• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 6 Perawatan Orang Sakit.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 6 Perawatan Orang Sakit.pdf"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

 Seh

 Sehat dat dan sakan sakit mit meruerupakapakan fin fitrah trah dan dan Islam Islam agamaagama yang sejalan dengan fitrah di satu sisi, dan agama Islam yang sejalan dengan fitrah di satu sisi, dan agama Islam

telah memberikan ketentuan dan batasan yang telah memberikan ketentuan dan batasan yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya tidak seharusnya dilakukan dan yang seharusnya tidak dilakukan ole

dilakukan oleh orang sakit. Di h orang sakit. Di sisi lain, bagaimanasisi lain, bagaimana

tuntunan Islam dalam merawat or

tuntunan Islam dalam merawat orang sakit, apa ang sakit, apa sajasaja

yang harus dilakukan terhadap orang sakit, baik yang yang harus dilakukan terhadap orang sakit, baik yang

sakit ringan atau yang sudah kritis. Bagi

sakit ringan atau yang sudah kritis. Bagi orang yangorang yang

sakit, menurut anjuran Islam agar

sakit, menurut anjuran Islam agar berobat dengan yangberobat dengan yang

halal, tetapi di sisi

halal, tetapi di sisi lain seseorang dianjurkan tawakkallain seseorang dianjurkan tawakkal

dan sabar, bagaimana mempertemukan dua hal dan sabar, bagaimana mempertemukan dua hal

tersebut yang sepintas kontradiksi. tersebut yang sepintas kontradiksi.

B

B B B VIVI PER

(2)

1.

1. Hakikat SakitHakikat Sakit

Sakit, dalam bahasa Inggris, disebut

Sakit, dalam bahasa Inggris, disebut disease, illness,disease, illness,  dan  dan

sickness

sickness. Secara khusus,. Secara khusus, diseasedisease  berdimensi biologis,  berdimensi biologis, illnessillness

 berd

 berdimenimensi si psikpsikologiologis, s, dandan sicknesssickness  berdimensi sosiologis. Bagi orang  berdimensi sosiologis. Bagi orang Islam, sakit

Islam, sakit seharusnya seharusnya dipahami sebagai dipahami sebagai ujian daujian dan cobaan n cobaan dari Allah,dari Allah, sebagai rahmat dan bukti tanda kasih sayang Allah, sesuai dengan sebagai rahmat dan bukti tanda kasih sayang Allah, sesuai dengan penjelasan Nabi saw.:

penjelasan Nabi saw.:

“Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan “Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Allah yang besar pula. Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka, barangsiapa yang akan memberikan cobaan kepada mereka, barangsiapa yang ridha (menerimanya) maka Allah akan meridhoinya dan ridha (menerimanya) maka Allah akan meridhoinya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya” 

kepadanya”  (HR.  (HR. at-Tirmidat-Tirmidzi).zi).

Semakna dengan itu, dalam hadis lain Nabi bersabda: Semakna dengan itu, dalam hadis lain Nabi bersabda:

)) “Apabila Allah

“Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, makamenginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, maka

 All

 Allah ah menmenyegyegerakaerakan n siksaasiksaan n baginbaginya ya di di duniduniaa …” …”  ( ( HR. at-HR. at-Tirmidzi dari Anas bin M

Tirmidzi dari Anas bin M

āā

lik).lik).

1.

1. Sakit sebagai Penebus Dosa dan Kesalahan

Sakit sebagai Penebus Dosa dan Kesalahan

Dalam hadis-hadis Nabi, ditemukan dalil-dalil yang sepintas Dalam hadis-hadis Nabi, ditemukan dalil-dalil yang sepintas terasa kontradiktif, ada anjuran bersabar menghadapi sakit tanpa terasa kontradiktif, ada anjuran bersabar menghadapi sakit tanpa mengupayakan kesembuhan di satu sisi karena akan diampuni mengupayakan kesembuhan di satu sisi karena akan diampuni dosa-dosanya, dan akan dimasukkan surga tanpa hisaba, dan di sisi lain dosanya, dan akan dimasukkan surga tanpa hisaba, dan di sisi lain terdapat anjuran agar berobat, anjuran pindah dari satu takdir ke terdapat anjuran agar berobat, anjuran pindah dari satu takdir ke takdir lain. Hadis-hadis demikian dapat dipahami sesuai dengan takdir lain. Hadis-hadis demikian dapat dipahami sesuai dengan konteks, ada saatnya berobat akan lebih baik dan dalam kondisi konteks, ada saatnya berobat akan lebih baik dan dalam kondisi tertentu akan lebih baik bersabar dan tidak perlu berobat.

tertentu akan lebih baik bersabar dan tidak perlu berobat.

   

 

  







 

    ،،    

   









 

 







 

،،

 

         

          ،،      

      



     



     

( ( ) )

  

 

  

        

     

 



       

 

 





  



  

((



(3)

1.

1. Hakikat SakitHakikat Sakit

Sakit, dalam bahasa Inggris, disebut

Sakit, dalam bahasa Inggris, disebut disease, illness,disease, illness,  dan  dan

sickness

sickness. Secara khusus,. Secara khusus, diseasedisease  berdimensi biologis,  berdimensi biologis, illnessillness

 berd

 berdimenimensi si psikpsikologiologis, s, dandan sicknesssickness  berdimensi sosiologis. Bagi orang  berdimensi sosiologis. Bagi orang Islam, sakit

Islam, sakit seharusnya seharusnya dipahami sebagai dipahami sebagai ujian daujian dan cobaan n cobaan dari Allah,dari Allah, sebagai rahmat dan bukti tanda kasih sayang Allah, sesuai dengan sebagai rahmat dan bukti tanda kasih sayang Allah, sesuai dengan penjelasan Nabi saw.:

penjelasan Nabi saw.:

“Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan “Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Allah yang besar pula. Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka, barangsiapa yang akan memberikan cobaan kepada mereka, barangsiapa yang ridha (menerimanya) maka Allah akan meridhoinya dan ridha (menerimanya) maka Allah akan meridhoinya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya” 

kepadanya”  (HR.  (HR. at-Tirmidat-Tirmidzi).zi).

Semakna dengan itu, dalam hadis lain Nabi bersabda: Semakna dengan itu, dalam hadis lain Nabi bersabda:

)) “Apabila Allah

“Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, makamenginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, maka

 All

 Allah ah menmenyegyegerakaerakan n siksaasiksaan n baginbaginya ya di di duniduniaa …” …”  ( ( HR. at-HR. at-Tirmidzi dari Anas bin M

Tirmidzi dari Anas bin M

āā

lik).lik).

1.

1. Sakit sebagai Penebus Dosa dan Kesalahan

Sakit sebagai Penebus Dosa dan Kesalahan

Dalam hadis-hadis Nabi, ditemukan dalil-dalil yang sepintas Dalam hadis-hadis Nabi, ditemukan dalil-dalil yang sepintas terasa kontradiktif, ada anjuran bersabar menghadapi sakit tanpa terasa kontradiktif, ada anjuran bersabar menghadapi sakit tanpa mengupayakan kesembuhan di satu sisi karena akan diampuni mengupayakan kesembuhan di satu sisi karena akan diampuni dosa-dosanya, dan akan dimasukkan surga tanpa hisaba, dan di sisi lain dosanya, dan akan dimasukkan surga tanpa hisaba, dan di sisi lain terdapat anjuran agar berobat, anjuran pindah dari satu takdir ke terdapat anjuran agar berobat, anjuran pindah dari satu takdir ke takdir lain. Hadis-hadis demikian dapat dipahami sesuai dengan takdir lain. Hadis-hadis demikian dapat dipahami sesuai dengan konteks, ada saatnya berobat akan lebih baik dan dalam kondisi konteks, ada saatnya berobat akan lebih baik dan dalam kondisi tertentu akan lebih baik bersabar dan tidak perlu berobat.

tertentu akan lebih baik bersabar dan tidak perlu berobat.

