• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Antropometri Menggunakan Indeks Sefalik Pada Etnik Melayu Dan India Mahasiswa Malaysia FKG USU TA 2010-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Antropometri Menggunakan Indeks Sefalik Pada Etnik Melayu Dan India Mahasiswa Malaysia FKG USU TA 2010-2012"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ANTROPOMETRI MENGGUNAKAN INDEKS

SEFALIK PADA ETNIK MELAYU DAN INDIA

MAHASISWA MALAYSIA FKG USU

TA 2010-2012

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

JIHAN BINTI JOHARI NIM: 090600146

Pembimbing : Yendriwati, drg., M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Biologi Oral

Tahun 2014

Jihan Binti Johari

Studi Antropometri Menggunakan Indeks Sefalik Pada Etnik Melayu Dan India

Mahasiswa Malaysia FKG USU TA 2010-2012

Xii + 50 halaman

Ras merupakan konsep penting untuk mempelajari variasi manusia karena

manusia berbeda satu dengan yang lainnya. Salah satu karakter fisik dari suatu ras

adalah bentuk kepala. Masyarakat Malaysia merupakan masyarakat multietnik,

dimana 3 etnik terbesar adalah Melayu, Cina dan India. Penentuan ras dari setiap

etnik dalam suatu populasi penting dalam bidang forensik dan antropologi

terutamanya dalam proses identifikasi dan dapat ditentukan melalui antropometri

manusia. Antropometri adalah pengukuran pada manusia dan sefalometri adalah

salah satu antropometri kepala. Sefalometri digunakan untuk menentukan bentuk

kepala melalui perhitungan indeks sefalik.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan indeks sefalik antara etnik

Melayu dan India dan antara laki-laki dan perempuan pada kedua etnik. Sampel yang

digunakan adalah 72 mahasiswa Malaysia FKG USU etnik Melayu dan India TA

2010-2012. Indeks sefalik didapatkan dengan membagikan (dalam persen) lebar

(3)

antara titik eurion kiri dan kanan kepala, panjang kepala didapatkan dengan

mengukur jarak atara titik glabella ke opisthocranion. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakankaliper lengkung.

Hasil menunjukkan rata-rata indeks sefalik etnik Melayu (85,44), lebih besar dari

etnik India (81,64) dan dari uji t-test menunjukkanterdapat perbedaan yang signifikan

antara keduannya. Rata-rata indeks sefalik etnik Melayu pada perempuan (85,57),

lebih besar dari laki-laki (84,77) dan dari uji t-test menunjukkan tidak ada perbedaan

perbedaan yang signifikan antara keduanya. Rata-rata indeks sefalik etnik India pada

perempuan (81,70) lebih besar dari laki-laki (80,30) dan dari uji t-test menunjukkan

tidak ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Kesimpulannya, terdapat

perbedaan rata-rata indeks sefalik yang signifikan antara etnik Melayu dan India.

Sebaliknya, tidak ada perbedaan rata-rata indeks sefalik yang signifikan antara

laki-laki dan perempuan baik pada etnik Melayu maupun India.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Januari 2014

Pembimbing: Tanda Tangan

1. Yendriwati, drg., M.Kes NIP. 19630613 199003 2 002

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 17 Januari 2014

TIM PENGUJI

KETUA :Yendriwati, drg., M.Kes

ANGGOTA :1. Lisna Unita R, drg., M.Kes

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang atas kasih dan karunia-Nya, akhirnya penulis skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di Medan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, saran, bantuan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Drg. Rehulina Ginting, Msi selaku ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Drg. Yendriwati, M Kes., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh tim penguji skripsi, Drg. Lisna Unita, Drg. Minasari, yang telah

menyediakan waktu dan memberikan masukan kepada penulis.

5. Seluruh staf pengajar terutama staf dan pegawai di Departemen Biologi Oral FKG USU, Drg. Yumi, Drg. Lisna Unita, Drg. Minasari, Dr. Ameta dan Ibu Ngaisah atas bantuan dan masukan yang diberikan kepada penulis.

6. Teman-teman, abang/kakak, dan adik-adik FKG USU yang telah meluangkan waktu untuk menjadi subjek penelitian.

(7)

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang teristimewa kepada ayahanda Johari Mohamad dan ibunda Halizah Atan atas segala kasih sayang, doa, dan dukungan serta bantuan baik berupa moril maupun materi yang tidak terbalas oleh penulis sampai kapanpun dan kepada saudara-saudara penulis Jafni, Jaida dan Jazly yang selalu memberikan saran-saran dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan masyarakat.

Medan, Januari 2014 Penulis,

(Jihan binti Johari)

(8)

DAFTAR ISI

(9)

2.4 Latar belakang masyarakat Malaysia ... 18

2.5 Landasan Teori ... 20

2.6 Kerangka Konsep ... 21

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 22

4.2 Perbandingan nilai rata-rata lebar kepala, panjang kepala, Indeks Sefalik etnik Melayu dan India 31 4.3 Perbandingan nilai rata-rata lebar kepala, panjang kepala, indeks sefalik dan bentuk kepala antara laki-laki dan perempuan etnik Melayu dan India 33 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Perbandingan rata-rata lebar kepala, panjang kepala, indeks sefalik antara etnik Melayu dan India 39 5.2 Perbandingan nilai rata-rata lebar kepala, panjang kepala, indeks

sefalik dan bentuk kepala antara laki-laki dan perempuan etnik

(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 47 6.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Klasifikasi Lebar Kepala Menurut Lebzelter/ Saller ... 9

2 Klasifikasi Panjang Kepala Menurut Lebzelter/ Saller... 10

3 Indeks Kranial Dan Klasifikasi Ras ... 12

4 Klasifikasi Indeks Sefalik Menurut William et.al., 1995 dan

Klasifikasi Ras ... 13

5 Rata-Rata Indeks Sefalik Dari Beberapa Populasi ... 14

6 Klasifikasi Indeks Sefalik, Bentuk Kepala Menurut William Et Al.,

1995 dan Klasifikasi Ras ... 28

7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan

Etnik dan Jenis Kelamin ... 30

8 Perbandingan Nilai Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala, Indeks

Sefalik Etnik Melayu dan India ... 31

9 Distribusi Frekuensi Bentuk Kepala Etnik Melayu dan India ... 32

10 Perbandingan Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala dan Indeks

Sefalik Antara Laki-Laki dan Perempuan Etnik Melayu ... 33

11 Distribusi Frekuensi Bentuk Kepala Bagi Laki-Laki dan Perempuan

Etnik Melayu ... 35

12 Perbandingan Nilai Rata-Rata Lebar Kepala, Panjang Kepala Dan

Indeks Sefalik Antara Laki-laki dan Perempuan Etnik India ... 36

13 Distribusi Frekuensi Bentuk Kepala Bagi Laki-Laki dan Perempuan

(12)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1 Persentase pertumbuhan tulang kranium dan kartilago ... 6

2 Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin 30 3 Perbandingan Nilai Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala, Indeks

Sefalik Etnik Melayu dan India ... 31

4 Distribusi Frekuensi Bentuk Kepala Etnik Melayu dan India ... 32

5 Perbandingan Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala dan Indeks

Sefalik Antara Laki-Laki dan Perempuan Etnik Melayu ... 34

6 Distribusi Frekuensi Bentuk Kepala Bagi Laki-Laki dan Perempuan

Etnik Melayu ... 35

7 Perbandingan Nilai Rata-Rata Lebar Kepala, Panjang Kepala dan

Indeks Sefalik Antara Laki-laki dan Perempuan Etnik India ... 36

8 Distribusi Frekuensi Bentuk Kepala Bagi Laki-laki dan Perempuan

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Pandangan frontal dari tengkorak. (A)Tengkorak bayi, (B)Tengkorak

anak-anak, (C)Tengkorak dewasa ... 6

2 (A) Lebar kepala, (B) Panjang kepala ... 10

3 (A)Titik Glabella, (B) Titik Euryon, (C) Titik Opisthocranion ... 11

4 Variasi bentuk kranial dari ras berbeda (A)Brakhikranial, (B)Mesokranial, (C)Dolikokranial ... 12

5 Ras Kaukasoid ... 16

6 Ras Mongoloid ... 17

7 Ras Negroid ... 18

8 A. Kaliper Lengkung, B. Penggaris besi, C. Kalkulator ... 26

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Skema Alur Pikir

2 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

3 Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

4 Kuesioner

5 Surat Persetujuan Komiti Etik

(15)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Biologi Oral

Tahun 2014

Jihan Binti Johari

Studi Antropometri Menggunakan Indeks Sefalik Pada Etnik Melayu Dan India

Mahasiswa Malaysia FKG USU TA 2010-2012

Xii + 50 halaman

Ras merupakan konsep penting untuk mempelajari variasi manusia karena

manusia berbeda satu dengan yang lainnya. Salah satu karakter fisik dari suatu ras

adalah bentuk kepala. Masyarakat Malaysia merupakan masyarakat multietnik,

dimana 3 etnik terbesar adalah Melayu, Cina dan India. Penentuan ras dari setiap

etnik dalam suatu populasi penting dalam bidang forensik dan antropologi

terutamanya dalam proses identifikasi dan dapat ditentukan melalui antropometri

manusia. Antropometri adalah pengukuran pada manusia dan sefalometri adalah

salah satu antropometri kepala. Sefalometri digunakan untuk menentukan bentuk

kepala melalui perhitungan indeks sefalik.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan indeks sefalik antara etnik

Melayu dan India dan antara laki-laki dan perempuan pada kedua etnik. Sampel yang

digunakan adalah 72 mahasiswa Malaysia FKG USU etnik Melayu dan India TA

2010-2012. Indeks sefalik didapatkan dengan membagikan (dalam persen) lebar

(16)

antara titik eurion kiri dan kanan kepala, panjang kepala didapatkan dengan

mengukur jarak atara titik glabella ke opisthocranion. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakankaliper lengkung.

