukungan informasional adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemberian informasi dan nasehat. Dukungan informasi yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan gejala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh individu. Dukungan ini mencakup: pemberian nasihat, saran, pengetahuan, dan informasi serta petunjuk, menurut Depkes (2002) dalam Nursalam (2009, p.29).

(24)

Dalam hal ini suami juga perlu mempunyai pengetahuan dalam perawatan balitanya, perawatan balita bukan sepenuhnya urusan dari ibu tetapi ayah juga berperan, tanpa pengetahuan suami tidak bisa memberi dukungan secara informasi. Dengan pengetahuan suami dapat memberi nasehat, usulan, petunjuk dan saran tentang pemberian asupan gizi anak mereka. Saat istri merawat anaknya mungkin yang diperhatikan hanya bagaimana anak bisa diberikan makanan yang mengandung gizi tanpa ibu memperhatikan makanan apa yang bergizi untuk anaknya, bagaimana cara pengolahannya, serta makanan apa yang harus diberikan pada anaknya pada usia sekarang. Dukungan dari suami sangat dibutuhkan oleh ibu untuk merawat anaknya, misalnya suami dapat mencarikan buku atau majalah tentang cara pemberian makanan pada anaknya. Dengan seperti itu ibu merasa bahwa dia mendapat dukungan untuk lebih baik dalam merawat buah hatinya.

b. Dukungan penghargaan (penilaian).

Merupakan dukungan keluarga yang bisa membuat kita mempunyai perasaan bahwa kita ini bernilai, dan masuk penghargaan diri adalah suatu bagian yang penting dari manajemen stres yang sukses. Kita mendapatkan dukungan dan penghargaan dari hubungan kita dengan seseorang yang akrab dan saling percaya dan dapat memberi rasa tentram.

(25)

Menurut Depkes (2002) dalam Nursalam (2009, p.29), dukungan penghargaan yaitu dukungan yang terjadi lewat ungkapan hormat atau penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan seseorang, dan perbandingan positif antara orang tersebut dengan orang lain yang bertujuan meningkatkan penghargaan diri orang tersebut.

c. Dukungan Instrumental

Depkes (2002) dalam Nursalam (2009, p.29) menyatakan, dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung, misalnya: menyediakan fasilitas yang dibutuhkan, memberi pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan, menolong dengan memberi pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan, serta bantuan yang lain. Dukungan instrumental adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang sifatnya materi atau tenaga.

Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan nyata, diantaranya kesehatan penderitan dalam hal kebutuhan makan, minum dan istirahat. Dukungan secara langsung dalam bentuk pinjaman, pemberian atau pelayanan. Penyediaan fasilitas juga termasuk dalam dukungan imstrumental, dimana fasilitas tersebut sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku hidup bersih dan sehat pada diri anak, misalnya menyediakan tempat untuk membuang sampah,

(26)

menyediakan tempat untuk mencuci tangan, menyediakan air bersih (untuk memasak, mandi, mencuci), menyediakan jamban atau WC, dan lain-lain.

Aspek dari dukungan material adalah dukungan yang diberikan dalam bentuk uang, peralatan, waktu, dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk pemberian makanan tambahan pada balita, misalnya membelikan makanan tambahan, membelikan tempat untuk makan, anak membutuhkan alas atau celemek supaya makanan yang sedang dimakan tidak mengotori bajunya dan lain-lain.

d. Dukungan Emosional.

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi adanya kepercayaan, ungkapan empati, perhatian, didengarkan dan mendengarkan. Dukungan keluarga yang terpenting adalah suami (Setiadi, 2008, p.22).

Dukungan emosional adalah tingkah laku yang berhubungan dengan rasa tenang, senang, rasa memiliki, kasih sayang pada anggota keluarga, baik pada anak maupun orang tua. Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan, menurut Depkes (2002) dalam Nursalam (2009, p.29)

(27)

Suami memperhatikan dan peduli terhadap keluarga terutama terhadap ibu misalnya dalam hal pola asuh gizi terhadap anaknya. suami juga selalu memberikan kepercayaan dalam hal pola asuh gizi yang diberikan oleh ibu terhadap anaknya. Ibu membutuhkan dukungan dari oranglain untuk merawat anaknya, dengan dukungan dari keluarga khususnya suami maka ibu akan lebih baik dalam perawatan anaknya terutama dalam pemberian gizi yang baik.

2. Sumber Dukungan

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 1998).

3. Manfaat Dukungan

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda

(28)

dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998).

(29)

e. Kerangka Teori

Kurang pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan

pengangguran, kurang pangan dan kemiskinan Status Gizi

konsumsi Makan penyakit Infeksi

Ketersediaan Pangan

Pola Asuh Anak

Sanitasi

Pemberdayaan wanita dan keluarga (Dukungan suami)

Krisis Ekonomi, politik, dan sosial ekonomi

(30)

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Sumber: disesuaikan dari bagan UNICEF (1998). The state of the World’s Children 1998. Press dalam soekirman, 2000.

f. Kerangka Konsep

2.3. Gambar Kerangka Konsep

g. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Biasanya dirumuskan dalam bentuk hubungan antara variabel yaitu variabel bebas maupun variabel terikat (Notoatmodjo, 2010, p.105). dari uraian dan rumusan masalah di atas dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut:

“Ada hubungan antara dukungan suami dengan pola asuh gizi pada bayi usia 6 – 12 bulan.

Gambar

Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Makanan dengan Waktu yang Sama Setiap hari
Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Maraknya konflik agraria yang terjadi di Indonesia menimbulkan suatu permasalahan antara lain, bagaimana peranan tokoh adat sebagai mediator sosial dalam menyelesaikan konflik

Terkadang dalam sebuah jurnal yang mendapatkan rating rendah (pada bagian lain di bab ini akan diperkenalkan istilah impact factor ), terdapat satu atau dua paper yang

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan komitmen organisasi, budaya

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui nilai tahanan pentanahan rumah tinggal yang terdapat di kecamatan Gabek kota Pangkalpinang dengan kondisi jenis

Dasar ajaran Buddha Dhamma adalah “ seluruh hidup ada dalam kondisi perubahan yang konstan, sehingga tidak ada kekekalan ditemukan. dalam materi

Berdasarkan syarat ini, barang yang tidak ada ketika akad tidak sah dijadikan objek akad seperti jual beli yang sesuatu yang masih di dalam tanah atau menjual anak

Berbeza dengan teori Realisme yang mengatakan perang itu sememangnya tidak dapat dielak kerana sifat manusia yang suka melampaui batas dan kemoralan tiada tempat dalam politik

Telah dilakukan penelitian tentang pandangan guru terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Fisika SMK di kota Surabaya Tujuan penelitian adalah untuk menjaring