• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU)

TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya)

Oleh:

GIAN RIKSA WIBAWA 103403189

Email: gianriksawibawa@yahoo.com

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya, Jawa Barat, Telp. (0265) 330634

ABSTRACT

The objective of this research is to know and analyze Regionlly Orginal Income, General Allocation Fund and Capital Expenditures city government Tasikmalaya. The Influence of Regionlly Orginal Income And General Allocation Fund On Capital Expenditures in city government Tasikmalaya. The data was collected by field research. The method used in this research is descriptive method of analysis with a case study approach, while the data analysis technique used is the analysis of the path. Based on these results it can be concluded that there is an influence Regionlly Orginal Income And General Allocation Fund On Capital Expenditures. Regionlly Orginal Income no effect on Capital Expenditures, still small funds obtained from the Regionlly Orginal Income so yet make a major contribution to the Capital Expenditure. General Allocation Fund has effect the Capital Expenditures. Regionlly Orginal Income has effect the General Allocation Fund, if the Regionlly Orginal Income decreased the General Allocation Fund to be received will increase, if otherwise Regionlly Orginal Income increases, General Allocation Fund received will decreased. In this case the City of Tasikmalaya should further develop the potential of local revenue, so the Regionlly Orginal Income will increase more and more significant effect on spending.

Keywords: Regionlly Orginal Income, General Allocation Fund, Capital Expenditure

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Belanja Modal Pemerintah Kota Tasikmalaya. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota Tasikmalaya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal. Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal, masih kecilnya dana yang didapatkan dari Pendapatan Asli Daerah sehingga belum memberikan kontribusi yang besar terhadap Belanja Modal. Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Modal. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Dana Alokasi Umum, jika Pendapatan Asli Daerah yang diterima menurun maka Dana Alokasi Umum yang akan diterima akan meningkat, apabila sebaliknya Pendapatan Asli Daerah yang diterima meningkat maka Dana Alokasi Umum yang diterima akan menurun. Dalam hal ini

(2)

Pemerintah Kota Tasikmalaya harus lebih mengembangkan potensi Pendapatan Daerah, sehingga Pendapatan Asli Daerah akan lebih meningkat dan lebih berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.

Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Belanja Modal

PENDAHULUAN

Dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka daerah diberikan otonomi atau kewenangan kepada daerah untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Adanya desentralisasi keuangan merupakan konsekusensi dari adanya kewenangan untuk mengelola keuangan secara mandiri. Apabila Pemerintah Daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan mendapat kebebasan dalam pengambilan keputusan pengeluaran di sektor publik, maka mereka harus mendapat dukungan sumber-sumber keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, lain-lain dari pendapatan yang sah (Halim, 2009).

Dengan adanya otonomi daerah ini berarti Pemerintah Daerah dituntut untuk lebih mandiri, tak terkecuali juga mandiri dalam masalah finansial.Meski begitu Pemerintah Pusat tetap memberi bantuan yang berupa Dana Alokasi Umum (DAU) yang ditransfer ke Pemerintah Daerah. Dalam praktiknya, transfer dari Pemerintah Pusat merupakan sumber pendanaan utama Pemerintah Daerah untuk membiayai operasional daerah, yang oleh Pemerintah Daerah “dilaporkan” di perhitungan anggaran. Tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh negeri (Maemunah, 2006).

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pembagian dana untuk daerah melalui bagi hasil berdasarkan daerah penghasil cenderung menimbulkan ketimpangan antar daerah. Daerah yang mempunyai potensi pajak dan Sumber Daya Alam (SDA) yang besar hanya terbatas pada sejumlah daerah tertentu saja.Peranan Dana Alokasi Umum (DAU) terletak pada kemapuannya untuk menciptakan pemerataan berdasarkan pertimbangan atas potensi fiskal dan kebutuhan nyata dari masing-masing daerah (Undang-undang No.33 Tahun 2004).

Berdasarkan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan. Dalam kenyataannya PAD belum bisa memberikan kontribusi

(3)

yang signifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan, tidak signifikannya peran PAD dalam anggaran daerah tidak lepas dari system tax assignment di Indonesia yang masih memberikan kewenangan penuh kepada pemerintah pusat untuk mengumpulkan pajak-pajak potensial (Utang Rosidin, 2010:230).

Dengan adanya desentralisasi diharapkan pemerintah bisa lebih mandiri, tidak terkecuali dalam hal finansial. PAD belum memberikan kontribusi yang signifikan. Oleh sebab itu, sesuai dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) yang terdiri dari pajak dan Sumber Daya Alam. Disamping Dana Perimbangan tersebut, Pemerintah Daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), pembiayaan, dan lain-lain pendapatan daerah. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Dana transfer dari Pemerintah Pusat digunakan secara efektif dan efisien oleh Pemerintah Daerah dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat.

Belanja modal merupakan salah satu cara untuk mewujudkan tujuan otonomi daerah yaitu meningkatkan kesejahtraan dan pelayanan kepada masyarakat, hal ini menyimpulkan bahwa belanja modal itu sangat penting karena membantu mewujudkan kesejahtraan masyarakat.

Peningkatan pelayanan publik diharapkan mampu menarik kesempatan investasi suatu daerah. Salah satu cara untuk mendukung peningkatan investasi suatu daerah adalah dengan lebih meningkatkan belanja modal. Oleh karena itu, tuntutan merubah struktur belanja menjadi kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal yang lebih rendah (Halim, 2001).Menurut Mardiasmo (2002) semakin tinggi tingkat belanja modal mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan yang tercermin adanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Berdasarkan latar belakang penelitian yang ada, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Belanja Modal pada Pemerintah Kota Tasikmalaya.

2. Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Dana Alokasi Umum (DAU) pada Pemerintah Kota Tasikmalaya.

(4)

3. Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) secara Parsial dan Simultan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kota Tasikmalaya.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Belanja Modal pada Pemerintah Kota Tasikmalaya.

2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Dana Alokasi Umum (DAU) pada Pemerintah Kota Tasikmalaya.

3. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) secara Parsial dan Simultan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kota Tasikmalaya.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-faktanya, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Operasionalisasi Variabel

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen (X)

Dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan variabel bebas.Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiono, 2009:59).Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Pendapatan Asli Daerah (X1) dan Dana Alokasi Umum (X2). 2. Variabel Dependen (Y)

Dalam bahasa Indonesia sering disebut juga sebagai variabel terikat.Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2009:59).Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Belanja Modal (Y).

(5)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala

Pendapatan Asli Daerah (X1)

Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. (Abdul Halim, 2002:64).

Total penjumlahan pajak daerah, retribusi, bagian laba usaha daerah, dan lain-lain PAD yang sah

Rupiah Rasio

Dana Alokasi Umum

(X2)

Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. (Abdul Halim, 2002:160). Celah fiskal, alokasi dasar (gaji pegawai), dana penyeimbang. Rupiah Rasio Belanja Modal (Y) Belanja Modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. (Abdul Halim, 2002:72). Total penjumlahan belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja

gedung dan

bangunan, belanja jalan, irigasi dan jaringan dan belanja fisik lainnya.

(6)

Teknik Pengumpulan Data Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi dua jenis data, yaitu: 1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara peninjauan langsung terhadap suatu objek penelitian dan hasil wawancara denga pihak Badan, Dinas dan Kantor yang terkait.

2. Data Sekunder

Yaitu data penelitian yang diperoleh tidak berhubungan langsung memberikan data kepada pengumpul data.Sumber data yang dimaksud adalah dokumen-dokumen yang ada dan jurnal-jurnal yang berhubungan langsung dengan kegiatan penelitian.

Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan

Yaitu penelitian yang berguna untuk memperoleh data primer atau berupa fakta yang ada dilapangan berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Penelitian lapangan dilakukan dengan cara melakukan penelitian secara langsung dengan mendatangi tempat yang akan mendukung untuk memperoleh data yang diperlukan. Penelitian lapangan ini meliputi:

a. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian guna melengkapi data yang dibutuhkan.

b. Dokumentasi

Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara mencatat, melihat, dan mengamati laporan-laporan dan formulir-formulir yang ada di objek penelitian.

2. Penelitian Kepustakaan

Yaitu penelitian yang mempunyai manfaat untuk memperoleh sekunder atau teoritis yang akan melandasi dan memberikan arah yang jelas bagi penulis. Langkah yang diambil dengan cara membaca, mengkaji, membandingkan, mengutip hal-hal yang berkaitan dengan pokok permasalahan.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, dimana dua variabel bebas (independent variable) yakni Pendapatan Asli Daerah (X1) dan Dana Alokasi Umum (X2), sedangkan untuk variabel terikat (dependent variable) adalah Belanja Modal (Y).

(7)

Teknik yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis), tujuan digunakan analisis jalur (path analysis) adalah untuk mengetahui pengaruh seperangkat variabel X (independent variable) dan untuk mengetahui antara variabel X. Dalam analisis jalur ini dapat dilihat pengaruh dari setiap variabel secara bersama-sama.Selain itu, tujuan dilakukannya analisis jalur adalah untuk menerangkan pengaruh langsung atau tidak langsung dari beberapa variabel penyebab terhadap variabel lainnya sebagai variabel terikat.

Dari struktur Path Analysis diatas, terdapat beberapa langkah-langkah yang digunakan: 1. Menghitung koefisien korelasi (r)

ρyx2x1 = rx2x1

Oleh karena itu dapat digunakan rumus berikut:

rij = 1

n ZiZj

atau

r = N XY − εX . (εY)

[NεX2− (εX)2][NεY2− εY 2]

(Ating Somantri, Sambas Ali Muhidin, 2006:26) Tabel 3.2

Tingkat Keeratan Hubungan

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 1,99 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat Kuat (Sugiyono, 2007:231)

2. Pengujian secara simultan menggunakan rumus sebagai berikut:

t = n − k − 1 R

2yx

1x2… … xk

k(1 − R2yx

1x2… … xk)

(Ating Somantri, Sambas Ali Muhidin, 2006:276) Keterangan:

(8)

K = banyaknya variabel eksogenus dalam substruktur yang sedang diuji T = mengikuti table distribusi F-snedector, dengan derajat bebas

3. Pengujian secara parsial menggunakan rumus sebagai berikut:

t = ρxixj 1 − R2xixjCii

n − k − 1

(Ating Somantri, Sambas Ali Muhidin, 2006:276) 4. Pengujian faktor residuatau sisa

ρyεi= 1 − R2y

ix1x2… xk

(Ating Somantri, Sambas Ali Muhidin, 2006:275) Keterangan : R2y ix1x2… xk = ρyx1ryxi k i=1 ρyε= Koefisien Residu Tabel 3.3

Formula Untuk Mencari Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung antara Variabel Penelitian

No PengaruhLangsung PengaruhTidakLangsung Total Pengaruh 1. Y ← X 1 → Y = ρyx1 2 Y ← X 1 → X2 → Y ρyx1. rx1x2. ρyx2) + (ρyx1 + rx1x2. ρyx2 A B Total PengaruhX1 C 2. Y ← X 2 → Y = ρyx2 2 D E Total PengaruhX2 F