Hasil menunjukkan rata-rata indeks sefalik etnik Melayu (85,44), lebih besar dari

etnik India (81,64) dan dari uji t-test menunjukkanterdapat perbedaan yang signifikan

antara keduannya. Rata-rata indeks sefalik etnik Melayu pada perempuan (85,57),

lebih besar dari laki-laki (84,77) dan dari uji t-test menunjukkan tidak ada perbedaan

perbedaan yang signifikan antara keduanya. Rata-rata indeks sefalik etnik India pada

perempuan (81,70) lebih besar dari laki-laki (80,30) dan dari uji t-test menunjukkan

tidak ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Kesimpulannya, terdapat

perbedaan rata-rata indeks sefalik yang signifikan antara etnik Melayu dan India.

Sebaliknya, tidak ada perbedaan rata-rata indeks sefalik yang signifikan antara

laki-laki dan perempuan baik pada etnik Melayu maupun India.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ras merupakan konsep penting untuk mempelajari variasi manusia karena manusia berbeda satu dengan yang lainnya. 1 Ras adalah segolongan manusia yang mempunyai persamaan sifat-sifat lahiriah tertentu yang dapat dilanjutkan pada keturunannya. Menurut Haldene, ras adalah sekelompok manusia yang memiliki kesatuan karakter fisik dan asal geografis dalam area tertentu.2 Populasi di seluruh dunia terbagi atas tiga ras utama yaitu Kaukasoid, Mongoloid dan Negroid.3,4 Antara persamaan yang boleh dilihat dari karakter fisik suatu ras adalah bentuk kepala.5 Frederich Barth (1988) menyatakan istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya.6 Masyarakat Malaysia merupakan masyarakat multietnik. Diantaranya 3 etnik terbesar di Malaysia adalah etnik Melayu (50,4%), etnik Cina (23,7%) dan etnik India (7,1%%). Jumlah penduduk negara ini melebihi 27 juta jiwa.7 Etnik Melayu dan Cina termasuk dalam kelompok ras Mongoloid sedangkan etnik India termasuk dalam kelompok ras Kaukasoid.8 Kelompok dari etnik yang berbeda cenderung memiliki ukuran bentuk tengkorak dan rahang berbeda walaupun ukuran tersebut sering kali dipengaruhi variasi individual.9

(18)

mengidentifikasi ras dari penentuan bentuk kepala melalui perhitungan indeks sefalik.10

Indeks sefalik diperkenalkan oleh Anders Retzius, seorang ahli anatomi Swedia dengan tujuan untuk mengklasifikasi populasi.14 Indeks sefalik adalah perbandingan dalam persen antara lebar maksimum dengan panjang maksimum kepala.10,11,13-15 Pola pertumbuhan kepala sangat bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin dan rata-rata berhenti pada usia maturitas yaitu antara 18-20 tahun.16 Bentuk kepala sangat dipengaruhi oleh faktor genetik di samping faktor-faktor yang lain yaitu lingkungan, nutrisi, derajat aktivitas fisik serta kesehatan dan penyakit.Selain dapat menentukan ras, etnik atau bangsa, perhitungan indeks sefalik juga dapat menunjukan jenis kelamin dari korban pada kasus-kasus dimana hanya ditemukan tengkorak atau kepala saja untuk diidentifikasi.13

Penentuan ras melalui bentuk kepala juga digunakan dalam proses identifikasi. Identifikasi diperlukan untuk kejelasan identitas seseorang.10,15 Selain identifikasi pada orang mati atau jenazah, identifikasi diperlukan juga pada orang hidup yang berusaha merubah identitas aslinya atau ketidaktahuan akan identitasnya.11 Proses identifikasi manusia dimulai dengan identifikasi ras, mengidentifikasi jenis kelamin dan identifikasi umur.4

Dari perhitungan indeks sefalik, dapat ditentukan bentuk kepala seseorang. Bentuk kepala yang akan didapatkan dari perhitungan indeks sefalik adalah dolikosefalik atau lonjong (di bawah 74,9), mesosefalik atau sedang (75-79,9) dan brakhisefalik atau bulat (80-84,9) dan hiperbrakhisefalik (di atas 85).10,11,13,15 Rata-rata ras Kaukasoid mempunyai bentuk kepala mesosefalik, ras Negroid mempunyai bentuk kepala dolikosefalik, dan ras Mongoloid mempunyai bentuk kepala brakhisefalik.3,4,13

(19)

perbandingan indek sefalik berdasarkan suku dan jenis kelamin mempunyai perbandingan bermakna dimana suku Aceh (82,55), Batak Toba (82,67), Karo (82,66), Jawa (84,48), Mandailing (81,8), Melayu (83,41), Minang (81,48), dan Nias (86,28) dan berdasarkan jenis kelamin 82,84.17

Rahmawati dkk.(2003) melakukan studi perbandingan antara suku Jawa di

Yokyakarta dan suku Naulu di Pulau Seram, Maluku Tengah mempuyai bentuk kepala mesosefalik, bentuk muka sempit (leptoprosop) dan menunujukan rata-rata

indeks sefalik suku Jawa adalah 80,88 dan suku Naulu 78,2.15

Bertitik tolak dari uraian di atas dan mengingat bahwa masih seedikit dilakukan penelitian tentang pengukuran antropometri dengan menggunakan indeks sefalik terhadap 2 etnik di Malaysia yaitu etnik Melayu dan India pada populasi Malaysia di Medan, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa Malaysia tahun ajaran 2010/2011, 2011/2012 dan 2012/2013 yaitu sebanyak 72 orang.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah :

1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik mahasiswa Malaysia FKG USU antara etnik Melayu dan India.

2. Berapakah distribusi persentase bentuk kepala mahasiswa Malaysia FKG USU pada etnik Melayu dan India.

3. Apakah terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik mahasiswa Malaysia FKG USU antara laki-laki dan perempuan pada etnik Melayu dan India.

4. Berapakah distribusi persentase bentuk kepala mahasiswa Malaysia FKG USU pada laki-laki dan perempuan etnik Melayu dan India

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:

(20)

2. Untuk mengetahui distribusi persentase bentuk kepala mahasiswa Malaysia FKG USU antara etnik Melayu dan India.

3. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata indeks sefalik pada mahasiswa Malaysia FKG USU antara laki-laki dan perempuan pada etnik Melayu dan India.

4. Untuk mengetahui distribusi persentase bentuk kepala mahasiswa Malaysia FKG USU pada laki-laki dan perempuan etnik Melayu dan India

1.4 Hipotesa Penelitian

1. Terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik mahasiswa Malaysia FKG USU antara etnik Melayu dan India.

2. Terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik mahasiswa Malaysia FKG USU antara laki-laki dan perempuan etnik Melayu dan India.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Manfaat teoritis

1. Hasil yang diperoleh dapat memberi informasi tentang rata-rata indeks sefalik masyarakat Malaysia yang beretnik Melayu dan India baik yang laki-laki maupun perempuan.

2. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu dasar kedokteran gigi yang didapat selama proses pembelajaran.

b. Manfaat Praktis

1. Pihak penyidik, membantu tenaga kesehatan di bidang Kedokteran Forensik, dalam proses identifikasi suatu korban.

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1Pertumbuhan Kepala

Pertumbuhan kepala sangat kompleks. Sebelum bayi dilahirkan, pusat-pusat pertumbuhan di kepala sudah bekerja aktif. Sewaktu lahir, kepala membentuk sekitar seperempat dari tinggi total tubuh. Pada orang dewasa, kepala membentuk seperdelapan dari tinggi total tubuh. Oleh karena itu, antara lahir sampai maturitas, tubuh tentunya bertumbuh lebih pesat, baik pada proporsi maupun ukuran dibandingkan kepala. Pada kebanyakan individu, kecepatan umum dari pertumbuhan tubuh mengikuti suatu pola, walaupun ada variasi pada saat tahapan pola yang berbeda. Pada bayi, pertumbuhan kepala berlangsung dengan kecepatan yang relatif tinggi, melambat secara progresif selama masa kanak-kanak dan mencapai kecepatan minimal pada periode pubertas sampai ke maturitas. Usia tahap-tahap pertumbuhan ini terjadi dan berakhir adalah bervariasi antara individu dan antara jenis kelamin.9 Rata-rata pertumbuhan kepala berhenti pada usia 18-20 tahun.16

(22)

Gambar 1. Pandangan frontal dari tengkorak. (A) Tengkorak bayi, (B) Tengkorak anak-anak, (C) Tengkorak dewasa18

2.1.1 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kepala

Pertumbuhan kepala sangat dipengaruhi oleh faktor genetik di samping faktor-faktor yang lain yaitu lingkungan, nutrisi, derajat aktivitas fisik serta kesehatan dan penyakit.11 Penelitian terbaru menyatakan bahwa keragaman dalam morfologi kraniofasial dihasilkan oleh interaksi yang kompleks dari variabel lingkungan yang termasuk di dalamnya, yaitu;19

