BAB. VI ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang
optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM
Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan
sumber daya manusia. Adanya beberapa perubahan dalam peratuan tentang Perangkat
Daerah membuat beberapa tugas pokok dan Fungsi Kelembagaan penggerak RPIJM berubah,
dimana Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah pada tanggal
19 Juni 2016 yang mencabut dan menyatakan tidak berlaku Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Pemerintah ini memberikan arah
dan pedoman yang jelas kepada Daerah dalam menata Perangkat Daerah secara efisien,
efektif, dan rasional sesuai dengan kebutuhan nyata dan kemampuan Daerah masing-masing
serta adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi serta komunikasi kelembagaan
antara Pusat dan Daerah.Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga,
penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu
kesatuan.
6.1. Kerangka Kelembagaan
Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan
Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.
6.1.1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program
Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas,
dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya. Selaras dengan beberapa
perubahan.
Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya, informasi yang perlu
disajikan antara lain adalah sebagai berikut:
• Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota.
• Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota saat ini.
• Penjelasan tentang tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dalam Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)
1) TUGAS Bappeda Kabupaten Indragiri Hilir adalah : melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan di bidang Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan
2) FUNGSI Bappeda Kabupaten Indragiri Hilir adalah :
a. Penyusunan kebijakan teknis penunjang Urusan Pemerintahan di Bidang Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan;
b. Pelaksanaan tugas dukungan teknis penunjang Urusan Pemerintahan di Bidang Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan;
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas teknis penunjang Urusan Pemerintahan di Bidang Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan;
d. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang Urusan Pemerintahan di Bidang Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3) Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri dari :
a. Kepala Badan.
b. Sekretariat, terdiri dari : a. Sub Bagian Program;
b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan c. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan.
c. Bidang Perencanaan, Pengendalian, dan Evaluasi Pembangunan Daerah, terdiri dari:
a. Sub Bidang Perencanaan dan Pendanaan; dan b. Sub Bidang Pengendalian, Evaluasi dan Pelaporan;
d. Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia, terdiri dari: a. Sub Bidang Sumber Daya Manusia;
b. Sub Bidang Sosial dan Budaya; dan c. Sub Bidang Sumber Daya Aparatur;
e. Bidang Perekonomian dan Sumberdaya Alam, terdiri dari: a. Sub Bidang Perekonomian; dan
b. Sub Bidang Sumberdaya Alam dan Pertanian;
f. Bidang Infrastruktur dan Lingkungan Hidup, terdiri dari: a. Sub Bidang Infrastruktur; dan
b. Sub Bidang Kewilayahan, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang;
g. Bidang Penelitian dan Pengembangan, Pendataan dan Kerjasama terdiri dari: a. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan;
c. Sub Bidang Kerjasama Pembangunan;
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN
DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN memiliki Tugas dan Fungsi
Sebagai Berikut :
1) TUGAS : melaksanakan urusan pemerintahan di bidang Perumahan Rakyat dan Permukiman.
2) FUNGSI : Dalam melaksanakan tugas, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman menyelenggarakan fungsi
a. Penyusunan kebijakan teknis Urusan Pemerintahan di bidang Perumahan Rakyat dan Permukiman;
b. Pelaksanaan tugas teknis Urusan Pemerintahan di bidang Perumahan Rakyat dan Permukiman;
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas teknis Urusan Pemerintahan di bidang Perumahan Rakyat dan Permukiman;
d. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi Urusan Pemerintahan di bidang Perumahan Rakyat dan Permukiman; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3) Susunan Organisasi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, terdiri dari:
a. Kepala Dinas.
b. Sekretariat, terdiri dari :
1. Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Perlengkapan; dan 2. Sub Bagian Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan
c. Bidang Perumahan Rakyat dan Permukiman terdiri dari :
1. Seksi Perencanaan Perumahan Rakyat dan Penataan Lingkungan ; 2. Seksi Perumahan Rakyat; dan
3. Seksi Penataan Lingkungan Perumahan dan Permukiman
d. Bidang Cipta Karya, terdiri dari :
1. Seksi Perencanaan Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan ; 2. Seksi Penyediaan Air Bersih; dan
3. Seksi Penyehatan Lingkungan
e. Bidang Penataan Bangunan, terdiri dari : 1. Seksi Perencanaan Tata Bangunan; 2. Seksi Penataan Bangunan; dan 3. Seksi Pendataan dan Pengawasan
f. Bidang Pertamanan dan Lampu terdiri dari: 1. Seksi Perencanaan Pertamanan dan Lampu; 2. Seksi Pertamanan dan Lampu; dan
3. Seksi Pemeliharaan Taman dan Lampu
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG
1) Tugas : Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang bertugas melaksanakan urusan pemerintahan di bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang..
