• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transudat & Eksudat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Transudat & Eksudat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam keadaan normal, pembentukan lapisan tipis cairan antara pleura parietal dan pleura viseral (disebut cairan pleura) merupakan ultrafiltrasi plasma. Kedua pleura bekerja seperti membran semipermiabel, sehingga kadar molekul kecil (misalnya glukosa) sama dengan plasma, sedangkan kadar molekul besar (seperti albumin) kadarnya sangat rendah bila dibandingkan dengan kadar dalam plasma.

Cairan pleura normal tampak seperti air jernih dan tidak berbau. Cairan normal ini mengandung sekitar 1000 sel per mililiter, sebagian besar sel mesotelial kemudian sel-sel lainnya adalah monosit dan limfosit. Abnormalitas cairan pleura, dengan dukungan pemeriksaan lain, biasanya berhasil untuk menentukan atau konfirmasi penyebab efusi pleura.

Rongga serosa dalam tubuh mengandung sejumlah kecil cairan yang mengalir diantara ruang intravaskuler dan ruangan ekstra seluler. Cairan ini dipelihara dalam keadaan seimbang oleh tekanan osmose dalam kapile membrane serosa tersebut. Cairan tersebut berfungsi sebagai pelumas agar membrane-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa gesekan. Jumlah cairan tersebut dalam keadaan normal tidak dapat diukur, karena sangat sedikit. Jumlah cairan tersebut pada keadaan tertentu dapat bertambah jumlahnya, dan dapat berupa transudat atau eksudat. Faktor - faktor yang menaikkan kumpulan cairan ini dalam jumlah yang berlebihan :

 Turunnya tekanan osmotic koloid dalam darah  Naiknya tekanan hidrostatik intrakapiler

(2)

2 I.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari transudat dan eksudat ?

2. Bagaimanakah Patogenesis Dari Transudat dan Eksudat 3. Bagaimanakah Cara Memperoleh Bahan ?

4. Bagaimana Pemeriksaan Transudat Dan Eksudat ? 5. Terapi

I.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari dibuatnya makalah tentang transudat dan eksudat ini yaitu agar para pembaca mendapat pengetahuan mengenai transudat dan eksudat serta cara pemeriksaan transudat dan eksudat itu sendiri.

(3)

3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Transudat dan Eksudat

Cairan pleura adalah cairan dalam rongga pleura dalam paru – paru. Fungsiya sebagai pelumas. Normalnya cairan pleura sangat sedikit jumlahnya hampir tidak bisa diukur volumenya. Karena kondisi patologis, caiaran jumlahnya meningkat sehingga dapat dianalisa dan akan berupa transudat atau eksudat.

Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang(tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb), sedangkan eksudat adalah cairan patologis yang berasal dari proses radang.

Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang juga dapat mengisi jaringan sehingga terjadi gelembung, hal ini misalnya terjadi pada kebakaran. Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi daripada plasma normal. Begitu pula cairan radang ini dapat membeku karena mengandung fibrinogen. Cairan yang terjadi akibat radang ini disebut eksudat. Jadi sifat-sifat eksudat ialah mengandung lebih banyak protein daripada cairan jaringan normal, berat jenisnya lebih tinggi dan dapat membeku. Cairan jaringan yang terjadi karena hal lain daripada radang, misalnya karena gangguan sirkulasi, mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah dan tidak membeku, cairan ini disebut transudat. Transudat misalnya terjadi pada penderita penyakit jantung. Pada penderita payah jantung , tekanan dalam pembuluh dapat meninggi sehingga cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam jaringan.

Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul

(4)

4 besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.

Apabila membran kapiler rusak oleh peradangan atau neoplastik, Akibatnya protein yang berukuran besar dan konstituen darah lainnya bocor keluar intravaskuler masuk kedalam jaringan dan rongga tubuh. Inflamasi aktif akan meningkatkan kandungan protein. Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular sebagai akibat reaksi radang disebut eksudat. Jenis-jenis eksudat adalah sebagai berikut :

a. Serosa

Merupakan eksudat jernih, mengandung sedikit protein (efusi) akibat radang yang ringan. Eksudat serosa berasal dari serum atau hasil sekresi sel mesotel yang melapisi peritoneum, pleura, perikardium. Contoh lepuh dari kulit yang berasal dari infeksi luka bakar, effusi pleura.

b. Seroanguinosa

Merupakan eksudat yang berwarna kemerahan, yang disebabkan oleh adanya perdarahan (terdapatnya sel darah merah) pada efusi.

c. Fibrinosa

Merupakan eksudat yang mengandung banyak fibrin sehingga mudah membeku. Keadaan ini terjadi pada jejas berat yang menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat dan molekul besar seperti fibrin dapat keluar. Eksudat fibrinosa sering dijumpai di atas permukaan serosa yang meradang seperti pleura dan perikardium, tempat fibrin yang diendapkan mengeras menjadi lapisan di atas membran yang terkena.

d. Purulenta

Merupakan eksudat yang mengandung nanah/pus , yaitu campuran leukosit yang rusak, jaringan nekrotik serta mikroorganisme yang musnah. Organisme tertentu misalnya staphylococcus akan mengakibatkan supurasi terlokalisasi dan disebut kuman piogenik.