1. Fungsi otot. Menurut Moss, kepala adalah struktur yang didesain untuk membawa fungsi, integrasi neural, respirasi, pencernaan, pendengaran, penglihatan, dan bicara. Setiap fungsi ini dilakukan oleh jaringan tertentu di kepala. Pertumbuhan komponen tulang sekunder terjadi sebagai respons terhadap pengaruh jaringan lunak yang berdekatan. Peningkatan sistem otot juga berpengaruh dalam pembentukan morfologi kraniofasial. Contohnya, hipermasticatory (peningkatan pengunyahan)

menyebabkan peninggian atap kranium.19

(23)

3. Faktor hormon pada sistem endokrin. Hormon memiliki peran utama dalam mengatur pertumbuhan semua jaringan. Hormon yang mempengaruhi perkembangan kraniofasial termasuk hormon parathyroid, hormon thyroid, dan androgen.19

4. Faktor lingkungan. Ada beberapa hal yang menyebabkan tulang kepala sangat bervariasi, di mana variasi tersebut diturunkan, termasuk hubungannya dengan jenis kelamin dan ras. Meskipun masih kontroversi, beberapa gambaran tulang kepala misal indeks kranial yang umumnya diturunkan, tetapi pada beberapa keadaan menampakkan perubahan dengan modifikasi oleh karena pengaruh lingkungan.20

Nutrisi atau diet juga mempengaruhi variasi bentuk kepala. Peralihan dari bentuk dolikosefalik pada populasi pemburu di zaman pre-neolitik kepada bentuk brakhisefalik disebabkan oleh pola makan tinggi karbohidrat yang lebih lunak.19 Temperatur dan ketinggian juga mempengaruhi bentuk kepala. Penelitian menunjukkan populasi manusia di daerah iklim dingin ekstrim mempunyai kepala yang lebih brakhisefalik daripada populasi manusia di daerah panas.19,20

2.2 Antropometri

Pada abad ke 19, studi tentang variasi dikembangkan dari rata-rata pengukuran antropometri. Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti man

(orang) dan metron yang berarti ukur. Antropometri adalah studi tentang pengukuran

individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia. Antropometri berkembang sebagai ilmu yang mempelajari klasifikasi dan identifikasi perbedaan ras dan jenis kelamin.10

Johan Sigismund Elsholtz (tahun 1654) (cit.Netty, 2011) seorang ahli anatomi

berkebangsaan Jerman adalah orang pertama yang menggunakan istilah antropometri dalam pengertian sesungguhnya. Ia menciptakan alat ukur yang dinamakan

anthropometron yang merupakan cikal bakal alat ukur yang dikenal sebagai

(24)

Menurut Artaria MD dan Gilnka J, (cit.Netty, 2011) antropometri meliputi

penggunaan secara teliti dari titik-titik pada tubuh untuk pengukuran, posisi spesifik dari subjek yang ingin diukur dan penggunaan alat yang benar. Pengukuran yang dapat dilakukan pada manusia secara umum meliputi pengukuran massa, panjang, tinggi, lebar, dalam, circumference (lingkaran), curvatur (busur), pengukuran jaringan

lunak (lipatan kulit). Pada intinya pengukuran dapat dilakukan pada tubuh secara keseluruhan (stature) maupun membagi tubuh dalam bagian yang spesifik seperti

panjang tungkai.17 Menurut Artaria dan Gilnka, (cit. Reinhard JD, 2009) penelitian di

bidang antropometri mulai berkembang dari perhitungan sederhana menjadi lebih rumit, yaitu dengan menghitung indeks. Indeks adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk mendeskripsikan bentuk melalui keterkaitan antar titik pengukuran. Perhitungan indeks, titik pengukuran dan cara pengukuran berkembang pesat yang berdampak pada banyaknya variasi cara klasifikasi.21

Antropometri kepala terdiri atas sefalometri dan kraniometri. Sefalometri adalah studi tentang morfologi kepala dan pengukuran pada kepala manusia yang masih hidup atau kepala korban yang masih mempunyai jaringan lunak.Pengukuran kepala dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu untuk mengetahui ukuran seperti panjang lingkaran kepala, lebar kepala, panjang kepala, jarak dari kedua mata, dimensi hidung, bibir, telinga dan sebagainya untuk perbandingan populasi.13 Perbandingan lebar dan panjang maksimum kepala dinamakan indeks sefalik.10,11,13-15 Sedangkan kraniometri merupakan pengukuran pada tulang kranium.13,20 Perbandingan lebar dan panjang maksimum pada tulang kranium dinamakan indeks kranial.13 Kedua indeks ini digunakan dalam penentuan bentuk dari sebuah kepala.20

2.2.1 Indeks Sefalik

(25)

Indeks sefalik adalah perbandingan antara lebar maksimum kepala dengan panjang maksimum kepala (dalam persen). Melalui indeks sefalik, kita dapat mengetahui identitas korban tentang ras, etnis dan jenis kelaminnya. Formula indeks sefalik adalah :10,11,13-15

Indeks sefalik = Lebar kepala × 100 Panjang kepala A. Lebar Kepala

Lebar kepala maksimum diukur jarak antara kedua euryon (eu-eu) kanan dan

kiri. Euryon adalah titik paling lateral dari tulang parietal.12

Tabel 1. Klasifikasi Lebar Kepala menurut Lebzelter/ Saller 12

Klasifikasi lebar kepala Laki- laki (mm) Perempuan (mm)

Sangat sempit ≤139 ≤134

Sempit 140 – 147 135 – 141

Sedang 148 – 155 142 – 149

Lebar 156 – 165 150 – 157

Sangat lebar ≥166 ≥158

B. Panjang kepala

Panjang kepala maksimum, yaitu jarak lurus antara titik glabella (g) hingga ke

opisthocranion/ titik oksipital (op).12

- Glabella (g) adalah titik paling depan pada tulang dahi, terletak antara

tonjolan supraorbital pada bidang median-sagital. Pada wajah glabella terletak

diantara kedua alis.12

- Opisthocranion (op) adalah titik paling posterior dan paling menonjol pada

(26)

Tabel 2. Klasifikasi Panjang Kepala menurut Lebzelter/Saller12

Klasifikasi panjang kepala Laki- laki (mm) Perempuan (mm)

Sangat sempit ≤169 ≤161

Sempit 170 – 177 162 – 169

Sedang 178 – 185 170 – 176

Lebar 186 – 193 177 – 184

Sangat lebar ≥194 ≥185

Gambar 2. (A) Lebar kepala, (B) Panjang kepala 22

2.2.2 Indeks Kranial

(27)

Besarnya indeks kranial dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:20 Indeks kranial = Lebar maksimum kranium (eu-eu) × 100

Panjang maksimum kranium (g-op)

Euryon (eu) adalah titik paling distal pada sisi neurocranium, pada tulang

parietal untuk menentukan lebar maksimal tengkorak.22

Glabella (g) adalah titik paling depan pada tulang dahi pada tengkorak.22 − Opisthocranion (op) titik paling jauh dari glabella pada tulang oksipital.22

Untuk mendapatkan indeks sefalik dari indeks kranial, kedua lebar maksimum kranium dan panjang maksimum kranium ditambah 8mm.20

Gambar 3. (A)Titik Glabella, (B) Titik Euryon, (C) Titik Opisthocranion22

Pada prinsipnya berdasarkan ukuran kranium digolongkan menjadi kepala panjang (dolikokranial), kepala bundar (brakhikranial) dan intermediate

(28)

Tabel 3. Indeks Kranial dan Klasifikasi Ras3,4

Bentuk kranium Indeks kranial Ras

Ultradolikokranial ≤65

Negroid Hiperdolikokranial 65 – 69,9

Dolikokranial 70,0 – 74,9

Mesokranial 75,0 – 79,9 Kaukasoid

Brakhikranial 80,0 – 84,9

Mongoloid Hiperbrakhikranial 85 – 89,9

Ultrabrakhikranial ≥90

Gambar 4. Variasi bentuk kranial dari ras berbeda (A)Brakhikranial, (B)Mesokranial, (C)Dolikokranial19

2.2.4 Variasi Bentuk kepala

(29)

Tabel 4. Klasifikasi Indeks Sefalik menurut William et.al., 199510,13 dan Klasifikasi

Ras 3,15

A. Dolikosefalik

Bentuk kepala ini menggambarkan individu dengan nilai indeks sefalik <74,9 dan tipe wajah leptroprosopik. Dengan ciri-ciri memiliki kepala lebar dan sempit, profil wajah panjang dan sempit, protrusif, bentuk dan sudut bidang mandibula yang sempit, bentuk muka seperti segitiga (tapered), diafragma hidung yang sempit, tulang pipi kurang menonjol, rongga orbita berbentuk rektangular dan aperture nasal yang lebar. Bentuk kepala yang sempit dan panjang juga akan menghasilkan lengkung maksila dan palatum yang sempit dan dalam.Kebanyakan bentuk kepala ini dimiliki oleh ras Negroid.2,3

B. Mesosefalik

Bentuk kepala dengan nilai indeks sefalik 75-79,9. Bentuk kepala ini memiliki karakteristik fisik kepala lonjong dan bentuk muka terlihat oval dengan zigomatik yang sedikit mengecil, profil wajah ortognasi. Bentuk kepala seperti ini kebanyakan dimiliki oleh orang Kaukasoid.2,3

