• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

47

GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

A. Latar Belakang Munculnya Kerajinan Eceng Gondok Di Desa Kebondowo

Rawa Pening merupakan rawa yang terletak di Kabupaten Semarang yang berada di empat kecamatan, yaitu: Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Bawen, Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Banyubiru. Rawa Pening dikelilingi oleh tiga gunung, yaitu: Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran, sehingga menjadikan Rawa Pening sebagai salah satu tempat wisata yang berada di Kabupaten Semarang.

Keberadaan Rawa Pening sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, seperti: sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Jelok (Bringin)–Timo (Karangjati), perikanan, pengairan atau irigasi, pertanian, dan pariwisata. Rawa Pening juga merupakan tempat bagi kehidupan dan ekosistem air tawar, seperti: ikan air tawar, dan hewan rawa lainnya, serta tanaman yang hidup di perairan.1

PLTA Jelok terletak di Kabupaten Semarang kurang lebih 45 km dari Kota Semarang, atau 15 km ke arah timur laut Kota Salatiga. PLTA Jelok saat ini dikelola oleh PT Indonesia Power, salah satu anak Perusahaan PLN yang bergerak di bidang pembangkit tenaga listrik, diantara 16 PLTA di Jawa Tengah di bawah tanggung jawab Unit Bisnis Pembangkitan Mrica. Tiga Unit mesin dibangun tahun 1938, dan tahun 1962 ditambah 1 unit. Tinggi

1

(2)

terjun air PLTA Jelok adalah 144 meter dan daya terpasang 4 X 5,12 MW, dengan tinggi terjun air dan besar daya terpasang tersebut PLTA Jelok dapat menghasilkan energi listrik sebesar 93 GWh/tahun. Turbin buatan Werk Spoor

Escher Wyss Holland dengan type Francis poros dapat memutarkan Generator

buatan AG Brown Hemaf Oerlikon dalam putaran 600 rpm. Air penggerak turbin diambil dari Rawa Pening yang disadap melalui Sungai Tuntang yang kemudian dibendung dengan sebuah dam yang dilengkapi dengan 6 buah pintu air. Walaupun usianya sudah lebih dari 78 tahun, mesin pembangkit PLTA Jelok-Timo masih tetap dioperasikan, karena kondisinya masih baik dengan biaya operasi relatif murah. Tahun 1994 mesin pembangkit ini direnovasi untuk tujuan perawatan dengan mengganti governor dan main inlet valve, retrofit 9 sistem kontrol dan rewinding stator generator.

PLTA Jelok dan Timo merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan aliran air dari waduk alami Rawa Pening. PLTA Jelok berkapasitas 20 megawatt (MW), sedangkan Timo sekitar 12 MW. Produksi listrik kedua pembangkit itu dihubungkan ke sistim Jawa-Bali melalui Gardu Induk Jelok milik PT PLN Unit Pelayanan Transmisi Surakarta.2 PLTA Jelok, tahun 2001 produksinya masih mencapai 186 juta KWH, melebihi target 141 juta KWH. Sementara pada tahun 2007 hanya mencapai 81 persen dari target 97 juta KWH, pada 2008 menjadi 97 persen dari target 93 juta KWH, dan tahun 2009 target produksi kembali diturunkan menjadi 77 juta KWH.3 Penurunan produksi listrik PLTA Jelok-Timo diakibatkan pendangkalan dan tumbuhan eceng gondok yang menutupi sebagian

2

Kompas, “PLTA Jelok dan Timo Macet”, tanggal 10 Juni 2009.

3

Kompas, “Mendesak, Revitalisasi Rawa Peninng”, tanggal 3 Oktober

(3)

besar permukaan Rawa Pening.4 Tanpa ada upaya terpadu, danau seluas 2.600 hektar itu diperkirakan mengering dan berubah menjadi daratan pada tahun 2015 atau 2020.5

Eceng gondok merupakan salah satu tanaman yang tumbuh di Rawa Pening dan merupakan tanaman air yang mengapung. Eceng gondok atau dalam bahasa latinya Eichornia crassiper termasuk dalam family Pontederiaceae. Eceng gondok tidak membentuk buah, tetapi tanaman ini berkembang secara vegetatif dengan sangat cepat. Eceng gondok merupakan tanaman yang mengapung, terkadang berakar sampai tanah. Eceng gondok menghasilkan tunas yang merambat keluar dari ketiak daun, sehingga menumbuhkan tanaman baru dengan tinggi 0,4-0,8 m. Batang eceng gondok yang dewasa ukurannya lebih panjang dari pada batang yang muda, karena batang yang muda berukuran pendek dan berperut. Daun eceng gondok memiliki panjang 25 cm. Bunga eceng gondok berbentuk bulir sebanyak 10-35 buah, yang sering disebut dengan lila, berbatang dengan panjang 2-3 cm, dan pelepahnya berbentuk tabung dengan ukuran panjang 1,5-2 cm dari akar. Di tengah-tengah bunga lila berwarna kuning cerah terdapat benang sari sebanyak 6 buah, 3 diantaranya lebih besar dari yang lain. Bakal buah eceng gondok berjumlah 3 ruang dan berbiji banyak. Eceng gondok yang tumbuh di Pulau Jawa, buahnya tidak pernah tumbuh sampai sempurna.6

4

Solo Pos, “Rawa Pening Terancam Mengering”, tanggal 14 November

2011.

5

Kompas, “Usia Rawa Pening Tinggal Lima Tahun Lagi”, tanggal 9 Mei

2010 .

6

C. G. G. J. Van. Steenis., Flora: Untuk Sekolah di Indonesia, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1975), hlm. 21-22.

(4)

Tanaman eceng gondok yang berkembang di Indonesia berasal dari Brazilia, Amerika Selatan. Pada awalnya eceng gondok merupakan tanaman hias, yang pada tahun 1894 dikoleksi di Kebun Raya Bogor. Apabila pertumbuhannya terkendali, eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, membantu menetralkan air yang tercemar, dan sebagai pelindung ikan.7

Gambar 11

Eceng gondok basah dan kering

Sumber: Foto di KUPP Karya Muda “Syarina Production”

Eceng gondok di Rawa Pening berkembang secara cepat dan menjadi gulma (tanaman penganggu). Eceng gondok hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk menyebar dan menutupi sebagian besar daerah rawa, yang mengakibatkan kerugian berbagai pihak. Bagi pemilik keramba, tanaman ini sering masuk ke dalam keramba dan harus sering dibersihkan. Jika menutup permukaan air di dalam keramba ikan, maka akan mengurangi pasokan oksigen

7

Suprihatin., Terampil Mengeanyam Enceng Gondok, (Yogyakarta: Hikayat, 2007), hlm. 1-2.

(5)

dalam air dan hal ini berakibat tidak baik terhadap pertumbuhan ikan yang dipelihara. Bagi para pencari ikan di rawa, tanaman ini akan sangat mengganggu jalannya perahu dan proses penangkapan ikan dengan cara memancing ataupun dengan menggunakan jala. Bagi pengelola wisata, jalur perahu wisata akan terhambat dan sering mengganggu putaran baling-baling perahu mesin. Pemandangan di rawa juga akan terlihat kotor karena permukaan rawa tertutup oleh hamparan tanaman eceng gondok, sehingga akan mengurangi kenikmatan dalam berwisata.

Secara umum dampak dari eceng gondok ini cukup merugikan karena lahan rawa menjadi relatif menyusut akibat efek pendangkalan lumpur dari limbah tanaman eceng gondok yang telah mati dan mengalami pembusukan. Selain itu, debit air rawa juga akan berkurang dan dapat mengganggu pasokan air untuk penggerak Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Jelok, Bringin dan PLTA Timo di Karangjati.

Sesuai dengan namanya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), faktor air yang merupakan produksi alam sangat menentukan kelangsungan beroperasinya PLTA. Pada musim kemarau debit air di Rawa Pening menurun drastis, hanya satu turbin yang berfungsi, bahkan bila air tidak mencukupi, bisa saja semua turbin tidak difungsikan. Sebaliknya bila musim hujan, empat turbin yang dimiliki PLTA Jelok dapat beroperasi semua.8

8

Suara Merdeka, “Debit Air Kurang, Hanya Dua Turbin Yang

(6)

Rawa Pening adalah satu dari 15 danau di Indonesia yang menjadi prioritas ditangani.9 Keberadaan eceng gondok merupakan masalah yang besar. Populasi eceng gondok adalah permasalahan pertama yang harus diselesaikan dalam penanganan Rawa Pening. Permasalahan eceng gondok menempati urutan pertama karena pertumbuhanya sangat cepat. Pertumbuhan eceng gondok mencapai satu meter persegi per 52 hari. Kalau dibiarkan pasti mengganggu fungsinya sumber air pertanian dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).10 Berbagai upaya dilakukan untuk pengendalian dan pembasmian tanaman eceng gondok ini dari Rawa Pening. Di antara usaha yang dilakukan adalah dengan cara mekanis, kimiawi, dan biologis. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan mengambil (mencabut) tanaman eceng gondok ini dan menimbunnya di tempat yang kering. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan cara penyemprotan herbisida (micoherbisida). Pengendalian secara biologis dilakukan dengan pembiakan dan penyebaran pemangsa seperti serangga.11 Dari ketiga cara tersebut, pengendalian eceng gondok yang lebih praktis dan menguntungkan untuk Rawa Pening adalah dengan menggunakan cara mekanis, yaitu mengambil eceng gondok secara manual dan memanfaatkannya sebagai bahan baku kerajinan. Cara tersebut lebih aman, karena tidak menggunakan cara-cara yang dapat merusak ekosistem di rawa.

