• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PERIODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PERIODE"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA

TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

PERIODE 1994-2013

REKI NURFADHIL SOMANTRI NPM. 113401050

Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Siliwangi

(Jl.. Siliwangi No.24 kota Tasikmalaya PO BOX 164)

ABSTRACT

The purpose of this study was to know the effect of Inflation, exchange rate interest rate, partially on composite stock price index 1994–2013. And know the effect of Inflation exchange rate, interest rate in common - equal on composite stock price index 1994-2013

Method in this study using Multiple Linear Regression Method. Hypothesis testing using the partial test (t test) and simultaneous (F test) . The data used in this study was the data of Inflation, exchange rate, interest rate and composite stock price index 1994-2013.

The result using partial test (t test) is inflation has a positive corelation and significant on composite stock price index, exchange rate has a positive corelation and significant on composite stock price index, interest rate has a negative corelation and significant on composite stock price index, and the result using simultaneous test (F test) is inflation, exchange rate and interest rate, has a significant effect on composite stock price index.

Keyword : Inflation, Exchange rate, Interest Rate, composite stock price index ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi, nilai tukar dan suku bunga secara individu terhadap indeks harga saham gabungan tahun 1994 – 2013. Dan mengetahui pengaruh inflasi, nilai tukar dan suku bunga secara bersama – sama terhadap indeks harga saham gabungan tahun 1994 – 2013.

Metode pada penelitian ini menggunakan Metode Regresi Linear Berganda. Uji hipotesis menggunakan pengujian secara parsial (uji t) dan simultan (uji F) .Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah inflasi, nilai tukar, suku bunga dan indeks harga saham gabungan tahun 1994 – 2013

Hasil dengan menggunakan uji parsial (Uji t) adalah inflasi mempunyai korelasi positif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan, nilai tukar mempunyai korelasi positif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. suku bunga mempunyai korelasi negatif dan signifikan terhadap indeks harga

(2)

saham gabungan, Dan hasil dengan menggunakan uji simultan (Uji F) adalah Inflasi, suku bunga dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan.

Kata kunci : Inflas, nilai tukar, suku bunga, indeks harga saham gabungan PENDAHULUAN

Analisis faktor ekonomi adalah salah satu faktor yang tidak dapat

dipisahkan dan merupakan bagian penting dari keseluruhan faktor fundamental itu sendiri.Analisis ekonomi memiliki integrasi yang sangat kuat terhadap keadaan pasar modal. Berdasarkan analisis ekonomi dikatakan adanya kecenderungan hubungan yang kuat antara lingkungan ekonomi makro dengan kinerja suatu pasar modal. Beberapa variabel ekonomi nasional yang biasanya digunakan adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang biasanya dilihat dari tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah. bahwa faktor-faktor makro ekonomi secara empiris telah terbukti mempunyai pangaruh terhadap kondisi pasar modal di beberapa negara.

pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana selain perbankan, dan juga salah satu tempat investasi bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana. Para pemodal dapat melakukan investasi tidakhanya pada aktiva riil (real assets) tetapi juga financial assets seperti investasi saham, obligasi, dan sertifikat reksa dana.

Proses globalisasi akhir-akhir ini, menyebabkan sebagian besar negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peran penting bagi ketahanan ekonomi suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makroekonomi secara umum.

(3)

Untuk melihat perkembangan pasar modal Indonesia salah satu indikator yang sering digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa EfekIndonesia (BEI). Indikator pasar modal ini dapat berfluktuasi seiring dengan perubahan indikator-indikator makro yang ada. Seiring dengan indikator-indikator pasar rmodal, indikator-indikator ekonomi makro juga bersifat fluktuatif, krisis ekonomi global ini memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kondisi pasar modal Indonesia. Krisis ekonomi global yang lebih populer disebut krisis ekonomi keuangan yang terjadi di Amerika jelas-jelas memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi sebagian besar negara termasuk negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar tujuan ekspor Indonesia dilakukan di pasar Amerika dan tentu saja hal ini sangat mempengaruhi terhadap kondisi perekonomian di Indonesia. Salah yang paling berpengaruh dari krisis ekonomi global yang terjadi diAmerika adalah nilai tukar rupiah yang semakin

