• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VIII DI MTsN 16 TANAH DATAR SITUMBUK SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VIII DI MTsN 16 TANAH DATAR SITUMBUK SKRIPSI"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VIII DI

MTsN 16 TANAH DATAR SITUMBUK

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Batusangkar

Oleh

ANDIKA PRATAMA NIM 14 101 012

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

KATA PENGANTAR

ِمي ِحَّرلا ِنَٰمْحَّرلا ِهَّللا ِمْسِب

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kedisiplinan Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII Di MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk”. Shalawat dan salam penulis mohon kepada Allah SWT agar selalu dilimpahkan kepada junjungan umat yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan ajaran agama kepada umat manusia.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu wujud dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar. Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan baik berupa do’a, motivasi, petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak, sehubungan dengan itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Adripen, M. Pd dan Ibuk Romi Maimori, S. Ag., M. Pd selaku pembimbing I dan Pembimbing II yang telah memberikan arahan, saran, motivasi dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

2. Bapak Dr. Asmendri, S.Ag., M.Pd dan Ibuk Rizki Pebrina, MA selaku Penguji I dan Penguji II yang telah memberikan arahan, saran, motivasi dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan jajaran yang telah membantu dan memfasilitasi penulis dalam proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

(6)

v

4. Bapak Ridwan A. Malik, selaku pembimbing akademik yang memberikan arahan, saran, motivasi dan meluangkan waktu untuk membimbing dalam bidang akademik.

5. Orang tua penulis yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Keluarga Besar MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk, yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Teman-teman Jurusan Pendidkan Agama Islam angkatan 2014, Keluarga besar Pegam Is One (PAI-A 2014), Akmal Muhammad Abrar, Bobi Iskandar, Budi Saputra, Dasril Effendi, Eka Saputra, M. Rusli Ferdian, San Haji dan Zulmeidi, dan Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini memberi manfaat untuk kita semua. Semoga Allah segala bantuan dan pertisipasi yang telah diberikan diberkahi Allah SWT, Aamiin.

Batusangkar, Agustus 2019 Penulis,

ANDIKA PRATAMA NIM 14 101 012

(7)

vi ABSTRAK

ANDIKA PRATAMA, NIM 14 101 012, judul skripsi “Pengaruh Kedisiplinan Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII di MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk”. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar, 2019.

Pokok permasalahan dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh banyaknya siswa yang tidak memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru, belajar yang tidak sungguh-sungguh, belajar yang tidak sesuai dengan jadwal belajar yang telah diatur, tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, hasil belajar siswa yang belum optimal dan belum mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kuantitatif korelasional. Populasi dari penelitian ini adalah 48 siswa dan sampel dari penelitian ini adalah 48 dengan teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket tertutup dengan skala Likert. Analisis data yang digunakan adalah analisis product moment (SPSS22).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kedisiplinan belajar dengan hasil belajar siswa dimana hitungan statistiknya menunjukan 2,5% sedangkan 97,5% dari faktor lain. Hasil rxy adalah 0,027

sedangkan hasil rt adalah 0,273, ini menunjukan bahwa rxy (0,027) < rt (0,273).

Artinya kedisiplinan belajar memberikan korelasi negatif terhadap hasil belajar siswa sebesar 2,5%, selanjutnya hasil belajar siswa dipengaruhi faktor lain.

(8)

vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 5

G. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori... 8

1. Kedisiplinan Belajar ... 8

a. Pengertian Kedisiplinan Belajar ... 8

b. Unsur-Unsur Disiplin ... 11

c. Macam-macam Disiplin ... 13

d. Cara Menumbuhkan Disiplin Siswa Dalam Belajar ... 16

e. Langkah-langkah dalam menanamkan disiplin ... 17

f. Strategi guru dalam melaksanakan disiplin ... 19

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin siswa dalam belajar... 22

h. Indikator Displin Belajar ... 23

i. Pentingnya Disiplin Belajar ... 26

(9)

viii

k. Urgensi Disiplin Belajar ... 28

2. Hasil Belajar ... 28

a. Pengertian Hasil Belajar ... 28

b. Unsur-unsur Belajar ... 31

c. Prinsip Umum Belajar ... 34

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 35

e. Tipe-tipe Hasil Belajar ... 39

f. Efek-efek Belajar ... 41

g. Indikator Keberhasilan Belajar ... 45

h. Penilaian Hasil Belajar ... 45

3. Siswa ... 46

a. Pengertian Siswa ... 46

b. Karakteristik Siswa ... 47

c. Ciri-Ciri Siswa ... 48

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 49

C. Kerangka Berpikir ... 54

D. Hipotesis ... 54

BAB III METODE PENELITIAN ... 56

A. Jenis Penelitian... 56

B. Waktu danTempat Penelitian ... 56

C. Metode Penelitian ... 56

D. Populasi dan Sampel ... 56

E. Instrumen Penelitian ... 57

F. Uji Instrumen ... 59

G. Teknik Pengumpulan Data ... 60

H. Teknik Analisis Data... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 63

A. Deskripsi Data Penelitian ... 63

1. Deskripsi Kedisiplinan Belajar... 63

2. Hasil Belajar ... 65

(10)

ix 1. Uji Normalitas ... 66 2. Uji Linearitas ... 69 C. Pengujian Hipotesis ... 69 BAB V PENUTUP ... 76 A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA LAPMPIRAN

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Jumlah Populasi ... 57

Tabel 3. 2 Skor Pernyataan ... 58

Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 58

Tabel 3. 4 Interprestasi ... 62

Tabel 4. 1 Kedisplinan Belajar ... 63

Tabel 4. 2 Persentase Kedisiplinan Belajar ... 64

Tabel 4. 3 Hasil Belajar ... 65

Tabel 4. 4 Persentase Hasil Belajar ... 65

Tabel 4. 5 Hasil uji Normlitas Data NparTest... 67

Tabel 4. 6 Hasil Uji Linearitas ... 69

Tabel 4. 7 Korelasi ... 70

Tabel 4. 8 Uji Sumbangan Efektif X ... 71

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir ... 54

Gambar 4. 1 Grafik Kedisiplinan Belajar ... 64

Gambar 4. 2 Grafik Hasil Belajar ... 66

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah adalah salah satu tempat formal untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, sekolah perlu menetapkan tata tertib sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedisiplinan belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Tata tertib dan kedisiplinan sangat penting artinya dalam mewujudkan budaya dan iklim sekolah yang kondusif melalui penciptaan kedisiplian belajar. Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam pembelajaran adalah disiplin siswa.

Disiplin adalah sikap atau perilaku seseorang untuk bertindak sesuai dengan aturan, norma, kaidah atau tata tertib yang berlaku. Dalam melakukan aktivitas pembelajaran, kedisiplinan sangat diperlukan. Siswa yang disiplin akan mengikuti pembelajaran di kelas dengan tepat waktu dan mematuhi segala aturan-aturan yang ditetapkan di dalam kelas sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Hal ini tentu dapat berimplikasi terhadap hasil belajar.

Berdasarkan beberapa penjelasan ahli tersebut, dapat dipahami bahwa belajar suatu usaha yang dilakukan seseorang dalam rangka memperoleh pengetahuan melibatkan aktivitas mental dan fisik melalui pelatihan dan pengalaman yang mempunyai dampak bagi perubahan perilakunya, sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Dalam aktivitas belajar tersebut banyak faktor yang mempengaruhi yaitu: 1) faktor-faktor yang berasal dari luar diri meliputi a) faktor-faktor nonsosial, misalnya keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, serta alat yang dipakai untuk belajar; b) faktor-faktor sosial, contohnya faktor manusia, baik manusia itu hadir, maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan. Misalnya kalau satu kelas murid sedang mengerjakan ujian, lalu terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap di samping kelas. 2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar meliputi: a) faktor fisiologis dan b)faktor psikologis.

