• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR ANALISA KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI DAERAH PENGALIRAN SUNGAI KABUPATEN MALANG KONDISI DAERAH STUDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR ANALISA KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI DAERAH PENGALIRAN SUNGAI KABUPATEN MALANG KONDISI DAERAH STUDI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI DAERAH STUDI

2.1

Umum

Kabupaten Malang terdiri dari 33 kecamatan, 374 desa dan 12 kelurahan. Terletak pada posisi geografis 112 O 17 1 – 122 O 57 1 Bujur Timur dan 7 O 44 1 – 8 O 26 1

Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Malang dikelilingi oleh gunung/pegunungan Semeru,

Bromo, Arjuno, Welirang, Kelud dan Kawi, berhawa sejuk dengan suhu rata-rata 25, 75 O

C.

Wilayah Kabupaten Malang secara administratif dan geografis mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara-Timur : Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Mojokerto

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Sebelah Timur : Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo

Sebelah Barat : Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar

Sebelah Barat-Utara : Kabupaten Kediri, Kabupaten Jombang dan Kabupaten

Mojokerto

Wilayah Kabupaten Malang ditinjau dari segi hidrotopografi dapat digolongkan menjadi 3 bagian kawasan yaitu :

Kawasan Selatan, merupakan daerah pegunungan dengan bukit-bukit rendah,

sebagian kecil merupakan daerah dataran, Sungai-sungai dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) relatif kecil, mengalir deras ke pantai selatan (Samudera Hindia).

Kawasan Tengah, merupakan daerah pegunungan dengan puncak-puncak

gunung/pegunungan yang tinggi (G. Semeru, G. Bromo, G. Arjuno, G. Welirang dan G. Kawi), sebagian kaki pegunungan/daerah lembah merupakan dataran, subur dan banyak dimanfaatkan lahan pertanian, kebun dan pemukiman.

Kawasan utara, merupakan lereng pegunungan dan sedikit dataran, serta menjadi

daerah tangkapan air yang subur untuk sistem sungai yang mengalir ke Laut Jawa Sedangkan sungai-sungai yang mengalir di Malang dan mempunyai pengaruh yang besar bagi perekonomian agraris di wilayah studi yaitu:

Kali Brantas : Bermata air di Dukuh Sumber Brantas, Desa Tulungrejo Kota Batu, membelah wilayah Kota dan Kabupaten Malang menjadi dua dan berakhir di Bendungan Karangkates.

Kali Konto : Mengalir melintasi wilayah Kecamatan Pujon dan Ngantang dan berakhir

(2)

Kali Lesti : Bermata air di Pegunungan Semeru, mengalir di bagian timur wilayah Kecamatan Turen, Dampit dan sekitarnya. Disamping puluhan anak sungai yang mempunyai arti penting bagi kebutuhan irigasi dan air minum.

Kali Amprong : Mengalir di bagian Timur wilayah Kecamatan Poncokusumo dan

Tumpang.

Kali Metro : Mengalir di bagian Barat Selatan, melalui wilayah Kecamatan Dau, Wagir, Pakisaji, Kepanjen dan berakhir di Sungai Brantas.

Sebagian potensi sumber daya air berupa air permukaan (sungai), sumber-sumber air dan air tanah dangkal telah dikembangkan untuk pertanian, perikanan/peternakan, industri dan domestik. Tetapi sebagian besar potensi sumber daya air belum dapat dimanfaatkan misalnya potensi air di Kawasan Selatan, potensi tenaga hidro dan potensi air untuk keperluan domestik.

2.2

Meteorologi dan Klimatologi

Kabupaten Malang termasuk wilayah dengan iklim tropis dengan angin bertiup

terus-menerus, temperatur rata-rata antara 23 – 25 0C, dengan kelembaban berkisar

antara 70 – 80 % yang sejuk dan kering dan curah hujan yang tinggi. Wilayah Kabupaten Malang sebagaimana wilayah Pulau Jawa pada umumnya mempunyai musim penghujan dan musim kemarau yang dipengaruhi oleh angin muson. Musim penghujan terjadi pada bulan April-Oktober, sedang musim kemarau pada bulan September-Maret. Tetapi pada beberapa tahun belakangan ini perubahan musim terjadi tidak menentu diakibatkan adanya perubahan pada kondisi daerah setempat terutama dengan semakin berkurangnya fungsi hutan lindung.

