• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Distribusi Penggunaan Ruang di Pesisir Kampung Nelayan Belawan Medan Chapter III VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Distribusi Penggunaan Ruang di Pesisir Kampung Nelayan Belawan Medan Chapter III VII"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III . METODA PENELITIAN

III.1 Metoda Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian harus benar-benar dipertimbangkan agar dapat tercapainya

tujuan penelitian tersebut. Selain itu, adapun metoda yang dilakukan peneliti dalam

melakukan penentuan lokasi dilihat dan dipertimbangkan berdasarkan pada:

 Lokasi penelitian merupakan salah satu permukiman informal yang berada di

pesisir pantai

 Lokasi penelitian merupaka permukiman ilegal yang dibangun secara tidak

normal dan penggunaan tanah yang belum terencana

 Kehidupan ekonomi masyarakat yang masih terbilang jauh dibawah standar

dan masih tradisional

 Kurangnya keamanan atas kepemilikan tanah

 Kepadatan penduduk yang tinggi

 Adanya pertimbangan waktu, tenaga, biaya dan juga akomodasi yang dimiliki

oleh peneliti dalam melakukan penelitian.

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan dengan tema eksplorasi,

dimana peneliti menggali lebih dalam lokasi penelitian (studi kasus yaitu Pesisir

Kampung Nelayan Belawan), yang memiliki keterkaitan dengan kehidupan sosial

masyarakat, kehidupan ekonomi masyarakat, penggunaan tanah serta adanya dampak

(2)

III.2 Metoda Penentuan Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek penelitian atau suatu objek yang menjadi

permasalahan dalam suatu penelitian. Dalam menentukan variabel, peneliti

menggunakan landasan teori. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah (Tabel 3.1)

Tabel 3.1 Metoda Penentuan Variabel Penelitian

Landasan Teori Interpretasi Variabel

Kehidupan Sosial

Masyarakat Pesisir

Landasan Teori:

Setioko, dkk (2011), menyatakan bahwa aktivitas yang rutin nelayan lakukan ialah sesuatu yang berhubungan dengan ikan dan Conceptual Spatial Model of Coastal Settlement in Urbanizing

Area. International Journal of Science and Research, 8(3), 60-66.)

Kehidupan pesisir yang keras membuat masyarakatnya memiliki perilaku yang temperamental. Selain perilaku masyarakatnya, kegiatan dan aktivitas masyarakat di kawasan pesisir umumnya dipengaruhi oleh gender dan juga derajat mereka dalam rumah tangga. Misalnya kaum pria yang sudah produktif memilih untuk menjadi nelayan.

Sedangkan kaum wanita dan juga anak-anak memilih kegiatan yang berhubungan dengan rumah tangganya. Selain itu, tradisi dan bencana alam juga dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat.

Kehidupan sosial masyarakat meliputi :

-Kegiatan dan aktivitas yang dilakukan berdasarkan gender -Perilaku sehari-hari masyarakat -Tradisi atau acara di suatu daerah

-Bencana alam yang

mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat

Kehidupan Ekonomi

Masyarakat Pesisir

Landasan Teori:

Mata pencaharian primer masyarakat di kawasan pesisir umumnya adalah nelayan. Nelayan sendiri terbagi atas 3 golongan yaitu nelayan professional, nelayan subsisten dan juga nelayan

Kehidupan ekonomi masyarakat meliputi :

-Mata pencaharian primer masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan

(3)

Landasan Teori Interpretasi Variabel Ahmed, dkk (2013)

menyatakan bahwa profesi nelayan sendiri terbagi atas tiga kategori, yaitu nelayan professional, nelayan subsisten, dan nelayan musiman

(Sumber:Ahmed, N., Rahman, S., Bunting, S. W., & Brugere, C. (2013). Socio‐economic and ecological challenges of small‐scale fishing and

Mata pencarian sekunder masyarakat di kawasan pesisir ialah bekerja sebagai buruh, penarik becak dan juga sebagai pedagang. Umumnya masyarakat memilih menjadi pedagang baik dengan berjualan di pasar maupun membuka warung.

masyarakat yang berprofesi sebagai buruh, penarik becak dan menyatakan bahwa ruang

terbuka, tempat

pertemuan, dan juga pasar, adalah ruang-ruang yang biasanya dilindungi pada suatu permukiman yang memiliki dampak terhadap masyarakatnya

(Sumber: Garlake, P. (2002). Early art and architecture of Africa. Oxford: Oxford University Press)

Adanya fungsi penggunaan lahan membuat pasar, area perkantoran, ruang terbuka dan juga balai pertemuan terletak di tengah permukiman masyarakat.

Hanya rumah ibadah yang tidak memiliki ketentuan letaknya di suatu permukiman.

Dampak sosial-ekonomi yang terjadi terhadap penyebaran penggunaan tanah ditandai dengan munculnya warung, pasar dan juga tempat perlelangan ikan. Munculnya interaksi yang terjadi

Dampak sosial-ekonomi terhadap penggunaan lahan dan menjadi penyebab keramaian meliputi: -Penyebaran warung

(4)

Landasan Teori Interpretasi Variabel menyatakan bahwa TPI

merupakan kunci dalam membangun jaringan kegiatan dalam hal menangkap ikan baik intra-sektor maupun lintas sektor.

(Sumber: Setioko, B., Martini, T. W., & Pandelaki, E. E. (2011). Conceptual Spatial Model of Coastal Settlement in diikuti dengan adanya kegiatan ekonomi menjadikan ketiga fungsi ruang ini menjadi dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan sosial-ekonomi. Ketiga fungsi ruang ini juga menjadi salah satu faktor penyebab keramaian terjadi selain adanya sekolah.

-Sekolah

III.3 Metoda Pengumpulan Data

Terdapat dua jenis pengumpulan data (Tabel 3.2) yang dilakukan oleh

peneliti, yaitu:

a) Pengumpulan Data Primer

Data primer ialah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Baik itu

pengamatan dan juga kuesioner.

 Observasi langsung, yaitu peneliti mengamati langsung serta

mendokumentasikan beberapa gambar guna mendapatkan bahan keperluan

penelitian. Observasi langsung dilakukan pada untuk melihat aktivitas,

kegiatan serta perilaku masyarakat di kawasan pesisir.

 Kuesioner, yaitu lembar pertanyaan yang akan diberikan kepada responden

dengan tujuan mendapatkan jawaban yang akurat serta memiliki keterkaitan

dengan hal yang diteliti. Jawaban responden ini kemudian akan diolah

(5)

b) Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang cara pengumpulannya dilakukan secara tidak

langsung namun masih memiliki keterkaitan dengan objek penelitian. Sumber data

didapat dari buku, jurnal (nasional maupun internasional), arsip dokumen, data

statistik dari lurah dan juga referensi lainnya yang berkaitan dengan dampak sosial

(6)

Tabel 3.2 Metoda Pengumpulan Data

Variabel Data Yang Diperlukan Metoda

Kehidupan sosial masyarakat meliputi : -Kegiatan dan aktivitas

yang dilakukan langsung atau survey lapangan

 Mengambil gambar yang akan diteliti seperti kegiatan, aktivitas serta perilaku masyarakat di kawasan pesisir

 (Data Primer)

Mengidentifikasi tradisi yang ada di kawasan tersebut juga pengaruh bencana alam terhadap kehidupan sosial

 Menyebarkan kuesioner terkait dengan kegiatan dan aktivitas, tradisi, juga primer masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan

-Mata pencaharian sekunder masyarakat yang berprofesi sebagai buruh,

penarik becak dan juga pedagang

 (Data Sekunder)

Data dari lurah tentang profesi masyarakat di kawasan pesisir

 Melakukan pengamatan langsung atau survey lapangan

 Melakukan pengambilan gambar yang akan diteliti  Membagikan kuesioner

yang memiliki keterkaitan perekonomian masyarakat yang dapat berdampak terhadap distribusi

Peta elemen fisik pada permukiman, seperti letak : langsung atau survey lapangan.

 Melakukan pengambilan gambar fasilitas umum yang akan diteliti

 Menentukan titik-titik atau pemetaan dimana letak adanya penyebaran fungsi warung, ruang terbuka, balai pertemuan dan juga

Peta elemen fisik pada permukiman, seperti letak :

 Warung  Pasar 

 Melakukan pengamatan langsung atau survey lapangan

(7)

Variabel Data Yang Diperlukan Metoda tempat perlelangan ikan

(TPI) -Sekolah

menyebabkan keramaian pada satu lokasi. Misalnya adanya sekolah ataupun pasar.

