• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Bimbingan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Bimbingan Konseling"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016)

Jurnal Bimbingan Konseling

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk

KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING: STUDI KASUS DI SMAN

1 KOTA SEMARANG

Yekti Endah P

, Sugiyo

Prodi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel

________________ Sejarah Artikel: Diterima 1 Maret 2016 Disetujui 2 April 2016 Dipublikasikan 2 Juni 2016 ________________ Keywords: School counselors’ performance, MAN 1 Kota Semarang

____________________

Abstrak

___________________________________________________________________ Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis kinerja Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang dari merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan hambatan (harapan dan upaya). Jenis metode penelitian ini menggunakan kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perencanaan, Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang menyusun perencanaan program pada awal tahun ajaran baru meskipun struktur kurikulum di MAN 1 Kota Semarang Bimbingan dan Konseling tidak masuk kelas; (2) Pelaksanaan, hampir semua program yang direncanakan dilaksanakan, ada beberapa yang belum dapat berjalan dengan lancar karena tidak adanya jam masuk kelas, seperti memberikan layanan informasi secara klasikal kepada siswa. Guru Bimbingan dan Konseling melaksanakan kegiatan insidental karena lebih mengutamanakan keadaan yang di lapangan untuk membantu menangani siswa; (3) Evaluasi, ada beberapa program yang belum terlaksana karena tidak adanya jam masuk kelas. Tanggapan beberapa siswa terhadap Guru Bimbingan dan Konseling baik, perhatian, memotivasi, dan mendidik dan ada beberapa pandangan siswa yang masih belum berani menemui Guru Bimbingan dan Konseling. Ruangan Bimbingan dan Konseling nyaman dan menuju ideal. (4) Hambatan, harapannya semua hambatan dapat terselesaikan dengan baik.

Abstract

___________________________________________________________________

The purpose of this research was to describe and analyze the school counselors’ performance of MAN I Kota Semarang from planning, implementation, evaluation and obstacles (wishes and efforts). Qualitative method with case study desing was applied in present study. The results showed that (1) Planning, school counselor of MAN 1 Kota Semarang develop the school counselor program on early education year although school counseling of MAN 1 Kota Semarang did not have classical schedule. (2) Implementation, although most of the planned programs were implemented, there were some programs which was not be implemented because school counselor did not have any schedule for providing classical services, such as information service. School counselor focused on incidental activity for responding the students’ needs; (3) Evaluation, there were some programs that have not implemented yet because no time for the classical activity. Some students gave their evaluation to the school counselors that they are kind, attention, giving motivation, and Education, but some of the students were afraid to meet the school counselor. The office of school counseling was comfortable and relatively ideal. (4) Obstacles, it is hoped that all of the obstacles can be solved well.

© 2016 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi:

Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233 E-mail: starmaniez@gmail.com

p-ISSN 2252-6889 e-ISSN 2502-4450

(2)

Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016) PENDAHULUAN

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa konselor sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong, dan tutor. Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 27 tahun 2008 dinyatakan tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 tahun 2010 pasal 171 ayat 1 dan 2 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Ayat 1 dinyatakan pendidik merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pada ayat 2 konselor yang berkualifikasi pendidikan mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik profesional yang memberikan pelayanan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan perguruan tinggi.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Oleh karena itu, keberadaan Guru Bimbingan dan Konseling sebagai suatu kualifikasi dan profesi pendidik yang memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja.

Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum. Pelayanan dimaksud adalah pelayanan Bimbingan dan Konseling. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli Bimbingan dan Konseling, terutama dalam jalur pendidikan formal dan nonformal.

Ekspektasi kinerja konselor menurut Depdiknas (2008) dalam jenjang sekolah

menengah yaitu sebagai salah satu komponen

student support service yakni men-support

perkembangan aspek-aspek pribadi sosial, karir, dan akademik siswa, melalui pengembangan menu program Bimbingan dan Konseling, bantuan kepada siswa dalam

individual student planning, pemberian layanan

responsif serta pengembangan system support. Fungsi dalam jenjang sekolah menengah yaitu preventif, kuratif, maupun developmental.