Total PengaruhX1dan

X2terhadap Y

C+F=(G)

PengaruhResidu 100%-G 1

5. Prosedur Hipotesis Operasional 1. Penetapan Hipotesis Operasioal

a. Secara Simultan

Ho : ρyx1x2 = 0 Besarnya PAD dan DAU secara simultan tidak berpengaruh terhadap belanja modal

(9)

Ha : ρyx1x2 ≠ 0 Besarnya PAD dan DAU secara simultan berpengaruh terhadap belanja modal

b. Secara Parsial

Ho : ρyx1x2 = 0 Besarnya PAD secara parsial tidak berpengaruh terhadap DAU

Ha : ρyx1x2 ≠ 0 Besarnya PAD secara parsial berpengaruh terhadap DAU Ho : ρyx1x2 = 0 Besarnya PAD secara parsial tidak berpengaruh terhadap

belanja modal

Ha : ρyx1x2 ≠ 0 Besarnya PAD secara parsial berpengaruh terhadap belanja modal

Ho : ρyx1x2 = 0 Besarnya DAU secara parsial tidak berpengaruh terhadap belanja modal

Ha : ρyx1x2 ≠ 0 Besarnya DAU secara parsial berpengaruh terhadap belanja modal

2. Penetapan tingkat signifikasi

Tingkat signifikasi yang digunakan adalah 95% (α = 0,05) yang merupakan tingkat signifikasi yang sering digunakan dalam ilmu sosial yang menunjukkan ketiga variabel mempunyai korelasi cukup nyata. Dimana metode pengujian yang digunakan adalah pengujian dua arah

3. Uji signifikasi

Untuk menguji signifikasi dilakukan dua pengujia dua arah, yaitu : a. Secara parsial menggunakan uji t

b. Secara simultan menggunakan uji F 4. Kaidah keputusan

a. Secara parsial

Terima Ho jika −t 1 2 α ≤ thitung dan ≤ t 1 2 α

Tolak Ho jika thitung ≤ −t 1 2 α dan ≥ t 1 2 α

b. Secara simultan

Terima Ho jika : F hitung ≤ F tabel Tolak Ho jika : F hitung > F table

(10)

5. Penarikan kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas, penulis akan melaksanakan analisa secara kuantitatif. Dari hasil tersebut akan ditarik kesimpulan, apakah hipotesis yang telah ditetapkan itu diterima atau ditolak.

PEMBAHASAN

Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

Dari hasil penelitian, terlihat bahwa PAD pada Pemerintah Kota Tasikmalaya dari

tahun 2004 sampai dengan 2013 senantiasa mengalami peningkatan. Namun pada tahun

2010, 2012 dan 2013 PAD pada Pemerintah Kota Tasikmalaya mengalami peningkatan yang

cukup besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun yang lain.

PAD kota Tasikmalaya tahun 2004 merupakan yang terkecil dibandingkan dengan

tahun-tahun yang lain, ini dikarenakan pemerintah kota Tasikmalaya baru beberapa tahun

berdiri dan belum bisa memaksimalkan potensi yang ada di Kota Tasikmalaya. Namun dari

tahun ke tahun PAD Kota Tasikmalaya terus meningkat, misalnya pada tahun 2005 PAD

Kota Tasikmalaya naik Rp. 8.182.432.095.68 dari tahun 2004, ini disebabkan oleh

pemerintah kota Tasikmalaya sudah bisa sedikit menggali potensi yang ada di Tasikmalaya.

Pada tahun 2006 PAD Kota Tasikmalaya naik Rp. 12.722.874.452.09 dari tahun 2005, ini

terjadi karena dari tahun ke tahun Kota Tasikmalaya semakin mengetahui apa yang harus

dilakukan untuk meningkatkan PAD. Pada tahun 2007 PAD Kota Tasikmalaya naik Rp.

11.250.485.275.66 dari tahun 2006, ini disebabkan karena pemerintah kota Tasikmalaya telah

bisa lebih mandiri dari tahun ke tahun dengan bisa melihat potensi daerahnya. Pada tahun

2008 PAD Kota Tasikmalaya naik Rp. 174.290.456.25 dari tahun 2007, kenaikan ini

merupakan kenaikan paling kecil dari tahun-tahun yang lain, ini dikarenakan pemerintah kota

Tasikmalaya belum menemukan potensi baru di daerahnya sehingga kenaikan PAD kota

Tasikmalaya tidak terlalu besar. Pada tahun 2009 PAD Kota Tasikmalaya naik Rp.

(11)

mengetahui potensi baru yang ada di Tasikmalaya. Pada tahun 2010 PAD Kota Tasikmalaya

naik Rp. 24.786.152.945.00 dari tahun 2009, kenaikan ini cukup tinggi dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya, ini menjadi nilai yang sangat baik untuk pemerintah kota

Tasikmalaya karena daerahnya sudah lebih mandiri dengan menghasilkan PAD yang

meningkat besar. Pada tahun 2011 PAD Kota Tasikmalaya naik Rp. 2.058.600.101.17 dari

tahun 2010, ini disebabkan oleh pemerintah kota Tasikmalaya yang semakin tahun semakin

bisa menggali potensi baru yang ada di daerahnya, terutama potensi dari pajak dan retribusi

daerah. Pada tahun 2012 PAD Kota Tasikmalaya naik Rp. 43.167.898.055.46 dari tahun

2011, kenaikan pada tahun 2012 merupakan kenaikan yang paling besar diantara tahun-tahun

yang lain, ini pencapaian yang sangat baik untuk pemerintah kota Tasikmalaya yang telah

bisa memaksimalkan potensi dari sumber-sumber pemasukan PAD seperti pajak dan retribusi

daerah, dll. Pada tahun 2013 PAD Kota Tasikmalaya naik Rp. 24.061.492.917.81 dari tahun

2012, ini dikarenakan semakin tahun pemerintah kota Tasikmalaya semakin mandiri. Setiap

tahun PAD Kota Tasikmalaya selalu mengalami kenaikkan, dengan naiknya PAD kota

Tasikmalaya, ini menjadi bukti bahwa pemerintah kota Tasikmalaya telah bisa menggali dan

memaksimalkan potensi yang ada di Tasikmalaya.