 Dapat juga dilakukan pemetaan tentang penyebaran fungsi tanah dan juga faktor penyebab keramaian

 Membuat peta area permukiman yang dilihat melalui Google Earth dan kemudian digambar ulang melalui SketchUp atau AutoCad

Adapun pertanyaan-pertanyaan melalui kuesioner yang disebarkan dalam

rangka mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

Kehidupan Sosial Masyarakat di Kawasan Pesisir

1. Apakah terdapat suatu tradisi di kawasan tempat tinggal anda?

2. Apakah tradisi tersebut?

3. Seberapa sering tradisi tersebut anda lakukan?

4. Adakah lokasi tertentu untuk mengadakan acara tradisi tersebut?

5. Mengapa anda dan seluruh penghuni kampungmemilih lokasi tersebut?

6. Pernahkah anda mengadakan sebuah acara pesta (sunatan/pernikahan)?

7. Dimana lokasi yang anda pilih untuk mengadakan acara tersebut?

8. Mengapa anda memilih lokasi tersebut?

9. Adakah suatu ruang terbuka (lapangan/area bermain) di kawasan tempat anda

(8)

10. Berfungsi sebagai apakah ruang terbuka tersebut selain untuk olahraga dan

bermain?

11. Apakah sering terjadi bencana alam di kawasan tempat tinggal anda?

12. Bencana alam apa yang sering terjadi di kawasan tempat tinggal anda?

13. Seberapa sering bencana alam tersebut terjadi?

14. Bila anda tinggal di daerah rawan bencana alam, apakah anda akanberencana

pindah?

15. Bila anda memilih tidak, apa yang anda lakukan ketika tempat tinggal anda

terkena bencana alam tersebut?

Kehidupan Ekonomi Masyarakat di Kawasan Pesisir

16. Apakah anda seorang nelayan?

17. Apakah hasil tangkapan (ikan) yang anda dapatkan akan anda olah sendiri?

18. Jika anda mengolah ikan hasil tangkapan, lokasi mana yang andagunakan

sebagai ruang pengelolaan?

19. Jika Anda menjawab no 18,mengapa anda memilih lokasi tersebut?

20. Apakah anda memiliki sebuah warung?

21. Jika jawaban nomor 20 “YA”, dimana letak warung anda?

22. Mengapa anda memilih lokasi tersebutsebagai posisi letak warung?

23. Bila anda memiliki warung, apakah anda menyediakan meja dan kursi untuk

tempat warga berkumpul dan atau berbincang bincang?

(9)

25. Apakah terdapat sebuah pasar dadakan di daerah tempat tinggal anda?

26. Dimanakah lokasi pasar dadakan tersebut diadakan?

27. Apakah Anda tau riwayat keberadaan pasar tersebut ?

28. Jika jawaban nomor 29 “YA”, menurut pendapat Anda mengapa posisi pasar

tersebut di tempat itu?

29. Mengapa Anda memilih tinggal di tempat ini?

III.4 Metoda Analisa Data

Dalam menganalisa data (Gambar 3.1 hingga Gambar 3.4) yang diperoleh

oleh peneliti berbasis pada variabel. Peneliti tetap menghubungkan kepada teori.

Kemudian data tersebut diinterpretasi berdasarkan isu permasalahan yang diangkat.

(10)

Landasan Teori

Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori

Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori

Data Yang Diinterpretasi

-Jeyarajah (2015) menyatakan perempuan yang telah berumah tangga bertanggung jawab atas

kegiatannya. Juga Matthews

(2012) mengatakan bahwa wanita yang sudah berumah tangga juga harus bertanggung jawab pasca panen.

(Sumber : Jeyarajah, S., &

Santhirasegaram, S. THE

INTERNATIONAL

JOURNAL OF HUMANITIES & SOCIAL STUDIES.)

-Boelaars (1984) menyatakan bahwa orang pesisir memiliki

orientasi yang kuat untuk

merebut dan meningkatkan

kewibawaan serta status sosial mereka.

(Sumber :Boelaars, J. H. M. C.

(1984). Kepribadian Indonesia

modern: suatu penelitian

antropologi budaya. Gramedia.

Kehidupan pesisir yang keras

membuat masyarakatnya

memiliki perilaku yang

temperamental; kegiatan dan

aktivitas masyarakat di

kawasan pesisir umumnya

dipengaruhi oleh gender dan juga derajat mereka dalam rumah tangga.

 Analisa kegiatan, aktivitas dan perilaku yang dilakukan masyarakat berdasarkan gender

 Analisa tentang tradisi yang terdapat dan sering dilakukan masyarakat di kawasan pesisir

 Analsa bencana alam yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat di kawasan

pesisir

(11)

Landasan Teori

Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori

menyatakan bahwa profesi

nelayan sendiri terbagi atas tiga

kategori, yaitu nelayan

professional, nelayan subsisten, dan nelayan musiman

-Ahmed, dkk (2015) yang

menyatakan bahwa nelayan

musiman melakukan

Socio‐economic and ecological

challenges of small‐scale

fishing and strategies for its

sustainable management: A

case study of the Old

Brahmaputra River,

Bangladesh. Singapore Journal

of Tropical Geography, 34(1), 86-102)

Mata pencaharian primer

masyarakat di kawasan pesisir umumnya adalah nelayan.

Mata pencarian sekunder

masyarakat di kawasan pesisir ialah bekerja sebagai buruh, penarik becak dan juga sebagai pedagang.

 Analisa mata pencaharian primer masyarakat yaitu sebagai nelayan

 Analisa mata pencaharian sekunder masyarakat yaitu sebagai buruh, penarik becak dan juga

pedagang

(12)

Landasan Teori

Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori

Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori

Data Yang Diinterpretasi

Garlake (2002) menyatakan bahwa ruang terbuka, tempat pertemuan, dan juga pasar,

adalah ruang-ruang yang

biasanya dilindungi pada suatu permukiman yang memiliki

dampak terhadap

masyarakatnya

Wright (1993) yang

menyatakan bahwa lokasi

tempat ibadah membuktikan

pentingnya kekuatan dalam

mengatur kehidupan sehari-hari dalam suatu permukiman difungsikan kantor bisnis dan

industri dipengaruhi oleh

konfigurasi global.

Adanya fungsi penggunaan

lahan membuat pasar, area perkantoran, ruang terbuka dan juga balai pertemuan terletak di

tengah permukiman

masyarakat.

Hanya rumah ibadah yang tidak memiliki ketentuan letaknya di suatu permukiman.

 Analisa penggunaan tanah yang berfungsi sebagai ruang terbuka, balai pertemuan, kantor

dan rumah ibadah

 Analisa penggunaan tanah yang berfungsi sebagai pasar

(13)

Landasan Teori

Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori

menyatakan bahwa TPI

merupakan kunci dalam

membangun jaringan kegiatan dalam hal menangkap ikan baik

intra-sektor maupun lintas

sektor.

(Sumber:Setioko, B., Martini, T. W., & Pandelaki, E. E.

(2011). Conceptual Spatial

Model of Coastal Settlement in

Urbanizing Area. International

Journal of Science and

Research, 8(3), 60-66.)

-Horton (1994) yang

menyatakan bahwa pasar

merupakan pusat lokasi

komunal kegiatan masyarakat.

(Sumber: Horton, M. C.

(1994). Swahili architecture, space and social structure.

Architecture and order:

Approaches to social space, 147-169.)

Dampak sosial-ekonomi yang terjadi terhadap penyebaran

penggunaan tanah ditandai

dengan munculnya warung,

pasar dan juga tempat

perlelangan ikan. Ketiga fungsi ruang ini juga menjadi salah satu faktor penyebab keramaian terjadi selain adanya sekolah.

 Analisa pemetaan distibusi penyebaran fungsi, seperti penyebaran warung, pasar dan juga

tempat pelelangan ikan

 Analisa penyebab faktor keramaian terjadi di kawasan tersebut.

(14)

III.5. Metoda Menghasilkan Penemuan

Metoda menghasilkan penemuan didapatkan melalui sintesa teori dan data

berdasarkan interpretasi kajian teori dan mengaitkan permasalahan penelitian. Metoda

dalam menghasilkan penemuan diperoleh melalui analisa data (Gambar 3.5 sampai

3.8)

Landasan Teori

Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori

Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori

Data Yang Diinterpretasi

-Jeyarajah (2015) menyatakan perempuan yang telah berumah tangga bertanggung jawab atas kegiatannya. Juga Matthews (2012) mengatakan bahwa wanita yang sudah berumah tangga juga harus bertanggung jawab pasca panen.

(Sumber : Jeyarajah, S., & Santhirasegaram, S. THE INTERNATIONAL JOURNAL OF HUMANITIES & SOCIAL STUDIES.)

-Boelaars (1984) menyatakan bahwa orang pesisir memiliki orientasi yang kuat untuk merebut dan meningkatkan kewibawaan serta status sosial mereka.

(Sumber :Boelaars, J. H. M. C. (1984). Kepribadian Indonesia modern: suatu penelitian antropologi budaya. Gramedia.

Kehidupan pesisir yang keras

membuat masyarakatnya

memiliki perilaku yang

temperamental; kegiatan dan

aktivitas masyarakat di

kawasan pesisir umumnya

dipengaruhi oleh gender dan juga derajat mereka dalam rumah tangga.

 Analisa kegiatan, aktivitas dan perilaku yang dilakukan masyarakat berdasarkan gender  Analisa tentang tradisi yang terdapat dan sering dilakukan masyarakat di kawasan pesisir  Analisa bencana alam yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat di kawasan pesisir

PENEMUAN

 Rumah memiliki pengaruh terhadap kegiatan sosial yang dilakukan masyarakat, seperti dalam melakukan pelaksanaan tradisi dan pesta.