Kualifikasi kompetensi akademik pendidik Guru Bimbingan dan Konseling minimal sarjana Pendidikan (S1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan memiliki kompetesi di bidang Bimbingan dan Konseling. Sedangkan kompetensi profesional merupakan penguasaan kiat penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam konteks otentik Pendidikan Profesi Konselor yang berorientasi pada pengalaman dan kemampuan praktik lapangan, dan tamatannya memperoleh sertifikat profesi Bimbingan dan Konseling dengan gelar profesi Konselor, disingkat Kons.

Kompetensi akademik seorang konselor profesional terdiri atas kemampuan (Depdiknas, 2008): (1) mengenali secara mendalam konseli yang hendak dilayani, (2) menguasai khazanah teoretis dan prosedural termasuk teknologi dalam Bimbingan dan Konseling, (3) menyelenggarakan layanan ahli Bimbingan dan Konseling yang memandirikan, (4) mengembangkan profesionalitas sebagai konselor secara berkelanjutan.

Rumusan Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Namun bila ditata kedalam empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional konselor dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 27 Tahun 2008 dapat dipetakan dan dirumuskan kedalam

(3)

Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016) kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan

profesional.

Kompetensi pedagogik dari sosok konselor mencakup (a) menguasai teori dan praksis pendidikan, (b) mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli, (c) menguasai esensi pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam jalur jenis, dan jenjang satuan pendidikan. Kompetensi kepribadian sosok konselor mencakup (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, individualitas dan kebebasan, (c) menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat, (d) menampilkan kinerja berkualitas tinggi. Sementara kompetensi sosial dari sosok konselor mencakup (a) mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja, (b) berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi Bimbingan dan Konseling, (c) mengimplementasikan kolaborasi antar profesi. Kompetesi isi dari kompetensi profesional yakni (a) menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli, (b) menguasai kerangka teoritik dan praksis Bimbingan dan Konseling, (c) merancang program Bimbingan dan Konseling, (d) mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif, (e) menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling, (f) memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional, (g) menguasai konsep dan praksis penelitian dalam Bimbingan dan Konseling.

Berkaitan dengan kinerja Guru Bimbingan dan Konseling, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam proses Bimbingan dan Konseling yaitu bagaimana seseorang Guru Bimbingan dan Konseling merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program Bimbingan dan Konseling. Adapun ukuran kinerja (Nursalim 2015) menurut Mitchell dapat dilihat dari lima hal, yaitu quality of work – kualitas pekerjaan,

promptness – ketepatan waktu dalam

menyelesaikan pekerjaan, initiatif – prakarsa

untuk menyelesaikan pekerjaan, communication – kemampuan membina kerja sama dengan pihak lain.

Mekanisme pengelolaan layanan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 111 tahun 2014 mencangkup tahapan analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengembangan program. Penilaian kinerja Guru Bimbingan dan Konseling menurut Daryanto dan Farid (2015) mencangkup tiga hal yaitu perencanaan layanan Bimbingan dan Konseling, pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling, dan evaluasi, pelaporan, tindak lanjut.

Di Sekolah Menengah Atas, Guru Bimbingan dan Konseling mempunyai kompleksitas untuk mengatur, mengelola dan melaksanakan program Bimbingan dan Konseling. Apalagi sekolah yang berbasis Islami yaitu Madrasah Aliyah. Banyaknya mata pelajaran tambahan dari basis Islami, menjadikan seorang guru harus bekerja sama dengan Guru Bimbingan dan Konseling untuk mengoptimalkan perkembangan peserta didik. Guru bimbingan dan koseling dituntut mempunyai kinerja yang cukup mumpuni dalam melaksanakan tugasnya. Banyaknya mata pelajaran di Madrasah Aliyah menuntut guru yang sudah sertifikasi harus memenuhi jam 24 jam. Untuk memenuhi tersebut, di lapangan pada umumnya ada yang merangkap menjadi Guru Bimbingan dan Konseling. Ada juga yang menjadi Guru Bimbingan dan Konseling karena jam guru mata pelajaran sudah penuh. Dan hal tersebut mempengaruhi kinerja dalam proses layanan Bimbingan dan Konseling.

