BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif yaitu bekerjasama dengan siswa lain
untuk menyelesaikan suatu permasalahan, maka siswa saling menghargai
keberadaan satu sama lain dan secara terorganisir mereka melaksanakan
suatu kegiatan dengan memadukan pikiran yang tadinya terasa asing bagi
dirinya sendiri (Masaaki, S, 2011: 20-21). Menurut Barkley, E, dkk
(2012: 6) pembelajaran kolaboratif adalah perpaduan dua atau lebih
pelajar yang bekerja bersama-sama dan berbagi beban kerja secara setara
sembari, secara perlahan, mewujudkan hasil-hasil pembelajaran yang
diinginkan.
Pembelajaran kolaboratif berarti belajar melalui kerja kelompok,
bukan belajar dengan bekerja sendirian. Jika hanya ada satu orang yang
menyelesaikan tugas kelompok sementara anggota lainnya hanya
melihat, cara seperti ini tidak bisa disebut sebagai pembelajaran
kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif mempunyai banyak manfaat.
Menurut Warsono (2012: 78), para ahli mengungkapkan manfaat yang
dapat dipetik dari implementasi pembelajaran kolaboratif, diantaranya:
a. Mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi,
b. Meningkatkan daya ingat siswa,
d. Meningkatkan kepuasan murid karena bertambahnya pengalaman,
e. Mengembangkan kecakapan interaksi sosial,
f. Meningkatkan pemahaman tentang adanya berbagai perbedaan,
g. Pembelajaran kolaboratif membangun lingkungan komunitas yang
baik dari para siswa dalam kelas dan lain-lain.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan saat ini sedang menggalakkan
pendidikan karakter di sekolah-sekolah di Indonesia. Penelitian di
sejumlah negara telah membuktikan manfaat pembelajaran kolaboratif
sebagai metode implementasi pendidikan karakter. Berdasarkan
pengalaman di sejumlah negara tersebut dengan pembelajaran kolaboratif
minimal dapat dikembangkan nilai-nilai karakter seperti; unjuk kerja,
mandiri, terbuka, tenggang rasa, menghargai pendapat orang lain, berani
berpendapat, santun dalam berbicara, analitis, kritis, logis, kreatif dan
dinamin (Warsono, 2012: 81). Manfaat pembelajaran kolaboratif dalam
penelitian ini yaitu sebagai model yang akan digunakan dalam penelitian
ini sehingga siswa dapat bekerjasama dengan teman lainnya dalam satu
kelompok.
2. Strategi Pembelajaran PDEODE
PDEODE (Predict-discuss-explain-observe-discuss-explain)
adalah strategi pembelajaran yang banyak dikembangkan dalam
pendidikan sains (pada pembelajaran kimis khususnya). Strategi ini
merupakan modifikasi dan pengembangan dari strategi POE (Costu
dalam Warsono 2012: 95). Strategi POE dilandasi oleh teori
pembelajaran kontruktivisme yang beranggapan bahwa melalui kegiatan
melakukan prediksi, observasi dan menerangkan sesuatu hasil
pengamatan, maka struktur kognitifnya akan terbentuk dengan baik.
Pembelajaran kolaboratif dengan strategi PDEODE meliputi enam
langkah (Warsono, 2012: 96).
a. Memprediksikan (predict), yaitu siswa membuat dugaan fenomena yang diamati dari situasi nyata sesuai dengan kemampuan siswa secara individu, misalnya memprediksi apakah suatu logam jika dimasukkan ke dalam air akan berkarat atau tidak.
b. Berdiskusi (discuss), yaitu siswa berdiskusi dalam sejumlah kelompok kolaboratif untuk saling tukar menukar gagasan tentang apa sesungguhnya yang terjadi terkait dengan fenomena alam tersebut.
c. Siswa dalam setiap kelompok diminta untuk memberikan penjelasan (explain) terkait latar belakang atau solusi dari fenomena tersebut, memaparkannya kepada kelompok lain dalam diskusi kelas. Siswa bekerja secara kelompok dalam suatu percobaan langsung dan mencatat hasil pengamatannya secara individu.
d. Pengamatan (observe), yaitu siswa mengamati perubahan fenomena, guru bertugas memandu siswa dalam melakukan pengamatan agar pengamatannya valid dan relevan sehingga dapat mencapai sasaran konsep.
e. Siswa berdiskusi kembali (discuss). Siswa mempertemukan antara prediksi awal yang dibuatnya dengan dengan hasil pengamatan nyata dari percobaan langsung tersebut. Siswa menganalisis, berdebat, membandingkan, membedakan dan saling tukar pendapat dengan para temannya dalam kelompok.
Strategi PDEODE merupakan modifikasi dan pengembangan dari
strategi POE, sedangkan menurut Warsono, (2012: 93) manfaat yang
dapat diperoleh dari implementasi strategi POE antara lain:
a. dapat digunakan untuk mengungkap gagasan awal siswa, b. memberikan informasi kepada guru tentang pemikiran siswa, c. membangkitkan diskusi,
d. memotivasi siswa agar berkeinginan untuk melakukan eksplorasi konsep,
e. membangkitkan keinginan untuk menyelidiki.
