• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Andi Djemma Jurnal Pendidikan P-ISSN : & E-ISSN : Volume 3 Nomor 2, Agustus 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Andi Djemma Jurnal Pendidikan P-ISSN : & E-ISSN : Volume 3 Nomor 2, Agustus 2020"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS YURIDIS PERAN POLRI DALAM PENCEGAHAN TINDAK PIDANA HOAKS DI KOTA PALOPO

SULASTRYANI, SH., MH.

(Universitas Andi Djemma Palopo. Email: kps.fh.unanda@gmail.com)

ABSTRAK. Perkembangan teknologi yang semakin canggih, mendorong penggunaan media social menjadi sepakin pesat. Berbagai kegiatan positif dilakukan melalui media sosial. Namun tidak jarang media sosial ini dijadikan sebagai tempat menyebarkan berita yang tidak benar yang oleh zaman milineal ini disebut sebagai hoaks (berita bohong). Hoaks merupakan suatu cara untuk mengakali ataupun menipu para pembaca dan pendengar agar meyakini berita yang disampaikan bawak berita tersebut adalah suatu kebenaran. Adanya penyebaran berita hoaks tentu sangat meresahkan bagi kehidupan masyarakat. Upayah Polri dalam penanganan pemberitaan informasi Hoaks di Kota Palopo dilakukan melalui upayah prefentif (pencegahan) dan upayah refresif (penindakan). Upayah pencegahan dilakukan melalui sosialisasi dan pembetukan tim cyber. Sedangkan hambatan Polri dalam penanganan penyebaran berita Hoaks di Kota Palopo di antaranya : kurangnya pemahaman masyarkat tentang adanya berita hoaks disosial media, kurang responsifnya saksi dalam meberikan keterangan terkait penyebaran berita hoaks yang ada di Kota Palopo, keterbatasan sumber daya manusia penyidik di Polres Palopo dalam penangan pemberitaan berita hoaks di Kota Palopo, serta keterbatasan sarana dan prasaranan untuk menunjang kinerja Polri di Polres Palopo.

Kata Kunci: Yuridis, Tindak Pidana Hoaks

A. PENDAHULUAN

Kedudukan POLRI (Kepolisian Negara Republik Indonesia) dalam pemerintahan memiliki fungsi pemerintahan negara dalam bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Selain itu, Polri juga befungsi sebagai penegak hukum yang memberikan perlindungan, pengayoman serta pelayanan terhadap masyarakat Indonesia. Hal tersebut memiliki tujuan untuk mewujudkan keamana di dalam negeri agar terpelihanya keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat, sehingga penegakan hukum di Indonesia terselengara berdasarkan tujuan hukum yang ada yakni menciptakan rasa keadilan, memberikan kemanfaatan serta terwujudnya kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia.

Polisi dalam melaksanakan fungsinya didasarkan pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian di mana dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa polisi mengemban fungsi pemerintahan dalam bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyatakat Indonesia. Lembaga kepolisan negara republik Indonesia menjadi ujung tombak penegakan hukum di Indonesia dalam hal memelihara keamanan dalam negeri dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia berdasarkan konstitusi sebagai landasan hukum tertinggi di Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya POLRI dituntut untuk bekerja secara professional berdasarkan asas keadilan dan kebijaksanaan dalam menjaga ketertiban, penegakan hukum serta meberikan perlindungan kepada seluruh rakyat Indonesia. Sebagai alat negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia juga mempunyai kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan menegakkan hak asasi manusia dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

(2)

2

Dari uraian di atas, terlihat jelas begitu pentingnya tugas Polri dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari menjaga hingga menindak perbuatan yang dapat mengancam ketertiban umum. Bila meilhat kenyataan saat ini, era moderenisasi perkembangan masyarakat tidak dapat terlepas dari perkembangan teknologi informasi dan komonikasi. Kehadiran beragam media sosial seperti facebook, tweeter, whatsapp, intagram dan lainnya, saat ini lagi diserbu penggemarnya dari mulai dari usia remaja, dewasa bahkan lanjut usia sekalipun sekarang ini. Hal ini disebabkan adanya kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial untuk aktifitas sehari-hari, baik itu untuk kebutuhan pribadi maupun untuk urusan pekerjaan. Di zaman milenial saat ini di mana bermunculan berbagai macam media informasi mulai dari media cetak seperti koran, majalah, tabloid dan sebagainya, hingga media elektronik seperti televisi, internet hingga android yang mana menyediakan media berbagai media sosial yang lebih dikenal sebagai dunia maya. Kemunculan media sosial sejatinya mempermudah kehidpan masyarakat modern saat ini dalam memberi dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun diluar dugaan, di era industry saat ini yang lebih dikenal dengan era 4.0 media sosial kerap kali dijadikan sebagai tempat penyebaran berita bohong atau yang lebih dikenal dengan berita haoks. Maraknya penyebaran berita hoaks tentu menjadi keresahan tersendiri dalam kalangan masyarakat Indonesia. Di mana adanya berita hoaks sangat mempenagruhi mentalitas masyarakat, seperti mudahnya percaya pada kondisi-kondisi yang menakutkan hingga membuat masyarakat menjadi ketakutan untuk melakukan aktiviat kesehariannya.

Media seeringkali menimbulkan permasalahn dalam memberikan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Didalam masyarakat kehadiran media selain meberikan dampak positive yakni memberikan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, juga kerap kali menimbulkan akibat negatif bagi masyarakat seperti kecanduan bermain game, ketertarikan melihat dan menonton gambar dan video yang berbau fornografi, kecanduan infotiment, gemar membaca berita hoaks, hingga melakukan tindakan criminal seperti penipuan, pencemaran nama baik dan banyak lagi lainnya. Menurut Postman dalam Ricard West dan Lyyn H. Turner (2009:42) menyatakan bahwa percaya perkembangan pesat dalam teknologi baru dapat berbahaya bagi masyarakat, kita telah melihat pertumbuhan yang besar dalam mengakses dan menerima informasi. Namun, diluar dari hal tersebut perkembangan teknolgi yang terbilang canggi seringkali membawa problem yang justru membawa dampak negatif baik bagi penggunanya maupun masyarakat umum lainnya. Media sosial seringkali digunakan sebagai tempat menyebarkan berita hoaks atau berita bohong oleh orang-orang yang memiliki pemikiran yang tidak wajar (orang-orang yang tidak bertanggungjawab).