Pemerintah Kota Tasikmalaya diharapkan terus menggali yang menjadi

sumber-sumber potensi pajak daerah dan retribusi daerah, sehingga PAD mengalami

peningkatan.Pemerintah terus berusaha meningkatkan PAD, agar dapat lebih mandiri dalam

mengatur rumah tangganya.

Dana Alokasi Umum (DAU) pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

Berdasarkan hasil penelitian, Dana Alokasi Umum yang diberikan cukup besar.

Pemberian Dana Alokasi Umum yang terjadi setiap tahunnya terjadi perubahan yang

meningkat, ini dikarenakan Dana Alokasi Umum masih merupakan dana prioritas bagi kota

(12)

DAU Kota Tasikmalaya tahun 2004 merupakan yang terkecil dibandingkan dengan

tahun-tahun yang lain, ini dikarenakan pemerintah kota Tasikmalaya baru beberapa tahun

berdiri dan masih dalam tahap transisi. Namun dari tahun ke tahun DAU Kota Tasikmalaya

terus meningkat, misalnya pada tahun 2005 DAU Kota Tasikmalaya naik Rp.

1.456.000.000.00 dari tahun 2004, ini disebabkan karena kota Tasikmalaya masih dalam

tahap transisi, jadi masih sedikit kebutuhan yang diperlukan untuk membangun atau

membayar gaji pegawai. Pada tahun 2006 DAU Kota Tasikmalaya naik Rp.

114.667.000.000.00 dari tahun 2005, ini menjadi kenaikan terbesar dibandingkan dengan

tahun-tahun yang lain, ini disebabkan karena kota Tasikmalaya masih belum lama berdiri

sehingga banyak kebutuhan-kebutuhan untuk menambah aset kota Tasikmalaya seperti

pengeluaran pada belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal, dll. Pada tahun

2007 DAU Kota Tasikmalaya naik Rp. 53.794.708.000.00 dari tahun 2006, ini dikarenakan

pemerintah kota Tasikmalaya memerlukan dana untuk menambah aset daerahnya. Pada tahun

2008 DAU Kota Tasikmalaya naik Rp. 36.260.923.400.00 dari tahun 2007, ini terjadi karena

semakin tahun pemerintah kota Tasikmalaya memerlukan dana untuk program-program

pemerintah sehingga dana transfer DAU dari pemerintah pusat masih sangat dibutuhkan.

Pada tahun 2009 DAU Kota Tasikmalaya naik Rp. 21.289.058.600.00 dari tahun 2008, ini

disebabkan karena setiap tahunnya kota Tasikmalaya memerlukan dana untuk kepentingan

yang berbeda-beda, sehingga DAU kota Tasikmalaya terus naik dari tahun ke tahun. Pada

tahun 2010 DAU Kota Tasikmalaya turun Rp. 4.655.426.000.00 dari tahun 2009, ini

disebabkan karena PAD kota Tasikmalaya pada tahun 2010 sangat besar bahkan terbesar dari

tahun-tahun yang lain, sehingga dana transfer DAU dari pemerintah pusat menurun. Pada

tahun 2011 DAU Kota Tasikmalaya naik Rp. 49.323.010.000.00 dari tahun 2010, ini

disebabkan karena pemerintah daerah memerlukan dana untuk program-program atau

(13)

106.036.946.000.00 dari tahun 2011, kenaikan ini cukup besar dikarenakan pemerintah kota

Tasikmalaya memerlukan dana untuk belanja daerah yang belum bisa ditutupi oleh PAD

yang padahal PAD pada tahun 2012 juga cukup besar. Pada tahun 2013 DAU Kota

Tasikmalaya naik Rp. 74.887.905.000.00 dari tahun 2012, ini disebabkan adanya keperluan

pemerintah kota Tasikmalaya yang belum bisa ditutupi oleh PAD, sehingga DAU masih

menjadi prioritas.

Berdasarkan hal tersebut bahwa penerimaan Dana Alokasi Umum bisa memberikan

kontribusi tiap tahunnya terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota Tasikmalaya, artinya

Pemerintah Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom yang baru berdiri masih sangat

tergantung pada penerimaan transfer daerah pusat. Namun demikian, hal ini dijadikan

motivasi untuk Pemerintah Kota Tasikmalaya untuk lebih menggali dan meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah. Tetapi dilihat dari hasil penelitian 10 tahun terakhir dari tahun 2004

sampai dengan tahun 2013 penerimaan Pendapatan Asli Daerah terus mengalami kenaikan

sehingga dapat meningkatkan Kapasitas Fiskal. Dengan demikian Celah Fiskal dapat

menurun dan ketergantungan Pemerintah Kota Tasikmalaya kepada Pemerintah Pusat dapat

menurun.