(15)

Landasan Teori

Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori

menyatakan bahwa profesi

nelayan sendiri terbagi atas tiga

kategori, yaitu nelayan

professional, nelayan subsisten, dan nelayan musiman

-Ahmed, dkk (2015) yang

menyatakan bahwa nelayan

musiman melakukan

Socio‐economic and ecological

challenges of small‐scale

fishing and strategies for its

sustainable management: A

case study of the Old

Brahmaputra River,

Bangladesh. Singapore Journal

of Tropical Geography, 34(1), 86-102)

Mata pencaharian primer

masyarakat di kawasan pesisir umumnya adalah nelayan.

Mata pencaharian sekunder

masyarakat di kawasan pesisir ialah bekerja sebagai buruh, penarik becak dan juga sebagai pedagang.

 Analisa mata pencaharian primer masyarakat yaitu sebagai nelayan

 Analisa mata pencaharian sekunder masyarakat yaitu sebagai buruh, penarik becak dan juga

pedagang

Penemuan

 Masyarakat lebih banyak memilih berprofesi sebagai wiraswasta

 Para perempuan cenderung membuka warung karena memiliki fleksibilitas dalam mengatur waktu, mengurus rumah dan juga anak mereka.

(16)

Landasan Teori

Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori

Data yang diperoleh berbasis landasan teori. Data dianalisa berdasarkan teori

Data Yang Diinterpretasi

Garlake (2002) menyatakan bahwa ruang terbuka, tempat pertemuan, dan juga pasar,

adalah ruang-ruang yang

biasanya dilindungi pada suatu permukiman yang memiliki

dampak terhadap

masyarakatnya

Wright (1993) yang

menyatakan bahwa lokasi

tempat ibadah membuktikan

pentingnya kekuatan dalam

mengatur kehidupan sehari-hari dalam suatu permukiman difungsikan kantor bisnis dan

industri dipengaruhi oleh

konfigurasi global.

Adanya fungsi penggunaan

lahan membuat pasar, area perkantoran, ruang terbuka dan juga balai pertemuan terletak di

tengah permukiman

masyarakat.

Hanya rumah ibadah yang tidak memiliki ketentuan letaknya di suatu permukiman.

 Analisa penggunaan tanah yang berfungsi sebagai ruang terbuka, balai pertemuan, kantor

dan rumah ibadah

 Analisa penggunaan tanah yang berfungsi sebagai pasar

Penemuan

 Penggunaan tanah di permukiman ini banyak difungsikan sebagai hunian dan juga ruang terbuka.

(17)

Landasan Teori

Data yang diinterpretasi dikaji berbasis landasan teori

menyatakan bahwa TPI

merupakan kunci dalam

membangun jaringan kegiatan dalam hal menangkap ikan baik

intra-sektor maupun lintas

sektor.

(Sumber: Setioko, B., Martini, T. W., & Pandelaki, E. E.

(2011). Conceptual Spatial

Model of Coastal Settlement in

Urbanizing Area. International

Journal of Science and

Research, 8(3), 60-66.)

-Horton (1994) yang

menyatakan bahwa pasar

merupakan pusat lokasi

komunal kegiatan masyarakat.

(Sumber: Horton, M. C.

(1994). Swahili architecture, space and social structure.

Architecture and order:

Approaches to social space, 147-169.)

Dampak sosial-ekonomi yang terjadi terhadap penyebaran

penggunaan tanah ditandai

dengan munculnya warung,

pasar dan juga tempat

perlelangan ikan. Ketiga fungsi ruang ini juga menjadi salah satu faktor penyebab keramaian terjadi selain adanya sekolah.

 Analisa pemetaan distibusi penyebaran fungsi, seperti penyebaran warung, pasar dan juga

tempat pelelangan ikan

 Analisa penyebab faktor keramaian terjadi di kawasan tersebut.

Penemuan

 Pengelompokan permukiman berdasarkan penyebaran fungsi

 Faktor suatu fungsi dapat berperan sebagai generator di kawasan pesisir Kampung Nelayan Belawan

Gambar 3.8 Metode Menghasilkan Penemuan Dampak Sosial-Ekonomi Dalam

(18)

BAB IV. KAWASAN KAMPUNG NELAYAN BELAWAN

IV.1 Keberadaan Kampung Nelayan Belawan di Kota Medan

Kampung Nelayan Belawan Medan adalah salah satu permukiman informal

yang berada di Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan, Kota

Medan, Sumatera Utara. Letak Kampung Nelayan Belawan sendiri berada di timur

laut Kota Medan. Lokasi Kampung Nelayan Belawan Medan berada pada 3 derajat

garis lintang utara dan 98 derajat garis bujur timur dunia (Gambar 4.1).

Peta Sumatera Utara Peta Kota Medan Peta Belawan

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian di Kota Medan

(19)

Kampung Nelayan Belawan berbatasan dengan Jalan Yos Sudarso di sebelah

timur. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Bekukang dan Jalan Kakap. Sebelah

barat Kampung Nelayan Belawan berbatasan dengan Jalan Makam Pahlawan, serta di

sebelah utara Kampung Nelayan Belawan berbatasan dengan laut lepas (Gambar 4.2).

Keterangan Gambar:

Lokasi Penelitian

Batas Utara

Batas Timur

Batas Selatan

Batas Barat

Gambar 4.2 Batasan Lokasi Penelitian

(Sumber :Google Earth (2017))

Letak permukiman Kampung Nelayan Belawan ini cukup strategis. Banyak

transportasi umum dari pusat kota Medan menuju lokasi tersebut. Jarak dari pusat

Kota Medan menuju Kampung Nelayan Belawan sendiri berkisar 21.5 km yang dapat

di tempuh dengan mengendarai kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dalam

waktu 75 menit melalui Jalan Yos Sudarso. Alternatif jalan lain yang digunakan

masyarakat menuju ke kawasan tersebut adalah menggunakan jalan tol yaitu Tol

Belmera (Belawan-Medan-Tanjung Morawa). Jarak menuju Kampung Nelayan

(20)

perkotaan.Walaupun demikian, waktu yang di tempuh melalui jalan tol ini terbilang

lebih cepat, yaitu sekitar 38 menit. Jalan tol yang bebas macet dan hanya kendaraan

tertentu saja yang dapat masuk, menjadikan jalan ini menjadi alternatif bagi

masyarakat yang mengendarai kendaraan roda empat.

Selain banyaknya transportasi dan alternatif jalan menuju ke kawasan

tersebut, Kampung Nelayan Belawan berdekatan dengan Pelabuhan Belawan yang

menjadi salah satu pintu gerbang via laut menuju Kota Medan bahkan Sumatera

Utara. Jaraknya sekitar 5.1 km. Selain dekat dengan pelabuhan, Kampung Nelayan

Belawan juga dekat dengan Kantor Bea Cukai Belawan dengan jarak sekitar 3 km.

Bagi masyarakat yang tinggal di kawasan Kampung Nelayan Belawan dan

juga masyarakat yang berada di Kota Medan, Belawan identik sebagai kawasan

industri. Hal ini dikarenakan terdapat salah satu kawasan, yaitu Kawasan Industri

Medan (KIM) yang menjadi salah satu pabrik industri yang bergerak di bidang

industri, kabel dan telepon, serta pengelolahan air limbah. Kampung Nelayan

Belawan sendiri berada di daerah Belawan, namun jaraknya sangat jauh dengan

pabrik tersebut. Jarak tersebut berkisar 19.7 km dari KIM menuju Kampung Nelayan

Belawan sehingga polusi yang dihasikan oleh pabrik tidak begitu mencemari udara

bagi masyarakat yang tinggal di kawasan Kampung Nelayan Belawan Medan.

IV.2 Kehidupan Sosial Masyarakat di Permukiman Kampung Nelayan Belawan

(21)

Kehidupan sosial masyarakat di kawasan Kampung Nelayan Belawan Medan

memiliki keterkaitan dengan aktivitas, kegiatan, perilaku yang dilakukan sehari-hari,

adanya suatu tradisi juga adanya keterkaitan dengan bencana alam. Adanya penelitian

yang dilakukan di kawasan tersebut, membuat peneliti dapat mendeskripsikan

aktivitas, kegiatan serta perilaku masyarakat yang dilakukan sehari-hari.

Di dalam suatu permukiman, tentu saja terdapat satu fasilitas yang digunakan

masyarakat. Hal ini juga berlaku di permukiman informal yang secara umum

terbentuk dengan spontan. Fasilitas tersebut seperti adanya ruang terbuka berupa

lapangan atau area bermain. Namun, walaupun ruang terbuka tersebut berupa

lapangan, ternyata fungsi ruang terbuka tersebut tidak berfungsi sebagai mana

mestinya. Beberapa masyarakat memakai lapangan tersebut untuk menjemur pakaian,

sebagai tempat parkir (bila salah satu warga mengadakan pesta), dan juga digunakan

masyarakat sebagai area untuk lomba 17 Agustus dan juga untuk kurban.Walaupun

demikian, beberapa masyarakat juga menggunakan ruang terbuka tersebut sebagai

area bermain.