Dengan bersumber dari Aboretum di Dusun Junggo, Desa Sumber Brantas Kota Batu. Sungai Brantas mula-mula terbentuk dari barisan pegunungan aktif Gunung Kelud (1.731 m). Semburan dari pegunungan tersebut menyebabkan kerusakan serius terhadap daerah aliran sungai dimana pada waktu itu memberi bentuk formasi dataran alluvial yang subur.

(3)

Lokasi studi ini berada pada Daerah Pengaliran Sungai Brantas, yang terletak pada 7O1’ LS – 8O15’ LS dan 110O30’ BT – 112O55’ BT. Dengan dilewatinya garis equator

zona angin bagian Barat, Daerah Pengaliran Sungai Brantas terbagi menjadi musim penghujan dan musim kemarau, mempengaruhi angin tropis. Rata-rata hujan tahunan 2.000 mm di daerah aliran sungai, 3.000 mm di area pegunungan, dan 1.500 mm di daerah dataran rendah. Curah hujan terbesar khususnya bisa kita lihat pada bagian selatan lereng gunung Arjuno.

Pola aliran sungai pada umumnya berpola dendritik atau berbentuk bulu-bulu burung dimana anak-anak sungai mengalir pada lembar perbukitan menuju sungai utama yaitu Sungai Brantas. Sungai ini merupakan sungai utama dari anak-anak sungai yang berasal dari Gunung Arjuno, Gunung Semeru dan Gunung Kawi.

Beberapa DPS yang berada di wilayah Kabupaten Malang antara lain DPS Bango, Metro, Amprong, Lesti, Barek, Segoro Larung dan Genteng yang semuanya bermuara di Sungai Brantas.

2.3

Topografi dan Geologi

Keadaan topografi wilayah Kabupaten Malang sangat beragam, secara umum merupakan dataran tinggi yang berbukit-bukit dan bergunung, sedangkan Malang Selatan sebagian besar merupakan dataran rendah sampai pantai. Topografi wilayah Kabupaten Malang secara umum dibedakan menjadi lima golongan yaitu:

 Daerah dataran rendah terletak pada ketinggian 250-500 m diatas permukaan air

laut

 Daerah Dataran Tinggi

 Daerah Perbukitan Kapur

 Daerah Lereng Gunung Kawi - Gunung Arjuno (500 – 3300 m diatas permukaan air

laut - dpal)

 Daerah Lereng Tengger-Semeru di Bagian Timur (500 - 3600m dpal).

Sedangkan kondisi geologi di wilayah Kabupaten Malang ini umumnya merupakan daerah dataran tinggi, dengan dipagari oleh:

 Utara : Gunung Anjasmoro (2.277m) dan Gunung Arjuno (3.399 m)

 Timur : Gunung Bromo (2.392m) dan Gunung Semeru (3.676m)

 Selatan : Pegunungan Kapur (650m) dan Gunung Kawi (2.625m)

 Barat : Gunung Kelud (1.731m)

Jenis tanah di Kabupaten Malang pada umumnya terdiri dari tanah alluvial dan latosol. Dari jenis tanah tersebut yang mempunyai tingkat kesuburan tanah cukup tinggi adalah jenis tanah alluvial. Jenis tanah ini sangat potensial untuk budidaya pertanian karena disamping subur juga tidak peka terhadap erosi.

(4)

budidaya. Pada tanah yang bertekstur granular sangat halus semua tanaman dapat tumbuh dengan baik dan tahan terhadap erosi. Dengan demikian di Kabupaten Malang memiliki lahan yang cukup luas untuk ditanami semua tanaman dengan baik dan tahan terhadap erosi.

2.4

Tata Guna Lahan

Tata guna lahan di Kabupaten Malang sebagian besar antara lain berupa tegalan

sebesar  29% dan dan sebagian besar lainnya berupa hutan  26% dan persawahan 

20%. Sedangkan untuk permukiman hanya  16% dari seluruh lahan di Kabupaten Malang.