Hasil penelitian Jafar (2011) menun-jukkan bahwa sebagian besar responden memenuhi persyaratan minimum untuk melakukan tugas konseling. Mayoritas responden memiliki skor moderat dalam kinerja konseling mereka secara keseluruhan 86% dan hanya 14% dari mereka mendapat skor tinggi dalam kinerja konseling. Tidak ada responden yang mendapat skor rendah dalam

(4)

Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016) kinerja konseling. Temuan ini menunjukkan

bahwa mayoritas responden mendapatkan nilai sedang dan tinggi. Di Malaysia ditekankan bahwa untuk memberikan pelayanan konseling harus memiliki ketrampilan.

Penelitian Jumail (2013) menunjukkan bahwa kompetensi konselor sekolah dalam menguasai kerangka teoritik dan praksis Bimbingan dan Konseling, merancang program Bimbingan dan Konseling, menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling, memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional, menguasai konsep dan praksis penelitian Bimbingan dan Konseling berada dalam katagori sedang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut tentang peranan kompetensi konselor terhadap pelayanan yang diberikan kepada siswa menunjukan bahwa konselor sudah memahami dan menguasai konsep dan praktik dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling namun belum begitu optimal.

Penelitian Murad (2005) menunjukkan fakta yang menarik dimana sebagian orang tua belum mengakui signifikan dari eksistensi program Bimbingan dan Konseling karena alasan kurang profesionalnya para Guru pembimbing dalam menjalankan tugas. Hasil penelitiannya ditemukan bahwa tingkat performansi aktual kompetensi konselor profesional secara keseluruhan berada dalam kategori cukup, tingkat performansi aktual kompetensi konselor profesional yang berlatar belakang pendidikan Bimbingan dan Konseling berada pada tingkat tinggi sedangkan yang bukan dari latar belakang bukan Bimbingan dan Konseling berada pada tingkat cukup. Pada temuannya dapat disimpulkan bahwa kualitas kinerja konselor profesional harus dibenahi sesuai standar ideal.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat kinerja konselor pada sekolah cukup, sedang dan tinggi. Ditinjau dari aspek kinerja konselor dalam memberikan pelayanan, penguasaan konsep dan praktik, tingkat performansi aktual kompetensi konselor profesional, serta latar belakang dari Guru Bimbingan dan Konseling.

Dampak dari hasil tersebut dapat berpengaruh dalam kinerja Guru Bimbingan dan Konseling dalam hal merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program Bimbingan dan Konseling.

Hasil pengamatan di Madrasah Aliyah Negeri Kota Semarang terdapat Guru Bimbingan dan Konseling yang lulusan dari S1 Bimbingan dan Konseling dan bukan lulusan S1 Bimbingan dan Konseling. Dari yang lulusan S1 Bimbingan dan Konseling dan bukan lulusan S1 Bimbingan dan Konseling akan mempengaruhi pola dan aturan kerja sebagai Guru Bimbingan dan Konseling.

Rasio Guru BK di MAN 1 Kota Semarang tidak sebanding dengan jumlah siswanya. Perencanaan layanan di MAN 1 dilakukannya need assessment untuk pembuatan program selama satu tahun. Pelaksanaan layanan tidak diberikan sebagian didalam kelas, karena tidak adanya jam masuk kelas Bimbingan dan Konseling. Implementasi dari program yang telah dibuat belum secara optimal. Contohnya dalam bidang karir untuk kelas XII, Guru Bimbingan dan Konseling memberikan bimbingan klasikal untuk informasi karir dan diberikan pada waktu selesai sekolah ataupun masuk diwaktu mata pelajaran yang kosong. Tapi dalam pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling, Guru Bimbingan dan Konseling bekerja sama dengan pihak sekolah. Dan hasil pengamatan di MAN 1 terlihat adanya interaksi yang dekat antara siswa dan Guru Bimbingan dan Konseling di ruang Bimbingan dan Konseling dalam hal pemberian layanan informasi. Dalam sarana dan prasarana, ruangan Bimbingan dan Konseling kurang tertata karena adanya perpindahan ruang Bimbingan dan Konseling sehingga membuat tatanan ruang Bimbingan dan Konseling belum sesuai. Evaluasi program Bimbingan dan Konseling di MAN 1, dari hasil wawancara dengan koordinator Guru Bimbingan dan Konseling bahwa kurangnya kompetensi dan waktu dalam hal mengevaluasi dan menindak lanjuti program yang telah dibuat.