   

 

  







 

    ،،    

   









 

 







 

،،

 

         

          ،،      

      



     



     

( ( ) )

  

 

  

        

     

 



       

 

 





  



  

((



(4)

Sakit

Sakit merupakan merupakan penebus penebus dosa dosa dan dan kesalahan, kesalahan, dalil-dalidalil-dalil l yangyang sangat banyak, di antaranya hadits J

sangat banyak, di antaranya hadits J

āā

 bir  bir binbin

‘‘

 Abd Abdullull

āā

h r.a.h r.a.

sesungguhnya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda: sesungguhnya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda:

“ 

“  Jika  Jika seorseorang ang mukmmukmin in sakitsakit, , laki-laki-laki laki dan dan perperempempuan, uan, dandan tidaklah pula dengan seorang muslim, laki-laki dan perempuan, tidaklah pula dengan seorang muslim, laki-laki dan perempuan, maka

maka Allah Allah Swt Swt akan akan menggugurkmenggugurkan an kesalahkesalahan-kesalahannyan-kesalahannyaa

dengan hal itu, sebagaimana bergugurannya dedaunan dari dengan hal itu, sebagaimana bergugurannya dedaunan dari  poh

 pohonon

” (HR. Ahmad

” (HR. Ahmad

).). Juga disebutkan: Juga disebutkan:







  

 







  

 

  





 

 







 



  





   

( ( ))

"Jika seorang mukmin tertimpa penyakit dan selainnya maka "Jika seorang mukmin tertimpa penyakit dan selainnya maka  All

 Allah ah hapuhapuskan skan dendengannygannya a dosadosanya, nya, sebasebagaimangaimana a ronrontokntoknyaya dedaunan pohon"

dedaunan pohon"

(Muttafaq ‘Alaih)

(Muttafaq ‘Alaih)

..

Saat Nabi menjenguk Ummus Saib yang mengerang kesakitan Saat Nabi menjenguk Ummus Saib yang mengerang kesakitan menanyakan:

menanyakan: "Mengapa "Mengapa engkau engkau mengerang, mengerang, wahai wahai Ummus Ummus Saib?Saib?

"Aku terkena demam yang tidak ada berkah Allah padanya." Nabi saw "Aku terkena demam yang tidak ada berkah Allah padanya." Nabi saw  berk  berkataata::

 



 







  



 

 











 

 

) )

 "Janganlah engkau mencela demam karena ia menghapus  "Janganlah engkau mencela demam karena ia menghapus dosa-dosa anak Adam sebagaimana panas yang merontokkan karat dosa anak Adam sebagaimana panas yang merontokkan karat besi"

besi" (HR. Muslim).(HR. Muslim).  Alla

 Allah berh berfirmfirman an daldalam haam hadis dis QudQudsi:si:









  

 



  

















 

 











 



 















ِِ







  



 



   

   







 









 











 



  









 

 







 











  



  







((

(5)

 

   

 

  

    

  



 

( )

Wahai anak Adam, jika diambil kedua matamu dan kamu

bersabar dan berharap pahala pada awal peristiwa, Aku tidak ridha untukmu pahala selain surga" (HR. Muslim).

Diriwayatkan pula bahwa Nabi saw menjenguk orang yang sakit dan  bersabda,

 



  

 

  



 

 

 

 

( )

"Berilah k abar gembira, sesungguhnya Allah swt berfirman: "Itu

adalah apa yang Aku Kuasakan kepada hamba-Ku yang berdosa di dunia sebagai pengurang dari api neraka di akhirat"  (HR. Ibnu

M

ā

 jah)

Pahala dari musibah yang menimpanya, meliputi sakit berat atau ringan, selama ia tetap sabar menghadapinya:

Tidak disangsikan lagi bahwa setiap kali musibahnya lebih besar dan sakitnya sangat berat, maka akan bertambahlah pahalanya, akan tetapi sakit ringan juga tetap akan mendapat pahala.

2. Sakit akan mengangkat derajat dan menambah kebaikan

Sakit akan mengangkat derajat dan menambah kebaikan. Dalil-dalil

tentang hal itu diantaranya hadits ‘Aisyah

ra, ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda:



 

  

 

 

 



   

    

 



  

 

 

 

 

 

 

 





 







  

 



   



 

 

 



  

  

 



 



(6)

Tidak ada seorang muslimpun yang tertusuk duri, atau yang lebih dari itu, melainkan ditulis untuknya satu derajat dan dihapus

darinya satu kesalahan

” (HR. Muslim no. 2572).

Disamping menghapuskan kesalahan, juga diangkatderajat dan tambahan kebaikan. An-Nawawi menyatakan, terdapat kabar gembira  yang besar bagi kaum muslimin, tidak berkurang sedikitpun dari diri

mereka, dan di dalamnya dijelaskan tentang penebus berbagai kesalahan dengan segala penyakit, segala musibah dunia dan duka citanya, sekalipun kesusahan itu hanyasedikit. Dijelaskan pula tentang pengangkatan derajat dengan perkara-perkara ini dan tambahan kebaikan (Syarh an-Nawawi atas Shahih Muslim 16/193).

3. Sakit merupakan sebab untuk mencapai kedudukan yang tinggi

Sakit merupakan sebab untuk mencapai kedudukan yang tinggi, sesuai dengan hadis Nabi, dari Abi Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw  bersabda:

 Sesungguhnya seseorang akan memperoleh kedudukan di sisi Allah

 Swt, ia tidaklah memperolehnya dengan amalan, Allah Swt senantiasa terus mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya,

hingga ia memperolehnya

” (HR. al

-Hakim dan ia menshahihkannya

1/495).

4. Sakit merupakan bukti bahwa Allah Swt menghendaki kebaikan terhadap hamba-Nya

Hal itu ditunjukkan oleh hadits-hadits yang sangat banyak, diantaranya adalah:

1. Hadits Shuhaib bin Sinan r.a, ia berkata, Rasulullah Saw  bersabda:

(7)

 Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya menjadi kebaikan, dan hal itu tidak pernah terjadi kecuali bagi seorang mukmin: jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka hal itu menjadi kebaikan baginya, dan jika ia mendapatkan musibah, ia bersabar,

maka itu menjadi kebaikan baginya

” (HR. Muslim).

2. Hadits Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:

 Barangsiapa yang Allah Swt menghendaki kebaikan dengannya,

niscaya Dia menimpakan musibah kepadanya

” (HR. al

-Bukhari No.5645).

3. Hadits Anas bin Malik r.a. dari Nabi Saw, beliau bersabda:

 Sesungguhnya besarnya balasan disertai besarnya cobaan, dan

sesungguhnya apabila Allah Swt mencintai suatu kaum, Dia mencoba mereka, barangsiapa yang ridha maka untuknya

keridhaan dan barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan

(HR. at-Tirmidzi no. 5645).