(14)

Disiplin merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa.

Kedisiplinan belajar akan menghindarkan siswa dari menunda-nunda menyelesaikan tugas sekolah sehingga tidak ada pelajaran yang terabaikan. Tentunya, orang tua di rumah juga memegang peranan yang sangat penting dalam mengajarkan anaknya tentang kedisiplinan dengan kaitannya sebagai seorang siswa yang mempunyai tanggungjawab terhadap tugas belajarnya. Orang tua sedapat mungkin memantau aktivitas anaknya di rumah agar waktu yang dimiliki anak tidak hanya digunakan untuk bermain, apalagi dihabiskan untuk nonton atau sekedar bermain game.

Disiplin merupakan upaya untuk membuat orang berada pada jalur sikap dan perilaku yang sudah ditetapkan pada individu oleh orang tua. Hal sederhana yang bisa membantu anak untuk terbiasa disiplin adalah menyiapkan sendiri buku-buku pelajaran sekolahnya setiap hari. Kegiatan ini harus dilakukan secara rutin, peran serta atau kontrol orang tua dalam hal ini sangat diperlukan. Dalam dunia pendidikan, kedisiplinan dalam belajar sangat penting. Bentuk kedisiplinan belajar di sekolah antara lain adalah tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan menyelesaikannya tepat waktu, masuk kelas saat bel berbunyi, mengikuti pelajaran dengan tenang dan, memperhatikan penjelasan dari guru. Bentuk kedisiplinan belajar di rumah antara lain adalah mengerjakan PR yang diberikan oleh guru dengan baik dan rasa tanggungjawab, menyiapkan buku-buku pelajaran sesuai roster belajar. E-journal: (Rusni, 2018: 2)

Dalam proses belajar dan mengajar adanya rangkaian kegiatan yang menyeluruh menyangkut berbagai faktor, sehinggga berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada faktor - faktor yang mempengaruhinya, faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar adalah disiplin belajar. Baik itu disiplin belajar disekolah maupun dirumah. Disiplin belajar dirumah antara lain meliputi belajar setiap hari, mengerjakan pekerjaan rumah dan belajar kelompok. Sedangkan disiplin belajar disekolah antara lain meliputi ketepatan datang kesekolah, keaktifan dalam mengikuti

(15)

pelajaran dikelas, ketaatan dalam mengikuti peraturan dikelas maupun sekolah, menggunakan waktu luang dan sebagainya.

Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan atau kemerdekaan siswa. Memang pada pemulaannya disiplin dirasakan sebagai aturan yang mengekang kebebasan, akan tetapi bila aturan ini dirasakan sebagai aturan yang dipatuhi secara sadar untuk kebaikan sendiri dan bersama maka lama-kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju kearah disiplin diri sendiri. Jadi disiplin tidak lagi merupakan suatu yang datang dari luar yang memberikan keterbatasan, akan tetapi disiplin telah merupakan aturan yang datang dari dalam dirinya sebagai suatu yang wajar yang dilakukan sehari-hari. Siswa yang selalu disiplin dalam belajar selalu siap menerima pelajaran. Dengan demikian hasil belajar yang dicapainya akan lebih baik daripada yang kurang/tidak disiplin dalam belajar (Sumantri, 2010). Slameto (2010: 67) mengemukakan bahwa “Agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik disekolah, di rumah dan di perpustakaan.” Dari pendapat tersebut, dapat diartikan disiplin dapat membuat siswa belajar lebih maju dan dengan kemajuan yang diperoleh tersebut maka akan meningkatkan hasil lebih siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa disiplin termasuk ke dalam salah satu faktor pribadi yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa. Disiplin siswa yang baik atau dapat dikatakan tinggi akan dapat mendorong siswa meraih prestasi yang tinggi pula. Namun kenyataannya, tingkat disiplin belajar siswa di sekolah antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda. Dikarenakan adanya pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang berbeda-beda pula.

Fenomena yang terjadi pada siswa di MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk diantaranya masih ditemuinya siswa yang kurang disiplin, pelanggaran yang sering dilakukan siswa diantaranya meliputi terlambat datang kesekolah, seragam yang tidak lengkap, menyontek ketika ulangan, tidak mengerjakan tugas. Untuk menciptakan peraturan siswa. Dalam tata tertib tersebut diatur segala kewajiban siswa, larangan siswa, dan sanksi yang akan diterima siswa.

(16)

Ketidakdisiplinan di sekolah akan mengakibatkan hasil belajar, keseriusan belajar dan daya serap siswa menjadi kurang.

Permasalahan yang dihadapi di MTsN 16 Tanah Datar situmbuk adalah banyaknya siswa yang tidak memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru, belajar yang tidak sungguh-sungguh, belajar yang tidak sesuai dengan jadwal belajar yang telah diatur, tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, hasil belajar siswa yang belum optimal dan belum mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan oleh sekolah. (Fitria Dona,S.Ag, MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk, 20 Juli 2018)

Hasil belajar MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk menunjukan bahwa 40% dari siswa nilai ulangan harian masih kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM), sehingga harus mengikuti remedial dan 60 % dari total siswa nilai ulangan hariannya memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal yang mana KKM yang telah di tetapkan 80 (sumber guru mata pelajaran Aqidah Akhlak, ibuk Jasma Etibed, S.Pd, 20 Juli 2018).

Apabila melihat pencapaian hasil belajar siswa dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan, dapat diketahui bahwa tingkat pencapaian hasil belajar siswa masih belum maksimal. Padahal Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang penting bagi siswa MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk. Hasil belajar siswa yang belum maksimal ini. Fenomena yang menunjukkan bahwa mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman lebih. Namun, kebanyakan siswa masih memiliki keyakinan diri yang rendah untuk bisa memahami ilmu yang dipelajari. Sehingga, diperlukan kedisiplinan belajar yang harus ditingkatkan, baik itu kedisiplinan dalam belajar di lingkungan sekolah maupun di rumah.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk, yang ditekankan pada aspek kedisiplinan siswa berhubungan dengan hasil belajar siswa. Hal itu penulis luangkan dalam skripsi dengan judul “PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA

(17)

PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VIII DI MTsN 16 TANAH DATAR SITUMBUK” (Studi Kasus di MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk). B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Pengaruh kedisiplinan belajar di MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk? 2. Pengaruh ekonomi keluarga siswa di MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk? 3. Pengaruh kehidupan sosial siswa di MTsN 16 Tanah datar Situmbuk? 4. Pengaruh kedisiplinan belajar terhadap hasil belajar siswa di MTsN 16

Tanah Datar Situmbuk? C. Batasan Masalah

Banyak hak yang mempengaruhi siswa mengalami masalah dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak. Berdasarkan identifikasi masalah, penulis memberikan batasan ruang lingkup dari penelitian yang akan dilakukan Penenliti hanya membatasi permasalahan pada pengaruh kedisiplinan belajar terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran aqidah akhlak kelas VIII di MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas perlu dibuat rumusan masalah yang akan menuntun langkah-langkah penelitian berikutnya agar tidak menyimpang dari konsep yang diharapkan, maka penulis mencantumkan rumusan masalah yaitu: Adakah pengaruh kedisiplinan belajar terhadap hasil belajar siswa di MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan belajar terhadap hasil belajar siswa di MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh pelaksanaan pendidikan agama islam terhadap kedisiplinan siswa, maka diharapkan dapat

(18)

memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat dari hasil penelitian yang penulis harapkan adalah:

1. Manfaat Teoritis:

Hasil penelitian ini akan menambah khasanah pengetahuan para pembaca dan sebagai salah satu sumbangan pemikiran bagi perbaikan pendidikan secara umum dan pendidikan secara khusus, yakni tentang pelaksanaan pendidikan agama islam.