2) Fungsi : Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang menyelenggarakan fungsi sebagai berikut ini :
a. Penyusunan kebijakan teknis Urusan Pemerintahan di bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
b. Pelaksanaan tugas teknis Urusan Pemerintahan di bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas teknis Urusan Pemerintahan di bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
d. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi Urusan Pemerintahan di bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3) Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, terdiri dari:
a. Kepala Dinas.
b. Sekretariat, terdiri dari :
1. Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Perlengkapan; dan 2. Sub Bagian Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan.
c. Bidang Sumber Daya Air, terdiri dari:
1. Seksi Perencanaan Teknis dan Evaluasi SDA; 2. Seksi Pembangunan; dan
3. Seksi Operasi dan Pemeliharaan.
d. Bidang Bina Marga, terdiri dari:
1. Seksi Perencanaan Teknis dan Evaluasi Bina Marga; 2. Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan; dan 3. Seksi Preservasi Jalan dan Jembatan.
e. Bidang Jasa Konstruksi dan Peralatan, terdiri dari: 1. Seksi Pengaturan dan Pengawasan;
2. Seksi Pemberdayaan; dan 3. Seksi Peralatan.
f. Bidang Tata Ruang, terdiri dari:
1. Seksi Pengaturan dan Pembinaan Penataan Ruang; 2. Seksi Perencanaan Tata Ruang; dan
3. Seksi Pemanfaatan Ruang
g. Kelompok Jabatan Fungsional
h. Unit Pelaksana Teknis Dinas
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN
2) Fungsi : Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihanmenyelenggarakan fungsi sebagai berikut ini :
a. Penyusunan kebijakan teknis Urusan Pemerintahan di bidang Lingkungan Hidup;
b. Pelaksanaan tugas teknis Urusan Pemerintahan di bidang Lingkungan Hidup;
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas teknis Urusan Pemerintahan di bidang Lingkungan Hidup;
d. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi Urusan Pemerintahan di bidang Lingkungan Hidup; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3) Susunan Organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, terdiri dari:
a. Kepala Dinas.
b. Sekretariat, terdiri dari :
1. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan; 2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan
3. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan.
c. Bidang Tata Lingkungan, terdiri dari: 1. Seksi Inventarisasi, Lingkungan Hidup; 2. Seksi Kajian dampak Lingkungan; dan 3. Seksi Pemeliharaan Lingkungan.
d. Bidang Kebersihan, terdiri dari: 1. Seksi Pengurangan Sampah; 2. Seksi Penanganan Sampah; dan 3. Seksi Pemprosesan Akhir Sampah.
e. Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, terdiri dari: 1. Seksi Pengendalian Pencemaran Lingkungan;
2. Seksi Pengendalian Kerusakan Lingkungan; dan 3. Seksi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun.
f. Bidang Pemantauan, Penaatan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup, terdiri dari:
1. Seksi Pemantauan Kualitas Lingkungan;
2. Seksi Penyelesaian Sengketa dan Penegakan Hukum Lingkungan; dan 3. Seksi Peningkatan Kapasitas Lingkungan.
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
h. Unit Pelaksana Teknis Dinas.
PDAM TIRTA INDRAGIRI
1) Tugas : PDAM Tirta Indragiri menyelenggarakan Pengelolaan Air Minum untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat yang Mencakup aspek sosial,kesehatan, dan pelayanan umum.
