BAB III . METODA PENELITIAN
III.1 Metoda Penentuan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian harus benar-benar dipertimbangkan agar dapat tercapainya
tujuan penelitian tersebut. Selain itu, adapun metoda yang dilakukan peneliti dalam
melakukan penentuan lokasi dilihat dan dipertimbangkan berdasarkan pada:
Lokasi penelitian merupakan salah satu permukiman informal yang berada di
pesisir pantai
Lokasi penelitian merupaka permukiman ilegal yang dibangun secara tidak
normal dan penggunaan tanah yang belum terencana
Kehidupan ekonomi masyarakat yang masih terbilang jauh dibawah standar
dan masih tradisional
Kurangnya keamanan atas kepemilikan tanah
Kepadatan penduduk yang tinggi
Adanya pertimbangan waktu, tenaga, biaya dan juga akomodasi yang dimiliki
oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan dengan tema eksplorasi,
dimana peneliti menggali lebih dalam lokasi penelitian (studi kasus yaitu Pesisir
Kampung Nelayan Belawan), yang memiliki keterkaitan dengan kehidupan sosial
masyarakat, kehidupan ekonomi masyarakat, penggunaan tanah serta adanya dampak
III.2 Metoda Penentuan Variabel Penelitian
Variabel merupakan objek penelitian atau suatu objek yang menjadi
permasalahan dalam suatu penelitian. Dalam menentukan variabel, peneliti
menggunakan landasan teori. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah (Tabel 3.1)
Tabel 3.1 Metoda Penentuan Variabel Penelitian
Landasan Teori Interpretasi Variabel
Kehidupan Sosial
Masyarakat Pesisir
Landasan Teori:
Setioko, dkk (2011), menyatakan bahwa aktivitas yang rutin nelayan lakukan ialah sesuatu yang berhubungan dengan ikan dan Conceptual Spatial Model of Coastal Settlement in Urbanizing
Area. International Journal of Science and Research, 8(3), 60-66.)
Kehidupan pesisir yang keras membuat masyarakatnya memiliki perilaku yang temperamental. Selain perilaku masyarakatnya, kegiatan dan aktivitas masyarakat di kawasan pesisir umumnya dipengaruhi oleh gender dan juga derajat mereka dalam rumah tangga. Misalnya kaum pria yang sudah produktif memilih untuk menjadi nelayan.
Sedangkan kaum wanita dan juga anak-anak memilih kegiatan yang berhubungan dengan rumah tangganya. Selain itu, tradisi dan bencana alam juga dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat.
Kehidupan sosial masyarakat meliputi :
-Kegiatan dan aktivitas yang dilakukan berdasarkan gender -Perilaku sehari-hari masyarakat -Tradisi atau acara di suatu daerah
-Bencana alam yang
mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat
Kehidupan Ekonomi
Masyarakat Pesisir
Landasan Teori:
Mata pencaharian primer masyarakat di kawasan pesisir umumnya adalah nelayan. Nelayan sendiri terbagi atas 3 golongan yaitu nelayan professional, nelayan subsisten dan juga nelayan
Kehidupan ekonomi masyarakat meliputi :
-Mata pencaharian primer masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan
Landasan Teori Interpretasi Variabel Ahmed, dkk (2013)
menyatakan bahwa profesi nelayan sendiri terbagi atas tiga kategori, yaitu nelayan professional, nelayan subsisten, dan nelayan musiman
(Sumber:Ahmed, N., Rahman, S., Bunting, S. W., & Brugere, C. (2013). Socio‐economic and ecological challenges of small‐scale fishing and
Mata pencarian sekunder masyarakat di kawasan pesisir ialah bekerja sebagai buruh, penarik becak dan juga sebagai pedagang. Umumnya masyarakat memilih menjadi pedagang baik dengan berjualan di pasar maupun membuka warung.
masyarakat yang berprofesi sebagai buruh, penarik becak dan menyatakan bahwa ruang
terbuka, tempat
pertemuan, dan juga pasar, adalah ruang-ruang yang biasanya dilindungi pada suatu permukiman yang memiliki dampak terhadap masyarakatnya
(Sumber: Garlake, P. (2002). Early art and architecture of Africa. Oxford: Oxford University Press)
Adanya fungsi penggunaan lahan membuat pasar, area perkantoran, ruang terbuka dan juga balai pertemuan terletak di tengah permukiman masyarakat.
Hanya rumah ibadah yang tidak memiliki ketentuan letaknya di suatu permukiman.
Dampak sosial-ekonomi yang terjadi terhadap penyebaran penggunaan tanah ditandai dengan munculnya warung, pasar dan juga tempat perlelangan ikan. Munculnya interaksi yang terjadi
Dampak sosial-ekonomi terhadap penggunaan lahan dan menjadi penyebab keramaian meliputi: -Penyebaran warung
Landasan Teori Interpretasi Variabel menyatakan bahwa TPI
merupakan kunci dalam membangun jaringan kegiatan dalam hal menangkap ikan baik intra-sektor maupun lintas sektor.
(Sumber: Setioko, B., Martini, T. W., & Pandelaki, E. E. (2011). Conceptual Spatial Model of Coastal Settlement in diikuti dengan adanya kegiatan ekonomi menjadikan ketiga fungsi ruang ini menjadi dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan sosial-ekonomi. Ketiga fungsi ruang ini juga menjadi salah satu faktor penyebab keramaian terjadi selain adanya sekolah.
-Sekolah
III.3 Metoda Pengumpulan Data
Terdapat dua jenis pengumpulan data (Tabel 3.2) yang dilakukan oleh
peneliti, yaitu:
a) Pengumpulan Data Primer
Data primer ialah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Baik itu
pengamatan dan juga kuesioner.
Observasi langsung, yaitu peneliti mengamati langsung serta
mendokumentasikan beberapa gambar guna mendapatkan bahan keperluan
penelitian. Observasi langsung dilakukan pada untuk melihat aktivitas,
kegiatan serta perilaku masyarakat di kawasan pesisir.
Kuesioner, yaitu lembar pertanyaan yang akan diberikan kepada responden
dengan tujuan mendapatkan jawaban yang akurat serta memiliki keterkaitan
dengan hal yang diteliti. Jawaban responden ini kemudian akan diolah
b) Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang cara pengumpulannya dilakukan secara tidak
langsung namun masih memiliki keterkaitan dengan objek penelitian. Sumber data
didapat dari buku, jurnal (nasional maupun internasional), arsip dokumen, data
statistik dari lurah dan juga referensi lainnya yang berkaitan dengan dampak sosial
Tabel 3.2 Metoda Pengumpulan Data
Variabel Data Yang Diperlukan Metoda
Kehidupan sosial masyarakat meliputi : -Kegiatan dan aktivitas
yang dilakukan langsung atau survey lapangan
Mengambil gambar yang akan diteliti seperti kegiatan, aktivitas serta perilaku masyarakat di kawasan pesisir
(Data Primer)
Mengidentifikasi tradisi yang ada di kawasan tersebut juga pengaruh bencana alam terhadap kehidupan sosial
Menyebarkan kuesioner terkait dengan kegiatan dan aktivitas, tradisi, juga primer masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan
-Mata pencaharian sekunder masyarakat yang berprofesi sebagai buruh,
penarik becak dan juga pedagang
(Data Sekunder)
Data dari lurah tentang profesi masyarakat di kawasan pesisir
Melakukan pengamatan langsung atau survey lapangan
Melakukan pengambilan gambar yang akan diteliti Membagikan kuesioner
yang memiliki keterkaitan perekonomian masyarakat yang dapat berdampak terhadap distribusi
Peta elemen fisik pada permukiman, seperti letak : langsung atau survey lapangan.
Melakukan pengambilan gambar fasilitas umum yang akan diteliti
Menentukan titik-titik atau pemetaan dimana letak adanya penyebaran fungsi warung, ruang terbuka, balai pertemuan dan juga
Peta elemen fisik pada permukiman, seperti letak :
Warung Pasar
Melakukan pengamatan langsung atau survey lapangan
Variabel Data Yang Diperlukan Metoda tempat perlelangan ikan
(TPI) -Sekolah
menyebabkan keramaian pada satu lokasi. Misalnya adanya sekolah ataupun pasar.