9

Solo Pos, “Rawa Pening Terancam Mengering”, tanggal 14 Oktober

2011.

10

Suara Merdeka, “Pembersihan Eceng Gondok Ditargetkan 14 Hari”,

tanggal 28 Agustus 2011.

11

Anton Gerbono dan Abbas Siregar Djarijah., Kerajinan Enceng Gondok, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 10.

(7)

Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Semarang mengatakan “Pembersihan eceng gondok di Rawa Pennig diperkirakan memakan waktu 14 hari”. Langkah pembersihan tersebut dimulai oleh masyarakat sekitar bersama TNI di bawah kodim 0714 Salatiga pada 7-19 September 2011. Dalam pembersihan eceng gondok TNI dan warga akan turun langsung untuk membersihkannya. Berdasarkan perkiraan sementara, anggaran yang dibutuhkan sekitar 15 miliar rupiah.12

Eceng gondok telah dimanfaatkan sebagai bahan baku oleh industri kerajinan eceng gondok di kawasan Rawa Pening dan kawasan yang lainnya. Batang eceng gondok kering yang berasal dari Rawa Pening memiliki kelebihan atau kualitas yang bagus, yaitu bersih, bentuknya memanjang, silindris, dilapisi serat yang kuat dan lentur, kaku sehingga bagus untuk bahan anyaman dengan berbagai motif, serta teksturnya yang unik dan alami.

Kerajinan ialah suatu produktif di sektor pertanian, baik merupakan mata pencaharian utama ataupun sampingan. Kerajinan ini termasuk usaha industri kecil dan belum memasuki tingkat pabrik baru pada tingkat kerajinan rumah tangga dan industri kecil.13

Masyarakat Desa Kebondowo awalnya hanya mengambil batang eceng gondok dan mengeringkannya, sebelum dijual atau dikirim ke Yogyakarta untuk bahan baku kerajinan eceng gondok. Seiring berjalannya waktu, kemudian masyarakat memanfaatkan eceng gondok dengan cara mengolah dan mewujudkannya dalam bentuk kerajinan eceng gondok. Proses dan teknik tertentu

12

Op. Cit., Suara Merdeka, tanggal 28 Agustus 2011.

13

Soeri Soeroto., “Sejarah Kerajinan Di Indonesia”, Prisma No. 8, (Jakarta: LP3ES, 1893), hlm. 20.

(8)

dalam pengolahan bahan mulai dikembangkan untuk mewujudkan bentuk-bentuk yang baru, kreatif, unik, dan memiliki nilai seni yang tinggi. Produk yang dihasilkan bukan hanya produk fungsional saja, namun juga produk untuk elemen atau perlengkapan estetis (dinikmati keindahannya).

Pengolahan eceng gondok di Desa Kebondowo ini, memberikan beberapa manfaat baik dilihat dari segi ekonomi dan lingkungan. Keuntungan yang pertama dilihat dari segi ekonomi yaitu memanfaatkan dan mengolah eceng gondok sebagai mata pencaharian masyarakat. Selain sebagai petani dan para pencari ikan di rawa, masyarakat memanfaatkan serta mengolah eceng gondok untuk meningkatkan perekonomian dan sumber penghasilan, sedangkan dari segi lingkungan yaitu berguna untuk mengurangi jumlah gulma yang ada di Rawa Pening, rawa menjadi bersih dan dapat menunjang aktivitas nelayan dan kepariwisataan.

Salah satu usaha kerajinan eceng gondok di kawasan Rawa Pening yang memanfaatkan eceng gondok sebagai bahan baku kerajinan adalah industri rumahan (home industri) atau kelompok usaha bersama KUPP (Kelompok Usaha Pemuda Produktif) Karya Muda “Syarina Production” di Desa Kebondowo yang dikelola oleh Slamet Triamanto. Produk dari KUPP ini berbeda dengan home

industry yang lain, karena bentuk produknya yang unik, natural, inovatif, seperti

yang terlihat pada bentuk-bentuk miniatur hias seperti mobil antik, lokomotif, kereta kencana, gerobak, dan sebagainya. Dari segi teknik, pembuatan miniatur ini dibuat dengan teknik merakit dan kolase.14 Keunikan dan kualitas produk yang

14

Kolase yaitu, teknik menempel berbagai macam materi cat, seperti kertas, kain, kaca, logam, dan sebagainya kemudian dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak) dan teknik lainnya.

(9)

dihasilkan, menjadikan KUPP ini mendapat berbagai penghargaan dari pemerintah kabupaten maupun provinsi. Dari segi perkembangan, produk dari KUPP ini lebih berkembang dibandingkan dengan unit usaha atau pengrajin lainnya, dan telah dipasarkan di dalam negeri dan luar negeri.

Gambar 12

Plakat KUPP Karya Muda “Syarina Production”

Sumber: Foto Plakat KUPP Karya Muda “Syarina Production”.

Letak KUPP Karya Muda “Syarina Production” sangat strategis, berada di daerah yang tidak jauh dari Rawa Pening, yang menyediakan bahan baku eceng gondok. Selain itu, KUPP ini berdekatan dengan beberapa obyek wisata andalan Kabupaten Semarang, yaitu: obyek wisata Rawa Pening dengan Bukit Cinta, Pemandian dan Pemancingan Muncul, Museum Kereta Api Ambarawa, Goa Maria, Bandungan, Candi Gedong Songo. Banyaknya lokasi wisata tersebut, memberi peluang bagi KUPP Karya Muda “Syarina Production” untuk mengembangkan kerajinan eceng gondok.

(10)

B. Perkembangan Kerajinan Eceng Gondok Di Desa Kebondowo Suatu kegiatan usaha yang didirikan dalam bentuk sederhana dan tradisional, apabila diperhatikan dan ditekuni secara mendalam pasti akan mengalami peningkatan dan perkembangan. Sejalan dengan perihal di atas maka bagaimanapun lambatnya perkembangan kerajinan eceng gondok di Desa Kebondowo tentunya mengalami suatu kemajuan atau peningkatan. Peningkatan dan kemajuan tersebut bersumber dari pengaruh dari dalam dan dari luar. Perkembangan dan peningkatan sebuah industri biasanya didorong oleh adanya faktor sosial ekonomi dari para pekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Adanya tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan, membuat manusia menggunakan akal pikiran untuk mencapai hasil yang diinginkan. Hal tersebut sejalan dengan apa yang terjadi di dalam kehidupan para pengrajin enceng gondok di Desa Kebondowo. Perkembangan zaman yang semakin maju membuat para pengrajin eceng gondok yang ada di Desa Kebondowo ini harus dapat menyesuaikan diri terhadap jenis pekerjaan yang dilakukan, baik itu yang menyangkut peralatan serta hasil barang yang dibuat, masalah kualitas, serta jenis kerajinan eceng gondok yang dihasilkan, jumlah dan adanya perluasan daerah pemasaran. Perkembangan industri kerajinan eceng gondok ini dibagi ke dalam dua periode, yaitu:

1. Muncul dan perkembangannya: tahun 2004-2007

Sebelum adanya KUPP Karya Muda “Syarina Production”, masyarakat Desa Kebondowo umumnya bekerja sebagai petani, namun melihat kondisi geografis yang ada di Desa Kebondowo di mana wilayah rawa lebih luas dari

(11)

daerah pertanian membuat para penduduk Desa Kebondowo mencari pekerjaan sampingan sebagai pencari eceng gondok. Kegiatan tersebut mereka lakukan selain sebagai usaha sampingan juga bertujuan untuk mengurangi jumlah eceng gondok sebagai tanaman penganggu (gulma) yang sudah menutupi separuh luas area Rawa Pening. Pekerjaan sebagai pencari eceng gondok kebanyakan dilakukan oleh para ibu-ibu untuk membantu perekonomian keluarga. Selain sebagai pengambil eceng gondok, sebagian besar ibu-ibu rumah tangga di Desa Kebondowo juga mengerjakan pembuat eceng gondok setengah jadi dalam bentuk karton yang dilapisi eceng gondok untuk dibuat anyaman, dan pilinan atau kepangan yang dilakukan di rumah masing-masing. Hasil dari olahan eceng gondok ini kemudian dikirim ke Yogyakarta untuk dijual.15 Pada tahun 2004, muncul kerajinan eceng gondok di Kecamatan Banyubiru, tepatnya di Desa Kebondowo. Munculnya kerajinan eceng gondok di Desa Kebondowo ini membuat hasil olahan eceng gondok tidak hanya dijual ke Yogyakarta, namun juga di jual ke daerah Kebondowo.

Kerajinan eceng gondok di Desa Kebondowo dimulai pada tahun 2004 yang didirikan oleh Slamet Triamanto. Awal pendirian usaha ini disebabkan, PHK yang diterima Slamet dari sebuah perusahaan yang ada di Jakarta. Pekerjaan Slamet waktu itu adalah sebagai supir bank swasta yang ada di Jakarta. PHK tersebut membuat Slamet pulang ke kampung dan bekerja sebagai tukang pengambil eceng gondok di rawa. Pekerjaan sebagai pengambil eceng gondok tersebut membuat dia berfikir bahwa dengan semakin meningkatnya kebutuhan

15

Wawancara dengan Marmi selaku penyedia bahan baku di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di tempat kerja (rumah Bapak Slamet Triamanto), pukul 10.00 WIB.