2. Manfaat Praktis: a. Bagi Penulis

Akan mendapatkan peningkatan kualitas keilmuan dan pemahaman baru serta pengembangan ilmu, terutama bagi penulis sendiri dalam mendalami masalah-masalah kedisiplinan belajar dan hasil Belajar.

b. Bagi Pengajar

Memberikan pemahaman kepada para pendidik dalam disiplin belajar siswa di MTsN 16 Tanah Datar Situmbuk dan memberikan tuntunan yang benar tentang disiplin siswa.

c. Bagi Kepala Sekolah

Dapat dijadikan sebagai sarana dan acuan untuk memimpin dan mengarahkan guru-guru dalam mengajar untuk meningkatkan proses belajar mengajarnya agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

d. Bagi Peserta Didik

Siswa diharapkan dapat meningkatkan disiplin belajar melalui proses pembelajaran yang diberikan oleh seorang pendidik atau guru di sekolah.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah persepsi dalam memaknai judul dan kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulisan dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yaitu sebagai berikut:

(19)

1. Kedisplinan Belajar

Dalam bahasa Indonesia kata disiplin berarti tatanan, petunjuk, kaidah, ketentuan yang dibuat untuk mengatur. Sedangkan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengamalan.

Jadi kedisiplinan belajar adalah ketentuan untuk mengatur perubahan yang menetap dalam tingkah laku yang terjadi.

2. Hasil Belajar

Menurut Parmono Ahmadi, “Hasil Belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran.

Jadi Hasil Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku atau penguasaan ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya. Hasil belajar dimaksud disini ialah dalam penilaian hasil belajar kognitif (pengetahuan).

(20)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Kedisiplinan Belajar

a. Pengertian Kedisiplinan Belajar

Disiplin belajar terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu disiplin dan belajar. Berikut pengertian tentang disiplin. Kata disiplin itu berasal dari bahasa latin discipulus, yang berarti siswa. Namun dalam perkembangannya, kata disiplin ini mengalami perubahan bentuk dan perluasan arti seperti kata diciplina, yang berarti pengajaran/ pelatihan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin merupakan tata tertib, ketaatan atau kepatuhan pada peraturan. Dalam bahasa Indonesia disiplin kerap kali terkait dan menyatu dengan istilah tata tertib dan ketertiban. Istilah ketertiban mempunyai arti kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar dirinya. Sebaliknya, istilah disiplin sebagai kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan dari dalam diri orang itu. (Susanto, 2018: 117)

Dapat disimpulkan bahwa pengertian disiplin secara umum adalah perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.

Sedangkan kata kedua yakni belajar. Belajar menurut Slameto adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan sikap tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 2012: 2)

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

(21)

semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari, atau pagi hari.

Menurut James O. Whittaker, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. (Djamarah, 2011: 12)

Menurut Hilgard dan Bowler, dalam bukunya Thories of Learning mengemukakan, “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya secara berulang-ulang dalam situasi itu.

Menurut Morgan, dalam bukunya Introduction of Psycology mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengamalan, Witherington, dalam bukunya Educational Psycology, mengemukakan; “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian. (Shaleh, 2004: 209-210)

Sedangkan menurut skinner yang dikutip barlow dalam bukunya educational psikology the teaching-learning process, berpendapat bahwa “belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif, seorang pakar psikologi yang bernama hintman dalam bukunya the psikology of learning and memory berpendapat learning is a change in organism die to experience which can affect the organism’s behavior, Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme terebut. (Syah, 2007: 90)

(22)

Kedisiplinan belajar ini terdapat dalam surat Al-Jumu’ah ayat 9-10.













































































9. Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

10. apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Maksud dalam surat ini adalah kaum beriman tidak harus terus menerus larut dalam urusan ibadah saja. Tapi juga memerintahkan supaya kaum beriman segera kembali bekerja setelah menunaikan ibadah. Dengan demikian, disiplin harus dilakukan secara seimbang antara urusan dunia dan urusan akhirat.

Dari seluruh pengertian antara disiplin dan belajar diatas dapat diambil kesimpulan bahwa: disiplin belajar adalah suatu ketaatan dan kepatuhan peserta didik terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dalam kegiatannya sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa:

1. Belajar pada akhir semester 2. Belajar tidak teratur

(23)

3. Menyi-nyiakan kesempatan belajar 4. Bersekolah hanya untuk bergengsi 5. Datang terlambat bergaya pemimpin 6. Bergaya jantan seperti merokok 7. Menggurui teman, dan

8. Bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.

Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar, kota kecil, dan pelosok tanah air. Untuk sebagian, kebiasaan belajar tersebut disebebkan oleh ketidakmengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.

Suatu pepatah mengatakan “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian” dan berbagai petunju tokoh teladan, dapat menyadarkan siswa tentang pentingnya belajar. Pemberian penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi kebiasaan kurang baik dan membangkitkan harga diri siswa. (Mudjiono, 2009: 246)

b. Unsur-Unsur Disiplin

Disiplin diharapkan dapat mendidik siswa agar mampu berprilaku sesuai dengan norma yang berlaku dilingkungan kelompok sosial mereka. Siswa hendaknya memiliki empat unsur displin, yaitu: (Susanto, 2018: 124-125)

1) Peraturan

Pola yang ditetapkan untuk berbuat atau bertingkah laku, tujuannya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi dan kelompok tertentu. Peraturan memiliki dua fungsi penting yaitu:

a) Fungsi pendidikan, sebab peraturan merupakan alat memperkenalkan perilaku yang disetujui anggota kelompok kepada anak.

b) Fungsi preventif, karena peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.

(24)

Peraturan dianggap efektif apabila setiap pelanggaran atau peraturan itu mendapat konsekuensi yang setimpal. Jika tidak, maka peraturan tersebut kehilangan maknanya. Peraturan yang efektif dapat membantu seorang anak agar merasa terlindungi sehingga anak tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak pantas. 2) Hukuman

Hukuman berasal dari kata latin, pinier yang berarti menjatuhkan hukuman kepada seseorang karena suatu kesalahan. Perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Hukuman memiliki tiga fungsi, yaitu:

a) Menghalangi pengulangan tindakan

b) Mendidik, sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tersebut benar atau salah dengan mendapat hukuman.

c) Memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat.

Oleh karena itu orang tua atau guru perlu mengukur berat dan ringannya kesalahan anak dan menyesuaikannya dengan hukuman yang diberikan pada anak atas kesalahan tersebut.

Hukuman dapat dijadikan alternatif dalam mendisiplinkan sisiwa di sekolah, terutama bagi siswa yang prilakunya sulit dikendalikan. Pemberian hukuman dapat dilakukan dengan cara-cara yang efektif.

Adapun jenis-jenis hukuman yang dapat diberikan di sekolah antara lain: pengurangan skor atau penurunan peringkat, pengurangan hak, hukuman berupa denda, pemberian celaan penahanan sesudah sekolah dan penyekoran.

3) Penghargaan

Penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan atas hasil yang baik. Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi dapat

(25)

juga berbentuk pujian, kata-kata, senyuman, atau tepukan di punggung.

Penghargaan mempunyai tiga peranan penting, yaitu:

a) Mempunyai nilai mendidik, artinya bila suatu tindakan disetujui maka hal tersebut dapat dirasakan baik.

b) Memotivasi untuk mengulang perilaku yang disetujui secara sosial.

c) Memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan tiadanya penghargaan melemahkan perilaku tersebut.