C. Brakhisefalik

Brakhisefalik mengacu pada individu dengan bentuk kepala yang lebar dan persegi, dengan nilai indeks sefalik yang lebih besar dari rata-rata yaitu 80-84.9. Bentuk kepala ini cenderung dimiliki oleh ras Mongoloid dengan ciri-ciri aperture

(30)

Di Eropa rata-rata nilai indeks sefalik antara 75 dan 80 ditemukan di sebagian lnggris, Skandinavia dan beberapa daerah di zona Mediterania. Eropa Barat dan Tengah rata-rata biasanya di atas 80 dan 85, sedangkan sebagian besar di Afrika di bawah 75 kecuali di Afrika Utara mempunyai rata-rata indeks sefalik 80 atau lebih. Rata-rata indeks sefalik 80 juga ditemukan di beberapa negara seperti Cina, Jepang, dan Indonesia.15

Tabel 5. Rata-rata indeks sefalik dari beberapa populasi 5

Populasi Rata-rata Indeks sefalik Bentuk kepala

Native Australian 74 Dolikosefalik

Jat 74 Dolikosefalik

African 76 Mesosefalik

Bhutanese 77 Mesosefalik

Ainu 77 Mesosefalik

Melanesian 77 Mesosefalik

Arab 77 Mesosefalik

Native Taiwanese 79 Mesosefalik

Chinese 80 Brakhisefalik

Native U.S. American 80 Brakhisefalik

Median 81 Brakhisefalik

Japanese 81 Brakhisefalik

Polynesian 81 Brakhisefalik

Inuit 82 Brakhisefalik

Native S. American 82 Brakhisefalik

Northern Russian 83 Brakhisefalik

European 83 Brakhisefalik

Native Mexican 84 Brakhisefalik

Mongolian 85 Hiperbrakhisefalik

Korean 85 Hiperbrakhisefalik

Afghan 86 Hiperbrakhisefalik

(31)

2.3 Identifikasi

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang.4,14 Proses identifikasi manusia di mulai dengan identifikasi ras, jenis kelamin dan umur.4,6

Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Peran ilmu kedokteran forensik, (cit.Netty, 2011), dalam identifikasi

terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka.17 Salah satu dasar dari sebuah pengetahuan identifikasi adalah pengetahuan tentang antropometri.4,14

Pada proses identifikasi, mengetahui ras, suku bangsa, dan jenis kelamin korban merupakan hal yang penting. Dalam kasus seperti hanya ditemukan beberapa bagian badan saja untuk diidentifikasi, mengetahui ras, suku bangsa, etnis dan jenis kelamin dapat diketahui salah satunya melalui pengukuran antropometri dengan menggunakan perhitungan indeks sefalik.10

2.3.1 Identifikasi Ras

(32)

Populasi di seluruh dunia terbagi atas 3 ras utama yaitu Kaukasoid, Mongoloid, Negroid.2,3,11

A. Ras Kaukasoid

Ras ini tersebar luas di dunia meliputi Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan, dan India. Ras Kaukasoid terdiri dari lima subras, yaitu Nordic, Alpin, Baltic, Mediteran, dan India.2 Ras Kaukasoid memiliki ciri-ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus.3 Menurut beberapa pakar, orang Ethopia dan Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid berdasarkan bentuk kepala meski mereka berambut kerinting dan berkulit hitam mirip ras Negroid. Kaukasoid mempunyai bentuk kepala mesosefalik dengan

indeks sefalik antara 75-79,9

.

3,4,15

Gambar 5. Ras Kaukasoid 23

B. Ras Mongoloid

(33)

Melayu (terdiri atas orang-orang Malaysia, Indonesia, dan Filipina).2 Mongoloid Indian terdiri atas orang-orang Indian di Amerika. Ras Mongoloid memiliki ciri-ciri kulit warna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, dahi membulat, muka lebar dan datar dan mata sipit (terutama Asia Mongoloid).3 Ras Mongoloid mempunyai bentuk kepala brakhisefalik dengan indeks sefalik >80.3,4,15

Penelitian menunjukkan laki-laki dan perempuan pada masing-masing ras menunjukkan bentuk kepala yang sama tetapi lebar kepala, panjang kepala, dan rata- rata indeks sefalik bagi setiap ras pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.17

Gambar 6. Ras Mongoloid 25

C. Ras Negroid

(34)

Gambar 7. Ras Negroid 24

2.4 Latar belakang masyarakat Malaysia

Dalam ensiklopedia Indonesia disebutkan istilah etnik berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.

(35)

etnik dan merupakan penduduk pribumi atau penduduk asal yang tinggal di Semenanjung Malaysia, Sabah dan Sarawak.26 Masyarakat Malaysia di Semenanjung Malaysia terdiri atas tiga etnik terbesar yaitu Melayu dan India. Etnik Melayu dan Cina termasuk dalam kelompok ras Mongoloid sedangkan etnik India termasuk dalam kelompok ras Kaukasoid.8

Masyarakat Malaysia pada asalnya terbagi kepada dua fase yaitu prasejarah dan modern. Terdapat dua model yang berguna dari fase prasejarah untuk menggambarkan populasi yang bermigrasi dan populasi origin. Jacob (1997) memperkenalkan dual layer model dimana model pertama menyatakan perpindahan dan masuknya orang-orang Mongoloid ke Tanah Besar Asia Tenggara melalui China Selatan sewaktu periode Neolitik telah menyebabkan pencampuran genetik baru terhadap penduduk asal yang pada mulanya memiliki profil seperti orang Australomelanesoid. Model kedua menyatakan bahwa penduduk Asia Tenggara modern berasal dari orang-orang terdahulu yang tinggal di Sundaland yang mengalami perubahan evolusi lokal tanpa percampuran genetik. Menurut Zainuddin (2003) sejarah modern populasi Malaysia termasuklah migrasi orang-orang Cina dari Cina Selatan dan orang-orang India dari India Selatan ke Malaysia sewaktu abad ke-19. Migrasi etnik Cina dan India ini membawa kepada masyarakat modern Malaysia pada masa sekarang.27

(36)

Landasan Teori

Antropometri kepala

Indeks Sefalik

Pertumbuhan Kepala

Sefalometri Kraniometri

Indeks Kranial

• Fungsi otot

• Genetik

• Faktor hormon

• Nutrisi

• Temperatur dan Ketinggian

Brakhisefalik (80-84,9) Hiperbrakhisefalik (>85) Mesosefalik

(75-79,9) Dolikosefalik

(<74,9)

Mongoloid Negroid Kaukasoid

(37)

2.6 Kerangka Konsep

Populasi Mahasiswa Malaysia

FKG USU TA 2010-2012

Etnik:

1. Melayu 2. India

Jenis Kelamin: 1. Laki-laki

2. Perempuan

Indeks sefalik Antropometri kepala

Brakhisefalik

(80-84,9) Mesosefalik

(75-79,9) Dolikosefalik

(<74,9)

Hiperbrakhisefalik

(38)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional

dengan melakukan pengukuran pada kepala untuk menentukan indeks sefalik pada 72 mahasiswa Malaysia FKG USU TA 2010-2012 laki-laki dan perempuan etnik Melayu dan India.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi USU.

3.2.2Waktu Penelitian

Waktu penelitian untuk melakukan pengukuran kepala dan penentuan indeks sefalik dilakukan dalam jangka waktu 2 bulan yaitu bulan September sampai Oktober 2013.

3.3Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah mahasiswa Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi angkatan 2010/2011, 2011/2012, dan 2012/2013 yang masih aktif perkuliahan.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi angkatan 2010/2011, 2011/2012, dan 2012/2013. Teknik pemilihan sampel adalah purposive sampling dimana subjek diambil memenuhi

(39)

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria-kriteria inklusi adalah:

1. Mahasiswa Malaysia FKG USU etnik Melayu atau India asli yang memiliki keturunan sejauh 2 generasi yaitu kedua orang tua ayah dan ibu etnik asli.

2. Berumur 20 tahun ke atas.

3.4.2 Kriteria Eksklusi : Kriteria-kriteria ekslusi adalah:

1. Subjek pernah mengalami trauma berat pada kepala. 2. Kedua orang tua subjek berlainan etnik.

3.4.3 Besar Sampel

(40)

Variabel Bebas

3.6 Definisi Operasional Variabel

1. Antropometri adalah pengukuran manusia dan lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia.

2. Sefalometri adalah salah satu antropometri kepala yang dilakukan pada kepala dengan jaringan lunak meliputi pengukuran pada titik-titik anatomis kepala dan wajah.

3. Indeks sefalik adalah ukuran perbandingan dari lebar maksimum kepala dengan panjang maksimum kepala (dalam persen).

Indeks sefalik = Lebar kepala (eu- eu) Panjang kepala (g- op)

× 100

Variable Tidak Terkendali • Fungsi otot

• Hormon

• Nutrisi

• Temperatur dan Ketinggian Variable Terkendali

• Usia (≥ 20tahun)

• Keterampilan operator dalam pengukuran kepala dan wajah

• Teknik pengukuran kepala

• Alat-alat yang dipakai

(41)

4. Lebar maksimal kepala diukur jarak antara kedua euryon (eu-eu).

5. Euryon (eu) adalah titik paling distal pada sisi neokranium.

6. Panjang maksimal kepala diukur dari glabella sampai opisthocranion

(g-op).