Dapat juga dilakukan pemetaan tentang penyebaran fungsi tanah dan juga faktor penyebab keramaian
Membuat peta area permukiman yang dilihat melalui Google Earth dan kemudian digambar ulang melalui SketchUp atau AutoCad
Adapun pertanyaan-pertanyaan melalui kuesioner yang disebarkan dalam
rangka mengumpulkan data adalah sebagai berikut :
Kehidupan Sosial Masyarakat di Kawasan Pesisir
1. Apakah terdapat suatu tradisi di kawasan tempat tinggal anda?
2. Apakah tradisi tersebut?
3. Seberapa sering tradisi tersebut anda lakukan?
4. Adakah lokasi tertentu untuk mengadakan acara tradisi tersebut?
5. Mengapa anda dan seluruh penghuni kampungmemilih lokasi tersebut?
6. Pernahkah anda mengadakan sebuah acara pesta (sunatan/pernikahan)?
7. Dimana lokasi yang anda pilih untuk mengadakan acara tersebut?
8. Mengapa anda memilih lokasi tersebut?
9. Adakah suatu ruang terbuka (lapangan/area bermain) di kawasan tempat anda
10. Berfungsi sebagai apakah ruang terbuka tersebut selain untuk olahraga dan
bermain?
11. Apakah sering terjadi bencana alam di kawasan tempat tinggal anda?
12. Bencana alam apa yang sering terjadi di kawasan tempat tinggal anda?
13. Seberapa sering bencana alam tersebut terjadi?
14. Bila anda tinggal di daerah rawan bencana alam, apakah anda akanberencana
pindah?
15. Bila anda memilih tidak, apa yang anda lakukan ketika tempat tinggal anda
terkena bencana alam tersebut?
Kehidupan Ekonomi Masyarakat di Kawasan Pesisir
16. Apakah anda seorang nelayan?
17. Apakah hasil tangkapan (ikan) yang anda dapatkan akan anda olah sendiri?
18. Jika anda mengolah ikan hasil tangkapan, lokasi mana yang andagunakan
sebagai ruang pengelolaan?
19. Jika Anda menjawab no 18,mengapa anda memilih lokasi tersebut?
20. Apakah anda memiliki sebuah warung?
21. Jika jawaban nomor 20 “YA”, dimana letak warung anda?
22. Mengapa anda memilih lokasi tersebutsebagai posisi letak warung?
23. Bila anda memiliki warung, apakah anda menyediakan meja dan kursi untuk
tempat warga berkumpul dan atau berbincang bincang?
25. Apakah terdapat sebuah pasar dadakan di daerah tempat tinggal anda?
26. Dimanakah lokasi pasar dadakan tersebut diadakan?
27. Apakah Anda tau riwayat keberadaan pasar tersebut ?
28. Jika jawaban nomor 29 “YA”, menurut pendapat Anda mengapa posisi pasar
tersebut di tempat itu?
29. Mengapa Anda memilih tinggal di tempat ini?
III.4 Metoda Analisa Data
Dalam menganalisa data (Gambar 3.1 hingga Gambar 3.4) yang diperoleh
oleh peneliti berbasis pada variabel. Peneliti tetap menghubungkan kepada teori.
Kemudian data tersebut diinterpretasi berdasarkan isu permasalahan yang diangkat.
Landasan Teori
Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori
Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori
Data Yang Diinterpretasi
-Jeyarajah (2015) menyatakan perempuan yang telah berumah tangga bertanggung jawab atas
kegiatannya. Juga Matthews
(2012) mengatakan bahwa wanita yang sudah berumah tangga juga harus bertanggung jawab pasca panen.
(Sumber : Jeyarajah, S., &
Santhirasegaram, S. THE
INTERNATIONAL
JOURNAL OF HUMANITIES & SOCIAL STUDIES.)
-Boelaars (1984) menyatakan bahwa orang pesisir memiliki
orientasi yang kuat untuk
merebut dan meningkatkan
kewibawaan serta status sosial mereka.
(Sumber :Boelaars, J. H. M. C.
(1984). Kepribadian Indonesia
modern: suatu penelitian
antropologi budaya. Gramedia.
Kehidupan pesisir yang keras
membuat masyarakatnya
memiliki perilaku yang
temperamental; kegiatan dan
aktivitas masyarakat di
kawasan pesisir umumnya
dipengaruhi oleh gender dan juga derajat mereka dalam rumah tangga.
Analisa kegiatan, aktivitas dan perilaku yang dilakukan masyarakat berdasarkan gender
Analisa tentang tradisi yang terdapat dan sering dilakukan masyarakat di kawasan pesisir
Analsa bencana alam yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat di kawasan
pesisir
Landasan Teori
Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori
menyatakan bahwa profesi
nelayan sendiri terbagi atas tiga
kategori, yaitu nelayan
professional, nelayan subsisten, dan nelayan musiman
-Ahmed, dkk (2015) yang
menyatakan bahwa nelayan
musiman melakukan
Socio‐economic and ecological
challenges of small‐scale
fishing and strategies for its
sustainable management: A
case study of the Old
Brahmaputra River,
Bangladesh. Singapore Journal
of Tropical Geography, 34(1), 86-102)
Mata pencaharian primer
masyarakat di kawasan pesisir umumnya adalah nelayan.
Mata pencarian sekunder
masyarakat di kawasan pesisir ialah bekerja sebagai buruh, penarik becak dan juga sebagai pedagang.
Analisa mata pencaharian primer masyarakat yaitu sebagai nelayan
Analisa mata pencaharian sekunder masyarakat yaitu sebagai buruh, penarik becak dan juga
pedagang
Landasan Teori
Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori
Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori
Data Yang Diinterpretasi
Garlake (2002) menyatakan bahwa ruang terbuka, tempat pertemuan, dan juga pasar,
adalah ruang-ruang yang
biasanya dilindungi pada suatu permukiman yang memiliki
dampak terhadap
masyarakatnya
Wright (1993) yang
menyatakan bahwa lokasi
tempat ibadah membuktikan
pentingnya kekuatan dalam
mengatur kehidupan sehari-hari dalam suatu permukiman difungsikan kantor bisnis dan
industri dipengaruhi oleh
konfigurasi global.
Adanya fungsi penggunaan
lahan membuat pasar, area perkantoran, ruang terbuka dan juga balai pertemuan terletak di
tengah permukiman
masyarakat.
Hanya rumah ibadah yang tidak memiliki ketentuan letaknya di suatu permukiman.
Analisa penggunaan tanah yang berfungsi sebagai ruang terbuka, balai pertemuan, kantor
dan rumah ibadah
Analisa penggunaan tanah yang berfungsi sebagai pasar
Landasan Teori
Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori
menyatakan bahwa TPI
merupakan kunci dalam
membangun jaringan kegiatan dalam hal menangkap ikan baik
intra-sektor maupun lintas
sektor.
(Sumber:Setioko, B., Martini, T. W., & Pandelaki, E. E.
(2011). Conceptual Spatial
Model of Coastal Settlement in
Urbanizing Area. International
Journal of Science and
Research, 8(3), 60-66.)
-Horton (1994) yang
menyatakan bahwa pasar
merupakan pusat lokasi
komunal kegiatan masyarakat.
(Sumber: Horton, M. C.
(1994). Swahili architecture, space and social structure.
Architecture and order:
Approaches to social space, 147-169.)
Dampak sosial-ekonomi yang terjadi terhadap penyebaran
penggunaan tanah ditandai
dengan munculnya warung,
pasar dan juga tempat
perlelangan ikan. Ketiga fungsi ruang ini juga menjadi salah satu faktor penyebab keramaian terjadi selain adanya sekolah.
Analisa pemetaan distibusi penyebaran fungsi, seperti penyebaran warung, pasar dan juga
tempat pelelangan ikan
Analisa penyebab faktor keramaian terjadi di kawasan tersebut.
III.5. Metoda Menghasilkan Penemuan
Metoda menghasilkan penemuan didapatkan melalui sintesa teori dan data
berdasarkan interpretasi kajian teori dan mengaitkan permasalahan penelitian. Metoda
dalam menghasilkan penemuan diperoleh melalui analisa data (Gambar 3.5 sampai
3.8)
Landasan Teori
Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori
Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori
Data Yang Diinterpretasi
-Jeyarajah (2015) menyatakan perempuan yang telah berumah tangga bertanggung jawab atas kegiatannya. Juga Matthews (2012) mengatakan bahwa wanita yang sudah berumah tangga juga harus bertanggung jawab pasca panen.
(Sumber : Jeyarajah, S., & Santhirasegaram, S. THE INTERNATIONAL JOURNAL OF HUMANITIES & SOCIAL STUDIES.)
-Boelaars (1984) menyatakan bahwa orang pesisir memiliki orientasi yang kuat untuk merebut dan meningkatkan kewibawaan serta status sosial mereka.
(Sumber :Boelaars, J. H. M. C. (1984). Kepribadian Indonesia modern: suatu penelitian antropologi budaya. Gramedia.
Kehidupan pesisir yang keras
membuat masyarakatnya
memiliki perilaku yang
temperamental; kegiatan dan
aktivitas masyarakat di
kawasan pesisir umumnya
dipengaruhi oleh gender dan juga derajat mereka dalam rumah tangga.