4) Konsistensi

Konsistensi menunjukkan kesamaan dalam hal ini dan penerapan dalam sebuah aturan. Konsistensi digunakan bila pendidik ingin menerapkan pemberian hukuman untuk mengedalikan perilaku anak, atau memberikan penghargaan untuk memperkuat perilaku yang baik, meski anak memiliki perbedaan latar belakang sosial budaya, etnis, ekonomi maupun kondisi perkembangan usia.

Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas, mempunyai tiga fungsi, yaitu:

a) Mempunyai nilai mendidik yang besar

b) Konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat untuk melakukan tindakan yang baik di masyarakat dan menjauhi tindakan buruk

c) Konsistensi membantu perkembangan anak untuk hormat pada aturan-aturan dan masyarakat sebagai otoritas.

c. Macam-macam Disiplin

Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Disini ada tiga macam disiplin, yaitu:

(26)

9. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian.

Menurut kacamata konsep ini, peserta didik di madrasah/sekolah dikatakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau duduk tenang sambil memperatikan uraian guru ketika sedang mengajar. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dihendaki guru, dan tidak boleh membantah. Dengan demikian, guru bebas memberikan tekanan kepada peserta didik, dan memang harus menekan peserta didik.

10. Disiplin yang dibangun berdasarkan kosep permissive

Menurut konsep ini, peserta didik harus diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di madrasah/sekolah dilonggarkan dan tidak perlu mengikat peserta didik. Peserta didik dibiarkan membuat apa saja sepanjang itu menurutnya baik. Konsep permissive ini merupakan antitesa dari konsep otoritarian. Keduanya sama-sama berada dalam kutub ekstrim.

11. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab.

Disiplin demikian, memberikan kebiasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja tetapi konsekuensi dari perbuatan itu, harus ia tanggung.karena ia yang menabur maka ia pula yang menuai. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep otoritarian dan permissive di atas.

Menurut konsep kebebasan terkendali ini, peserta didik menyalahgunakan kebebasan yang diberikan, sebab tidak ada kebebasan mutlak di dunia ini, termasuk di negara liberal sekalipun. Adapun batasan-batasan tertentu yang harus diikuti oleh seorang dalam rangka kehidupan bermasyarakat, termasuk juga kehidupan bermasyarakat di sekitar sekolah.

Kebebasan yang jenis ketiga ini juga lazim dikenal dengan kebebasan bertimbang. Terimbang karena dalam menerapkan

(27)

kebebasan tersebut. diaksentuasikan kepada hal-hal yang kontrukstif. Manakala arah tersebut berbalik atau berbelok ke hal-hal yang destruktif maka dibimbing kembali ke arah yang konstruktif.

Berdasarkan tiga konsep disiplin tersebut, kemudian dikemukakan teknik-teknik alternatif pembinaan disiplin peserta didik. Pertama, dinamai dengan teknik exsternal control. External control adalah suatu teknik di mana peserta didik haruslah dikendalikan dari luar peserta didik. Teknik ini menyakini kebenaran akan teori X, yang mempunyai asumsi-asumsi tak baik mengenai manusia. Mereka senaantiasa diawasi dan dikontrol terus agar tidak terjebak ke dalam kegiatan-kegiatan yang destruktif dan tidak produktif. Menurut teknik external control ini, peserta didik harus terus menerus didisiplinkan, dan kalau perlu ditakuti dengan ancaman dan ganjaran. Ancaman yang diberikan kepada peserta didik yang tidak disiplin, sementara ganjaran diberikan kepada peserta didik yang mempunyai disiplin tinggi.

Kedua, dinamainya dengan teknik inner control atau internal control. Ini merupakan kebalikkan dari teknik di atas. Teknik ini mengupayakan agar peserta didik dapat mendisiplinkan diri sendiri. Peserta didik didasarkan akan pentingnya disiplin peserta didik. Sesudah sadar, ia akan mawas diri dan berusaha mendisiplinkan diri sendiri. Jika teknik ini dapat dikembangkan dengan baik maka akan mempunyai kekuatan yang lebih hebat dibandingkan dengan teknik external control.

Jika teknik inner control ini yang disiplin oleh guru maka guru haruslah bisa menjadi teladan dalam hal kedisiplinan, sebab guru tidak akan mendapat mendisiplinkan peserta didiknya, jika ia sendiri tidak disiplin. Guru harus sudah memiliki self control dan inner control yang baik.

(28)

Ketiga, adalah teknik cooperative control. Konsep ini, adalah antara pendidik dan peserta didik harus saling bekerja sama dengan baik dalam menegakkan disiplin. Guru dan peserta didik lazimnya membuat semacam kontrak perjanjian yang berisi aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama-sama. Sanksi atas pelanggaran disiplin juga ditaati dan dibuat bersama.

Kontrak atau perjanjian seperti ini sangat penting, oleh karenanya dengan cara demikianlah pendidik dan peserta didik dapat bekerja sama dengan baik. Dalam suasana demikian maka peserta didik juga merasa dihargai. inisiatif yang berasal dari dirinya, biarpun itu berbeda dengan inisiatif guru, asalkan baik juga diterima oleh guru dan peserta didik lainnya. (Asmendri, 2014: 164-166)

d. Cara Menumbuhkan Disiplin Siswa Dalam Belajar

Untuk menumbuhkan disiplin siswa dalam belajar atau disiplin belajar, maka siswa harus membiasakan hal-hal sebagai berikut: (Darmadi, 2017: 325-326)

1) Mengikuti Pedoman Umum untuk Belajar

a) Keteraturan dalam belajar. Keteraturan merupakan unsur pokok dalam pelaksanaan disiplin belajar, karena dengan belajar yang teratur siswa akan menemukan sendiri cara belajar yang baik dan tentunya akan berpengaruh terhadap efektifitas belajar siswa.

b) Kosentrasi merupakan pemusatan fikiran terhadap sesuatu dengan mengesampingkan semua masalah yang tidak berhubungan. Untuk itu, jika seorang siswa akan mengkonsentrasikan dirinya dalam kegiatan belajar, maka iya harus berusaha memusatkan pikirannya terhadap suatu pelajaran yang sedang dihadapinya, dan iya harus berusaha mengesampingkan semua hal yang tidak berhubungan dengan proses belajar yang akan dihadapi.

(29)

c) Tertib dalam belajar, adalah apabila seorang siswa menyusun tata tertib dalam belajar sehingga siswa dapat belajar dengan tertib, kontinue dan konsisten sesuai dengan tata tertib yang telah dibuatnya.

d) Tertib dalam mengunakan perpustakaan. Tidak ada kegiatan belajar yang dapat dilakukan tanpa membaca dan sumber bacaan adalah buku. Dalam menggunakan buku, anak harus mencintai dan menganggap buku sebagai sahabat. Seseorang dapat mencintai buku-buku dan mereka senantiasa merupakan sahabat yang abadi.

2) Cara mengatur waktu

a) Pengelompokan waktu, salah satu yang dihadapi anak adalah penggunaan waktu dalam belajar. Banyak anak yang mengeluh kekurangan waktu untuk belajar, tetapi sebenarnya anak kurang memiliki keteraturan dan disiplin untuk menggunakan waktu secara efektif dan efesien.

b) Penjatahan waktu, untuk belajar secara teratur setiap hari harus mempunyai rencana kegiatan. Banyak anak yang membuang waktu untuk memikirkan mata pelajaran, karena kebingungan apa yang sebaiknya akan dipelajari sehingga hal ini akan membuang waktu secara sia-sia.

e. Langkah-langkah dalam menanamkan disiplin

Larry J. Koening (2003: 15) mengatakan bahwa ada beberapa langkah atau strategi yang digunakan dalam menanamkan disiplin diantaranya:

1) mengidentifikasi perilaku buruk pada siswa. 2) membuat peraturan

3) memilih konsekuensi yang tepat, 4) membuat tabel

(30)

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi perilaku buruk pada siswa

Misalnya: tidak mengerjakan tugas, suka ramai di dalam kelas, suka membantah, mengganggu temannya di dalam kelas, menyontek, berkata tidak sopan, berbohong dan sebagainya.