terdepresiasi terhadap dolar Amerika, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang semakin merosot, dan tentu saja kegiatan ekspor Indonesia yang terganjal dan terhambat akibat berkurangnya permintaan dari pasar Amerika itu sendiri. Selain itu penutupan selama beberapa hari serta penghentian sementara

perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu dampak yang paling nyata dan pertama kalinya sepanjang sejarah, yang tentunya dapat merefleksikan betapa besar dampak dari permasalahan yang bersifat global ini.

(4)

Berdasarkan uraian diatas, Penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul,”Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga, terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)”.

METODE PENELITIAN Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode Archival Research

(penelitian arsip), yaitu pengumpulan data yang umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah di susun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak d publikasikan. Semua data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Staistik (BPS), serta bergbagai sumber yang relevan.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Tujuannya untuk mengukur seberapa besar variabel-variabel independen mempengaruhi variabel-variabel dependen. Alat bantu yang digunakan yaitu dengan program (Eviews) versi 7.0. Dalam penelitian ini akan dilakukan menggunakan persamaan regresi berganda sebagai berikut :

logYt = β0 + β1X1+ β2LogX2+ β3X3+ e

X1 = Inflasi

LogX2 = Nila Tukar

X3 = Suku Bunga

logY = Indeks Harga Saham Gabungan e = variabel gangguan

(5)

Pengujian Hipotesis

Uji t-Statistik ( Uji Parsial )

Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya adalah konstan. (Gujarati, 2004).

Uji F-Statistik

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas. Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel maka variabel-variabel bebas independen secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel tak bebas.

Analisis Regresi Koefisien determinasi (𝑹𝟐)

Koefisien determinasi (𝑅2 ) digunakan untuk mengetahui sampai seberapa besar persentase variasi dalam variabel terikat pada model dapat diterangkan oleh variabel bebasnya (Gujarati, 2003). Koefisien determinasi (𝑅2) dinyatakan dalam persentase, nilai 𝑅2 ini berkisar antara 0 <𝑅2< 1.

Pengujian Asumsi Klasik Uji Autokorelasi

Menurut Imam Ghozali (2005), uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1

(sebelumnya), dimana jika terjadi korelasi dinamakan ada problem autokorelasi. Uji Multikoliniearitas

(6)

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen. Apabila nilai R2 yang dihasilkan dalam suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen, hal ini merupakan salah satu indikasi terjadinya multikolinearitas (Imam Ghozali, 2005).

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Gejala heteroskedastisitas lebih sering terjadi pada data

cross section (Imam Ghozali, 2005). PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Dari hail pengolahaan data didapat persamaan regresi dalam bentuk persamaan ekonometrika sebagai berikut :

LogYt = 4.154140 + 0.042214 X1 + 0.479131 logX2 - 0.164718 X3

Prob t-statistik (2.275732) (1.896572) (-3.569334) R-Squared (0.744673)

F Statistik (15.55491)

Berdasarkan persamaan di atas, diketahui bahwa koefisien tiap variabel bebas adalah 0.042214 untuk variabel inflasi, 0.479131 untuk variabel nilai tukar,dan -0.164718 untuk variabel suku bunga. Yang dimaksud koefisien dalam

(7)

penelitian ini adalah besarnya pengaruh tiap variabel bebas terhadap variabel tetap yaitu variabel indeks harga saham gabungan, maka penulis menganalisisnya melalui beberapa parameter dan pengujian sebagai berikut:

Uji t Statistik

Uji t dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Berdasarkan hasil regresi, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pada level of significance 10% variabel inflasi, nilai tukar, suku bunga berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu indeks harga saham gabungan.