7. Glabella (g) titik paling depan dari tulang dahi, terletak di antara tonjolan

supra orbita pada bidang median-sagital. Pada wajah titik glabella terletak di antara

kedua alis.

8. Opisthocranion (op) adalah titik paling posterior dan paling menonjol

pada daerah tulang kepala belakang (oksipital) dan titik yang paling jauh dari

glabella.

9. Etnik adalah kelompok sosial dalam sistem sosial dan kebudayaan yang ditentukan oleh ras, adat istiadat, bahasa, nilai dan norma budaya

a. Etnik Melayu diperoleh dari kedua keturunan sejauh 2 generasi yaitu kedua orang tua ayah dan ibu subjek asli etnik Melayu.

b. Etnik India diperoleh dari kedua keturunan sejauh 2 generasi yaitu kedua orang tua ayah dan ibu subjek asli etnik India.

3.7 Bahan dan Alat Penelitian 3.7.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kaliper lengkung berskala sampai 40cm

2. Penggaris segitiga siku

3. Penggaris besi ketelitian 1mm berskala 30cm 4. Kalkulator untuk perhitungan indeks sefalik 5. Kertas dan alat tulis

(42)

Gambar 8. A. Kaliper Lengkung, B. Penggaris, C. Kalkulator

3.8 Prosedur Penelitian

1. Penyebaran kuisioner kepada seluruh mahasiswa Malaysia FKG USU angkatan 2010/2011, 2011/2012, dan 2012/2013.

2. Sampel diambil dari mahasiswa yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

3. Subjek diminta persetujuan setelah terlebih dahulu diberi penjelasan (informed

consent) tentang penelitian yang akan dilakukan.

4. Pengumpulan data dimulai dengan wawancara tertulis (kuisioner) yang meliputi: nama, alamat, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, usia, suku ayah dan suku ibu.

3.8.1 Pengukuran Kepala

1. Subjek diminta duduk di kursi dengan posisi kepala tegak, badan bersandar tegak ke dinding, agar pengukuran dapat dilakukan dengan benar.

2. Untuk lebar kepala diukur jarak antara kedua euryon (eu-eu), dicari dengan

meletakkan penggaris segitiga siku pada daerah tulang parietal kepala (atas telinga) secara tegak lurus, seterusnya menanda titik pada kepala yang kontak dengan penggaris segitiga siku menggunakan spidol sebagai titik euryon. Ujung

(43)

3. Kedua ujung kaliper diletakkan diatas kertas yang rata dan ditanda pada kedua ujung kaliper menggunakan pensil. Jarak kedua tanda diukur menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai lebar maksimum kepala. Pengukuran diulang sebanyak 3 kali dan rata-rata dicatat pada lembar kuisioner subjek.

4. Untuk panjang kepala diukur dari glabella (g) sampai opisthocranion (op). titik

glabella dicari dengan meletakkan penggaris secara horizontal pada 2 alis,

ditanda pada kepala diantara 2 alis menggunakan spidol. Titik opisthocranion

diraba pada ujung posterior dari tulang oksipital, kepala dikontakkan dengan penggaris segitiga siku dan titik kontak ditanda dengan menggunakan spidol. Panjang maksimum kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik

glabella dan titik opisthocranion.

5. Kedua ujung kaliper diletakkan diatas kertas yang rata dan ditanda pada kedua ujung kaliper menggunakan pensil. Jarak kedua tanda diukur menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai panjang maksimum kepala. Pengukuran diulang sebanyak 3kali dan rata-rata dicatat pada lembar kuisioner subjek.

Gambar 9. Pengukuran lebar kepala (A) Titik Euryon Pengukuran

panjang kepala (B) Titik Opisthocranion, (C) Titik Glabella

3.8.2 Penentuan Indeks Sefalik dan Ras

(44)

Indeks sefalik = Lebar kepala (eu- eu) Panjang kepala (g-op)

× 100

2. Tentukan bentuk kepala dan ras setiap sampel dan klasifikasikan mengikut etnik dan jenis kelamin.

Tabel 6. Klasifikasi Indeks Sefalik, Bentuk Kepala 10,13 menurut William et.al., 1995

dan Klasifikasi Ras 3,15

3.9 Pengolahan dan Analisa Data

Pada penelitian ini, hubungan variabel etnik, baik Melayu atau India (nominal) dengan variabel sefalik indeks (numerik) dan perbedaan indeks sefalik berdasarkan jenis kelamin menggunakan analisis bivariat untuk melihat hubungan antar variabel dengan metode uji t independen. Selanjutnya analisis statistik akan dilakukan dengan bantuan program komputer yaitu berupa program SPSS 17.0 for

windows dan kemudian data-data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel.

Indeks Sefalik Bentuk Kepala Ras

< 74.9 Dolikosefalik Negroid

75 – 79,.9 Mesosefalik Kaukasoid

80,0 – 84,9 Brakhisefalik Mongoloid

(45)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya perbedaan indeks sefalik antara etnik Melayu dan India dan antara laki-laki dan perempuan bagi kedua etnik. Pengukuran pada kepala dilakukan terhadap 72 mahasiswa Malaysia FKG USU etnik Melayu dan India TA 2010-2012, terdiri atas 36 orang etnik Melayu dan 36 orang dari etnik India. Pengambilan sampel dilakukan dengan pengisian kuisioner oleh semua mahasiswa Malaysia FKG USU etnik Melayu dan India TA 2010-2012. Teknik pengambilan sampel adalah proporsive sampling dimana subjek yang diambil

memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi termasuk mahasiswa Malaysia FKG USU etnik Melayu atau India asli yang memiliki keturunan sejauh 2 generasi yaitu kedua orang tua ayah dan ibu etnik asli dan berumur 20 tahun keatas. Kriteria ekslusi subjek termasuk pernah mengalami trauma berat pada kepala dan kedua orang tua berlainan etnik atau bukan etnik asli. Pengukuran dilakukan untuk medapatkan lebar maksimal kepala dan panjang maksimal kepala. Lebar maksimal kepala adalah jarak antara kedua kanan dan kiri euryon yaitu titik paling distal pada sisi

neokranium. Panjang maksimal kepala diukur dari glabella yaitu titik paling depan

dari tulang dahi dan terletak di antara kedua alis sampai opisthocranion yaitu titik

paling posterior dan paling menonjol pada daerah tulang kepala belakang (oksipital).17 Indeks sefalik adalah ukuran perbandingan dari lebar maksimum kepala dengan panjang maksimum kepala (dalam persen).

(46)

4.1 Karakteristik Umum Sampel yang diteliti

Sampel penelitian yang telah dikumpulkan diambil datanya melalui survei. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan diperoleh 72 sampel yang memenuhi kriteria.

Tabel 7. Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Etnik Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

Melayu 6 30 36

India 6 30 36

Total 12 60 72

Grafik 2. Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 7 menunjukkan karakteristik umum berdasarkan sampel yang diteliti. Menunjukkan persentase sampel laki-laki 12 orang (16,7%) dan sampel perempuan 60 orang (83,3%). Sampel etnik Melayu 36 orang (50%) dan etnik India 36 orang (50%).

(47)

4.2 Perbandingan nilai rata-rata lebar kepala, panjang kepala, Indeks Sefalik etnik Melayu dan India

Pada penelitian ini, ingin dilihat perbedaan rata-rata indeks sefalik antara etnik Melayu dan India dan dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9.

Tabel 8. Perbandingan Nilai Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala, Indeks Sefalik Etnik Melayu dan India

Ukuran

Melayu India

p

N Rata-rata±SD N Rata-rata±SD

Lebar Kepala (mm) 36 153,02±4,70 36 145,82±4,80 0,000*

Panjang Kepala (mm) 36 179,17±4,38 36 178,75±6,15 0,745 Indeks Sefalik 36 85,44±2,96 36 81,45±3,2 0,000*

Keterangan: *signifikan; (p<0,05)

Grafik 3. Perbandingan Nilai Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala, Indeks Sefalik Etnik Melayu dan India

Tabel 8 menunjukkan ukuran rata-rata lebar kepala, panjang kepala dan perhitungan indeks sefalik pada etnik Melayu dan India. Ukuran rata-rata lebar kepala pada etnik Melayu adalah (153,02±4,70mm), panjang kepala (179,17±4,38mm) dan

(48)

indeks sefalik (85,44±2,96) sedangkan pada etnik India ukuran rata-rata lebar kepala adalah (145,82±4,8mm), panjang kepala (178,75±6,15mm), dan indeks sefalik (81,64±3,11). Dari analisis uji t-test menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan

(p<0,05) terhadap lebar kepala antara etnik Melayu dan India sebaliknya tidak signifikan (p>0,05) terhadap panjang kepala antara etnik Melayu dan India. Dari analisis uji t-test juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada

rata-rata indeks sefalik antara etnik Melayu dan India. Maka, hipotesis (Ho) yang

menyatakan tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik antara etnik Melayu dan India ditolak.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Bentuk Kepala Etnik Melayu dan India

Grafik 4. Distribusi Frekuensi Bentuk Kepala Etnik Melayu dan India

Etnik

Bentuk Kepala

Total Mesosefalik Brakhisefalik Hiperbrakhi

sefalik

Melayu N 0 16 20 36

% 0,0 44,4 55,6 100

India N 12 19 5 36

(49)

Tabel 9 menunjukkan distribusi frekuensi bentuk kepala etnik Melayu dan India. Pada etnik Melayu, persentase bentuk kepala tertinggi adalah hiperbrakhisefalik (55,6%) dan diikuti brakhisefalik (44,4%). Pada etnik India, persentase bentuk kepala tertinggi adalah brakhisefalik (47,2%) diikuti mesosefalik (38.9%) dan hiperbrakhisefalik (13,9%).