(12)

hidupnya, tidak akan cukup kalau cuma mengandalkan pekerjaan sebagai pengambil eceng gondok. Oleh sebab itu ia berfikir bahwa dia tidak hanya mengambil kemudian menjemur dan menjualnya, namun dia berinisiatif untuk menjadikan eceng gondok itu sebagai suatu kerajinan.16

Slamet Triamanto belajar menciptakan kerajinan dari batang eceng gondok belajar dari Munadi yang merupakan teman bisnisnya dari Jogja. Kerajinan yang diciptakan pertama kali dari eceng gondok oleh Slamet berupa miniatur becak, bemo, oplet, dan sepeda ontel yang kemudian dijual di pinggir-pinggir jalan. Akibat yang timbul dari penjualan hasil kerajinan eceng gondok di pinggir jalan, Slamet ditawari untuk ikut dalam pelatihan KUPP (Kelompok Usaha Pemuda Produktif) tingkat provinsi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Dengan adanya tawaran dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pada bulan Juni tahun 2004, Slamet langsung membentuk kelompok usaha yang terdiri dari 5 orang (termasuk Slamet), yang diberi nama “Syarina Production”. “Syarina Production” mengikuti pelatihan tersebut selama 5 hari, terhitung dari 7 Juni sampai dengan 12 Juni 2004.17 Sukses mengikuti pelatihan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah membuat nama usaha Slamet Triamanto berubah menjadi KUPP Karya Muda “Syarina Production”.

Gambar 13

Miniatur becak dari eceng gondok

16

Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemimpin KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

(13)

Sumber: http:// sheillahandycraft.files.wordpess.com

KUPP (Kelompok Usaha Pemuda Produktif) merupakan progam yang dicanangkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu strategi untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, serta mandiri. Melalui KUPP, masyarakat khususnya para generasi muda, diberikan pendidikan ketrampilan, selain itu mereka juga diberikan pergertian mengenai manfaat berwirausaha, sehingga dapat mandiri dan dapat bersaing. Di samping untuk membentuk SDM yang cerdas dan terampil, juga merupakan salah satu pembelajaran kepada para pemuda untuk dapat berwirausaha, sehingga mampu mengolah atau memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di lingkungan sekitarnya, dengan demikian para pemuda usia produktif tidak hanya sebagai pencari kerja, namun dengan ketrampilan yang

(14)

mereka miliki, diharapkan mampu membuka lapangan pekerjaan yang mandiri, sehingga dapat mengurangi pengangguran.18

KUPP Karya Muda “Syarina Production” merupakan sebuah usaha rumahan yang bergerak dalam bidang kerajinan. Usaha kerajinan ini dikelola sendiri oleh Slamet Triamanto, termasuk dalam manajemen usaha penyediaan bahan produksi, modal produksi dan juga pemasaran produksi. Selain sebagai pengusaha peran Slamet Triamanto juga sebagai pengrajin eceng gondok, di mana usaha kerajinan ini masih sebatas sentra industri (Industri menengah). Sehingga pemilik usaha dapat merangkap jabatanya bukan hanya sebagai pengusaha, namun juga sebagai pengrajin.

a. Tempat Usaha

Tempat usaha merupakan syarat yang penting yang dibutuhkan oleh seorang pengusaha dalam membangun usahanya. Dibutuhkan tempat yang luas dan memadai agar hasil produksi dapat terpenuhi dengan baik. Tempat usaha kerajinan eceng gondok yang digunakan oleh Slamet dalam membuat kerajinan adalah rumah mertua Slamet, yang berada di Desa Kebondowo. Namun bagi sebagian pengrajin, pengerjaan kerajinan eceng gondok ini dikerjakan di rumah mereka masing-masing. Alasan pengerjaan kerajinan di rumah mereka sendiri adalah karena pekerjaan ini dapat mereka kerjakan sewaktu-waktu, dan dalam proses yang mudah. Selain itu, ruang kerja yang begitu sempit (di rumah mertua

18

Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemimpin KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

(15)

Slamet) menjadi penyebab pengerjaan kerajinan ini dikerjakan di rumah masing-masing pengrajin.19

Perkembangan kerajinan eceng gondok Desa kebondowo mengalami pasang surut yang disebabkan oleh faktor dari dalam dan luar. Masa perintisan hampir semua pengusaha mengalami masalah yang menonjol yaitu masalah modal, tenaga kerja, bahan baku, pemasaran hasil produksi, dan kelangsungan hidup industri itu sendiri.20

b. Modal

Modal merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam sebuah usaha yang berhubungan dengan barang yang bernilai ekonomis, sebagai daya dukung untuk mencapai kelancaran dalam dalam bidang usaha. Modal dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu: modal tetap dan juga modal lancar.

Modal tetap merupakan modal tetap yang digunakan sebagai pendirian usaha, modal tetap disini berupa tanah yang dimiliki oleh pengusaha. Modal lancar adalah modal yang dimiliki pengusaha berupa uang dan persediaan bahan baku. Modal berupa uang, pengusaha dapatkan dari simpanan pribadi dan juga pinjaman dari bank, atau kerabatnya, sedangkan bahan berupa bahan baku pengusaha dapatkan dari para pekerjanya yang mencari eceng gondok di Rawa Pening.

19

Wawancara dengan Supriyanto selaku pegawai KUPP Karya Muda “Syarina Production , tanggal 3 April 2016, di Rumah Bapak Supriyanto, pukul 10.00 WIB.

20

Andrie Kusuma Putra., 2005, “Perkembangan Sentra Industri Angel Desa Salamrejo Kabupaten Kulonprogo Tahun 1990-2010”,Skripsi Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, hlm. 30.

(16)

Bapak Slamet menggunakan modal pribadi sebesar Rp. 65.000,00 saat pertama kali mendirikan usaha “Syarina Production”. Melalui beberapa lomba yang diikuti, KUPP mendapat modal yang cukup banyak yang digunakan untuk memperbesar usahanya. Seiring dengan berjalan dan berkembangnya usaha tersebut, Slamet mencari bantuan pinjaman modal usaha melalui jasa perbankan. Pinjaman modal pertama dari bank yang didapat oleh Slamet adalah sebesar Rp. 7.000.000,00. Setelah lunas pada pinjaman pertama, Slamet kemudian melakukan pinjaman lagi untuk kedua kalinya, pada pinjaman kedua ini pak Slamet mendapatkan pinjaman modal usaha dari perbankan sebesar Rp. 10.000.000,00, dan setelah lunas pada pinjaman kedua ini, Slamet melakukan pinjaman yang ketiga kalinya sekaligus yang terakhir, pada pinjaman yang ketiga dan terakhir ini pak Slamet mendapat modal usaha kembali sebesar Rp. 35.000.000,00. Modal pinjaman tersebut telah membuat KUPP Karya Muda “Syarina Production” dapat berjalan sampai dengan sekarang.21

c. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memiliki peran besar terhadap kelancaran suatu produksi. Hal ini disebabkan tenaga kerja berhubungan langsung dalam proses produksi, posisinya sebagai pelaksana atas dasar perintah majikan. Tenaga kerja dan majikan merupakan hubungan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan usaha, karena mereka saling

21

Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemimpin KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

(17)

membutuhkan, tenaga kerja membutuhkan pekerjaan dan majikan membutuhkan orang untuk melaksanakan proses produksi.

Pada awal berdirinya KUPP Karya Muda “Syarina Production”, Slamet Triamanto dibantu oleh empat orang karyawan, yaitu: Supriyanto (Adik Slamet), Munadi (Tetangga), Ansori (Tetangga), dan Nang ndut (Tetangga). Hal ini terjadi karena masih kecilnya usaha kerajinan ecng gondok dan kurangnya minat masyarakat terhadap kerajinan eceng gondok.

d. Sistem Upah

Upah diartikan sebagai bentuk penghasilan yang diterima oleh pekerja, baik berupa uang maupun barang dalam jangka waktu tertentu.22 Upah yang diberikan disesuaikan dengan tugas dan keahlian masing-masing yang sudah tertata dengan baik.

Sistem peneriamaan upah yang diperoleh pengrajin dari pembuatan kerajinan eceng gondok dalam pengerjaannya adalah dengan sistem upah borongan. Sistem upah ini diberlakukan untuk mereka yang bekerja sebagai pembuat anyaman atau kepangan dari eceng gondok. Sistem upah borongan ini adalah sistem upah dimana seorang pekerja yang dapat menghasilkan produksi yang banyak maka dia akan mendapat upah yang banyak pula, begitupun sebaliknya bagi mereka yang hanya dapat menghasilkan produksi sedikit maka mereka akan mendapat upah yang sedikit pula. Rata-rata penghasilan perhari dari para pengrajin dalam sistem upah ini mencapai Rp. 35.000,00 – Rp. 70.000,00.

22

Nurimansyah Hasibuan., “Upah Tenaga Kerja dan Konsentrasi Sektor Industri”, Prisma No V, hlm. 3.