Selain ruang terbuka yang menjadi salah satu ruang terjadinya aktivitas dan

kegiatan masyarakat, terdapat juga suatu tradisi yang sering dilakukan masyarakat di

Kampung Nelayan Belawan. Masyarakat menyebut tradisi ini dengan sebutan tradisi

mengucapkan syukur. Hal ini dilakukan masyarakat sebagai tanda rasa syukur

(22)

dan juga masyarakat di sekitar permukiman. Namun, tidak ada waktu tertentu untuk

melakukan tradisi tersebut.

Tradisi ini berbentuk seperti pesta bersama yang diadakan masyarakat di salah

satu rumah warga. Biasanya masyarakat memilih rumah yang dapat menampung

banyak warga dan juga lokasi rumah tersebut yang strategis. Hal ini dikarenakan agar

masyarakat dapat dengan mudah mengakses lokasi tersebut.

Selain adanya tradisi sebagai ucapan syukur atas kelimpahan rezeki dari

Tuhan yang diadakan seperti pesta bersama, ada juga pesta yang dilakukan

masyarakat secara pribadi. Acara yang dilakukan seperti acara pernikahan dan juga

acara sunatan. Biasanya lokasi yang dipilih masyarakat dalam mengadakan acara

tersebut adalah di halaman depan rumah masyarakat. Hal ini dikarenakan karena

masyarakat merasa bahwa acara yang mereka adakan harus dekat dengan rumah

sehingga memudahkan proses berlangsungnya acara, baik dari acara di atas panggung

maupun hidangan makanan yang disediakan.

Senada dengan ruang terbuka dan juga tradisi yang memunculkan kegiatan

sosial di lingkungan masyarakat, bencana alam juga dapat memunculkan kegiatan

sosial di lingkungan tersebut. Bencana alam yang sering terjadi di permukiman ini

adalah banjir yang diakibatkan oleh pasangnya air laut. Namun, banjir di permukiman

ini berbeda dengan banjir yang diakibatkan oleh air hujan. Banjir yang terjadi karena

(23)

diakibatkan karena air hujan, akan surut dalam waktu beberapa minggu. Tidak ada

waktu tertentu terjadinya air pasang. Namun menurut masyarakat, air pasang akan

terjadi setidaknya dua kali dalam sebulan dan air laut akan bertambah volumenya

ketika mendekati bulan puasa (bulan Ramadhan).

Walaupun permukiman ini sering dilanda oleh banjir karena air pasang,

masyarakat yang tinggal di permukiman ini memilih untuk tidak pindah dari kawasan

ini. Beberapa masyarakat merasa sudah nyaman tinggal di kawasan ini sehingga

enggan untuk berpindah tempat. Pada saat terjadi pasang air laut, masyarakat juga

memilih untuk tetap berada di rumah mereka. Hal ini dikarenakan mereka harus

menjaga barang serta perabotan rumah mereka. Tapi hal tersebut tidak berlaku jika

tingginya air laut ketika pasang. Masyarakat akan mengungsi dan membawa barang

berharga milik mereka, seperti sepeda motor dan barang elektronik lainnya.

IV.3 Kehidupan Ekonomi Masyarakat di Permukiman Kampung Nelayan Belawan

Medan

Pada umumnya, sebagian besar masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir

bermatapencaharian sebagai nelayan. Namun, pada kawasan Kampung Nelayan

Belawan ini, profesi wiraswasta menjadi profesi yang banyak dilakukan masyarakat.

Walaupun demikian, profesi nelayan juga menjadi profesi kedua yang banyak

(24)

Nelayan yang tinggal di kawasan ini, umumnya menangkap ikan dan hasil

laut dengan kapal dan menjualnya langsung ke pasar atau juga tempat perlelangan

ikan (TPI). Para nelayan juga keluarga nelayan memilih menjual langsung karena

minimnya keterbatasan keahlian mereka dalam mengolah ikan tersebut. Namun,

beberapa masyarakat juga tidak memungkiri bahwa bila mereka memiliki keahlian

dalam mengolah ikan, mereka akan mengolahnya dengan menggunakan lahan

terbatas yang berada dirumah mereka. Hal ini mereka lakukan agar memudahkan

pengawasan dalam menjemur ikan tersebut (seperti gangguan dari anak-anak maupun

dari hewan peliharaan).

Selain bekerja sebagai nelayan, masyarakat yang berprofesi sebagai

wiraswasta umumnya memiliki warung di dekat tempat tinggal mereka. Warung

tersebut biasanya terletak di teras rumah masyarakat. Hal ini dikarenakan agar

mempermudah masyarakat dalam hal pengawasan dan juga penjagaannya. Beberapa

masyarakat menyediakan kursi dan juga meja di depan warung mereka. Selain untuk

berbincang-bincang dengan warga masyarakat lainnya, alasan pemilik warung

menyediakan kursi dan meja agar warung mereka terkesan ramai dan banyak pembeli

yang datang.

Berjualan dengan membuka warung merupakan salah satu profesi alternatif

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sehari-hari. Selain

berjualan dengan membuka warung, masyarakat juga memilih berjualan di pasar.

(25)

menurut masyarakat, pemerintah menyediakan bazaar berupa bahan kebutuhan pokok

(seperti beras, gula, dan lain-lain) dengan harga yang lebih murah. Pemerintah yang

diwakilkan oleh kelurahan setempat mengadakan bazaar tersebut di halaman kantor

lurah. Selain itu, acara bazaar ini diadakan ketika menjelang bulan puasa (bulan

Ramadhan) yang biasanya bahan pokok kebutuhan masyarakat sedang naik di

pasaran.

IV.4 Penggunaan Tanah di Lokasi Penelitian

Penggunaan tanah di kawasan Kampung Nelayan Belawan ini bervariasi

terutama pada fungsi penggunaan tanahnya. Penggunaan tanah di permukiman ini

umumnya berfungsi sebagai lahan hunian masyarakat. Namun tidak sedikit pula

penggunaan tanah dijadikan sebagai fasilitas penunjang dari pemerintah. Misalnya

adanya area perkantoran, adanya fasilitas ibadah, fasilitas pendidikan dan lain

sebagainya.

Penggunaan tanah pada umumnya digunakan sebagai hunian

masyarakat.Sebagian masyarakat yang memiliki tanah yang sedikit berlebih

digunakan untuk mendirikan sebuah warung. Warga yang memiliki warung

umumnya memiliki meja serta kursi yang digunakan masyarakat untuk bersosialisasi

dengan masyarakat lainnya (baik sekedar mengobrol, maupun bermain kartu).

Namun, fenomena yang muncul di lapangan ialah berdirinya satu warung dengan

(26)

tertentu, tetangga yang rumahnya bersebelahan juga memiliki warung. Yang artinya

jarak antara warung satu dengan warung yang lainnya hanya dipisahkan oleh tembok

rumah saja (tidak sampai 3 meter).

Selain warung, penggunaan tanah yang lainnya digunakan sebagai pasar. Pada

kawasan Kampung Nelayan Belawan ini terdapat satu pasar yang cukup besar dan

letaknya juga cukup strategis. Pasar ini digunakan masyarakat untuk berbelanja

keperluan serta kebutuhan mereka sehari-hari. Selain sebagai tempat berjualan,

beberapa sisi pasar ini juga digunakan masyarakat yang berprofesi sebagai penarik

becak untuk mangkal menunggu penumpang.

Penggunaan tanah yang lainnya digunakan sebagai dermaga. Dermaga sendiri

merupakan suatu tempat yang difungsikan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal

yang sudah selesai digunakan. Pada dermaga juga terdapat tempat perlelangan ikan

sementara. TPI sementara ini digunakan para nelayan untuk memisahkan ikan

tangkapan berdasarkan jenisnya sebelum dijual ke tempat perlelangan ikan yang lebih

besar.

Selain digunakan sebagai area kebutuhan ekonomi, penggunaan lahan juga

digunakan sebagai area fasilitas yang disediakan oleh pemerintah. Misalnya fasilitas

pendidikan. Pada kawasan ini, terdapat dua jenis fasilitas yang disediakan yaitu TK

(Taman Kanak-Kanak) dan juga SD (Sekolah Dasar). Jarak antara TK dan SD ini

(27)

dikarenakan, selain jumlah siswanya yang terbilang cukup banyak, terdapat juga

pedagang kaki lima yang berjualan di sekitaran sekolah. Sehingga apabila jam

istirahat dan jam pulang sekolah, para siswa akan beramai-ramai memadati area

pedagang tersebut.