Belanja Modal pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa Belanja Modal hampir setiap tahun mengalami

peningkatan, ini disebabkan karena Kota Tasikmalaya belum lama berdiri dan membutuhkan

aset-aset yang memadai untuk kepentingan pelayanan kepada masyarakat.

Belanja modal kota Tasikmalaya tahun 2004 merupakan yang terkecil dibandingkan

dengan tahun-tahun yang lain, ini dikarenakan pemerintah kota Tasikmalaya baru beberapa

tahun berdiri dan masih memikirkan apa yang dibutuhkan dan aset yang diperlukan kota

Tasikmalaya. Namun dari tahun ke tahun belanja modal kota Tasikmalaya terus meningkat,

(14)

tahun 2004, ini disebabkan kota Tasikmalaya yang belum lama berdiri membutuhkan aset

untuk kebutuhan suatu pemerintahan. Pada tahun 2006 belanja modal kota Tasikmalaya naik

Rp. 54.722.313.763.27 dari tahun 2005, kenaikan ini cukup besar dikarenakan pemerintah

kota Tasikmalaya membutuhkan aset-aset baru untuk kepentingan pemerintahan dan

menambah aset untuk menunjang kesejahteraan rakyat. Pada tahun 2007 belanja modal kota

Tasikmalaya turun Rp. 9.699.698.906.27dari tahun 2006, ini disebabkan kebutuhan pada

tahun 2007 menurun dikarenakan pada tahun sebelumnya pemerintah kota Tasikmalaya

melakukan belanja untuk menambah aset cukup besar. Pada tahun 2008 belanja modal kota

Tasikmalaya naik Rp. 4.128.227.150.50 dari tahun 2007, ini dikarenakan pemerintah kota

Tasikmalaya membutuhkan dana untuk menambah aset pemerintahan. Pada tahun 2009

belanja modal kota Tasikmalaya naik Rp. 8.949.064.117.00 dari tahun 2008, kenaikan ini

dikarenakan adanya keperluan pemerintah kota Tasikmalaya untuk menambah aset kota

Tasikmalaya, guna untuk kepentingan rakyat. Pada tahun 2010 belanja modal kota

Tasikmalaya naik Rp. 10.994.405.867.50 dari tahun 2009, kenaikan ini cukup besar karena

adanya keperluan pemerintah daerah untuk melakukan belanja yang bertujuan untuk

menambah aset kota Tasikmalaya. Pada tahun 2011 belanja modal kota Tasikmalaya turun

Rp. 25.391.439.858.00 dari tahun 2010, penurunan ini merupakan penurunan yang paling

besar disbanding tahun-tahun yang lain, ini disebabkan karena pemerintah kota tidak

melakukan belanja yang besar dan tidak memerlukan penambahan aset yang besar pada tahun

ini. Pada tahun 2012 belanja modal kota Tasikmalaya naik Rp. 22.080.933.519.00 dari tahun

2011, kenaikan ini cukup besar karena pada tahun sebelumnya pemerintah kota Tasikmalaya

tidak melakukan belanja untuk menambah aset secara besar, sehingga pada tahun ini

diperlukan dana yang cukup besar untuk menambah aset. Pada tahun 2013 belanja modal

kota Tasikmalaya naik Rp. 134.851.697.684.00 dari tahun 2012, kenaikan pada tahun ini

(15)

pada tahun ini sangat drastic, ini disebabkan karena pemerintah daerah kota Tasikmalaya

melakukan penambahan aset secara besar-besaran dengan melakukan belanja yang sangat

besar pada belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja

jalan, irigasi dan jaringan, dan belanja fisik lainnya.

Pada tahun 2006 Belanja Modal Pemerintah Kota Tasikmalaya mengalami kenaikan

yang cukup besar, ini sesuai dengan data penerimaan DAU yang diperoleh Pemerintah Kota

Tasikmalaya yang ikut naik yang disebabkan oleh meningkatnya Belanja Modal, dimana

PAD belum memberikan kontribusi besar bagi Belanja Modal, sehingga bantuan dana dari

pemerintah pusat yaitu DAU menjadi meningkat.

Belanja modal di Pemerintah Kota Tasikmalaya setiap tahunnya mengalami

peningkatan, hal ini terjadi karena Kota Tasikmalaya baru diresmikan pada tahun 2001 untuk

menjadi daerah otonom. Sehingga masih banyak program-program pemerintah yang harus

dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan daerah. Salah satunya adalah belanja modal dimana

belanja modal ini digunakan untuk mensejahterakan rakyat dan pemberian pelayanan kepada

rakyat.

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Dana Alokasi Umum (DAU) pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

rX1X2 Gambar 4.1

Struktur pengaruh PAD (X1) terhadap DAU (X2)

Untuk mengetahui pengaruh antara Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum

pada Pemerintah Kota Tasikmalaya. Koefisien beta atau koefisien standar untuk PAD (X1)

terhadap DAU (X2) sebesar 0.959 dan koefisien determinasi sebesar 0.920 yang berarti

bahwa 92.0% variabilitas dari X2 (DAU) dipengaruhi oleh variabel bebas X1 (PAD).

X1 X2

(16)

Dengan kriteria penolakan Ho jika thitung > ttabel maka koefisien beta sebesar 0.959,

diperoleh thitung sebesar 9.561 dengan mengambil taraf signifikasi sebesar 5% maka nilai

ttabel adalah sebesar 2.365, sehingga thitung > ttabel (9.561 > 2.365) maka menolak Ho atau

PAD berpengaruh signifikan terhadap DAU. Sementara diperoleh nilai sig sebesar 0.000,

maka sig 0.000 < 0.05 yang berarti menolak Ho. Hal ini menunjukkan bahwa PAD akan

mempengaruhi DAU, yaitu pada saat PAD meningkat maka DAU yang diberikan akan

menurun, sementara pada saat PAD menurun maka DAU yang diberikan akan meningkat.