(18)

e. Bahan Baku

Dana awal yang terbatas membuat Slamet Triamanto hanya dapat menciptakan kerajinan dalam jumlah terbatas. Kerajinan yang diciptakan Slamet waktu itu masih dalam bentuk miniatur, seperti: miniatur becak, sepeda ontel, bemo, miniatur mobil antik dan tempat tisu. Pembuatan miniatur tersebut membutuhkan bahan baku utama dan tambahan, serta peralatan yang harus disediakan oleh Slamet, antara lain:

1) Bahan Baku

Bahan baku merupakan faktor penting dalam setiap produksi. Tersedianya bahan baku yang cukup akan memperlancar produksi dan dapat berpengaruh terhadap peningkatan jumlah produksi. Oleh karena itu suatu usaha kerajinan memerlukan bahan baku untuk memproduksi suatu barang. Proses pembuatan kerajinan eceng gondok di KUPP Karya Muda “ Syarina Production” menggunakan bahan utama dan bahan tambahan untuk membuat kerajinan.23

a) Bahan utama adalah batang eceng gondok kering.

Batang eceng gondok dengan ukuran panjang ±30–60 cm, dijemur hingga kering berwarna kecoklatan. Dipilih yang bagus dan lentur, permukaan kulit batangnya halus dan yang tidak memiliki bercak jamur.24 Bahan baku ini diperoleh Slamet Triamanto dari para pekerjanya yang mencari eceng gondok di Rawa Pening. Untuk bahan baku utama ini Slamet tidak pernah mimiliki kendala, dalam pencarian eceng gondok untuk usaha kerajinannya.

23

Wawancara dengan Marmi selaku penyedia bahan baku KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 10 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

24

(19)

b) Bahan Tambahan

1. Kertas daur ulang, karton, kardus, bambu, dan rotan yang digunakan untuk kerangka atau bidang.

2. Tali agel yang dipilin diambil dari serat pohon agel yang didatangkan dari Yogyakarta.25

3. Lem (Super, Rajawali, Latex, dan Alteco) untuk merekatkan rangkaian bidang-bidang, kerangkan maupun hiasan.

4. Kain furing untuk melapisi bagian dalam atau bagian belakang produk kerajinan agar halus dan rapi.

5. Rotan dan kayu yang digunakan sebagai pegangan pada tas maupun sebagai bentuk sadel pada becak dan sepeda.

6. Penggulung kain digunakan untuk kerangka berbentuk tabung dan kerangka roda.

7. Melamin atau clear merupakan sejenis bahan kimia yang digunakan untuk melapisi bahan kerajinan enceng gondok agar terhindar dari jamur ataupun hama.

8. Tiner untuk mencairkan melamin.26

25

Tali Agel adalah daun dari pohon gebang. Tanaman ini masih merupakan family palmae. tinginya bisa mencapai 30 m atau lebih, karena masih satu family dengan pohon kelapa maka daunnya tampak sama seperti daun pohon kelapa maka daunnya tampak sama seperti daun pohon kelapa tetap sedikit lebih kaku dan lebar, tetapi tanaman ini hanya memiliki nilai ekonomis pada daun.

26

Wawancara dengan Marmi selaku penyedia bahan baku KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 10 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

(20)

c) Peralatan Produksi

Penciptaan kerajinan yang terbuat dari eceng gondok ini tidak dapat dilakukan dengan peralatan yang bersifat mesin, namun menggunakan peralatan-peralatan yang sederhana. Peralatan yang digunakan untuk membuat kerajinan eceng gondok adalah gunting, cutter, palu, penggaris, alat tulis, gergaji. Gunting dan cutter untuk memotong pola atau merapikan bagian-bagian yang tidak rapi. Penggaris digunakan agar ukurannya sesuai dan presisi hasil produknya. Alat tulis digunakan untuk membuat pola. Palu digunakan untuk merekatkan bagian-bagian bidang dengan pola hias ataupun potongan pola dari eceng gondok setengah jadi yang lain agar merekat kuat dan merata. Gergaji siku digunakan untuk memotong pigura.27

d) Proses Produksi

Proses produksi merupakan bagian dari inti suatu kegiatan produksi. Tanpa adanya proses produksi suatu kegiatan produksi tidak berjalan dengan lancar. Produksi adalah suatu pendayagunaan segala sumber yang tersedia untuk mewujudkan hasil yang terjamin baik kualitas maupun kuantitasnya, terkelola dengan baik sehingga merupakan komoditi yang dapat dipergunakan. Proses produksi kerajinan eceng gondok melalui beberapa tahapan untuk menjadi sebuah kerajinan, yaitu:

27

Wawancara dengan Mahmudi selaku pegawai KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

(21)

1). Tahap Pemilihan Bahan Baku

Bahan baku eceng gondok diambil dari rawa, sawah ataupun sungai dengan kriteria sebagai berikut, eceng gondok diambil yang sudah tua (dapat dilihat warna batang eceng gondok yang berwarna hijau tua), selain itu panjang eceng gondok ± 30–60 cm, selanjutnya eceng gondok dipotong pada pangkalnya serta dibuang daun dan bunganya untuk diambil batangnya dan dikelupas kulit batangnya.28

2). Tahap Penjemuran Batang Eceng Gondok

Tahap kedua setelah pemilihan bahan baku adalah tahap penjemuran batang eceng gondok. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan 3 cara sebagai berikut:

1. Eceng gondok dijemur di atas pasir (apabila di lokasi pantai) 2. Eceng gondok dijemur di atas ubin atau lantai semen

3. Eceng gondok dijemur di atas permukaan tanah, untuk penjemuran yang dilakukan di atas permukaan tanah harus dibuat rak-rak penjemuran minimal 30 cm di atas permukaan tanah, karena jika di jemur di atas permukaan tanah langsung, akan lembab dan jamur mudah tumbuh sehingga dapat menimbulkan bercak-bercak pada batang eceng gondok.

Penjemuran batang eceng gondok membutuhkan waktu kurang lebih 7 hari di bawah terik matahari. Namun apabila cuaca mendung, waktu yang dibutuhkan untuk menjemur eceng gondok kurang lebih 10 hari, tujuannya agar eceng gondok

28

Wawancara dengan Marmi selaku penyedia bahan baku KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

(22)

dapat kering secara keseluruhan. Batang eceng gondok kering yang baik yakni memiliki ciri-ciri: bersih, lentur, kering sempurna, tidak tumbuh jamur, dan tidak rusak atau busuk. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan agar tetap baik dan berkualitas tinggi.29

3). Tahap Pengolahan Eceng Gondok Menjadi Bahan Setengah Jadi

Sebelum eceng gondok dibuat kerajinan, batang eceng gondok yang sudah kering harus diolah terlebih dahulu menjadi bahan baku setengah jadi. Proses pengolahan bahan setengah jadi ini ada 4 macam, yaitu: karton yang dilapisi lempengan eceng gondok, anyaman eceng gondok, kepangan atau pilinan eceng gondok, dan tenunan eceng gondok.30 Tehnik yang digunakan dalam pembuatan kerajinan eceng gondok dari proses eceng gondok kering sampai menjadi bahan setengah jadi adalah:

a). Pertama, untuk membuat karton yang dilapisi dengan lempengan eceng gondok sehingga menjadi lembaran, terlebih dahulu eceng gondok kering dibelah dan dibuang busa dalamnya sehingga tinggal kulitnya, dipress sampai kulit eceng gondok tersebut pipih dan halus, setelah itu direkatkan dengan lem satu persatu di atas kertas karton dengan menggunakan lem kayu sampai sesuai dengan lembar yang diinginkan.

29

Wawancara dengan Marmi selaku penyedia bahan baku KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

30

Wawancara dengan Maskun selaku pegawai KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

(23)

b). Kedua, untuk membuat anyaman eceng gondok, maka eceng gondok kering dibelah menjadi dua kemudian dipress agar menjadi pipih, lalu dianyam dengan teknik anyaman tunggal.

c). Ketiga, untuk membuat kepangan atau pilinan, caranya dengan menjalin 2 atau lebih batang eceng gondok kering hingga membentuk seperti kepangan pada ikatan rambut. Pilinan dalam kerajinan ini menggunakan pilinan tunggal.

d). Keempat, untuk membuat tenunan terlebih dahulu eceng gondok kering dibelah atau disuir kecil-kecil dan kemudian ditenun menggunakan alat tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), sampai menjadi tenunan seperti kain yang terbuat dari eceng gondok.31

4). Tahap Produksi Kerajinan

Eceng gondok yang sudah menjadi bahan setengah jadi, akan mulai diproses untuk membuat produk kerajinan, melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a). Membuat desain produk

Sebelum memproduksi kerajinan, terlebih dahulu membuat konsep atau rancangan desain yang akan diproduksi. Pembuatan rancangan desain produk, KUPP Karya Muda “Syarina Production” melakukan dengan cara membuat desain produk baru dan menggunakan bentuk produk yang sudah ada sebagai

31

Wawancara dengan Maskun selaku pegawai KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

(24)

referensi yang kemudian dimodifikasi dan dikembangkan menjadi produk bentuk baru. Desain yang sudah dimodifikasi kemudian direalisasikan dengan bahan eceng gondok dan bahan tambahan yang akan dibuat menjadi produk sesuai dengan desain yang sudah ada.