Hal ini dapat diketahui dari nilai probabilitasnya, apabila lebih kecil dari 0.1 berarti pengaruhnya signifikan, begitu pula sebaliknya apabla nilai

probabilitasnya lebih besar dari 0.1 maka pengaruhnya tidak signifikan. Adapun cara ke dua untuk menguji tes signifikasinya dengan cara mengukur t tabel dengan t statistic pada hasil regresinya, apabila t-statistic lebih besar dari t tabel maka pengaruhnya adalah signifikan, begitu pula sebaliknya apabila t-statistic lebih kecil dari t tabel maka pengaruhnya tidak signifikan. Adapun besar

probabilitasnya masing-masing adalah sebagai berikut :

HASIL REGRESI INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN Dependent Variable: LOG(IHSG)

Method: Least Squares Date: 08/30/15 Time: 21:39 Sample: 1994 2013

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.154140 2.487706 1.669868 0.1144 INF 0.042214 0.018550 2.275732 0.0370 LOG(KURS) 0.479131 0.252630 1.896572 0.0761

(8)

SB -0.164718 0.046148 -3.569334 0.0026

R-squared 0.744673 Mean dependent var 6.978335 Adjusted R-squared 0.696799 S.D. dependent var 0.905584 S.E. of regression 0.498648 Akaike info criterion 1.623022 Sum squared resid 3.978391 Schwarz criterion 1.822169 Log likelihood -12.23022 Hannan-Quinn criter. 1.661898 F-statistic 15.55491 Durbin-Watson stat 0.743454 Prob(F-statistic) 0.000053

Uji F Statistik

Untuk melihat apakah variabel bebas mempunyai pengaruh secara bersama sama terhadap variabel terikat, dapat diketahui dengan pengujian secara keseluruhan yaitu melalui perbandingan 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada persamaan yang telah dijelaskan diatas.

Dari hasil perhitungan diperoleh 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 adalah 15.55491 dengan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf nyata 10% adalah 2.46 Berdasarkan Hasil perhitungan diatas, maka dapat dilihat bahwa 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔>𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙atau 15.55491>2.46 artinya bahwa pengaruh Variabel Inflasi , Nilai Tukar , Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Periode 1994-2013 secara bersama sama adalah signifikan. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 (koefisien determinasi) menunjukkan seberapa besar variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 - 1. Nilai R2 makin mendekati 0 maka pengaruh semua variabel independen

terhadap variabel dependen makin kecil dan sebaliknya nilai R2 makin mendekati 1 maka pengaruh semua variable independen terhadap variabel dependen makin besar. Dari hasil regresi diketahui bahwa nilai R2 adalah 0.744673, yang berarti variasi variabel inflasi (β1X1), nilai tukar (β2X2), dan suku bunga (β3X3)

(9)

mempengaruhi variable indeks harga saham gabungan sebesar 74,47%.

Sedangkan sisanya (25,53%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam model regresi.

Uji Asumsi Klasik 1. Uji Autokolerasi

Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan korelasi antar variabel dalam suatu model , adapun hasilnnya sebagai berikut :

Pada regresi pengaruh inflasi, nilai tukar, suku bunga terhadap indeks harga saham gabungan tahun 1994-2013 dengan nilai degree of freedom (df) sebesar 80 – 4 = 76 dan menggunakan α = 10 persen maka diperoleh nilai χ2 tabel sebesar 92.16617. Dibandingkan dengan nilai Obs*Rsquared Breusch-Godfrey (BG) Test hasil regresi yaitu sebesar 8.209901, maka nilai Obs*Rsquared

Breusch-Godfrey (BG) Test lebih kecil dibandingkan nilai χ2 tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi persamaan tersebut bebas dari gejala

autokorelasi.

Hasil Uji Autokorelasi

F-Statistic 4.874370 Prob F 0.0247

Obs*R-squared 8.209901 Prob.Chi-Square 0.0165

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas menunjukan gejala adanya hubungan linier atau hubungan yang pasti diantara variabel bebas dalam model regresi. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya multikolinieritas dalam model regresi maka

(10)

dapat menganalisis multikolinearity test dengan melihat nilai tolerance dan nilai

Variance Inflation Factor (VIF). Variabel dikatakan dikatakan mempunyai

masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF lebih besar dari 10.