2) Membuat peraturan

Sesudah masalah teridentifikasi maka guru membuat peraturan seperti tidak boleh menyontek, tidak boleh ramai di dalam kelas, tidak boleh menggangu temannya di dalam kelas, tidak boleh telat dalam mengumpulkan tugas.

3) Memilih konsekuensi yang tepat

Guru membuat hak istimewa yang dinikmati anak sehari-hari di sekolah dan olehnya dianggap sesuatu yang sudah menjadi haknya apapun yang terjadi. Guru dapat memilih empat atau lima hak istimewa yang dijadikan pertimbangan misalnya: boleh mengikuti pelajaran di dalam kelas bersama teman-teman, boleh istirahat dan pulang bersama temannya, boleh bermain bersama temannya. 4) Membuat tabel peraturan

Nama siswa: Hari : A B C D A Boleh istirahat B Boleh bermain bersama teman C Boleh mengikuti pelajaran bersama temannya di kelas D Hak istimewa pulang bersama teman

Peraturan “hari ini boleh ramai di kelas”.

Perilaku baik minggu kemarin: semua sudah mengumpulkan tugas dengan rajin.

(31)

Tabel ini bisa dipasang di dinding atau pintu masuk. Hak istimewa boleh berbeda-beda setiap hari. 5) Guru memperingatkan siswa

(a) Jika siswa melanggar peraturan mana saja yang siswa langgar guru akan memberi tanda X pada kolom A

(b) Jika siswa melanggar yang lain atau mengulang pelanggaran yang sama maka guru memberi tanda X di Kolom B

(c) Jika siswa melanggar satu kali lagi maka kamu akan kehilangan hak istimewa siswa

(d) Tujuan diberi tanda X pada kotak-kotak ini mengingatkan siswa bahwa siswa akan menghadapi konsekuensi negatif dan sebaiknya siswa mematuhi peraturan.

f. Strategi guru dalam melaksanakan disiplin

Geoff Colvin (2008: 55) mengemukakan strategi dalam menanamkan disiplin untuk memperoleh perilaku yang diharapkan dapat dicapai dengan beberapa strategi diantaranya: 1) jelaskan, 2) sebutkan perilaku murid dengan jelas, 3) praktik, 4) pantau, 5) tinjau. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Jelaskan

Berikan cukup alasan dan tujuan untuk perilaku tertentu, dorong sebanyak mungkin pendapat siswa dalam mengembangkan dasar alasan yang diharapkan. Pastikan bahwa murid mengerti apa yang diminta oleh guru mengapa guru memintanya.

2) Sebutkan perilaku siswa dengan jelas

Guru dengan jelas menyebut perilaku yang diminta kepada siswa perilaku ini harus terpisah dan dapat diamati, serta di ekspresikan dengan kata-kata yang dapat dimengerti oleh anak. 3) Praktik

Guru merancang aktivitas praktik, menjadwal sesi-sesi praktik dari yang paling penting guru memastikan semua murid

(32)

mempunyai kesempatan untuk menunjukkan perilaku yag diharapkan.

4) Pantau

Guru memberikan kesempatan siswa untuk secara bebas menunjukkan perilakunya dalam situasi nyata. Dengan hati-hati pantau kenerja para siswa. Guru memberi feedback dan informasi jika siswa memerlukan praktik lebih.

5) Tinjau

Strategi yang kelima yaitu guru melakukan pengamatan formal kepada perilaku murid, untuk menilai seberapa banyak siswa yang melakukan perilaku menyimpang. Berapa lama hal ini dilakukan, serta masalah perilaku seperti apa yang muncul.

Banyak guru yang kurang menyadari bahwa peserta didik memiliki hak-hak tertentu di dalam lingkungan sekolah. Hak-hak tersebut semuanya diatur dan diperkuat oleh peraturan dan kelaziman atau tradisi yang dipelihara oleh lingkungan sekolah dan masyarakat yaitu: orang tua, wali murid, kelompok kemasyarakatan yang membawa sejumlah kasus pelanggaran terhadap hak-hak anak di sekolah, kepersatuan siswa, dan kepengadilan.

Keberadaan guru di kelas tidak hanya bertugas menyampaikan kurikulum atau materi yang direncanakan kepada siswa, tetapi kondisi personal disiplin para guru itu sendiri di kelas perlu ditampilkan. Materi disiplin harus dikaitkan kepada pemahaman umum dari apa yang diharapkan para siswa. Program yang cukup efektif dalam memberi pemahaman disiplin misalnya, dapat dilaksanakan sekolah dengan cara melibatkan para siswa untuk mendiskusikan topik-topik yang menjadi kepedulian sekolah.

Sekolah dalam upaya menciptakan disiplin secara nyata akan melibatkan berbagai unsur atau pihak misalnya: guru dalam memberdayakan kebijakan dan usaha mengidentifikasi secara jelas sebab-sebab siswa berperilaku menyimpang bekerja sama secara erat

(33)

dengan orang tua, dan para pembina atau pendammping sekolah. Beberapa kondisi yang menyebabkan timbulnya problem disiplin yaitu kegaduhan, corak suasana sekolah, pengaruh komunitas yang tidak diinginkan, ketidakteraturan dalam menerapkan peraturan maupun hukuman. Tipe-tipe penanggulangan problem disiplin ini biasanya menggunakan pendekatan teknik manajerial. Misalnya: kepala sekolah dapat meminta staf sekolah, pembina, guru untuk megetahui para siswa dan latar belakangnya, menyusun jadwal sebaik mungkin sehingga tidak terjadi satu kegiatan pengumuman dan penerimaan siswa baru, pengumunam kelulusan evaluasi belajar nasional (EBTANAS) acara olah raga dan seni. Meminta laporan tentang situasi keamanan setiap saat, dan memberi kesempatan kepada yang berwajib memberi penyuluhan tentang gerakan disiplin nasional, bahaya narkotik, tertib lalu lintas. Banyak sekolah menghadapi bermacam-macam gangguan disiplin adanya watak suka menusuk, perbuatan merusak fasilitas sekolah, merokok, dan penggunaan obat-obatan terlarang dari para siswanya.

Teknik untuk dapat membantu pemeliharaan disiplin kelas dalam mengajar diantaranya: tepat waktu dan mulailah pelajaran segera mungkin, siapkan segala sesuatu yang harus dipersipkan para siswa, siapkan rencana pembelajaran dan informasikan kepada siswa kapan dan dimana aktivitas itu dikerjakan. Lakukan sesuatu dengan aturan dan pelaksanaan yang sama dan konsisten. Bervariasi dalam aktivitas kelas, tidak mengancam dan menantang para siswa, buatlah tugas para siswa yang tepat dan cocok, jagalah dan kontrol suara guru, tegas dalam permulaan dan secara perlahan mulai dikendorkan bila hubungan sudah terjaga baik, hindari siswa favorit diantara mereka, jalin hubungan kerjsama dengan orang tua.