(5)

5 Perbedaan Transudat dan Eksudat :

Keterangan: Transudat Eksudat

Tes Rivalta - + Berat jenis < 1,016 > 1,016 Kadar protein < 3 gr / 100 cc > 3 gr / 100 cc Protein plasma < 0,5 > 0,5 LDH < 200 IU > 200 IU LDH plasma < 0,6 > 0,6 Lekosit

Hitung jenis leukosit

< 1000 / mm3 < 50% limfosit

> 1000 / mm3 > 50% limfosit

PH >7,3 < 7,3

Glukosa ≤ plasma < plasma

Amilase = plasma >plasma

Alkali fosfatase >75 u > 75 u

2.2 Patogenesis

Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar UV, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan di hadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakeo bronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.

Bila kuman menetap di jaringan paru, ia bertambah dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil yang disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di

(6)

6 setiap bagian jaringan paru bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura.

Mekanisme terjadinya penumpukan cairan di dalam rongga pleura salah satunya disebabkan oleh : bertambahnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Peradangan pleura akan menyebabkan permeabiliti dinding kapiler meningkat sehingga cairan dan protein yang melewati dinding itu meningkat maka terbentuk efusi pleura. Pada radang akut terjadi vasodilatasi, eksudasi dan perpindahan leukosit ke daerah radang terutama netrofil. Histamin dan kinin yang dikeluarkan proses radang meningkatkan permiebiliti kapiler sehingga akan meningkatkan eksudasi plasma. Pada tuberkulosis efusi pleura timbul karena reaksi hipersensitiviti terhadap tuberkuloprotein, sehingga meningkatkan permeabiliti dinding pembuluh darah pleura.

2.3 Cara Memperoleh Bahan

Bahan (dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hidrocele) didapat dengan mengadakan pungsi. Karena tidak dapat diketahui terlebih dulu apakah cairan itu berupa transudat atau eksudat, haruslah pertama-tama syarat bekerja steril diindahkan dan kedua untuk menyediakan anticoagulant. Sediakanlah pada waktu melakukan pungsi selain penampung biasa juga penampung steril (untuk biakan) dan penampung yang berisi larutan natrium citrat 20% atau heparin steril.

Cairan yang diperoleh ditampung dalam 3 botol penampung :  Botol I : Steril untuk pemeriksaan bakteriologi

 Botol II : Di tambah anticoagulant untuk pemeriksaan rutin  Botol III : Tanpa anticoagulant untuk pemeriksaan kimia.

Yang harus diperhatikan pada waktu pungsi adalah Pengambilan cairan tidak boleh seluruhnya karena :

 Untuk menghindari terjadinya shock

(7)

7 Guna pemeriksaan :

 Untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa  Mengusahakan mencari penyebabnya

Syarat pemeriksaan :

 Harus dilakukan dengan cepat karena mudah terjadi desintegrasi, oleh karena itu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan adalah pemeriksaan cytology.

2.4 Diagnosa Laboratorium

Pemeriksaan untuk transudat dan eksudat terbagi menjadi 4 macam, yaitu : a. pemeriksaan makroskopis b. pemeriksaan mikroskopis c. pemeriksaan kimia d. pemeriksaan bakterioskopi a. Pemeriksaan makroskopis Jumlah

Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan pungsi. Jika semua cairan dikeluarkan jumlah itu memberi petunjuk tentang luasnya kelainan.

Warna

Mungkin sangat berbeda-beda, agak kuning, kuning campur hijau, merah jambu, merah, putih serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning pada transudat, darah yang menjadikannya merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning, chylus putih serupa susu, B. pyocyaneus biru-hijau. Warna transudat biasanya kekuning-kuningan, sedangkan exudat dapat berbeda-beda warnanya dari putih melalui kuning sampai merah darah sesuai dengan causa peradangan dan beratnya radang. Warna exudat oleh proses radang ringan tidak banyak berbeda dari warna transudat.

Kejernihan

Ini pun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat keruh. Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan eksudat

(8)

8 biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat exudat itu dijelaskan lebih lanjut sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosangineus, hemoragik, fibrineus, dll.

Kekeruhan terutama disebabkan oleh adanya dan banyaknya sel, leukosit dapat menyebabkan kekeruhan sangat ringan sampai kekeruhan berat seperti bubur. Eritrosit menyebabkan kekeruhan yang kemerah-merahan.

Bau

Biasanya baik transudat mupun exudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali kalau terjadi pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E. coli mungkin menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau mengarahkan ke exudat.

Berat jenis

Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjadinya bekuan. Penetapan ini penting untuk menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup, penetapan dapat dilakukan dengan urinometer, kalau hanya sedikit sebaiknya memakai refraktometer. Seperti sudah diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut memberi petunjuk apakah cairan mempunyai cirri-ciri transudat atau exudat.