VIF

=

1

1−𝑅2

VIF > 10 Terjadi multikolinearitas VIF < 10 Tidak terjadi multikolinearitas

Hasil uji VIF

INF LOG(KURS) SB

INF 1.000000 1.000012 4.586760

LOG(KURS) 1.000012 1.000000 1.091701

SB 4.586760 1.091701 1.000000

Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7

Berdasarkan hasil tabel VIF di atas bahwa nilai Variance Inflation Faktor

(VIF) yang tidak lebih dari sepuluh berarti tidak terjadi multikolinearitas. 3. Uji Heteroskedastis

Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varians yang sama untuk semua observasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas adalah dengan cara meregresikan residual kuadratnya terhadap fitted kuadratnya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas, maka nilai R2 dibandingkan dengan nilai tabel Chi-Square (χ2)

dengan besarnya df adalah 76. Jika Obs*R squared lebih kecil dari nilai tabelnya maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

(11)

Berdasarkan hasil residual kuadratnya terhadap fitted kuadrat maka diperoleh Obs*R squared 12.27390 yang nilainya lebih kecil dari nilai tabel Chi-Square (χ2) dengan α = 10% dan df = 76 sebesar 92.16617, berarti tidak terjadi

heteroskedastisitas karena 92.16617 > 12.27390.

Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test : White

F Statistic 1.765143 Prob. F 0.1943

Obs*R-Square 12.27390 Prob Chi-Square 0.1983 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7

PEMBAHASAN

Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

Inflasi

Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa inflasi di indonesia yang diukur menggunakan persen memberikan korelasi positif dengan koefisien sebesar 0.042214 yang berarti bahwa peningkatan Inflasi sebesar 1 persen akan meningkatkan indeks harga saham gabungan sebesar 0.042214. Hal ini mempunyai hubungan positif dengan tingkat signifikan variabel Inflasi sebesar 0.0370 yang artinya variabel inflasi signifikan pada α 10%. Dengan demikian, variabel inflasi berpengaruh terhadap indks harga saham gabungan.

Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis, karena iklim investasi dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan kondisi baik. Kebijakan moneter dari pemerintah dengan menekan volatilitas inflasi menjadikan perekonomian Indonesia

(12)

bisa dikatakan tumbuh kokoh sehingga aktivitas investasi di pasar modal tidak mengalami kelesuan, didukung dengan rata-rata kenaikan indeks harga saham gabungan.

Dari laporan perekonomian yang diterbitkan dunia, menyatakan adanya peningkatan jumlah warga kelas menengah sehingga diyakini dapat meningkatkan dukungan permintaan dan pertumbuhan di masa depan. Bagi pasar modal, kondisi konsumsi ini menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian sehingga dapat bertahan dari imbas krisis global. Dengan demikian Perkembangan pasar modal di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir memberikan sinyal positif bagi para investor untuk berinvestasi di Indonesia yang tercermin dari kecenderungan kenaikan indeks harga saham gabungan. Lee (1992) berpendapat bahwa return saham sebagai sinyal yang merubah ekspektasi inflasi terhadap penawaran uang dan ekspektasi aktivitas riil, hasil penelitian ini mendukung pernyataan Lee (1992) bahwa inflasi dapat berpengaruh positif terhadap pergerakan harga saham secara keseluruhan apabila inflasi diimbangi dengan pertumbuhan sektor riil. jadi pada saat terjadiinflasi nilai mata uang rupiah mengalami penurunan hal ini akan berdampak keengganan masyarakat untuk memegang uang tunai. Untuk mengurangi kelebihan uangnya masyarakat enggan untuk membeli barang dan jasa karena terjadinya inflasi, sehingga langkah yang di lakukan masyarakat dengan cara membeli surat berharga. Dan meningkatnya pembelian surat berharga maka akan meningkatkan harga saham ini. Maka tingginya tingkat Inflasi akan berpengaruh positif terhadap indeks harga saham gabungan, kemudian sebaliknya apabila

(13)

rendahnya tingkat inflasi akan berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham gabungan, dalam penelitian ini.