Sekolah secara formal adalah wadah atau tempat pembinaan dan pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sesuai dan dikehendaki oleh masyarakat diharapkan membantu dan kerja sama

(34)

dengan sekolah berjalan lancar dan lulusan yang dihasilkan memenuhi kebutuhan masyarakat dan negara.

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin siswa dalam belajar Banyak faktor yang mempengaruhi sikap disiplin siswa dalam belajar, yaitu: (Darmadi, 2017: 322-323)

1) Keteladanan

Keteladanan orang tua sangat mempengaruhi sikap disiplin anak sebab sikap dan tindak tanduk atau tingkah laku orang tua sangat mempengaruhi sikap dan akan ditiru oleh anak. Oleh karena itu, orang tua bukanlah hanya sebagai pemberi kebutuhan anak secara materi, tapi orang tua juga sebagai pemberi ilmu pengetahuan dan dituntut untuk menjadi suri tauladan bagi anaknya.

2) Kewibawaan

Orang tua yang berwibawa dapat memberi pengaruh yang positif bagi anak, hal ini sebagaimana yang tertulis dalam sebuah buku yang dikeluarkan oleh Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa kewibawaan adalah pancaran kepribadian yang menimbulkan pengaruh positif sehingga orang lain mematuhi perintah dan larangannya. Orang yang berwibawa menampakkan sikap dan nilai yang lebih unggul untuk di teladani.

Pendapat tersebut menyebutkan, kewibawaan sangat mempengaruhi sikap seseorang. Kewibawaan yang dimiliki oleh orang tua sangat menentukan kepada pembentukan kepribadian anak. Anak yang terbiasa melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk orang tua, bakat dari dalam dirinya itu sudah tertanam dalam sikap disiplin, dan sebaliknya apabila tidak memiliki kewibawaan, akan sulit bagi orang tua tersebut untuk mengarahkan dan membimbing anak dan yang akan terjadi adalah

(35)

tindakan-tindakan indisipliner, dengan demikian kewibawaan sangat mempengaruhi perilaku anak.

3) Anak

Agar disiplin di lingkungan keluarga dapat berjalan dengan baik, maka sangat diharapkan kerjasama antar semua yang ada di rumah tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka sangat diharapkan adanya kesadaran anak itu sendiri dalam membina kedisiplinan. Anak harus menyadari kedudukannya sebagai anak yang memerlukan orang tua.

4) Hukuman dan ganjaran

Hukuman dan ganjaran merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi perilaku. Apabila anak melakukan satu pelanggaran atau suatu perilaku yang tidak terpuji dan tidak mendapat teguran dari orang tua, maka akan timbul dari dalam diri anak tersebut suatu kebiasaan yang kurang baik.

5) Lingkungan

Faktor yang tidak kalah pentingnya dan berpengaruh terhadap disiplin adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adala lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Pada umumnya apabila lingkungan baik maka akan berpengaruh terhadap perbuatan yang positif dan begitu pula sebaliknya.

Oleh karena itu, jelaslah bahwa masalah disiplin siswa dalam belajar siswa merupakan hal yang sangat penting, karena jika kedisiplinan tersebut telah tertanam dalam diri anak, maka iya akan berusaha untuk belajar secara teratur, kontinue, dan juga sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada, sehingga akan tercapai sebuah prestasi dalam belajar.

h. Indikator Displin Belajar

Menurut Prijodarminto, siswa yang mempunyai disiplin belajar memiliki kriteria sebagai berikut:

(36)

12. Memiliki nilai-nilai ketaatan yang berarti individu memliki kepatuhan terhadap peraturan yang ada di lingkungan.

13. Memiliki nilai-nilai keteraturan yang berarti individu mempunyai kebiasaan melakukan kegiatan dengan teratur.

14. Memiliki pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma kriteria dan standar yang berlaku di masyarakat.

Indikator kedisiplinan belajar adalah tingkah laku atau perbuatan ke arah tertib yaitu:

1. Disiplin dalam hubungannya dengan waktu belajar.

Dalam hal ini seorang siswa mampu mengikuti proses belajar di sekolah secara tepat waktu. Juga mampu disiplin menggunakan jadwal belajar dirumah secara teratur entah itu waktu belajar di siang hari, di malam hari di hari maupun di hari minggu dan libur. Seorang siswa juga harus bisa membagi waktu antara belajar dan membantu orang tua.

Anak disiplin sehubungan dangan waktu yang dapat terpengaruh terhadap prestasi belajar khususnya pelajaran Aqidah Akhlak akan tampak sebagai berikut:

a) Mengerahkan energi untuk belajar secara kontinyu.

b) Melakukan belajar dengan kesungguhan dan tidak memberikan waktu luang.

c) Belajar sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah diatur. d) Dapat menggunakan waktu dengan baik antara belajar dan

waktu bersosialisasi.

2. Disiplin yang ada hubungannya dengan tempat belajar

Dalam hal ini seorang siswa wajib menjaga ruang kelas maupun lingkungan sekitar sekolah seperti menjaga kebersihan dinding, meja, kursi, kamar mandi, pagar sekolah, dan ruang lain milik sekolah. Dan selalu membuang sampah di tempat sampah. Selain itu siswa juga wajib menjaga tempat belajar di rumah agar tercipta suasana yang aman dan nyaman.

(37)

Adapun ciri-ciri anak yang disiplin sehubungan dengan tempat yang mempengaruhi prestasi belajar Aqidah Akhlak yaitu: a) Belajar pada tempat yang telah disediakan agar tidak

mengganggu atau terganggu oleh orang lain.

b) Selalu disiplin dalam menjaga kebersihan ruang kelas dan lingkungan sekolah.

c) Mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas dengan gairah dan partisipatif.

3. Disiplin yang ada hubungannya dengan norma dan peraturan dalam belajar.

Mematuhi dan manaati peraturan yang telah disusun dan berlaku ditempat sekolah. Hormat dan patuh kepada orang tua, kepala sekolah, guru, dan karyawan. Serta mampu terampil, bersikap sopan dan tanggung jawab. Mematuhi semua larangan tata tertib sekolah dan menaati kewajiban-kewajiban.

Dengan demikian anak yang disiplin akan tampak dalam perilaku sebagai berikut:

a) Datang ke sekolah tepat waktu dan mengikuti proses belajar mengajar sesuai jadwal yang ada.

b) Membuat jadwal belajar dirumah yang harus dilaksanakan meskipun tidak ada tugas.

c) Selalu menaati peraturan yang telah ditetapkan dilingkungan dimana siswa itu berada, baik ketika berada disekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat. E-journal: (Fuji Wulandari, 2014: 5)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria disiplin belajar dapat dilihat tingkat pelaksanaan dan kesediaan menerima dengan kesadaran diri seseorang terhadap suatu kesepakatan bersama yang berhubungan dengan tujuan yang dicapai, yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai apa yang

(38)

diharapkan. Jadi yang dimaksud dengan disiplin belajar dalam penelitian ini adalah :

 Menaati dan mematuhi tata tertib sekolah.  Perhatian yang baik saat belajar di kelas.  Mengatur waktu belajar di rumah.

 Rajin dan teratur belajar serta mengerjakan tugas. i. Pentingnya Disiplin Belajar

Diungkapkan oleh Tulus Tu’u yang dikutip oleh Eka Nurjannah (2011: 27-28) beberapa alasan pentingnya kedisiplinan belajar sisiwa, yaitu:

1) Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa diharapkan dapat berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumya terlambat optimalisasi potensi prestasinya.

2) Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin memberi dukungan lingkungan yang kurang dan tertib bagi proses pembelajaran.

3) Orang tua senantiasa berharap di sekolah agar anak-anaak dibiasakan dengan norma-norma, nilaai kehidupan dan disiplin, sehingga diharapkan anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin.

4) Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan pada saat masuk dalam dunia kerja. Kesadaran petingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.

j. Nilai Disiplin Belajar

Dalam kajian filsafat nilai menunjuk pada keberhahargaan maupun kebaikan. Keberhargaan meliputi sesuatu hal yang memiiki arti maupun bermakna bagi seseorang. Nilai dalam kebaikan menunjukkan sesuatu hal yang dapat menata seseorang dalam

(39)

kebaikan atau memberi suatu perubahan yang positif dalam tingkah lakunya. Nilai dapat direalisasikan dalam bentuk nyata, dilihat dari berbagai lembaga maupun instansi seperti di sekolah, nilai direalisasikan dalam bentuk peraturan.

Peraturan merupakan pedoman yang diformalkan dalam menggambarkan perilaku yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan. Peraturan ini bertujuan untuk menuntun dan membatasi perilaku peserta didik ke arah yang positif. Upaya menciptakan dan mengakkan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada peserta didik apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan demikian. Kegiatan yang menciptakan dan menegakkan peraturan ini merupakan proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru mengenai peserta didik di sekolah. Mengetahui dan memahami peraturan yang menyatakan apa yang dibenarkan dan mana yang tidak dibenarkan sangat penting bagi peserta didik, guna untuk mengetahui apa yang harus dikerjakan dan mengetahui pelanggaran atas peraturan itu, dengan pemahaman tersebut peserta didik akan timbul kesadaran dan menunjukkan kepatuhannya terhadap peraturan, ketaatan dan kepatuhan peserta didik terhadap peraturan ini disebut disiplin.

Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Sikap disiplin selalu ditunjukkan kepada orang-orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berprilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Sebaliknya, sikap yang kurang disiplin luasnya ditunjukkan kepada orang-orang yang tidak dapat menaati peraturan dan ketentuan yang berlaku, baik yang bersumber dari pemerintah, masyarakat, serta sekolah.

Siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang di perlukan disekolahnya. Setiap siswa ditonton untuk dapat berprilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib di sekolah. Kepatuhan dan kataatan siswa

(40)

terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah.

k. Urgensi Disiplin Belajar

Sebagaimana yang telah penulis jelaskan bahwa disiplin itu sangat diperlukan oleh siapapun dan dimanapun seseorang berada, disana akan selalu ada peraturan atau tata tertib. Jadi manusia mustahil hidup tanpa disiplin, selaku manusia disiplin adalah dasar kesuksesan bilamana manusia mengabaikan disiplin, ujungnya manusia tersebut akan menghadapi banyak masalah dalam hidup dan kehidupannya, oleh karena itu perilaku hidup yang tidak sesuai denga peraturan yang berlaku ditempat manusia berada maka manusia tersebut tidak akan bisa diharapkan.

Dalam rangka menunjang pembangunan dan meningkatkan kemajuan bangsa dan negara disiplin sangat menentukan hal tersebut, karena maju dan mundurnya pembangunan baik martabat, maupun kesejahteraan tergantung kepada kedisiplinan masyarakatnya. Bohar Soeharto mengatakan bahwa “sikap dan perilaku yang baik dan benar dari penyelengaraan negara beserta seluruh rakyat indonesia dalam mematuhi dan melaksanakan hukum dan norma kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara sangat penting untuk keberhasilan pembangunan. (Tu’u, 2004: 31)

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Pada hakekatnya setiap siswa ingin berprestasi dalam belajarnya. Namun untuk mencapai prestasi dalam belajar dituntut dorongan atau semangat belajar yang sungguh-sungguh dan disiplin yang tinggi dalam belajar. Disamping itu prestasi belajar seseorang akan dapat dicapai melalui latihan dan ulangan, karena terlatih dan sering megulangi pelajaran, maka kecakapan dan pengetahuan yang

(41)

dimiliknya dapat menjadi semakin dikuasai dan mendalam serta makin besar minat dan perhatiannya sehingga memperbesar keinginan untuk mempelajarinya.

Beberapa tokoh psikologi belajar memiliki persepsi dan penekanan-penekanan tersendiri tentang hakikat belajar dan proses kearah perubahan sebagai hasil belajar. Berikut ini adalah beberapa kelompok teori yang memberikan pandangan khusus tentang belajar diantaranya; (a) behaviorisme, (b) kognitivisme, (c) teori belajar psikologi sosial, dan (d) teori belajar gagne.

1. Behaviorisme

Para penganut teori behaviorisme meyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang memberikan pengalaman-pengalaman tertentu kepadanya. Behaviorisme menekankan pada apa yang dapat dilihat, yaitu tingkah laku, dan kurang memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran karena tidak dapat dilihat. Skinner beranggapan bahwa perilaku manusia yang dapat diamati secara langsung adalah akibat konsekuensi dari perbuatan sebelumnya (Semiawan, 2002: 3). Menurut aliran psikologi ini proses belajar lebih dianggap sebagai suatu proses yang bersifat mekanistik dan otomatik tanpa membicarakan apa yang terjadi selama itu dalam diri siswa yang belajar.

Sebagaimana pada kebanyakan aliran psikologi belajar lainnya, behaviorisme juga melihat bahwa belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi adalah berdasarkan paradigma S-R (Stimulus Respons), yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu terhadap sesuatu yang datang dari luar.

2. Kognitivisme

Kognitivisme merupakan salah satu teori belajar yang didalam berbagai pembahasan juga sering disebut model kognitif

(42)

(cognitive model) atau model perseptual (perceptual model). Menurut teori belajar ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Karena itu belajar menurut kognitivisme diartikan sebagai perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman ini tidak selalu dapat dilihat sebagaimana perubahan tingkah laku. Teori ini menekankan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dengan konteks seluruh situasi tersebut.

3. Teori Belajar Psikologi Sosial

Pandangan psikologi sosial secara mendasar mengungkapkan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses alami. Semua orang mempunyai keinginan untuk belajar tanpa dapat dibendung oleh orang lain. Hal ini pada dasarnya disebabkan karena setiap orang memiliki rasa ingin tahu, ingin menyerap informasi, ingin mengambil keputusan serta ingin memecahkan masalah.

Manurut teori belajar psikologi sosial proses belajar jarang sekali merupakan proses yang terjadi dalam keadaan menyendiri, akan tetapi melalui interaksi-interaksi. Interaksi tersebut dapat; (1) searah (one directional), yaitu bilamana adanya stimuli dari luar menyebabkan timbulnya respons, (2) dua arah, yaitu apabila tingkah laku yang terjadi merupakan hasil interaksi antara individu yang belajar dengan lingkungannya, atau sebaliknya.

Di dalam proses pembelajaran terlihat nyata bahwa suasana kelompok belajar, adanya persaingan dan kerjasama, kebebasan atau perasaan terkekang, nilai-nilai yang dianut kelompok akan memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan maupun kepuasan orang yang belajar. Proses belajar yang mengikutsertakan emosi dan perasaan peserta didik ternyata

(43)

mampu memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan hanya memanipulasi stumuli dari luar.