Menurut Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah bahwa jika Pendapatan

Asli Daerah untuk suatu daerah rendah, maka tingkat ketergantungan kepada Pemerintah

Pusat akan lebih tinggi. Hal ini berarti Pemerintah Pusat akan mengalokasikan Dana Alokasi

Umum lebih besar lagi jumlahnya. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Fevi Rahayu (2008), dari hasil penelitiannya bahwa sumber Pendapatan Asli

Daerah berpengaruh terhadap Dana Alokasi Umum.

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara parsial terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal dapat

dilihat dari indikator yang mempengaruhinya. Koefisien beta atau koefisien standar untuk

PAD (X1) terhadap Belanja Modal (Y) sebesar 0.261 dan koefisien determinasi sebesar 0.068

yang berarti bahwa hanya 6.8% variabilitas dari Belanja Modal (Y) dipengaruhi oleh PAD

(X1).

Untuk menguji signifikasi Pendapatan Asli Daerah secara parsial terhadap Belanja

Modal dilakukan uji t. Dengan kriteria penolakan Ho jika thitung > ttabel dari hasil

perhitungan SPSS pada lampiran tabel Coefficients dalam kolom t diperoleh nilai thitung

sebesar 0.375 dan dari tabel distribusi t mengambil taraf signifikan α = 5% maka ttabel

(17)

diperoleh nilai sig sebesar 0.719, maka sig 0.719 > 0.05 yang berarti menerima Ho atau

dengan kata lain PAD secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Belanja Modal.

PAD tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap Belanja Modal, hal ini terjadi

karena PAD belum memberikan kontribusi yang besar terhadap pembiayaan Belanja Modal.

PAD Kota Tasikmalaya masih relatif kecil dibandingkan dengan DAU.

Menurut UU No. 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan

pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi Daerah, basil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah,

yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan

dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudan asas desentralisasi. Hal ini sejalan

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur Indah Rahmawati (2010), dari hasil

penelitiannya bahwa Pendapatan Asli Daerah belum memberikan kontribusi yang besar

terhadap Belanja Modal.

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) secara parsial terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal dapat

dilihat dari indikator yang mempengaruhinya. Koefisien beta atau koefisien standar Dana

Alokasi Umum terhadap Belanja Modal adalah sebesar 0.599, sedangkan koefisien

determinasinya sebesar 0.358 atau sebesar 35.8% variabilitas dari Belanja Modal (Y)

dipengaruhi oleh DAU (X2).

Untuk pengujian secara parsial antara Dana Alokasi Umum (X2) terhadap Belanja

Modal (Y) dapat dilihat menggunakan SPSS untuk analisis jalur. Dengan kriteria penolakan

Ho jika thitung > ttabel maka koefisien beta sebesar 0.599 diperoleh thitung sebesar 0.861

dengan mengambil taraf signifikasi sebesar 5% maka nilai ttabel sebesar 2.365, sehingga

(18)

sig 0.418 > 0.05 yaitu berarti menerima Ho artinya DAU secara parsial berpengaruh tidak

signifikan.

Hal ini terjadi karena DAU masih menjadi dana utama dalam Belanja Modal,

sehingga DAU memberikan kontribusi yang besar dalam memenuhi pembiayaan Belanja

Modal karena dananya relatif besar.

Hal ini mengacu pada PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan bahwa tujuan utama

DAU adalah untuk kepentingan Pemerintah Pusat dalam rangka melakukan distribusi

pendapatan secara adil dan merata agar tidak terjadi kesenjangan yang lebar antar daerah. Hal

ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Puji Paujiah (2008), dari

hasil penelitiannya bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Modal, tetapi

pengaruh tersebut tidak signifikan.

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) secara simultan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data yang diperlukan maka dilakukan

pengujian hipotesis untuk mengetahui besarnya Pendapatan Asli Daerah (X1) dan Dana

Alokasi Umum (X2) secara simultan terhadap Belanja Modal (Y).Pengujian hipotesis secara

simultan tersebut menggunakan uji F, yaitu untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara

PAD dan DAU terhadap Belanja Modal, dimana hasil dan pengolahan data melalui SPSS

versi 16.0.

Pengaruh secara simultan diperoleh sebesar 0.727 atau sebesar 72.7% variabilitas dari

Belanja Modal dipengaruhi PAD dan DAU, artinya jika PAD dan DAU secara bersama-sama

meningkat, maka Belanja Modal akan bisa dibiayai dari kedua dana ini.

Dari hasil perhitungan SPSS, diperoleh nilai Fhitung sebesar 9.332 dengan kriteria

penolakan Ho jikaFhitung > Ftabel dengan mengambil taraf signifikan sebesar 5% maka dari

(19)

Fhitung > Ftabel (9.332 > 4.74) maka menolak Ho, sedangkan diperoleh nilai sig 0.011, maka

0.011 < 0.05 maka menolak Ho, artinya PAD dan DAU secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap Belanja Modal.

Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah menyebutkan bahwa “Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai

manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan,

seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan

jaringan, dan aset tetap lainnya”. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rizanda Ratna Pradita (2012), dari hasil penelitiannya bahwa Pendapatan Asli

Daerah dan Dana Alokasi Umum secara bersama-sama berpengaruh terhadap Belanja Modal.