Bekuan

Perhatikan terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping, sanagat halus, dll) bekuan it tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada exudat. Kalau dikira cairan yang dipungsi bersifat exudat, campurlah tetap cair dan dapat dipakai untuk pemeriksaan lain-lain.

b. Pemeriksaan Mikroskopis

Menghitung jumlah sel dalam cairan eksudat atau transudat tidak selalu mendatangkan manfaat.

Jikalau diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan setelah pungsi dicampur dengan antikoagulans, umpamanya larutan Na citrate 20% untuk tiap 1 ml cairan dipakai 0,01 ml larutan citrate itu.

(9)

9 Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti lain seperti sel mesotel, sel plasma, dsb) saja, menghitung jumlah eritrosit jarang sekali dilakukan karena tidak bermakna.

c. Pemeriksaan Kimia Metode Rivalta

1. Masukkan 100 ml aquadest ke dalam becker glass 250 ml.

2. Tambahkan 1 tetes cairan asam asetat pekat,aduk dengan batang pengaduk.

3. Tambahkan 1 tetes cairan yang diperiksa dengan jarak 1 cm diatas permukaan cairan.

4. Perhatikan dangan latar belakang hitam. Interprestasi Hasil :

 Cairan normal : (-) cairan bercampur dan bereaksi tanpa membentuk kekeruhan.

 Transudat : (+) lemah : cairan bercampur dan bereaksi membentuk kekeruhan ringan / kabut tipis.

 Eksudat : (+) kuat : cairan bercampur dan bereaksi membentuk kekeruhan berat.

d. Pemeriksaan Bakterioskopi

Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitung jenis sel dan pulaslah menurut Gram dan menurut Zeihl-Neelsen.

Kalau akan mencari fungsi, letakkan satu tetes sediment atau bahan ke atas kaca objek dan campurlah dengan sama banyak larutan KOH atau NaOH 10%. Tutup dengan kaca penutup, biarkan selam 20 menit, kemudian periksalah dengan mikroskop.

2.5 Terapi

Untuk efusi pleura dengan cairan transudat dan eksudat perlu dilakukan torakosintesis (pungsi) dengan tujuan untuk mengurangi sesak napas, selain itu harus pula diobati penyakit dasarnya. Pada empiema perlu

(10)

10 dipasang WSD dengan chest tube (pipa dada) yang besar, maka harus dilakukan reseksi iga. Disamping itu perlu pula dipertimbangkan untuk memberikan obat-obat enzimolitik, seperti streptokinase secara intrapleura.

Hubungan antara susunan kimia dari cairan pleura dengan pemasangan WSD :

 Pada eksudat bila pH lebih kecil dari 7,20, glukosa lebih besar dari 40 mg% dan LDH lebih kecil dari 1.000 UI/liter, maka tidak perlu dilakukan pemasangan WSD, oleh karena memberi reaksi yang baik terhadap pengobatan.

 Bila pH lebih kecil dari 7,00 dan glukosa lebih rendah dari 40 mg%, maka efusi pleura tersebut merupakan komplikasi dan perlu segera dipasang WSD.

 Bila pH lebih kecil dari 7,30 dan konsentrasi glukosa lebih kecil dari 60 mg%, disertai dengan sitologi yang positif, maka perlu dilakukan pleurosiderosis, oleh karena terjadi pembentukan cairan yang intensif.

(11)

11 BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh. Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang.

Ciri-ciri transudat spesifik, yaitu :  cairan jernih

 encer

 kuning muda

 berat jenis mendekati 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018  tidak menyusun bekuan (tak ada fibrinogen)

 kadar protein kurang dari 2,5 gr/dl

 kadar glukosa kira-kira sama seperti dalam plasma darah  jumlah sel kecil dan bersifat steril

Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Eksudat, merupakan substansi yang

(12)

12 merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah. Jadi termasuk discharge yang patologis.

Ciri-ciri exudat spesifik, yaitu :

 keruh (mungkin berkeping-keping, purulent, mengandung darah, chyloid, dsb)

 lebih kental

 warna bermacam-macam  berat jenis lebih dari 1018

 sering ada bekuan (oleh fibrinogen)  kadar protein lebih dari 4,0gr/dl

 kadar glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma  mengandung banyak sel dan sering ada bakteri

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa kriteria kombinasi dua atau lebih dari tiga parameter (LDH-P, P-P dan K-P) dapat membedakan antara eksudat dan transudat pada cairan

5 Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit Perubahan nutrisi

Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit Perubahan nutrisi

Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura.Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk

Jadi kesimpulan Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal atau penimbunan cairan yang berlebih dalam rongga pleura diantara permukaan visceral dan parietal yang berupa

Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura.Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat

Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura.Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk

 Membantu menghilangkan penimbunan cairan dalam tubuh atau edema atau bengkak * * Penyebab timbunan air dalam tubuh: kegagalan tubuh untuk mengatur keseimbangan cairan, akibatnya