5. Sakit membawa kepada Muhasabah (introspeksi diri)

Sesungguhnya sakit membawa kepada muhasabah (introspeksi diri) dan tidak sakit membuat orang terperdaya. Hukum ini berdasarkan kebiasaan, pengalaman dan realita. Sesungguhnya apabila seseorang menderita sakit, ia akan kembali kepada Rabb-nya, kembali kepada

          ،          

     ،          ، 

(8)

petunjuk-Nya, dan memulai untuk melakukan intropeksi terhadap dirinya sendiri atas segala kekurangan dalam ketaatan, dan menyesali tenggelamnya dia dalam nafsu syahwat, perbuatan haram serta penyebab-penyebab yang mengarah kepadanya.

 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Musibah yang engkau terima dengannya terhadap Allah Swt lebih baik bagimu daripada nikmat yang membuatmu lupa untuk berdzikir kepada- Nya. ( Tasliyatu ahli al-Masha`ib ).

6. Sakit menjadi penyebab kembalinya hamba kepada Rabb-Nya

Cobaan merupakan penyebab kembalinya hamba kepada Rabb mereka, yaitu pada saat Dia menghendaki kebaikan terhadap mereka. Karena inilah, Allah Swt berfirman:

:

 Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada

umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan

diri 

“ (Q.s. al

-

 An’ā

m (6): 42)

Dan Allah Swt berfirman:

:

 Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada

kebenaran)

“(Q

.s. al-

 A’rā

f: 168)

 

 

٦

(9)

Para ulama menyebutkan 13 hikmah bagi orang yang sakit, yaitu: 1. Mendidik dan menyucikan jiwa dari keburukan.

2. Mendapatkan kebahagiaan (pahala) tak terhingga di akhirat. 3. Allah (berada) dekat dengan orang sakit.

4. Sebagai parameter kesabaran seorang.

5. Dapat memurnikan tauhid dan menautkan hati kepada Allah. 6. Memunculkan berbagai macam ibadah yang menyertainya. 7. Dapat mengikis sikap sombong, ujub, dan besar kepala.

8. Memperkuat harapan (raja’ ) kepada Allah.

9. Merupakan indikasi bahwa Allah menghendaki kebaikan.

10. Allah tetap menulis pahala kebaikan yang biasa dilakukan oleh orang yang sakit.

11. Sakit dapat menghantarkan ke kedudukan tertentu di Surga. 12. Dengan sakit akan disadari besarnya makna sehat.

13. Bagi seorang muslim, sakit merupakan rahmat bukan siksa.

 Ahmad Yani dalam buku

Panduan Menghadapi Sakit dan

Kematian

disebutkan, ada lima keutamaan sakit menurut Islam:

1. Menghapus dosa,

2. Tetap mendapatkan pahala dari kebaikan yang biasa dilakukannya saat sehat,

3. Memperoleh pahala kebaikan,

4. Memperoleh derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. 5. Memperoleh ganjaran surga

Semua pahala dan keutamaan yang dijanjikan diberikan kepada orang yang sakit tersebut bukan semata pada sakitnya, tetapi kepada cara menyikapinya dengan sabar, itulah yang dalam Alquran menjanjikan pahala tiada terduga. Di samping itu, syaratnya mesti orang yang beriman.

2. Tuntunan Islam Bagi Orang Sakit

Syariat Islam memberikan tuntunan umum terhadap orang  yang sakit, apa pun jenis penyakitnya maupun kondisinya, termasuk

kepada orang yang berada di sekitarnya, baik keluarga, perawat, atau penjenguknya. Tema-tema Islam yang terkait dengan mereka, antara lain, menerima qada dan qadar Allah, agar tetap optimis, bersabar,  bersyukur,  Husnuzh Zhan, bertawakkal, bertobat, beramal salih,

 berharap dan cemas (khauf   dan raja

’), memperbanyak zikir dan

(10)

untuk segera diselesaikan, men-talqin, membimbing beribadah, menjaga agar pakaiannya tetap bersih dan suci, menjaganya agar tidak terganggu, dan sebagainya.

Dalam banyak Hadis terdapat anjuran khusus bagi orang sakit seperti agar berobat, tidak mengeluhkan sakitnya, tidak berharap atau meminta mati akibat pedihnya penderitaan yang dialami dan tetap  berbaik sangka ( Husn al-Zhann) kepada Allah. Seperti disebutkan

dalam Hadis:

 

      

            

:

 



 



( )

“Janganlah berharap kematian karena derita yang dihadapi, namun jika tidak bisa tidak maka berdoalah: Ya Allah, hidupkan saya sekiranya hidup baik bagi saya, dan matikan saya sekiranya

mati itu baik bagi saya" (HR. al-

Bukhāri, Muslim, al

-Turmudzi,

 Ahmad, Ibn H

ibbān, dan Abū Dāwūd dari Anas bin Mālik).

 Agar tetap berbaik sangka kepada Allah, antara lain disebutkan dalam Hadis:

  

  

  

        

)

“Janganlah mati, keculai ia berbaik sangka kepada Allah Ta' ala"

(HR. Muslim, Ibn H

ibbān, Ibn Mājah, dan A 

h

mad dari Jābir).

Tidak berputus asa dari rahmat Allah, bersabar atas sakit yang diderita, sebagaimana Nabi pernah menganjurkannya kepada Ummi Zufar.

Tetap Berupaya Mengupayakan Kesembuhan

   

 ،

 

  

        



  

           

   

  

  

  

  



  





   

 

 

 ،



  

 







   

  



  



 

          

 

  

(



 

Dalam kondisi dimungkinkan ada harapan sembuh, pasien dianjurkan mengupayakan kesembuhan. Berobat dengan yang halal, menjauhkan diri dari yang haram, atau berobat dengan sesuatu yang

(11)

merusak aqidah, misalnya, seperti datang kepada dukun, tukang sihir atau ke tempat lainnya.Nabi Saw ., bersabda:

(

(

 Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah turunkan

 juga obatnya” (HR.al-Bukhāri).

Dalam hadis yang lain, Nabi Saw . bersabda: )

 Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya,

berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram (HR.al- Haitsami).

Di samping menggunakan kata al-Muharram, dalam hadits lain digunakan kosa kata al- Khabīts  atau bentuk jamaknya al-Khubuts, seperti:

)  Rasulull

 Ahmad, Muslim,

Dalam hadits lain dinyatakan:

   

  

   

  

      

  

(

)

 Rasulullah saw melarang berobat dengan al-Khabits" (HR.  Ah

mad, Ibn Mājah, dan Abu Dāwūd).

Jika bertambah parah sakitnya, separah apa pun, tetap tidak boleh  berputus asa atau mengharapkankematian. Rasulullah Saw bersabda:

 

   

   

  

   

  

 

 

    

         



maka

ِ 

  

         

 



     

 

 

     

ah saw melarang berobat dengan al-Khubuts" (HR.

Ibn Mājah, dan a

t-Turmudzi)



  

 







   

   

  

    

           





 

  

(12)

)

 Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian, dan janganlah meminta kematian sebelum datang waktunya. Apabila seorang di antara kalian meninggal, maka terputus amalnya. Dan umur seorang mukmin tidak akan menambah baginya kecuali kebaikan” (HR. Muslim).