Nilai Tukar

Hasil dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan Eviews 7, menunjukkan koefisien regresi variabel nilai tukar berpengaruh dan berhubungan positif terhadap indeks harga saham gabungan dengan koefisien sebesar 0.479131 yang berarti bahwa peningkatan indeks harga saham gabungan sebesar 1 persen akan meningkatkan harga saham sebesar 0.479131. Maka hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yaitu mempunyai hubungan positif dengan tingkat signifikan variabel nilai tukar sebesar 0.0761 yang artinya variabel nilai tukar signifikan pada α 10%. Dengan demikian, variabel nilai tukar berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan.

Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa hasil tidak sesuai dengan hipotesis, karena kebijakan moneter dan nilai tukar mata uang mempengaruhi prilaku investor dalam memutuskan investasi pada pasar modal. Perubahan nilai tukar menurut Khrugman dan Obstfeld (2000) dibedakan menjadi dua yaitu depresiasi dan apresiasi. Depresiasi adalah penurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing, sedangkan apresiasi sebaliknya yaitu kenaikan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing. Dalam pendekatan tradisional terdapat hubungan positif antara nilai tukar dengan harga saham. Nilai tukar mempengaruhi kompetitifnya suatu perusahaan karena sebagai akibat perubahan nilai tukar pendapatan dan biaya perusahaan juga berubah, sehingga harga saham juga bisa berubah seiring dengan perubahan operasional perusahaan. Pengaruh positif ini

(14)

berarti bahwa nilai tukar melemahkan mata uang rupiah, karena nilai tukar rupiah melemahnya ini mengakibatkan dari tingginya tingkat inflasi sehingga masyarakat tidak ingin untuk membeli barang dan jasa. Maka berdampak kepada masyarakat buruknya nilai tukar ini enggan untuk memegang mata uang rupiah sehingga masyarakat berpilih untuk membeli surat berharga sehingga akan meningkatkan indeks harga saham gabungan, dan pada akhirnya masyarakat banyak untuk berpilih menanamkan modal atau berinvestasi di saham di bandingkan masyarakat untuk membeli sebuah barang.

Suku Bunga

Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa suku bunga di Indonesia yang diukur menggunakan persen memberikan korelasi negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan dengan koefisien sebesar 0.164718 yang berarti bahwa kenaikan koefisien suku bunga sebanyak 1 persen akan menurunkan indeks harga saham gabungan sebesar 0.164718, dengan tingkat signifikan variabel suku bunga sebesar 0.0026 yang artinya variabel suku bunga signifikan pada α 10%

Hasil ini sesuai dengan hipotesis yg dibuat, ini menunjukan hubungan suku bunga terhadap indeks harga saham gabungan. Ditunjuk dengan adanya hubungan yang negatif dan signifikan dari hubungan suku bunga terhadap indeks harga saham gabungan. Hal ini sesuai dengan pandangan klasik dimana tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga.dimana tingginya minat masyarakat untuk menabung dipengaruhi oleh tingginya tingkat bunga. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan lebih tertarik untuk mengorbankan investasinya masa sekarang guna menambah tabungannya. Investor dapat menggunakan suku

(15)

bunga sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Apabila suku bunga menurun maka investor akan memiliki peluang yang lebih untuk berinvestasi di pasar modal dari pada berinvestasi pada deposito atau tabungan. Dengan demikian tingkat bunga dapat mempengaruhi indeks harga saham gabungan. Oleh karena itu Bank Indonesia harus berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan suku bunga.

KESIMPULAN

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi, nilai tukar, dan suku bunga terhadap indeks harga saham gabungan tahun 1994-2013. Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan dan pembahasan, penelitian dapat menarik kesimpulan sebgai berikut:

1. Variabel inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variable indeks harga saham gabungan.

2. Nilai tukar memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan.

3. Suku bunga memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel indeks harga saham gabungan.

4. Disimpulkan bahwa secara bersama-sama ketiga variabel bebas berpengaruh secara simultan terhadap indeks harga saham gabungan.

SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis dapat memberikan beberapa saran bagi berbagai pihak terkait. Adapun saran yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut :

(16)

Bagi para peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut dapat menggunakan alat analisis lain, menambah variabel, atau memperpanjang data untuk menemukan penemuan baru. Penelitian di setiap provinsi akan memberikan hasil lebih lengkap dan berbeda, karena adanya perbedaan harga saham perkapitanya. Pemerintah hendaknya dapat menjaga kestabilan harga-harga barang dan jasa di dalam negeri dengan menjaga kestabilan nilai tukar dan penciptaan situasi dan keamanan yang kondusif agar tingkat inflasi dapat dikendalikan.

Pemerintah perlu melakukan menaikkannya ekspor agar nilai tukar rupiah terhadap dolar semakin baik, mengingat bahwa indeks harga saham gabungan ini berpengaruh terhadap perekonomian indonesia ini. Dengan kebijakan moneter pemerintah dapat menstabilkan suku bunga dalam rangka mengendalikan jumlah uang beredar dan tingkat inflasi secara bertahap dan konsisten. Pemerintah perlu memberikan insentif atau wawasan terhadap factor-faktor eksternal dan internal, karena perubahan atau perkembangan yang terjadi pada berbagai variabel ekonomi suatu negara akan memberikan pengaruh kepada pasar modal, oleh karna itu faktor eksternal dan internal terhadap pasar modal adanya hubungan yang kuat antara harga saham dan kinerja ekonomi makro dan menemukan bahwa perubahan pada harga saham selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Azis, Musdalifah. 2011. Pengaruh Inflasi, Suku bunga dan Kurs Terhadap IHSG di BEI.Jurnal Ekonomi Mulawarman Samarinda.

(17)

Erawati, Neny. 2002. Analisa pergerakan suku bunga dan laju ekspektasi inflasi terhadap kebijakan moneter. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan.

Gujarati, Damodar dan Sumarno, Zain. 2003. Ekometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Jatiningsih, Musdholifah. 2007. Pengaruh Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

Krisna, Aditya, wirawati. 2008. Pengaruh Inflasi, Nilai tukar rupiah, Suku Bunga SBI pada Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntasi Universitas Udayana.

Mauliano, Deddy Azhar. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG di BEI. Jurnal Ekonomi Universitas Gunadarma Mauliano, Deddy Azhar. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG di BEI. Jurnal Ekonomi Universitas Gunadarma.

https://adypato.wordpress.com/2010/05/12/pengertian-suku-bunga-menurut-beberapa-ahli/ http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-inflasi-jenis-penyebab-dampak.html http://www.zonasiswa.com/2014/08/pengertian-inflasi-lengkap.html http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120529160244AAppmpk http://www.academia.edu/6082009/IHSG http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82220&val=986 http://download.portalgaruda.org/article.php?article=114436&val=5240 www.bi.go.id www.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Adapun kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan kepuasan nasabah, melalui pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah.Pelayanan dikatakan baik

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS-Sejarah, respon siswa terhadap penerapan Metode Kerja Kelompok

Agar tidak menimbulkan kesalahan dalam memahami skripsi yang berjudul “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI POHON ALBA DENGAN SISTEM NYINOM DALAM PERSPEKTIF

Sedangkan pada hari libur (Minggu), berdasarkan analisis program Excel dan KAJI di bawah (Tabel 17 dan Gambar 3) mununjukan bahwa nilai derajat kejenuhan (DS) simpang

waktu penyelesaian dari seluruh pesanan yang diterima ( makespan ). Tiap proses diasumsikan berjalan dengan

A STUDY ON THE PROCEDURES OP INVESTIGATION AS SEEN IN JOHN GRISHAM’S NOVELTHE SUMMONS’*. Apabila dipandang perlu Saudara diminta mengoreksi lema Skripsi

FORMULASI TEPUNG JAGUNG, TEPUNG PISANG NANGKA DAN OATMEAL PADA PRODUK FLAKES DITINJAU DARI.. KARAKTERISTIK FISIKOKIMIAWI

[r]