4.3 Perbandingan nilai rata-rata lebar kepala, panjang kepala, indeks sefalik dan bentuk kepala antara laki-laki dan perempuan etnik Melayu dan India

Pada penelitian ini, ingin dilihat perbedaan rata-rata indeks sefalik antara jenis kelamin pada etnik Melayu dan India dan dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11.

Tabel 10. Perbandingan Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Antara Laki-Laki dan Perempuan Etnik Melayu

Keterangan: *signifikan; (p<0,05)

Ukuran kepala etnik Melayu

Ukuran Laki-laki Perempuan

p

N Rata-rata± SD

N Rata-rata± SD

Lebar kepala (mm) 6 155,57±1,24 30 152,51±4,98 0,006* Panjang kepala (mm) 6 183,69±5,94 30 178,26±3,46 0,004*

(50)

Grafik 5. Perbandingan Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Antara Laki-Laki dan Perempuan Etnik Melayu

Tabel 10 menunjukkan perbandingan ukuran rata-rata lebar kepala, panjang kepala dan perhitungan indeks sefalik antara laki-laki dan perempuan etnik Melayu. Ukuran rata-rata lebar kepala pada laki-laki adalah (155,57±1,24mm), panjang kepala (183,69±5,94mm) dan indeks sefalik (84,77±2,93) sedangkan pada perempuan ukuran rata-rata lebar kepala (152,51±4,98mm), panjang kepala (178,26±3,46mm), dan indeks sefalik (85,57±2,99). Dari analisis uji t-test menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap lebar kepala dan panjang kepala antara laki-laki dan perempuan pada etnik Melayu. Dari analisis uji t-test juga menunjukkan

tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) terhadap rata-rata indeks sefalik antara laki-laki dan perempuan bagi etnik Melayu. Maka, hipotesis (Ho) yang menyatakan

tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik antara laki-laki dan perempuan etnik Melayu diterima.

(51)

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Bentuk Kepala Bagi Laki-Laki dan Perempuan Etnik Melayu

Grafik 6. Distribusi Frekuensi Bentuk Kepala Bagi Laki-Laki dan Perempuan Etnik Melayu

Tabel 11 menunjukkan distribusi frekuensi bentuk kepala bagi laki-laki dan perempuan etnik Melayu. Pada laki-laki, persentase bentuk kepala tertinggi adalah brakhisefalik (66,7%) dan diikuti hiperbrakhisefalik (33,3%). Perempuan menunjukkan persentase bentuk kepala tertinggi hiperbrakhisefalik (60,0%) diikuti brakhisefalik (40,0%).

Jenis Kelamin

Bentuk Kepala Total

Brakhisefalik Hiperbrakhi sefalik

Laki-Laki N 4 2 6

% 66,7 33,3 100

Perempuan N 12 18 30

(52)

Tabel 12. Perbandingan Nilai Rata-Rata Lebar Kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Antara Laki-laki dan Perempuan Etnik India

Ukuran kepala etnik India

Ukuran Laki-laki Perempuan

p

N Rata-rata±SD N Rata-rata±SD

Lebar kepala (mm) 6 149,87±6,83 30 145,01±3,96 0,145 Panjang kepala (mm) 6 184,01±4,57 30 177,70±5,94 0,019* Indeks Sefalik 6 80,32±2,73 30 81,68±3,28 0,349

Keterangan: *signifikan; (p<0,05)

Grafik 7. Perbandingan Nilai Rata-Rata Lebar Kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Antara Laki-laki dan Perempuan Etnik India

Tabel 12 menunjukkan perbandinga ukuran rata-rata lebar kepala, panjang kepala dan indeks sefalik antara laki-laki dan perempuan etnik India. Ukuran rata-rata lebar kepala pada laki-laki adalah (149,87±6,83mm), panjang kepala (184,01±4,57mm) dan indeks sefalik (80,32±2,73) sedangkan pada perempuan ukuran rata-rata lebar kepala (145,01±3,96mm), panjang kepala (177,70±5,94mm) dan indeks sefalik (81,68±3,28). Dari analisis uji t-test menunjukkan terdapat

(53)

perbedaan signifikan (p<0.05) terhadap panjang kepala antara laki-laki dan perempuan, tetapi tidak ada perbedaan terhadap lebar kepala antara laki-laki dan perempuan bagi etnik India. Dari hasil uji t-test juga menunjukkan tidak ada

perbedaan (p>0,05) terhadap rata-rata indek sefalik antara laki-laki dan perempuan bagi etnik India. Maka, hipotesis (Ho) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan

rata-rata indeks sefalik antara laki-laki dan perempuan etnik India ditolak.

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Bentuk Kepala Bagi Laki-laki dan Perempuan Etnik India

Jenis Kelamin

Bentuk Kepala

Total Mesosefalik Brakhisefalik Hiperbrakhi

sefalik

Laki-Laki N 4 2 0 6

% 66,7 33,3 0,0 100

Perempuan N 10 15 5 30

% 33,3 50,0 16,7 100

(54)
(55)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan terhadap 72 mahasiswa Malaysia FKG USU etnik Melayu dan India TA 2010-2012. Sebelum dilakukan pengukuran, dicari titik terluar dan dibuat titik penanda pada kepala subjek di daerah eurion kiri dan kanan serta di daerah opisthocranion dan glabella. Lebar kepala adalah jarak antara kedua eurion

kanan dan kiri, sedangkan panjang kepala adalah jarak antara glabella dan

opisthocranion. Indeks sefalik adalah hasil ukuran lebar kepala dibagi panjang kepala

dan dikali 100. Bentuk kepala terdiri atas dolikosefalik, mesosefalik, brakhisefalik dan hiperbrakhisefalik.15 Data dianalisa berdasarkan uji statistik t-test. Uji t-test

dilakukan untuk membandingkan rata-rata ukuran lebar, panjang dan indeks sefalik antara laki-laki dan perempuan dan antara etnik Melayu dan India.

5.1 Perbandingan rata-rata lebar kepala, panjang kepala, indeks sefalik dan bentuk kepala antara etnik Melayu dan India

(56)

Indeks sefalik adalah perbandingan dalam persen antara lebar kepala dan panjang kepala. Pada penelitian ini menunjukkan rata-rata indeks sefalik etnik Melayu (85,44), lebih besar dari etnik India (81,64) dan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara keduannya (Tabel 8). Pada penelitian Ngeow dan Aljunid juga menunjukkan rata-rata indeks sefalik bagi etnik Melayu (85,17), lebih besar dari etnik India (82,15).29,30 Perbedaan indeks sefalik antara etnik Melayu dan India adalah disebabkan faktor genetik dimana dimana ras orang Melayu termasuk ras Mongoloid sementara ras orang India termasuk ras Kaukasoid. Ras Mongloid tersebar di Asia Tengah, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseani dengan ciri umum warna kulit sawo matang, rambut lurus, muka lebar, mata sipit dan bentuk kepala brakhisefalik dengan indeks sefalik diatas 80. Sedangkan, ras Kaukasoid tersebar di Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan, dan India dan mempunyai ciri umum hidung mancung, kelopak mata lurus dan bentuk kepala mesosefalik dengan indeks sefalik antara 75-79,9.

Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan kepala dan menyebabkan terdapatnya perbedaan bentuk kepala antara etnik Melayu dan India adalah faktor jenis dan konsistensi makanan. Masyarakat Melayu di Malaysia terkenal dengan makanan dengan bahan dasar beras seperti nasi lemak, nasi kerabu, sedangkan bagi etnik India terkenal dengan makanan dengan bahan dasar tepung seperti roti tosai, roti canai dan capati.34 Terdapat juga etnik India yang beragama Hindu mempunyai kebiasaan vegetarian. Perbedaan kebiasaan makan ini menyebabkan perbedaan kadar asupan gizi dan nutrisi seperti kalsium yang akan mempengaruhi pertumbuhan tulang kepala. Konsistensi makanan berpengaruh terhadap penggunaan sistem otot dan mempengaruhi morfologi kraniofasial. Salah satunya adalah hipermasticatory

(57)

(82,55), Karo (82,67), Jawa (84,48), Mandailing (81,18), Minang (81,48) dan Nias (86,28).17 Nilai rata-rata indeks sefalik bagi etnik Melayu dari penelitian Netty lebih tinggi dari penelitian ini karena sampel yang digunakan adalah etnik Melayu asli kota Medan, Indonesia tanpa mencantumkan keaslian etnik generasi sebelumnya sedangkan penelitian ini menggunakan etnik Melayu berasal dari Malaysia yang berada di Medan dengan 2 generasi etnik asli. Nilai rata-rata indeks sefalik dari penelitian ini juga hampir sama dengan nilai indeks sefalik didapatkan dari penelitian Sarah (2010) pada etnik Cina menggunakan populasi di Kota Medan yaitu (85,5).31 Ini menunjukkan etnik Cina di Kota Medan termasuk ras Mongloid dengan bentuk kepala hiperbrakhisefalik. Pada penelitian ini menunjukkan bentuk kepala etnik Melayu adalah antara brakhisefalik (44,4%) sampai dengan hiperbrakhisefalik (55,6%) (Tabel 9). Dari penelitian ini, bentuk kepala etnik Melayu sesuai dengan ciri-ciri pada ras Mongoloid yang mempunyai bentuk brakhisefalik yaitu bentuk kepala yang lebar dan pendek.