Di era industri atau lebih dikenal dengan era 4.0 di mana media sosial sedang marak-maraknya menyebar berita hoaks (berita bohong). Dan sangat disayangkan sebahagian masyarakat justru tidak peduli dengan adanya hal tersebut, bahwakan kebanyakan dari masyarakat justru percaya terhadap berita hoaks yang disebarkan oleh media sosial. Hal ini tentu membawa pengaruh besar bagi pola kehidupan masyarakat. Di mana hal tersebut dapat menyebabkan masyarakat menjadi individualisti, tidak peduli terhadap lingkungan, tidak percaya pada orang lain bahkan dapat memberikan pengaruh buruk melakukan perbuatan-perbuatan criminal. Banyak peristiwa yang sebenarnya tidak terjadi namun diangkat menjadi sebuah berita dan dikemas sebaik mungkin agar khalayak tertarik untuk membacanya. Dalam penyebaran berita hoaks yang begitu cepat tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya :

(3)

3

1. Adanya demokrasi yang tidak sehat dikalangan masyarakat Indonesia.

2. Kebanyakan masyarakat berbicara tidak berdasarkan data dan fakta karena ketidak tahuan terhadap masalah yang ada.

3. Timbulnya sifat individualistic dalam masyarakat Indonesia sebagai akibat dari kesibukan masyarakat yang ebih mengandalkan teknologi diabnding berdiskusi langsung dengan sesame masyarakat..

Pada dasarnya, kita memiliki kewajiban beretika yang baik dan benar dalam berkomonikasi dengan sesama. Begitu pula halnya dalam menyebarkan informasi, kita dituntut untuk memberikan informasi berdasarkan fakta yang ada dengan tidak melebih-lebihkan atau mengurangi apalagi memutarbalikkan fakta yang ada. Misalnya menerapkan etika kejujuran atau obyektivitas berdasarkan fakta, berlaku adil atau tidak memihak dengan menulis berita secara seimbang serta menerapkan etika kepautan dan kewajaran. Keberadaan berita Hoaks membawa keresahan bagi masyarakat. Padahal jika dikaji lebih jauh, penggunaan teknologi informasi seperti media sosial untuk menyebarkan berita Hoaks merupakan bentuk tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Penyebaran berita Hoaks bukan saja terjadi di kota besar, tapi juga telah merambah hingga kedaerah. Di kota Palopo misalnya, sebagai kota dengan pusat perkembangan dan pendidikan, kota Palopo tidak dapat terlepas dari perkembangan teknologi informasi dan komonikasi. Penggunaa media sosial di Kota Palopo sudah tidak dapat dihitung jari. Mulai dari usia pelajar, hingga pada orang dewasa. Penggunaannya pun terbilang sudah tidak terkendali lagi. Seringkali kita temukan banyaknya berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan (berita Hoaks). Hal ini membawa keresahan masyarakat Kota Palopo.

Dari hal tersebut diatas peneliti akan membatasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah upayah POLRI dalam menanggulangi pemberitaan Haoax di Kota Palopo? 2. Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi oleh POLRI dalam melakukan pemberantasan

berita Hoaks Di Kota Palopo? B. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif empiris. Di mana penelitian normative empiris merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengambil data lapangan atau fakta-fakta yang ada dilapangan dan untuk selanjutnya dianalisa berdasarkan aturan hukum yang ada dengan menambah referensi pustaka serta artikel yang berkaitan dengan penelitian yakni masalah penyebaran berita hoaks di Kota Palopo.

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palopo, tepatnya di POLRES Palopo. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara yang dilakukan peneliti di POLRES PALOPO secara langsung dengan cara mewawancara penyidik yang bertugas untuk menangani permasalahan penyebaran berita hoaks di Kota Palopo, sementara pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan buku dan literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara membaca, menelaah dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan permasalahn yang sedang diteliti dan hal tersebut dilakukan di perpustakaan Universitas Andi Djemma Palopo. Data yang diperoleh secara kualitatif akan dianalisa secara diskriptif.

(4)

4 C. KAJIAN PUSTAKA

Secara sederhana hoaks merupakan suatu pemberitaan yang tidak sesuai dengan keyataan yang ada. Dalam Cambridge Dictionary kata Hoaks berarti lelucon atau tipuan. Kegiatan menipu, cara atau trik menipu atapun rencana untuk melakukan penipuan terhadap suatu pemberitaan merupakan aktivitas dalam hoaks. Sebagai contoh media cetak atau yang disebut dengan koran ketika menceritakan berita palsu hal tersebut dikatakan sebagai hoaks. Biasa juga digambarkan sebagai aksi publisitas yang dapat menyesatkan para pendenfar/pembaca berita seperti ancaman bom palsu, penipuan dalam bisnis, penilpuan ilmiah, ataupun klaim politik yang palsu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hoaks adalah berita bohong atau informasi palsu yang sebenarnya bisa berisi fakta namun seringkali dipelintir bahkan direkayasa. Kata-kata hoaks saat ini seringkali digunakan dan disematkan ketika menyikapi berita yang sama sekali tidak faktanya. Saat ini, terdapat bermacam-macam hoaks dengan tujuannya masing-masing, di antaranya :

1. Hoaks pesan berantai. Hoaks ini seringkali kita temukan di media elektronik seperti SMS, pesan di Whatsapp, messenger di Facebook, dengan perintah untuk melanjutkan pesan tersebut kebeberapa orang lainnya yang mana bila tidak dilakukan si penerimah pesan akan mendapatkan berita atau kabar buruk dan kejadian buruk. Meskipun terkesan sepeleh, pesan ini tentunya dapat menimbulkan kepanikan yang menyebabkan terganggunya pola hidup masyarakat.

2. Hoaks virus. Hoaks ini biasanya dilakukan dan dikembangkan oleh hacker dan tersebar lewat email atau aplikasi chatting lainnya. Hoaks ini pada umumnya berisi tentang peringatan adanya virus di computer ataupun di handphone pengguna yang sebenarnya tidak terinfeksi. Tidak sampai disitu, biasanya pengguna dihimbau untuk memasang aplikasi tertentu atau menghaus sebuah file di perangkat. Dan hal tersebut sebenarnya sama bahayanya karena memasang sembarangan aplikasi jutrus dapat membuat computer atau handphone terinfesksi oleh virus, dan sebaliknya menghapus sebuah file dalam perangkat dapat menyebabkan gangguan aplikasi bahkan kerusakan software ataupun hadware.