Sebagian besar penggunaan lahan beserta luasannya dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1. Luas Tata Guna Lahan Daerah Pengaliran Sungai Kabupaten Malang

Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2005

2.5

Luas DPS di Kabupaten Malang

Sungai-sungai yang mengalir di Kabupaten Malang, wilayah alirannya terbagi atas 9 Daerah Pengaliran Sungai (DPS), dengan luas masing-masing daerah pengaliran sungai dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 2.2. Nama Dan Luas DPS di Kabupaten Malang

No DPS Sawah Tegal Pekarangan/ Permukiman Perkebunan Hutan Luas DPS 1 Lesti 17.511,59 17.237,63 15.350,93 7.891,05 13.841,80 71.833,01 2 Barek 1.710,93 2.962,05 2.103,38 921,76 1.743,01 9.441,14 3 Genteng 3.985,18 10.591,87 7.411,70 7.682,36 6.084,47 35.755,58 4 Konto 1.533,53 3.230,82 678,99 385,95 10.120,21 15.949,50 5 Brantas 22.580,90 15.669,08 13.103,84 2.253,39 7.800,36 61.407,58 6 Bango 3.194,57 7.119,51 2.602,55 284,78 2.748,09 15.949,50 7 Amprong 10.109,72 24.582,22 6.085,00 942,30 39.595,08 81.314,32 8 Metro 6.025,27 5.381,42 2.949,85 4.744,42 4.280,93 23.381,88 9 Segoro Lor 4.214,00 16.550,97 5.239,82 342,64 5.250,26 31.597,68 Luas Tiap guna lahan 70.865,70 103.325,57 55.526,06 25.448,64 91.464,21 346.630,19

(5)

Peta DPS sungai-sungai di wilayah Kabupaten Malang selanjutnya disajikan pada Gambar

2.2.

2.6

Kondisi Daerah Irigasi DI Kabupaten Malang

Kondisi lahan di Kabupaten Malang bagian utara relatif subur, sementara di sebelah selatan relatif kurang subur. Masyarakat Malang umumnya bertani, terutama yang tinggal di wilayah pedesaan Sebagian lainnya telah berkembang sebagai masyarakat industri.

Secara umum kondisi lahan di Kabupaten Malang merupakan daerah pertanian yang memanfaatkan air irigasi teknis. Daerah Irigasi Kedungkandang merupakan daerah irigasi yang air irigasinya memanfaatkan dari aliran Sungai Amprong dengan luas Daerah Pengaliran Sungai 94,41 Km2. Sedangkan untuk Daerah Irigasi Molek air irigasi

memanfaatkan dari aliran Sungai Brantas dengan luas Daerah Pengaliran Sungai 159,49

Km2. Dan secara umum daerah studi merupakan daerah pegunungan yang masih hijau,

serta daerah pertanian yang subur.

Daerah Irigasi Kedungkandang mengambil air dari Sungai Amprong berada di DPS Amprong, sedangkan untuk Daerah Irigasi Molek memanfaatkan air Sungai Brantas. Secara lebih jelas kondisi daerah irigasi di Kabupaten Malang dapat dilihat pada Gambar

2.3.

Kabupaten Malang dengan luas areal pertanian yang cukup besar seluas kurang lebih 48.000 Ha dimana sistem pemberian air irigasinya dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengairan Daerah (UPTD) yang berada dibawah koordinasi Dinas Pengairan Kabupaten Malang dan bertanggung jawab terhadap daerahnya masing-masing Adapun kondisi dan lokasi UPTD-UPTD tersebut seperti disajikan pada Tabel 2.3. dan Gambar

2.4.

Seperti yang tertuang dalam kerangka acuan kerja, bahwa studi ini secara spesifik mengambil lokasi Daerah Irigasi Kedungkandang dan Daerah Irigasi Molek. Dimana kedua daerah irigasi ini adalah daerah irigasi yang secara garis koordinasinya berada pada dua UPTD berbeda. Daerah Irigasi Kedungkandang merupakan daerah Irigasi yang berada pada UPTD Bululawang, sedangkan Daerah Irigasi Molek berada dibawah pengelolaan UPTD Kepanjen.

(6)

Tabel 2.3. UPTD-UPTD di bawah koordinasi Dinas Pengairan Kabupaten Malang

(7)

2.7

Kondisi Eksisting Daerah Studi

2.7.1 Kondisi Daerah Irigasi

Daerah Irigasi Kedungkandang memanfaatkan air irigasi dari Dam Kedungkandang yang berada di Desa Kedungkandang, yang merupakan salah satu bangunan pengambilan di Daerah Pengaliran Sungai Amprong. Daerah Irigasi Kedungkandang mempunyai luas baku sawah sebesar 5.217 Ha, yang terbagi dalam 25 desa di Kecamatan Bululawang dan Gondanglegi. Dan panjang saluran Irigasi dari saluran primer sampai tersier sepanjang kurang lebih 50.438 m.