Pada penelitian ini mendapatkan rata-rata indeks sefalik pada etnik India adalah (81,45). Pada penelitian Ngeow dan Aljunid (2009) pada populasi di Kuala Lumpur, Malaysia, mendapatkan nilai rata-rata indeks sefalik etnik India adalah (82,15). Nilai rata-rata indeks sefalik yang didapatkan lebih tinggi mungkin karena dalam penelitian Ngeow dan Aljunid hanya mengendalikan satu generasi keturunan subjek merupakan etnik asli sedangkan penelitian ini mengendalikan dua generasi keturunan subjek merupakan etnik asli. Selain itu, penelitian Ngeow dan Aljunid juga menggunakan subjek yang berumur 18-25 tahun sedangkan penelitian ini menggunakan subjek berumur 20 tahun keatas.30 Menurut Donald, rata-rata pertumbuhan kepala berhenti pada umur 18-20 tahun.16 Pada penelitian ini subjek yang digunakan adalah umur maksimum pertumbuhan kepala berhenti, sedangkan kemungkinan pada penelitian lain yang menggunakan subjek berumur dibawah 20 tahun, subjek masih berada dalam fase pertumbuhan tulang kepala. Penelitian Anitha dkk. (2011) yang meneliti indeks sefalik etnik India pada populasi di India Utara

(58)

mesosefalik (42%), brakhisefalik (34%) dan hiperbrakhisefalik (11%) (Tabel 9). Penelitian Anitha et al. (2011) menunjukkan nilai indeks sefalik yang lebih rendah

mungkin karena sampel penelitian Anitha et al. adalah penduduk asal India Utara di

India sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah imigran India ke Malaysia tanpa mengetahui daerah asal nenek moyang subjek di negara asal.14 Anitha et al.

menggunakan subjek berumur 17-20 tahun, sedangkan penelitian ini menggunakan subjek berumur 20 tahun keatas. Penelitian oleh Jadav et al. (2011) yang meneliti

indeks sefalik laki-laki pada beberapa populasi di daerah Gujarati, India menunjukkan nilai rata-rata indek sefalik (80,2). Penelitian ini mendapatkan nilai rata-rata indeks sefalik laki-laki etnik India (80,32). Nilai indeks sefalik dari penelitian Jadav HR et

al. hampir sama dengan penelitian ini tetapi populasi subjek yang digunakan adalah

berbeda dan Jadav et al. h mengendalikan kriteria inklusi 3 generasi keturunan subjek

merupakan etnik asli.17 Penelitian yang dilakukan oleh Yagain et al. pada populasi di

Manipal, India mendapatkan rata-rata indeks sefalik (79,4), dengan persentase bentuk kepala dolikosefalik (31%), mesosefalik (18%), brakhisefalik (33%), dan hiperbrakhisefalik (17%). Penelitian ini menunjukkan bentuk kepala etnik India antara mesosefalik (33,2%), brakhisefalik (52,8%) dan hiperbrakhisefalik (13,9%). Penelitian Yagain et al. mendapatkan rata-rata indeks sefalik yang lebih rendah dari

penelitian ini mungkin disebabkan populasi yang diteliti adalah dari Manipal, India dan umur subjek yang diteliti dari 18-22 tahun.10

Penelitian indeks sefalik pada etnik India telah banyak dilakukan. Penelitian oleh Karte (1951) menemukan nilai rata-rata indeks sefalik 73,68 pada populasi Mahers. Penelitian oleh Bhargav (1960) mendapatkan nilai rata-rata indeks sefalik 76,98 pada populasi di Bhils. Penelitian oleh Bhargav et al. (1961) mendapatkan nilai

rata-rata indeks sefalik 79,8 pada populasi di Barelas. Penelitian oleh Shah et al.

(59)

relatif terhadap panjang kepala, sehingga akibatnya bentuk kepala ketika dilihat dari arah vertikal tampak semakin membulat. Brakhisefalisasi diamati pertama kali oleh Weidenreich, dengan kesimpulannya bahwa brakhisefalisasi terjadi seiring dengan waktu pada pelbagai populasi di dunia.Penelitian pada etnik India telah menunjukkan adanya brakhisefalisasi dari tahun ke tahun dimana awalnya etnik India merupakan ras kaukasoid dengan bentuk kepala mesosefalik. Terjadinya brakhisefalisasi yang seiring dengan waktu menunjukkan bahwa brakhisefalisasi terjadi sebagai akibat dari pengaruh evolusi.32 Mengenai evolusi, Wolpoff (1999) mendefinisikannya sebagai transformasi genetis dari populasi melalui waktu, yang diciptakan oleh perubahan susunan genetis populasi dari generasi ke generasi. Jadi, variasi biologis seperti bentuk kepala adalah konsekuensi dari adanya proses evolusi, yang berkaitan dengan adaptasi terhadap lingkungan, mutasi dan seleksi.33

Seiring dengan waktu dalam proses evolusi, otak manusia mengalami perkembangan. Perkembangan yang dimaksud adalah perkembangan dalam fungsi, kemampuan dan juga ukuran. Konsep encephalisasi adalah konsep yang biasa digunakan untuk menggambarkan pembesaran ukuran otak. Evans et.al. (2004) meneliti encephalisasi dengan mengamati evolusi adaptif gen yaitu microcephalin dan ASPM (abnormal spindle-like microcephaly associated) yang mengontrol ukuran

otak, berperan penting dalam pembesaran ukuran cerebral cortex dalam proses evolusi manusia. Cerebral cortex, yang berfungsi sebagai pusat berpikir, adalah

bagian otak manusia yang berkembang paling pesat dalam proses evolusi. Ukuran otak yang semakin membesar karena encephalisasi dalam proses evolusi membuat neurokranium, sebagai “wadah” pembungkus otak, juga harus menyesuaikan diri dengan bentuk dan ukuran organ dalam yang dilindunginya. Selain bervariasi dalam ukuran (mengecil dan membesar), neurokranium juga mengalami perkembangan dalam bentuk, salah satunya karena terjadinya brakhisefalisasi.35,36

Selain evolusi, faktor yang mempengaruhi perubahan bentuk kepala adalah percampuran genetik. Melalui gelombang migrasi, terjadi gene flow. Gen dari luar

(60)

Malaysia sangat kaya dengan kepelbagaian etnik.7 Percampuran genetik yang terlalu meluas sejak orang India memasuki Malaysia 2000 tahun yang lalu dan menyebabkan etnik yang benar-benar asli sangat jarang didapatkan.

5.2 Perbandingan nilai rata-rata lebar kepala, panjang kepala, indeks sefalik dan bentuk kepala antara laki-laki dan perempuan etnik Melayu dan India

(61)

hiperbrakhisefalik (60%) dan brakhisefalik (40%) (Tabel 11). Ini menunjukkan bentuk kepala perempuan etnik Melayu lebih brakhisefalik berbanding laki-laki.

Penelitian ini menunjukkan pada etnik India, rata-rata lebar kepala laki-laki (149,87mm) lebih besar daripada perempuan (145mm) (Tabel 12). Pada penelitian yang dilakukan oleh Ngeow dan Aljunid juga menunjukkan rata-rata lebar kepala laki-laki (150,9mm) lebih besar daripada perempuan (142,8mm).30 Penelitian ini menunjukkan pada etnik India, rata-rata panjang kepala laki-laki (184mm) lebih besar daripada perempuan (177,7mm) (Tabel 12). Pada penelitian Ngeow dan Aljunid juga menunjukkan hasil rata-rata panjang kepala laki-laki (185,5mm), lebih besar dari perempuan (172,7mm).30

Penelitian ini menunjukkan pada etnik India, rata-rata indeks sefalik perempuan (81,7) lebih besar dari laki-laki (80,3) dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara keduanya (p>0,05) (Tabel 12). Penelitian Ngeow dan Aljunid terhadap 100 orang etnik India dari Malaysia menunjukkan hasil yang hampir sama yaitu rata-rata indeks sefalik perempuan (82,8), lebih besar dari laki-laki (81,5).30 Hasil penelitian Anitha et al. juga menunjukkan pada etnik India, rata-rata indeks

sefalik perempuan (80,74), lebih besar dari laki-laki (79,14) dan tidak ada perbedaan antara keduanya.14 Kedua etnik Melayu dan etnik India menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) terhadap indeks sefalik antara laki-laki dan perempuan. Ini menunjukkan kedua laki-laki dan perempuan mempunyai bentuk kepala yang sama dan termasuk dalam golongan ras yang sama.

Penelitian ini menunjukkan persentase bentuk kepala etnik India pada laki-laki adalah mesosefalik (66,7%) dan brakhisefalik (33,3%) sedangkan perempuan lebih banyak bentuk brakhisefalik (60%), mesosefalik (33,3%) dan hiperbrakhisefalik (16,7%).(Tabel 13) Ini menunjukkan bentuk kepala perempuan etnik India lebih brakhisefalik berbanding laki-laki. Indeks sefalik dan bentuk kepala dapat digunakan dalam penentuan ras dalam proses identifikasi tetapi tidak signifikan dalam mengidentifikasi jenis kelamin.