Kekurangan dari strategi ini yaitu tidak cocok diterapkan untuk semua
pokok bahasan. Pokok bahasan yang tidak bersifat pengalaman langsung
(hand-on) sulit atau tidak dapat menggunakan strategi ini (Warsono,
2012: 95). Asumsi-asumsi dasar yang menjadi dasar implementasi
teknik pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a. jika siswa sejak awal diminta untuk memprediksi, siswa akan
berusaha melakukan observasi dengan cermat,
b. dengan menuliskan prediksinya terlebih dulu, siswa akan termotivasi
untuk mengetahui apa jawaban sesungguhnya,
c. dengan siswa menjelaskan prediksinya, guru dapat mengetahui
kemampuan teoritis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, diharapkan strategi ini baik dan cocok
untuk diterapkan pada mata pelajaran IPA khususnya bagi sekolah dasar
kelas tinggi sampai tingkat selanjutnya. Manfaat dari PDEODE dalam
penelitian ini yaitu dijadikan sebagai strategi dalam melakukan
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan,
perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar
(Sagala, 2010: 12). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka
dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada
ranah-ranah: (1) kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan
pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi; (2) afektif
yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi dan
reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori
penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan
pembentukan pola hidup; dan (3) psikomotor yaitu kemempuan yang
mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan,
gerakan terbimbing, gerakan biasa, gerakan kompleks, penyesuaian
pola gerak dan kreatifitas (Sagala, 2010: 12).
Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa
pendapat di atas mengenai pengertian belajar, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman yang mengakibatkan perubahan pada
b. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris (Sudjana, 2010: 22).
c. Tipe Hasil Belajar
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan
menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual),
bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang
psikomotor (kemampuan/keterampilan, bertindak/berperilaku). Hasil
belajar yang meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
psikomotor tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan.
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek
pertama disebut kognitif rendah dan keempat aspek berikutnya
penelitian, aspek ini akan lebih difokuskan pada pengetahuan,
pemahaman, penerapan materi gaya.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdari dari
lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi, dan internalisasi. Tipe hasil belajar afektif tampak
pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru
dan teman kelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial
(Sudjana, 2010: 30). Tipe hasil belajar ranah afektif berkenaan
dengan perasaan, minat dan perhatian, keinginan, penghargaan
dan lain-lain.
Toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya (Kemendiknas, 2010).
Toleransi mempunyai empat indikator untuk jenjang kelas 4-6,
sebagai berikut:
a) Menjaga hak teman yang berbeda agama untuk
melaksanakan ajaran agamanya,
b) Menghargai pendapat yang berbeda sebagai sesuatu yang
alami dan insani,
c) Bekerja sama dengan teman yang berbeda agama, suku, dan
d) Bersahabat dengan teman yang berbeda pendapat.
3) Ranah Psikomotor
Menurut Sudjana (2010: 23) ranah psikomotor berkenaan dengan
hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam
aspek psikomotor yaitu:
a) gerakan refleks (keterampulan pada gerakan yang tidak sadar);
b) keterampilan gerakan-gerakan dasar;
c) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, dan lain-lain;
d) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan;
e) gerakan keterampilan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks;
f) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi
non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. (Sudjana, 2010: 30-31).
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah variabel terikat yang
berupa hasil belajar aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor
yang ingin diketahui dan diteliti untuk melihat pengaruh yang lebih baik
dari penggunaan strategi PDEODE daripada metode pembelajaran
langsung.
4. Pengertian IPA
Menurut Aly (2010: 18-19) IPA merupakan suatu ilmu teoritis,
tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan, percobaan-percobaan,
terhadap gejala-gejala alam. IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas/khusus yaitu melakukan
observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu
dengan cara yang lain.
Menurut Jasin (2000: 32-34), ilmu pengetahuan alam/ilmu alamiah
(Natural Science) yang membahas tentang alam semesta dengan semua
isinya dan selanjutnya terbagi atas :
1. Fisika (physics), suatu ilmu pengetahuan yang memperlajari benda tidak hidup/mati dari aspek wujud dengan perubahan-perubahan yang bersifat sementara.
2. Kimia (chemistry), suatu ilmu pengetahuan yang memperlajari benda hidup dan tidak hidup dari aspek susunan materi dan penebari-penebari yang bersifat tetap.
3. Biologi (Biological Science), ilmu yang memperlajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya. Biologi dibagi atas cabang-cabang, antara lain adalah botani, zoologi, morfologi, anatomi, fisiologi, sitologi, histologi dan palaentologi.
Dari beberapa pengertian tentang IPA di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa IPA adalah suatu ilmu teoritis, yang didasarkan atas
pengamatan/observasi, percobaan/eksperimen, dan penyimpulan terhadap
gejala-gejala alam yang ada. Mata pelajaran IPA dalam penelitian ini
digunakan sebagai mata pelajaran yang akan diteliti karena sesuai dengan
latar belakang masalah yang telah dijelaskan pada bab I.
