• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI SISWA DI MTs NEGERI DOWORA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI SISWA DI MTs NEGERI DOWORA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

221

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME

TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

IPA BIOLOGI SISWA DI MTs NEGERI DOWORA

Saoda Hamid (1), Abdu Mas’ud (2), Hasna Ahmad (2)

(1)

Alumni Program studi Pendidikan Biologi FKIP Unkhair

(2)

Staf Dosen Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unkhair Email : saodahamid@yahoo.co.id

ABSTRAK

Team Game Tournament merupakan salah satu model pembelajaran dari pendekatan

Kooperatif yang proses pembelajarannya dimulai dari aktivitas Guru dalam menyampaikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim mereka. Untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran, selanjutnya diadakan turnamen, dengan cara permainan game akademik oleh siswa dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada kelas VIIIA di MTs Negeri Dowora Kota Tidore Kepulauan dengan menerapkan model pembelajaran Team Game Tournament pada Konsep Struktur dan Fungsi Jaringan pada Tumbuhan. Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas, langkah-langkah yang terdapat dalam Penelitian Tindakan Kelas meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Team Game Tournament dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa antara siklus I dan siklus II. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I diperoleh presentasi 47,83% sedangkan ketuntasan belajar siswa pada siklus II diperoleh presentase 86,96%. Peningkatan hasil belajar memiliki selisih 39,13%. Sementara itu, untuk aktivitas belajar siswa juga terjadi peningkatan yang cukup besar, yakni 47,73% di siklus I dan 79,89% di siklus II. Peningkatan aktifitas siswa yang terjadi memiliki selisih 33,16%.

Kata kunci : Team Game Tournament (TGT), hasil belajar, IPA biologi, madrasah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Rosdiana, 2008). Guru merupakan salah satu komponen yang berpengaruh dan memiliki peran penting serta merupakan kunci pokok bagi keberhasilan peningkatan mutu pendidikan (Washton dalam Nuryani, 2008). Kegiatan

belajar mengajar dapat dikatakan berhasil dengan baik bila ditunjukkan dengan kemampuan Guru dalam menciptakan interaksi menggunakan suatu model yang dapat meningkatkan hasil belajar siswanya.

Model pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh Guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa model pembelajaran dari pendekatan kooperatif yang diperkenalkan dalam dunia pendidikan diantaranya yaitu: model Team Game Tournament (TGT), model Jigsaw, model STAD dan lain-lain. Masing-masing model

(2)

222 tersebut memiliki kekhasan tersendiri, tetapi semuanya mempunyai tujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan hasil belajar siswa (Nuryani, 2008). Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran kelompok yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda-beda.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam proses pembelajaran yakni Team Games Tournament (TGT) (Rosdiana, 2008). Teams Game Tournament (TGT), pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, merupakan model pembelajaran pertama dari John Hopkins. Dalam model ini, para siswa dibagi dalam kelompok belajar, terdiri atas 4-5 orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya.

Guru menyajikan materi, lalu siswa bekerja dalam kelompok, untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran. Dalam kerja kelompok, Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Apabila ada anggota kelompok yang belum memahami terhadap tugas yang diberikan, maka anggota kelompok lainnya bertanggung jawab untuk menjelaskan sebelum diajukan kepada Guru. Selanjutnya untuk mengetahui bahwa semua anggota kelompok telah paham, diadakan turnamen akademik, dengan cara siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Dalam turnamen tersebut, siswa dibagi dalam meja-meja turnamen, dan tiap meja-meja terdiri dari 4-5 orang yang merupakan perwakilan dari kelompok masing-masing.

Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja

turnamen diusahakan agar setiap peserta mempunyai kemampuan yang setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-tes. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan, dicatat dalam lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang dieroleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyak anggota kelompok tersebut. Kepada kelompok dengan skor tertinggi akan diberikan penghargaan berupa sertifikat, dengan mencantumkan predikat tertentu (Slavin dalam Rahmawati, 2011).

Menurut Sudjana (2009), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa tersebut menerima pembelajaran. Ada 3 jenis hasil belajar menurut Kingsley dalam Sudjana (2009), yakni; (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; serta (c) sikap dan cita-cita. Namun dalam rumusan tujuan pendidikan nasional, baik tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang direvisi (Anderson dalam Nuryani, 2008), secara garis besar membagi hasil belajar dalam 3 ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi dalam penelitian ini hasil belajar yang diukur hanya hasil belajar yang termasuk ranah kognitif.