(62)

membedakan laki-laki dan perempuan adalah kapasitas kranial, dahi atau tulang frontal, tulang zygomaticus, mandibula, sudut gonion dan dagu atau gnation.4 Kepala

(63)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik yang signifikan pada mahasiswa Malaysia FKG USU antara etnik Melayu dan India.

2. Pada etnik Melayu, persentase bentuk kepala adalah brakhisefalik (44,4%) dan hiperbrakhisefalik (55,6%). Pada etnik India, persentase bentuk kepala adalah mesosefalik (38,9%), brakhisefalik (47,2%) dan hiperbrakhisefalik (13,9%).

3. Tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik yang signifikan pada mahasiswa Malaysia FKG USU antara laki-laki dan perempuan baik pada etnik Melayu maupun India.

4. Persentase bentuk kepala etnik Melayu pada laki-laki adalah brakhisefalik (66,7%) dan hiperbrakhisefalik (33,3%), sedangkan persentase bentuk kepala etnik Melayu pada perempuan adalah brakhisefalik (40%) dan hiperbrakhisefalik (60%). Persentase bentuk kepala etnik India pada laki-laki adalah mesosefalik (66,7%) dan brakhisefalik (33,3%), sedangkan persentase bentuk kepala etnik India pada

perempuan adalah mesosefalik (33,3%), brakhisefalik (50%) dan hiperbrakhisefalik (16,7%).

6.2 Saran

(64)

DAFTAR PUSTAKA

1. Štrkalj G. The study of human variation. Anthropologist Special Volume. South Africa: Kamla-Raj 2007;161-5

2. Daldjeoni N. Ras-ras umat manusia. Bandung: Citra Aditya Bakti., 1991:1-37 3. Nandy A. Identification of individual. In: Principle of forensic medicine. 2nd ed.,

Calcutta: New Central Book Agency., 2001:48-52

4. Indriati, E. Identifikasi rangka manusia, aplikasi antropologi biologis dalam konteks hukum. Dalam: Antropologi Forensik. Terbitan pertama. Yokyakarta: Gadjah Mada University Press., 2004: 59-62

5. Mizoguchi Y. Pilot research seeking causative factors for morphological characters: ecological correlations between morphological characters, genes of biochemical/physiological characters, and environmental factors in modern humans. Tokyo: Bull. Natn. Sci. Mus, 2006;1-3

6. Mendatu A. Etnik dan etnisitas

7. Rif'an M. Hukum Islam di Malaysi

8. Yaacob H, Nambiar P, Murali DK. Racial characteristic of human teeth with special emphasis on the Mongoloid dentition. Malaysian J Pathol 1996; 18:1 9. Gunturu S, Tauro SR. Electromyographic activity of masticatory muscles in

different skeletal profiles. International Journal of Recent Trends in Science And Technology. 2013;187-94

10.Yagain VK, Pai SR, Kalthur SG, Chetan P, Hemalatha I. Study of cephalic index in Indian student. Manipal: Int J Morphol 2012; 30: 125-9

11.Jadav HR, Kariya VB, Kodiyatar BB, Pensi CA. A study to correlate cephalic index of various caste/races of Gujerat state., Ahmedabad: NJIRM 2011; 2: 18-22 12.Hamilah DK, Fajar HN, Bambang ST. Antropologi untuk mahasiswa Kedokteran

(65)

13.Alves HA, Santos MIMP, Melo FCL, Wellington R. Comparative study of the cephalic index from the region of the North and South of Brazil., Brazil: Int. J.Morphol 2011; 29: 1370-4

14.Anitha MR, Vijayanth V, Raju GM, Vijayamahantesh SN. Cephalic index of North Indian population., North India: Anatomica Karnataka, 2011; 5: 40-3

15.Rahmawati NT, Jacob T, Trilusiana N, Hirai', Suryadi E, Romi M. Kajian

kefalometrik (Studi perbandingan antara suku Jawa di Yogyakarta dan suku Naulu di Pulau Seram, Maluku Tengah)., Berkala Ilmu Kedokteran, 2003; 203-9 16.Furguson DJ. Growth of the face and dental arches, In: Dentistry for the child and

adolesent. McDonald RE. 8th ed., Indiana: Mosby Inc. 2004:582-90

17.Netty H. Penentuan indeks kepala dan wajah berdasarkan suku di Kota Medan., Tahun 2011. Tesis. Medan: Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran

Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2011: 4-24

18.Thaller SR, McDonald WS. Facial trauma., New York, Bacel: Marcel Dekker Inc., 2004: 55-62

19.Cray J, James J. The interaction of androgenic hormone and craniofacial variation: relationship between epignetics and the environment on the genome with an eye toward non syndromic craniostosis. University Pittsburgh: 2009:1-12 20.Zainuri SN, Sanrosa B, Mansyur R. Hubungan antara jarak titik-titik craniometri

pada neurocranium dengan index cranialis pada ras Mongoloid. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada., LOGIKA, 2004: 55-61

21.Reinhard JD. Penentuan tinggi badan berdasarkan panjang bawah lengan bawah., Medan: Tahun 2009. Tesis. Medan: Program Pendidikan Dokter Spesialis

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2009: 22-4

22.Bruce B, Martin F. A head and face anthropometric survey of US respirator user. Pittsburgh., 2004: 1-69

23.Okkame. Negroi

24.Okkame. Mongoloid.

(66)

25.Okkame. Caucasian

26.Dalam TAT. Asas-asas kenegaraan Malaysia. Jilid 1. Malaysia: Penerbitan Al-Azim, 1997: 30-40

27.Khamis MF. Dental variation in Malaysian populations with application to human identification. Kelantan: Universiti Sains Malaysia, 2005: 1-3

28.Zainuddin Z, Tajudin LSA, Shaharuddin B, Ibrahim M, Gin OK, Panneerchelvam S et al. Tracing the origin of the Malay race through the morphological, historical,

socio-cultural and genetic analysis. Human Genome Center, School Of Health Sciences And Dental School, Kelantan: Universiti Sains Malaysia, 2008;1-2 29.Ngeow WC, Aljunid ST. Craniofacial anthropometric norms of Malaysian

Indians. Kuala Lumpur, Malaysia: Indian J Dent Res, 2009;20:313-9

30.Ngeow WC, Aljunid ST. Craniofacial anthropometric norms of Malays. Kuala Lumpur, Malaysia: Singapore Med J 2008; 50:525-8

31.Sarah HNG. Pengukuran sefalik indeks etnis Batak dan Cina pada siswa-siswi kelas X dan kelas XI SMA Swasta Santo Thomas 1 Tahun pelajaran 2010-2012. Medan. Sarjana Kedokteran FK USU, 2011:21-4

32.Hossain MG, Sabiruzzaman M, Islam S, Ohtsuki F, Pete EL. Effect of craniofacial measures on the cephalic index of Japanese adult female student. The anthropological society of Nippon., Anthropological Science. 2009;118:117-21 33.Ariningsih NF. Variasi biologis populasi manusia di Pulau Jawa: Analisis

Kraniometris. Surabaya. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik. 2010:42-8 34.Yee WY. Kepelbagaian bangsa Malaysia - 1 Malaysia (makanan).

2013)

35.Evans PD, Anderson JR, Vallender EJ, Choi SS, Lahn BT. Reconstructing the evolutionary history of microcephalin, a gene controlling human brain size. Human Molecular Genetics. 2004:13: 1139-45.

36.Evans PD, Anderson JR, Vallender EJ, Gilbert SL, Malcom CM, Dorus S et al.

Gambar

Gambar    Halaman
Grafik 1. Persentase pertumbuhan tulang kranium dan kartilago primer 16
Gambar 1. Pandangan frontal dari tengkorak. (A) Tengkorak
Tabel 1. Klasifikasi Lebar Kepala menurut Lebzelter/ Saller 12
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun sadarilah bahwa Anda sebagai orang tua adalah profesi yang paling diperhatikan oleh anak- anak, mereka sangat mengidolakan anda sebagai pahlawan mereka, jadi sebaiknya

Kondisi sosial ekonomi keluarga transmigrasi di Desa Bumi Makmur tersebut antara lain meliputi : luas lahan yang dimiliki, jenis pekerjaan kepala keluarga,

Prevalensi Premature Loss Gigi Desidui Pada Anak Usia 9-10 Tahun Prevalence of Premature Loss of Deciduous Teeth in 9-10-Year-Old Children.. Wustha Farani 1,* , Aryani

Dari penelitian yang dilakukan menghasilkan perangkat lunak yaitu “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Lokasi dan Evaluasi lokasi Pemasaran (Gula) Menggunakan Metode AHP” yang

hasil uji statistik menunjukan nilai korelasi sebesar 0,324 dengan taraf p sebesar 0,047 (p=0,05) sehingga dengan koefisien korelasi rendah dan dapat disimpulkan

itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Profil Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Teorema Pythagoras. Berdasarkan Tahapan

Dalam penciptaan tari Gambyong Sembung Gilang, Hadawiyah Endah Utami mengembangkan tari Gambyong Kirana Rukmi dengan menambahkan ragam gerak entragan gaya Yogyakarta dan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas pada perusahaan