Secara lengkap pengaruh antar variabel X1 dan X2 terhadap Y dapat dilihat di

Gambar 4.2 sebagai berikut:

ε X1 ρyx1 =0.261 ρyε rX1X2 =0.959 Y X2 ρyx2 = 0.599 Gambar 4.2 Nilai Koefisien Jalur

antara Variabel X1 dan X2terhadap Y

Dari Gambar 4.2 dapat dilihat pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel,

(20)

Tabel 4.5

Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung antara Variabel Penelitian

No Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung Total Pengaruh 1 𝐘 ← 𝐗 𝟏→ 𝐘 = 𝛒𝐲𝐱𝟏 𝟐 (0.261)𝟐 0.068 (0.261).(0.959).(0.599) 0.150 Total Pengaruh 𝐗𝟏 0.218 2 𝐘 ← 𝐗 𝟐→ 𝐘 = 𝛒𝐲𝐱𝟐 𝟐 (0.599)𝟐 0.358 (0.261).(0.959).(0.599) 0.150 Total Pengaruh 𝐗𝟐 0.508

Total Pengaruh 𝐗𝟏 dan 𝐗𝟐 terhadap Y 0.726

Pengaruh Residu 0.274

Total Pengaruh X1, X2, Ɛ terhadap Y 1

Dari hasil analisis berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel

PAD (X1) terhadap Belanja Modal (Y) sebesar 0.261. Dengan demikian pengaruh langsung

variabel X1 terhadap Y adalah sebesar 0.068 yang artinya bahwa pengaruh langsung PAD

pada Belanja Modal sebesar 6.8% yaitu bahwa PAD belum memberikan kontribusi yang

besar terhadap Belanja Modal. Hal ini terjadi karena PAD yang dihasilkan masih relatif kecil

sehingga belum bisa membiayai Belanja Modal.

Koefisien jalur DAU (X2) terhadap Belanja Modal (Y) adalah sebesar 0.599. Dengan

demikian pengaruh langsung variabel X2 terhadap Y adalah sebesar 0.358 yang artinya

bahwa pengaruh langsung DAU pada Belanja Modal sebesar 35.8% yaitu DAU cukup

memberikan kontribusi terhadap Belanja Modal. Hal ini terjadi karena penerimaan DAU

lebih besar sehingga cukup memberikan kontribusi untuk membiayai Belanja Modal.

Pengaruh PAD terhadap DAU adalah sebesar 0.959. Dengan demikian pengaruh

langsung PAD terhadap DAU adalah sebesar 0.920 yang artinya bahwa pengaruh PAD

(21)

besar kecilnya PAD yang didapat menentukan jumlah besar kecilnya DAU yang akan

diterima.

Total pengaruh X1 dan X2 terhadap Y merupakan pengaruh secara simultan antara

variabel X1 dan X2 terhadap Y sebesar 0.726 atau sebesar 72.6%., artinya bahwa PAD dan

DAU berpengaruh terhadap Belanja Modal, apabila keduanya mendapatkan nilai yang besar

maka akan mencukupi Belanja Modal.

Sedangkan faktor residu atau faktor lain yang tidak termasuk variabel penelitian

adalah sebesar 0.274 atau sebesar 27.4%. Faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis yang

mempengaruhinya diduga antara lain:

1. Lain-lain Pendapatan

Misalnya pendapatan hibah, pendapatan darurat, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi

Hasil pajak atau bukan pajak.

2. Aspek Makro Ekonomi

Penelitian ini tidak meneliti aspek makro ekonomi, dimana aspek ini bisa mempengaruhi Belanja Modal. Dengan adanya kenaikan inflasi/kurs maka Belanja Modal akan meningkat. Itu disebabkan karena Belanja Modal erat kaitannya dengan aset, sedangkan aset sangat dipengaruhi oleh inflasi/kurs.

PENUTUP SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, yaitu tentang pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Modal yang dilakukan pada Pemerintah Kota Tasikmalaya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Pemerintah Kota Tasikmalaya tiap tahun mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan adanya pengalokasian sumber pendapatan yang relatif besar yang pada mulanya dikelola oleh pemerintah pusat, dan untuk sekarang pengelolaan diserahkan kepada pemerintah daerah. Sehingga dengan adanya pengalihan pengelolaan terhadap pemerintah daerah, pemerintah daerah meningkatkan kinerja untuk menggali

(22)

potensi-potensi yang ada pada daerah tersebut dengan tujuan ntuk meningkatkan PAD di Kota Tasikmalaya. Namun dari semenjak berdirinya Kota Tasikmalaya pada tahun 2001, PAD itu sendiri belum bisa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap belanja daerah. Hal ini menyebabkan DAU masih menjadi dana utama untuk membiayai belanja daerah yang termasuk didalamnya adalah belanja modal. Belanja modal pada Kota Tasikmalaya setiap tahunnya mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena diakibatkan karena Kota Tasikmalaya belum lama berdiri, sehingga masih banyak program-program yang harus dijalankan dengan membutuhkan dana yang relatif besar.

2. PAD berpengaruh signifikan terhadap DAU, hal ini terjadi karena besar kecilnya PAD yang didapat berpengaruh terhadap DAU yang akanditerima, apabila PAD meningkat maka DAU yang diberikan pemerintah pusat akan menurun, begitupun sebaliknya apabila PAD menurun maka DAU yang diberikan akan meningkat.