(5)

Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016) MAN 2 Semarang yang berkualifikasi S1

BK hanya satu orang, dua orang lainnya berkualifikasi bukan S1 BK, satu orang mengambil kuliah S1 BK dan satunya adalah mantan waka kesiswaan yang ikut membantu dalam pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di MAN 2 Semarang. Tetapi dalam struktural di MAN 2 jumlah Guru Bimbingan dan Konselng berjumlah dua orang. Rasio Guru Bimbingan dan Konseling di MAN 2 tidak sebanding dengan jumlah siswa. Perencaan layanan dalam pembuatan program selama satu tahun, MAN 2 melakukan need

assessment pada siswa. Tetapi tidak semua

dilakukan need assessment hanya untuk kelas XI dan XII. Alasan tidak dilakukannya need

assessment untuk kelas X adalah tidak adanya

jam masuk kelas Bimbingan dan Konseling. Pelaksanaan program di MAN 2 tidak semua dilaksanakan walaupun terdapat jam masuk kelas Bimbingan dan Konseling karena kurangnya personil Bimbingan dan Konseling sehingga banyak hal yang tidak bisa dilakukan secara optimal. Sejauh ini, Guru Bimbingan dan Konseling melakukan pendekatan terhadap siswa agar terjalin hubungan yang erat dan mengurangi pola pikir yang buruk terhadap Guru Bimbingan dan Konseling. Sarana dan prasarana di MAN 2 kurang ideal, karena ruang Bimbingan dan Konseling hanya terdapat dua meja kerja dan almari yang berisi data siswa. Evaluasi program kurang dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling karena terbatasnya personil dan kurangnya kompetensi dan waktu untuk menindak lanjuti. Hasil pengamatan tersebut terdapat hal yang khas dan unik yang harus dikaji lebih dalam untuk mengetahui kinerja Guru Bimbingan dan Konseling. Hal yang khas dan unik dari pengamatan tersebut bahwa di MAN 1 walaupun tidak adanya jam masuk kelas, Guru Bimbingan dan Konseling mampu memberikan pelayanan kepada siswa MAN 1 Semarang mencakup semua program Bimbingan dan Konseling. Dan di MAN 2 yang unik adalah adanya jam masuk kelas Bimbingan dan Konseling tetapi kurang dalam memberikan layanan Bimbingan dan

Konseling mencakup merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program Bimbingan dan Konseling.

Dari paparan tersebut, penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikan dan menganalisis lebih dalam kinerja Guru Bimbingan dan Konseling Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Semarang dengan pertimbangan: (1) penelitian ini diharapkan lebih fokus dan rinci dalam menganalisis pada satu kasus agar tidak terjadi bias dalam mendapatkan dan menginterpretasikan hasil; (2) semua Guru Bimbingan dan Konseling merupakan empat lulusan S1 BK dan satu S1 Psikologi dan bersertifikasi. Kemampuan dalam mengelola pola kerja setiap Guru Bimbingan dan Konseling teratur sehingga program yang direncanakan dapat berjalan walaupun tidak adanya jam masuk kelas. Untuk itu, penting bagi peneliti menggali, mendeskripsikan, dan menganalisis kinerja Guru Bimbingan dan Konseling di MAN 1 Kota Semarang.

Melalui hasil penelitian yang diperoleh tentang kinerja Guru Bimbingan dan Konseling akan diketahui gambaran deskripsi hasil kinerja Guru Bimbingan dan Konseling. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis kinerja Guru Bimbingan dan Konseling dalam perencanaan, pelaksanaan, proses evaluasi dan hambatan dalam proses program Bimbingan dan Konseling di MAN 1 Kota Semarang. Harapannya Guru Bimbingan dan Konseling dapat meningkatkan kompetensinya dan kinerjanya dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program Bimbingan dan Konseling yang ada. Harapannya juga ada intervensi lebih lanjut untuk kinerja Guru Bimbingan dan Konseling secara utuh.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan desain studi kasus dengan fokus untuk mengembangkan deskripsi dan analisis

(6)

Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016) mendalam tentang kinerja guru Bimbingan dan