Analisa kegiatan, aktivitas dan perilaku yang dilakukan masyarakat berdasarkan gender Analisa tentang tradisi yang terdapat dan sering dilakukan masyarakat di kawasan pesisir Analisa bencana alam yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat di kawasan pesisir
PENEMUAN
Rumah memiliki pengaruh terhadap kegiatan sosial yang dilakukan masyarakat, seperti dalam melakukan pelaksanaan tradisi dan pesta.
Landasan Teori
Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori
menyatakan bahwa profesi
nelayan sendiri terbagi atas tiga
kategori, yaitu nelayan
professional, nelayan subsisten, dan nelayan musiman
-Ahmed, dkk (2015) yang
menyatakan bahwa nelayan
musiman melakukan
Socio‐economic and ecological
challenges of small‐scale
fishing and strategies for its
sustainable management: A
case study of the Old
Brahmaputra River,
Bangladesh. Singapore Journal
of Tropical Geography, 34(1), 86-102)
Mata pencaharian primer
masyarakat di kawasan pesisir umumnya adalah nelayan.
Mata pencaharian sekunder
masyarakat di kawasan pesisir ialah bekerja sebagai buruh, penarik becak dan juga sebagai pedagang.
Analisa mata pencaharian primer masyarakat yaitu sebagai nelayan
Analisa mata pencaharian sekunder masyarakat yaitu sebagai buruh, penarik becak dan juga
pedagang
Penemuan
Masyarakat lebih banyak memilih berprofesi sebagai wiraswasta
Para perempuan cenderung membuka warung karena memiliki fleksibilitas dalam mengatur waktu, mengurus rumah dan juga anak mereka.
Landasan Teori
Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori
Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori
Data Yang Diinterpretasi
Garlake (2002) menyatakan bahwa ruang terbuka, tempat pertemuan, dan juga pasar,
adalah ruang-ruang yang
biasanya dilindungi pada suatu permukiman yang memiliki
dampak terhadap
masyarakatnya
Wright (1993) yang
menyatakan bahwa lokasi
tempat ibadah membuktikan
pentingnya kekuatan dalam
mengatur kehidupan sehari-hari dalam suatu permukiman difungsikan kantor bisnis dan
industri dipengaruhi oleh
konfigurasi global.
Adanya fungsi penggunaan
lahan membuat pasar, area perkantoran, ruang terbuka dan juga balai pertemuan terletak di
tengah permukiman
masyarakat.
Hanya rumah ibadah yang tidak memiliki ketentuan letaknya di suatu permukiman.
Analisa penggunaan tanah yang berfungsi sebagai ruang terbuka, balai pertemuan, kantor
dan rumah ibadah
Analisa penggunaan tanah yang berfungsi sebagai pasar
Penemuan
Penggunaan tanah di permukiman ini banyak difungsikan sebagai hunian dan juga ruang terbuka.
Landasan Teori
Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori
menyatakan bahwa TPI
merupakan kunci dalam
membangun jaringan kegiatan dalam hal menangkap ikan baik
intra-sektor maupun lintas
sektor.
(Sumber: Setioko, B., Martini, T. W., & Pandelaki, E. E.
(2011). Conceptual Spatial
Model of Coastal Settlement in
Urbanizing Area. International
Journal of Science and
Research, 8(3), 60-66.)
-Horton (1994) yang
menyatakan bahwa pasar
merupakan pusat lokasi
komunal kegiatan masyarakat.
(Sumber: Horton, M. C.
(1994). Swahili architecture, space and social structure.
Architecture and order:
Approaches to social space, 147-169.)
Dampak sosial-ekonomi yang terjadi terhadap penyebaran
penggunaan tanah ditandai
dengan munculnya warung,
pasar dan juga tempat
perlelangan ikan. Ketiga fungsi ruang ini juga menjadi salah satu faktor penyebab keramaian terjadi selain adanya sekolah.
Analisa pemetaan distibusi penyebaran fungsi, seperti penyebaran warung, pasar dan juga
tempat pelelangan ikan
Analisa penyebab faktor keramaian terjadi di kawasan tersebut.
Penemuan
Pengelompokan permukiman berdasarkan penyebaran fungsi
Faktor suatu fungsi dapat berperan sebagai generator di kawasan pesisir Kampung Nelayan Belawan
Gambar 3.8 Metode Menghasilkan Penemuan Dampak Sosial-Ekonomi Dalam
BAB IV. KAWASAN KAMPUNG NELAYAN BELAWAN
IV.1 Keberadaan Kampung Nelayan Belawan di Kota Medan
Kampung Nelayan Belawan Medan adalah salah satu permukiman informal
yang berada di Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan, Kota
Medan, Sumatera Utara. Letak Kampung Nelayan Belawan sendiri berada di timur
laut Kota Medan. Lokasi Kampung Nelayan Belawan Medan berada pada 3 derajat
garis lintang utara dan 98 derajat garis bujur timur dunia (Gambar 4.1).
Peta Sumatera Utara Peta Kota Medan Peta Belawan
Gambar 4.1 Lokasi Penelitian di Kota Medan
Kampung Nelayan Belawan berbatasan dengan Jalan Yos Sudarso di sebelah
timur. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Bekukang dan Jalan Kakap. Sebelah
barat Kampung Nelayan Belawan berbatasan dengan Jalan Makam Pahlawan, serta di
sebelah utara Kampung Nelayan Belawan berbatasan dengan laut lepas (Gambar 4.2).
Keterangan Gambar:
Lokasi Penelitian
Batas Utara
Batas Timur
Batas Selatan
Batas Barat
Gambar 4.2 Batasan Lokasi Penelitian
(Sumber :Google Earth (2017))
Letak permukiman Kampung Nelayan Belawan ini cukup strategis. Banyak
transportasi umum dari pusat kota Medan menuju lokasi tersebut. Jarak dari pusat
Kota Medan menuju Kampung Nelayan Belawan sendiri berkisar 21.5 km yang dapat
di tempuh dengan mengendarai kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dalam
waktu 75 menit melalui Jalan Yos Sudarso. Alternatif jalan lain yang digunakan
masyarakat menuju ke kawasan tersebut adalah menggunakan jalan tol yaitu Tol
Belmera (Belawan-Medan-Tanjung Morawa). Jarak menuju Kampung Nelayan
perkotaan.Walaupun demikian, waktu yang di tempuh melalui jalan tol ini terbilang
lebih cepat, yaitu sekitar 38 menit. Jalan tol yang bebas macet dan hanya kendaraan
tertentu saja yang dapat masuk, menjadikan jalan ini menjadi alternatif bagi
masyarakat yang mengendarai kendaraan roda empat.
Selain banyaknya transportasi dan alternatif jalan menuju ke kawasan
tersebut, Kampung Nelayan Belawan berdekatan dengan Pelabuhan Belawan yang
menjadi salah satu pintu gerbang via laut menuju Kota Medan bahkan Sumatera
Utara. Jaraknya sekitar 5.1 km. Selain dekat dengan pelabuhan, Kampung Nelayan
Belawan juga dekat dengan Kantor Bea Cukai Belawan dengan jarak sekitar 3 km.
Bagi masyarakat yang tinggal di kawasan Kampung Nelayan Belawan dan
juga masyarakat yang berada di Kota Medan, Belawan identik sebagai kawasan
industri. Hal ini dikarenakan terdapat salah satu kawasan, yaitu Kawasan Industri
Medan (KIM) yang menjadi salah satu pabrik industri yang bergerak di bidang
industri, kabel dan telepon, serta pengelolahan air limbah. Kampung Nelayan
Belawan sendiri berada di daerah Belawan, namun jaraknya sangat jauh dengan
pabrik tersebut. Jarak tersebut berkisar 19.7 km dari KIM menuju Kampung Nelayan
Belawan sehingga polusi yang dihasikan oleh pabrik tidak begitu mencemari udara
bagi masyarakat yang tinggal di kawasan Kampung Nelayan Belawan Medan.
IV.2 Kehidupan Sosial Masyarakat di Permukiman Kampung Nelayan Belawan
Kehidupan sosial masyarakat di kawasan Kampung Nelayan Belawan Medan
memiliki keterkaitan dengan aktivitas, kegiatan, perilaku yang dilakukan sehari-hari,
adanya suatu tradisi juga adanya keterkaitan dengan bencana alam. Adanya penelitian
yang dilakukan di kawasan tersebut, membuat peneliti dapat mendeskripsikan
aktivitas, kegiatan serta perilaku masyarakat yang dilakukan sehari-hari.
