• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika - Faizah Istiqomah BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika - Faizah Istiqomah BAB II"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

A. Deskripsi Konseptual

1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Oleh karena itu, belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasinya serta bagaimana aplikasinya sehingga dapat memahami situasi (Sardirman, 2011).

(2)

matematika merupakan kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan pengertian pemahaman konsep menurut beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes dan tepat dalam berbagai pemecahan masalah dengan tindakan memahami konsep matematika yang sudah ada.

Indikator kemampuan pemahaman konsep matematika dalam PERMENDIKBUD No.58 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ulang sebuah konsep yang telah dipelajari, yaitu mampu mengungkapkan kembali yang telah dipelajari berdasarkan konsep esensial sebuah objek.

b. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut, yaitu mampu mengelompokan suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan konsepnya.

c. Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep, yaitu mampu menemukan atau menetapkan sifat-sifat operasi atau konsep yang dipelajari.

(3)

e. Memberikan contoh atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang dipelajari, yaitu mampu membedakan atau memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.

f. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika (tabel, grafik, diagram, gambar, sketsa, model matematika, atau cara yang lainnya), yaitu mampu memaparkan konsep secara berurutan dan menyajikannya ke dalam berbagai bentuk representasi matematika sehingga orang lain dapat memahami pendapatnya.

g. Mengaitkan berbagai macam konsep dalam matematika maupun di luar matematika, yaitu mampu mengaplikasikan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan persoalan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

h. Mengembangkan syarat perlu dan atau syarat cukup suatu konsep, yaitu mampu mengkaji mana syarat perlu dan atau syarat cukup yang terkait dengan suatu objek.

Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

a. Menyatakan ulang sebuah konsep yang telah dipelajari.

b. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut.

(4)

e. Memberikan contoh atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang dipelajari.

f. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika (tabel, grafik, diagram, gambar, sketsa, model matematika, atau cara yang lainnya).

g. Mengaitkan berbagai macam konsep dalam matematika maupun di luar matematika.

h. Mengembangkan syarat perlu dan atau syarat cukup suatu konsep.

2. Regulasi Diri

Konsep regulasi diri dikemukakan pertama kali oleh Albert Bandura dalam teori kognitif sosial. Menurut Bandura (1991), individu memiliki kemampuan untuk mengontrol cara belajarnya dengan mengembangkan langkah-langkah monitoring diri, pengaturan standar, evaluasi diri, menilai diri, dan memberikan respon bagi dirinya sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bandura (1991: 248 – 287) bahwa “Self-regulation is a multifaceted phenomenon operating through a number of subsidiary

cognitive processes inscluding sefl-monitoring, standard setting,

evaluative judgment, self-appraisal, and effective self-reaction.” Ini yang

(5)

Zimmerman (1990) mengemukakan bahwa, teori regulasi diri merupakan belajar yang diatur sendiri oleh siswa yang penekanannya pada: (a) tentang bagaimana siswa memilih, mengatur, atau menciptakan lingkungan belajar yang menguntungkan untuk diri mereka sendiri, (b) serta tentang bagaimana siswa merencanakan dan mengontrol bentuk dan jumlah instruksi mereka sendiri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa regulasi diri merupakan suatu proses aktif dan konstruktif siswa dalam menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk mengontrol, mengatur, memotivasi, dan merencanakan diri dalam belajarnya untuk menghasilkan tujuan belajar yang optimal. Regulasi diri berkaitan dengan bagaimana seorang siswa mengaktualisasikan dirinya dengan menampilkan serangkaian tindakan yang ditujukan pada pencapaian target dalam hal ini target belajar. Kemampuan regulasi diri meliputi kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah, membagi waktu antara belajar dan bermain, kemampuan mempersiapkan diri dalam menghadapi ulangan dan lain sebagainya.

Menurut Ormrod (2008) untuk menjadi pembelajar yang benar-benar efektif, siswa harus terlibat dalam beberapa aktivitas mengatur diri (regulasi diri). Secara khusus perilaku pengaturan diri dalam belajar mencakup proses-proses berikut:

(6)

b. Perencanaan. Siswa yang mengatur diri sebelumnya sudah menentukan bagaimana baiknya menggunakan waktu dan sumber daya yang tersedia untuk tugas-tugas belajar.

c. Motivasi diri. Siswa yang mengatur diri biasanya memiliki keyakinan diriyang tinggi akan kemampuan mereka menyelesaikan suatu tugas belajar dengan sukses. Mereka menggunakan banyak strategi agar tetap terarah pada tugas.

d. Kontrol atensi. Siswa yang mengatur diri berusaha memfokuskan perhatian mereka pada pelajaran yang sedang berlangsung dan menghilangkan dari pikiran mereka hal-hal lain yang mengganggu. Siswa memfokuskan pada tugas yang dihadapinya dan mengoptimalkan usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. e. Penggunaan strategi belajar yang fleksibel. Siswa memiliki strategi

belajar yang berbeda tergantung tujuan-tujuan yang ingin mereka capai.

f. Monitor diri. Siswa terus memonitor kemajuan mereka dalam kerangka tujuan yang telah ditetapkan, dan mereka mengubah strategi belajar atau memodifikasi tujuan bila dibutuhkan.