Fasilitas pendidikan disediakan pemerintah untuk menunjang kebutuhan wajib

belajar 9 tahun di kawasan permukiman ini. Selain fasilitas pendidikan, terdapat juga

fasilitas ibadah di kawasan ini seperti musholla, mesjid dan juga gereja. Mesjid yang

berada di lokasi permukiman ini terbilang cukup besar dan cukup strategis. Namun,

tahap renovasi dan pembangunan yang dilakukan oleh pihak mesjid, menjadikan area

ini kurang nyaman untuk digunakan. Selain mesjid terdapat juga musholla yang

berada sekitar 150 meter dari mesjid tersebut. Musholla di lokasi ini cukup luas

namun tertutup sehingga kurang nyaman juga untuk digunakan. Di seberang

musholla terdapat juga lokasi yang digunakan untuk manasik haji (sebelum berangkat

haji biasanya umat muslim akan berkumpul di lokasi tersebut). Selain mesjid dan

musholla, terdapat juga gereja di kawasan permukiman ini. Letak gereja ini cukup

dekat dengan mesjid, hanya berkisar 50 meter. Bangunan gereja terbilang cukup besar

dan area parkir gereja terbilang cukup luas sehingga jemaat yang hendak beribadah di

gereja tersebut dapat dengan mudah dan nyaman memarkirkan kendaraan mereka.

Selain fasilitas pendidikan dan ibadah, terdapat juga fasilitas perkantoran di

permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan. Fasilitas perkantoran yang tersedia

(28)

tersebut, terbilang cukup jauh berkisar 500 km. Beberapa masyarakat menggunakan

kendaraan pribadi maupun becak untuk mengantar mereka ke kantor lurah tersebut.

Kantor lurah di permukiman ini terbilang kecil dan cukup sempit, serta tidak adanya

area parkir untuk kendaraan sehingga beberapa kendaraan harus menggunakan bahu

(29)

BAB V. KAJIAN KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI DI KAMPUNG NELAYAN BELAWAN MEDAN

V.1 Kajian Kehidupan Sosial di Permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan

Kegiatan dan aktivitas yang dilakukan masyarakat di kawasan Kampung

Nelayan Belawan bervariasi. Umumnya kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh

masyarakat di kawasan ini ditentukan oleh gender dan juga derajat masyarakat di

dalam rumah tangganya. Gender dan derajat masyarakat berada dalam suatu tradisi

yang selalu menjadi bagian kehidupan penghuni kampung. Perempuan dan lak-laki

mempunyai peranan sesuai dengan tingkatannya dalam suatu tradisi. Tradisi

mempengaruhi kehidupan sosial di masyarakat. Bahkan, sebagian masyarakat tidak

dapat lepas dari tradisi. Tradisi menjadi wadah penghuni untuk bertemu bahkan

saling mengetahui kabar penghuni kampung lainnya. Masyarakat Kampung Nelayan

pada umumnya berpartisipasi dalam tradisi (69.30%). Salah satu tradisi yang selalu

menjadi kegiatan bersama adalah tradisi mengucap syukur (Tabel 5.1). Tradisi

mengucap syukur ini ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk segala rezeki

yang mereka terima dari Tuhan. Namun, tidak ada ketentuan waktu dalam melakukan

kegiatan tersebut.

Tabel 5.1 Partisipasi Masyarakat Terhadap Sebuah Tradisi

01. Keikutsertaan masyarakat

dalam sebuah tradisi

Ya Tidak Tidak Tahu

(30)

Dalam menjalankan suatu acara tradisi, masyarakat tentu harus menentukan

lokasi yang menjadi tempat terlaksananya kegiatan tersebut. Pada umumnya,

masyarakat memilih melaksanakan acara tradisi di rumah tinggal mereka sendiri

(33.66%). Hal tersebut menjadi pemikiran warga karena dapat menghemat anggaran

biaya acara. Tradisi ini menjadi wadah terjadinya gotong royong antar penghuni.

Ketika penghuni kampung akan melaksanakan suatu acara tradisi, maka seluruh

penghuni akan bergotong royong supaya kegiatan tersebut dapat berjalan lancar.

Tabel 5.2 Lokasi Dalam Mengadakan Kegiatan Tradisi

02. Pemilihan lokasi dalam mengadakan acara tradisi Persentase

Daerah pantai atau pesisir laut 2.97%

Lapangan atau ruang terbuka 3.96%

Salah satu rumah masyarakat 33.66%

Halaman dari rumah warga 15.84%

Tidak ada lokasi tertentu 14.85%

Tidak tahu 26.73%

Namun, tidak semua rumah masyarakat dapat dijadikan sebagai lokasi untuk

mengadakan kegiatan tradisi tersebut. Adapun kriteria dalam menentukan rumah

yang layak dijadikan sebagai tempat pelaksanaan tradisi adalah lokasi yang dapat

(31)

kelayakan serta letak lokasi. Banyak masyarakat menentukan atau sepakat dalam

menggunakan salah satu rumah warga (Tabel 5.2) untuk kegiatan tradisi tersebut.

Biasanya, rumah warga yang paling banyak menampung masyarakat pendatang

menjadi pilihan lokasi kegiatan tradisi (34.65%). Selain itu, masyarakat juga sepakat

bahwa lokasi yang strategis dan juga mudah dicapai oleh seluruh masyarakat juga

dipilih sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan tradisi (Tabel 5.3)

Tabel 5.3 Penentuan Lokasi Pelaksanaan Tradisi

03. Alasan dalam menentukan lokasi pelaksanaan tradisi Persentase

Lokasi dapat menampung banyak masyarakat 34.65%

Karena acara butuh ruang terbuka 6.93%

Lokasi dipilih karena strategis 17.82%

Lokasi mudah dicapai oleh seluruh masyarakat 17.82%

Tidak tahu 22.77%

Dalam melaksanakan acara tradisi, masyarakat tentu saja membutuhkan

sebuah ruang. Acara tradisi tersebut dilakukan oleh semua lapisan masyarakat baik

kaum laki-laki maupun perempuan ikut serta terlibat dalam proses pelaksanaannya.

Menurut Matthews (2012) yang menyatakan bahwa wanita mempunyai tanggung

(32)

material yang Tuhan berikan. Situasi ini sangat menuntut kaum perempuan untuk

terlibat dalam acara syukuran (Gambar 5.1)

Peta Kunci Titik Mapping

Gambar 5.1 Ilustrasi kegiatan tradisi yang dilakukan masyarakat

Teori ini menggambarkan bahwa perempuan juga terlibat dalam suatu

kegiatan yang berhubungan dengan mata pencaharian kepala keluarga. Di Kampung

Nelayan, kaum laki-laki pada umumnya mempunyai mata pencaharian sebagai

nelayan. Jerih payah sebagai nelayan merupakan salah satu hasil panen. Proses

mengelolah hasil panen merupakan suatu kegiatan yang menuntut partisipasi

masyarakat dan juga melibatkan kaum perempuan. Fakta ini menggambarkan analogi

yang sama dengan keterlibatan semua pihak, baik kaum laki-laki dan perempuan

dalam melaksanakan kegiatan tradisi syukuran di Kampung Nelayan Belawan.

Selain adanya kegiatan tradisi, kehidupan sosial masyarakat juga terjadi saat

salah satu warga mengadakan acara pesta. Pesta yang diadakan merupakan pesta

pribadi (menggunakan anggaran dana pribadi), seperti acara pernikahan dan juga

sunatan. Pada umumnya, masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan ini Keterangan Gambar:

Ruang Untuk Perempuan

(33)

pernah mengadakan sebuah pesta (75.24%). Dan sebagian besar acara yang diadakan

adalah pesta pernikahan (Tabel 5.4). Selain acara tradisi, adanya pesta juga dapat

menjadi wadah masyarakat untuk bersosialisasi hingga terjadinya gotong royong

antar penghuni.

Tabel 5.4 Masyarakat yang Mengadakan Pesta

04. Masyarakat yang pernah mengadakan

pesta (sunatan/pernikahan)

YA TIDAK Tidak Tahu

75.24% 22.77% 1.98%

Serupa dengan tradisi, dalam mengadakan sebuah pesta tentu saja harus

memiliki pertimbangan terhadap penentuan lokasinya (Tabel 5.5). Hal ini

dikarenakan agar memudahkan para tamu undangan datang serta memudahkan

pengawasan baik untuk pengawasan pada acara (panggung, makanan juga tempat

duduk) maupun pengawasan pada area parkiran. Masyarakat yang tinggal di

permukiman ini memilih untuk menggunakan halaman depan rumah mereka sebagai

lokasi untuk mengadakan pesta (37.62%), sehingga harus memakai badan jalan

hingga menutup akses jalan tersebut. Rumah mempunyai kekuatan yang dapat

mengikat penghuni lainnya dalam suatu kampung. Masyarakat merasa bahagia

apabila dapat melaksanakan acara dalam rumah atau halaman rumah. Kebebasan

dalam menggunakan ruang sering menjadi motivasi untuk melaksanakan acara

(34)

Perilaku ini menjadi kebiasaan penghuni kampung. Ada rasa bangga apabila dapat

melaksanakan acara dirumah dan halamannya. Apabila halaman rumah tidak

mencukupi, perilaku masyarakat dalam melaksanakan acara meluas ke jalan yang ada

didepan rumah mereka. Kebiasaan ini tidak jarang berdampak kepada kondisi jalan

yang secara fisik akan ditutup. Hal ini dapat saja berpotensi terjadinya

ketidaknyamanan orang yang berlalu melalaui jalan tersebut.