3. Hoaks mendapatkan hadiah gratis. Hoaks ini sering kali ditemukan melalui pesan singkat SMS, yang biasanya mirip penipuan online di mana oknum mengirimkan pesan berisi pengumuman pemberitahuan bahwa orang dituju merupakan pemenang dari sebuah kuis atau yang lainnya. Meskipun orang-orang yang mendapatkan pesan singkat tersebut, seringkali mengabaikannya namun tidak jarang hal tersebut menimbulkan korban.

4. Hoaks Urban Legend. Seringkali kita menemukan pemberitaan palsu yang menceritakan tentang urban legend seram menyoal tempat, benda, atau kegiata-kegiatan tertentu lainnya. Biasanya hoaks ini menghimbau untuk tidak mengunjungi tempat-temat tertentu, untuk tidak membeli barang-barang tertent atau melakukan hal-hal tertentu yang disebut didalam hoaks tadi. Hoaks seperti ini sangat memberi pengaruh buruk terhadap perekonomian atau usaha-usaha tertentu yang disebutkan didalam hoaks hingga menyebabkan menurunnya pendapatan ekomoni.

5. Hoaks pencemaran nama baik. Hoaks ini merupakan berita bohong atau kabar palsu yang sangat mudah disebrakan untuk menyerang nama baik seseorang dan mampu menghancurkan hidup oranglain. Hoaks seperti ini seringkali kita temukan pada pemberitaan public figure seperti artis pejabat dan sebagainya.

(5)

5

6. Hoaks kisah pilu. Hoaks ini berisi tentang kabar berita seseorang yang terjangkit penyakit tertentu yang sulit untuk ditangani karena terkendala biaya rumah sakit. Banyak hoaks yang menyebar menggunakan foto dari internet demi mendapatkan simpati para pembaca/pendengan berita dengan menyertakan nomor rekening. Hal ini dilakukan agar korba merasa simpatik dan mengirimkan bantuan dana.

Banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan oleh hoaks seperti menyasar emosi masyarakat, menimbulkan opini negatif, memberikan provokasi atau stigma negatif, dapat menyulut kebencian, kemarahan atau hasutan kepada orang banyak untuk mengadakan pemberontakan, hura-hura dan perbuatan-perbuatan negatif lainnya.

Pada dasarnya, dalam berkomunikasi, kita wajib menggunakan etika komunikasi dengan baik dan benar. Begitupun dalam hal menyebarkan informasi, harus sesuai dengan fakta, tidak dilebih-lebihkan, tidak dikurang-kurangkan dan tidak diputarbalikkan dari fakta sebenarnya. Istilah fairness dalam ilmu komunikasi, khususnya yang menyangkut dengan komunikasi massa meliputi beberapa aspek etis. Misalnya menerapkan etika kejujuran atau obyektivitas berdasarkan fakta, berlaku adil atau tidak memihak dengan menulis berita secara seimbang serta menerapkan etika kepautan dan kewajaran.1

Tinjauan Umum Hukum Tindak Pidana

Hukum Pidana merupaka hukum yang sifatnya publik yakni hukum yang mengatur antara orang dengan negara. Di mana hukum pidana adalah serangkaian aturan yang mengatur tentang perbuatan mana yang dilarang dan diharuskan untuk dilakukan yang mana bagi si pelanggar akan mendapatkan sanksi atau hukuman. Sementara itu tindak pidana adalah perbuatan yang melanggar aturan hukum pidana. Dan pidana itu sendiri merupakan saksi atau hukuman.

Mengenai hukum pidana di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau yang lebih dikenal dengan KUHP. Asas yang jadi dasar dalam pelaksanaan hukum pidana terdapat dalam pasa 1 ayat (1) KUHP yang disebut sebagai asas legalitas yakni tidak boleh dipidana suatu perbuatan jika tidak ada aturan hukum yang mengaturnya, yang dalam Bahasa latin disebutkan “nullum delictum

nullapuna sine pravea lege punale”. Adapun fungsi dari hukum pidana secara umum yakni

mengatur tingkahlaku manusia dalam kehidupan sehari-hari sehingga terwujud ketertiban umu. Sedangkan secara khusus hukum pidana memiliki fungsi sebagai beriku :

1. Untuk melindungi kepentingan hukum individu, masyarakat dan negara. 2. Sebagai dasar bagi negara untuk menjalankan fungsi-fungsinya.

3. Meberikan pembatasan keuasaan bagi negara agar tidak bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan fungsinya.

Tujuan Hukum Pidana sendiri adalah sebagai berikut :

1. Memberikan rasa takut kepada setiap orang agar tidak melakukan perbuatan pidana, tujuan ini disebut sebagai tujuan prefentif.

2. Untuk mendidik orang yang telah melanggar hukum pidana menjadi orang yang lebih baik dan dapat diterimah kemabli dimasyarakat, tujuan ini disebut tujuan represif.

Hukum pidana terbagi atas dua yakni hukum pidana materil dan hukum pidana formil. Hukum pidana materil berisi tentang aturan hukum pidana mengenai perbuatan pidana,

(6)

6

pertanggungjawaban perbuatan pidana dan pidana (sanksi) bagi sipelanggar hukum pidana, penentuan mengenai kapan dan dalam hal apa seseorang yang melanggar hukum pidana dapat dijatuhkan sanksi yang telah diancamkan. Sedangkan hukum pidana formil adalah hukum pidana dalam keadaan bergerak yang biasa disebut dengan Hukum Acara Pidana yakni menentukan dengan cara apa dan bagaimana seseorang yang disangkakan melakukan perbuatan pidana dapat diberikan sanksi (hukuman). Hukum pidana formil atau hukum acara pidana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 twntan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Tindak pidana sebagaimana dijelakan di atas adalah perbuatan melanggar hukum pidana atau disebut juga dengan delik. Diantara unsur delik adantalain unsur bujektif dan unsur objektif. Unsur subjektif adalah unsur yang berasal dari dalam diri si pelaku (pelanggar hukum pidana) yang terdiri atas :

a. Dolus, adalah unsur kesengajaan dengan kata lain unsur ini adalah unsur yang dikehendaki oleh si pelanggar hukum pidana. Unsur kesengajaan terdiri atas: kesengajaan sebagai maksud, kesengajaan sebagai keinsafan pasti dan kesegajaan sebagai keinsafan kemungkinan.

b. Culpa, merupakan unsur kelalain yakni tidak dikehendaki oleh si pelanggar hukum pidana, namun dapat diketahui bahwa perbuatan tersebut melanggar hukum pidana.