2) Fungsi : PDAM Tirta Indragiri menyelenggarakan fungsi sebagai berikut ini : Untuk melaksanakan tugas pokok Perusahaan mempunyai fungsi :
2. Menyelenggarakan kepentingan umum ; 3. Meningkatkan pendapatan daerah ; 4. Pelaksanaan ;
5. Pengawasan ;
3) Susunan organisasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) terdiri dari : a. Badan Pengawasan terdiri dari :
1. Ketua, merangkap anggota 2. Sekretaris, merangkap anggota 3. Anggota – anggota
b. Dewan Direksi terdiri dari : 1. Direktur Utama
2. Direktur Bidang Umum 3. Direktur Bidang Teknik c. Direktur Umum terdiri dari :
1. Bagian Pembukuan
- Sub Bagian Pembukuan - Sub Bagian Pengelolaan
2. Bagian Kas dan Penagihan
- Sub Bagian Keuangan - Sub Bagian Penagihan
3. Bagian Umum
-Sub Bagian Personalia
-Sub Bagian Adm Umum / Gudang
d. Direktur Teknik terdiri dari : 1. Bagian Langganan
- Sub Bagian Pelayanan Langganan - Sub Bagian Pencatatan Meter
2. Bagian Produksi dan Distribusi
- Sub Bagian Produksi - Sub Bagian Laboratorium - Sub Bagian Distribusi
3. Bagian Teknik
- Sub Bagian Pemeliharaan / Perawatan
4. Bagian Perencanaan Teknik
- Sub Bagian Pengembangan Teknik
e. Cabang / Unit terdiri dari : 1. Pelaksana Inkaso 2. Pelaksana Langganan 3. Pelaksana Umum 4. Pelaksana Perencanaan 5. Pelaksana Teknik
6.1.2. Kondisi Kelembagaan Saat Ini
Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan
Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.
Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas,
dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.
Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah
satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi
yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan
menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja
dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.
Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya,
perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian
dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi.
Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi
di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas
dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan
secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.
Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam
Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya
menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya Dinas
Perakim. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu
dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar
Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman
bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.
Tabel VI-1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
No Nama SOP Instansi yang terlibat Tugas dan fungsi Instansi dalam SOP
(1) (2) (3) (4)
Bangkim • Bappeda
• Dinas Perakim
• Dinas PU dan Tata Ruang
PBL • Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
• Bapedda
PLP • Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
• Dinas Perakim
• Dinas PU dan Tata Ruang
AM • Dinas Perakim
• PDAM Tirta Indragiri
SOP Non - Teknis • Bapedda
• Dinas Perakim
• Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
• Dinas PU dan tata Ruang
Analisis Kelembagaan
Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini
menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang
menangani bidang Cipta Karya.
1) Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian
bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk
RPIJM Bidang Cipta Karya.
Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku?
2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing instansi?
3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja daerah khususnya
yang terkait dengan bidang cipta karya?
Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan
melakukan diskusi antar anggota Tim RPIJM.
2) Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah
keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan
kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:
1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Daerah telah menguraikan tupoksi
masing-masing dinas/unit kerja yang ada?
2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta
karya yang terjadi selama ini?
3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP
41 tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua sektor bidang cipta karya yaitu bidang
air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan
penataan bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang
dibentuk?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah yang
terkait dengan bidang Cipta Karya?
5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja
daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
3) Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM
bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk
RPIJM Bidang Cipta Karya.
Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah
sebagai berikut :
1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun
kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?
2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah
yang terkait dengan bidang cipta karya?
3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas
SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
Analisis SWOT Kelembagaan
Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat
faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT. Berdasarkan penjabaran dari
kondisi eksisting kelembagaan, serta pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis
kelembagaan, maka diperlukan melakukan analisis SWOT kelembagaan bidang CK di yang
meliputi aspek organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia.
Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan
dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah
keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi
ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan
yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru
(strategi W-T).
Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang
keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya,
selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi
bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam
rencana pengembangan kelembagaan.
Strategi SO (Kuadran 1) Strategi ST (Kuadran 2)
KELEMAHAN (W) a.
b. c.
Strategi WO (Kuadran 3) Strategi WT (Kuadran 4)
Rencana Pengembangan Kelembagaan
Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota
yang menangani bidang Cipta Karya. Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis
SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi
pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan
sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana
pengembangan kelembagaan di daerah.
Rencana Pengembangan Keorganisasian
analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan
struktur organisasi dan tupoksinya.
Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis
dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan
jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan
beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan
satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya
bidang Cipta Karya.
Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan
Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada
analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan
standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam
instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta
Karya.
Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu
pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan
kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian,
maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi
sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan
dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai
melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka
peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal
Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel 12.6
Tabel VI-2. Pelatihan Bidang Cipta Karya
No Instansi
1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis
2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara
3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III
4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan
5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan
No Instansi
7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan
9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan
10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya
11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana
12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara
13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai
15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai
16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
17 Diklat Jabatan Fungsional
6.2. Kerangka Regulasi
Sistem regulasi nasional merupakan suatu proses mekanisme bertahap untuk
mewujudkan harmonisasi antara kebijakan yang dirumuskan kedalam bentuk regulasi melalui
upaya pengelolaan yang terarah (perencanaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi) terutama
dalam rangka meningkatkan kualitas regulasi dan kinerja penyelenggara Negara demi
tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Dalam Agenda 100-0-100 terdapat Kerangka Regulasi yang merupakan kebutuhan
regulasi yang diperlukan dalam rangka mendukung pencapaian agenda 100-0-100 Bidang
Cipta Karya, antara lain yang berkaitan dengan sektor air minum, sektor penyehatan
lingkungan permukiman, sektor penataan bangunan dan lingkungan serta sektor
pengembangan permukiman.
Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya mengacu pada
Undang-Undang yang berlaku. Adapun amanat perundangan yang terkait dengan keciptakaryaan
antara lain:
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
‒ Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan, maka
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi
diarahkan pada: (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management)
minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat; (3) penyelenggaraan pelayanan air
minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional; dan (4) penyediaan
sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi
masyarakat miskin.
‒ Percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara
pemerintah dan dunia usaha; Pengembangan perumahan dan permukiman.
‒ Ketersediaan infrastruktur sesuai tata ruang; Terpenuhinya penyediaan air minum
untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur pedesaan mendukung pertanian;
Pemenuhan kebutuhan hunian didukung sistem pembiayaan jangka panjang;
Terwujudnya kota tanpa pemukiman kumuh.
‒ Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukung bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan
perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel sehingga
terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
‒ Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang
dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama lima
(5) tahun terhitung sejak diberlakukannya UU ini.
‒ Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya
pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran
ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan
sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pemrosesan akhir.
Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
‒ UU mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, pendanaan & pembiayaan, dan peran
masyarakat.
‒ Dalam menangani permukiman kumuh dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari
pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya
peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman
kembali.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan kualitas,
pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan
dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.
Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
‒ Bangunan gedung harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan
gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan
lingkungannya. Sistem penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara
dilakukan dengan prinsip-prinsip penghematan energi (amanat green building).
‒ Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan.
‒ Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia
merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
‒ Infrastruktur air minum, air limbah permukiman, persampahan, merupakan bagian
dari sistem jaringan prasarana yang mendukung sistem permukiman dan membentuk
struktur ruang kota.
‒ Peraturan ini mengamanatkan penyediaan ruang terbuka hijau dengan proporsi
paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
‒ Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merupakan Urusan Pemerintahan
yang wajib diselenggarakan seluruh Daerah dan bersifat Pelayanan Dasar untuk
memenuhi kebutuhan dasar warga negara. Pemda telah diamanatkan untuk
memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan
Pelayanan Dasar sehingga mendapat perlakuan khusus dalam penyusunan
kelembagaan, perencanaan dan penganggaran di pusat dan di daerah.
‒ Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan
dengan Pelayanan Dasar berpedoman pada SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat, sekaligus mendukung indikator kinerja utama kementerian dan kinerjanya
akan dikontrol secara ketat oleh berbagai stakeholders.
‒ Dalam pembangunan bidang infrastruktur permukiman, Pemerintah Pusat memiliki
kewenangan untuk mengembangkan sistem permukiman secara nasional, lintas
provinsi, atau untuk kepentingan strategis nasional. Pembagian kewenangan antara
Tabel VI.3 -Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota
Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/Kota
Permukiman a. Penetapan sistem pengembangan
infrastruktur permukiman secara nasional.
b. Penyelenggaraan infrastruktur
pada permukiman di kawasan strategis nasional
Penyelenggaraan infrastruktur
pada permukiman di kawasan strategis Daerah Provinsi.