Namun demikian, sekiranya tak tertahankan lagi nyeri atau pedihnya sakit maka diperkenankan berdoa memohon dipilihkan yang terbaik, mati atau atau hidup, seperti disebutkan dalam hadis Nabi:

 

 

   : 

   

 

 

:

   

 

:

   

     

 

 

  

 

              



  

 

 



     

  

      

 

   

           



 

 

 

 



 



،

    

 

 

 

  

  

  



 ،

 

 

 



  

       

   

 

 

  

  

)

   



 

 ،





 

 

 

   

 

 Janganlah ada salah seorang dari kalian yang mengharap

kematian karena musibah yang menimpanya. Jika memang tidak tahan dengan musibahnya itu, hendaknya berdoa “Ya  Allāh,  hidupkanlah aku seandainya hidup itu baik bagiku. Dan wafatkanlah aku seandainya wafat itu lebih baik bagiku”   (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Ibadah Bagi Orang Sakit

Pada prinsipnya, kewajiban ibadah yang ditujukan kepada setiap orang mukallaf mesti ditunaikan sesuai dengan cara yang sudah diatur (azimah), terpenuhi syarat dan rukunnya, namun jika tidak dapat ditunaikan secara azimah, dapat dilakukan sesuai dengan kemampuannya secara rukhshah yang cara-caranya sudah diatur pula dalam syariah.

(13)

Wudhu dicari sudah ada

 A. Salat bagi Orang Sakit

Syarat salat adalah semua perbuatan yang mesti dipenuhi di luar perbuatan pelaksanaan salat. Syarat sahnya salat:

1. Suci pakaian, badan, dan tempat dari najis. 2. Suci dari hadas, hadas besar dan hadas kecil.

Setiap orang yang akan salat harus berwudhu untuk menghingkan hadas kecil, dan mandi untuk menghilangkan hadas besar karena keluar sperma, haid, nifas, melahirkan, dan berhubungan badan. Jika tidak ditemukan air atau tidak boleh terkenan air, dilakukan tayammum.

3. Menutup aurat.

Batasan aurat bagi lai-laki adalah pusar sampai lutut, dan bagi perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan. Menutup aurat wajib hukumnya sesuai dengan kemampuannya, jika tidak sanggup maka dilakukan sesuai dengan kemampuannya.

4. Menghadap Kiblat.

Batasan menentukan arah kiblat, bagi orang yang jauh dari

ka’bah, cukup dengan menghadapkan muka ke arah kiblat. Arah

kiblat diketahui mengikuti batasan umum suatu wilayah atau menggunakan alat bantu kompas. Jika hal tersebut tidak dapat

dilakukan, dilakukan dengan ijtihad dengan berupaya

menentukan mata angin, bertanya, dan sebagainya. Boleh tidak menghadap kiblat, dalam kondisi tertentu:

1. Berada dalam keadaan dan kondisi yang tidak normal, seperti ketakutan, peperangan, keterpaksaan, dan sakit.

2. Melaksanakan sunnah dalam perjalanan. 5. Masuk Waktu salat.

Cara menentuannya, banyak caranya, seperti dapat mengikuti  jadwal salat di kalender, mendengarkan kumandang azan, melalui

radio atau televisi.

Bersabar dan Bersyukur

Dalam menghadapi penyakit, dianjurkan tetap rela, ridha terhadap qadha dan qadar Allah, sabar, dan tetap berprasangka baik kepada-Nya. Penjenguk, keluarga, atau yang merawatnya, hendaknya

(14)

pula tetap bersabar dan bersyukur. Secara bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Lawan katanya, keluh kesah, atau putus asa. Maksudnya secara etimologis, tegar dan tidak berkeluh-kesah, menunggu, menahan diri dan mengekangnya. Makna sabar secara terminologis adalah mencegah dan menahan diri dari berkeluh kesah, tidak mengamuk, seperti menampar pipi, merobek baju atau saku  baju, dan semisalnya. Sabar merupakan kekuatan jiwa yang dengannya  jiwa menjadi baik dan lurus tingkah lakunya.

Sabar tidak dapat dipisahkan dengan syukur dalam kehidupan orang mukmin, dua-duanya selalu disikapi dengan baik.Sebagaimana disebutkan dalam hadis, dalam kondisi apa pun selalu baik, selalu sabar dan syukur. Jika ditimpa kemalangan ia bersabar dan itu baik  baginya, dan jika mendapatkan kesenangan dia bersyukur dan itu baik  baginya, sebagaimana disebutkan dalam Hadis Nabi:

:

 

)

 Sungguh menakjubkan urusan kaum mukmin, sesungguhnya

semua urusannya adalah baik, dan itu tidak akan terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika ia dianugerahi nikmat ia bersyukur dan itu baik baginya, dan jika ia tertimpa musibah ia bersabar

maka itu baik baginya

” (HR.

 Muslim ).

Sabar terealisir dengan tiga tindakan, yaitu:

1. Menahan diri dari membenci apa yang ditakdirkan oleh Allah SWT.

2. Menjaga ucapan dari mengeluhkan ketentuan Allah SWT.

3. Menjaga anggota badan untuk tidak bermaksiat saat datangnya musibah, seperti menampar pipi, menyobek baju, mencabuti rambut atau semacamnya, Rasulullah saw bersabda:

          

    

    

      

 

   

  

 

 

  

 

       

  

        

         

 

  

 

      

                

 

     

  (   

 

 

 

 

 

 

 



 



  

             

(15)

 Bukan dari kalangan kami, mereka yang menampar pipi,

mengoyakkan baju dan menyeru dengan seruan Jahiliah

  (HR.

al-Bukh

ā

ri dan muslim).

Kiat-kiat Islami agar dapat selalu bersabar, antara lain, dengan mengetahui hakikat kehidupan dunia, kesulitan, kesusahan yang ada, sebab manusia memang diciptakan berada dalam susah payah. Beriman bahwa dunia seluruhnya adalah milik Allah, Dia memberi dan menahannya dari orang yang disukai-Nya. Mengetahui besarnya pahala atas kesabaran tersebut

Syukur sering disamakan dengan kata al-hamdu  (pujian). Bedanya, kata syukur lebih ditujukan pada pengucapan verbal, rasa terima kasih terhadap nikmat Allah, sedangkan kata al-hamdu merupakan ungkapan rasa terimakasih dalam bentuk umum. Secara aplikatif syukur berarti menggunakan semua yang dianugerahkan  Allah swt sesuai dengan tujuan penciptaan anugerah itu.Jika sakit,disikapi dengan sabar dan syukur, di balik sakit ada rahmat, sebagaimana banyak disebutkan dalam hadis Nabi, misalnya:

1. Sakit sebagai penebus dosa dan kesalahan,

2. Sakit sebagai balasan keburukan dari apa yang telah dilakukan, sehingga dosanya dihapus dari catatan amalnya.

3. Sakit akan mengangkat derajat dan menambah kebaikan.

4. Tetapnya amal ibadah orang yang sakit bagi org yang istiqamah, diganjar penuh sungguhpun selama sakit tak mampu melakukannya.

5. Penyakit merupakan sebab untuk mencapai kedudukan yang tinggi.

6. Sakit merupakan bukti bahwa Allah menghendaki kebaikan terhadap hamba-Nya.

7. Sakit merupakan penyebab masuk surga dan selamat dari neraka.

8. Dan sebagainya.

Bertawakkal

Pasien dianjurkan terus bertawakkal dan berkeyakinan bahwa hakikat kesembuhan datangnya dari Allah, dengan tidak menafikan

(16)

 berarti menyerahkan, mempercayakan, atau mewakili urusan kepada orang lain. Menurut istilah, tawakkal adalah menyerahkan segala urusan, berikhtiar dan berusaha, serta berserah diri sepenuhnya kepada-Nya guna mendapatkan manfaat atau menolak mudarat. Dalam definisi lain disebutkan, tawakkal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah dengan penuh kepercayaan kepada-Nya disertai melakukan sebab yang diizinkan syariat. Meskipun tempat tawakkal dalam hati dan pekerjaan batin, namunaktivitaslahiriah yang  berbentuk usaha dan ikhtiar tidak menafikannya.Manakala seseorang  yakin bahwa takdir itu datangnya dari Allah SWT., jika usahanya tidak tercapai maka dia melihat itulah ketentuan takdir yang berlaku kepadanya dan pasti ada kebaikan di balik itu, dan jika berhasil, itu  juga takdir, yang berbentuk rahmat dan pertolongan dari Allah SWT.