Sementara itu, unsur objektif merupakan unsur yang berasal dari luar diri si pelaku, di antaranya: a. Perbuatan manusia, yang terdiri atas perbuatan aktif (action) dan perbuatan pasif (omission) b. Akibat dari perbuatan manusia

c. Keadaaan-keadaan. d. Sifat melawan hukum.

Cara merumuskan tindak pidana secara teori terdiri atas : a. Ditentukan unsur dan disebutkan kualifikasinya. b. Ditentukan unsur tanpa disebutkan kualifikasinya. c. Disebutkan kualifikasi tanpa disebutkan unsur-unsurnya.

Pidana adalah sanksi atau hukuman adalah suatu penderitaan yang diberikan oleh negara terhadap seseorang sebagai akibat dari perbuatannya yang melanggar hukum pidana. Di Indonesia, pidana atau saknsi atau hukuman diatur dalan KUHP Pasal 10 yang menyebutkan ada dua jenis pidana yakni pidana Pokok dan pidana Tambahan.

Pidana Pokok terdiri dari : 1. Pidana mati.

2. Pidana penjaran. 3. Pidana kurungan. 4. Pidana denda. 5. Pidana tutupan.

Sedangkan pidana tambahan terdiri dari : 1. Perampasan barang-barang tertentu. 2. Perampasan hak-hak tertentu. 3. Pengumuman putusan hakim.

(7)

7 Hoaks Dalam Pandangan Hukum Pidana

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa haoks nerupakan suatu perbuatan yang dapat menimbulkan keresahan dimasyarakat di mana perbuatan tersebut melanggar norma-norma yang hidup dalam masyarakat. Sementara itu, dari sudut pandang hukum hoaks merupakan suatu perbuatan yang melanggar hukum. Perbuatan tersebut dilakukan dengan cara membuat tipu daya para pembaca/pendengar terhadap pemberitaan yang disampaikan di mana berita tersebut merupakan berita yang tidak benar atau bohong. Jika diselaraskan dengan peraturan hukum maka berita bohong atau berita hoaks dapat dilihat pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, di mana didalam pasal 28 ayat (1) disebutkan bahwa:

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dan transaksi elektronik”.

Dalam pasal 28 tersebut, jika diuaraikan unsur-unsurnya maka dapat dilihat sebagai berikut : 1. Unsur setiap orang. Dalam pasal ini setiap orang merupakan subjek hukum (pelaku yang

dibebankan hak dan kewajiban) terhadap aturan hukum yang ada dan mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dalam pasal 28 ini, setiap orang yang dimaksud adalah sesorang/pelaku yang menyebarkan berita bohong (hoaks).

2. Unsur dengan sengaja berarti menunjukkan unsur kesalahan yang dilakukan dengan niat sengaja melakukan (dolus). Dalam pasal 28 ini unsur dengan sengaja menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang dapat menggangu ketertiban umum.

3. Unsur melawan hukum merupakan perbuatan yang mealnggar larangan atau tidak melaksanakan aturan hukum yang berlaku. Dalam pasal 28 ini unsur melawan hukum dikaitkan dengan unsur tanpa adanya hak sendiri, bertentangan dengan kepentingan umum dalam menyebarkan berita yang tidak benar/bohong atau hoaks.

4. Objek dari pasal ini adalah berita yang tidak benar atau berita bohon yang lebih dikenal dengan berita hoaks dengan bersifat palsu, arinya sesuatu yang disampaikan atau disiarkan merupakan berita yang tidak sesuai dengan fakta atau kenyataan yang ada. Hal tersebut dapat disamakan dengan sesuatu yang menyesatkan yakni isi terhadap sesuatu yang disebarkan atau diberitakan mengandung hal yang tidak sebenarnya dapat membuat tersesat bagi pembaca atau pendengarnya. Oleh karena rumusan pasal 28 yang dimaksud menggunakan kata “dan” artinya kedua unsur yang dimaksud yakni berita bohong dan menyesatkan berarti deua unsur dalam pasal tersebut harus terpenuhi. Dan bilamana berita bohong tersebut tidak menyebabkan seseorang memiliki pandangan yang tidak benar atau tidak tersesat maka tidak dapat dijatuhkan pidana terhadap pelakunya.

5. Unsur mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik merupakan akibat konstitutif, di mana kerugian yang dimaksud adalah semua bentuk kerugian tidak hanya dalam bentuk materi tetapi dalam segala bentuk kerugiaan lainnya.

Ketika terjadi pelanggaran terhadap suatu aturan pidana, maka terhadap sipelaku dijatuhkan saksi pidana berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Berbicara Pasal 28 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008, maka sanksi terhadap pelaku adalah pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/denda paling banyak Rp 1.000.000.000, (satu milyar rupiah). Jika melihat pidana yang tertera maka hakin tidak boleh menjatuhkan sanksi pidana diatas 6 tahun lamanya dan denda diatas 1 miliar rupiah.

(8)

8 Tinjauan Umum Tentang POLRI

POLRI adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan ujung tombak penegakan hukum di Indonesia. Polri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya didasarkan pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, didalam pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa kepolisian adalah seagala hal ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepolisan yang dimaksud merupakan segala hal yang bersangkutan dengan isntitusi kepolisian baik yang berkaitan dengan lembaga, personil maupun tugas dan fungsinya.

Sementara itu, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Polri sebagaimana diatur dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisan Negara Republik Indonesia dijelaksan bahwa polisi berfungsi sebagai pemerintahan negara dibidang :

1. Pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. 2. Penegakan hukum.

3. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan terhadap masyarakat.

Berdasarkan undang-undang Kepolisian Negara RI, dalam rumusan pasal 15 dan pasal 16 menyebutkan secara rinci tugas dan wewenang Kepolisian Negara RI. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa fungsi uatama dari Kepolisian Negara RI adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pembinaan kepada masyarakat.

Dalam tugas pembinaan terhadap masyarakat dilakukan dengan memberikan kegiatan pembinaan dalam rangka meningkatkan pertisipasi masyarakat dalam penegakan hukum serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat agar tercipta ketertiban umum. Tugas Polri dibidang ini yaitu ‘commonity policing’ dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk menumbuhkan sikap simbiosis mutualisme yakni saling membutuhkan sebagai masyarakat sosial. Melihat kondisi sosial yang semakin hari semakin menunjukkan sikap individualistik, Polri ditantang untuk dapat melaksankan tugasnya dalam memberikan pembinaan terhadap masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan ketertiban umum dalam kehidupan sehari-hari.

2. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, tugas ini disebut sebagai tugas di bidang prefentif. Tugas prefenti di mana Polri dituntut untuk memelihara keamanan dan menjaga ketertiban umum maksudnya adalah menjaga keadaan lingkungan agar tetap kondusif demi terpeliharanya keselamatan masyarakat, benda atau barang dan kepentingan lain yang dilindungi oleh hukum. Selain itu tugas di bidang prefentif ini dilakukan dengan cara melakukan pencegahan terjadinya pelanggaran hukum, maka salah satu kegiatan Polri dalam bidang ini adalah melakukan patrol, melakukan menjagaan dan pegawalan kegiatan-kegiatan masyarakat.

3. Memberikan penindakan kepada masyarakat yang melakukan pelanggaran hukum, tugas ini merupakan tugas di bidang refresif. Tugas Polri dalam hal refresif ini maksudnya memberikan tindakan kepada siapa saja (masyarakata) yang melanggar hukum yang hidup didalam mayarakat. Hal ini dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tugas refresif ini erat kaitannya dengan tugas kepolsian dalam rana Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana. Selain hal tersebut, dalam pasal 18 undang-undang ini disebutkan pula adanya ‘dikresi kepolisian’ yang menyangkut masalah-masalah yang ringan atau kasus ringan. Diskresi merupakan tindakan kepolisian

(9)

9

yang didasarkan pada hukum untuk mengambil sebuah tindakan berdasarkan situasi dan kondisi menurut pertimbangan dan keputusan nuraninya sendiri. Meskipun demikian tindakan diskresi yang merupakan kewenangan polisi tidak serta merta dapat digunakan dengan sesuka hati polisi karena hal tersebut diatur dalam pasal Pasal 18 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, di mana diskresi dapat dilakukan haruslah dengan pertimbangan manfaat serta resiko dari tindakan yang diambil dan hal tersebut betul-betul merupakan kepentingan umum.

Dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya Polri sangat dituntut bekerja secara professional berdasarkan tata aturan perundang-undangan yang ada. Terutama dalam penyelesaian perkara pidana, tindakan Polisi sebagai penyelidik dan penyidik yang merupakan ujung tombak dari penegakan hukum pidana dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia, berdasarkan Hukum Acara Pidana yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, serta peraturan-peraturan lain sperti peraturan KAPOLRI (PERKAP) dan aturan hukum lainnya. Dalam pelaksanaan tugas, Polri dibebankan tugas sebagai berikut :

1. Melakukan kegiatan pengaturan, pengawalan, penjagaan dan patrol terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

2. Melaksanakan segala kegiatan untuk menjamin keamanan, kelancaran dan ketertiban lalu lintas dijalan.

3. Menyelenggarakan pembinaan masyarakat dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mewujdkan kesadaran hukum masyarakat serta meningkatkan kepatuhan hukum masyarakat terhadap aturan perundang-undangan yang berlaku di Indoensia.

4. Ikut serta dalam pembangunan hukum nasional.

5. Melaksanakan kegiatan dalam rangka memelihara dan menjamin terwujudnya ketertiban umum.

6. Melakukan kegiatan berupa kordinasi, pengawasab dan pembinaan teknis untuk meningkatkan sumberdaya kepolisan khusus penyidik pegawai negeri sipil serta bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap perbuatan yang melanggar hukum pidana, baik yang ditemukan sendiri, maupun berdasarkan laporan atau pengaduan dari masyarakat. 8. Melakukan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium porensik dan

psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas polisi.

9. Memberikan perlindungan kepada kepentingan yang dilindungi oleh hukum seperti jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban umu termasuk memberikan pertolongan dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia.

10. Melayani kepentigan dan kebutuhan masyarakat untuk sementara waktu sebelum diambil alih atau ditangani oleh instansi atau pihak yang berwenang.

11. Melaksakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Undang-Undang Nomo 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesi juga memberikan penegasan terhadap kewenangan-kewenangan kepolisian sebagaimana yang tertera dalam pasal 15, yakni sebagai berikut :

1. Menerima laporan dan atau pengaduan dari masyarakata tentang adanya suatu peristiwa yang diduga sebagai suatu perbuatan melanggar hukum.

(10)

10

2. Membantu menerapkan fungsi hukum sebagai alat penyelesaian sengketa dengan membatu masyarakat menyelesaikan perselisihan yang dapat mengganggu ketertiban umum.

3. Melakukan pencegahan dan penanggulangan terhadap penyakit masyarakat seperti: perjuadian, pelacuran, penyalahgunaan obat-obatan yang terlarang, perdagangan manusia, dan pengutan liar.

4. Mengawasi aliran-aliran yakni pahamaman-pahaman yang tumbuh dari keyakinan sekelompok masyarakat yang dapat menimbulkan perpecahan atau ancaman pada persatuan dan kesatuan bangsa.

5. Mengeluarkan aturan-aturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administrasi lembaga polisi.

6. Melaukan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian.

7. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian suatu perbuatan yang melanggar hukum. 8. Melakukan tindakan pengumpulan bukti-bukti terhadap suatu peristiwa seperti pengambilan

sidik jari dan dokumentasi/foto seseorang.

9. Mencari dan mengumpulkan keterangan serta barang bukti terhadapa suatu peristiwa pidana. 10. Menyelenggarakan pusat informasi criminal Nasional.

11. Mengeluarkan surat izin keramaian atau surat keterangan yang dibutuhkan oleh masyarakat. 12. MEmberikan bantuan pengamanan siding dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan

instansi lain serta kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

13. Menerimah dan menyimpan barang yang ditemukan untuk sementara waktu hingga ditemukan pemiliknya.

D. PEMBAHASAN

Di era digital 4.0 perkembangan teknologi yang semakin hari semakin canggih. Teknologi yang semkin canggi ini tentunya membawa dampak bagi kehidupan masyarat, dengan adanya teknologi memberi kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh informasi tentang segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari misalnya informasih bahan pokok, jula beli pakaian secara online, dan lain sebagainya. Selain dampak positif, tentunya kemajuan teknologi seringkali disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab, seperti melakukan penipuan, pencemaran nama baik hingga penyebaran hoaks. Setiap informasi yang diterimah melalui media sosial dan elektronik yang didengar atau dibaca banyak orang tentu akan mempengaruhi pikiran, perasaan, emosi bahkan tindakan seseorang ataupun kelompok sehingga dapat merupah pola hidup masyarakat dan menggagu ketertiban umum. Hal ini tentu sangat disayangkan karena berita hoaks merupakan berita yang tidak benar faktanya dan tidak akurat yang tentu dapat menimbulkan keresahan dimasyarkat. Opini yang negatif seperti fitnah, penyebar kebencian dan berita yang menyesatkan yang diterimah dan menyerang pihak ataupun mebuat orang menjadi takut, merasa terancam, merugiakan salah satu pihak yang diberitakan sehingga dapat merusak reputasi dan menimbulkan kerugian materi.