Di dalam suatu permukiman, tentu saja terdapat satu fasilitas yang digunakan
masyarakat. Hal ini juga berlaku di permukiman informal yang secara umum
terbentuk dengan spontan. Fasilitas tersebut seperti adanya ruang terbuka berupa
lapangan atau area bermain. Namun, walaupun ruang terbuka tersebut berupa
lapangan, ternyata fungsi ruang terbuka tersebut tidak berfungsi sebagai mana
mestinya. Beberapa masyarakat memakai lapangan tersebut untuk menjemur pakaian,
sebagai tempat parkir (bila salah satu warga mengadakan pesta), dan juga digunakan
masyarakat sebagai area untuk lomba 17 Agustus dan juga untuk kurban.Walaupun
demikian, beberapa masyarakat juga menggunakan ruang terbuka tersebut sebagai
area bermain.
Selain ruang terbuka yang menjadi salah satu ruang terjadinya aktivitas dan
kegiatan masyarakat, terdapat juga suatu tradisi yang sering dilakukan masyarakat di
Kampung Nelayan Belawan. Masyarakat menyebut tradisi ini dengan sebutan tradisi
mengucapkan syukur. Hal ini dilakukan masyarakat sebagai tanda rasa syukur
dan juga masyarakat di sekitar permukiman. Namun, tidak ada waktu tertentu untuk
melakukan tradisi tersebut.
Tradisi ini berbentuk seperti pesta bersama yang diadakan masyarakat di salah
satu rumah warga. Biasanya masyarakat memilih rumah yang dapat menampung
banyak warga dan juga lokasi rumah tersebut yang strategis. Hal ini dikarenakan agar
masyarakat dapat dengan mudah mengakses lokasi tersebut.
Selain adanya tradisi sebagai ucapan syukur atas kelimpahan rezeki dari
Tuhan yang diadakan seperti pesta bersama, ada juga pesta yang dilakukan
masyarakat secara pribadi. Acara yang dilakukan seperti acara pernikahan dan juga
acara sunatan. Biasanya lokasi yang dipilih masyarakat dalam mengadakan acara
tersebut adalah di halaman depan rumah masyarakat. Hal ini dikarenakan karena
masyarakat merasa bahwa acara yang mereka adakan harus dekat dengan rumah
sehingga memudahkan proses berlangsungnya acara, baik dari acara di atas panggung
maupun hidangan makanan yang disediakan.
Senada dengan ruang terbuka dan juga tradisi yang memunculkan kegiatan
sosial di lingkungan masyarakat, bencana alam juga dapat memunculkan kegiatan
sosial di lingkungan tersebut. Bencana alam yang sering terjadi di permukiman ini
adalah banjir yang diakibatkan oleh pasangnya air laut. Namun, banjir di permukiman
ini berbeda dengan banjir yang diakibatkan oleh air hujan. Banjir yang terjadi karena
diakibatkan karena air hujan, akan surut dalam waktu beberapa minggu. Tidak ada
waktu tertentu terjadinya air pasang. Namun menurut masyarakat, air pasang akan
terjadi setidaknya dua kali dalam sebulan dan air laut akan bertambah volumenya
ketika mendekati bulan puasa (bulan Ramadhan).
Walaupun permukiman ini sering dilanda oleh banjir karena air pasang,
masyarakat yang tinggal di permukiman ini memilih untuk tidak pindah dari kawasan
ini. Beberapa masyarakat merasa sudah nyaman tinggal di kawasan ini sehingga
enggan untuk berpindah tempat. Pada saat terjadi pasang air laut, masyarakat juga
memilih untuk tetap berada di rumah mereka. Hal ini dikarenakan mereka harus
menjaga barang serta perabotan rumah mereka. Tapi hal tersebut tidak berlaku jika
tingginya air laut ketika pasang. Masyarakat akan mengungsi dan membawa barang
berharga milik mereka, seperti sepeda motor dan barang elektronik lainnya.
IV.3 Kehidupan Ekonomi Masyarakat di Permukiman Kampung Nelayan Belawan
Medan
Pada umumnya, sebagian besar masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir
bermatapencaharian sebagai nelayan. Namun, pada kawasan Kampung Nelayan
Belawan ini, profesi wiraswasta menjadi profesi yang banyak dilakukan masyarakat.
Walaupun demikian, profesi nelayan juga menjadi profesi kedua yang banyak
Nelayan yang tinggal di kawasan ini, umumnya menangkap ikan dan hasil
laut dengan kapal dan menjualnya langsung ke pasar atau juga tempat perlelangan
ikan (TPI). Para nelayan juga keluarga nelayan memilih menjual langsung karena
minimnya keterbatasan keahlian mereka dalam mengolah ikan tersebut. Namun,
beberapa masyarakat juga tidak memungkiri bahwa bila mereka memiliki keahlian
dalam mengolah ikan, mereka akan mengolahnya dengan menggunakan lahan
terbatas yang berada dirumah mereka. Hal ini mereka lakukan agar memudahkan
pengawasan dalam menjemur ikan tersebut (seperti gangguan dari anak-anak maupun
dari hewan peliharaan).
Selain bekerja sebagai nelayan, masyarakat yang berprofesi sebagai
wiraswasta umumnya memiliki warung di dekat tempat tinggal mereka. Warung
tersebut biasanya terletak di teras rumah masyarakat. Hal ini dikarenakan agar
mempermudah masyarakat dalam hal pengawasan dan juga penjagaannya. Beberapa
masyarakat menyediakan kursi dan juga meja di depan warung mereka. Selain untuk
berbincang-bincang dengan warga masyarakat lainnya, alasan pemilik warung
menyediakan kursi dan meja agar warung mereka terkesan ramai dan banyak pembeli
yang datang.
Berjualan dengan membuka warung merupakan salah satu profesi alternatif
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sehari-hari. Selain
berjualan dengan membuka warung, masyarakat juga memilih berjualan di pasar.
menurut masyarakat, pemerintah menyediakan bazaar berupa bahan kebutuhan pokok
(seperti beras, gula, dan lain-lain) dengan harga yang lebih murah. Pemerintah yang
diwakilkan oleh kelurahan setempat mengadakan bazaar tersebut di halaman kantor
lurah. Selain itu, acara bazaar ini diadakan ketika menjelang bulan puasa (bulan
Ramadhan) yang biasanya bahan pokok kebutuhan masyarakat sedang naik di
pasaran.
IV.4 Penggunaan Tanah di Lokasi Penelitian
Penggunaan tanah di kawasan Kampung Nelayan Belawan ini bervariasi
terutama pada fungsi penggunaan tanahnya. Penggunaan tanah di permukiman ini
umumnya berfungsi sebagai lahan hunian masyarakat. Namun tidak sedikit pula
penggunaan tanah dijadikan sebagai fasilitas penunjang dari pemerintah. Misalnya
adanya area perkantoran, adanya fasilitas ibadah, fasilitas pendidikan dan lain
sebagainya.
Penggunaan tanah pada umumnya digunakan sebagai hunian
masyarakat.Sebagian masyarakat yang memiliki tanah yang sedikit berlebih
digunakan untuk mendirikan sebuah warung. Warga yang memiliki warung
umumnya memiliki meja serta kursi yang digunakan masyarakat untuk bersosialisasi
dengan masyarakat lainnya (baik sekedar mengobrol, maupun bermain kartu).
Namun, fenomena yang muncul di lapangan ialah berdirinya satu warung dengan
tertentu, tetangga yang rumahnya bersebelahan juga memiliki warung. Yang artinya
jarak antara warung satu dengan warung yang lainnya hanya dipisahkan oleh tembok
rumah saja (tidak sampai 3 meter).
Selain warung, penggunaan tanah yang lainnya digunakan sebagai pasar. Pada
kawasan Kampung Nelayan Belawan ini terdapat satu pasar yang cukup besar dan
letaknya juga cukup strategis. Pasar ini digunakan masyarakat untuk berbelanja
keperluan serta kebutuhan mereka sehari-hari. Selain sebagai tempat berjualan,
beberapa sisi pasar ini juga digunakan masyarakat yang berprofesi sebagai penarik
becak untuk mangkal menunggu penumpang.
Penggunaan tanah yang lainnya digunakan sebagai dermaga. Dermaga sendiri
merupakan suatu tempat yang difungsikan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal
yang sudah selesai digunakan. Pada dermaga juga terdapat tempat perlelangan ikan
sementara. TPI sementara ini digunakan para nelayan untuk memisahkan ikan
tangkapan berdasarkan jenisnya sebelum dijual ke tempat perlelangan ikan yang lebih
besar.
Selain digunakan sebagai area kebutuhan ekonomi, penggunaan lahan juga
digunakan sebagai area fasilitas yang disediakan oleh pemerintah. Misalnya fasilitas
pendidikan. Pada kawasan ini, terdapat dua jenis fasilitas yang disediakan yaitu TK
(Taman Kanak-Kanak) dan juga SD (Sekolah Dasar). Jarak antara TK dan SD ini
dikarenakan, selain jumlah siswanya yang terbilang cukup banyak, terdapat juga
pedagang kaki lima yang berjualan di sekitaran sekolah. Sehingga apabila jam
istirahat dan jam pulang sekolah, para siswa akan beramai-ramai memadati area
pedagang tersebut.