Berdasarkan definisi dan batasan di atas, maka syarat tawakkal adalah adanya kesungguhan hati bersandar kepada Allah dan melakukan sebab (hukum kausalitas) yang diizinkan syariat.Secara normatif, sekurangnya ada empat hal yang mesti dilakukan oleh orang  yang bertawakkal:

(1) Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberi manfaat kepadanya.

(2) Berusaha memelihara manfaat sesuatu yang dimilikinya.

(3) Berusaha menolak dan menghindarkan diri dari hal-hal yang akan menimbulkan mudarat (bahaya).

(4) Berusaha menghilangkan mudarat yang menimpa dirinya.

Terhadap pasien terminal, jika penyakit yang dideritanya akibat tertulari bukan karena kesalahannya, hendaknya bersabar dan  bertawakkal kepada Allah dan menerimanya sebagai cobaan, musibah,

dan ujian atas kualitas keimanannya. Sikap demikian dianjurkan dalam Alquran:

:

-yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka

 

٥٦

(17)

dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang

mendapat petunjuk

 (Q.s. al-Baqarah (2):156-157).

Tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, apalagi ingin melakukan euthanasia, hukumnya haram. Di samping itu, dalam keadaan apa pun dan dengan tujuan apa pun, tindakan euthanasia tidak dapat dibenarkan dalam syariat Islam.

5. Segera Bertobat dan Bersungguh-sungguh Beramal Salih Juga disarankan agar pasien segera bertobat dan beramal saleh.

Kata tobat berasal

dari akar kata “t

-w-

 b” dalam bahasa Arab

menunjukkan pengertian: Pulang dan kembali. Tobat kepada Allah Swt berarti pulang dan kembali ke haribaan-Nya serta tetap di pintu-Nya. Definisi lain, tobat adalah pengakuan atas dosa, penyesalan,  berhenti, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi di masa yang akan datang. Kembali (kepada Allah) tidak berbuat dosa, kembali mendekatkan diri kepada Allah setelah menjauh dari-Nya). Menyesal terhadap apa yang telah terjadi, meninggalkan perbuatan tersebut saat itu juga, dan bertekad kuat untuk tidak mengulanginya di masa yang akan datang, dan melakukan kebaikan-kebaikan.Tujuan bertobat, adalah memohon diampunidosa-dosanya.

Bagi pasien, dianjurkan agar segera bertobat nasūhā (tobat yang sungguh-sungguh), dengan cara menyucikan diri dari kekhilafan, kesalahan, dan dosa yang pernah dilakukannya, sebagaimana

dianjurkan dalam sejumlah ayat Alquran (Q.s. an-

Nūr (24):31

,

at-Tah

rīm (66):8

, al-Baqarah (2): 222) dan lain-lain. Tobat nasuha  berarti sungguh-sungguh menyesal dalam hati, meminta ampunan dengan lisan, meninggalkannyadengan perilaku dan berniat untuk tidak mengulanginya.

Realisasi bentuk tobat mesti dibuktikan dengan

kebaikan-kebaikan, di antaranya:

a. Mengingat-ingat kesalahan dan dosa masa lalu.

 b. Menyesal atas kesalahan dan dosa yang pernah dilakukannya.

c. Berjanji dalam hati untuk tidak akan mengulangi lagi kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan.

d. Minta maaf kepada orang yang pernah dizaliminya dan mohon ampun kepada Allah.

(18)

Banyak ayat Alquran dengan berbagai redaksi yang menyatakan akan diterimanya tobat orang-orang yang bertobat, meskipun kemaksiatan mereka telah demikian besar, jika tobat mereka tulus.

Dilihat dari segi obyek kesalahan, tobat terbagi atas dua obyek: Dengan Allah dan dengan sesama manusia, dan keduanya sekaligus. Jika mempunyai kesalahan yang menyangkut hak orang lain, bentuk tobatnya, segera meminta kehalalan atas kesalahan yang pernah dilakukannya, dan segera menunaikan hak-hak serta kewajiban kepada yang berhak, menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya jika masih hidup, atau kepadapewarisnya jika telah mati. Ghibah  dan celaan, dengan meminta maaf dan diganti dengan memuji serta menampilkan kebaikan mereka dan orang-orang semacamnya.

Dosa atas kezaliman kepada manusia, di dalamnya terdapat kemaksiatan dan pelanggaran terhadap hak Allah SWT., karena Allah  juga melarang melakukan kezaliman kepada manusia. Dosa yang  berkaitan dengan hak Allah dapat dihapuskan dengan penyesalan, merasakan kerugian, serta tidak akan melakukan perbuatan semacam itu lagi nantinya. Kemudian mengerjakan kebaikan yang menjadi lawan dari keburukan tersebut.

6. Berdoa dan Taqarrub Ilallah

Pasien disarankan agar banyak berdoa, memohon rahmat dan karunia dan segala sesuatu yang diridlai Allah, tercapai harapan yang diinginkannya, serta mendapatkan perlindungan dari segala bala

 bencana. Anjuran agar berdoa, antara lain, terdapat dalam

Q.s. Ghāfir

(40):60, al-Baqarah (2):186). Berdoa bagi dirinya sendiri dan bagi kaum muslimin, sehingga dimasukkan dalam kelompok mereka, sehingga Allah Swt. menyayangi dan mengampuninya dengan berkah mereka dan masuk dalam kelompok mereka.

Sebaiknya, berdoa dengan redaksi yang disebutkan dalam  Alquran dan sunnah,karena redaksinya yang terbaik, paling besar nilainya, paling luas maknanya, serta paling merasuk dalam hati. Berdoa dengan Alqurandan hadis akan mendapatkan dua balasan sekaligus, balasan doa serta balasan mengikuti Alqurandan sunnah.

Berdoa dengan rasa takut (khauf ) serta harapan (raja

’)

, takut akan

(19)

Diriwayatkan dari Anas Ra., Nabi Saw. Pernah mendatangi seorang pemuda yang dalam keadaan sakaratul maut; kemudian

Beliau bertanya: “Bagaimana engkau menjumpai dirimu?” Dia

menjawab: “Ya Rasulullah! Demi Allah, aku hanya berharap kepada

 Allah, dan aku takut akan dosa-

dosaku.” Kemudian Rasulullah

  saw

 bersabda:

)

Tidaklah berkumpul dua hal ini ( yaitu khauf dan raja') di dalam hati seseorang, dalam kondisi seperti ini, kecuali pasti Allah akan berikan dari harapannya dan Allah berikan rasa aman dari ketakutannya”  (HR. at-Tirmidzi).

Selain berdoa, juga disarankan banyak mendekatkan diri kepada  Allah (Taqarrub Ilallāh ), antara lain, dengan cara memperbanyak zikr  Allāh  (ingat dan menyebut Asma Allah), seperti membaca istighfār, tasbī h, tahmīd , membaca Alquran dan sebagainya, sebagaimana

dianjurkan dalam banyak ayat Alquran (Q.s. al-Ah

zāb (33):41

-4,

al-Baqarah (2):152, al-

Ra’d (13):28).

Untuk kesempurnaan doa, ada sejumlah adab yang sebaiknya dilakukan, antara lain:

1. Memilih waktu dan keadaan yang utama, tengah malam, saat

sujud, ketika azan, antara azan dan iqamat, hari Jum’at, doa

seseorang untuk orang lain tanpa sepengetahuannya. 2. Berdoa menghadap kiblat dan mengangkat doa tangan.

3. Berdoa dengan suara pelan, tidak keras dan tidak terlalu pelan.

4. Tidak melampaui batas dalam berdoa. 5.

Rendah diri dan khusyu’.

6. Sadar ketika berdoa, yakin akan dikabulkan dan benar-benar dalam pengharapan.

7. Berdoa dengan ekspresif, menganggap besar apa yang didoakan dan diulang tiga kali.

8. Dimulai dengan zikir kepada Allah dan memujinya dan agar mengakhirinya dengan shalawat Nabi.

  

      

     

  

   

 

 

 

 

 

  

  

   



 

 

(20)

1. Memperbanyak Zikir dan Istighfar 

Juga disarankan agar pasien memperbanyak zikir, antara lain, membaca istighfar  (minta ampun), tasbih, dan lain-lain.  Istighfar adalah meminta ampunan, ataumemohon dihapus dosanya dan menghilangkan bekasnya, serta menjaga dari keburukannya.

Cara dan bentuk zikir melipti tiga cara: Lisan, kalbu (hati, akal), dan dengan perbuatan. Zikir lisan dengan cara memperbanyak melafalkan kalimat-kalimat thayyibah  seperti:  Istighfar, tasbih, tahmid, takbir, tahlil , dll.Zikir dengan kalbu (hati, akal) dengan cara

senantiasa memperbanyak tafakkur  (berpikir), murâqabah

(merenung), dan muhâsabah  (introspeksi diri). Zikir dengan perbuatan dengan cara menyelaraskan ucapan dan tindakan pada hukum-hukum Allah dan melakukan amal yang baik (hasan al-amal ).

 Istighfar  yang diperintahkan Allah, disertai syarat-syarat dan etika, antara lain:

1. Niat yang benar dan ikhlas semata ditujukan kepada Allah SWT., karena Allah SWT tidak menerima amal perbuatan manusia kecuali  jika amal itu dilakukan dengan ikhlas semata untuk-Nya.

2. Hati dan lidah secara serempak ber-istighfar.

3. Berada dalam keadaan suci, sehingga ia berada dalam kondisi yang paling sempurna, lahir dan batin.

4. Ber-istighfar dalam kondisi takut dan mengharap.

5. Memilih waktu yang utama, seperti saat menjelang Subuh (di waktu Sahur), atau sepertiga terakhir waktu malam.

8. Tetap  Husnuzh Zhan  dan Berusaha Menjadi  Husnul

 Khātimah

Pasien juga disarankan untuk tetap berprasangka baik (husnuzh Zhan) kepada Allah SWT.dalam arti, pengharapannya

kepada rahmat Allah melebihi perasaan takutnya kepada

azab.Diupayakan kepada setiap pasien, bila ajal akan tiba tetap dalam keadaan iman dan Islam, penghujung kehidupan yang baik ( Husnul  Khātimah), sebagaimana ditekankan dalam firman Allah:

(21)

:

:

 Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (Q.s. Ali

‘Imrān (3):102)

.

Hendaknya segera berwasiat sebelum datang tanda-tanda kematian.Rasulullah Saw. bersabda:

)

Tidak sepatutnya bagi seorang muslim yang masih memiliki sesuatu yang akan diwasiatkan untuk tidur dua malam kecuali

wasiatnya sudah tertulis di dekatnya”  (HR. al-Bukh

ā

ri).

Hukum berwasiat dalam Islam terbagi atas dua kategori, wajib dan sunnah. Wasiat wajib menyangkut hubungan kepada Allah seperti penunaian zakat atau kaffarat, dan yang hubungannya dengan orang lain seperti pembayaran hutang, atau simpan pinjam. Wasiat sunnah menyangkut harta dan pesan-pesan yang bersifat ketakwaan. Apabila hendak berwasiat menyangkut harta, maka tidak boleh melebihi sepertiga hartanya, dan tidak boleh diwasiatkan kepada ahli waris. Tidak boleh merugikan orang lain dengan wasiatnya, dengan tujuan untuk menghalangi bagian dari salah seorang ahli waris, atau melebihkan bagian seorang ahli waris dari yang lain.

1. Tuntunan Merawat Orang Sakit

 

٠٤



٨٠١

   

 

       

 

 

  

   

 

 

 

 

 

 

     

 

 



(22)

Merawat orang sakit merupakan kewajiban setiap Muslim, dan khusus bagi dokter muslim merupakan tugas profesi dan dapat pula  bernilai sebagai tugas agama sekaligus. Dengan demikian, merawat

orang sakit, sebagaimana diatur dalam syariat Islam, termasuk bagian dari kedokteran Islami. Hal ini juga tampak pada penggabungan masalah ini dalam sebagian buku Hadis di satu bab yang berhubungan dengan kedokteran, sakit, dan jenazah.

Dalam konteks berhubungan sesama muslim, sesuai dengan Sunnah, orang sakit memiliki hak dan kewajiban, di antaranya dikunjungi dan mengunjungi, antara lain, terdapat dalam Hadis:

 

  

      



 





    

 



    

 

 

(

)

“H ak muslim atas muslim lainnya ada lima: menjawab salam, mengunjungi yang sakit, mengantar jenazah, menghadiri

undangan, dan mendoakan yang bersin" (HR. al-

Bukhāri, Muslim,

Ibn H

ibbān,

al-

Nasāi, Ibn Mājah, dan A 

h

mad dari Abī Hurairah).

Perintah menjenguk orang sakit di sini bersifat umum, berarti menjenguk setiap orang yang sakit, tidak dibedakan oleh status sosial, usia, jenis kelamin, hubungan darah, agama, maupun kualitas keimanan orang yang sakit, bahkan menurut sebagian ulama, dikenal atau tidak dikenalnya.

Dalam kondisi tertentu agar orang yang sakit tidak banyak ditanya. Namun, diperbolehkan menanyakan apa yang sangat diinginkan, sebagaimana biasa dilakukan Nabi saat menjenguk orang sakit, Nabi

akan memberikannya sekiranya tidak membahayakan. Jika

menginginkan jenis makanan tertentu agar diupayakan. Agar mendoakannya dengan ikhlas, membangkitkan rasa optimisme, menganjurkan agar bersabar dan melarang berputus asa. Jika Nabi menjenguk orang sakit atau ada orang sakit yang dibawa menghadap, segera mendoakannya. Di antara doa yang sering dibaca Nabi:

 

  

 

      



  



    

 

 



  

 



 





 



 





  

   



 

 

(23)

 

 

   

  

 

 

  

)

Ya Allah) hilangkan penyakit (nya) ya Tuhan manusia, sembuhkan, Engkau adalah Maha Penyembuh, tidak ada  penyembuhan kecuali penyembuahan-Mu, kesembuhan yang

tidak meninggalkan sakit " (HR. al-

Bukhāri dan Ibn

H

ibbān dari

'Āisyah).