Penyebaran berita bohong atau yang lebih dikenal dengan Hoaks di Kota Palopo marak terjadi di media sosial seperti facebook, tweeter, whatshap dan media elektronik lainnya. Meningkatnya jumlah pengguna media sosial menyebabkan maraknya pemebritaan Hoaks di Kota Palopo. Hal ini tentu menyebabkan keresahan terjadi dalam masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan kasat reserse Polres Kota Palopo AKP Ardy Yusuf, beliau mengatakan bahwa :

(11)

11

“Terjadinya pemberitaan Hoaks di antaranya disebabkan oleh adanya kepentingan pribadi, kepentingan kelompok serta kepentingan politik. Dalam kepentingan pribadi kerap kali media sosial digunakan sebagai tempat untuk melakukan penjualan online, hal ini menyebabkan sarana media sering kali digunakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, kepentingan kelompok yang sangat dekat dengan kepntingan politik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya berita Hoaks di Kota Palopo. Jika dilihat dari presfektif hukum, maka pemberitaan Hoaks merupakan suatu perbuatan yang melanggar hukum. Akan tetapi, hal tersebut tidak dapat diproses secara hukum jika tidak ada pengaduan dari pihak yang merasa dirugikan. Hal inilah yang menyebabkan penindakan terhadap tindak pidana penyebar Hoaks tidak dapat ditindak secara hukum.”

Saat ini, penyebaran berita bohong (Hoaks) didominasi dengan menggunakan media elektronik dan media cetak. Tindakan penegak hukum dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap perbuatan penyebaran berita hoaks (berita bohong) harus dilakukan dengan cermat dengan menggukan penalaran hukum yang benar-benar akurat. Oleh sebab itu, tidak semua berita yang dianggap sebagai hoaks akan berakibat hukum terhadap pelanggaran kepentingan hukum baik perorangan maupun secara kolektif. Misalnya saja ketika seseorang mengupdate status dilaman sosial media seperti facebook dengan kalimat “saya sedang sarapan pagi” padahal saya (orang tersebut) tidak sedang malakukan sarapan pagi. Perbuatan tersebut tidak mungkin dapat dipidana karena tidak menimbulkan pengaruh apapun dalam kehidupan masyarakat. Sementara secara yuridis perbuatan yang dapat dijatuhi hukuman atau dipidana yakni khusus untuk perbuatan yang menyebarkan berita bohong atau berita palsu yang merugikan kepentingan hukum seseorang atau kelompok yang dapat berwujud perbuatan pidana (tindak pidana) seperti penipuan, pencemaran nama baik, menyebarkan aliran yang menyesatkan dan lain sebagainya. Contoh kasusnya : jika seseorang yang pernah menawarkan suatu produk atau barang melalui media sosial hingga seseorang memesan barang atau produk tersebut yang ternyata berita tersebut tidak benar adanya (penjual tersebut berbohong) di mana pemesan tidak mendapatkan barang yang dipesannya itu. Maka perbuatan tersebut digolongkan sebagai perbuatan penyebaran berita bohong atau hoaks yang dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan yang melanggar hukum pidana atau suatu tindak pidana.

Lebih lanjut Ardy Yusuf menjelaskan bahwa untuk dapat menyatakah suatu perbuatan masuk dalam perbuatan melanggar hukum pidana maka harus memenuhi unsur-unsur tindak pidana. Hal ini juga berlaku untuk perkara penyebaran berita Hoaks. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai aturan diciptakan untuk mengatur hidup dan kehidupan masyarakat termasuk dalam penggunaan media sosial. Untuk penggunaan media sosial sendiri diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana diubah kedalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016. Terkhusus untuk perbuatan menyebarkan berita bohong atau yang dikenal dengan kata hoaks, diatur dalam undang-undang sebagaimana disebutkan diatas pada pasal 45 ayat (1), yang bunyinya

“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling

(12)

12

lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.

Adapun bunyi Pasal 28 ayat (1) bahwa :

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik”.

Ketentuan dalam pasal 28 ayat (1) undang tersbut diatas sejalan dengan undang-undang tentang perlindungan konsumen yakni Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999. Di mana kedua aturan hukum ini memberikan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemandirian konsumen dengan memberikan kepastian hukum dan kemandirian konsumen untuk memberi perlindungan bagi dirinya serta untuk memberi kepastian hukum terhadap perlindungan konsumen dan keterbukaan informasi serta suatu akses untuk mendapatkan informasi apapun itu. Sementara itu konsumen yang dimaksud dalam pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 adalah konsumen akhir (end user) sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 buti 2 undang-undang perlindungan konsumen, yaitu “setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Dengan arti lain, ketentuan Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik tidak dimaksudkan untuk konsumen perantara, yaitu merupakan konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses suatu produk lainnya. Olehnya itu, penerapan pasal ini didasarkan pada adanya aduan dari konsumen yang dirugikan atau orang yang dikuasakan oleh konsumen. Hal ini disebabkan karena konsumen sendirilah yang mengadakan perikatan dengan penjual produk

Dalam unsur pasal 28 ayat (1) undang-undang ITE, kata “bohong” dan kata “menyesatkan” adalah dua hal yang berbeda. Dalam frasa tersebut “menyebarkan berita bohong” yang diatur adalah perbuatannya, sedangkan dalam kata “menyesatkan” yang diatur adalah akibatnya. Selain itu, untuk membuktikan telah terjadi pelanggaran terhadap Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik maka semua unsur pasal tersebut haruslah terpenuhi. Unsur dalam Pasal 28 (1) UU ITE ini menggunakan sistem kumulative yang ditandai dengan penggunaan kata “dan”. Sistem kumulative ini adalah di mana semua unsur-unsur tersebut harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum pasal ini bisa diterapkan. Unsur-unsur tersebut yaitu :

a. Setiap orang, unsur setiap orang merupakn subjek hukum yang dibebankan hak dan kewajiban dalam aturan perundang-undang, di mana dalam pasal tersebut yang dimaksdu dengan setiap orang adala siapa saja yang melakukan perbuatan menyebarkan berita yang mengandung unsur kebohongan.