Penyelenggaraan
infrastruktur pada
permukiman di Daerah kabupaten/kota
Bangunan Gedung
a. Penetapan bangunan gedung
untuk kepentingan strategis
nasional
b. Penyelenggaraan bangunan
gedung untuk kepentingan
strategis nasional dan
penyelenggaraan bangunan
gedung fungsi khusus
a. Penetapan bangunan gedung untuk kepentingan strategis Daerah provinsi
b. Penyelenggaeaan bangunan gedung untuk kepentigan strategis Daerah provinsi
Penyelenggaraan
bangunan gedung di
wilayah Daerah
kabupaten/kota, termasuk
pemberian IMB dan
sertifikat laik fungsi
bangunan
Penataan Bangunan dan Lingkungan
a. Penetapan pengembangan sistem
penataan bangunan dan
lingkungan secara nasional
b. Penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungannya di kawasan strategis nasional
Penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan di
kawasan strategis Daerah
provinsi dan penataan bangunan dan lingkungan lintas daerah
Penyelenggaraan
penataan banguanan dan
lingkungan di daerah
kabupaten/kota
Air Minum a. Penetapan pengembangan SPAM
secara nasional
b. Pengelolaan dan pengembangan
SPAM lintas Daerah provinsi, dan SPAM untuk kepentingan strategis nasional
Pengelolaan dan pengembangan
SPAM lintas daerah
kabupaten/kota
Pengelolaan dan
pengembangan SPAM di daerah kabupaten/kota
Air Limbah a. Penetapan pengembangan sistem
pengelolaan air limbah domestik secara nasional
b. Pengelolaan dan pengembangan
sistem pengelolaan air limbah domestik lintas daerah provinsi, dan sistem pengelolaan air limbah
domestik untuk kepentingan
strategis nasional
Pengelolaan dan pengembangan sistem airl limbah domestik regional
Pengelolaan dan
pengembangan sistem air limbah domestik dalam daerah kabupaten/kota
Persampahan a. Penetapan pengembangan sistem
pengelolaan persampahan secara nasional
b. Pengembangan sistem
pengelolaan persampahan lintas
daerah provinsi dan sistem
pengelolaan persampahan untuk kepentingan strategis nasional
Pengembangan sistem dan
pengelolaan persampahan
Drainase a. Penetapan pengembangan sistem
drainase secara nasional
b. Pengelolaan dan pengembangan
sistem drainase lintas daerah provinsi dan sistem drainase untuk kepentingan strategis nasional
Pengelolaan dan pengembangan sistem drainase yang terhubung dengan sungai lintas daerah kabupaten/kota
Pengelolaan dan
pengembangan sistem
drainase yang terhubung
dengan sungai dalam
Di samping Undang-Undang tersebut, Ditjen Cipta Karya dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya juga mengacu pada peraturan pelaksana dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, maupun Peraturan Menteri PUPR. Adapun peraturan pelaksanaan bidang Cipta Karya antara
lain:
• PP No. 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG (Undang Undang Bangunan
Gedung);
• PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
• PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga;
• Permen PUPR No. 03/PRT/M/2015 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Bidang Infrastruktur;
• Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
• Permen PU No. 34/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
• Permendagri No. 57 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Perkotaan;
• Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum.
Berikut adalah kerangka regulasi yang dibutuhkan dalam pencapaian agenda 100-0-100 di
Kabupaten Indragiri Hilir:
Tabel VI.4 - Kerangka dan Kebutuhan Regulasi dalam Pencapaian Agenda 100-0-100 Bidang Cipta Karya
1 Penerbitan Perda tentang
Obligasi Daerah sbg Mekanisme Pembiayaan Infrastruktur
*Implementasi UU 23/2014 BPKAD
2 Peraturan Bupati/Walikota
tentang Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
Sebagai landasan dalam
pembangunan Sistem
Penyediaan Air Minum di Kabupaten/Kota
No
3 Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota tentang
Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Sebagai landasan dalam
Pencegahan Dan
Peningkatan Kualitas
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kabupaten/Kota
Dinas Perakim
4 Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Rumah Tangga
Sebagai landasan dalam
Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan
Sejenis Rumah Tangga di Kabupaten/Kota
Dinas Kebersihan dan
Pertamanan
5 Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota tentang
Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga
Sebagai landasan dalam Pengelolaan Air Limbah
Rumah Tangga di
Kabupaten/Kota
DLHK
6 Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota tentang
Rencana Induk Sistem Drainase Kabupaten/Kota
Sebagai landasan dalam
Pembangunan Sistem
Drainase di
Kabupaten/Kota
Dinas PERAKIM
7Peraturan Bupati/Walikota
tentang Tenaga Ahli Bangunan
Gedung, Izin Mendirikan
Bangunan, Sertifikat Laik Fungsi
dan Pendataan Bangunan
Gedung
Sebagai petunuk teknis dalam pelaksanaan Perda Bangunan Gedung
Dinas PUTR
BAB. VI ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN ... 105
6.1. Kerangka Kelembagaan ...105
6.1.1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya ... 105
6.1.2. Kondisi Kelembagaan Saat Ini ...110
1) Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya... 112
2) Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya... 112
3) Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya... 113
6.2. Kerangka Regulasi...116
Tabel VI-1. Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya... 111
Tabel VI-2. Pelatihan Bidang Cipta Karya... 115
Tabel VI-3. Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota ... 119