5. Materi Gaya
Pada penelitian eksperimen ini, materi yang digunakan dalam
penelitian yaitu materi gaya. Materi gaya terdapat di awal semester dua.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar materi gaya akan dipaparkan
Tabel 2.1
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda
(Sumber:Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar)
Menurut Winarto (1981: 19), gaya adalah tekanan atau tarikan yang
bekerja pada benda, ditunjukkan dengan vektor yang mempunyai besaran dan
arah bila ada gaya yang bekerja pada benda, benda akan mempunyai
kecepatan yang searah dengan arah gaya. Sebaliknya bila benda yang
mempunyai percepatan maka benda tersebut harus mempunyai gaya yang
arahnya sama dengan arah percepatannya, gaya berat yang bekerja pada
benda adalah sebanding dengan massa dari percepatan yang dihasilkan oleh
gaya berat.
Menurut Giancoli (1997: 86), gaya sebagai suatu jenis dorongan atau
tarikan pada sebuah benda. Gaya tidak selalu menimbulkan gerak. Misalnya,
mendorong sebuah sofa yang berat tapi sofa itu tidak bisa bergerak.
Hukum Newtton pada gerakan:
a. Benda akan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan pada garis lurus kecuali kalau ada gaya yang bekerja dan merubah arahnya atau benda mempunyai percepatan bila ada gaya yang bekerja padanya.
b. Gaya yang bekerja pada benda, benda tersebut akan mempunyai percepatan sebesar a, yang mana arah gaya berbanding lurus terhadap gaya tersebut dan berbanding terbalik terhadap massa dari benda.
Dalam bentuk matematik: Ka = atau F = k m a
benda itu berada akan melakukan reaksi yang besarnya sama sehingga keadaannya akan seimbang.
(Winarto, 1981: 19)
Cara mengukur besar atau kekuatan sebuah gaya adalah menggunakan
neraca pegas. Neraca digunakan untuk menimbang berat sebuah benda,
perkataan berat yang dimaksud adalah gaya gravitasi yang bekerja pada suatu
benda. Neraca pegas juga dapat digunakan untuk mengukur jenis gaya lain
seperti gaya tarikan (Giancoli, 1997: 87).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya adalah dorongan
atau tarikan yang bekerja pada benda. Alat yang digunakan untuk mengukur
besarnya gaya yaitu neraca pegas. Dalam penelitian ini, materi gaya
digunakan sebagai materi dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan
strategi PDEODE.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Peneliti tidak menemukan hasil penelitian yang sama persis dengan
yang penulis teliti. Akan tetapi, peneliti dapat menemukan penelitian yang
relevan yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh N. L. Juni Sekartini, Dsk. Putu Parmiti dan
I Gd. Margunayasa yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Predict
Discuss Explain Observe Discudd Explain terhadap Pemahaman Konsep
IPA Siswa Kelas IV SD Gugus XII Kecamatan Buleleng”. Hasil dari
penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA
yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD
gugus XII Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2012/2013.
2. Penelitian yang dilakukan oleh N. Lh. Pt. Krisna Dewi, Ni Wyn. Arini dan
Pt. Nanci Riastini yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
PDEODE terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Pembelajaran
IPA pada Siswa Kelas V SD Laboratorium Undiksha”. Hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran PDEODE
berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif IPA pada siswa
kelas V SD Laboratorium Undiksha tahun pelajaran 2012/2013.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nym. Sudarmi, Ni Kt. Suarni dan I Kt.
Dibia yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE terhadap
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD di Gugus V Kecamatan Seririt”.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran PDEODE dan siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran langsung.
C. Kerangka Berpikir
Strategi PDEODE merupakan salah satu implementasi dari
pembelajaran kolaboratif dan merupakan modifikasi dan pengembangan dari
metode POE (Costu dalam Warsono 2012: 95). Strategi POE dilandasi oleh
teori pembelajaran kontruktivisme beranggapan bahwa melalui kegiatan
Menurut Isjoni (2010: 30) kontruktivisme adalah satu pandangan bahwa
siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang ada. Dalam proses ini, siswa
menyesuaikan pengetahuan yang ada dengan pengetahuan yang diterima
untuk membina pengetahuan yang baru. Strategi PDEODE merupakan suatu
strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (strudent-centered). Siswa
terlibat secara aktif dalam pembelajaran, meliputi aktif dalam kegiatan
prediksi, observasi dan menerangkan suatu hasil pengamatan.
Strategi PDEODE merupakan strategi yang dilandasi oleh teori
pembelajaran kontruktivisme dan berpusat pada siswa, sehingga diperkirakan
dengan menerapkan strategi PDEODE dapat memberikan pengaruh yang
lebih baik terhadap hasil belajar siswa baik aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan dan kerangka berfikir di atas, maka dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
1. Ada pengaruh yang lebih baik penerapan strategi PDEODE terhadap
hasil belajar IPA pada aspek kognitif siswa kelas IV SD Negeri 2
Sokanegara.
2. Ada pengaruh yang lebih baik penerapan strategi PDEODE terhadap
hasil belajar IPA pada aspek afektif siswa kelas IV SD Negeri 2
3. Ada pengaruh yang lebih baik penerapan strategi PDEODE terhadap hasil
belajar IPA pada aspek psikomotor siswa kelas IV SD Negeri 2