b. Dengan sengaja dan tanpa hak, merupakan unsur culpa (kesengajaan) di mana hal tersebut mengandung niat untuk dilakukan, sementaran tanpa hak dapat dilihat dari apakah si pembuat memiliki hak untuk menyebarkan berita tersebut, hal ini juga berkaitan dengan undang-undang Pers Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999.

c. Menyebarkan berita bohong dan menyesatkan, unsur dalam rumusan pasal tersebut menggukan kata “dan” maksudnya adalah kedua kata sebagai unsur pasal haruslah terpenuhi untuk dapat dijatuhkannya pidana kepada seseorang. Selain itu unsur “menyesatkan” harus pula terpenuhi diaman unsur tersebut dapat menyebabkan berpandangan atau berpikiran

(13)

13

keliru/salah. Apabila berita bohong tersebut tidak menyebabkan seseorang berpandangan salah (tidak terjadi adanya penyesatan/tersesat), maka tidak dapat dilakukan pemidanaan. d. Yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik Unsur yang terakhir ini

mensyaratkan agar dapat dikatakan memenuhi unsur perlu dicermati bahwa berita bohong dan menyesatkan tersebut harus mengakibatkan suatu kerugian kepada konsumen yang juga bisa berarti individual tertentu, kelompok tertentu, ataupun perusahaan tertentu. Artinya, tidak dapat terjadi kerugian konsumen di dalam transaksi elektronik.

Upayah Polri dalam penanganan pemberitaan informasi Hoaks di Kota Palopo.

Dalam upayah penangan pemberitaan Hoaks, Polres Kota Palopo melakukan berbagai upaya dalam menangani penyebaran berita Hoaks di antaranya :

1. Upayah Preventif. Upayah preventif merupakan upayah pencegahan agar tidak terjadinya suatu kejahatan, penekanan dalam upayah ini adalah dengan menghilangkan adanya kesempatan untuk melakukan suatu tindakan kejahatan. Adapun hal-hal yang dilakukan oleh pihak kepolisan dalam upayah preventif ini di antaranya : membentuk Satgas Cyber Patrol (Satuan Tugas Cyber Patrol) yang bertugas untuk mengawasi penggunaan Teknologi Informasi atau media sosial. Selain hal tersebut Polres Palopo dalam melakukan upayah pencegahan penyebaran berita hoaks di Kota Palopo dengan cara melakukan berbagai sosialisasi baik secara langsung ke masyarakat maupun melalui media sosial agar masyarakat dapat memahami dengan jelas tentang tatacara yang baik menggunakan media sosial, sehingga tercipta ketertiban umum.

2. Upayah Represif. Upayah represif merupakan upaya menindakan setelah terjadinya suatu tindakan yang melanggar hukum. Sebagai ujung tombak penegakan hukum di Indoensia dituntut untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya secara professional berndasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Penanggulangan dengan upaya refresif untuk menindak para pelaku sesuai dengan perbuatannya serta memperbaiki kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah perbuatan melanggar hukum dan merugikan masyarakat, sehingga tidak mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang berat. Pencegahan refresif yang dilakukan oleh kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pelaku penyebar berita bohong (Hoaks) adalah dengan cara melakukan penegakan hukum terhadap pelaku penyebar berita bohong (Hoaks). Dalam upaya penindakan ini Polres Luwu melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap suatu perkara ynag diduga mengandung unsur hoaks beradasarkan pasal 28 ayat (1) Undang-Undang ITE tersebut yang telah dijelaskan di atas.

Hambatan Polri dalam penanganan penyebaran berita Hoaks di Kota Palopo.

Dalam upayah penanganan penyebaran berita Hoaks di Kota Palopo, tentu menghadapi beberapa kendala/hambatan. Menurut AIPTU SUTIYONO, selaku Kaurmintu Sat Reskrim Polres Palopo, beberapa kendala yang dihadapi penyidik Polri di Polres Palopo adalam proses penyidikan perkara penyebaran berita Hoaks, di antara :

1. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang berita hoaks yang merukapan suatu tindakan yang melanggar hukum, sehingga menurunkan partispasi masyarakat dalam memberikan keterangan atau menjadi saksi pada proses penyidikan Kurangnya partisipasi saksi dalam memberikan keterangan dalam proses penyidikan. Sementara itu, keterangan sanksi

(14)

14

merupakan salah satu alat bukti yang tertera dalam pasa 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana adalah merupakan suatu keterangan mengenai suatu peristiwa pidana atau perbuatan melanggar hukum pidana (tindak pidana). Menurut BRIPKA SUMIATI, SH Staf Urmin Sat Reskrim Polres Palopo: kendala yang seringkali dihadapi oleh penyidik dalam perkata tindak pidana penyebaran berita hoaks adalah kurang berpartisipasinya saksi di mana saksi kadang tidak mau meberikan kesaksian meskipun telah dilakukan pemanggilan. Kebanyakan masyarakat juga cenderung menghindar dan tidak mau menjadi saksi karena adanya rasa takut pada proses penyidikan terhadap tindak pidana penyebaran berita hoaks. Hal ini sangat menghambat proses penyidikan.

2. Adanya sumberdaya manusai yang belum memadai, di mana masih rendahnya pendidikan penyidik dalam hal penyidikan tindak pidana penyebaran berita hoaks. Jenjang pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mebentuk kualitas seseorang. Isealnya seseorang yang memiliki kualifikasi pendidikan yang baik akan tergambar melalui pola piker dan perilaku seseorang. Dalam hal ini sumberdaya dalan institusi kepolisan terkhusus penyidik dituntut untuk memiliki keilmuan dan keahlian dalam bidang hukum pada umumnya dan bidang hukum pada khususnya seperti penyidikan tindak pidana hoaks melalui media elektronik sebagaimana yang diatur dalam undang-undang ITE tersebut. Seorang penyidik yang professional dituntut untuk dapat memahami dengan benar unsur dari setiap pasal dalam undang-undang, memamahami modus operandi kejahatan yang terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, mengetehui perangkat hukum yang diancamkan kepada pelanggar hukum tersebut. Untuk hal tersebut, peningkatan terhadap kualitas penyidik melalui peningkatan pendidikan berdasarkan keilmuan tentu sangat dibutuhkan. Untuk itu, menurut BRIPKA SUMIATI, SH Staf Urmin Sat Reskrim Polres Palopo: mendorong para Polisi khusunya para penyidik untuk melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan dengan tetap menyarankan agar mengambil jurusan sesuai dengan kebutuhan keilmuan yang sinergi dengan pekerjaannya, seperti kuliah pada Fakultas hukum yang memiliki kualifikasi akreditasi B.