Tabel 5.5 Penentuan Lokasi Pesta

05. Penentuan lokasi dalam mengadakan pesta Persentase

Menggunakan ruang terbuka 14.85%

Menggunakan jalan 18.81%

Menggunakan balai pertemuan atau aula 8.91%

Menggunakan pantai 2.97%

Menggunakan halaman depan rumah 37.62%

Tidak Tahu 16.83%

Adanya penentuan lokasi untuk acara pesta yang dilakukan masyarakat

menjadi salah satu pertimbangan. Hal ini dikarenakan letak lokasi pesta harus

memudahkan masyarakat bahkan tamu yang datang dapat dengan mudah

mengaksesnya serta pengawasannya. Selain dapat mempermudah pengawasan dalam

(35)

lokasi pesta menggunakan halaman rumah dan jalan ialah agar mereka dapat

menghemat anggaran acara (23.76%). Tidak hanya dapat menghemat anggaran,

masyarakat juga memilih untuk dekat dengan rumah sebagai lokasi pelaksanaan acara

pesta tersebut (Tabel 5.6). Seperti yang kita tahu bahwa untuk mengadakan sebuah

acara pesta tentu harus memiliki dana yang cukup besar. Pesta pernikahan merupakan

salah satu pesta yang harus memiliki dana yang besar. Menyewa atau memakai

sebuah gedung untuk acara tentu saja tidak murah harganya. Untuk itu, sebagian

masyarakat beralasan bahwa biaya yang digunakan untuk gedung dapat digunakan

untuk kebutuhan lainnya. Sehingga beberapa warga memilih untuk mengadakan acara

pesta di halaman rumah dan juga menutup jalan (Gambar 5.2). Aksesibilitas sendiri

merupakan faktor penting untuk penduduk Kampung Nelayan dalam mengambil

keputusan.datang ke acara kerabat. Dekat dengan rumah adalah alasan masyarakat

untuk pergi ke hajatan kerabat. Rumah tinggal sebagai tempat yang menjadi prioritas

karena mengandung makna kebanggaan dan harga diri bagi pemilik rumah.

Tabel 5.6 Alasan Memilih Lokasi Pesta

06. Alasan masyarakat dalam memilih lokasi pesta Persentase

Mudah diakses oleh tetangga yang diundang 22.77%

Dekat dengan rumah 21.78%

Agar tidak merepotkan tetangga 7.92%

(36)

06. Alasan masyarakat dalam memilih lokasi pesta Persentase

Alasan lainnya 4.95%

Tidak tahu 18.81%

Dalam melaksanakan acara pesta tersebut, masyarakat yang tinggal di

kawasan tersebut harus turut berpartisipasi pada kegiatan acara pesta bersebut.

Setioko (2011) menyatakan bahwa keluarga nelayan juga harus membantu nelayan

dalam perbaikan kapal, jaring, dan ikut bersosialisasi dengan masyarakat yang ada di

lingkungan tempat mereka tinggal.

Peta Kunci

Gambar 5.2 Suasana Pesta di Jalan Gulama, Kampung Nelayan Belawan

Masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam acara pesta ini umumnya adalah

kaum perempuan. Kaum perempuan biasanya akan membantu dalam mempersiapkan

acara baik itu memasak, mengatur desain teratak bahkan menjadi panitia acara. Hal

(37)

acara ini. Kegiatan acara ini hampir sama dengan pengadaan tradisi, dimana sebagian

besar kaum perempuan yang turut berpartisipasi dalam acara ini. Tidak hanya

perempuan saja, kaum laki-laki juga turut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Dalam

mengadakan sebuah acara pesta, masyarakat yang memasuki usia produktif (baik

laki-laki maupun perempuan) saling membantu dalam melaksanakan acara ini.

gotong royong yang masih kental di Kampung Nelayan ini cukup membantu

masyarakat lainnya.

Selain adanya pesta dan tradisi yang menjadi salah satu faktor kegiatan sosial

yang terjadi di masyarakat, terdapat pula bencana alam yang dapat mempengaruhi

kehidupan sosial. Bencana alam yang paling sering terjadi di kawasan ini ialah

pasang surut air laut (85.14%). Banyak masyarakat setuju bahwa air pasang menjadi

salah satu bencana alam yang paling sering terjadi di kawasan tempat tinggal mereka

(Tabel 5.7). Air pasang laut sendiri bukan merupakan bencana alam yang harus selalu

diwaspadai oleh masyarakat. Tetapi dampak yang ditimbulkan oleh air pasang ini

cukup membuat masyarakat kewalahan. Hal ini dikarenakan air pasang terkadang

membawa pengaruh buruk terhadap perabotan, alat rumah tangga dan juga kendaraan

yang dimiliki oleh masyarakat.

Tabel 5.7 Seringnya Terjadi Bencana Alam

07. Seringnya terjadi bencana alam di

kawasan masyarakat tinggal

YA TIDAK Tidak Tahu

(38)

Dampak yang dialami masyarakat oleh air pasang laut ini adalah banjir yang

menggenangi rumah mereka. Banjir yang terjadi di permukiman akibat terjadinya air

pasang di kawasan ini, mengingat Kampung Nelayan Belawan merupakan salah satu

area yang berada di pesisir pantai. Banjir yang diakibatkan air pasang ini biasanya

akan surut dalam waktu tiga jam, sangat berbeda dengan banjir yang disebabkan oleh

hujan yang akan surut dalam waktu hingga seminggu. Sehingga banjir akibat air

pasang tidak sampai membuat masyarakat mengungsi hingga berhari-hari lama

Namun tetap memiliki dampak yang serupa dengan banjir yang diakibatkan oleh

hujan. Selain itu, tidak ada waktu tertentu untuk naiknya air pasang ke daratan

(40.59%). Kenaikan air laut ini umumnya terjadi pada saat siang hari dan tidak ada

ketentuan waktunya (Tabel 5.8). Namun saat peneliti datang untuk melakukan survei

lokasi, beberapa masyarakat mengatakan bahwa dalam bulan Maret 2017 hingga

April 2017, sudah terjadi empat kali air pasang. Debit air akan terus bertambah

terutama saat memasuki bulan puasa (Ramadhan).

Tabel 5.8 Waktu Terjadinya Bencana Alam

08. Seringnya terjadi bencana alam Persentase

Sebulan sekali 24.75%

Beberapa kali dalam sebulan 34.65%

(39)

08. Seringnya terjadi bencana alam Persentase

Tidak tahu -

Seperti yang kita tahu bahwa Kampung Nelayan Belawan Medan terletak di

pesisir dan hampir seperempat wilayah permukiman sering terkena air pasang laut.

Walaupun demikian, banyak masyarakat yang tidak ingin pindah dari permukiman

tersebut (67.32%).

Peta Kunci

Gambar 5.3 Keadaan jalan yang terkena air pasang

Hal tersebut menjadi pemikiran mereka mengingat letak Kampung Nelayan

Belawan sendiri berada di lokasi yang strategis. Selain memiliki lokasi yang strategis,

sifat kekeluargaan yang masih kental dan juga penduduk yang ramah menjadikan

masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan enggan untuk pindah (Tabel

5.9). Sifat masyarakat yang ramah dan saling membantu sama lainnya menjadi salah

(40)

berpindah. Selain itu, adanya faktor ekonomi dan juga warisan berupa rumah yang

ditinggalkan oleh orang tua mereka menjadi salah satu pemikiran masyarakat untuk

tidak berencana pindah. Hal ini tentu saja menjadi pemikiran masyarakat apabila

suatu hari pihak pemerintah (PT. Pelindo) akan melakukan penggusuran di wilayah

ini. Selain itu, tidak tersedianya rumah murah dan strategis oleh pemerintah

menjadikan masyarakat memilih untuk tetap berada di lokasi permukiman tersebut

walaupun dengan keadaan dan fasilitas yang seadanya.

Tabel 5.9 Masyarakat Yang Berencana Pindah

09 Masyarakat yang berencana pindah YA TIDAK Tidak Tahu

31.68% 67.32% 0.99%

Masyarakat yang enggan berpindah dari permukiman ini, tentu saja memiliki

berbagai macam kegiatan saat terjadinya banjir akibat air pasang. Tidak adanya

ketentuan waktu terjadinya pasang air laut, menuntut masyarakat yang tinggal di

permukiman ini harus selalu waspada. Walau demikian, pada saat terjadi pasang air

laut, masyarakat tetap memilih untuk berada di rumah mereka (63.36%). Hal ini

dikarenakan mereka harus menjaga barang serta perabotan rumah mereka (Tabel

5.10). Walaupun demikian, masyarakat juga harus melihat tingginya debit air yang

naik ke permukiman. Hal ini dikarenakan apabila terjadinya air laut yang naik ke

(41)

membawa barang berharga milik mereka, seperti sepeda motor dan barang elektronik

lainnya agar tidak terendam oleh banjir. Namun, bila masyarakat tidak sempat

menyelamatkan barang elektronik di rumah mereka, biasanya mereka akan

menempatkan peralatan tersebut di bagian perabotan yang lebih tinggi seperti tempat

tidur bahkan lemari. Selain itu aktivitas mengungsi ini sudah menjadi hal yang biasa

bagi masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan Belawan. Biasanya masyarakat

akan bergotong royong dan saling membantu satu dengan yang lainnya untuk

kepentingan bersama. Gotong royong dalam hal ini tentu saja sangat membantu

masyarakat yang tinggal di permukiman tersebut, terutama pada orang tua yang sudah

lanjut usia. Masyarakat yang tinggal di permukiman ini mendahulukan orang yang

sudah lanjut usia dalam membantu menyelamatkan perabotannya. Namun tentu saja,

hal ini terjadi apabila debit air yang naik ke permukiman cukup tinggi sehingga

mengharuskan masyarakat untuk mengungsi.