Penjenguk orang sakit, jika dimungkinkan sunnah duduk di samping kepala yang sakit dan menanyakan keadaannya, sebagaimana  biasa dilakukan Nabi saat menjenguk orang sakit. Menjenguk,

menanyakan keadaan, dan mendoakannya menjadi hiburan tersendiri  bagi orang yang sakit. Dengan demikian, menjenguk orang sakit

termasuk bagian dari pengobatan. Banyak Hadis menganjurkannya, dan Nabi selalu menjenguk para sahabatnya yang sakit. Bahkan, Nabi pernah menjenguk seorang budak Yahudi dan mendakwahinya yang akhirnya masuk Islam.

Hendaknya pada saat menjenguk tidak duduk terlalu lama kecuali sangat diperlukan, karena akan menyebabkan yang sakit jenuh, merasa repot, dapat mengurangi masa istirahat, dan kurang bebas untuk berbuat sesuatu. Untuk menguatkan jiwanya, ada baiknya menyebutkan kisah-kisah orang saleh dalam menghadapi cobaan sakit. Sebaliknya, tidak baik bercerita atau menyebut kisah (keburukan) orang sakit atau yang telah meninggal di hadapan orang sakit yang sedang dijenguknya, karena akan mengecilkan harapannya untuk sembuh.

Dengan tetap memperhatikan kondisinya, bagi orang yang menjenguk orang sakit juga dianjurkan menuntunnya mengerjakan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim, termasuk untuk segera bertobat sebagimana dianjurkan dalam ayat Alquran (Q.s.

an-Nūr (

24): 31). Jika belum berwasiat, agar segera berwasiat (Q.s. al-Baqarah (2): 180), jika diperlukan hendaknya ditulis. Di samping itu, menggirangkannya supaya bersabar, karena bersabar saat menderita sakit menghapuskan dosa, sebagaimana gugurnya dedaunan dari pohon.

 



 

  



 

(

  





  

  





   

    







(24)

Jika diindikasikan ajal sudah dekat, atau sedang menghadapi sakaratul maut , seyogyanya orang yang menjenguk atau keluarganya menuntunnya mengucapkan kalimat thayyibah. Sesuai dengan Hadis:

  

 



 

“Talkinkan orang mati dengan Lā ilāha illallāh"(HR. Muslim, Ibn H

ibbān, al

-

Turmudzi, Abū Dāwūd, Ibn Mājah, A 

hmad, dan

al-Haitsami dari Abī Sa'īd al

-Khudri).

Berdasarkan zhāhir Hadis di atas, yang diperintahkan hanya kalimat:

" saja, karena pada hakikatnya pengakuan terhadap kalimat

tahlīl 

tidak terlalu banyak kalimat yang diajarkan karena memungkinkan akan merasa jenuh. Sebagian ulama berpendapat agar men-talqīn-nya dengan dua kalimat syahadat. Ada pula yang membolehkan mengucapkan zikir yang lain, seperti bacaan tasbih:

Jika telah mengucapkannya sekali, maka sudah cukup dan tidak perlu diulang, kecuali jika sesudah itu masih mengucapkan kata-kata lain, maka perlu mengulanginya dengan lemah lembut dan persuasif. Pengulangan itu dimaksudkan agar perkataan terakhir yang diucapkan adalah:

sehingga termasuk dalam kelompok orang yang disebutkan dalam Hadis di atas. Ulama berbeda pendapat tentang hukumnya. Perbedaan itu berpangkal pada memahami perintah (al-amr) dalam Hadis di atas, antara sunnah atau wajib. Anjuran mengucapkan kalimat tauhid  di atas dipersyaratkan pada saat orang yang sakit masih dapat diajak  berbicara. Sedangkan pada orang yang tidak lagi mampu, tidak

disunnahkan, karena dikhawatirkan akan terucap kalimat yang tidak  benar akibat terputus, atau akan keseleo lidah pada saat

melafalkannya.

Pihak yang diprioritaskan untuk menuntunnya adalah familinya

 

 



   

 





  

  



     

(



)



 





  ini berarti pengakuan terhadap yang lain. Hikmah lain, agar

،        ،    ،   

 

  

 

 

(25)

anjuran dibacaka

n surat Yāsīn

. Menurut sebagian ulama, maksudnya sesudah meninggal. Perbedaan pandangan ini berpangkal pada pemahaman Hadis:

 

 

  

)

 Al-H

ākim mengshahihkan Hadis ini. Ibn

H

ibbān menegaskan,

menurut Ab

ū

H

ātim, kata

mautākum  di atas dipahami sebelum mati,

dibacakan kepada orang yang berada di ambang kematian, bukan kepada orang yang telah meninggal. Namun, sebagian ulama menyataka, Hadis initidak bisa dijadikan sebagai hujjah, karena peringkatnya tidak shahī h, bahkan tidak mencapai hasan.

Bagi yang menungguinya agar mendoakannya dan menghindari  berkata-kata yang tidak baik. Ummu Salamah menuturkan, Nabi

pernah menganjurkan agar orang yang mengunjungi orang sakit atau  jenazah berkata-kata yang baik karena di-amin-kan oleh para

Malaikat.

Posisi si sakit dihadapkan ke kiblat. Badan diterlentangkan, kedua telapak kakinya diarahkan ke arah kiblat, kepalanya diangkat sedikit agar wajahnya menghadap ke kiblat, atau dengan cara ditidurkan miring menghadap kiblat, seperti posisi mayat di liang lahat, atau posisi tidur Nabi. Cara pertama, menurut pendapat yang

dipilih oleh ulama Mazhab Syāfi'i dan satu pendapat dalam Mazhab

Hanbali, posisi badan orang sakit diterlentangkan, kedua kakinya diarahkan ke kiblat, kepala diangkat sedikit agar wajahnya menghadap

ke kiblat.Cara kedua adalah pendapat Mazhab H

anafi, Māliki, sebagian

ulama Mazhab Syāfi'i, dan pendapat yang

mu'tamad   di kalangan Mazhab Hanbali. Sebagian ulama membolehkan memilih kedua cara tersebut, posisi mana saja yang lebih mungkin dan lebih mudah

dikerjakan. Namun, menurut al-

 Albāni yang mengutip pendapat Sa'ī

d

Ibn al-Musayyab bahwa menghadapkan ke kiblat hukumnya makruh. 2.Tuntunan Merawat Orang Sakit

Merawat orang sakit merupakan kewajiban setiap Muslim, dan khusus bagi dokter muslim merupakan tugas profesi dan dapat pula  bernilai sebagai tugas agama sekaligus. Dengan demikian, merawat

orang sakit, sebagaimana diatur dalam syariat Islam, termasuk bagian

  



 

  

 



  

 

(



  

      



(26)

dari kedokteran Islami. Hal ini juga tampak pada penggabungan masalah ini dalam sebagian buku Hadis di satu bab yang berhubungan dengan kedokteran, sakit, dan jenazah. Uraian ini sangat penting, karena terkait dengan keharusan menghormati jenazah dan memperlakukannya, baik dalam kaitan dengan pendidikan kedokteran maupun karena kehati-hatian menghindari penularan penyakit.

Dalam konteks berhubungan sesama muslim, sesuai dengan Sunnah, orang sakit memiliki hak dan kewajiban, di antaranya dikunjungi dan mengunjungi, antara lain terdapat dalam Hadis:

 

  

      



 





    

 

         

(

 

 



 



      



  



    



 



 

 



 

 



 











   )

“Hak muslim atas muslim lainnya ada lima:  Menjawab salam, mengunjungi yang sakit, mengantar jenazah, menghadiri

undangan, dan mendoakan yang bersin" (HR. al-

Bukhāri, Muslim,

Ibn H

ibbān,

 an-

Nasāi, Ibn Mājah, dan A 

h

mad dari Abī Hurairah).