4. Teori Belajar Gagne

Teori belajar yang disusun gagne merupakan perpaduan yang seimbang serta behaviorisme dan kognitivisme yang berpangkal pada teori pengolahan informasi. Menurut gagne cara berpikir seseorang tergantung pada; (a) keterampilan apa yang telah dimilikinya, (b) keterampilan serta hirarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas. Dengan demikian menurut Gagne di dalam proses belajar terdapat dua fenomena, yaitu; meningkatnya keterampilan intelektual sejalan dengan meningkatnya umur serta latihan yang diperoleh individu, dan belajar akan lebih cepat bilamana strategi kognitif dapat dipakai dalam memecahkan masalah secara lebih efisien. (Aunurrhman, 2012: 39-47)

Slameto menyimpulkan hasil belajar sebagai berikut: “hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku individu yang mempunyai cita-cita:

1) Perubahan dalam belajar terjadi secara sadar 2) Perubahan dalam belajar mempunyai tujuan 3) Perubahan belajar secara positif

4) Perubahan dalam belajar secara kontinue

5) Perubahan dalam belajar bersifat permanen (langgeng). (Syarifudin, 2007: 32-33)

b. Unsur-unsur Belajar

Unsur-unsur belajar adalah faktor-faktor yang mejadi indikator keberlangsungan proses belajar. Setiap ahli pendidikan sesuai dengan aliran teori belajar yang dianutnya memberikan aksentuasi sendiri tentang hal-hal apa yang penting dipahami dan dilakukan agar belajar benar-benar belajar. Cronbach sebagai penganut aliran behaviorisme

(44)

(1954:49-50) menyatakan dalam Sukmadinata (2004:157) adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yang meliputi:

1. Tujuan. Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yag ingin dicapai. Tujuan ini muncul karena adanya sesuatu kebutuhan. Perbuatan belajar atau pengalaman belajar akan efektif bila diarahkan kepada tujuan yang jelas dan bermakna bagi individu. 2. Kesiapan. Agar mampu melaksanakan perbuatan belajar dengan

baik, anak perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik, psikis, maupun yang terkait dengan pengalaman belajar.

3. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Adapun yang dimaksud situasi belajar ini adalah tempat, lingkungan sekitar. Alat daan bahan yang dipelajari, guru, kepala sekolah, pegawai administrasi, dan seluruh warga sekolah yang lain.

4. Interpretasi. Di sini anak melakukan interpretasi yaitu melihat hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.

5. Respon. Berlandaskan hasil interpretasi tentang kemungkinannya dalam mencapai tujuan belajar, maka anak membuat respon. Respon ini dapat berupa usaha yang terencana dan sistematis, baik juga berupa usaha coba-coba, (trial and error)

6. Konsekuesi. Berupa hasil, dapat hasil positif (keberhasilan) maupun hasil negatif (kegagalan) sebagai konsekuensi respon yang dipilih siswa.

7. Reaksi terhadap kegagalan. Kegagalan dapat menurunkan semangat. Motivasi, memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya. Namun, dapat juga membangkitkan siswa karena dia mau belajar dan kegagalannya.

Sementara itu para konstruktivis memaknai unsur-unsur belajar sebagai berikut.

(45)

1) Tujuan Belajar

Tujuan belajar yaitu membentuk makna. Makna diciptakan para pembelajar dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna dipengaruhi oleh pengertian terdahulu yang telah dimiliki siswa

2) Proses belajar

Adalah proses konstrusi makna yang berlangsung terus menerus, setiap kali berhadapan dengan fenomena atau pengalaman baru diadakan rekonstruksi, baik secara kuat atau lemah. Proses belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih sebagai pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu sendiri.

Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan (disonansi kognitif) yang merangsang pemikiran lebh lanjut. Situasi tidak keseimbangan (disekuilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

3) Hasil Belajar

Hasil Belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebagai hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung kepada apa yang telah diketahui pembelajaran konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

Dalam kaitan dengan implementasi empat pilar pembelajaran UNESCO pada prsktik pendidikan, Zhou Nanzhao (2007) menyarankan penguasaan sejumlah kompetensi oleh siswa sebagai unsur-unsur belajar, kompetensi-kompetensi yang harus dikuasi siswa dalam belajar, baik tentang apa saja, di aman saja, dengan siapa saja antara lain adalah:

e) Kompetensi dalam mengumpulkan, memilih, mengolah, dan mengelola informasi.

(46)

f) Kompetensi dalam menguasai peralatan sebagai sarana untuk mengetahui dan memahami

g) Implementasi dalam berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.

h) Implementasi untuk beradaptasi diri menghadapi perubahan kehidupan.

c. Prinsip Umum Belajar

Sukmadinata (2004:165-166) dalam bukunya, menyampaikan prinsip belajar (sedikit dikembangkan) sebagai berikut.

1. Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Belajar dan berkembang merupakan dua hal yang berbasis, tetapi erat hubungannya. Dalam perkembangan dituntut belajar, sedangkan melalui belajar terjadi perkembangan individu yang pesat.

2. Belajar berlangsung seumur hidup. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning)

3. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara aktif. 4. Belajar mencakup semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu belajar

harus mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor dan keterampilan hidup (life skill). Menurut Ki Hajar Dewantara belajar harus mengembangkan cipta (kognitif), rasa (afektif), karsa (motivasi) dan karya (psikomotor).

5. Kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempat dan waktu. Berlangsung di sekolah (kelas dan halaman sekolah), di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi, di alam sekitar, dalam bengkel kerja, di dunia industri, dan sebagainya.

6. Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru berlangsung dalam situasi formal, informal, dan nonformal. 7. Belajar yang terencana dan disengaja meuntut motivasi yang

tinggi. Biasanya terkait dengan pemenuhan tujuan yang kompleks, diarahkan kepada penguasaan, pemecahan masalah

(47)

atau pencapaian sesuatu yang bernilai tinggi. Ini harus terencana, memerlukan waktu dan dengan upaya yang sungguh-sungguh. 8. Pembuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai

dengan yang amat kompleks.

9. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan. Hambatan dapat terjadi karena belum adanya penyesuaian individu dengan tugasnya, adanya hambatan dari lingkungan, kurangnya motivasi, kelelahan atau kejenuhan belajar.

10. Dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain. Orang lain itu dapat guru, orang tua, teman sebaya yang kompeten dan lainnya. (Suyono, 2011: 126-127)

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan dari luar individu. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain: (Rohmah, 2015: 195-198)

1) Faktor Lingkungan

a) Lingkungan alami yaitu tempat tinggal anak didik hidup dan berusaha didalamnya, tidak boleh ada pencemaran lingkungan

b) Lingkungan sosial budaya yaitu hubungan dengan manusia sebagai makhluk sosial.

2) Faktor Instrumental, yaitu seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk untuk mencapai tujuan, yang meliputi:

a) Kurikulum b) Program

c) Sarana dan fasilitas d) Guru

3) Kondisi fisiologis a) Kesehatan jasmani

Gambar

Tabel 3. 1   Jumlah Populasi
Tabel 3. 2  Skor Pernyataan  KATEGORI  SKOR  Favorable      Unfavorable  SELALU         5                        1  SERING         4                        2  KADANG-KADANG         3                        3  JARANG          2                        4  TID
Tabel 4. 1  Kedisplinan Belajar
Tabel 4. 3  Hasil Belajar
+6

Referensi

Dokumen terkait

Curu yang mampu menguasai sepuluh kompetensi dasar akan dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif bagi kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dapat

Menurut Hamalik (2001:8) “mengajar adalah usaha guru untuk mengorganisai lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa”. Dari uraian diatas jelas bahwa proses

Maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel kedisiplinan belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik, artinya semakin baik

Tercapainya tujuan pendidikan di sekolah membutuhkan tata tertib dan kedisiplinan sebagai bagian dari sistem pendidikan di sekolah. Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga

Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010 Sudjana, Nana, Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar ,Bandung, Sinar Baru Alsindu, 2005

Upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar merupakan keharusan, dengan maksud agar tujuan pengajaran yang

Dalam proses belajar mengajar pada kelas VIII I ini sebelum kegiatan belajar saya biasa membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), RPP ini berfungsi sebagai

Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib