• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-Jenis Ikan Yang Ditemukan Di Sungai Tabir Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jenis-Jenis Ikan Yang Ditemukan Di Sungai Tabir Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jenis-Jenis Ikan Yang Ditemukan Di Sungai Tabir Kecamatan Tabir

Kabupaten Merangin Provinsi Jambi

Oleh:

Iistianah1, Armein Lusi Z1, Indra Junaidi Z2

1

Program Studi Pendidikan BiologiSTKIP PGRI Sumatera Barat

2

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam Universitas Andalas Padang E-mail: iistianah694@yahoo.com

ABSTRACT

Tabir river is one of the major rivers and a confluence of several tributaries in Rantau Panjang Subdistrict Tabir, Merangin District of Jambi Province. Recently, many human activities pollute the waters of the Tabir River. Theses of pollution derived from mining stone, sand, gold and other human activities. This research aims to identify the species of fish that live in the Tabir river.The study was conducted from October until November 2013 in the Tabir river. Identification of samples was performed at the Museum of Zoology Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Andalas University, Padang. This study used a descriptive survey method.There are 16 species, 6 families and 4 of the order were found, namely: Barbichthys leavis, Epalizeorhynchos kalopterus, Hampala macrolepidota, Labeobarbusfestivus, Mystacoleucusmarginatus, Osteochilus chini, Puntius sp. , Osteochilus pleurotaenia, Rasbora argyotaeniaand Tor tambra (family Cyprinidae). Furthermore, Acantopsis octoactinos offamily Cobitidae of ordo Cypriniformes, Leiocassis robustus, Mystus bimaculatus from family Bragidae, Acrochordonichtys chamaelon of family Siluridae of ordo Siluriformes, Osphronemus gouramy offamily Anabantidae from ordo Labyrinthici. The last species was Tetradon sabahensis of familyTetraodontidae from the ordo of Tetraodontiformes. The results of measurements of physico-chemical factors in the Tabir river were temperature of 26 ° C-27 ° C, pH of 6-7 and the flow velocity ranged from 0.098 M/det-0, 0316 M /det.

Keyword:Fish, Human Activities, Identification, Tabir River

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya perikanan. Diperkirakan sekitar 16% spesies ikan yang ada di dunia hidup di perairan Indonesia. Total jumlah jenis ikan yang terdapat di perairan Indonesia mencapai 7000 spesies dan hampir 2000 spesies diantaranya merupakan jenis ikan air tawar (Khairuman dan Amri 2001). Lingkungan perbesaran ikan dapat diartikan sebagai wilayah digunakan ikan untuk melangsungkan proses pertumbuhan, salah satu habitat dari perbesaran ikan air tawar adalah sungai

Sungai merupakan wilayah yang dilalui oleh badan air bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah baik melalui permukaan atau bawah tanah (Jangkaru, 2000). Sungai secara spesifik terbagi ke dalam dua ekosistem yaitu perairan yang berarus cepat dan perairan yang berarus lambat. Sungai yang mengalir cepat

dicirikan dengan tipe berbatu dan berkerikil, sedangkan sungai yang mengalir lambat dicirikan dengan tipe subtrat berpasir dan berlumpur (Saputra, 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran ikan di sungai yaitu ketersediaan tumbuh-tumbuhan, tajuk-tajuk peneduh yang dapat mengurangi banyak bentos di dasar sungai, serta distribusi arus dan genangan-genangan air. Pada waktu hujan lebat permukaan air sungai meningkat dan ikan-ikan sungai yang lebih besar berenang ke hulu untuk berkembang biak, ikan-ikan tersebut kadang-kadang sebagai predator dan mendesak komunitas ikan yang menetap (Kottelat, 1993).

Sungai Tabir merupakan salah satu sungai utama dan merupakan pertemuan dari beberapa anak sungai di Rantau Panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.Hasil observasi di lapangan bahwa masyarakat di hulu

(2)

sungai ini memanfaatkannya untuk menambang pasir, batu dan mendulang emas.Disamping itu masyarakat umum di sepanjang pinggiran Sungai Tabir juga memanfaatkannya untuk mencuci, mandi dan jamban (MCK), PDAM serta kebutuhan rumah tangga lainnya.

Akhir-akhir ini terjadi pencemaran di sungai Tabir.Pencemaran ini berasal dari semakin banyaknya penambang pasir, penambang batu, aktifitas mendulang emas dan bertambahnya jumlah penduduk yang bermukim di sekitar sungai maka kegiatan antropogenik di sepanjang sungai pun bertambah intensif sehingga terjadinya pencemaran terhadap Sungai Tabir. Menurut Sinaga (1995), pencemaran akan mengeliminasi hidrobiota yang sensitif sehingga kompetisi antar spesies menjadi berkurang dan jenis hidrobiota yang mempunyai daya toleransi tinggi akan bertambah. Dengan adanya mekanisme seperti itu, sungai yang mengalami pencemaran akan mengalami perubahan komposisi dan penurunan

keanekaragaman hidrobiota yang hidup didalamnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di sekitar Sungai Tabir didapatkan informasi bahwa semakin banyak jenis ikan yang hilang akibat adanya pencemaran.Jenis-jenis ikan yang hilang yaitu ikan belida, ikan tapah, ikan dangli, ikan bujuk, ikan tamilang uyung, ikan daho dan ikan tangka leso.

Berdasarkan informasi Sungai Tabir merupakan salah satu sungai yang belum diketahui jenis-jenis ikannya. Apalagi banyaknya terdapat penambangan pasir, penambang batu, aktivitas mendulang emas dan kegiatan antropogenik di sekitar aliran sungai maka akan mempengaruhi populasi ikan yang hidup di Sungai Tabir

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Jenis-Jenis ikan yang hidup di Sungai Tabir Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.

METODE PENELITIAN

Sungai Tabir merupakan sungai utama dan merupakan pertemuan dari beberapa anak sungai di Rantau Panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Luas wilayah Kecamatan Tabir yaitu 245 Km² yang terletak pada 73 m di atas permukaan laut, Kecamatan Tabir terletak pada 01º51’04.86” Lintang Selatan dan 102º11’25.14” Bujur Timur.Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2013 di Sungai Tabir Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kondisi sungai berbeda (purposive sampling) dengan menggunakan metode survey deskriptif, yaitu pengamatan dan pengambilan sampel langsung di lokasi penelitian.

Penelitian dilakukan mulai dari pukul 08.00- 17.00 WIB dengan menggunakan alat tangkap

tradisional berupa Jaring dengan ukuran mata jaring 1 x 1 cm, Jala dengan ukuran mata jaring 1 x 1 cm dan hasil pancing dari masyarakat setempat.Pada waktu pengambilan sampel ikan juga dilakukan pengukuran faktor fisika kimia seperti suhu, pH, kecepatan arus dan kecerahan.

Sampel ikan yang didapat dilokasi penelitian dihitung jumlahnya, dicatat morfologinya kemudian diukur panjangnya. Untuk ikan yang berukuran besar disuntikkan larutan formalin 10% di bagian abdomen untuk mencegah organ dalam agar tidak busuk, sampel ikan selanjutnya diawetkan dengan larutan formalin 4% dalam plastik yang telah diberi label (lokasi tangkap, waktu, nama lokal ikan dan kolektor). Sampel yang telah dikoleksi dibawa ke laboratorium untuk pengukuran dan identifikasi. Identifikasi sampel

(3)

dilakukan di Museum Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Padang mengacu pada buku panduan Saanin (1986), Kottelat, M., Whitten, J.AFreshwater Fishes ofWestern Indonesia and Sulawesi (Kottelat et.al., 1993).Sampel yang telah diukur dan diidentifikasi, diawetkan kedalam botol sampel yang berisi alkohol 70% sebagai spesimen awetan.

Pengukuran faktor fisika kimia yang dilakukan yaitu:

a). Pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan thermometer Hg.

b). Pengukuran Kecepatan Arus

Untuk mengukur kecepatan arus digunakan benda yang mengapung dipermukaan air seperti gabus.

c). Pengukuran Kecerahan air

Prinsip penentuan kecerahan air dengan keeping secchi adalah berdasarkan batas pandangan kedalam air untuk melihat warna putih yang berada dalam air.

d). Pengukuran Derajat Keasaman Air (pH) Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan kertas pH (Suin dan Syafinah, 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengambilan sampel yang telah dilakukan di lokasi penangkapan ikan (Stasiun I, II dan III) didapatkan 16 spesies ikan dari 6 famili seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 : Spesies ikan yang didapatkan di Sungai Tabir Kecamatan Tabir Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.

No Famili/ Spesies Nama Lokal Jumlah

I Ikan II Stasiun III Jml 1 2. 3. 4. 5. 6 Anabantidae 1. Osphronemus gouramy Bragidae 2.Leiocassis robustus 3.Mystus bimaculatus Cobitidae 4.Ancantopsis octoactinos Cyprinidae 5.Barbichtys leavis 6. Epalzeorhynchos kaloptrus 7.Hampala macrolepidota 8.Labeobarbus festivus 9.Mystacoleucus marginatus 10.Osteochilus chini 11.Osteochilus pleurotaenia 12.Puntius sp. 13.Rasbora argyotaenia 14.Tor tambra Siluridae 15. Acrochordonichtys chamaelon Tetraodontidae 16. Tetradon sabahensis Kalui Sangiring Baung Jajulung Mantulu Salimang Bahau Malih Kapiat Bengum Samuruk Salak Saluang Semah Dalum Buntal 0 3 0 0 3 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 2 0 0 0 4 3 0 0 0 6 0 1 2 0 5 1 0 3 2 1 5 0 2 3 3 2 1 0 0 5 8 1 2 6 2 1 13 3 2 3 3 8 1 1 2 Jumlah individu yang didapatkan 10 23 28 61

(4)

Dari Tabel 1 terlihat bahwa spesies ikan yang paling banyak didapatkan adalah dari famili Cyprinidae yaitu sebanyak 10 spesies.Hal ini disebabkan karena famili Cyprinidae merupakan penghuni utama yang paling besar di perairan air tawar sungai dan mampu memanfaatkan kondisi alam yang ditempatinya untuk berkembang biak (Djuhanda, 1981).

Pada stasiun I spesies ikan yang tertangkap sebanyak 10 ekor, hal ini disebabkan karena pada Stasiun I merupakan lokasi penambangan batu dan pasir, akibatnya air sungai menjadi keruh sehingga habitat ikan akan terganggu. Menurut Cahyono (2000), air yang keruh dapat menghilangkan selera makan ikan karena daya penglihatan ikan terganggu. Arus pada stasiun I lebih deras dari stasiun II dan III sehingga dapat menyebabkan reproduksi ikan terganggu karena telur ikan terbawa oleh arus.Dari hasil penelitian spesies ikan yang ditemukan di stasiun I yaitu ikan Leiocassis robustus, Barbichtys leavis dan Labeobarbus festivus.

Pada Stasiun II spesies ikan yang tertangkap sebanyak 23 ekor, jumlah ikan yang didapatkan lebih banyak dari Stasiun I karena Stasiun II berada pada pemukiman penduduk yang menghasilkan lebih banyak limbah organik yang dimanfaatkan untuk makanan ikan dan pada stasiun II tidak terdapat aktifitas menangkap ikan karena disekitar stasiun terdapat lubuk larangan. Spesies ikan yang didapatkan di stasiun II seperti Acantopsis octioctinos, Ospheronemus gaouramy, Acrochordonichtys chamaelon dan Tetradon sabahensis merupakan ikan yang hidup di dasar sungai, sedangkan spesies Labeobarbus festivus, Mystacoleucus marginatus dan Rasbora argyotaenia merupakan ikan yang habitat hidupnya di permukaan sungai dan biasanya hidup secara bergerombolan.

Pada stasiun III spesies ikan yang tertangkap sebanyak 28 ekor, pada stasiun ini ikan yang didapatkan lebih banyak dari pada stasiun I dan II karena stasiun III di sisi kanan merupakan pemukiman penduduk dan sisi kiri merupakan perkebunan sayuran dan karet sehingga limbah pertanian dari perkebunan akan terbawa ke sungai seperti pupuk-pupuk yang dapat menyuburkan tumbuhan-tumbuhan air yang merupakan bahan makanan bagi ikan. Arus ikan yang tenang menyebabkan ikan mudah untuk bertelur. Spesies Epalzeorhyncos kaloptrus, Leocassis robustus, Mystus bimaculatus, Barbicthys laevis, Hampala macrolepidota, Osteochilus chini, Osteochilus pleurotaenia, Tor tambra merupakan spesies ikan yang hidup di dasar sungai yang gelap, dalam dan tenang seperti stasiun III yang merupakan tempat pavorit ikan untuk bersembunyi dan bertelur, sedangkan spesies Labeobarbus festivus dan Rasbora argyotaenia merupakan ikan yang hidup di permukaan sungai.

Bila dibandingkan dari ketiga stasiun spesies ikan yang paling banyak ditemukan dan didapatkan disemua stasiun yaitu Labeobarbus festivus, hal ini disebabkan karena spesies ikan ini bisa menyesuaikan diri disemua kondisi perairan dan spesies ikan ini biasanya hidup secara bergerombolan. Sedangkan spesies ikan yang sedikit ditemukan yaitu Mystus bimaculatus, Hampala microlepidota, Tor Tambra dan Acrochordonicthys chamaelon, hal ini disebabkan karena spesies ikan ini merupakan ikan yang hidup di dasar sungai yang dalam dan suka bersembunyi di dalam lubang-lubang atau pasir sehingga ikan ini sulit untuk ditangkap.

Hasil pengukuran Faktor Fisika Kimia Air Di Sungai Tabir Kecamatan Tabir kabupaten Merangin Provinsi Jambi berdasarkan Tabel 2.

(5)

Tabel 2: Faktor Fisika-Kimia Air di Sungai Tabir Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi

Berdasarkan hasil pengukuran faktor fisika kimia perairan di Sungai Tabir didapatkan suhu 26°C-27°C, suhu ini merupakan kisaran suhu yang umum dijumpai di daerah tropis. Menurut Alabaster dan Lyiod (1980), dikatakan bahwa suhu yang baik untuk kehidupan ikan antara 23°C-32°C, karena pada kisaran ini nafsu makan ikan paling tinggi dan dari hasil pengamatan terbukti bahwa suhu sungai Tabir termasuk kedalam suhu suhu yang baik untuk pertumbuhan ikan.

Menurut Suwondo (2005), bahwa kecerahan air penting artinya bagi kehidupan organisme perairan, dimana kecerahan merupakan ukuran untuk mengetahui daya penetrasi cahaya matahari kedalam perairan. Nilai kecerahan yang paling rendah pada stasiun I yaitu 25 cm hal ini dikarenakan pada stasiun I merupakan tempat penambang pasir dan batu sehingga menyebabkan air menjadi keruh dan stasiun I merupakan tempat yang gelap karena banyaknya tumbuhan yang hidup di sekeliling sungai, sedangkan nilai kecerahan yang paling tinggi yaitu pada stasiun II

yang merupakan daerah terbuka karena sedikitnya tumbuhan yang hidup di sekitar sungai.

Kecepatan arus yang didapatkan pada stasiun I, II dan III yaitu berkisar 0.098M/det-0,0316M/det, dimana kecepatan arus tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 0,098M/det, stasiun II 0,048M/det dan arus yang paling lambat pada stasiun III yaitu 0,0316M/det. Menurut Odum (1996), bahwa kecepatan arus ditentukan oleh kemiringan, kedalaman dan kelebaran sungai. Kecepatan arus pada stasiun III lambat karena kondisi sungai yang dalam dan lebar.

pH perairan Sungai Tabir yaitu 6-7 yang merupakan pH yang layak untuk kehidupan ikan. Menurut Pescod (1973), pH yang ideal untuk kehidupan diperairan adalah 6,5-8, pada pH yang berkondisi asam dengan pH kurang dari 6, organisme air tidak akan hidup dengan baik. Perairan dengan nilai pH kecil dari 4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat menyebabkan kematian makluk hidup, sedangkan pH lebih dari 9,5 merupakan perairan yang sangat basa dapat pula menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas (Wardoyo, 1982). Parameter Stasiun I II III Suhu (°C) PH Arus (M/det) Subsrat Vegetasi Kecerahan 26°C 6 0,098 M/det Berbatu dan berpasir

Perkebunan sawit, karet 25 cm 27°C 7 0,048 M/det Berbatu dan berpasir

Rumput dan pohon 34 cm

26°C 6 0,0316 M/det Batu, Pasir dan Napal Perkebunan sayur dan

karet 28 cm

(6)

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Sungai Tabir Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.Spesies ikan yang ditemukan sebanyak 16 spesies, 6 famili dari 4 ordo. Spesies ikan yang didapatkan yaitu:, Barbichthys leavis, Epalizeorhynchos kalopterus, Hampala macrolepidota, Labeobarbusfestivus, Mystacoleucusmarginatus,Osteochilus chini, Puntius sp., Osteochilus pleurotaenia, Rasbora argyotaenia, Tor tambra yang semuanya dari famili Cyprinidae.Acantopsis octoactinos famili Cobitidae dan semuanya berasal dari ordo Cypriniformes, Osphronemus gouramy famili Anabantidae dari ordo Labyrinthici, Tetradon

sabahensis familiTetraodontidae dari ordo Tetraodontiformes. Leiocassis robustus, Mystus bimaculatus dari famili Bragidae, Acrochordonichtys chamaelon dari famili Siluridaeyang semuanya berada dibawah ordo Siluriformes.

Berdasarkan hasil pengukuran fisika kimia didapatkan pH 6-7, suhu 26°C-27°C, kecepatan arus 0,098M/det-0,0316M/det dan tingkat kecerahan 25 cm - 34 cm.

B. SARAN

Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan kajian bioekologi dari ikan-ikan tersebut dengan tujuan untuk pembudidayaan.

DAFTAR PUSTAKA

Alabaster, JS and R Liyod. 1980. Water Quality Criteria for Freshwater Fish. Buttenvorths. London-Boston

Cahyono. 2000. Budidaya ikan air tawar. Kanisus: Yogyakarta

Jangkaru, Z. 2000. Pembesaran Ikan Air Tawar Di berbagai Lingkungan Pemeliharaan Ikan. Penerbit Swadaya: Jakarta.

Khairuman dan K. Amri.2001.Buku Pintar Budi Daya Dan Bisnis 15 Ikan Konsumsi. PT Agromedia Pustaka: Jakarta

Kottelat, M., A.J. Whitten., S.N. Kartikasari and S. Wirjoadmojo. 1993. Freshwater Fishes Of Western Indonesia And Sulawesi. Pereplus: Singapore

Odum,E.P., 1996. Dasar-Dasar Ekologi (Diterjemahkan Oleh Tjahjono Samingan), Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta Pescod MB. 1973. Investigation of rasional effluent

and stream standart for tropical countries. San Fransisco.U.S. Army Research and Development Group Far East APO.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta: Jakarta. Saputra, FM. 2004. Daerah Aliran Sungai Batang

Hari, Makalah-pdf Web:http://penataan ruang.pu.go.id/ta/Lapak04/P3 DAS Batanghari Akhir.html Diakses tanggal 24 Juni 2013.

Sinaga, T.P. 1995. Bioekologi Komunitas Ikan di Sungai Banjaran Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor: Bogor Suin. N .M dan R. Syafinah. 2006. Ekologi Bahan

Ajar Laboratorium Andalas University Press: Padang

Suwondo. 2005. Akumulasi Logam Cupprum (Cu) Dan Zincum (Zn) Di Perairan Sungai Siak Dengan Menggunakan Bioakumulator Eceng Gondok (Eichhornia crassipes).http://fisika.fst.unair.ac.id.htm. Diakses tanggal 28 Desember 2013 Wardoyo, S.T.H. 1982. Kriteria Kualitas Air Untuk

Kepentingan Pertaniandan Perikanan. Training Analisis Dampak Lingkungan, PPLH-UNDP.

(7)

JENIS- JENIS IKAN YANG DITEMUKAN DI SUNGAI TABIR

KECAMATAN TABIR KABUPATEN MERANGIN

PROVINSI JAMBI

E JURNAL

IISTIANAH

NIM : 09010172

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2014

Gambar

Tabel  1  :    Spesies  ikan  yang  didapatkan  di  Sungai  Tabir  Kecamatan  Tabir  Kecamatan  Tabir  Kabupaten
Tabel  2:  Faktor  Fisika-Kimia  Air  di  Sungai  Tabir  Kecamatan  Tabir  Kabupaten  Merangin  Provinsi  Jambi

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan adalah Metode Elemen Batas (MEB) yang menggunakan sifat yang berkaitan dengan harga nilai batas, dalam hal ini fungsi Green, sehingga suatu

Sistem dan metode telah diterapkan, dengan gap penerapannya terhadap desain lebih dari 50 %, baik dari aspek keterlibatan unit kerja/pihak yang seharusnya menerapkan (sesuai

Di sisi lain, karena yield yang didapatkan masih relatif rendah, yakni 31,38% untuk asam dan 2,34% dalam suasana basa, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

dan Jilid II. Jakarta: Pustaka Kartini. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP.. penggunaan penyiksaan dalam proses penyidikan. Pasal 52 KUHAP menyatakan, ''Dalam

Fokus penelitian ini adalah: Proses Penentuan Headline News di surat kabar harian Manado post, terlebih khusus bagimana kegiatan redaksi Manado post dalam proses

Sehingga untuk data kejadian kanker payudara di kota Makassar tahun 2011 terhadap umur dapat diasumsikan memenuhi bentuk regresi logistik biner dengan menggunakan

117 ID300244 Indonesia,Sumatera - Pantai Barat.Teluk Sambat hingga Tanjung Cuku Balimbing dan Pulau Enggano... 156 ID300374 Indonesia,Laut Flores.Pulau-Pulau Tengah dan

Pada kasus yang disebabkan oleh Stertococcus Haemoliticus terdapat tanda- tanda spesifik, seperti: Rasa penuh pada tenggorakan, dysfagia berat, rasa