KUPP juga mengembangkan bentuk–bentuk baru yang unik dan menarik. Selain mengembangkan desain produk sendiri, ada pula desain yang merupakan pesanan dari orang lain. Membuat desain dengan cara menggambar produk kerajinan sesuai dengan yang diinginkan, meliputi bentuk, ukuran maupun motif atau hiasan produk. Salah satu contoh produk yang didesain yaitu: miniatur mobil antik yang didesain hingga tiga jenis.

b). Membuat pola desain yang sudah menjadi gambar

Pola dibuat seperti pada desain yang telah dibuat dengan cara mencontoh atau menjiplak agar pola yang dibuat dapat sama, karena dalam setiap pola akan dibuat lebih dari satu kerajinan, hal ini bertujuan untuk mempermudah proses penggandaan produk kerajinan. Selain hal tersebut, juga bertujuan untuk mempermudah membuat pola yang sama seperti pola yang telah dibuat. Sebelum dijiplak pada bahan baku, pola pada kertas terlebih dahulu, setelah itu kertas yang sudah berbentuk pola dijiplakkan pada bahan karton eceng gondok setengah jadi yang berupa lembaran, anyaman atau tenuan, kemudian dipotong sesuai dengan yang sudah dibentuk.

c). Penyatuan pola atau perakitan dan pemasangan hiasan

Cara menyatukan pola yaitu dengan merakit atau merekatkan potongan pola-pola dengan menggunakan lem sehingga membentuk kerangka, sesuai dengan desain yang telah dibuat. Bahan tambahan bambu juga dapat dijadikan

(25)

sebagai kerangka untuk dijadikan bentuk-bentuk seperti miniatur lokomotif. Perakitan merupakan tahap akhir untuk menyatukan potongan-potongan pola menjadi produk kerajinan eceng gondok yang utuh. Setelah perakitan selesai, kemudian menambahkan pola atau hiasan pada produk agar lebih estetis.

5). Tahap akhir atau finishing

Setelah proses penyatuan dengan kerangka selesai dilakukan, maka terbentuklah bentuk utuh produk yang dihasilkan sesuai dengan desain yang dibuat. Pada tahap ini dilakukan tahap pembersihan dan pemotongan bagian-bagian yang masih kurang rapi. Selanjutnya kerajinan yang telah jadi dihaluskan menggunakan kain lap yang digosok-gosokkan ke permukaan kerajinan, kemudian proses selanjutanya adalah pewarnaan dengan menggunakan semir sepatu untuk warna gelap coklat atau hitam dan untuk polos atau natural, tidak diberi warna sama sekali, untuk tas anyam, serat eceng gondok diwarnai terlebih dahulu dengan cara direbus menggunakan pewarna batik atau pewarna kain sebelum dianyam.

Proses akhir adalah pemberian clear atau melamin agar kerajinan awet dan terlihat berkilau. Selain itu digunakan juga proses uji kualitas produk yakni dengan melihat, mengamati dan meneliti bagian-bagian permukaan produk yang selesai dibuat, apakah sudah baik atau masih terdapat bagian yang cacat guna menjamin kualitas produk sebelum dipasarkan.32

6). Pengemasan

32

Wawancara dengan Mahmudi selaku pegawai KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

(26)

Kerajinan yang telah selesai dibuat secara hati-hati agar kerajinan tetap utuh tidak rusak dan siap dipasarkan atau didistribusikan. Kemasan yang digunakan adalah menggunakan plastik, bok karton, kardus, palet dari kayu. Plastik digunakan untuk lapisan paling dalam dan untuk produk kerajinan yang berbentuk kotak dan produk perabotan yang ukurannya kecil. Bok karton dengan plastik mika dengan salah satu sisi, digunakan untuk packing per item atau untuk produk miniatur. Kardus digunakan untuk packing produk per item yang ukuranya besar dan untuk palet dari kayu dipergunakan untuk packing kardus yang telah diisi berbagai produk supaya aman dalam pengiriman barang.

f. Pemasaran

Pemasaran merupakan segala bentuk aktivitas untuk memindahkan barang dari tangan produsen ke konsumen.33Kegiatan produksi ini dianggap penting oleh pengusaha karena dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Pemasaran akan dapat berjalan dengan lancar ketika pengusaha dapat melihat situasi pasar dan barang yang dihasilkan harus berkualitas dengan desain yang berbeda dan bervariasi agar para konsumen tidak jenuh dalam melihatnya.

Awal berdirinya kerajinan eceng gondok di Desa Kebondowo ini pemasaran produknya adalah menjualnya di pinggir jalan raya, dan di tempat wisata seperti Bukit Cinta Rawa Pening dan Wisata Candi Gedong Songo.

33

M. Manulang., Pengantar Ekonomi Perusahaan, (Yogyakarta: Liberty, 1969), hlm. 210.

(27)

g. Hasil Produksi

Kerajinan yang dihasilkan oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production” pada periode ini, hanya menghasilkan kerajinan dalam bentuk miniatur yang digunakan untuk hiasan. Sedikitnya hasil kerajinan serta sempitnya pemasaran hasil kerajinan oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production” membuat omset bulanan usaha kerajinan eceng gondok begitu sedikit. Rata-rata penghasilan usaha kerajinan eceng gondok dalam sebulan kurang lebih hanya Rp. 5.000.000,00 sampai Rp. 10.000.000,00. Hal ini tentunya membuat membuat pengusaha harus lebih banyak menghasilkan barang produksi dan lebih aktiv dalam hal pemasaran, agar dapat memajukan usahanya. Selain itu, peran pemerintah dalam memberikan bantuan untuk usaha kerajinan eceng gondok di Desa Kebondowo ini juga sangat diperlukan. Contoh kerajinan dalam bentuk miniatur pada periode ini adalah: miniatur becak, bemo, sepeda ontel, dan mobil antik.

1. Miniatur Becak

Kerajinan miniatur becak merupakan produk awal yang dihasilkan oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production”. Namun sekarang kerajinan ini sudah tidak diproduksi lagi, karena kerajinan ini sudah tidak begitu laku dipasaran. Bahan utama dalam pembuatan kerajinan ini adalah, eceng gondok yang teksturnya halus, bersih, dan rapi yang digunakan untuk atap, dan juga eceng gondok dalam bentuk setengah jadi yang sudah dipilin/anyamam yang digunakan untuk roda. Bahan tambahan yang digunakan untuk produksi kerajinan ini adalah, kayu rotan untuk sadel, tali agel, dan bambu. Pada tahap akhir, kerajinan ini disemprot dengan melamin, agar kerajinan ini terhindar dari hama, jamur, dan rayap.

(28)

Gambar 14

Miniatur becak dari eceng gondok

Sumber: http:// sheillahandycraft.files.wordpess.com

2. Miniatur Mobil Antik

Kerajinan miniatur mobil antik merupakan produk KUPP Karya Muda “Syarina Production”. Bentuk fisik dari kerajinan ini pada dasarnya berbentuk kotak yang kemudina ditambah assesoris, antara lain: atap mobil, kap mobil, kemudi, jok mobil, bumper mobil, spion, slebor mobil, roda dan hiasan pada kap mobil serta bumper dan lampu dari tali agel.

Bahan yang digunakan untuk pembuatan mobil antik ini adalah, eceng gondok dengan tekstur, halus, rapi dan bersih, eceng gondok setengah jadi yang berbentuk pilinan. Bahan tambahan yang digunakan adalah, tali agel untuk hiasan mobil, dan bambu untuk pengaitan roda. Pada tahap finishing, kerajinan mobil antik ini disemprot dengan melamin dengan tujuan agar terhindar dari jamur, rayap, dan serangga lainnya yang dapat merusak kerajinan.

(29)

Gambar 15

Miniatur mobil antik dari eceng gondok

Sumber: Foto hasil kerajinan eceng gondok

3. Tempat Tisu

Tempat Tisu merupakan produk awal yang diprodusi oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production”. tempat tisu ini berbahan eceng gondok dalam bentuk pipih dan teksturnya bersih dan halus, selain itu bahan utama dari kerjinan ini adalah eceng gondok yang berbentuk pilinan atau kepangan. Bahan tambahan yang digunakan untuk produksi kerajinan ini adalah kertas daur ulang, dan serat tali agel yang digunakan untuk hiasan. Pada proses finishing, produk kerajinan ini disemprot dengan melamin, dengan tujuan agar terhindar dari jamur, rayap, dan hama.