Konseling di MAN 1 Kota Semarang.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik keabsahan data menggunakan uji kredibilitas data dengan cara triangulasi dan analisis kasus negatif. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2012). Aktivitas dalam analisis data yaitu data

reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Terdapat empat poin temuan utama dalam penelitian yang akan dibahas meliputi:

1. Perencanaan program Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Semarang

Berdasarkan hasil penelitian dapat dianalisis bahwa kinerja Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang dalam hal perencanaan adalah Guru Bimbingan dan Konseling merencanakan layanan yang akan diberikan kepada siswa selama satu tahun. Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang merencanakan program sesuai dengan kebutuhan siswa dengan melakukan need

asesment. Pada dasaanya, Guru Bimbingan

dan Konseling meneliti kebutuhan/masalah siswa sesuai kebutuhan tugas perkembangannya sehingga dapat dipergunakan sebagai ancangan penyusunan program Bimbingan dan Konseling. Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang merancang program dari program tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian.

Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang merencanakan mulai dari layanan, media, metode, ruangan, peralatan untuk layanan, dan dana untuk menunjang berjalannya kegiatan. Guru Bimbingan dan Konseling dalam merancang program dibuat batasan agar

tidak terjadinya tumpang tindih antara jenis program yang satu dengan yang lain.

Bimbingan dan Konseling di MAN 1 Kota Semarang mendapatkan dukungan dari Kepala Sekolah. Dukungan dari pihak sekolah sangatlah penting untuk eksistensi Bimbingan dan Konseling. Dukungan akan berdampak pada proses layanan yang kondusif. Dukungan dan kerja sama antara Guru Bimbingan dan Konseling dengan pihak sekolah berdampak pada orang tua dan masyarakat akan jaminan akuntabilitas program Bimbingan dan Konseling.

Prioritas dalam merencanakan program perlu memberikan tekanan program mana yang harus diutamakan dan program mana yang dapat ditunda terlebih dahulu. Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang dalam merancang program tidak begitu memaksakan karena kebijakan dari sekolah bahwa Guru Bimbingan dan Konseling tidak mendapatkan jam masuk kelas karena struktur Kurikulum yang ada di MAN 1 Kota Semarang siswa tiba di sekolah mengikuti pelajaran dari pukul 07.00-14.30 WIB kecuali hari jumat pukul 07.00-11.20 WIB. Meskipun begitu, jam kerja Guru Bimbingan dan Konseling di MAN 1 Kota Semarang full time dalam melayani kebutuhan siswa, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Dalam hal merencanakan program, Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang melaksanakan dengan baik walaupun tidak begitu memaksakan karena tidak adanya jam masuk kelas Bimbingan dan Konseling. Untuk kedepannya, Guru Bimbingan dan Konseling bekerja sama dengan pihak sekolah agar semua rencana program yang sudah dibuat dapat diaplikasikan dengan baik dan maksimal. 2. Pelaksanaan program Bimbingan dan

Konseling di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Semarang

Berdasarkan hasil penelitian dapat dianalisis bahwa kinerja Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang

(7)

Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016) dalam hal pelaksanaan bahwa hampir

semua program yang direncanakan terlaksana. Pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling dapat mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam menyusun Rancangan Pelaksanaan Layanan (RPL).

Waktu pelaksanaan pemberian layanan seharusnya sesuai dengan dengan waktu yang sudah ditentukan. Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang memberikan layanan tidak sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan karena tidak adanya jam masuk kelas. Pemberian layanan diberikan kepada siswa sesuai dengan kebutuhan siswa pada saat itu dengan meminta izin kepada Guru Mata Pelajaran yang bersangkutan untuk memberikan layanan kepada siswa.

Ada beberapa kegiatan layanan yang belum terlaksana karena tidak adanya jam masuk kelas yaitu memberikan layanan informasi di kelas dengan menggunakan bimbingan klasikal. Kegiatan yang banyak dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang adalah kegiatan insidental sehingga dalam pelaksanaannya fleksibel. Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang lebih mengutamakan kebutuhan siswa pada saat itu sehingga dalam pelaksanaan program lebih diaplikasikan adalah kegiatan insidental dan kegiatan layanan yang tidak bersifat klasikal.