Tabel 5.10 Kegiatan Ketika Terjadi Bencana Alam

10. Hal yang dilakukan masyarakat ketika terkena

bencana alam

Persentase

Mengungsi 19.80%

Tetap berada di rumah 63.36%

Alasan lain 2.97%

(42)

Terjadinya air pasang di Kampung Nelayan Belawan sendiri sebenarnya

bukan merupakan sebuah bencana alam. Sebuah teori tentang ilmu pengetahuan dari

Franco (1966) yang menyatakan bahwa terjadinya pasang surut air laut dikarenakan

adanya gaya tarik antara bulan dan matahari terhadap bumi. Situasi ini rutin terjadi di

kawasan pesisir. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah menetapkan untuk tidak

membangun bangunan tempat tinggal yang berlokasi di kawasan pesisir. Selain itu,

situasi ini juga menyebabkan air laut mengalami pergerakan hingga terjadinya air

pasang di permukiman ini. Air laut yang naik ke daratan menyebabkan banjir

sehingga mirip dengan bencana alam akibat hujan seperti pada umumnya. Selain

terjadinya air pasang yang menyebabkan naiknya air laut ke daratan, adanya gaya

tarik akibat bulan menyebabkan air laut surut dan dapat berdampak pada karamnya

kapal di pinggir laut bahkan ditengah laut. Akibat dari gaya tarik inilah, air laut yang

semula normal dapat membanjiri permukiman serta jalan yang digunakan masyarakat

(Gambar 5.3). Air yang naik ke daratan biasanya akan menggenangi rumah warga

bahkan akses jalan di sekitaran permukiman warga. Hal ini tentu saja membuat

terjadinya ketidaknyamanan yang dirasakan oleh masyarakat. Apabila terjadi naiknya

air laut, maka sebagian warga harus berjalan kaki untuk melintasi akses jalan guna

mencapai tempat tujuan. Namun tidak hanya berjalan kaki saja, sebagian masyarakat

menggunakan becak kayuh (kendaraan roda tiga yang menggunakan sepeda sebagai

alat penggeraknya) untuk dapat melintasi jalan tersebut, Hal ini dikarenakan apabila

masyarakat menggunakan kendaraan bermotor untuk melintasinya, maka besar

(43)

kendaraan mati mesin (mogok). Selain itu, air pasang laut umumnya terjadi pada saat

jam 13.00 WIB (jam 01.00 siang) hingga sore jam 16.00 WIB (jam 04.00 sore).

Dalam rentang waktu tiga jam tersebut, air dari laut akan membanjiri permukiman

warga hingga ke jalan. Hal ini akan berbahaya terhadap kendaraan bermotor karena

akan bila terendam air tersebut dapat menyebabkan mesin korosi dan terjadi

perkaratan bila terkena terus menerus.

Selain adanya variasi kegiatan dan aktivitas yang terjadi di Kampung Nelayan

Belawan, terdapat juga berbagai macam perilaku yang dilakukan masyarakat di

permukiman ini. Seperti masih dilakukannya membuang sampah sembarangan di

sembarang tempat (Gambar 5.4). Hal ini terjadi di salah satu ruang terbuka yang

menjadi tempat berkumpulnya sampah. Ruang terbuka yang seharusnya dapat

dijadikan area bermain dan bersosialisasi di masyarakat, justru digunakan sebagai

tempat pembuangan sampah. Perilaku ini mencerminkan kurang pedulinya

masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Perilaku ini tentu saja akan memberikan

(44)

Peta Kunci

Gambar 5.4 Perilaku masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan

Selain kurang pedulinya masyarakat terhadap lingkungan yang ditandai

dengan membuang sampah sembarangan, perilaku lainnya dapat dilihat saat siang

hari dimana masyarakat (umumnya kaum laki-laki) berkumpul di warung kopi.

Biasanya masyarakat yang berkumpul hanya untuk mengobrol, meminum kopi,

bahkan bermain catur maupun kartu. Perilaku ini biasanya dilakukan masyarakat

untuk sekedar mengisi waktu luang atau beristirahat setelah melaut (Gambar 5.5).

Peta Kunci

(45)

Selain sering berkumpul di warung kopi, perilaku lain yang mencerminkan

keadaan sosial yang terjadi di masyarakat adalah gotong royong. Perilaku seperti ini

memang sering terjadi di permukiman informal. Perilaku gotong royong yang sering

terjadi di permukiman Kampung Nelayan Belawan ialah gotong royong dalam

membangun rumah, menjalankan kegiatan tradisi dan memperbaiki jaring nelayan

(Gambar 5.6). Dalam memperbaiki jaring, terdapat empat hingga lima orang dalam

menjalankan aktivitas ini. Namun, tak jarang masyarakat yang tinggal di sekitar turut

ikut serta dalam gotong royong ini sehingga meringankan beban tugas nelayan.

Peta Kunci

Gambar 5.6 Perilaku gotong royong dalam memperbaiki jaring nelayan

Terdapat berbagai macam perilaku yang dilakukan masyarakat di Kampung

Nelayan Belawan ini. Salah satu perilaku negatif dilakukan masyarakat di

permukiman ini ialah kurangnya kesadaran untuk menjaga lingkungan dan tidak

membuang sampah sembarangan. Selain itu, perilaku yang dilakukan masyarakat

(46)

Belawan, perilaku seperti ini merupakan kebiasaan yang mereka lakukan agar dapat

menjalin komunikasi dan bersosialisasi. Dikatakan oleh Boelaars (1984) yang

menyatakan bahwa masyarakat pesisir memiliki orientasi yang kuat untuk merebut

kepemilikan satu dengan yang lainnya. Tetapi hal ini tidak terjadi di permukiman

Kampung Nelayan Belawan. Masyarakat yang tinggal di permukiman ini umumnya

memiliki perilaku suka menolong dan bergotong royong. Tidak ada terjadi keributkan

bahkan merebut kepemilikan orang lain. Permukiman Kampung Nelayan Belawan ini

sangat kental dengan perilaku kekeluargaan, sosialisasi dan gotong royong di

masyarakat.

V.2 Kajian Kehidupan Ekonomi di Permukiman Kampung Nelayan Belawan

Medan

Masyarakat yang tinggal di permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan

memiliki keberagaman dalam hal pekerjaan. Seperti yang kita tahu bahwa masyarakat

yang tinggal di kawasan pesisir umumnya bekerja sebagai nelayan. Hal ini juga

terjadi di Kampung Nelayan Belawan Medan. Nelayan merupakan salah satu profesi

utama bagi sebagian masyarakat yang tinggal di permukiman ini (41.58%). Namun,

tidak semua masyarakat yang tinggal berprofesi sebagai nelayan (Tabel 5.11).

Tabel 5.11 Masyarakat Berprofesi Sebagai Nelayan

11. Profesi masyarakat sebagai nelayan YA TIDAK Tidak tahu

(47)

Dapat dikatakan bahwa masyarakat yang tinggal di Kampung Nelayan

Belawan memilih bekerja sebagai wiraswasta seperti buruh pabrik dan juga

pedagang. Profesi buruh pabrik dipilih masyarakat karena memiliki penghasilan yang

tetap setiap bulannya (stabil). Hal inilah yang menyebabkan masyarakat sebagian

masyarakat memilih untuk bekerja sebagai buruh pabrik. Selain buruh pabrik,

terdapat pula profesi sebagai pedagang di permukiman ini. Terdapat masyarakat yang

berdagang dengan berjualan di pasar, sekolah dan juga membuka warung di dekat

rumah mereka. Profesi berdagang ini cukup banyak dipilih oleh masyarakat yang

tinggal di Kampung Nelayan Belawan dikarenakan pekerjaan ini tidak begitu keras

layaknya profesi nelayan. Profesi nelayan sendiri terbilang cukup keras karena

mereka harus berhadapan langsung dengan air laut bahkan ombak.

Dalam melaksanakan aktivitasnya, nelayan menangkap ikan tidak penah

sendiri. Biasanya nelayan akan bekerja sama dengan anak buah kapal lainnya.

Ahmed, dkk., (2015) yang menyatakan bahwa profesi nelayan sendiri terbagi menjadi

tiga kategori, yaitu nelayan professional, nelayan subsisten dan nelayan musiman.

Ketiga nelayan ini memiliki tugas masing-masing dan saling membantu saat sedang

(48)

Peta Kunci

Gambar 5.7 Profesi nelayan yang sedang memperbaiki kapal di dermaga

Teori ini menggambarkan bahwa dalam menangkap ikan, nelayan juga

membutuhkan kerjasama dan gotong royong yang sangat erat. Nelayan professional

umumnya akan menggantungkan kebutuhan perekonomiannya pada profesinya

sebagai nelayan. Profesi ini menuntut mereka untuk bekerja keras guna mendapatkan

hasil tangkapan yang maksimal. Selain itu, Setioko, dkk., (2011) menyatakan bahwa

aktivitas yang rutin dilakukan oleh nelayan adalah hal-hal yang berhubungan dengan

perikanan, memperbaiki kapal serta alat pancing dan memperbaiki mesin kapal. Teori

ini menegaskan aktivitas tersebut menuntut nelayan profesional untuk memiliki

semua keahlian yang diperlukan, seperti menangkap ikan, memperbaiki kapal baik

mesin maupun badan kapal, serta alat pancing yang digunakan (Gambar 5.7). Namun,

tidak semua tugas tersebut harus dikerjakan oleh nelayan professional. Beberapa

pekerjaan dikerjakan oleh anak buah kapal (ABK) yang memiliki keahlian tersendiri

(49)

penangkapan ikan. Nelayan musiman ini umumnya merupakan nelayan pengganti

yang datang menggantikan anak buah kapal yang tidak dapat ikut menangkap ikan.

Pada umumnya, masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir akan mengolah

hasil tangkapan mereka sendiri. Tangkapan tersebut akan diolah menjadi jenis hasil

laut yang sudah dikeringkan dan juga diasinkan seperti ikan asin. Ikan asin yang

sudah dikeringkan ini biasanya akan bertahan hingga berbulan-bulan lamanya

sebelum dikonsumsi. Hal inilah yang menyebabkan banyak masyarakat yang tinggal

di kawasan pesisir akan mengolah hasil tangkapan mereka (Tabel 5.12). Namun,

kegiatan yang menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat ini, tidak begitu

banyak dilakukan oleh penghuni Kampung Nelayan Belawan (55.44%). Minimnya

pendidikan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat menjadi salah satu kendala

yang dialami masyarakat sehingga tidak mengolah ikan di kawasan Kampung

Nelayan Belawan ini. Selain itu, kurang tersedianya lahan menjadi suatu kebutuhan

yang sangat penting bagi masyarakat baik dalam pembangunan untuk rumah maupun

lahan untuk tempat beraktivitasnya warga. Lahan sendiri merupakan sebuah area

kosong yang dialihfungsikan oleh masyarakat untuk digunakan menjadi rumah dan

juga area hijau. Di beberapa kawasan, lahan hanya dijadikan sebagai area kosong

yang dipergunakan masyarakat untuk beraktivitas. Lahan kosong inilah yang

dipergunakan beberapa masyarakat sebagai tempat untuk menjemur olahan ikan.

(50)

tetapi juga halaman kosong depan rumah bahkan jalan juga dapat dijadikan sebagai

area untuk menjemur ikan.

Tabel 5.12 Pengolahan Hasil Tangkapan

12. Hasil tangkapan yang diolah

masyarakat

YA TIDAK Tidak tahu

13.86% 55.44% 30.69%

Umumnya, proses dalam mengolah ikan dilakukan oleh kaum perempuan.

Hal ini diungkapkan oleh Matthews (2012) yang menyatakan bahwa wanita yang

sudah berumah tangga memiliki kegiatan dan juga tanggung jawab yang

dilakukannya pasca panen. Kegiatan pasca panen sendiri merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh kaum perempuan setelah para nelayan pulang dari melaut. Hasil

tangkapan yang didapat oleh nelayan biasanya akan dijual langsung ke pasar atau

diolah kembali menjadi ikan asin. Namun, kegiatan ekonomi seperti pengelolahan

ikan di permukiman ini sangat sedikit. Hal ini memiliki hubungan dengan pendidikan

dan juga keterampilan yang dimiliki oleh warganya. Minimnya keterampilan yang

dimiliki menjadi suatu kendala yang dialami oleh masyarakat. Kendala inilah yang

menjadikan warga di kawasan Kampung Nelayan Belawan sangat sedikit untuk

mengolah hasil tangkapannya, sehingga kaum perempuan memilih untuk berdagang

dan menjualnya ke pasar maupun tempat perlelangan ikan (gabion). Selain itu,

(51)

Dalam melakukan pengeringan ikan, dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam

prosesnya. Biasanya semakin lama ikan olahan dikeringkan, maka akan lama pula

proses pembusukan yang terjadi sehingga ikan menjadi awet. Selain itu, pengeringan

ikan dengan cara menjemur dibawah sinar matahari memiliki resiko tersendiri.

Misalnya adanya gangguan dari anak-anak dan juga warga yang lewat hingga

turunnya hujan yang mengakibatkan kegagalan dalam proses pengeringannya. Hal

inilah yang menyebabkan masyarakat di Kampung Nelayan Belawan tidak

melakukan proses pengelolahan ikan.

Selain mengolah ikan dan juga sebagai nelayan, profesi masyarakat yang ada

di permukiman ini adalah sebagai wiraswasta. Pada umumnya, profesi wiraswasta di

permukiman ini ialah dengan berjualan atau berdagang (Tabel 5.13). Profesi ini

mencakup pekerjaan seperti ibu rumah tangga dan juga berdagang. Banyak cara

masyarakat dalam berdagang, seperti dengan berjualan di pasar, sekolah maupun

membuka warung (54.45%). Pada umumnya, masyarakat yang tinggal di kawasan ini

memilih berdagang dengan cara membuka warung. Pedagang yang berjualan dengan

membuka warung, umumnya menjual kebutuhan pangan masyarakat. Misalnya

dengan menjual beras, minyak, gula dan lain sebagainya. Tidak hanya kebutuhan

pokok, penjual juga menjual aneka jajanan yang diperuntukan bagi anak-anak yang

(52)

Tabel 5.13 Masyarakat Yang Memiliki Warung

13. Masyarakat yang memiliki warung YA TIDAK Tidak tahu

54.45% 42.57% 2.97%

Seperti halnya pesta dan tradisi yang memerlukan lokasi untuk mengadakan

acara tersebut, perletakan warung juga membutuhkan tempat untuk berdirinya

warung (Tabel 5.14). Berbagai macam lokasi seperti teras rumah, pasar, lapangan dan

juga tepian jalan menjadi salah satu pilihan lokasi yang dijadikan masyarakat dalam

penentuannya. Salah satu lokasi yang paling banyak digunakan masyarakat dalam

menentukan letak warung ialah teras rumah (35.64%). Lokasi ini dianggap

menguntungkan bagi penjual. Umumnya, teras rumah merupakan area depan rumah

yang berbentuk lahan kosong dengan berbagai fungsi penggunaannya. Misalnya

digunakan sebagai area untuk memarkirkan kendaraan pribadi, juga area yang

dipergunakan sebagai taman pribadi hingga area untuk berkumpul dengan keluarga

maupun tetangga saat pagi dan sore hari. Selain itu, teras rumah merupakan area

depan rumah yang dimiliki secara pribadi oleh pemilik rumah.

Tabel 5.14 Lokasi Perletakan Warung

14. Letak warung yang dipilih oleh masyarakat Persentase

Gambar

Gambar 3.1 Metoda Analisa Kehidupan Sosial Masyarakat
Gambar 3.2  Metoda Analisa Kehidupan Ekonomi Masyarakat
Gambar 3.3  Metoda Analisa Penggunaan Tanah
Gambar 3.4 Metode Analisa Dampak Sosial-Ekonomi Dalam Penyebaran Penggunaan Tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

[2] Maulizar, Dedi, 2011, Tunneling IPv4 dan IPv6, internet,..

Perhitungan waktu dapat dihitung dengan menggunakan jarak tempuh yang terbesar dari perhitungan rute yang terpilih diatas yaitu dengan metode Clarke & wright Saving pada

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan, data dan pengujian hipotesis, maka penulis berkesimpulan bahwa, model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share

 Dari segi kestabilan serta daya tahan, protokol yang paling bagus adalah IPv6, karena walau. dilewati oleh banyak data, namun tidak

Dengan demikian, angket untuk aspek respons dengan konten nilai- nilai afektif tersebut dapat diasumsikan bahwa siswa sangat merespons positif terhadap pembelajaran

Proses stability test IPv4-IPv6 Proses penyalinan membutuhkan waktu 48,01 detik, sehingga menghasilkan rata-rata 9,04 mbps transfer data.. o

Permasalahan yang akan diteliti adalah, pertama, bagaimana implementasi dari kebijakan ruang udara terbuka (open sky policy) dalam rangka liberalisasi perdagangan jasa

The Toba Batak Village : Local Ethnic and national loyalities in village of Indonesia (Yale