(7)

h. Evaluasi diri. Siswa yang mampu mengatur diri menentukan apakah yang mereka pelajari itu telah memenuhi tujuan awal mereka. Idealnya, mereka juga menggunakan evaluasi diri untuk menyesuaikan penggunaan berbagai strategi belajar dalam kesempatan-kesempatan di kemudian hari.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini proses perilaku regulasi diri yang akan diukur meliputi: (a) siswa mampu menetapkan tujuan belajarnya, (b) siswa mampu merencanakan belajarnya, (c) siswa mampu memotivasi diri, (d) siswa mampu mengontrol belajarnya, (e) siswa mampu menggunakan strategi belajar yang fleksibel, (f) siswa mampu memonitor diri dalam belajarnya, (g) siswa mampu mencari bantuan yang tepat, dan (h) siswa mampu mengevaluasi hasil belajarnya.

3. Model Pembelajaran Siklus 7E (Learning Cycle7E)

Pembelajaran siklus menurut Shoimin (2014: 58) adalah suatu Pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student center). Pembelajaran siklus merupakan rangkaian tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Pembelajaran siklus merupakan salah satu pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis dimana pengetahuan dibangun dari pengetahuan siswa itu sendiri.

(8)

pengetahuan individu adalah sebuah fungsi dari pengalaman sebelumnya. Penjelasan tersebut dapat memberikan pemahaman mengenai hakekat pembelajaran siklus. Siklus belajar adalah sebuah pembelajaranyang menganggap bahwa pengetahuan seseorang merupakan hasil dari pengalamannya. Siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman yang dimiliki dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran siklus 7E merupakan hasil pengembangan dari pembelajaran siklus sebelumnya yaitu 5E oleh Arthur Einskraft. Einskraft (2003: 57) menjelaskan bahwa:

“The learning cycle model requaires instruction to include the

following discrete element: engage, explore, explain, elaborate, and evaluat. The proposed 7E model expands the engage element into two

components – elicit and engage. Similary, the 7E model expands two

stages of elaborate and evaluate into three components – elaborate,

evaluate, and extend.”

Einskraft (2003: 59) menyebutkan bahwa the goal of the 7E learning model is to emphasize the increasing importance of eliciting prior

understandings and the extending, or transfer, of concept, yang berarti

bahwa tujuan dari pembelajaran siklus 7E adalah menekankan pentingnya peningkatan dalam menggali pemahaman sebelumnya, memperluas, atau menstransfer sebuah konsep. Pembelajaran siklus 7E merupakan pembelajaran berlandaskan teori konstrukvisme yang terdiri dari kegiatan

elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend.

Langkah-langkah Pembelajaran Siklus 7E dalam makalah Einskraft

(9)

ini menjadi teknik 7E. Berikut langkah-langkah pembelajaran siklus 7E yang dikembangkan oleh Einskraft :

a. Elicit (mendapatkan atau mendatangkan)

Guru berusaha menimbulkan atau mendatangkan pengetahuan awal siswa. Pada fase ini guru dapat mengetahui sampai dimana pengetahuan awal siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa serta menimbulkan rasa penasaran tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Fase ini dimulai dengan pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan mengambil contoh yang mudah yang diketahui siswa seperti dalam kehidupan sehari-hari.

b. Engage (mengikutserakan)

(10)

c. Explore (menyelidiki)

Pada fase ini kegiatan pokok pembelajaran adalah melibatkan siswa dalam pokok bahasan atau topik pembelajaran, memberikan kesempatan kepada mereka untuk membangun pemahamannya sendiri. Mereka bekerjasama dalam satu tim, lalu mengalami pengalaman bersama dengan saling berbagi dan berkomunikasi tentang esensi pokok pembelajaran. Guru bertindak sebagai fasilitator yang menyediakan bahan-bahan pembelajaran yang diperlukan dan memandu siswa agar fokus dalam pembelajaran.

d. Explain (menerangkan)

Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan apa yang telah dipelajarinya sejauh ini dan menjelaskan maksudnya. Pada fase ini siswa menjelaskan apa yang telah dipelajarinya dengan berkomunikasi dengan teman-temannya, dengan fasilitator (guru) melalui suatu proses reflektif. Dengan kata lain, setelah siswa mencapai suatu pemahaman, mereka boleh membuat ringkasan atau menjelaskan gagasan-gagasannya.

e. Elaboration (menguraikan atau memperinci lebih jelas)

(11)

f. Evaluate (mengevaluasi)

Pada fase ini, baik siswa maupun guru menilai sejauh mana terjadi pembelajaran dan pemahaman. Dalam hal ini, guru menilai sejauh mana siswa memperoleh pemahaman-pemahaman tentang konsep-konsep pokok bahan ajar dan memperoleh pengetahuan baru. Evaluasi dan penilaian dapat berlangsung selama proses pembelajaran.

g. Extend (memperluas)

Pada fase ini bertujuan untuk berfikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari bahkan kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari.