Fasilitas pendidikan disediakan pemerintah untuk menunjang kebutuhan wajib
belajar 9 tahun di kawasan permukiman ini. Selain fasilitas pendidikan, terdapat juga
fasilitas ibadah di kawasan ini seperti musholla, mesjid dan juga gereja. Mesjid yang
berada di lokasi permukiman ini terbilang cukup besar dan cukup strategis. Namun,
tahap renovasi dan pembangunan yang dilakukan oleh pihak mesjid, menjadikan area
ini kurang nyaman untuk digunakan. Selain mesjid terdapat juga musholla yang
berada sekitar 150 meter dari mesjid tersebut. Musholla di lokasi ini cukup luas
namun tertutup sehingga kurang nyaman juga untuk digunakan. Di seberang
musholla terdapat juga lokasi yang digunakan untuk manasik haji (sebelum berangkat
haji biasanya umat muslim akan berkumpul di lokasi tersebut). Selain mesjid dan
musholla, terdapat juga gereja di kawasan permukiman ini. Letak gereja ini cukup
dekat dengan mesjid, hanya berkisar 50 meter. Bangunan gereja terbilang cukup besar
dan area parkir gereja terbilang cukup luas sehingga jemaat yang hendak beribadah di
gereja tersebut dapat dengan mudah dan nyaman memarkirkan kendaraan mereka.
Selain fasilitas pendidikan dan ibadah, terdapat juga fasilitas perkantoran di
permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan. Fasilitas perkantoran yang tersedia
tersebut, terbilang cukup jauh berkisar 500 km. Beberapa masyarakat menggunakan
kendaraan pribadi maupun becak untuk mengantar mereka ke kantor lurah tersebut.
Kantor lurah di permukiman ini terbilang kecil dan cukup sempit, serta tidak adanya
area parkir untuk kendaraan sehingga beberapa kendaraan harus menggunakan bahu
BAB V. KAJIAN KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI DI KAMPUNG NELAYAN BELAWAN MEDAN
V.1 Kajian Kehidupan Sosial di Permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan
Kegiatan dan aktivitas yang dilakukan masyarakat di kawasan Kampung
Nelayan Belawan bervariasi. Umumnya kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat di kawasan ini ditentukan oleh gender dan juga derajat masyarakat di
dalam rumah tangganya. Gender dan derajat masyarakat berada dalam suatu tradisi
yang selalu menjadi bagian kehidupan penghuni kampung. Perempuan dan lak-laki
mempunyai peranan sesuai dengan tingkatannya dalam suatu tradisi. Tradisi
mempengaruhi kehidupan sosial di masyarakat. Bahkan, sebagian masyarakat tidak
dapat lepas dari tradisi. Tradisi menjadi wadah penghuni untuk bertemu bahkan
saling mengetahui kabar penghuni kampung lainnya. Masyarakat Kampung Nelayan
pada umumnya berpartisipasi dalam tradisi (69.30%). Salah satu tradisi yang selalu
menjadi kegiatan bersama adalah tradisi mengucap syukur (Tabel 5.1). Tradisi
mengucap syukur ini ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk segala rezeki
yang mereka terima dari Tuhan. Namun, tidak ada ketentuan waktu dalam melakukan
kegiatan tersebut.
Tabel 5.1 Partisipasi Masyarakat Terhadap Sebuah Tradisi
01. Keikutsertaan masyarakat
dalam sebuah tradisi
Ya Tidak Tidak Tahu
Dalam menjalankan suatu acara tradisi, masyarakat tentu harus menentukan
lokasi yang menjadi tempat terlaksananya kegiatan tersebut. Pada umumnya,
masyarakat memilih melaksanakan acara tradisi di rumah tinggal mereka sendiri
(33.66%). Hal tersebut menjadi pemikiran warga karena dapat menghemat anggaran
biaya acara. Tradisi ini menjadi wadah terjadinya gotong royong antar penghuni.
Ketika penghuni kampung akan melaksanakan suatu acara tradisi, maka seluruh
penghuni akan bergotong royong supaya kegiatan tersebut dapat berjalan lancar.
Tabel 5.2 Lokasi Dalam Mengadakan Kegiatan Tradisi
02. Pemilihan lokasi dalam mengadakan acara tradisi Persentase
Daerah pantai atau pesisir laut 2.97%
Lapangan atau ruang terbuka 3.96%
Salah satu rumah masyarakat 33.66%
Halaman dari rumah warga 15.84%
Tidak ada lokasi tertentu 14.85%
Tidak tahu 26.73%
Namun, tidak semua rumah masyarakat dapat dijadikan sebagai lokasi untuk
mengadakan kegiatan tradisi tersebut. Adapun kriteria dalam menentukan rumah
yang layak dijadikan sebagai tempat pelaksanaan tradisi adalah lokasi yang dapat
kelayakan serta letak lokasi. Banyak masyarakat menentukan atau sepakat dalam
menggunakan salah satu rumah warga (Tabel 5.2) untuk kegiatan tradisi tersebut.
Biasanya, rumah warga yang paling banyak menampung masyarakat pendatang
menjadi pilihan lokasi kegiatan tradisi (34.65%). Selain itu, masyarakat juga sepakat
bahwa lokasi yang strategis dan juga mudah dicapai oleh seluruh masyarakat juga
dipilih sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan tradisi (Tabel 5.3)
Tabel 5.3 Penentuan Lokasi Pelaksanaan Tradisi
03. Alasan dalam menentukan lokasi pelaksanaan tradisi Persentase
Lokasi dapat menampung banyak masyarakat 34.65%
Karena acara butuh ruang terbuka 6.93%
Lokasi dipilih karena strategis 17.82%
Lokasi mudah dicapai oleh seluruh masyarakat 17.82%
Tidak tahu 22.77%
Dalam melaksanakan acara tradisi, masyarakat tentu saja membutuhkan
sebuah ruang. Acara tradisi tersebut dilakukan oleh semua lapisan masyarakat baik
kaum laki-laki maupun perempuan ikut serta terlibat dalam proses pelaksanaannya.
Menurut Matthews (2012) yang menyatakan bahwa wanita mempunyai tanggung
material yang Tuhan berikan. Situasi ini sangat menuntut kaum perempuan untuk
terlibat dalam acara syukuran (Gambar 5.1)
Peta Kunci Titik Mapping
Gambar 5.1 Ilustrasi kegiatan tradisi yang dilakukan masyarakat
Teori ini menggambarkan bahwa perempuan juga terlibat dalam suatu
kegiatan yang berhubungan dengan mata pencaharian kepala keluarga. Di Kampung
Nelayan, kaum laki-laki pada umumnya mempunyai mata pencaharian sebagai
nelayan. Jerih payah sebagai nelayan merupakan salah satu hasil panen. Proses
mengelolah hasil panen merupakan suatu kegiatan yang menuntut partisipasi
masyarakat dan juga melibatkan kaum perempuan. Fakta ini menggambarkan analogi
yang sama dengan keterlibatan semua pihak, baik kaum laki-laki dan perempuan
dalam melaksanakan kegiatan tradisi syukuran di Kampung Nelayan Belawan.
Selain adanya kegiatan tradisi, kehidupan sosial masyarakat juga terjadi saat
salah satu warga mengadakan acara pesta. Pesta yang diadakan merupakan pesta
pribadi (menggunakan anggaran dana pribadi), seperti acara pernikahan dan juga
sunatan. Pada umumnya, masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan ini Keterangan Gambar:
Ruang Untuk Perempuan
pernah mengadakan sebuah pesta (75.24%). Dan sebagian besar acara yang diadakan
adalah pesta pernikahan (Tabel 5.4). Selain acara tradisi, adanya pesta juga dapat
menjadi wadah masyarakat untuk bersosialisasi hingga terjadinya gotong royong
antar penghuni.
Tabel 5.4 Masyarakat yang Mengadakan Pesta
04. Masyarakat yang pernah mengadakan
pesta (sunatan/pernikahan)
YA TIDAK Tidak Tahu
75.24% 22.77% 1.98%
Serupa dengan tradisi, dalam mengadakan sebuah pesta tentu saja harus
memiliki pertimbangan terhadap penentuan lokasinya (Tabel 5.5). Hal ini
dikarenakan agar memudahkan para tamu undangan datang serta memudahkan
pengawasan baik untuk pengawasan pada acara (panggung, makanan juga tempat
duduk) maupun pengawasan pada area parkiran. Masyarakat yang tinggal di
permukiman ini memilih untuk menggunakan halaman depan rumah mereka sebagai
lokasi untuk mengadakan pesta (37.62%), sehingga harus memakai badan jalan
hingga menutup akses jalan tersebut. Rumah mempunyai kekuatan yang dapat
mengikat penghuni lainnya dalam suatu kampung. Masyarakat merasa bahagia
apabila dapat melaksanakan acara dalam rumah atau halaman rumah. Kebebasan
dalam menggunakan ruang sering menjadi motivasi untuk melaksanakan acara
Perilaku ini menjadi kebiasaan penghuni kampung. Ada rasa bangga apabila dapat
melaksanakan acara dirumah dan halamannya. Apabila halaman rumah tidak
mencukupi, perilaku masyarakat dalam melaksanakan acara meluas ke jalan yang ada
didepan rumah mereka. Kebiasaan ini tidak jarang berdampak kepada kondisi jalan
yang secara fisik akan ditutup. Hal ini dapat saja berpotensi terjadinya
ketidaknyamanan orang yang berlalu melalaui jalan tersebut.
Tabel 5.5 Penentuan Lokasi Pesta
05. Penentuan lokasi dalam mengadakan pesta Persentase
Menggunakan ruang terbuka 14.85%
Menggunakan jalan 18.81%
Menggunakan balai pertemuan atau aula 8.91%
Menggunakan pantai 2.97%
Menggunakan halaman depan rumah 37.62%
Tidak Tahu 16.83%
Adanya penentuan lokasi untuk acara pesta yang dilakukan masyarakat
menjadi salah satu pertimbangan. Hal ini dikarenakan letak lokasi pesta harus
memudahkan masyarakat bahkan tamu yang datang dapat dengan mudah
mengaksesnya serta pengawasannya. Selain dapat mempermudah pengawasan dalam
lokasi pesta menggunakan halaman rumah dan jalan ialah agar mereka dapat
menghemat anggaran acara (23.76%). Tidak hanya dapat menghemat anggaran,
masyarakat juga memilih untuk dekat dengan rumah sebagai lokasi pelaksanaan acara
pesta tersebut (Tabel 5.6). Seperti yang kita tahu bahwa untuk mengadakan sebuah
acara pesta tentu harus memiliki dana yang cukup besar. Pesta pernikahan merupakan
salah satu pesta yang harus memiliki dana yang besar. Menyewa atau memakai
sebuah gedung untuk acara tentu saja tidak murah harganya. Untuk itu, sebagian
masyarakat beralasan bahwa biaya yang digunakan untuk gedung dapat digunakan
untuk kebutuhan lainnya. Sehingga beberapa warga memilih untuk mengadakan acara
pesta di halaman rumah dan juga menutup jalan (Gambar 5.2). Aksesibilitas sendiri
merupakan faktor penting untuk penduduk Kampung Nelayan dalam mengambil
keputusan.datang ke acara kerabat. Dekat dengan rumah adalah alasan masyarakat
untuk pergi ke hajatan kerabat. Rumah tinggal sebagai tempat yang menjadi prioritas
karena mengandung makna kebanggaan dan harga diri bagi pemilik rumah.
Tabel 5.6 Alasan Memilih Lokasi Pesta
06. Alasan masyarakat dalam memilih lokasi pesta Persentase
Mudah diakses oleh tetangga yang diundang 22.77%
Dekat dengan rumah 21.78%
Agar tidak merepotkan tetangga 7.92%
06. Alasan masyarakat dalam memilih lokasi pesta Persentase
Alasan lainnya 4.95%
Tidak tahu 18.81%
Dalam melaksanakan acara pesta tersebut, masyarakat yang tinggal di
kawasan tersebut harus turut berpartisipasi pada kegiatan acara pesta bersebut.
Setioko (2011) menyatakan bahwa keluarga nelayan juga harus membantu nelayan
dalam perbaikan kapal, jaring, dan ikut bersosialisasi dengan masyarakat yang ada di
lingkungan tempat mereka tinggal.
Peta Kunci
Gambar 5.2 Suasana Pesta di Jalan Gulama, Kampung Nelayan Belawan
Masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam acara pesta ini umumnya adalah
kaum perempuan. Kaum perempuan biasanya akan membantu dalam mempersiapkan
acara baik itu memasak, mengatur desain teratak bahkan menjadi panitia acara. Hal
acara ini. Kegiatan acara ini hampir sama dengan pengadaan tradisi, dimana sebagian
besar kaum perempuan yang turut berpartisipasi dalam acara ini. Tidak hanya
perempuan saja, kaum laki-laki juga turut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Dalam
mengadakan sebuah acara pesta, masyarakat yang memasuki usia produktif (baik
laki-laki maupun perempuan) saling membantu dalam melaksanakan acara ini.
gotong royong yang masih kental di Kampung Nelayan ini cukup membantu
masyarakat lainnya.
Selain adanya pesta dan tradisi yang menjadi salah satu faktor kegiatan sosial
yang terjadi di masyarakat, terdapat pula bencana alam yang dapat mempengaruhi
kehidupan sosial. Bencana alam yang paling sering terjadi di kawasan ini ialah
pasang surut air laut (85.14%). Banyak masyarakat setuju bahwa air pasang menjadi
salah satu bencana alam yang paling sering terjadi di kawasan tempat tinggal mereka
(Tabel 5.7). Air pasang laut sendiri bukan merupakan bencana alam yang harus selalu
diwaspadai oleh masyarakat. Tetapi dampak yang ditimbulkan oleh air pasang ini
cukup membuat masyarakat kewalahan. Hal ini dikarenakan air pasang terkadang
membawa pengaruh buruk terhadap perabotan, alat rumah tangga dan juga kendaraan
yang dimiliki oleh masyarakat.
Tabel 5.7 Seringnya Terjadi Bencana Alam
07. Seringnya terjadi bencana alam di
kawasan masyarakat tinggal
YA TIDAK Tidak Tahu
Dampak yang dialami masyarakat oleh air pasang laut ini adalah banjir yang
menggenangi rumah mereka. Banjir yang terjadi di permukiman akibat terjadinya air
pasang di kawasan ini, mengingat Kampung Nelayan Belawan merupakan salah satu
area yang berada di pesisir pantai. Banjir yang diakibatkan air pasang ini biasanya
akan surut dalam waktu tiga jam, sangat berbeda dengan banjir yang disebabkan oleh
hujan yang akan surut dalam waktu hingga seminggu. Sehingga banjir akibat air
pasang tidak sampai membuat masyarakat mengungsi hingga berhari-hari lama
Namun tetap memiliki dampak yang serupa dengan banjir yang diakibatkan oleh
hujan. Selain itu, tidak ada waktu tertentu untuk naiknya air pasang ke daratan
(40.59%). Kenaikan air laut ini umumnya terjadi pada saat siang hari dan tidak ada
ketentuan waktunya (Tabel 5.8). Namun saat peneliti datang untuk melakukan survei
lokasi, beberapa masyarakat mengatakan bahwa dalam bulan Maret 2017 hingga
April 2017, sudah terjadi empat kali air pasang. Debit air akan terus bertambah
terutama saat memasuki bulan puasa (Ramadhan).
Tabel 5.8 Waktu Terjadinya Bencana Alam
08. Seringnya terjadi bencana alam Persentase
Sebulan sekali 24.75%
Beberapa kali dalam sebulan 34.65%
08. Seringnya terjadi bencana alam Persentase
Tidak tahu -
Seperti yang kita tahu bahwa Kampung Nelayan Belawan Medan terletak di
pesisir dan hampir seperempat wilayah permukiman sering terkena air pasang laut.
Walaupun demikian, banyak masyarakat yang tidak ingin pindah dari permukiman
tersebut (67.32%).
Peta Kunci
Gambar 5.3 Keadaan jalan yang terkena air pasang
Hal tersebut menjadi pemikiran mereka mengingat letak Kampung Nelayan
Belawan sendiri berada di lokasi yang strategis. Selain memiliki lokasi yang strategis,
sifat kekeluargaan yang masih kental dan juga penduduk yang ramah menjadikan
masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan enggan untuk pindah (Tabel
5.9). Sifat masyarakat yang ramah dan saling membantu sama lainnya menjadi salah
berpindah. Selain itu, adanya faktor ekonomi dan juga warisan berupa rumah yang
ditinggalkan oleh orang tua mereka menjadi salah satu pemikiran masyarakat untuk
tidak berencana pindah. Hal ini tentu saja menjadi pemikiran masyarakat apabila
suatu hari pihak pemerintah (PT. Pelindo) akan melakukan penggusuran di wilayah
ini. Selain itu, tidak tersedianya rumah murah dan strategis oleh pemerintah
menjadikan masyarakat memilih untuk tetap berada di lokasi permukiman tersebut
walaupun dengan keadaan dan fasilitas yang seadanya.
Tabel 5.9 Masyarakat Yang Berencana Pindah
09 Masyarakat yang berencana pindah YA TIDAK Tidak Tahu
31.68% 67.32% 0.99%
Masyarakat yang enggan berpindah dari permukiman ini, tentu saja memiliki
berbagai macam kegiatan saat terjadinya banjir akibat air pasang. Tidak adanya
ketentuan waktu terjadinya pasang air laut, menuntut masyarakat yang tinggal di
permukiman ini harus selalu waspada. Walau demikian, pada saat terjadi pasang air
laut, masyarakat tetap memilih untuk berada di rumah mereka (63.36%). Hal ini
dikarenakan mereka harus menjaga barang serta perabotan rumah mereka (Tabel
5.10). Walaupun demikian, masyarakat juga harus melihat tingginya debit air yang
naik ke permukiman. Hal ini dikarenakan apabila terjadinya air laut yang naik ke
membawa barang berharga milik mereka, seperti sepeda motor dan barang elektronik
lainnya agar tidak terendam oleh banjir. Namun, bila masyarakat tidak sempat
menyelamatkan barang elektronik di rumah mereka, biasanya mereka akan
menempatkan peralatan tersebut di bagian perabotan yang lebih tinggi seperti tempat
tidur bahkan lemari. Selain itu aktivitas mengungsi ini sudah menjadi hal yang biasa
bagi masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan. Biasanya masyarakat
akan bergotong royong dan saling membantu satu dengan yang lainnya untuk
kepentingan bersama. Gotong royong dalam hal ini tentu saja sangat membantu
masyarakat yang tinggal di permukiman tersebut, terutama pada orang tua yang sudah
lanjut usia. Masyarakat yang tinggal di permukiman ini mendahulukan orang yang
sudah lanjut usia dalam membantu menyelamatkan perabotannya. Namun tentu saja,
hal ini terjadi apabila debit air yang naik ke permukiman cukup tinggi sehingga
mengharuskan masyarakat untuk mengungsi.
Tabel 5.10 Kegiatan Ketika Terjadi Bencana Alam
10. Hal yang dilakukan masyarakat ketika terkena
bencana alam
Persentase
Mengungsi 19.80%
Tetap berada di rumah 63.36%
Alasan lain 2.97%
Terjadinya air pasang di Kampung Nelayan Belawan sendiri sebenarnya
bukan merupakan sebuah bencana alam. Sebuah teori tentang ilmu pengetahuan dari
Franco (1966) yang menyatakan bahwa terjadinya pasang surut air laut dikarenakan
adanya gaya tarik antara bulan dan matahari terhadap bumi. Situasi ini rutin terjadi di
kawasan pesisir. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah menetapkan untuk tidak
membangun bangunan tempat tinggal yang berlokasi di kawasan pesisir. Selain itu,
situasi ini juga menyebabkan air laut mengalami pergerakan hingga terjadinya air
pasang di permukiman ini. Air laut yang naik ke daratan menyebabkan banjir
sehingga mirip dengan bencana alam akibat hujan seperti pada umumnya. Selain
terjadinya air pasang yang menyebabkan naiknya air laut ke daratan, adanya gaya
tarik akibat bulan menyebabkan air laut surut dan dapat berdampak pada karamnya
kapal di pinggir laut bahkan ditengah laut. Akibat dari gaya tarik inilah, air laut yang
semula normal dapat membanjiri permukiman serta jalan yang digunakan masyarakat
(Gambar 5.3). Air yang naik ke daratan biasanya akan menggenangi rumah warga
bahkan akses jalan di sekitaran permukiman warga. Hal ini tentu saja membuat
terjadinya ketidaknyamanan yang dirasakan oleh masyarakat. Apabila terjadi naiknya
air laut, maka sebagian warga harus berjalan kaki untuk melintasi akses jalan guna
mencapai tempat tujuan. Namun tidak hanya berjalan kaki saja, sebagian masyarakat
menggunakan becak kayuh (kendaraan roda tiga yang menggunakan sepeda sebagai
alat penggeraknya) untuk dapat melintasi jalan tersebut, Hal ini dikarenakan apabila
masyarakat menggunakan kendaraan bermotor untuk melintasinya, maka besar
kendaraan mati mesin (mogok). Selain itu, air pasang laut umumnya terjadi pada saat
jam 13.00 WIB (jam 01.00 siang) hingga sore jam 16.00 WIB (jam 04.00 sore).
Dalam rentang waktu tiga jam tersebut, air dari laut akan membanjiri permukiman
warga hingga ke jalan. Hal ini akan berbahaya terhadap kendaraan bermotor karena
akan bila terendam air tersebut dapat menyebabkan mesin korosi dan terjadi
perkaratan bila terkena terus menerus.
Selain adanya variasi kegiatan dan aktivitas yang terjadi di Kampung Nelayan
Belawan, terdapat juga berbagai macam perilaku yang dilakukan masyarakat di
permukiman ini. Seperti masih dilakukannya membuang sampah sembarangan di
sembarang tempat (Gambar 5.4). Hal ini terjadi di salah satu ruang terbuka yang
menjadi tempat berkumpulnya sampah. Ruang terbuka yang seharusnya dapat
dijadikan area bermain dan bersosialisasi di masyarakat, justru digunakan sebagai
tempat pembuangan sampah. Perilaku ini mencerminkan kurang pedulinya
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Perilaku ini tentu saja akan memberikan
Peta Kunci
Gambar 5.4 Perilaku masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan
Selain kurang pedulinya masyarakat terhadap lingkungan yang ditandai
dengan membuang sampah sembarangan, perilaku lainnya dapat dilihat saat siang
hari dimana masyarakat (umumnya kaum laki-laki) berkumpul di warung kopi.
Biasanya masyarakat yang berkumpul hanya untuk mengobrol, meminum kopi,
bahkan bermain catur maupun kartu. Perilaku ini biasanya dilakukan masyarakat
untuk sekedar mengisi waktu luang atau beristirahat setelah melaut (Gambar 5.5).
Peta Kunci
Selain sering berkumpul di warung kopi, perilaku lain yang mencerminkan
keadaan sosial yang terjadi di masyarakat adalah gotong royong. Perilaku seperti ini
memang sering terjadi di permukiman informal. Perilaku gotong royong yang sering
terjadi di permukiman Kampung Nelayan Belawan ialah gotong royong dalam
membangun rumah, menjalankan kegiatan tradisi dan memperbaiki jaring nelayan
(Gambar 5.6). Dalam memperbaiki jaring, terdapat empat hingga lima orang dalam
menjalankan aktivitas ini. Namun, tak jarang masyarakat yang tinggal di sekitar turut
ikut serta dalam gotong royong ini sehingga meringankan beban tugas nelayan.
Peta Kunci
Gambar 5.6 Perilaku gotong royong dalam memperbaiki jaring nelayan
Terdapat berbagai macam perilaku yang dilakukan masyarakat di Kampung
Nelayan Belawan ini. Salah satu perilaku negatif dilakukan masyarakat di
permukiman ini ialah kurangnya kesadaran untuk menjaga lingkungan dan tidak
membuang sampah sembarangan. Selain itu, perilaku yang dilakukan masyarakat
Belawan, perilaku seperti ini merupakan kebiasaan yang mereka lakukan agar dapat
menjalin komunikasi dan bersosialisasi. Dikatakan oleh Boelaars (1984) yang
menyatakan bahwa masyarakat pesisir memiliki orientasi yang kuat untuk merebut
kepemilikan satu dengan yang lainnya. Tetapi hal ini tidak terjadi di permukiman
Kampung Nelayan Belawan. Masyarakat yang tinggal di permukiman ini umumnya
memiliki perilaku suka menolong dan bergotong royong. Tidak ada terjadi keributkan
bahkan merebut kepemilikan orang lain. Permukiman Kampung Nelayan Belawan ini
sangat kental dengan perilaku kekeluargaan, sosialisasi dan gotong royong di
masyarakat.
V.2 Kajian Kehidupan Ekonomi di Permukiman Kampung Nelayan Belawan
Medan
Masyarakat yang tinggal di permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan
memiliki keberagaman dalam hal pekerjaan. Seperti yang kita tahu bahwa masyarakat
yang tinggal di kawasan pesisir umumnya bekerja sebagai nelayan. Hal ini juga
terjadi di Kampung Nelayan Belawan Medan. Nelayan merupakan salah satu profesi
utama bagi sebagian masyarakat yang tinggal di permukiman ini (41.58%). Namun,
tidak semua masyarakat yang tinggal berprofesi sebagai nelayan (Tabel 5.11).
Tabel 5.11 Masyarakat Berprofesi Sebagai Nelayan
11. Profesi masyarakat sebagai nelayan YA TIDAK Tidak tahu
Dapat dikatakan bahwa masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan
Belawan memilih bekerja sebagai wiraswasta seperti buruh pabrik dan juga
pedagang. Profesi buruh pabrik dipilih masyarakat karena memiliki penghasilan yang
tetap setiap bulannya (stabil). Hal inilah yang menyebabkan masyarakat sebagian
masyarakat memilih untuk bekerja sebagai buruh pabrik. Selain buruh pabrik,
terdapat pula profesi sebagai pedagang di permukiman ini. Terdapat masyarakat yang
berdagang dengan berjualan di pasar, sekolah dan juga membuka warung di dekat
rumah mereka. Profesi berdagang ini cukup banyak dipilih oleh masyarakat yang
tinggal di Kampung Nelayan Belawan dikarenakan pekerjaan ini tidak begitu keras
layaknya profesi nelayan. Profesi nelayan sendiri terbilang cukup keras karena
mereka harus berhadapan langsung dengan air laut bahkan ombak.
Dalam melaksanakan aktivitasnya, nelayan menangkap ikan tidak penah
sendiri. Biasanya nelayan akan bekerja sama dengan anak buah kapal lainnya.
Ahmed, dkk., (2015) yang menyatakan bahwa profesi nelayan sendiri terbagi menjadi
tiga kategori, yaitu nelayan professional, nelayan subsisten dan nelayan musiman.
Ketiga nelayan ini memiliki tugas masing-masing dan saling membantu saat sedang
Peta Kunci
Gambar 5.7 Profesi nelayan yang sedang memperbaiki kapal di dermaga
Teori ini menggambarkan bahwa dalam menangkap ikan, nelayan juga
membutuhkan kerjasama dan gotong royong yang sangat erat. Nelayan professional
umumnya akan menggantungkan kebutuhan perekonomiannya pada profesinya
sebagai nelayan. Profesi ini menuntut mereka untuk bekerja keras guna mendapatkan
hasil tangkapan yang maksimal. Selain itu, Setioko, dkk., (2011) menyatakan bahwa
aktivitas yang rutin dilakukan oleh nelayan adalah hal-hal yang berhubungan dengan
perikanan, memperbaiki kapal serta alat pancing dan memperbaiki mesin kapal. Teori
ini menegaskan aktivitas tersebut menuntut nelayan profesional untuk memiliki
semua keahlian yang diperlukan, seperti menangkap ikan, memperbaiki kapal baik
mesin maupun badan kapal, serta alat pancing yang digunakan (Gambar 5.7). Namun,
tidak semua tugas tersebut harus dikerjakan oleh nelayan professional. Beberapa
pekerjaan dikerjakan oleh anak buah kapal (ABK) yang memiliki keahlian tersendiri
penangkapan ikan. Nelayan musiman ini umumnya merupakan nelayan pengganti
yang datang menggantikan anak buah kapal yang tidak dapat ikut menangkap ikan.
Pada umumnya, masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir akan mengolah
hasil tangkapan mereka sendiri. Tangkapan tersebut akan diolah menjadi jenis hasil
laut yang sudah dikeringkan dan juga diasinkan seperti ikan asin. Ikan asin yang
sudah dikeringkan ini biasanya akan bertahan hingga berbulan-bulan lamanya
sebelum dikonsumsi. Hal inilah yang menyebabkan banyak masyarakat yang tinggal
di kawasan pesisir akan mengolah hasil tangkapan mereka (Tabel 5.12). Namun,
kegiatan yang menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat ini, tidak begitu
banyak dilakukan oleh penghuni Kampung Nelayan Belawan (55.44%). Minimnya
pendidikan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat menjadi salah satu kendala
yang dialami masyarakat sehingga tidak mengolah ikan di kawasan Kampung
Nelayan Belawan ini. Selain itu, kurang tersedianya lahan menjadi suatu kebutuhan
yang sangat penting bagi masyarakat baik dalam pembangunan untuk rumah maupun
lahan untuk tempat beraktivitasnya warga. Lahan sendiri merupakan sebuah area
kosong yang dialihfungsikan oleh masyarakat untuk digunakan menjadi rumah dan
juga area hijau. Di beberapa kawasan, lahan hanya dijadikan sebagai area kosong
yang dipergunakan masyarakat untuk beraktivitas. Lahan kosong inilah yang
dipergunakan beberapa masyarakat sebagai tempat untuk menjemur olahan ikan.
tetapi juga halaman kosong depan rumah bahkan jalan juga dapat dijadikan sebagai
area untuk menjemur ikan.
Tabel 5.12 Pengolahan Hasil Tangkapan
12. Hasil tangkapan yang diolah
masyarakat
YA TIDAK Tidak tahu
13.86% 55.44% 30.69%
Umumnya, proses dalam mengolah ikan dilakukan oleh kaum perempuan.
Hal ini diungkapkan oleh Matthews (2012) yang menyatakan bahwa wanita yang
sudah berumah tangga memiliki kegiatan dan juga tanggung jawab yang
dilakukannya pasca panen. Kegiatan pasca panen sendiri merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh kaum perempuan setelah para nelayan pulang dari melaut. Hasil
tangkapan yang didapat oleh nelayan biasanya akan dijual langsung ke pasar atau
diolah kembali menjadi ikan asin. Namun, kegiatan ekonomi seperti pengelolahan
ikan di permukiman ini sangat sedikit. Hal ini memiliki hubungan dengan pendidikan
dan juga keterampilan yang dimiliki oleh warganya. Minimnya keterampilan yang
dimiliki menjadi suatu kendala yang dialami oleh masyarakat. Kendala inilah yang
menjadikan warga di kawasan Kampung Nelayan Belawan sangat sedikit untuk
mengolah hasil tangkapannya, sehingga kaum perempuan memilih untuk berdagang
dan menjualnya ke pasar maupun tempat perlelangan ikan (gabion). Selain itu,
Dalam melakukan pengeringan ikan, dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam
prosesnya. Biasanya semakin lama ikan olahan dikeringkan, maka akan lama pula
proses pembusukan yang terjadi sehingga ikan menjadi awet. Selain itu, pengeringan
ikan dengan cara menjemur dibawah sinar matahari memiliki resiko tersendiri.
Misalnya adanya gangguan dari anak-anak dan juga warga yang lewat hingga
turunnya hujan yang mengakibatkan kegagalan dalam proses pengeringannya. Hal
inilah yang menyebabkan masyarakat di Kampung Nelayan Belawan tidak
melakukan proses pengelolahan ikan.
Selain mengolah ikan dan juga sebagai nelayan, profesi masyarakat yang ada
di permukiman ini adalah sebagai wiraswasta. Pada umumnya, profesi wiraswasta di
permukiman ini ialah dengan berjualan atau berdagang (Tabel 5.13). Profesi ini
mencakup pekerjaan seperti ibu rumah tangga dan juga berdagang. Banyak cara
masyarakat dalam berdagang, seperti dengan berjualan di pasar, sekolah maupun
membuka warung (54.45%). Pada umumnya, masyarakat yang tinggal di kawasan ini
memilih berdagang dengan cara membuka warung. Pedagang yang berjualan dengan
membuka warung, umumnya menjual kebutuhan pangan masyarakat. Misalnya
dengan menjual beras, minyak, gula dan lain sebagainya. Tidak hanya kebutuhan
pokok, penjual juga menjual aneka jajanan yang diperuntukan bagi anak-anak yang
Tabel 5.13 Masyarakat Yang Memiliki Warung
13. Masyarakat yang memiliki warung YA TIDAK Tidak tahu
54.45% 42.57% 2.97%
Seperti halnya pesta dan tradisi yang memerlukan lokasi untuk mengadakan
acara tersebut, perletakan warung juga membutuhkan tempat untuk berdirinya
warung (Tabel 5.14). Berbagai macam lokasi seperti teras rumah, pasar, lapangan dan
juga tepian jalan menjadi salah satu pilihan lokasi yang dijadikan masyarakat dalam
penentuannya. Salah satu lokasi yang paling banyak digunakan masyarakat dalam
menentukan letak warung ialah teras rumah (35.64%). Lokasi ini dianggap
menguntungkan bagi penjual. Umumnya, teras rumah merupakan area depan rumah
yang berbentuk lahan kosong dengan berbagai fungsi penggunaannya. Misalnya
digunakan sebagai area untuk memarkirkan kendaraan pribadi, juga area yang
dipergunakan sebagai taman pribadi hingga area untuk berkumpul dengan keluarga
maupun tetangga saat pagi dan sore hari. Selain itu, teras rumah merupakan area
depan rumah yang dimiliki secara pribadi oleh pemilik rumah.
Tabel 5.14 Lokasi Perletakan Warung
14. Letak warung yang dipilih oleh masyarakat Persentase