Perintah menjenguk orang sakit di sini bersifat umum, berarti menjenguk setiap orang yang sakit, tidak dibedakan oleh status sosial, usia, jenis kelamin, hubungan darah, agama, maupun kualitas keimanan orang yang sakit, bahkan menurut sebagian ulama, dikenal atau tidak dikenalnya.

Hukum Mengujungi Orang Sakit

Berdasarkan perintah mengunjungi orang sakit dalam hadis-hadis Nabi, Ulama berbeda pendapat tentang hukumnya. Pendapat mereka berkisar pada hukum wajib, fardhu kifayah, sunnah, dan dalam kondisi tertentu hanya mubah. Mayoritas Ulama menyatakan, hukum asalnya adalah sunnah, tetapi bisa menjadi wajib bagi orang tertentu. Ath-Thabari (Ulama Tafsir) menyatakan bahwa menjenguk orang sakit merupakan kewajiban bagi orang yang diharapkan

 berkahnya.Imam an-Nawawi menyatakan, berdasarkan pada

kesepakatan ulama, tidak termasuk wajib ’ain.

 Al-

Bukhāri termasuk

 yang berpendapat wajib, ditegaskannya di bab Wujūb 'Iyādat al - Marīdl  (Bab Wajib Mengunjungi Orang sakit) dalam kitab shahihnya.

   



(27)

Ibn Baththāl dan Yūsuf al

-

Qaradlāwi menyatakan hukumnya fardu

kifayah, dasarnya adalah makna zahir Hadis. Dengan demikian, wajib  bagi masyarakat muslim ada yang mewakilinya, menjenguk dan

mendoakannya agar segera sembuh dan sehat kembali. Hukumnya  bagi masyarakat secara umum adalah sunnah muakkadah, namun dalam kondisi tertentu dapat menjadi wajib, khususnya bagi seseorang  yang mempunyai hubungan khusus dan erat dengan pasien, misalnya, kerabat, famili, tetangga, kawan, dan sebagainya, sekiranya tidak menjenguknya, pasien akan merasa kehilangan kepada yang  bersangkutan.

Tentang berapa kali batas minimal, dan berapa lama batas atau tenggang waktu untuk mengunjunginya terdapat perbedaan pendapat ulama. Perbedaan tersebut karena adanya Sunnah yang berbeda, kadang Nabi menjenguk Sahabat yang sakit setiap dua hari, kadang seminggu sekali. Menurut sebagian ulama, hukum menjenguk orang sakit tergantung pada kebiasaan yang berlaku, kondisi penjenguk dan si sakit, dan seberapa jauh hubungan yang bersangkutan dengan pasien. Orang yang telah lama sakit, bisa dijenguk kapan saja, tidak dibatasi pada waktu tertentu. Sebagian ulama menyatakan, hendaknya penjengukan dilakukan secara berkala, tidak setiap hari, kecuali bagi  yang sudah akrab. Sebagian ulama menyatakan seminggu sekali.

Tentang berapa kali batas minimal orang diwajibkan atau disunnahkannya, dan berapa lama batas atau tenggang waktu untuk mengunjunginya, tidak ada batasan pasti secara mutlak. Merujuk pada hadis Nabi, kadang-kadang beliau menjenguk sahabatnya yang sakit setiap dua hari sekali, dan kadang-kadang seminggu sekali. Sebagian ulama menyatakan bahwa menjenguk orang sakit diserahkan kepada kebiasaan yang berlaku, kondisi penjenguk, kondisi pasien, dan seberapa dekat hubungan yang bersangkutan dengan pasien. Orang  yang telah lama sakit, bisa dijenguk kapan saja, tidak dibatasi pada  waktu tertentu. Sebagian ulama menyatakan, hendaknya penjengukan dilakukan secara berkala, tidak setiap hari, kecuali bagi yang sudah akrab. Sebagian ulama menyatakan seminggu sekali. Adapun bagi masyarakat umum, hukumnya sunnah muakkadah, namun dalam kondisi tertentu dapat menjadi wajib, khususnya bagi yang mempunyai hubungan khusus dan erat dengan si sakit, seperti kerabat, famili, tetangga, kawan, dan seterusnya yang jika tidak dijenguk, orang  yang sakit akan merasa kehilangan.

(28)

2. Adab Mengunjungi Orang Sakit

Di antara adab bagi orang yang mengunjungi orang sakit, termasuk pasien yang sudah menunjukkan indikasi mendekati kematian, selain batasan di atas:

1. Tidak berkunjung pada waktu yang tidak tepat, seperti pada saat pasien harus minum obat, atau saat mengganti pembalut luka dan yang sejenisnya, waktu istirahat, atau waktu tidur.

2. Tidak mengunjunginya terlalu lama, kecuali bagi orang yang mempunyai hubungan khusus. Di samping itu, hendaknya pada saat menjenguk tidak duduk terlalu lama kecuali jika sangat diperlukan, karena akan menyebabkan pasien jenuh, merasa repot, dapat mengurangi masa istirahat, dan kurang bebas untuk  berbuat sesuatu.

3. Tidak banyak bertanya.

4. Duduk di samping kepala pasien dan menanyakan keadaannya sebagaimana biasanya Nabi saat menjenguk orang sakit.

5. Boleh menanyakan apa yang diinginkan pasien, sebagaimana  biasa dilakukan Nabi saat menjenguk orang sakit, jika memungkinkan Nabi memberikannya sekiranya tidak akan membahayakannya.

3. Mendoakan Pasien

Penjenguk orang sakit disunnahkan berkata-kata dengan baik dan mendoakannya, disebutkan dalam hadis Rasulullah Saw. :

 

  

   

   

 

  

  

       

    

      

    

)

 Apabila kalian mendatangi orang sakit atau orang mati, maka  janganlah berkata kecuali yang baik, karena sesungguhnya malaikat mengamini yang kalian ucapkan” (HR. Muslim, al-Baihaqi, dan lainnya).

Secara khusus Nabi menganjurkan agar mendokan orang yang sedangsakit. Rasulullah saw. jika menjenguk orang sakit atau ada orang sakit yang dibawa menghadap, beliau membaca doa:

(

Referensi

Dokumen terkait

Dari 6 provinsi di Jawa, ITK Jawa Timur di Triwulan II – 2016 menempati posisi keempat atau mempunyai tingkat optimisme konsumen cukup baik.. Jawa Barat menempati posisi

permasalahan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana persepsi masyarakat Kota Gorontalo terhadap budaya Huyula kaitannya dengan upaya pembangunan karakter bangsa?;

Untuk menunjang proses monitoring, pengendalian dan evaluasi yang cepat, tepat dan efisien dalam penanganan bencana dan keadaan darurat, maka diperlukan suatu

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf P<0,05 Analisis pada Tabel 10 menunjukkan bahwa penambahan larutan kapur

SHOLIHIN WAHYU

Böylece senden O’na gidenle değil, O’ndan sana gelenle seni kendine

(1) Dalam hal sebelum atau pada saat dimohonkan pendaftaran sebagai Indikasi Geografis, suatu tanda dipakai dengan iktikad baik oleh pihak lain yang tidak berhak

[r]