3. Adanya keterbatasan jumlah personil dalam penangann tindak pidana penyebaran berita hoaks di Kota Palopo. Dalam menghadapi kejahatan di Kota Palopo maka tentu dibutukan jumah personil yang seimbang atau mamadai. Karena dengan kurangnya jumlah personeil dalam penyidikan di Polres Palopo dapat menghambat kinerja penyidik dalan menyelesaikan perkara pidana yang terjadi di Kota Palopo. Demikian pula halnya dalam penyidikan tindak pidana penyebaran berita hoaks. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan tergambar jelas bahwa keterbatas personil dalam penanganan tindak pidana penyebaran berita hoaks di Kota Palopo mempengaruhi efektifitas kinerja penyidik dalam menyelesaikan perkara penyebaran berita hoaks di Kota Palopo. Dengan jumlah anggota penyidik yang ada sangat tidak sebanding dengan jumlah Iaporan yang harus diselesaikan. Sehingga kinerja Sat Reskrim tidak efektif.Minimnya anggaran penyidikan

4. Sarana dan prasarana dalam menunjang kinerja penyidik belum memadai. Dalam melakukan penyidikan, salah satu hambatan yang dihadapi penyidik adalah masalah sarana dan prasarana yang dimiliki Satuan Reskrim Polres Palopo. Ketersediaan sarana dan prasarana sangat dibutuhkan penyidik untuk menunjang optimalnya tugas penyidik dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyidik. Menurut wawancara dengan BRIPKA SUMIATI, SH Staf Urmin Sat Reskrim Polres Palopo memaparkan bahwa keterbatasan sarana dan prasaran

(15)

15

yang dibutuhkan oleh penyidik untuk meyelesaikan perkara pindan penyebaran berita hoaks sangat mempengaruhi kinerja penyidik Polres Palopo.Penyidik terkadang menggunakan fasilitas pribadi dalam melaksanakan tugasnya. Penyidik kadang menggunakan fasilitas milik pribadi untuk menunjang kinerja penyidik. Berdasarkan data yang dihimpun, terlihat jelas ketersediaan sarana dan prasarana Sat Seskrim Polres Palopo sangat kurang. Sebagai contoh, ketersediaan kendaran operasional yang sangat kurang. Terkadang penyidik menggunakan kendaraan pribadi dalam melaksanakan proses penyidikan.

E. PENUTUP

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Upayah Polri dalam penanganan pemberitaan informasi Hoaks di Kota Palopo dilakukan melalui upayah prefentif (pencegahan) dan upayah refresif (penindakan). Upayah pencegahan dilakukan melalui sosialisasi dan pembetukan tim cyber.

2. Hambatan Polri dalam penanganan penyebaran berita Hoaks di Kota Palopo di antaranya : a. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang berita hoaks yang merukapan suatu tindakan

yang melanggar hukum, sehingga menurunkan partispasi masyarakat dalam memberikan keterangan atau menjadi saksi.

b. Adanya sumberdaya manusai yang belum memadai, di mana masih rendahnya pendidikan penyidik dalam hal penyidikan tindak pidana penyebaran berita hoaks. c. Adanya keterbatasan jumlah personil dalam penangann tindak pidana penyebaran berita

hoaks di Kota Palopo.

d. Sarana dan prasarana dalam menunjang kinerja penyidik belum memadai. Sementara itu dari hasil penelitian ini, peneliti menyarankan :

1. Agar penyebaran berita bohong yang lebih dikenal dengan berita Hoaks dapat ditangani maka peneliti menyarankan agar polres Palopo agar melakukan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dalam rangka memberikan pemahaman kepada masyarakat akan bahaya penyebaran berita Hoaks.

2. Agar polres Palopo melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana, peningkatan personil, melakukan pelatihan untuk anggota polri dalam upayah pemberantasan tindak pidana Hoaks.

(16)

16

DAFTAR PUSTAKA

Adami Cahzawi. (2013). Pelajaran Hukum Pidana (bagian I). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Ali, Ahmad. (2010). Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Jakarta : Kencana.

Amir, Mafri. (1999). Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, Jakarta: PT. LogosWacana Ilmu.

Erdianto Efendi. (2011). Hukum Pidana Indonesia. Bandung : PT Refika Aditama. Hamzah, Andi. (2014). Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : Rineka Cipta.

Marpaung, Ledeng. (2009). Proses Penanganan Perkara Pidana. Jakarta : Sinar Grafika. Marzuki, Peter Mahmud. (2005). Penelitian Hukum. Surabaya : Kencana. 2005.

Nina L, Hamzah. (2010). Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Bumi Aksara, Jakarta.

P.A.F. Lamintang. (1997). Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesai. PT. Citra Aditya Bakti, . Bandung.

Prodjodikoro Wirdjono. (2003). Asas – Asas Hukum Pidana di Indonesia. Bandung,PT Refika Aditama. 2003.

Renggong, Ruslan. (2014). Hukum Acara Pidana. Jakarta : Kencana.

Sitompul, Josua. Cyberspace Cyberlaw. (2012) Tinjauan Aspek Hukum Pidana, Tata Nusa, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. (2013). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sunarso, Siswanto. (2009). Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Widodo. (2013). Memerangi Cybercrime : Karakteristik, Motivasi, dan Strategi Penanganannya

dalam Perspektif Kriminologi, Aswaja Pressindo, Yogyakarta.

Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo. Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 1 tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Artikel

http://blogpolitea.blogspot.com/2014/10/peran-dan-fungsi-kepolisian-negara.html https://www.daftarinformasi.com/tugas-polri/

Referensi

Dokumen terkait

MENIMBANG : Bahwa untuk kelancaran sidang Badan Legislatif Mahasiswa dipandang perlu untuk menetapkan agenda acara sidang pleno dan sidang Paripurna BLM Fakultas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat memperluas wawasan baik bagi peneliti secara pribadi maupun bagi para pembaca pada umumnya untuk

Untuk menanggalkan atau menempatkan semula kantung, kupas kantung dari zon pendaratan dengan memegang tab pada gelang pelekat kantung dengan satu tangan, dan tepi

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan Skripsi yang berjudul “Optimasi Proses Pemasakan

Bagi Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan yang telah lengkap sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak Investasi Kolektif MANDIRI AKTIF,

Secara umum penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Sidrap khususnya di daerah perkotaan dan perdesaan sudah dilakukan berdasarkan rencana tata ruang yang ada,

Dari hasil analisis data dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan (1) bahan ajar yang dihasilkan berupa modul Fisika berbasis scientific approach disusun