(30)

Gambar 16

Tempat tisu dari eceng gondok

Sumber: Kerajinanambarawa.com

2. Perkembangan dan kemajuan:tahun 2007-2011

Kegiatan suatu usaha akan mengalami peningkatan dari masa ke masa. Perkembangan zaman yang semakin maju mendorong para pengrajin industri eceng gondok berbuat sesuatu yang lebih baik, sehingga dapat berdampak pada suatu perkembangan untuk industrinya. KUPP Karya Muda “Syarina Production” yang semakin berkembang membuat usaha ini harus menciptakan kerajinan eceng gondok yang semakin variatif dengan beraneka ragam bahan lain. Produk yang dihasilkanpun mulai dari benda pakai sampai benda hias, dari yang sederhana samapai yang sulit, yang berukuran kecil hingga ukuran besar, dari yang murah sampai dengan yang mahal.34

34

Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemilik KUPP Karya Muda “Syarina Production , tanggal 3 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

(31)

Perkembangan awal KUPP Karya Muda “Syarina Production” dimulai dari tingkat yang kecil, yaitu dari keikutsertaanya dalam acara pelatihan Kelompok Usaha Pemuda Produktif tingkat Provinsi Jawa Tengah yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah pada Juni 2004. Hal tersebut tentunya menjadikan awal semangat pemilik KUPP Karya Muda “Syarina Production” untuk membuat KUPP ini semakin maju. Berbagai lomba diikuti oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production”, di Tingkat Kabupaten Semarang KUPP Karya Muda “Syarina Production” berhasil meraih Juara I, menang di tingkat kabupaten, KUPP ini kemudian maju ke tingkat provinsi, di tingkat provinsi KUPP ini kembali mendapat Juara I dan menjadikan KUPP ini semakin dikenal dikalangan masyarakat.

Kemenangan KUPP Karya Muda “Syarina Production” dalam beberapa lomba kerajinan, membuat KUPP ini mengikuti beberapa pameran dan juga kegiatan pelatihan untuk semakin mengembangkan usaha dan para pekerjanya. Pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh KUPP “Karya Muda “Syarina Production” antara lain:

1. Pelatihan Anyaman Eceng Gondok di Kecamatan Banyubiru 2. Pelatihan KUPP tingkat Provinsi Jawa Tengah

3. Pelatihan Managemen dari DISPENDAGRI Kabupaten Semarang 4. Pelatihan Tepat Guna UNDIP Semarang

5. Peserta Pertukaran Pemuda Provinsi (PPAP) 6. Peserta Kemah Persatuan Pemuda (KPP)

7. Pelatihan Anyam Serat Alam Non Tekstil yang diselenggarakan Disperindag Pusat bekerjasama dengan BBKB (Balai Besar Kerajinan

(32)

Batik) Yogyakarta serta JICA (Japan International Courporation

Agency)

8. Pelatihan Evaluasi dan Pembinaan KUPP tingkat provinsi Jawa Tengah

9. Pelatihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Provinsi Jawa Tengah 10. Pendamping PPAP dan KPP

11. Pelatihan Peserta Pendamping PPAP (Pertukaran Pemuda Antar Provinsi) Jawa tengah

12. Peserta Pembinaan Purna Program yang diselenggarakan oleh Deputi Bidang Kewirausahaan dan Industri Olahraga, Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia

13. Peserta Pekan Lingkungan Hidup yang diselenggarakan oleh Kementrian Negara Lingkungan Hidup Indonesia

14. Peserta Pendamping PPAP dan KKP

15. Pelatihan BPAP (Bakti Pemuda Antar Provinsi)

16. Temu Kerajinan Serat Non Tekstil dan Pemanfaatan Limbah Kelapa yang diselenggarakan oleh Kementrian Negara Koperasi, usaha kecil dan menengah Republik Indonesia

17. Pelatihan Pengembangan Pemasaran Ekspor Produk Kerajinan yang diselenggarakan oleh BBPPEI dan BPTN bekerja sama dengan JICA (Japan Internationan Cooperation Agency)

18. Peserta Bimtek Internet yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi Provinsi Jawa Tengah beerja sama dengan ALFA COM

(33)

19. Peserta Evaluasi Pengembangan UKM yang diselenggarakan oleh Deputi Pengembangan UKM Kementrian Negara Koperasi

20. Peserta PPBI (Pekan Produksi Budaya Indonesia) Tingkat Nasional yang diselenggarakan di JCC (Jakarta Convention Center).

21. Pendamping BPI dan BPAP di Bengkulu.

22. Peserta Peningkatan Kualitas SDM dan Manajemen Lembaga Kewirausaan Pemuda, Asisten Deputi Kelembagaan Kewirausahaan Pemuda, Deputi Bidang Kewirausahaan Pemuda dan Industri olahraga Republik Indonesia.

Gambar 17

Kegiatan Pameran PPBI (Pekan Produksi Budaya Indonesia) yang diikuti KUPP Karya Muda “Syarina Production”

Sumber: Foto kegiatan Slamet Triamanto

Kemenangan dan pengalaman dari mengikuti berbagai lomba, pelatihan, dan pameran nasional yang ada di Jakarta, KUPP ini mulai dikenal dan diberi kepercayaan untuk memberikan pelatihan membuat kerajinan eceng gondok di berbagai daerah. Daerah yang diberi pelatihan pertama oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production” adalah Kutai Barat (Kalimantan Timur). Sukses pada pemberian pelatihan di Kutai Barat (Kalimantan Timur), KUPP ini kemudian

(34)

kembali diberi kepercayaan untuk memberikan pelatihan di Gorontalo, Samarinda, Palembang, dan Jambi.35 Semakin banyaknya pelatihan yang dilakuakan KUPP keluar daerah, menjadikan KUPP ini berkembang dengan pesat. Perkembangan KUPP tersebut dibantu oleh media cetak dan elektronik yang meliput kegiatan KUPP Karya Muda ”Syarina Production”.

Gambar 18

Pelatihan kerajinan eceng gondok di Gorontalo

Sumber: Foto Kegiatan Slamet Triamanto

Perkembangan KUPP Karya Muda “Syarina Production” begitu terlihat pada tahun 2007 ketika KUPP mengikuti pameran pertamanya di mancanegara yaitu di Dubai. Sukses pameran pertamanya di mancanegara, membuat Slamet untuk ikut serta lagi dalam usahanya memasarkan kerajinannya ke mancanegara, pameran yang selanjutnya diikuti adalah di Malaysia, Singapore, Hongkong dan Mesir.36

35

Wawancara dengan Diyah Eka Sari selaku sekretaris KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production” pukul 10.00 WIB.

36

Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemimpin KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

(35)

Perkembangan KUPP Karya “Muda Production” yang begitu pesat mendapat apresiasi dari pemerintah dan juga mendapat bantuan peralatan untuk lebih memajukan hasil kerajinannya. Peralatan yang diberikan oleh pemerintah antara lain: compressor, alat press, mesin jahit dan juga alat pemotong kertas.

Gambar 19

Bantuan dari pemerintah berupa compressor dan alat press

Sumber: Foto di KUPP Karya Muda “Syarina Production”

Kemajuan yang dialami oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production” dan adanya bantuan dari pemerintah berupa peralatan produksi membuat KUPP ini semakin membutuhkan banyak tenaga dan juga bahan baku untuk mengembangkan model kerajinannya.

a. Tenaga Kerja

Perkembangan KUPP yang begitu pesat membuat KUPP ini membutuhkan lebih banyak tenaga kerja untuk semakin megembangkan usahanya. Pekerja KUPP Karya Muda “Syarina Production” yang semula hanya berjumlah 5 orang, bertambah menjadi 20 orang di tahun 2007 dan menjadi 36 orang pekerja pada tahun 2011. Pekerja yang dimiliki Slamet ini terdiri dari, 10 orang pengrajin

(36)

profesional dan 26 pengranjin kurang terampil, para pengrajin tersebut terdiri 13 orang pengrajin laki-laki dan 23 orang pengrajin ibu-ibu rumah tangga.37 Sebagian besar ibu-ibu yang bekerja di KUPP Karya Muda “Syarina Production” merupakan warga sekitar yang ingin membantu perekonomian keluarga. Mereka mengerjakan eceng gondok setengah jadi yang kemudian dirakit oleh perajin yang terampil. Dibekali pelatihan dan pengalaman kerja yang lama, lambat laun perajin yang tadinya kurang terampil dapat menjadi tenaga kerja perajin yang terampil.

Penambahan pegawai dan bahan baku yang dilakukan oleh Slamet Triamanto selaku pemilik KUPP Karya Muda “Syarina Production” membawa hasil yang positif untuk usahanya. Akibat dari penambahan pegawai dan bahan baku, produksi hasil kerajinan eceng gondok dalam sebulan mencapai 25 sampai dengan 100 unit bentuk kerajinan. Namun tidak semua jenis kerajinan diproduksi oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production”, hanya beberapa produk unggulan yang merupakan pemesanan dan permintaan dari pasar yang banyak lebih diutamakan produksinya. Jumlah produksi yang dihasilkan oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production” antara lain 25 unit miniatur kereta api, 25 unit miniatur mobil antik, 25 unit kapal pinishi, 25 unit miniatur kereta kencana, 100 unit cermin hias dan sandal, 150 unit kotak tisu. Sementara produk-produk lainnya diproduksi apabila ada permintaan pasar dan pada saat ada pameran.38

37

Wawancara dengan Diyah Eka Sari selaku sekretaris KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

38

Wawancara dengan Diah Eka Sari selaku sekretaris KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

(37)

b. Sistem Kerja dan Sistem Upah

Bertambahnya jumlah pekerja yang ada di KUPP Karya Muda “Syarina Production” membuat KUPP ini harus menciptakan suatu sistem kerja. Sistem yang ada di KUPP Karya Muda “Syarina Production” di Desa Kebondowo adalah dilakukan setiap hari, dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB,39 sedangkan sistem produksi di KUPP Karya Muda “Syarina Production” ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Pekerja yang tidak terampil menyiapkan bahan baku dan membuat bahan eceng gondok setengah jadi berupa anyaman, pilinan, karton dilapisi eceng gondok pipih, dan tenunan eceng gondok.40

b. Pekerja yang terampil membuat pola-pola yang akan dirakit, melakukan perakitan, dan melakukan proses finishing.