Guru Bimbingan dan Konseling dalam pemberian materi sesuai dengan kaidah dan pendekatan yang telah direncanakan. Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang memberikan pelayanan pengembangan pribadi, sosial, pribadi dan karir.

Pemberian media dan penggunaan metode diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang menggunakan media sesuai dengan materi yang disampaikan. Tidak ada hambatan dalam penggunaan media. Tetapi jika media yang

digunakan belum dapat diaplikasikan ke siswa, Guru Bimbingan dan Konseling langsung berinteraksi dalam menyampaikan materi.

Metode yang digunakan Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang bergnatung layanan yang akan diberikan. Metode yang digunakan adalah metode yang dapat membantu memecahkan permasalahan siswa tanpa keluar dari kaidah-kaidah ilmu Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling dalam melaksanakan program juga membuat instrumen pengukuran keberhasilan pelaksanaan program. Sehingga ketika ada perubahan dan perbaikan program berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan. Guru Bimbingan dan Konsleing MAN 1 Kota Semarang melakukan penilaian hasil layanan Bimbingan dan Konseling (laiseg) sebelum dan sesudah diakhirinya pelayanan Bimbingan dan Konsleing.

Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang menggunakan penilaian segera, jangka pendek dan jangka panjang. Guru Bimbingan dan Konseling juga membuat laporan pelaksanaan program. Hampir semua materi layanan Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang terlaksana, tetapi ada beberapa yang belum terlaksana karena tidak adanya jam masuk kelas.

Untuk keseluruhannya ketercapaian pelaksanaan pemberian layanan kepada siswa, Guru Bimbingan dan Konseling bekerja dengan maksimal walaupun tidak adanya jam masuk kelas. Hampir semua siswa dapat mengaplikasikan materi layanan yang diberikan Guru Bimbingan dan Konseling. Hambatannya adalah Guru Bimbingan dan Konseling pada pemberian materi secara klasikal karena tidak adanya jam masuk kelas.

3. Proses evaluasi program Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Semarang

(8)

Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016) Berdasarkan hasil penelitian dapat

dianalisis bahwa kinerja Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang dalam hal evaluasi, hampir semua layanan dan kegiatan pendukung yang terprogram terlaksana. Program yang dilaksanakan belum sepenuhnya terlaksana seperti memberikan materi layanan di kelas karena tidak adanya jam masuk kelas sehingga memerlukan koordinasi dengan Guru bidang studi yang bersangkutan.

Adanya perbedaan pencapaian tujuan layanan sebelum dan sesudah diberikan program Bimbingan dan Konseling. Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang setelah memberikan layanan kepada siswa, adanya perubahan yang diterima oleh beberapa siswa. Perubahan yang dialami siswa diantaranya tingkah laku, pola pikir, wawasan dan pengetahuan. Guru Bimbingan dan Konseling menganalissi hasil pemahaman siswa tentang layanan yang diberikan.

Guru Bimbingan dan Konseling mengevaluasi program Bimbingan dan Konseling dari perencanaan sampai pelaksanaan. Dari hasil evaluasi tersebut Guru Bimbingan dan Konseling membuat laporan pelaksanaan program. Semua Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang membuat laporan pelaksanaan program agar dapat dievaluasi dan ditindak lanjuti kedepannya.

Guru Bimbingan dan Konseling mensosialisasikan hasil evaluasi program Bimbingan dan Konseling kepada pihak terkait. Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang melaporkan hasil evaluasi kepada Kepala Sekolah. Hasil evaluasi akan ditindak lanjuti oleh Guru Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling bertanggungjawab atas pelayanan yang diberikan sehingga tanggapan yang diberikan kepada siswa berupa tanggapan positif. Guru Bimbingan dan Konseling menganalis partisipasi siswa dalam

keikutsertaan mengikuti layanan Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling dekat dengan siswa, tanggapan siswa tentang Bimbingan dan Konseling adalah baik, perhatian, mendidik, dan memotivasi, tetapi ada beberapa siswa yang masih takut dengan Guru Bimbingan dan Konseling bahkan tanggapan mereka yang takut dengan Bimbingan dan Konseling ketika dipanggil di ruang Bimbingan dan Konseling adalah siswa bermasalah. Sesungguhnya upaya dari Guru Bimbingan dan Konseling adalah memberikan orientasi tentang Bimbingan dan Konseling diawal ajaran tahun.