Ketujuh tahapan di atas adalah hal-hal yang harus dilakukan guru dan siswa untuk menerapkan pembelajaran siklus 7E di kelas. Guru dan siswa mempunyai peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan tahapan dari siklus belajar.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Siklus 7E menurut Shoimin (2014: 58) kelebihan model pembelajaran siklus 7E adalah sebagai berikut:

(12)

b. Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.

c. Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa. d. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Kekurangan model pembelajaran siklus menurut Soebagio dalam Shoimin (2014: 58) adalah sebagai berikut:

a. Efektifitas pembelajaran rendah apabila guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.

b. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.

c. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.

B. Penelitian Relevan

(13)

post-test pemahaman konsep kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model siklus belajar 7E secara berturut-turut yaitu 44,67 (kategori rendah) dan 81,03 (kategori tinggi). Rata-rata nilai UTS dan post-test keterampilan proses kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model siklus belajar 7E secara berturut-turut yaitu 40,51 (kategori rendah) dan 74,42 (kategori tinggi). Persamaan kedua penelitian di atas yaitu dalam hal proses pembelajaran di kelas menggunakan pembelajaran Siklus7E. Penelitian yang dilakukan oleh Sustriono dkk adalah hanya ingin mengetahui seberapa besar motivasi siswa, sedangkan Dewi hanya ingin mengetahui seberapa besar pemahaman konsep dan ketrampilan proses. Untuk penelitian yang Dewi buat terdapat kesamaan pada kemampuan pemahaman konsep. Dalam hal ini penulis akan melakukan penelitian tentang pengaruh pembelajaran siklus 7E terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika dan regulasi diri siswa.

C. Kerangka Pikir

(14)

menyampaikan ide atau gagasan yang mereka miliki melalui kegiatan diskusi

(explanation), memberikan pemahaman kepada siswa mengenai penerapan

simbol, definisi, dan konsep yang sedang dipelajari (elaboration), kemudian diberikan soal tes evaluasi untuk membantu siswa meningkatkan pemahaman tentang materi yang dipelajari (evaluation), serta diberikan pengetahuan tambahan contoh dari permasalahan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang diajarkan (extend).

Melalui tahapan-tahapan tersebut, diharapkan dapat merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya, yaitu memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan menambah rasa ingin tahu siswa; melatih siswa belajar menemukan konsep melalui eksperimen; melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari; memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan; dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari.

(15)

dapat mengetahui peningkatan atau penurunan hasil belajar dan menjadikannya sebagai penetapan tujuan dan motivasi belajar selanjutnya.

Melalui penggunaan pembelajaran siklus 7E, regulasi diri siswa yang meningkat juga akan membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsepnya. Siswa yang memiliki regulasi diri yang baik juga akan lebih mudah dalam memahami konsep-konsep matematika melalui setiap fase dalam pembelajaran siklus 7E.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarakan dengan masalah yang dirumuskan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah :

1. Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran siklus 7E lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti

Direct Instruction.

2. Regulasi diri siswa yang mengikuti pembelajaran siklus 7E lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti Direct Instruction.

(16)

E. Materi Pembelajaran Matematika

Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah bangun ruang, berikut ini adalah uraian kompetensi dasar dan indikator yang digunakan:

5.1 : Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas serta bagian-bagiannya.

Indikator :

5.1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat balok serta bagian-bagiannya. 5.1.2 Mengidenifikasi sifat-sifat prisma serta bagian-bagiannya. 5.2 : Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas

Indikator :

5.2.1 Membuat jaring-jaring balok. 5.2.2 Membuat jaring-jaring prisma.

5.3 : Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas

Indikator :

Referensi

Dokumen terkait

As with earlier infrastructural tech- nologies, IT provided forward-looking companies many opportunities for com- petitive advantage early in its buildout, when it could still

Kedua masalah yang dihadapi dapat dimodelkan dengan model inventori Eco- nomic Order Quantity merupakan sebuah model dalam bidang riset operasi dan sta- tistika yang berguna untuk

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Perkembangan kontribusi realisasi Pajak Daerah terhadap realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Gunungkidul tahun

7) Melakukan normalisasi matrik keputusan dengan cara menghitung nilai dari rating setiap kriteria ternormalisasi (rij) dari alternatif Ai pada kritera Cj seperti

Karya Tulis Ilmiah ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA.. (KONTRASEPSI MAL) PADA NY.Y UMUR 29 TAHUN G 3 P 1 A 1

Dengan demikian, hipotesis pada penelitian ini yang menduga bahwa faktor-faktor yang meliputi habitual behavior dan commitment secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan

Disamping itu dengan menerapkan pasal ini maka seseorang dapat mengajukan penghapusan data dan informasi yang terkait dengan kasus korupsi yang terjadi pada masa lalu yang sudah

[r]