Selain penciptaan sistem kerja, KUPP Karya Muda “Syarina Production” juga membuat sistem upah kerja. Awalnya Sistem upah yang ada di KUPP ini hanya sistem upah borongan, namun dengan semakin berkembangnya KUPP Karya Muda “Syarina Production”, membuat sistem upah di KUPP ini menjadi 2 jenis sistem upah, yaitu:

1. Sistem upah di KUPP Karya Muda “Syarina Production” yang pertama adalah sistem upah mingguan dengan hitungan perharinya para pengrajin digaji Rp 50.000,00, sehingga apabila sistem gajinya

39

Wawancara dengan Diyah Eka Sari selaku sekretaris KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

40

Pilinan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hasil memilih atau dipilih. Pipih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tipis atau rata, sedangkan memipihkan adalah menekan atau menipiskan.

(38)

perminggu para pengrajin eceng gondok ini mendapatkan hasil Rp 300.000,00 per minggunya.41

2. Selain sistem mingguan, sistem upah yang kedua di pembuatan kerajinan eceng gondok ini adalah sistem upah borongan. Sistem upah ini diberlakukan untuk mereka yang bekerja sebagai pembuat anyaman atau kepangan dari eceng gondok. Sistem upah borongan ini adalah sistem upah dimana seorang pekerja yang dapat menghasilkan produksi yang banyak maka dia akan mendapat upah yang banyak pula, begitupun sebaliknya bagi mereka yang hanya dapat menghasilkan produksi sedikit maka mereka akan mendapat upah yang sedikit pula.42 Rata-rata penghasilan perhari dari para pengrajin dalam sistem upah ini mencapai Rp. 75.000,00 – Rp. 100.000,00.

c. Bahan Produksi

Bertambahnya jumlah pekerja dan juga adanya bantuan peralatan dari pemerintah seperti compressor yang digunakan untuk proses finishing dan menyemprotkan cairan clear atau melamin begitu membantu dalam proses meningkatkan produksi. Kerajinan yang dihasilkan bukan hanya dalam bentuk hiasan, namun berupa benda pakai dan peralatan dalam rumah tangga, seperti: sandal, tas, toples, dan cermin. Peningkatan hasil produksi KUPP, membuat bahan

41

Wawancara dengan Ahmad Amsori selaku bendahara KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

42

(39)

produksi yang digunakan semakin bertambah, penambahan bahan produksi di KUPP Karya Muda “Syarina Production antara lain:

1. Kain saten yang berfungsi sebagai hiasan dan pegangan pada tas

2. Tempurung kelapa atau batok dibentuk bulat atau oval sebagai kancing atau assesoris pada tas.

3. Benang nilon, untuk tali dan perekat pada kapal pinishi. 4. Karet sol digunakan untuk alas bawah sandal.

5. Bahan pewarna: semir sepatu untuk warna coklat atau hitam yang digunakan saat finishing dan pewarna batik atau pewarna kain yang digunakan saat pencelupan bahan enceng gondok kering yang dijadikan tas.

d. Pemasaran

Dalam kegiatan pemasaran, seorang penguasaha dituntut untuk ahli dalam melihat kondisi pasar, tujuannya adalah agar usaha yang dijalankannya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Selain itu, pengusaha juga dituntut untuk kreatif di mana setiap barang yang dihasilkan harus barang yang berkualitas dengan desain yang beragam dan bervariasi, agar para konsumen dapat tertarik dengan hasil produksinya. Pemasaran merupakan segala bentuk aktivitas untuk memindahkan barang dari tangan produsen ke tangan konsumen.43 Pemasaran hasil produksi KUPP Karya Muda “Syarina Production” dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pemasaran langsung dan pemsaran tidak langsung.

43

M. Manulang., Pengantar Ekonomi Perusahaan, (Yogyakarta: Liberty, 1969), hlm. 210.

(40)

1. Pemasaran Langsung

Pemasaran secara langsung adalah pemasaran hasil produksi yang dapat diperoleh langsung dari produsen kepada konsumen tanpa adanya perantara. Dalam kegiatan pemasaran secara langsung, pengusaha menyediakan tempat khusus untuk memajang semua hasil produksinya, atau yang biasa kita sebut dengan showroom. Dengan adanya showroom memudahkan konsumen untuk dapat memilih dan menentukan sendiri desain kerajinan yang diinginkannya. Pemasaran dengan cara ini juga memberikan keuntungan bagi pengusaha dan konsumen, karena harga yang ditetapkan tidak memerlukan penambahan laga, seperti yang dilakukan oleh pihak ketiga atau perantara.

2. Pemasaran Secara Tidak Langsung

Pemasaran tidak langsung merupakan pemasaran barang produksi dimana konsumen mendapatkan barang tidak langsung dari produsen, melainkan dari pihak ketiga atau perantara, seperti pedagang dan artshop. Pemasaran kerajinan eceng gondok dengan cara seperti ini biasanya melibatkan para pedagang yang telah memiliki tempat pemasaran sendiri, seperti daerah Ambarawa, Semarang dan sekitarnya, jakarta, Surabaya, Bogor, Yogyakarta, Bali, Bengkulu, Samarinda, Jambi, dan Gorontalo.44 Setiap bualan para pedagang mengambil barang dari pengusaha kemudian produk dijual kepada konsumen melalui artshop mereka. Kegiatan pemasaran ini tentunya sangat membatu pemasaran kerajinan eceng

44

Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemilik KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

(41)

gondok, karena dengan lingkup daerah yang luas, selain makin mengenalkan KUPP Karya Muda “Syarina Production” juga menambah omset bagi pengusaha.

Pemasaran kerajinan eceng gondok ini tidak hanya melalui lingkup Nusantara, namun pemasaran hasil produksi ini juga sudah sampai mancanegara seperti Malaysia, Singapore, Mesir dan juga Dubai, namun pemasaran untuk mancanegara masih relatif kecil. Kegiatan pemasaran kerajinan eceng gondok ini dilakukan melalui kegiatan atau even-even lokal, maupun nasional. Pada even di luar negeri difasilitasi oleh Kementrian Luar Negeri dan Bank Mandiri. Harga kerajinan eceng gondok ini bermacam-macam, harga penjualan kerajinan ini didasarkan pada bentuk dan ukuran kerajinan tersebut.

e. Hasil Produksi

Produk-produk unggulan yang dapat dihasilkan oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production” untuk dipasarkan pada periode ini antara lain:

1. Toples atau Tempat makanan

Toples atau tempat makanan yang ukurannya kecil merupakan produk dengan bentuk tabung yang berfunsi untuk menyimpan makanan. Toples makanan ini berukuran diameter 15 cm dan tinggi 7 cm, yang terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian tabung dan bagian tutupnya. Bahan utama produk ini adalah eceng gondok yang setengah jadi yang ditenun, karton yang dilapisi eceng gondok yang pipih, kertas daur ulang, potongan penggulung kain, serta tali agel untuk tepian hiasan. Bahan tambahan lain, yaitu toples bening yang diletakkan di dalam toples eceng gondok.

(42)

Bahan eceng gondok tenun untuk lapisan dasar toples serta tutup toples, sedangkan karton yang dilapisi eceng gondok pipih berbentuk lembaran digunakan untu membuat pola sesuai dengan desain yang akan dibuat. Setelah itu, direkatkan pada bagian luar tempat toples. Selain dengan menggunakan karton yang dilapisi lembaran eceng gondok, pembuatan pola pada toples juga menggunakan tali agel yang ditempel pada bagian tepi.

Proses finishing pada toples ini adalah dengan menyemprotkan melamin ke toples, dengan tujuan untuk mencegah rayap, jamur, dan gigitan hama. Bagian dalam toples dilapisi dengan kertas daur ulang yang telah dilapisi dengan kain

furing dan yang terakhir adalah memasukkan toples bening kedalam toples eceng

gondok ini.

Gambar 20

Toples dari eceng gondok

Sumber: Foto hasil kerajinan eceng gondok

Toples berguna sebagai tempat makanan atau cemilan dan harganya yang relatif murah, bentuk toples ini juga unik, sehingga toples ini begitu diminati oleh banyak konsumen. Jarang ditemui bahan eceng gondok dijadikan toples makanan. Untuk tetap membuat toples ini laku dan diminati oleh konsumen, para pengrajin harus dapat mengembangankan atau menambahan variasi pada toples.

(43)

2. Sandal

Sandal merupakan produk yang diciptakan KUPP Karya Muda “Syarina Production” untuk alas kaki dengan bahan eceng gondok. Bahan utama yang digunakan untuk pembuatan sandal adalah eceng gondok yang setengah jadi berbentuk pilinan, anyaman, dan tenunan, serta bahan tambahan karet atau sol sandal.

Eceng gondok anyaman dan tenunan digunakan sebagai lapisan alas kaki, sedangkan eceng gondok pilinan digunakan untuk tali sandal. Pilinan yang digunakan untuk tali sandal adalah pilinan ganda dan pilinan tunggal. Selain itu, pada alas bawah sandal direkatkan karet atau sol sandal yang sudah dipotong sesuai dengan ukuran dan pola sandal. Pada tahapfinishing, sandal disemprot dengan melamin agar sandal terhindar dari rayap, timbulnya jamur maupun gigitan hama.