Ruang Bimbingan dan Konseling cukup ideal. Semua orang yang masuk ke ruang Bimbingan dan Konseling merasa sejuk dan nyaman. Hanya saja yang perlu ditingkatkan adalah setting permanen untuk ruang Bimbingan dan Konseling agar ketika berbicara bisa merasa tenang tidak mendengar pihak satu dengan yang lain. Pihak Kepala Sekolah mendukung sepenuhnya tentang Bimbingan dan Konseling untuk perkembangan siswa dan melayani siswa.

4. Hambatan dalam proses program Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Semarang

Dari hasil penelitian dapat dianalisis bahwa hambatan, harapan, dan upaya kinerja Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang adalah semua hambatan terkait merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi dapat terselesaikan dan mempunyai pandangan penanganan yang baik sehingga semua bisa terselesaikan.

Upayanya dalam meningkatkan kinerja adalah dengan adanya dukungan Kepala Sekolah, dan dinas setempat selaku pihak yang mengeluarkan kebijakan pada sektor pendidikan. Agar pelaksanaan Bimbingan dan Konseling berjalan dengan baik dan pemahaman tentang Bimbingan dan Konsleing menjadi baik sehingga

(9)

Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016) Bimbingan dan Konseling dapat berjalan

dengan lancar.

Setiap Guru Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan kinerja adalah dengan adanya upaya membina kedisiplinan, meningkatkan motivasi, mempunyai target dalam bekerja, adanya penghargaan dan persepi. Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang dapat meningkatkan kualitasnya dengan mengikuti seminar, workshop, MGBK dan kegiatan ilmiah untuk meningkatkan kemampuannya. Upaya lainnya adalah adanya kerjasama yang kooperatif dari Guru Bimbingan dan Konseling, Kepala Sekolah dan semua pihak agar berjalan dengan baik dan lancar.

SIMPULAN

Ada beberapa simpulan yang dapat dikembangkan dari penelitian ini. Pertama, Perencanaan program Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Semarang, struktur kurikulum di MAN 1 Kota Semarang Bimbingan dan Konseling tidak masuk kelas. Guru Bimbingan dan Konseling tetap membuat program pada awal tahun pelajaran tetapi tidak terlalu memaksakan. Guru Bimbingan dan Konseling melayani siswa full time berangkat sebelum siswa datang, dan pulang setelah siswa pulang.

Kedua, pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Semarang, hampir semua program yang direncanakan dilaksanakan, ada beberapa yang belum dapat berjalan dengan lancar karena tidak adanya jam masuk kelas seperti memberikan layanan informasi secara klasikal kepada siswa. Guru Bimbingan dan Konseling lebih mendapatkan tugas kegiatan insidental karena Guru Bimbingan dan Konseling lebih mengutamakan keadaan yang di lapangan untuk membantu menangani siswa.

Ketiga, proses evaluasi program Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Semarang, semua Guru

Bimbingan dan Konseling melaksanakan sesuai dengan tugas pokoknya, ada beberapa hal yang belum terlaksana karena tidak adanya jam masuk kelas sehingga diperlukan kerja sama dengan Guru bidang studi yang bersangkutan untuk memberikan informasi kepada siswa di kelas. Tanggapan beberapa siswa terhadap Guru Bimbingan dan Konseling baik, perhatian, memotivasi, dan mendidik dan ada beberapa pandangan siswa yang masih belum berani menemui Guru Bimbingan dan Konseling. Evaluasinya pada awal tahun ajaran baru memberikan pengarahan lebih kepada siswa mengenai Bimbingan dan Konseling. Ruangan Bimbingan dan Konseling nyaman dan menuju ideal. Semua pihak membantu dan mendukung Bimbingan dan Konseling agar semua Guru Bmbingan dan Konseling meningkatkan kualitas profesionalnya dan kompetensinya.

Terakhir, Hambatan dalam proses program Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Semarang, semua hambatan Guru Bimbingan dan Konseling mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi harapannya dapat terselesaikan dengan baik. Upayanya kerja sama antara Guru Bimbingan dan Konseling, Guru dan Kepala Madrasah. Dan Guru Bimbingan dan Konseling dapat meningkatkan kompetensinya dengan mengikuti seminar, workshop, MGBK, dan kegiatan-kegiatan ilmiah terkait Bimbingan dan Konseling.