Kemampuan yang termasuk ranah kognitif oleh Bloom dikategorikan ke dalam enam jenjang yakni: jenjang hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

METODE PENELITIAN

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Wibawa (2003), penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual Guru di sekolah. Jenis penelitian ini adalah PTK kolaborasi.

Penelitian ini dilaksanakan pada 21 November sampai dengan 14 Desember 2013 di Madrasah Tsanawiyah Negeri Dowora Kota

(3)

223 Tidore Kepulauan. Subyek dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VIIIA yang berjumlah 23 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes berupa tes awal (pretest) dalam bentuk lisan dan tes akhir (postest) dalam bentuk soal essay, dan lembar observasi aktivitas Guru dan siswa. Instrumen dalam penelitian ini dirancang dan dibuat oleh peneliti bersama observer.

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara memberikan tes kompetensi dan penilaian observer terhadap aktivitas Guru dan siswa kelas VIIIA MTs Negeri Dowora Kota Tidore Kepulauan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis data kualitatif. Sebelum mengetahui ketuntasan belajar siswa, terlebih dahulu dicari nilai gain (peningkatan). Nilai gain diperoleh dari hasil selisih nilai pretest maupun posttest

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, peneliti menggunakan rumus gain ternormalisasi <g> sebagai berikut :

Tingkat perolehan gain ternormalisasi, selanjutnya disesuaikan dengan kriteria gain sebagaimana pada Tabel 1. berikut :

Tabel 1. Kriteria gain ternormalisasi tentang klasifikasi hasil belajar

Interval Interpretasi g ≥ 0,70 Tinggi 0,30 < g > 0,70 Sedang g ≤ 0,30 Rendah

(Hake, 2003)

Setelah nilai gain diperoleh, selanjutnya ditentukan ketuntasan belajar siswa (ketuntasan belajar individu maupun klasikal). Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa, dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

a. Presentasi ketuntasan belajar siswa secara individual dengan rumus :

b.Presentasi ketuntasan belajar siswa secara

klasikal dengan rumus:

%

Tabel 2. Kualifikasi dengan menggunakan PAP konvensi normal relatif skala 5 Total Penguasaan Skor Standar Kualifikasi 91 % - 100 % A Baik sekali 81 % - 90 % B Baik 71 % - 80 % C Cukup 61 % - 70 % D Kurang < 60 % E Kurang sekali

(Arikunto, 2008 dalam Corebima, Mas’ud dan Sundari, 2010)

Data penerapan model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) dianalisis secara deskriptif berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan Guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Rumus yang digunakan adalah rumus presentase seperti berikut :

Tabel 3. Presentase aktivitas siswa/Guru

Presentase Aktivitas Siswa/Guru Taraf Keberhasilan 81-100 61-80 41-60 21-40 0-20 Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali

(Arikunto, 2008 dalam Corebima, Mas’ud dan Sundari, 2010)

HASIL PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan secara bertahap dengan dua siklus pada konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan, terhadap siswa kelas VIIIA MTs Negeri Dowora Kota Tidore Kepulauan dengan jumlah sampel sebanyak 23 orang.

(4)

224 Adapun hasil penelitian dapat dideskripsikan seperti berikut:

Siklus I

Pada kegiatan pelaksanaan siklus I dilakukan tes awal (pretes) dan tes akhir (postes), namun hasil belajar pada tes awal sebanyak 23 siswa yang mengikuti tes awal memperoleh hasil yang apabila dikualifikasikan berdasarkan Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala 5, seluruh siswa berada pada kualifikasi kurang sekali. Artinya dari 23 siswa yang mengikuti tes awal di siklus I seluruhnya memperoleh nilai ≤ 60, sedangkan hasil belajar siswa pada tes akhir (postes) di siklus I berdasarkan Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala 5 dapat dikualifikasikan pada Tabel 4. sebagai berikut :

Tabel 4. Kualifikasi hasil belajar saat tes akhir (post test) di siklus I

No Tingkat Penguasaan Kualifikasi Kemampuan Frekuensi Presen (%) 1. 91 - 100 % Baik sekali 0 0 % 2. 81 - 90 % Baik 6 26,09 3. 71 - 80 % Cukup 6 26,09 4. 61 - 70 % Kurang 2 8,69 5. ≤ 60 % Kurang sekali 9 39,13 Jumlah 23 100

Berdasarkan Tabel 4, kualifikasi hasil belajar siswa saat tes akhir (pos-test) pada proses pembelajaran siklus I dari 23 siswa terdapat 6 siswa atau 26,09% mendapat kualifikasi baik, 6 siswa atau 26,09% mendapat kualifikasi cukup, 2 siswa atau 8,69% mendapat kualifikasi kurang dan 9 siswa atau 39,13% mendapat kualifikasi kurang sekali, sedangkan untuk kualifikasi baik sekali tidak ada atau 0%. Dari data hasil belajar siklus I di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) di siklus I.

Hasil observasi aktivitas Guru dalam penerapan model Team Geam Tournament (TGT) disajikan pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Kualifikasi aktivitas Guru di siklus I No Aktivitas

Guru

Taraf

Keberhasilan Frekuensi Persen

1 81-100 Baik Sekali 0 0% 2 61-80 Baik 11 44% 3 41-60 Cukup 14 56% 4 21-40 Kurang 0 0% 5 0-20 Kurang Sekali 0 0% Jumlah 25 100%

Hasil observasi aktifitas siswa dalam penerapan model Team Geam Tournament (TGT) disajikan pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Kualifikasi aktivitas siswa di siklus I No Aktivitas Siswa Taraf Keberhasilan Frekuensi Persen (%) 1 81-100 Baik Sekali 0 0 2 61-80 Baik 11 44 3 41-60 Cukup 14 56 4 21-40 Kurang 0 0 5 0-20 Kurang Sekali 0 0 Jumlah 25 100 Siklus II

Siklus II merupakan pembelajaran dengan konsep lanjutan dari konsep di siklus I. Pada siklus ini materi yang diberikan yaitu tentang struktur dan fungsi bunga, buah dan biji serta peranan pembuluh xylem dan floem.

Pada kegiatan pelaksanaan siklus II masih sama seperti pada siklus I, yakni dilakukan tes awal (pretes) dan tes akhir (postes), namun hasil belajar tes awal pada siklus II sebanyak 23 siswa yang mengikuti tes awal memperoleh hasil yang apabila dikualifikasikan berdasarkan Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala 5, ada 4 siswa atau 17,395 barada pada kualifikasi kurang dan 19 siswa atau 82,615% berada pada kualifikasi kurang sekali. Sedangkan hasil belajar siswa pada tes akhir (postes) siklus II berdasarkan Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala 5 tercantum pada tabel 7 di bawah ini, dapat dikualifikasikan sebagai berikut :

(5)

225 Tabel 7. Kualifikasi hasil belajar siswa saat tes

akhir (pos test) di siklus II No Tingkat Penguasaan Kualifikasi kemampuan Frekuensi Persen (%) 1 91 - 100 % Baik sekali 5 21,74 2 81 - 90 % Baik 8 34,78 3 71 - 80 % Cukup 7 30,43 4 61 - 70 % Kurang 1 4,35 5 ≤ 60% Kurang sekali 2 8,7 Jumlah 23 100

Berdasarkan Tabel 7, Kualifikasi hasil belajar siswa saat tes akhir (pos test) pada proses pembelajaran siklus II sebanyak 23 siswa terdapat 5 siswa atau 21,74% mendapat kualifikasi baik sekali/memuaskan, 8 siswa atau 34,78% mendapat kualifikasi baik, 7 siswa atau 30,43% mendapat kualifikasi cukup, 1 siswa atau 4,35% mendapat kualifikasi kurang dan 2 siswa atau 8,7% mendapat kualifikasi kurang sekali/gagal. Dari data hasil tes akhir siswa di atas, terlihat bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, yakni hasil belajar siswa pada siklus I lebih rendah dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil observasi aktivitas Guru dalam penerapan model Team Geam Tournament (TGT) disajikan pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Kualifikasi aktivitas Guru siklus II

No Aktivitas Guru Taraf Keberhasilan Frekuensi Persen (%) 1 81-100 Baik Sekali 13 52 2 61-80 Baik 12 48 3 41-60 Cukup 0 0 4 21-40 Kurang 0 0 5 0-20 Kurang Sekali 0 0 Jumlah 25 100

Hasil observasi aktifitas siswa dalam penerapan model Team Geam Tournament (TGT) disajikan pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Kualifikasi aktivitas siswa siklus II N o Aktivitas Siswa Taraf Keberhasilan Frekuensi Persen (%) 1 81-100 Baik Sekali 11 47,83 2 61-80 Baik 10 43,48 3 41-60 Cukup 2 8,69 4 21-40 Kurang 0 0 5 0-20 Kurang Sekali 0 0 Jumlah 23 100

Data hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II disajikan dalam bentuk grafik seperti berikut ini.

Gambar 1. Grafik peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke Siklus II

Berdasarkan Gambar 1 di atas, presentase hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I sebesar 47,83%. Artinya, dari 23 siswa kelas VIIIA yang mengikuti tes pada siklus I terdapat 11 siswa yang tuntas. Siswa tersebut dikatakan tuntas karena hasil tes yang diperoleh telah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75, sedangkan 12 siswa (52,17%) dikategorikan tidak tuntas, karena hasil tes yang diperoleh belum mencapai KKM yang telah ditentukan.

Pada siklus II, hasil belajar siswa yang diperoleh yaitu sebesar 86,96%. Artinya dari 23 siswa kelas VIIIA yang mengikuti tes siklus II, terdapat 20 siswa yang tuntas karena hasil tes yang diperoleh telah mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah yakni 75, namun masih terdapat 3 siswa (13,04%) yang tidak tuntas, karena hasil tes yang diperoleh belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Ketiga

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% siklus I siklus II tuntas tidak tuntas

(6)

226 siswa tersebut selanjutnya diberikan remedial untuk mencapai ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus II, secara umum dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa kelas VIIIA dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 39,13%. Berdasarkan analisis data hasil observasi terhadap aktivitas Guru, diketahui terjadi peningkatan aktivitas Guru dari siklus I ke siklus II saat Guru menerapkan pendekatan kooperatif model Team Game Tournament (TGT).

Peningkatan aktivitas Guru disajikan dalam bentuk grafik dan dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini :

Gambar 2. Grafik peningkatan aktivitas Guru

Berdasarkan grafik pada Gambar 2, diperoleh presentase aktivitas Guru pada siklus I yaitu 60%, sedangkan pada siklus II 88%. Setelah dianalisis, ternyata terjadi peningkatan aktivitas mengajar Guru dari siklus I ke siklus II sebesar 28%. Berdasarkan data hasil observasi terhadap aktivitas siswa, diketahui juga terjadi peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II.

Peningkatan aktivitas siswa disajikan dalam bentuk grafik dan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini:

Gambar 3. Grafik peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

Berdasarkan pada Gambar 3 di atas, proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Team Game Tournament (TGT), diperoleh presentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 49,73%, dan siklus II sebesar 79,89%. Setelah dianalisis, dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 30,16%.

PEMBAHASAN Siklus I

Pembelajaran pada siklus I dengan konsep struktur dan fungsi akar, struktur dan fungsi batang serta struktur dan fungsi daun, hasil belajar siswa setelah dilakukan tes (evaluasi), terdapat 11 siswa (47,83%) yang nilai tesnya sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan terdapat 12 siswa (52,17%) yang nilai tesnya belum mencapai KKM (75).

Berdasarkan data hasil belajar siswa pada siklus I, peneliti berasumsi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya; (1) siswa belum memiliki kesiapan dalam menerima materi pelajaran; (2) siswa masih belum terbiasa dengan pengajar; dan (3) penerapan model pembelajaran yang terkesan masih baru bagi siswa. Ketiga faktor inilah yang menurut Peneliti dapat menyebabkan kurangnya minat belajar siswa sehingga mempengaruhi hasil belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dipaparkan oleh Slameto (2003). 0% 20% 40% 60% 80% 100% siklus I siklus II 0% 20% 40% 60% 80% 100% siklus I siklus II

(7)

227 Berdasarkan hasil observasi aktivitas Guru saat KBM, kemampuan pengelolaan pembelajaran oleh Guru (peneliti) pada siklus I, diperoleh skor sebesar 60% yang termasuk dalam kategori cukup menurut Arikunto (2008) dalam Corebima, Mas’ud dan Sundari (2010). Skor yang diperoleh oleh Guru pada siklus I ini, menunjukkan bahwa Guru (peneliti) telah melaksanakan sebagian besar proses pembelajaran sesuai dengan isi rencana pelaksanaan pembelajaran namun masih ada beberapa bagian yang dalam pelaksanaannya masih kurang maksimal.

Berdasarkan hasil observasi oleh kedua orang observer (ibu Nurhasanah Aziz S.Pd dan Fauzia M. Sagaf S.Pd ), presentase aktivitas siswa pada siklus I adalah 49,73%. Presentase aktivitas siswa tersebut menunjukkan bahwa, siswa belum sepenuhnya aktif dalam proses pembelajaran.

Menurut Daniar (2008), dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, terdapat perilaku siswa yang tidak relevan dengan KBM, diantaranya kurang memperhatikan penjelasan dari Guru, menyelesaikan LKS atau pindah tempat duduk untuk melihat tugas siswa lain. Menurut peneliti pemberian arahan perlu diberikan agar keaktifan siswa saat pembelajaran menjadi lebih baik lagi.

Siklus II

Hasil belajar siswa pada siklus II dengan materi pembelajaran struktur dan fungsi bunga, buah dan biji serta peranan pembuluh xylem dan floem setelah dilakukan tes, diperoleh hasil belajar 20 siswa atau (86,96%) sudah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sehingga dikategorikan siswa yang tuntas. Namun, ada 3 siswa (13,04%) yang nilainya belum mencapai nilai KKM mata pelajaran IPA biologi dan di kategorikan siswa yang tidak tuntas. Dari paparan di atas, dapat diketahui bahwa pada siklus II ketuntasan belajar klasikal (ketuntasan secara keseluruhan siswa) mencapai 86,96% dan sisanya (13,04%) siswa tidak tuntas.

Berdasarkan data hasil belajar siswa pada siklus II, terdapat peningkatan hasil belajar dari

siklus I ke siklus II, peneliti berasumsi bahwa pada siklus I siswa belum memiliki kesiapan dalam menerima materi pelajaran, siswa yang masih belum terbiasa dengan pengajar, penerapan model pembelajaran yang masih baru bagi siswa hingga menyebabkan kurangnnya minat belajar siswa. Sedangkan pada siklus II siswa sudah terbiasa dengan Guru (peneliti), serta kegiatan mengajar Guru (peneliti) yang sudah lebih baik, menyebabkan siswa dapat memahami materi yang diberikan. Begitupun terlihat dari hasil tes akhir pada siklus II yang telah mencapai KKM. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Aunurrahman (2009), peningkatan hasil belajar dapat diperoleh dari metode, model pebelajaran, strategi dan pendekatan yang digunakan oleh Guru dalam suatu proses pembelajaran di kelas.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas Guru saat KBM, kemampuan pengelolaan pembelajaran oleh Guru pada siklus II memperoleh skor 88%. Ini termasuk dalam kategori baik sekali menurut kriteria yang disampaikan oleh Arikunto, (2008) dalam Corebima, dkk. (2010). Skor aktivitas yang di peroleh Guru pada siklus II, menunjukkan bahwa Guru (peneliti) telah melaksanakan proses pembelajaran dengan baik sesuai dengan isi rencana pelaksanaan pembelajaran sehingga aktivitas Guru pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 28%.

Berdasarkan hasil observasi oleh kedua Guru observer, presentase aktivitas siswa pada siklus II adalah 79,89%. Presentase aktivitas siswa tersebut menunjukkan bahwa, siswa sudah aktif dalam proses pembelajaran. Minat belajar siswa pun menunjukkan adanya peningkatan, walaupun masih ada beberapa siswa yang belum sepenuhnya aktif. Dari hasil yang telah diperoleh, peneliti berasumsi bahwa pada siklus II siswa sudah memiliki kesiapan, minat, perhatian dan kenyamanan dalam menerima pembelajaran yang dilakukan.

Berdasarkan pembahasan di atas, telah terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada siklus II. Selain itu, aktivitas Guru dalam

(8)

228 pelaksanaan pembelajaran juga meningkat dan sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Team Game Tournament (TGT), ternyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA Biologi pada siswa kelas VIIIA MTs Negeri Dowora Kota Tidore Kepulauan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di MTs Negeri Dowora Kota Tidore Kepulauan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif Team Game Tournament (TGT) pada konsep struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan di MTs Negeri Dowora Kota Tidore Kepulauan, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa antara siklus I dan siklus II. Tes siklus I diperoleh nilai 47,83%, dan saat dilakukan tes pada siklus II terdapat peningkatan hasil belajar dengan nilai 86,96%.

2. Adanya peningkatan hasil belajar dengan penarapan model pembelajaran Team Game Tournament (TGT), ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus 2 sebesar 39,13%. Selain peningkatan hasil belajar siswa, juga terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari 47,73% pada siklus I menjadi 79,89 % pada siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi ke V. Rineka Cipta. Jakarta

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta. Bandung Corebima, D.A., Mas’ud, A., dan Sundari.

2010. Penelitian Tindakan Kelas, di Siapkan Untuk Guru dan Calon Guru. LepKhair. Ternate

Daniar. 2008. Presentasi Aktivitas Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran. (PDF Online). Perpustakaan UPI. Bandung.

Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta

Hake. 2003. Normalisasi Gain. (PDF Online). Perpustakaan UPI. Bandung.

Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. University Press. Surabaya

Kusumandari, E. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif TGT (Team Game Tournament) Menggunakan Puzzel Untuk Meningkatkan Motifasi Belajar Biologi Siswa Kelas VIIIE SMP Negeri 2 Ngadirojo. (Skripsi online). FKIP USM. Surakarta.

Lie, A. 2010. Mempraktikkan kooperatif learning di ruang kelas. Radja Grasindo. Jakarta

Mas’ud, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar dan Inovasi Pembelajaran. LepKhair. Ternate

Paizaluddin dan Ermalinda. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Alfabeta. Bandung Purwanto. 2007. Instrumen dalam Suatu

Penelitian. (PDF Online). Perpustakaan UPI. Bandung.

Rahmawati, D.N. 2011. Eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT pada siswa SMP Negri se-Kabupaten Grobogan. (Skripsi online) . Surakarta

Rosdiana. 2008. Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas VIIIB SMP Pergis Maros. (Skripsi Onlie). STKIP Maros.

R Nuryani. 2008. Strategi Belajar Mengajar Bioligi. UM Press. Malang

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta

(9)

229 Slameto. 2003. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Hasil Belajar. (PDF Online). Perpustakaan UPI. Bandung. Slavin, R.E. 2008. Cooperative Larning Teory,

Risearch and Practice. dalam Nurulita Yusron (Terj.). Nusa Media. Bandung Suherman. 2001. Analisis data Kualitatif. (PDF

Online). Bandung: Perpustakaan UPI. http://ebookbrowsee.net/analisis-data-kualitatif-compatibility-mode.pdf Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Jakarta Wibawa, B. 2003. Penelitian Tindakan Kelas.

Depdiknas. Jakarta

Wilujeng, Lestari. 2009. Meningkatkan prestasi belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT kelas VIII MTs LFT UIN Sunan Kalijaga. (Skripsi Online). Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.Yogyakarta.

Gambar

Gambar 2. Grafik peningkatan aktivitas Guru

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, Senin tanggal Tiga Puluh bulan Maret tahun Dua Ribu Lima Belas, kami Kelompok Kerja (Pokja) Pekerjaan Konstruksi Dana Alokasi Khusus (DAK) Dinas Pekerjaan Umum,

sampel dalam penelitian ini adalah metode times series design , yaitu desain penelitian yang bermaksud untuk mengetahui kestabilan dan. kejelasan suatu keadaan yang

Dimana pemuda nantinya yang akan jadi penerus generasi bangsa untuk tetap menjaga nilai sosial budaya yang berkembang di indonesia .Peran pemuda harus aktif

Pembahasan tentang proses pembangunan tidak dapat dan tidak boleh jauh dari besar dan mendesaknya berbagai masalah yang mengancam masyarakat

Pemanfaatan FCD dapat digunakan untuk penentuan prioritas pembaharuan Peta Mangrove Indonesia khususnya pada daerah kajian penelitian yaitu Delta Mahakam Provinsi

Permasalahan petani ikan gurami di Kecamatan Bojongsari adalah pada setiap kegiatan budidaya yang dilakukan petani tidak pernah melakukan pencatatan biaya yang

and (2) how does the design of integrated material of English learning based on quantum teaching affect the second grade of dance department students.. This study applied research

LoU berbeda dari perjanjian penanggungan sebagaimana PG dan CG yang merupakan kewajiban bersyarat dari pihak lain selaku penjamin, 4 LoU didefinisian Harvard Business