Gambar 21

Sandal dari Eceng Gondok

Sumber: Foto hasil kerajinan eceng gondok

3. Cermin dari Eceng gondok

Cermin rias dari eceng gondok ini memiliki ukuran bingkai 45 cm x 30. Di tengah bingkai terdapat kaca cermin yang difungsikan untuk bercermin dengan

(44)

ukuran yang disesuaikan dengan bingkai. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan kerajinan ini adalah eceng gondok setengah jadi berbentuk pilinan, anyaman, karton yang dilapisi eceng gondok pipih, dan bahan tambahan seperti kaca cermin, kertas daur ulang, triplek, kardus, kain furing, serta tali agel untuk tepi pola hias kaca cermin.

Bahan eceng gondok dan karton yang dilapisi eceng godok pipih lembaran digunakan sebagai lapisan dasar yang menutupi bingkai cermin, sedangkan pilinan sebagian besar digunakan untuk tepian bingkai. Bingkai terbuat dari kertas daur ulang, kardus, dan triplek yang sudah dilapisi dengan eceng gondok. Tali agel digunakan untuk tepi pola hiasan dan tepi bingkai cermin rias. Proses

finishing pada kerajinan ini adalah disemprot dengan melamin untuk mencegah

adanya jamur, rayap, ataupun gigitan hama. Pada bagian belakang cermin yang terbuat dari triplek, direkati dengan kain pelapis atau furing agar triplek tidak terlihat dan terkesan halus permukaannya.

Gambar 22

Cermin dari eceng gondok

(45)

4. Vas Bunga

Vas bunga dari eceng gondok ini terdiri dari berbagai ukuran, ada 4 tipe ukuran pada vas bunga ini dari tipe pertama dengan ukuran tinggi tabung 10cm dan diameter 3cm, tipe dua tinggi tabung 10cm dan berdiameter 4cm, tipe tiga berukuran tinggi tabung 15cm dan berdiameter 3cm, dan pada tipe ke empat berukuran tinggi tabung 15cm dan berdiameter 4cm. Ada pula vas dengan ukuran sedang yaitu tinggi tabung 40cm dan berdiameter 10cm.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan vas bunga ini adalah, eceng gondok setengah jadi dalam bentuk pilinan atau anyaman, karton ynag dilapisi eceng gondok pipih, dan bahan tambahan yang digunakan adalah kertas daur ulang, tali agel untuk hiasan, bambu yang berbentuk tabung. Proses pembuatan kerajinan ini tidak berbeda jauh dengan cara membuat toples, yaitu: bahan eceng gondok pilinan/anyaman untuk bahan dasar vas bunga, sedangkan karton yang telah dilapisi eceng gondok pipih digunakan untuk membuat pola sesuai yang akan dibuat, setelah itu direkatkan pada bagian luar vas. Selain dengan mengguanakan karton yang dilapisi lembaran eceng gondok, pembuatan pola pada toples juga dapat menggunakan tali agel yang di tempel pada bagian tepi. Pada proses finishing kerajinan ini disemprot dengan melamin agar terhindar dari jamur, rayap, dan gigitan hama.

(46)

Gambar 23

Vas bunga dari eceng gondok

Sumber: Indonesia.alibaba.com

5. Tas

Tas berbahan eceng gondok merupakan salah satu barang pakai yang diproduksi oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production”. Tas ini berbahan utama eceng gondok yang berbentuk pilinan/kepangan, dan beberapa bahan tambahan seperti tali agel, kain, kayu, dan batok kelapa. Dalam proses produksinya , eceng gondok yang berbentuk pilinan/kepangan terlebih dahulu dicelupkan kedalam pewarna untuk memberikan warna pada tas. Setelah selesai pada tahap pewarnaan, eceng gondok dalam bentuk pilinan/kepangan tersebut dirangkai sesuai dengan desain dan digabungkan dengan kain dan kayu yang berfunsi sebagai pegangan pada tas. Tali agel dan batok kelapa biasanya digunakan untuk kancing tas. Pada tahap akhir, tas eceng gondok ini disemprot dengan melamin untuk mencegah jamur, rayap, dan hama.

Tas berbahan eceng gondok ini, cukup diminati oleh konsumen. Bahan tas yang ramah lingkungan dan bentuk tas yang unik membuat tas ini begitu diminati oleh konsumen. Namun sayangnya produk kerajinan eceng gondok ini bukan

(47)

produk unggulan KUPP Karya Muda “Syarina Production”, sehingga pembuatan kerajinan ini hanya diproduksi ketika ada pesanan pasar.

Gambar 24 Tas dari eceng gondok

Sumber: Foto kerajinan eceng gondok

6. Miniatur Kereta Api

Kerajinan berbentuk miniatur lokomotif kereta api merupakan pengembangan dari kereta api yang ada di Museum Kereta Ambarawa. Produk kerajinan miniatur kereta api ini merupakan bentuk kerajinan yang berkualitas, terbukti dengan pilihan bahan setengah jadi karton yang dilapisi eceng gondok pipih, teksturnya halus, pipih, dan rapi, badan miniatur lokomotif sudah selesai dengan tempatnya dan dirakit dengan baik, serta hiasan tali, serta hiasan tali agel direkatkan secara rapi dan tidak berantakan.

(48)

Gambar 25

Miniatur kereta api dari eceng gondok

Sumber: Foto hasil kerajinan eceng gondok

Pembuatan produk miniatur lokomotif ini dikerjakan oleh perajin yang sudah ahli dan terlatih, karena produk miniatur lokomotif ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam pengerjaannya. Pola dan bidang miniatur lokomotifnya banyak dan potongannya bervariasi. Bahan yang digunakan juga bukan hanya dari bahan eceng gondok setengah jadi, tetapi juga mengggunakan bahan tambahan seperti, bambu untuk jeruji dari miniatur lokomotif, triplek untuk alas penyangga bagian bawah, penggulungan kain untuk bentuk-bentuk tabung, dan tali agel yang direkatkan dan diatur sedemikian rupa agar terlihat estetis. Pada tahap finishing, miniatur kereta disemprot dengan melamin agar terhindar dari rayap, jamur, dan gigitan hama.

7. Miniatur Kereta Kencana

Miniatur Kereta Kencana merupakan produk kerajinan yang dikembangkan dari model kereta kencana yang ada di keraton. Bahan yang digunakan untuk pembuatan miniatur Kereta Kencana ini adalah, eceng gondok setengah jadi dalam bentuk pilinan, eceng gondok yang teksturnya halus, pipih

(49)

dan rapi. Sedangkan bahan tambahan yang digunakan dalam miniatur Kereta Kencana ini adalah, bambu yang digunakan untuk jeruji, serta tali agel yang digunakan untuk hiasan, dan triplek yang dipotong melengkung untuk kaki-kaki bawah kereta. Pada tahap finishing, miniatur Kereta Kencana disemprot dengan melamin agar terhindar dari rayap, jamur, dan gigitan hama.

Gambar 26

Miniatur Kereta Kencana

Sumber: Foto hasil kerajinan eceng gondok

Peningkatan jumlah produksi dan penyesuain hasil produksi dengan permintaan pasar, membuat kerajinan yang diproduksi oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production” laku terjual dipasaran lokal, luar pulau, maupun mancanegara. Omzet penjualan dari KUPP Karya Muda “Syarina Production” dalam sebulan kurang lebih Rp. 40.000.000,00 sampai Rp. 50.000.000,00.45 Hal ini merupakan penghargaan yan tinggi atas kreativitas kerajinan eceng gondok

45

Wawancara dengan Ahmad Amsori selaku bendahara KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Gambar

Gambar 24 Tas dari eceng gondok

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya untuk 2 – 5, tentukan volume benda putar yang dihasilkan jika daerah yang ditentukan berikut diputar terhadap sumbu atau garis yang diberikan; 2.. A diputar terhadap

penelitian ini bertujuan untuk (i) mengidentifikasi faktor kendala utama yang dihadapi petani dalam usaha tani di Desa Pringkuku, (ii) mengidentifikasi teknologi

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan probiotik komersial berbeda terhadap rasio N:P dan C:N media kultur bioflok pada bak

usia remaja yang melahirkan, wanita usia 15-19 tahun, dengan MDG 5.4; (4) Proporsi kelahiran dari ibu, usia 15-24 tahun, yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, di

Bila pasien pulang diluat jam kerja untuk urusan administrasi akan dilakukan di hari berikutnya Untuk Jam pulang pasien rawat inap hanya bisa dilakukan di jam kerja kasir :. -

Menimbang, bahwa terlepas dari ketentuan-ketentuan formil sebagaimana terurai di atas, dalam perkara aquo, disamping ada kepentingan hukum Para Pemohon, juga

Maka dari itu penulis melakukan penelitian pada jaringan SMK Negeri 1 Inderalaya Utara yang menjadikan jaringan sebagai pendukung salah satu penunjang pembelajaran,

Brownies singkong ini akan dipraktekkan kepada ibu- ibu PKK dan akan disambut positif oleh masyarakat Desa Setia Bumi yang dihadapi UKM umumnya berasal dari pemilik