Sedangkan Daerah Irigasi Molek merupakan daerah irigasi yang mengambil air dari Sungai Brantas melalui Intake Dam Blobo di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kepanjen. Pada Dam Blobo mempunyai pintu pengambilan sebanyak 5 (lima) buah, yang mengalirkan ke sawah dengan luas baku sawah 3.974 Ha dengan debit rata-rata pengambilan intake berkisar antara 1.121 l/det hingga 9.992 l/det, yang semuanya terbagi menjadi 6 (enam) kejuron, antara lain :

 Kejuron Penarukan, dengan luas baku sawah 631 Ha

 Kejuron Kepanjen, dengan luas baku sawah 618 Ha

 Kejuron Talangagung, dengan luas baku sawah 738 Ha

 Kejuron Slorok, dengan luas baku sawah 789 Ha

 Kejuron Sambigede, dengan luas baku sawah 657 Ha

 Kejuron Sumberpucung, dengan luas baku sawah 541 Ha

Dengan potensi lahan pertanian yang cukup besar tersebut maka diperlukan penanganan yang begitu tertata, efisien dan efektif. Dengan penataan yang bagus dan pemerataan pembagian air irigasi maka daerah irigasi pada lokasi studi dapat berkembang dengan bagus.

Gambar 2.5 Kondisi Lahan Pertanian pada

(8)

2.7.2 Pola Tata Tanam Global (RTTG)

Rencana Tata Tanam Global merupakan rencana tata tanam yang dibuat untuk Daerah Irigasi (DI) yang menunjukkan rencana tata tanam secara keseluruhan yang menyangkut luas areal dengan pola tanam, jadwal pengolahan tanah serta penanamannya dalam waktu satu tahun dengan mempertimbangkan alokasi air yang tersedia. Rencana Tata tanam Global ini merupakan hasil keputusan Panitia Irigasi di daerah kabupaten berdasarkan perhitungan teknis instansi Dinas Pengairan dan instansi terkait yang telah ditandatangani oleh Bupati.

Pemberian air irigasi untuk memenuhi kebutuhan di lahan pertanian yang dapat dialirkan dari bangunan utama (intake) berdasarkan permintaan diperlukan suatu pola tanam. Penetapan Pola Tata Tanam yang tepat dan sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan sangat mempengaruhi pada usaha peningkatan hasil produksi. Pola Tata Tanam mempunyai arti yaitu susunan rencana penanaman berbagai jenis tanaman selama satu tahun dimana di Indonesia umumnya dikelompokkan dalam 3 (tiga) jenis tanaman yaitu Padi, Palawija dan Tebu (Anonim, 1997 : IV-12). Ketersediaan debit pada Daerah Irigasi yang bersangkutan sangat mempengaruhi untuk mendapatkan luas tanam yang seluas-luasnya, selain itu kebiasaan petani terhadap jenis tanaman yang akan dibudidayakan dan jadwal tanamnya di suatu jaringan irigasi mempengaruhi perencanaan dan persiapan pola tanam serta jadwal tanam.

Pola Tata Tanam menyangkut hal-hal sebagai berikut : (Anonim, 1999 : 4)

 Pengaturan jenis dan luas tanaman.

 Pengaturan waktu tanam dan pengeringan.

 Pengaturan lokasi tanaman.

 Pengaturan kebutuhan air.

Tujuan dari ditetapkannya Pola Tata Tanam adalah sebagai berikut : 1. Menghindari ketidakseragaman tanaman

(9)

2. Dengan jadwal tanam yang telah ditentukan akan memudahkan dalam proses penanaman dan pengelolaan air irigasi

3. Menjaga tingkat kesuburan lahan

4. Peningkatan efisiensi irigasi dan hasil produksi pertanian 5. Penggunaan air seefektif dan seefisien mungkin

Pola tata tanam yang ada saat ini pada Daerah Irigasi Kedungkandang menurut RTTG baik di Kecamatan Bululawang maupun di Kecamatan Gondanglegi secara umum adalah Padi-Palawija(tebu)-Palawija untuk luas lahan pertanian sebesar 4.582 Ha.

Dengan prosentase penanaman padi pada musim hujan  48 %, tanaman tebu 41 % dan

tanaman palawija lain adalah 11 %. Sedangkan pada musim kemarau yaitu antara bulan Pebruari hingga Oktober tanaman tebu penanamannya seluas 41 % dari luas seluruh lahan pertanian dan untuk tanaman palawija adalah sebesar 52 % dari seluruh lahan pertanian dan sisanya terdapat tanaman padi.

Secara umum pola tata tanam yang dilaksanakan petani pada Daerah Irigasi Kedungkandang sudah mengikuti Rencana Tata Tanam Global, seperti disajikan pada

Tabel 2.4. Pada Daerah Irigasi Kedungkandang, jenis tanaman yang paling banyak

dikembangkan oleh para petani adalah tanaman padi dan tebu. Hal ini dapat dibenarkan sesuai dengan kondisi pada daerah irigasi Kedungkandang sesuai dengan pengamatan yang dilakukan secara langsung pada saat survey yang kebanyakan ditanami padi dan tebu.

Sedangkan pola tata tanam yang ada pada Daerah Irigasi Molek menurut RTTG secara umum adalah Padi-Padi-Palawija untuk luas lahan pertanian sebesar 3.974 Ha,

dapat dilihat pada Tabel 2.4. Dengan prosentase penanaman padi pada musim hujan

100 % dan pada musim kemarau yaitu antara bulan Pebruari hingga Oktober untuk tanaman palawija adalah sebesar 97 % dari seluruh lahan pertanian dan sisanya terdapat tanaman padi dan tebu. Pada Daerah Irigasi Molek jenis tanaman yang paling banyak dikembangkan oleh para petani adalah tanaman padi, sesuai dengan rencana pola tata tanam global.

(10)

Tabel 2.4. Rencana Tata Tanam Global (RTTG) Daerah Irigasi Kedungkandang dan Molek untuk Musim Hujan (MH) 2004/2005 dan Musim Kering (MK) 2005

No Baku Sawah (Ha)Daerah Irigasi/ Baku Sawah

(Ha) Golo ngan

Padi Tebu Palawija (dll) Musim Hujan Musim Kering I Musim Kering II

MH

(Ha) MK1(Ha) MK2(Ha) (Ha)MH MK1(Ha) MK2(Ha) Tgl. Awal

tanam Tgl. tutuptanam Luas Tanam

(Ha)

Tgl. Awal

tanam Tgl. tutuptanam Luas Tanam

(Ha)

Tgl. Awal

tanam Tgl. tutuptanam

Luas Tanam (Ha) 1. IS Ked. Kandang 633 I 01/11/2004 20/01/2005 462 01/03/2005 20/05/2005 248 - - 0 171 171 171 0 214 462 633 II Bululawang III IS Ked. Kandang 3949 I 01/11/2004 31/01/2005 863 01/03/2005 10/05/2005 155 01/07/2004 20/09/2005 25 539 539 539 111 748 878 3949 II 01/01/2005 20/02/2005 271 11/05/2005 30/05/2005 65 694 694 694 197 474 539 Gondanglegi III 21/01/2005 28/02/2005 585 01/06/2005 20/06/2005 107 472 472 472 217 695 802 Jumlah I 01/11/2004 31/01/200 5 1325 01/03/200 5 20/05/200 5 403 01/07/200 4 20/09/200 5 25 710 710 710 111 962 1340 4582 II 01/01/200 5 20/02/200 5 271 11/05/2005 30/05/200 5 65 694 694 694 197 474 539 III 21/01/200 5 28/02/200 5 585 01/06/200 5 20/06/200 5 107 472 472 472 217 695 802 2. IS Molek 3974 I 01/11/2004 10/01/200 5 3405 01/03/200 5 10/04/200 5 1831 01/07/200 5 10/08/200 5 75 0 49 49 0 1525 3281 3974 II 01/01/200 5 31/01/200 5 569 01/04/200 5 30/04/200 5 299 270 569 III

(11)

2.7.3 Data Teknis Daerah Irigasi

Kondisi teknis daerah irigasi pada lokasi studi secara umum seperti ditunjukkan pada uraian di bawah ini:

1. DAERAH IRIGASI KEDUNGKANDANG

UPTD Bululawang

 Jaringan Irigasi : Kedung Kandang

 Nama Bendung : Bendung Kedung Kandang

 Lokasi Desa : Kedung Kandang

 Kecamatan : Kedung Kandang

 Luas areal : 633 Ha

 Klasifikasi Jaringan Irigasi : Teknis

 Jumlah bangunan Alat Ukur : 12 Bagi sadap : 2 Sadap : 5 Pelimpah : 2 Talang : 1 Bangunan lain : 11  UPTD Gondanglegi

 Jaringan Irigasi : Kedungkandang

 Nama Bendung : Bendung Kedung Kandang

 Lokasi Desa : Kedung Kandang

 Kecamatan : Kedung Kandang

 Luas areal : 3949 Ha

 Klasifikasi Jaringan Irigasi : Teknis

 Jumlah bangunan  Alat Ukur : 39 Bagi sadap : 3 Sadap : 29 Talang : 1 Gorong-2 : 5 Got Miring : 2 Terjunan : 30 Pembilas : 1 Bangunan lain : 51

(12)

2. DAERAH IRIGASI SALURAN INDUK MOLEK

UPTD Kepanjen

 Jaringan Irigasi : Molek

 Nama Bendung : Bendung Blobo

 Lokasi Desa : Sukoharjo

 Kecamatan : Kepanjen

 Luas areal : 3974 Ha

 Klasifikasi Jaringan Irigasi : Teknis

 Jumlah bangunan Bendung : 1 Alat Ukur : 94 Bagi sadap : 12 Sadap : 33 Pelimpah : 2 Talang : 4 Siphon : 1 Gorong-gorong : 27 Terjunan : 32 Pembilas : 5 Bangunan lain : 54

2.7.4 Kondisi Saluran D.I. Kedungkandang dan D.I. Molek

Saluran induk di D.I Kedungkandang terbagi atas 2 saluran, yaitu saluran induk yang menuju daerah irigasi di bawah lingkup kerja UPTD Gondanglegi, serta saluran induk yang menuju daerah irigasi di bawah lingkup kerja UPTD Bululawang. Kedua saluran induk tersebut terbuat dari pasangan batu kali, dengan kondisi teknis masing-masing saluran pada saat ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4. Kondisi Teknis Saluran Induk D.I Kedungkandang pada UPTD Gondanglegi

Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Malang, 2005 1 Panjang Saluran

a. Saluran Induk 15,137 km (BIK.7 - BIK.23 c)/Saluran Induk Kedung Kandang b. Saluran Sekunder 12,551 km (BIK17 - BGR.3)/Saluran Sekunder Ganjaran c. Saluran Tersier 0,00 km

2 Kondisi Saluran

a. Saluran Induk Sebagian besar terdiri dari saluran pasangan miring 1 : 1

Kondisi saat ini tidak dapat dipergunakan secara maksimal karena banyaknya tumbuhan liar pada saluran, antara lain : enceng gondok serta tingginya tingkat tingkat sedimentasi

b. Saluran Sekunder Sebagian besar terdiri dari saluran pasangan miring 1 : 1 Kondisi saat ini masih bagus dan dapat dipergunakan dengan baik c. Saluran Tersier

-3 Kondisi Bangunan

a. Saluran Induk Kondisi bangunan sebagian besar masih baik b. Saluran Sekunder Kondisi bangunan sebagian besar masih baik b. Saluran Tersier

(13)

-Tabel 2.5. Kondisi Teknis Saluran Induk D.I Kedungkandang pada UPTD Bululawang

Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Malang, 2005

Kondisi bangunan induk pada D.I Kedungkandang, yaitu Bendung Kedungkandang kondisinya masih baik akan tetapi banyak ditumbuhi tanaman liar. Pintu pembilas berjumlah 2 buah terdapat di sebelah kiri dengan masing-masing lebar b = 1.85 m, h = 2.0 m, H = 5.70 m dan 1 buah terdapat di sebelah kanan dengan b = 1.75 m, h = 2.0 m, H = 5.70 m. Untuk kondisi bangunan di saluran sekunder sebagian besar masih baik.

Daerah Irigasi Molek dengan luas baku sawah irigasi 3.974 Ha yang terbagi dalam 85 petak tersier yang daerah pertaniannya meliputi 21 desa yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Kepanjen, Sumber Pucung, Kromengan dan Ngajum yang seluruhnya berada di wilayah Kabupaten Malang.

Saluran Induk Molek ini berada di bawah lingkup kerja UPTD Kepanjen, dengan kondisi teknis pada saluran saat ini adalah sebagai berikut :

1 Panjang Saluran

a. Saluran Induk 4.472,010 km (BIK.4 - BIK.7)/Saluran Induk Kedung Kandang b. Saluran Sekunder 0,00 km

c. Saluran Tersier 0,00 km 2 Kondisi Saluran

a. Saluran Induk Sebagian besar terdiri dari saluran pasangan miring 1 : 1 Kondisi saat ini masih bagus

b. Saluran Sekunder -c. Saluran Tersier -3 Kondisi Bangunan

a. Saluran Induk Kondisi bangunan sebagian besar masih baik b. Saluran Sekunder

-b. Saluran Tersier

-Gambar 2.7 Kondisi Sal.Primer Kedungkandang

(14)

Tabel 2.6. Kondisi Teknis Saluran Induk D.I Molek pada UPTD Kepanjen

Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Malang, 2005

Sedangkan saluran pembuang sepanjang 3.316 Km, merupakan saluran alam dan berfungsi dengan baik, tetapi kurang pemeliharaan. Secara umum kondisi bangunan dan saluran irigasi di DI Molek masih bagus.

Gambar 2.9 Kondisi Saluran Pembuang DI Molek

1 Panjang Saluran

a. Saluran Induk 17,546 km (B.0 - B.Z/Y)/Saluran Induk Molek b. Saluran Sekunder 21,618 km (B.B- B.B4)/Saluran Sekunder B s/d Z c. Saluran Tersier 0,00 km

2 Kondisi Saluran

a. Saluran Induk Sebagian besar terdiri dari saluran pasangan miring 1 : 1 dengan kondisi masih bagus, ada jalan inspeksi pada kiri saluran, banyak melalui perkampungan dikanan kiri saluran, Lebar dsar rata-rata antara 10,90 m s/d 5,15 m, dan kedalaman 2,30 mv s/d 1,00 m b. Saluran Sekunder Sebagian besar terdiri dari saluran pasangan miring 1 : 1 dengan kondisi masih bagus Lebar dsar rata-rata antara 6,00 m s/d 1,00 m, dan kedalaman 1,00 m s/d 0,50 m c. Saluran Tersier

-3 Kondisi Bangunan

a. Saluran Induk Kondisi bangunan sebagian besar masih baik b. Saluran Sekunder Kondisi bangunan sebagian besar masih baik b. Saluran Tersier

(15)

2.7.5 Kondisi Bangunan Irigasi

Hingga saat ini pemenuhan akan kebutuhan air irigasi dapat dilayani melalui saluran intake di sepanjang aliran sungai. Untuk keperluan air irigasi di sepanjang aliran Sungai Amprong terdapat 9 (sembilan) bendung yang telah dibangun, yaitu :

Tabel 2.7 Bendung Tetap untuk Keperluan Irigasi di Daerah Aliran Sungai Amprong

No Nama Bendung Lokasi Desa Kecamatan Luas

(ha) BendungKondisi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kedung Kandang Pakis Wonorejo Belung Karang Anyar Jambu Ngambrek Kramat Makmur Kedungkandang Pakis Wonorejo Wonorejo Wonorejo Pulungdowo Pulungdowo Pulungdowo Pulungdowo Kedung Kandang Pakis Poncokusumo Poncokusumo Poncokusumo Tumpang Tumpang Tumpang Tumpang 4.582 795 98 219 404 62 113 322 62 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Sumber : Data Dinas Pengairan Kabupaten Malang dan Hasil Survey, 2005

Kondisi bendung dan intake masih berfungsi dengan baik meskipun beberapa bagian dari bangunan telah banyak ditumbuhi tanaman liar dan kurang perawatan tetapi tidak mempengaruhi pelayanan terhadap pemenuhan akan kebutuhan air irigasi. Hingga saat ini berdasarkan hasil survey ketersediaan air di Sungai Amprong masih dapat memenuhi kebutuhan air irigasi baik di musim hujan maupun musim kemarau.

Gambar 2.10 Kondisi Bendung Kedungkandang

(16)

Sedangkan untuk keperluan pemberian air irigasi pada daerah irigasi di sepanjang aliran Sungai Brantas dilayani oleh 7 (tujuh) bendung, yaitu :

Tabel 2.8 Bendung Tetap untuk Keperluan Irigasi di Sungai Brantas bagian hulu

No Nama Bendung Lokasi Desa Kecamatan Luas (ha) Kondisi Bendung 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kadal Pang Sengkaling Ngukir Rambatan Sarem Gedang Klutuk Blobo Kedung Kandang Dau Pendem Bumiaji Sumber Brantas Batu Sukoharjo Kedung Kandang Sengkaling Karangploso Batu Batu Batu Kepanjen 1.415 469 -550 -197 3.974 Baik Baik Rusak Rusak Rusak Rusak Baik

Sumber : Data Dinas Pengairan Kabupaten Malang dan Hasil Survey, 2005

Kondisi bendung tetap yang ada di aliran Sungai Brantas bagian hulu sebagian besar rusak pada bagian bangunannya tetapi masih dapat berfungsi dengan baik karena telah diperbaiki sendiri oleh para petani dengan menggunakan karung pasir. Kerusakan ini karena faktor usia juga faktor pemeliharaan yang kurang diperhatikan. Pemenuhan kebutuhan air irigasi melalui beberapa intake tersebut masih mencukupi untuk areal pertanian yang direncanakan.

Gambar 2.12 Kerusakan Bendung Sarem di

Desa Sumber Brantas Kecamatan Batu

Gambar 2.11 Bendung Blobo di Desa Sukoharjo

(17)

2.7.6 Pengelolaan Jaringan Irigasi

Pengelolaan (operasional dan pemeliharaan) jaringan irigasi utama D.I Kedungkandang dan DI Molek dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Malang melalui Dinas Pengairan Kabupaten Malang. Jaringan irigasi utama terdiri atas bendung, suplesi, saluran induk, saluran sekunder, bangunan sadap / bagi-sadap dan semua bangunan-bangunan pelengkap yang ada di saluran primer dan sekunder. Pekerjaan pemeliharaan jaringan irigasi yang dilakukan antara lain adalah:

1. Pemeliharaan rutin

Pekerjaan pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan ringan pada saluran dan bangunan irigasi, dilaksanakan selama/bersamaan dengan operasi jaringan irigasi. Pekerjaan pemeliharaan rutin dilaksanakan oleh pekarya, Juru Pengairan dan kelompok pemeliharaan air dari UPTD Pengairan. Pekerjaan pemeliharaan rutin, meliputi :

 Pemeliharaan kotoran (sampah) di pintu air, saringan siphon dan kotoran-kotoran

yang tersangkut di bangunan.

 Menguras endapan lumpur di saluran, pintu-pintu air dan bangunan ukur.

 Pelumasan pintu air

2. Pemeliharaan berkala

Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan saluran dan bangunan irigasi yang berat /ringan secara periodik, mungkin memerlukan pengeringan yang agak lama. Pekerjaan pemeliharaan berkala antara lain:

 Pekerjaan pasangan berat / ringan yang memerlukan pengeringan saluran

 Perbaikan pintu-pintu air

 Perbaikan alat ukur debit

 Pemeliharaan bangunan-bangunan dibawah permukaan air

3. Pemeliharaan darurat

Pekerjaan pemeliharaan darurat adalah perbaikan akibat kerusakan-kerusakan yang tiba-tiba atau bencana alam. Dalam melaksanakan pekerjaan ini yang perlu diperhatikan adalah batas waktu penyelesaian pekerjaan, agar air irigasi segera dapat dialirkan secara normal kembali. Pekerjaan ini antara lain:

 Pekerjaan tanggul saluran dan bangunan irigasi akibat bencana alam

 Perbaikan tanggul atau bangunan rusak yang ditimbulkan oleh hewan atau yang lainnya

4. Pemeliharaan berat

Pemeliharaan berat adalah pekerjaan perbaikan berat yang dilaksanakan berdasarkan kerusakan-kerusakan yang disampaikan dalam usulan-usulan perbaikan

(18)

 Penggalian sedimen di saluran-saluran utama

 Perbaikan tanggul dan talud pasangan saluran

Gambar

Gambar 2.1 Sumber Air Sungai Brantas
Tabel 2.2. Nama Dan Luas DPS di Kabupaten Malang
Tabel 2.3. UPTD-UPTD di bawah koordinasi Dinas Pengairan Kabupaten Malang
Gambar 2.5  Kondisi Lahan  Pertanian pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seorang anak raja, harus belajar mengasihi seperti ayahnya (yang adil terhadap rakyatnya), jadi kalau kita adalah anak-anak Raja, kita juga tidak boleh melihat kaya atau miskin,

Pada siklus II, aktivitas bela-jar matematika siswa pada kategori tinggi mengalami peningkatan dari tindakan pada siklus sebelumnya. Aktivitas belajar matematika siswa

Untuk menjawab “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS kelas V SDN Wonokromo III/392

Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang baik langsung maupun tidak langsung, yang menyebabkan lesi di medula spinalis sehingga menimbulkan gangguan neurologis,

pengakses akan website yang kaya oleh informasi terkait pemerintahan,. berita kegiatan, proses hukum, dan hal lainnya seputar Kota Surabaya

Seterusnya pula, nilai min yang terendah adalah ‘ Saya percaya bahawa menderma organ kepada seseorang akan membantu kepada kehidupan seseorang ’ dengan min 3.00 menunjukkan

Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh sentra tas dan jaket sebesar 332,34 kg/hari yang dapat didaur ulang sampah dengan hasil yang didapatkan sebesar Rp 36.036.750