3. PAD berpengaruh tidak signifikan terhadap belanja modal, hal ini disebabkan masih kecilnya dana yang didapatkan dari PAD, sehingga belum bisa memberikan kontribusi yang besar terhadap belanja modal.

4. DAU berpengaruh tidak signifikan terhadap belanja modal. DAU cukup berpengaruh terhadap belanja modal karena DAU masih menjadi dana utama untuk membiayai belanja daerah termasuk belanja modal. DAU ini merupakan dana yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka desentralisasi.

5. Secara simultan PAD dan DAU memberikan pengaruh terhadap Belanja Modal. Dengan semakin besar PAD dan DAU yang diterima diharapkan dapat membiayai Belanja Modal. SARAN

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan Pemerintah Kota Tasikmalaya di masa yang akan datang, dalam upaya meningkatkan penerimaan daerah. Adapun saran tersebut antara lain:

1. Pemerintah Kota Tasikmalaya harus mengoptimalkan kinerja pada pengawasan di masing-masing sumber pemasukan Pendapatan Asli Daerah, karena pada beberapa sumber pemasukan seperti pajak parkir, pajak reklame, dll masih ditemukan oknum-oknum yang dapat merugikan pemerintah, karena pemasukan ke Pendapatan Asli Daerah tidak optimal. Sementara besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah itu mencerminkan kemandirian suatu pemerintah daerah.

2. Pemerintah Kota Tasikmalaya diharapkan untuk meminimalisir ketergantungan terhadap Dana Alokasi Umum. Ini harus dilakukan dengan cara mengoptimalkan dan

(23)

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sehingga Dana Alokasi Umum tidak lagi menjadi prioritas dan menurunkan kontribusi Dana Alokasi Umum terhadap program-program Pemerintah Kota Tasikmalaya. Apabila Dana Alokasi Umum ini menurun maka pemerintah daerah telah berhasil dalam menggali sumber potensi yang ada dan Kota Tasikmalaya telah berhasil untuk menjadi mandiri.

3. Pengalokasian Belanja Modal Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam APBD harus ditingkatkan, karena pada tahun 2010 sampai 2013 Belanja Modal Kota Tasikmalaya hanya berada dikisaran 8-16%, sementara dalam Perpres No. 5 Tahun 2010 dinyatakan bahwa Belanja Modal yang dialokasikan dalam APBD sekurang-kurangnya 29% dari Belanja Daerah. Dengan naiknya Belanja Modal yang digunakan untuk kepentingan pelayanan rakyat, diharapkan rakyat Kota Tasikmalaya menjadi lebih sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy & Abdul Halim.“ Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali”. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya,16-17 Oktober, 2003

Ginting, Erwin. 2008. “Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah dalam Belanja; Studi kasus Kabupaten Karo”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor Publik :Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta:

Salemba Empat

Halim, Abdul. 2007. Seri Bunga Rampai Manajmenen Keuangan daerahPengelolaan Keuangan Daerah.Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Halim, Abdul & Muhammad Syam. 2012. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah Edisi 4, Jakarta: Salemba Empat

Mahmudi. 2006. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta:Andi

Maimunah, Mutiara. “Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera”.Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang, 23-26 Agustus 2006

Mardiasmo. 2002. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: Andi

Nazir, Mohamad. 2005. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Pradita, Rizanda Ratna. 2012. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal”. Jurnal. Universitas Negeri Surabaya

Pratiwi, Novi. 2007. “Pengaruh Dana Alokasi Dana Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Prediksi Belanja”. Skripsi. Universitas Islam Indonesia

(24)

Rahayu, Fevi. 2008. “ Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Pemerintah di Bidang Pendidikan, Kesehatan, Pekerjaan Umum”. Skripsi. Universitas Siliwangi

Rahmawati, Nur Indah. 2010. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Alokasi Belanja Daerah”. Skripsi. Universitas Islam Indonesia

Riduwan & Engkos. 2008. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur, Bandung: Alfabeta

Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalamOtonomi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Somantri, Ating dan Sambas Ali Muchidin.2006. Aplikasi Statistik Dalam Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Setia.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Dilengkapi Dengan Metode R&D. Edisi Revisi.Bandung: CV Alfabeta

Suparmako. 2008. Keuangan Negara. Yogyakarta: BPFE

Ulum, Ihyaul. 2008. Akuntansi Sektor Publik. Malang: UMM Press

Peraturan Daerah No. 10 tahun 2004 tentang Pengelolaan Dana Alokasi Umum

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang kami kaji dalam penelitian ini adalah melakukan perbaikan prototipe protesa yang dilakukan pada penelitian sebelumnya baik dari segi desain dan

Jika aost yang menerima broadcast memiliki MAC Address yang sama dengan Destination MAC Address (PC0), maka aost akan menerima pesan ping (reply) tersebut

Artinya : menceritakan kepada kami ali ibn abdullah, ia berkata, menceritakan kepada kami sufyan, ia berkata, menceritakan kepadaku umar, ia berkata, memberitakan kepadaku wahabibn

lebih baik terbuka bagi orang lain

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh return on asset (ROA), earning per share (EPS), debt to equity ratio (DER), dan market value added (MVA) terhadap

HUBUNGAN PENGALAMAN KARIES DAN KARIES YANG TIDAK DIRAWAT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA REMAJA USIA9. 12-18 TAHUN DI KECAMATAN

Because previous studies had not evaluated follicular fluid for the presence of these two essential components of thrombin generation, one of the objectives of this study was

al divergence in Gossypium occurred between the ancestor of the A-, D-, E-, and AD-taxa and the ancestor of the C-, G-, and K-genome species (Wendel and Albert, 1992; Seelanan et