SARAN 1. Pengawas

Pengawas memberikan pengarahan kepada Kepala MAN 1 Kota Semarang agar dapat meningkatan kualitas kinerja Guru Bimbingan dan Konseling. Pengawas dapat melakukan monitoring dengan mengunjungi dan mengamati kinerja Guru Bimbingan dan Konseling di MAN 1 Kota Semarang.

(10)

Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016) 2. Kepala Madrasah

Kepala Madrasah ikut andil dalam kinerja Guru Bimbingan dan Konseling agar tidak ada yang salah persepsi tentang tugas Guru Bimbingan dan Konseling. Dukungan keuangan, tenaga, dan pikiran sangat dibutuhkan Guru Bimbingan dan Konseling sehingga Kepala Madrasah sebaiknya siap kapanpun juga ketika Guru Bimbingan dan Konseling memerlukan dukungan yang sifatnya untuk kepentingan siswa.

3. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru Bimbingan dan Konseling dapat mengatur jadwal untuk pemberian layanan yang bersifat klasikal sesuai yang diamanatkan Permendikbud Republik Indonesia No. 111 Tahun 2014 tentang layanan Bimbingan dan Konseling di dalam kelas. Guru Bimbingan dan Konseling memberikan pelayanan yang bersifat pencegahan, perbaikan dan penyembuhan, pemeliharaan, dan atau pengembangan. 4. Penelitian selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya, dalam bidang kajian yang sama diharapkan memanfaatkan informasi apapun yang ada dalam penelitian ini serta dapat mengembangkan bidang kajian ini dalam berbagai sudut pandang dan komponen yang mendukung, sehingga dapat mengembangkann tentang kajian ini selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J. W. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain

Riset. Yogyakarta: Pusataka Pelajar

Daryanto dan Farid, M.. 2015. Bimbingan Konseling

Panduan Guru BK dan Guru Umum.

Yogyakarta: Gava Media

Depdiknas. 2003. UU Nomor 20 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Depdiknas. 2008. Penataan Pendidikan Profesional

Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas

Jaafar, W. M. W. 2011. The Counseling Performance among Trainee Counselor in Malaysia. Journal Social and Behavioral

Sciences. 30, 512-516

Jumail. 2013. Kompetensi Profesional dalam Perspektif

Konselor Sekolah dan Perananya terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri Padang. Tesis. Padang: Program Pasca Sarjana UNP

Moleong, L.J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Murad, A. 2005. Standar Kualitas Kompetensi Konselor

Profesional: Studi Pengembangan Standar Kompetensi di Lingkungan Pakar Konseling Pengaruh Perguruan Tinggi Negeri dan Konselor SMA Negeri. Disertasi. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI

Nursalim, M. 2015. Pengembangan Profesi Bimbingan

& Konseling. Jakarta: Erlangga

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. No. 111 Tahun 2014.

Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. No. 27 Tahun 2008. Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor

Peraturan Pemerintah. No. 19 Tahun 2005. Standar

Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. No. 17 Tahun 2010. Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan. pasal 171 ayat 1 dan 2

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa responden masyarakat Jawa memiliki lite- rasi keuangan yang cukup baik dibanding masyarakat Bugis, hal ini dapat dibuktikan pada gambar di atas

Pemilik pabrik tahu AL, Sumedang dan Super sebaiknya mengambil keputusan untuk memproses produk sampingan yaitu ampas tahu untuk diproses lebih lanjut sebagai keripik

Dimasa yang semakin maju seperti sekarang ini tentunya kita baik selaku personal maupun instansi tentunya dituntut untuk bisa melakukan berbagai perubahan menuju

Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak, waktu yang relatif singkat, mempunyai sifat fisiologis dan morfologi sama

Methanogenic Microbial Degradation of Organic Matter in Indiana Coal Beds, Methane-producing Microbial Community in a Coal Bed of The Illinois Basin; Journal of Applied

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam waktu yang relatif lama

pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar siswa dan bukan pada aktivias mengajar guru.Penekanan aktivitas belajar siswa dengan penugasan berupa pemanfaatan

5) tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Aceh Tengah merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten