• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi ketersediaan dan perilaku penggunaan cup ukur sediaan cair oral pada pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Juni-Juli 2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi ketersediaan dan perilaku penggunaan cup ukur sediaan cair oral pada pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Juni-Juli 2010 - USD Repository"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Fransisca Ayuningtyas Wiranti NIM : 078114022

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Fransisca Ayuningtyas Wiranti NIM : 078114022

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

iii SKRIPSI

Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement to Obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)

In Faculty of Pharmacy

By:

Fransisca Ayuningtyas Wiranti NIM : 078114022

FACULTY OF PHARMACY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(4)

iv

PELENGKAP KIMIA FARMA, RSUP Dr. SARDJITO PERIODE JUNI-JULI 2010

Skripsi yang diajukan oleh : Fransisca Ayuningtyas Wiranti

NIM: 078114022

telah disetujui oleh:

Pembimbing

(5)
(6)

vi

Allah mungkin tidak pernah menjanjikan langit yang selalu biru, Bunga yang bertaburan di sepanjang jalan hidup kita.

Allah mungkin tidak pernah menjanjikan matahari tanpa hujan, Sukacita tanpa kesedihan, dan kedamaian tanpa penderitaan. Namun, Allah menjanjikan kekuatan untuk menempuh hari ini; Dia telah menjanjikan istirahat bagi para pekerja,

Terang di jalan yang gelap,rahmat untuk mengatasi percobaan, Bantuan dari atas, simpati yang tak berkesudahan,

Dan kasih sayang yang tak kunjung padam Kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Doa peringatan 1 tahun Gempa Bantul-Jogja Penguat Dikala hidup berjalan lambat

Kupersembahkan karya sederhana ini bagi:

Jesus Christ, my savior Kedua orang tuaku tercinta Kakak dan Adikku tersayang

(7)

vii

Nama : Fransisca Ayuningtyas Wiranti Nomor Mahasiswa : 07 8114 022

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN CUP UKUR SEDIAAN CAIR ORAL PADA PENGUNJUNG APOTEK KIMIA FARMA RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE JUNI – JULI 2010

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 1 Desember 2010 Yang menyatakan

(8)
(9)

ix

berjudul ”Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Cup Ukur Sediaan Cair Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma, RSUP Dr. Sardjito Periode Juni-Juli 2010”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S. Farm.), Program Studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak memperoleh bantuan, bimbingan, dan pengarahan, serta dukungan dari berbagai pihak. Rasa terimakasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah mendukung terwujudnya skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Manager Apotek Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito dan Manager Apotek Kimia Farma, Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan saran bagi penulis untuk melakukan penelitian di Apotek Pelengkap Kimia Farma, RSUP Dr. Sardjito. 2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing

dan memberikan ijin serta saran bagi penulis untuk melakukan penelitian ini. 3. Rita Suhadi M.Si, Apt. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, waktu, semangat, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi.

(10)

x

Apt selaku Apoteker Apotek Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito,Yogyakarta dan seluruh karyawan Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito yang telah memberikan bimbingan selama proses pengambilan data di Apotek Pelengkap Kimia Farma, RSUP Dr. Sardjito

7. Orang tuaku tercinta Bapak Robertus Bambang Sutoyo dan Ibu Christina Yuni Hastuti atas doa, cinta, dan dukungan yang tak pernah berhenti diberikan kepada penulis sehingga dapat memberikan semangat bagi penulis.

8. Eyang putri Anak Agung Pusparini atas doa, kasih sayang dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

9. Simbah kakung Subardi Kartowiratmo, atas segala doa dan kasih sayang kepada penulis. Semoga dapat beristirahat dengan tenang di sisi Bapa.

10. Kakak dan adikku, Maria Agustina Amelia, Emanuela Indira Puspasari dan Theresia Dian Segara Kasih atas segala keceriaan yang membuat penulis dapat melewati masa-masa sulit dalam melakukan penelitian ini. Terima kasih untuk segala bantuan, dukungan, perhatian, dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis.

(11)

xi

13. Donald Tandiose, S. Farm., Apt. Atas segala kebawelan untuk membawa perubahan yang lebih baik dalam diri penulis. Terimakasih segala perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis.

14. Teman-teman skripsi Diana, Linda, Tegal, Indri, terima kasih atas bantuan, dukungan, semangat, suka duka yang selalu kita lalui bersama-sama saat pengambilan data dan penyusunan skripsi ini.

15. Sepupu-sepupuku tersayang, atas segala bantuan, dukungan, perhatian dan kasih sayang selama ini.

16. Teman PKM-M PIMNAS 2010, Damar, Ditra, dan Igna atas kerjasama dan perjalanan menyenangkan yang kita lalui bersama.

17. Teman makan siang bersama, Vero, Titien dan Tresa atas segala tawa dan canda selama ini.

18. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2007 kelas A dan kelas Farmasi Klinis Komunitas A (FKK A) terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, suka duka kita selama ini.

19. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2007, semoga dapat menjadi sahabat sejati selamanya.

20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

(12)

xii semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, Agustus 2010

(13)

xiii

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

PRAKATA ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

INTISARI ... xviii

B. Tujuan Penelitian... 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Perilaku Kesehatan ... 6

1. Pengetahuan ... 7

2. Sikap ... 7

3. Praktik ... 7

B. Penggolongan Obat di Indonesia ... 9

1. Obat bebas ... 10

I. Pelayanan Informasi Obat ... 19

J. Keterangan Empiris ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22

B. Ruang Lingkup Penelitian ... 23

C. Definisi Operasional ... 24

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

E. Subjek Penelitian ... 27

(14)

xiv

I. Tata Cara Analisis Hasil ... 35

1. Karakteristik pasien ... 35

2. Karakteristik obat ... 38

3. Pengetahuan, sikap dan perilaku ... 38

4. Wawancara apoteker... 39

J. Kesulitan Penelitian ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Persentase Ketersediaan Cup Ukur yang Terdapat pada Kemasan Obat Cair Oral di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito ... 41

1. Berdasarkan logo obat dan nomor registrasi ... 41

2. Berdasarkan jenis obat cair ... 43

3. Berdasarkan kelas terapi dan sub kelas terapi ... 44

4. Ketersediaan alat bantu ukur di dalam kemasan obat ... 46

B. Pemberian Informasi Obat oleh Apoteker Berdasarkan Hasil Wawancara... 48

1. Durasi pemberian informasi obat kepada pasien ... 49

2. Sumber informasi yang digunakan apoteker dalam memberikan informasi obat ... 51

3. Teknik pemberian informasi ... 52

4. Kendala dalam memberikan informasi ... 53

C.Cara Penggunaan Cup Ukur Sediaan Cair Oral oleh Responden Berdasarkan Hasil Kuisioner dan Wawancara... 54

1. Karakteristik responden ... 54

2. Penggunaan cup ukur sediaan cair oral oleh responden ... 62

D. Rangkuman Pembahasan ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN ... 95

(15)

xv

Indonesia IV ... 13

Tabel II Cara penyimpanan obat dengan benar ... 13

Tabel III Enam informasi minimal yang harus diberikan kepada pasien .. . 20

Tabel IV Penggolongan obat cair oral berdasarkan kelas terapi ... 45

Tabel V Karakteristik obat cair oral yang disertai cup ukur di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito... 47

Tabel VI Karakteristik responden berdasarkan usia ... 55

Tabel VII Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 57

Tabel VIII Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan ... 58

Tabel IX Hasil pengisian kuisioner aspek pengetahuan responden ... 63

Tabel X Beberapa petunjuk penyimpanan obat cair yang tertera pada kemasan obat ... 65

Tabel XI Hasil pengisian kuisioner aspek sikap responden... 71

Tabel XII Tugas apoteker di apotek menurut responden berdasarkan hasil wawancara ... 73

Tabel XIII Manfaat yang dirasakan responden setelah mendapat informasi dari apoteker ... 74

Tabel XIV Data hasil pengukuran sendok makan dan sendok teh ... 76

Tabel XV Volume takaran obat cair menurut responden ... 78

Tabel XVI Hasil pengisian kuisioner aspek tindakan responden ... 79

Tabel XVII Cara responden membersihkan cup ukur ... 80

(16)

xvi

Indonesia ... 11

Gambar 4 Logo obat keras dan psikotropika yang beredar di Indonesia... . 12

Gambar 5 Logo obat narkotika yang beredar di Indonesia ... 12

Gambar 6 Cup ukur sediaan cair oral... 14

Gambar 7 Ruang lingkup penelitian evaluasi ketersediaan dan perilaku penggunaan sediaan obat pada pengunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito ... 24

Gambar 8 Bagan cara kerja pengambilan subjek penelitian evaluasi ketersediaan dan perilaku penggunaan sediaan obat pada pengunjung apotek KF, RSUP Dr. Sardjito ... 28

Gambar 9 Karakteristik obat berdasarkan nomor registrasi obat ... 42

Gambar 10 Karakteristik obat berdasarkan logo obat ... 43

Gambar 11 Karakteristik obat berdasarkan jenis obat cair ... 44

Gambar 12 Ketersediaan alat bantu ukur dalam kemasan ... 49

Gambar 13 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 56

Gambar 14 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi penggunaan cup ukur sediaan cair oral ... 59

Gambar 15 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembelian obat di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito ... 60

Gambar 16 Karakteristik responden berdasarkan konsultasi obat ... 61

Gambar 17 Bermacam-macam ukuran sendok yang terdapat di Indonesia... ... 76

Gambar 18 Contoh cup ukur yang menyertakan satuan volume dan konversinya... ... 81

(17)

xvii

Lampiran 4 Surat pengantar dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma... ... 102 Lampiran 5 Surat ijin dari Apotek Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito ... 103 Lampiran 6 Gambaran karakteristik responden ... 104 Lampiran 7 Daftar obat cair oral pada bulan Juni-Juli di Apotek Pelengkap

Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito... ... 105 Lampiran 8 Hasil wawancara dengan apoteker... 113 Lampiran 9 Rak obat cair yang terdapat di Apotek Pelengkap Kimia

(18)

xviii

oleh ketidaktersediaan alat bantu seperti cup ukur dalam kemasan sediaan cair oral ataupun minimnya pengetahuan masyarakat dalam menggunakan cup ukur yang tersedia pada kemasan. Permasalahan dalam penggunaan cup ukur tidak lepas dari peran farmasis dalam menjamin ketersediaan obat dan dalam pemberian pelayanan, edukasi maupun informasi yang tepat kepada masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan cup ukur sediaan cair oral oleh pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma, RSUP Dr. Sardjito periode Juni-Juli 2010. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan rancangan penelitian survei deskripif melalui pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner dan wawancara kepada responden dan apoteker pendamping apotek. Pengolahan data dilakukan menggunakan metode statistik deskriptif.

Ketersediaan obat cair yang disertai cup ukur dalam kemasan sebesar 12,5%. Informasi yang diberikan oleh apoteker pada saat menyerahkan cup ukur sediaan cair oral adalah aturan penggunaan, nama obat dan peringatan. Hasil pengisian kuisioner dan wawancara menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan (72,6%), sikap (67%), dan tindakan (73,2%) pengunjung apotek telah cukup baik dalam menggunakan cup ukur sediaan cair oral

(19)

xix

dosage form or the public minimum knowledge on using the cup in package. Those problems close related to the pharmacist whom as the drug supplier and the public health services especially for giving the exact drug information to customer.

This research aims to find out the using of oral liquid dosing cup by customer at Pelengkap Kimia Farma Pharmacy Dr. Sardjito Hospital. This research applies in observational with deskriptive design through qualitative approach. Method in collecting data by questionnaries and interviews to the customers and pharmaciest as the respondents. In processing data, the researcher uses descriptive statistic method.

This research finds that the availability of dosing cup in package is 12.5%. The information that provided by the phatmaciest are the diretion use, drug name, and warnings. The questionnary and interviews result the percentage of knowledge (72,3%), attitude (67%), and action (73,2%), wich shows that customer have come to a good understanding on administered dosing cup and liquid dosage form.

(20)

1

A. Latar Belakang

Prevalensi penduduk Indonesia yang mengeluh sakit selama sebulan adalah sebesar 26,24 % di daerah perkotaan dan 24,95 % di daerah pedesaan (Badan Pusat Statistik, 1998). Beragam cara dilakukan masyarakat untuk berhadapan dengan penyakitnya. Masyarakat cenderung melakukan pengobatan mandiri untuk menangani penyakit ringan. Pengobatan mandiri adalah tindakan yang dilakukan untuk mengobati diri sendiri dengan menggunakan obat-obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan (minor illness) secara tepat dan bertanggung jawab (Holt dan Hall, 1990). Untuk menghadapi penyakit berat, masyarakat cenderung melakukan penegakan diagnosis oleh dokter.

Peran apoteker untuk meningkatkan pengobatan yang rasional bagi pasien dengan ataupun tanpa resep dokter adalah dengan menjamin tersedianya obat-obatan yang berkualitas dan juga menjamin tersedianya pelayanan konsultasi obat di apotek (Handayani, Gitawati, Muktiningsih dan Raharni, 2006).

(21)

Titik kritis pada penggunaaan sediaan cair bergantung pada ketepatan dosis yang diambil. Pengambilan volume yang tidak tepat mengakibatkan pengambilan dosis yang tidak akurat. Terdapat kesalahpahaman sehingga masyarakat cenderung menggunakan sendok makan/sendok teh yang terdapat di rumah untuk mengukur volume sediaan cair. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 di Minnesota (USA) menemukan bahwa 72% pasien mengggunakan sendok teh untuk mengukur volume sediaan cair (Bayor, Kipo, dan Ofori-Kwakye, 2010). Kesalahan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya ketidakakuratan dosis.

Pada penggunaan sendok makan untuk pengambilan volume obat, rata-rata dosis yang terambil sebesar 65% dari dosis yang direkomendasikan (Bica dan Farinha, 2005). Kesalahan pengambilan dosis pada sediaan cair umumnya dipicu oleh ketidaktersediaan alat bantu seperti cup ukur dalam kemasan sediaan cair oral maupun minimnya pengetahuan masyarakat dalam menggunakan cup ukur sediaan cair oral.

(22)

dibandingkan penggunaan alat bantu ukur dosis lainnya, kesalahan paling banyak dilakukan ketika masyarakat menggunakan cup ukur.

Apotek Pelengkap Kimia Farma (Apotek KF) merupakan salah satu penunjang medik yang berada dalam Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito. Apotek KF RSUP Dr. Sardjito dipilih sebagai tempat penelitian karena telah memiliki Standard Operational Prosedure (SOP) mengenai pelayanan kepada pasien. Jumlah pengunjung perhari mencapai 30-40 orang bahkan melebihi 130 pengunjung untuk loket yang buka 24 jam.

Dari uraian di atas maka muncul pertanyaan bagaimana ketersediaan dan perilaku penggunaan cup ukur bentuk sediaan cair oral pada pengunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito maka dilakukan penelitian tentang EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN CUP UKUR BENTUK SEDIAAN CAIR ORAL PADA PENGUNJUNG APOTEK KF, RSUP Dr. SARDJITO PERIODE JUNI-JULI 2010.

1. Permasalahan

a. Berapakah persentase ketersediaan cup ukur yang terdapat pada kemasan obat cair oral di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito?

b. Seperti apakah profil informasi yang diberikan oleh apoteker terhadap pengunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito?

(23)

2. Keaslian penelitian

Penelitian yang berhubungan dengan penelitian mengenai penggunaan cup ukur yang pernah dilakukan antara lain:

a. The Accuracy and Quality of Household Spoons and Enclosed Dosing Devices Used in The Administration of Oral Liquid Medications in Ghana (Bayor, Kipo, dan Ofori-Kwakye, 2010)

b. Inaccurate Dosage; Result from The FIP-LPS Collaborative Study (Bica dan Farinha, 2005)

c. Parents Can Dose Liquid Medication Accurately (McMahon, Rimza, dan Bay, 1997).

Penelitian tentang Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Cup Ukur Bentuk Sediaan Cair Oral pada Pengunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito Periode Juni-Juli 2010 berbeda dalam hal waktu serta tempat pelaksanaan. Tidak seperti penelitian sebelumnya, pada penelitian ini tidak dilakukan manipulasi terhadap subjek uji, seperti pemberian edukasi. Pada penelitian ini juga tidak akan dilakukan pencarian korelasi antara dua variabel.

3. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis sebagai sumber informasi dan referensi di bidang

(24)

ukur dan bentuk sediaan cair oral oleh pengunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito.

b. Manfaat praktis

Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait cara penggunaan cup ukur sediaan cair oral sehingga dapat meningkatkan perilaku pengobatan yang rasional dengan memperhatikan ketersediaan obat di apotek maupun peningkatan peran apoteker dalam memberikan pelayanan informasi obat.

A. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi ketersediaan dan perilaku penggunaan cup ukur bentuk sediaan cair oral oleh pengunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito.

2. Tujuan khusus

Dalam penelitian ini, tujuan khusus yang ingin dicapai adalah:

a. untuk mengetahui ketersediaan cup ukur yang terdapat pada kemasan obat cair oral di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito

b. untuk mengetahui profil informasi yang diberikan oleh apoteker terhadap pengunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito

(25)

6

A. Perilaku Kesehatan

Kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan (herediter). Faktor perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan (Blum cit., Notoadmodjo, 2002).

Perilaku kesehatan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit. Perilaku sehat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menjaga ataupun meningkatkan kesehatannya. Hal ini biasa dilakukan oleh seseorang yang merasa sehat untuk mencegah penyakit atau mendeteksi penyakit sebelum keluarnya gejala. Perilaku sakit adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang merasa sakit untuk menjelaskan keadaan kesehatannya dan mendapatkan pengobatan yang sesuai. Peran sakit adalah peran yang harus dilakukan oleh orang sakit dalam upaya pencarian pengobatan untuk mendapatkan kesembuhan (Supardi, Azis, dan Sukasdiati, 1999).

(26)

1. Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan didapatkan melalui pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Pengukuran pengetahuan subjek atau responden dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi.

2. Sikap

Sikap merupakan suatu respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap adanya stimulus atau obyek. Sikap belum tentu merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku dan bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka (Azwar, 1995).

Sikap mencakup 4 tingkatan yaitu menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), dan bertanggung jawab (responsible) (Notoadmodjo, 2002).

3. Praktik

(27)

Perilaku kesehatan melibatkan banyak faktor. Terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor penguat (Green cit., Notoadmodjo, 2002).

1. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor-faktor ini merupakan faktor yang dapat mempermudah terwujudnya perilaku. Hal-hal yang termasuk dalam faktor predisposisi adalah pengetahuan, sikap, persepsi, keyakinan, dan nilai. Hal tersebut dapat menjadi motivasi/pemicu seseorang atau kelompok untuk bertindak.

2. Faktor pendukung (enabling factor)

Faktor-faktor ini adalah faktor yang mendukung/memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. Hal-hal yang termasuk dalam faktor pendukung adalah ketersediaan sarana-prasarana/fasilitas kesehatan bagi masyarakat.

3. Faktor penguat (reinforcing factor)

Hal-hal yang termasuk dalam faktor penguat adalah sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas kesehatan termasuk juga Undang-Undang kesehatan dari pusat atau daerah.

Tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan adalah pembentukan dan perubahan perilaku sebagai penunjang program kesehatan.

Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan

(28)

adalah didapatkan perubahan yang cepat, akan tetapi perubahan tidak berlangsung lama karena terjadi bukan berdasarkan atas kesadaran sendiri. Contohnya adalah dengan peraturan yang harus dipatuhi oleh masyarakat.

2. Pemberian informasi

Strategi ini dilakukan dengan pemberian informasi oleh petugas kepada masyarakat. Pemberian informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan, serta cara menghindari penyakit akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Pengetahuan masyarakat diharapkan akan menimbulkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Strategi ini memakan waktu lama tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.

3. Diskusi parsitipatif

Strategi ini dilakukan dengan melakukan pemberian informasi dengan melibatkan masyarakat secara aktif. Strategi ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Masyarakat diajak juga ikut akif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Strategi ini menyebabkan pengetahuan kesehatan akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku masyarakat juga akan lebih mantap (Notoadmodjo, 2002).

B. Penggolongan Obat di Indonesia

(29)

‘Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi/menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan

kesehatan termasuk kontrasepsi’

(Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2006). Menurut Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/IV/2000, obat dapat digolongkan menjadi 5 golongan yaitu:

1. Obat bebas

Obat bebas adalah obat-obat yang dapat diperjualbelikan secara bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat bebas adalah parasetamol (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2006).

Gambar 1. Logo obat bebas yang beredar di Indonesia

2. Obat bebas terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras, tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter. Kemasan obat bebas terbatas disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat golongan bebas terbatas adalah CTM (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2006).

(30)

Obat bebas terbatas mencantumkan tanda peringatan yang berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5cm, lebar 2cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2006).

Gambar 3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas yang beredar di Indonesia

3. Obat keras

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan menunjukkan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat keras adalah asam mefenamat (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2006).

4. Obat psikotropika

(31)

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku’. Contoh obat psikotropika adalah diazepam dan phenobarbital (Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 1997a).

Gambar 4. Logo obat keras dan psikotropika yang beredar di Indonesia

5. Obat narkotika

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.22 tahun 1997 tentang Narkotika ‘Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan’. Contoh obat narkotika adalah morfin dan petidin (Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 1997b).

Gambar 5. Logo obat narkotika yang beredar di Indonesia

(32)

C. Sediaan Cair Oral

Sediaan cair oral terdiri dari suspensi, sirup dan emulsi. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang dapat terdispersi di dalam fase cair. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Emulsi adalah sistem dua fase, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase yang lain. Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).

Suhu penyimpanan sediaaan cair menurut Farmakope Indonesia IV adalah: Tabel I. Aturan beserta suhu penyimpanan obat menurut Farmakope Indonesia IV

Aturan penyimpanan Suhu Penyimpanan

Dingin Tidak lebih dari 8°

Lemari pendingin antara 2° dan 8°

Lemari pembeku antara -20° dan -10°

Sejuk suhu antara 8° dan 15° bila perlu disimpan dalam lemari pendingin.

Suhu kamar antara 15° dan 30°

Hangat antara 30° dan 40°

Panas berlebih Di atas 40°

(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Terdapat beberapa anjuran dalam menyimpan obat, yaitu :

Tabel II. Cara penyimpanan obat dengan benar

No. Cara penyimpanan

1. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat

2. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau seperti yang tertera pada kemasan.

3. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan kerusakan.

4. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.

5. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak. 6. Jauhkan dari jangkauan anak-anak

(33)

D. Cup Ukur

Cup adalah plastik kecil atau cup gelas yang mempunyai skala dan

digunakan untuk penggunaan bentuk sediaan cair (MAT Independent Sudy, 2008).

Gambar 6. Cup ukur sediaan cair oral

Cara menggunakan cup adalah sebagai berikut : 1. identifikasi ukuran yang diinginkan pada cup ukur 2. kocok bentuk sediaan cair terlebih dahulu

3. tuangkan sediaan cair pada cup ukur pada ukuran yang diinginkan. Letakkan cup ukur pada tempat yang permukaannya rata dan ukuran dihitung pada skala

terbawah meniskus.

4. cek ketepatan pengukuran dengan melihat cup ukur secara sejajar dengan mata (MAT Independent Study, 2008).

Dalam menggunakan cup ukur sediaan cair oral, terdapat beberapa masalah, yaitu:

(34)

2. asumsi bahwa dosis yang direkomendasikan adalah sebesar volume 1 cup ukur penuh (Bayor, dkk., 2010).

E. Pengobatan Sendiri

Perawatan sendiri atau self care adalah proses perawatan kesehatan yang terdiri dari peningkatan kesehatan, pengambilan keputusan, pencegahan, penyidikan, dan penyembuhan penyakit yang dikelola oleh diri sendiri sepenuhnya. Masyarakat menjadi subjek atas pengambilan keputusan pengobatan yang dipilih (Holt dan Hall, 1990). Pengobatan mandiri bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, pengobatan sakit ringan, dan pengobatan penyakit kronis setelah perawatan dokter (Supardi, 1997).

Perawatan pengobatan mandiri dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. perilaku konsumen, antara lain penghargaan terhadap nilai kesehatan, motivasi dan tanggung jawab untuk mempelajari penyakit yang di derita dan cara perawatannya, keseriusan penerimaan penyakit yang berpengaruh pada keputusan cara pengobatan yang dipilih serta pengaruh dari orang lain (teman, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya)

2. karakter demografi, antara lain usia, jumlah keluarga, jenis kelamin, status sosial dan ekonomi dari masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah atau daerah tertentu.

(35)

4. pendidikan dan pengetahuan konsumen, antara lain tersedianya informasi yang berguna dari farmasis atau tenaga kesehatan lainnya maupun dari media informasi dan label dalam kemasan obat serta adanya alternatif perawatan kesehatan lain seperti akupuntur dan terapi herbal.

Hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pengobatan sendiri adalah penggunaan obat harus aman dan efektif. Obat yang aman untuk kebanyakan orang belum tentu aman untuk orang tertentu, dan juga dapat membahayakan bila digunakan secara tidak benar (Supardi, 1997).

Obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria seperti yang tercantum dalam Permenkes 919/MENKES/PER/X/1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep yakni:

1. tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

2. pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.

3. penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan

4. penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia

(36)

F. Peran Apoteker di Apotek

Berdasarkan Kepmenkes No. 1027 tahun 2004, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Seiring berkembangnya zaman, apotek menjadi salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksudkan mencakup pelayanan kefarmasian (Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2004).

Pengelolaan apotek menurut Permenkes No:922/MENKES/PER/X/1993

tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotik, pengelolaan apotek meliputi:

1. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk campuran, penyimpanan

2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya.

3. Pelayanan informasi mengenai perbelakan farmasi (Menteri Kesehatan RI, 1993b).

(37)

Perencanaan adalah penyeleksian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jumlah, jenis dan waktu yang tepat. Pengadaan adalah suatu kegiatan yang bertujuan menyediakan sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2007).

Menurut Kepmenkes No. 1027, pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker

dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2004).

Peran apoteker secara garis besar dapat dilakukan dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuannya disertai dengan kemampuan menganalisis dan menginterpretasikan informasi obat untuk melakukan pelayanan kesehatan. Apoteker juga bertanggung jawab dalam memastikan pasien mendapatkan outcome yang diinginkan setelah menjalankan terapi obat. Pelayanan berorientasi

kepada pasien bergantung pada kemampuan apoteker untuk membangun relasi dengan pasien, mengikutsertakan pasien dalam pertukaran informasi, melibatkan pasien dalam proses pembuatan keputusan pengobatan, dan untuk mencapai tujuan terapi (Tindall, Beardsley dan Kimberlin, 1994).

(38)

Terdapat 2 fungsi utama komunikasi antara pasien dan tenaga kesehatan profesional :

1. membangun relasi antara tenaga kesehatan dengan pasien

2. menyediakan informasi penting untuk kondisi pasien, mengimplementasikan perawatan untuk masalah kesehatan, dan mengevaluasi efek perawatan pada kualitas hidup pasien (Tindall, dkk, 1994).

G. Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat kepada pasien tidak lepas dari peranan seorang farmasis. Seperti tenaga kesehatan yang lainnya, farmasis bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan terapi obat yang tepat, efektif, dan aman (Jones, 2008).

Menurut Kepmenkes No. 1027, apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya (Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2004).

(39)

hal, yaitu informasi mengenai jenis penyakit dan pengobatannya serta informasi menegenai obat yang diberikan kepada konsumen (Pratiwiningsih, 2008).

Apoteker adalah sumber utama informasi obat bagi dokter, perawat, pasien dan profesional kesehatan lainnya. Informasi obat harus dievaluasi oleh Apoteker guna memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif. Pasien membutuhkan informasi tentang obat seperti hubungan obat dengan penyakitnya, cara penggunaan obat, cara penyimpanan, efek samping, cara menangani efek samping, serta cara memantau efek obat (Siregar, 2006).

Tabel III. Enam informasi minimal yang harus diberikan kepada pasien 1 Efek obat mengapa obat itu diperlukan, gejala apa yang akan

hilang dan apa yang tidak, kapan efek obat diharapkan mulai muncul atau terasa, apa yang akan terjadi jika obat diminum dengan cara yang

tidak benar

2 Efek samping efek samping apa yang mungkin timbul, bagaimana cara mengenalinya, berapa lama efek samping akan berlangsung, seberapa parah, apa yang harus dilakukan 3 Instruksi bagaimana cara meminum obat, kapan meminum,

berapa lama pengobatan berlangsung, bagaimana cara menyimpan yang baik, apa yang dilakukan jika terlupa

meminum obat

4 Peringatan kapan penggunaan obat harus dihentikan, berapa dosis terbanyak yang boleh diminum, mengapa obat harus

diminum sampai habis 5 Kunjungan

berikutnya kapan pasien harus kembali 6 Sudah jelaskah

semuanya pasien, meminta pasien mengulang kembali informasi menanyakan apakah informasi sudah dimengerti yang sudah dijelaskan

(Vries, 1994). Menurut Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek mengenai Informasi Obat dituliskan bahwa apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias,

(40)

meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,

aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Setelah

penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan

penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes,

TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya (Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2004).

H. Keterangan Empiris

(41)

22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Cup Ukur Bentuk Sediaan Cair Oral pada Pengunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito dilakukan bersamaan dengan serangkaian penelitian lain dan termasuk dalam jenis penelitian non-eksperimental atau observasional dengan rancangan penelitian deskripif melalui pendekatan kualitatif.

Penelitian observasional merupakan penelitian dengan melakukan pengamatan terhadap sejumlah variabel subjek menurut keadaan yang apa adanya, tanpa intervensi dari peneliti (Pratiknya, 1993).

(42)

melakukan observasi atau pengukuran pada saat tertentu saja (masa sekarang), setiap subyek hanya dikenai satu kali observasi.

Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara pengambilan sampel kuota secara non random. Pengambilan sampel kuota digunakan untuk penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki. Cara sampel kuota adalah dengan menetapkan dasar jumlah sampel yang diperlukan, kemudian menetapkan jumlah (jatah yang diinginkan), jatah tersebut kemudian dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan (Riduwan, 2008). Metode pengumpulan data dilakukan dengan survei langsung kepada pengunjung apotek dan apoteker yang ada di apotek menggunakan alat penelitian dalam bentuk wawancara terstruktur dan pengisian kuisioner.

B. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian mengenai Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Cup Ukur Bentuk Sediaan Cair Oral pada Pegunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito merupakan salah satu penelitian yang diadakan bersama serangkaian penelitian lain, dengan ulasan topik tentang ”Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Sediaan Obat pada Pegunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito Periode Juni-Juli 2010”.

(43)

Gambar 7. Ruang Lingkup penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Sediaan Obat pada Pegunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito Periode

Juni-Juli 2010

C. Definisi Operasional 1. Ketersediaan meliputi:

a. Ketersediaan informasi adalah informasi yang diberikan oleh Apoteker Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito ataupun informasi yang diterima pengunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito mengenai cara penggunaan cup ukur dan penggunaan sediaan cair oral.

b. Ketersediaan barang meliputi jumlah produk obat cair oral yang disertai dengan cup ukur yang tersedia di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito pada periode Juni-Juli 2010.

Evaluasi Ketersediaan dan PerilakuPenggunaan Tetes Telinga pada Pegunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito periode Juni-Juli 2010 Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Tetes Mata pada Pegunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito periode Juni-Juli 2010 Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk

pada Pegunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito periode Juni-Juli 2010 Evaluasi Ketersediaan dan PerilakuPenggunaan Cup Ukur Sediaan Cair

Oral pada Pegunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito periode Juni-Juli 2010

Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Sendok Takar Sediaan Cair Oral pada Pegunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito periode

Juni-Juli 2010

(44)

2. Cara penggunaan meliputi penggunaan cup ukur dan sediaan cair oral, cara penuangan ke dalam cup ukur, lama pemakaian obat cair, cara penyimpanan, dan cara pembersihan sisa obat yang tertinggal dalam cup ukur.

3. Sediaan cair oral yang diteliti meliputi sirup cair, emulsi, suspensi cair, eliksir dan jamu.

4. Loket Bagian Unit Gawat Darurat (UGD) adalah bagian loket milik Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito yang melayani resep untuk pasien rawat jalan, rawat inap, dan resep umum dari luar RSUP Dr. Sardjito. Loket UGD beroperasi selama 24 jam dan terbuka untuk pengunjung umum yang membeli obat dengan resep maupun non resep.

5. Responden adalah pengunjung apotek, pasien rawat jalan RSUP Dr. Sardjito dan seluruh masyarakat baik dari daerah sekitar apotek dan dari luar daerah tersebut yang datang ke loket Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito untuk pembelian obat dengan resep maupun tanpa resep dokter, selama penelitian berlangsung dan pernah menggunakan sediaan obat cair oral dengan cup ukur, namun tidak harus membeli di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito. Responden harus memenuhi kriteria inklusi-eksklusi serta bersedia terlibat dalam penelitian ini.

(45)

7. Teknik pemberian informasi didasarkan atas inisiatif dari apoteker. Teknik aktif terjadi ketika pemberian informasi dilakukan secara aktif atas inisiatif dari apoteker, sedangkan teknik pasif terjadi ketika apoteker menunggu inisiatif dari pasien untuk bertanya terlebih dahulu.

8. Pasien rawat jalan adalah pasien yang tidak dirawat secara intensif di rumah sakit, berobat ke rumah sakit ketika ada keluhan tertentu, secara berkala

datang ke rumah sakit untuk menerima pengobatan.

9. Apoteker adalah apoteker pendamping yang sedang bertugas saat penelitian berlangsung di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito.

10. Sendok teh dan sendok makan yang disurvei untuk data pelengkap adalah sendok yang terdapat di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan,

Yogyakarta.

11. Aspek pengetahuan adalah pemahaman responden mengenai penggunaan obat cair oral dan penggunaan cup ukur secara tepat yang mereka yakni kebenarannya dari berbagai sumber dan dinilai dengan pemberian kuisioner dan wawancara secara langsung.

12. Aspek sikap adalah respon evaluatif responden terhadap penggunaan obat cair oral dan cup ukur yang mereka yakini kebenarannya dari pengetahuan yang mereka miliki dan dinilai dengan pemberian kuisioner dan wawancara secara langsung.

(46)

14. Periode Juni-Juli 2010 yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggal 14 Juni 2010 - 10 Juli 2010.

15.

Tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan dikatakan baik apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruh nya dengan skor jawaban responden >75%, tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan dikatakan sedang (cukup baik) apabila responden mengetahui sebagian dengan skor jawaban responden 40%-75%, tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan dikatakan kurang baik apabila responden mengetahui sebagian kecil dengan skor jawaban responden <40% (Pratomo, 1986., cit., Ganie, 2009).

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito untuk kegiatan survei wawancara dan pemberian kuisioner yang berlokasi di loket Unit Gawat Darurat. Loket Unit Gawat Darurat dipilih karena merupakan loket yang melayani resep rawat jalan maupun rawat inap untuk obat-obatan dengan ataupun tanpa resep. Penelitian dilakukan setiap hari Senin sampai Sabtu, pada pukul 08.00-15.00 WIB, dimulai dari tanggal 14 Juni 2009 sampai 10 Juli 2010.

E. Subyek Penelitian

(47)

pengunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito periode Juni-Juli 2010 yang pernah membeli sediaan cair oral disertai cup ukur didalam kemasan baik di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito maupun di Apotek luar. Pengunjung apotek dan apoteker bersedia bekerja sama berdasarkan persetujuan dengan informed-consent.

Apoteker adalah apoteker pendamping yang sedang bertugas pada periode

Juni-Juli 2010. Responden dan apoteker yang bersedia bekerja sama berdasarkan

persetujuan dengan informed-consent. Kriteria eksklusi adalah pengunjung dan apoteker Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito yang tidak bersedia bekerja sama untuk memberikan informasi dalam penelitian dan tidak dapat mengingat cara penggunaan cup ukur sediaan cair oral. Subjek penelitian selanjutnya disebut sebagai responden.

Gambar 8. Bagan cara kerja pengambilan subjek penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Cup Ukur Sediaan Cair Oral oleh

Pegunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito

47menyelesaikan pengisian

Seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi Pengunjung Apotek Kimia Farma RSUP Dr.

Sardjito periode Juni-Juli 2010

(48)

Responden apoteker diambil sejumlah 3 responden, yang merupakan apoteker pendamping yang bekerja di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito. Pengambilan responden untuk pengisian kuisioner dapat dilihat pada bagan.

Metode sampling yang digunakan adalah pengambilan sampel kuota secara non-random. Subyek yang dijadikan sampel diambil secara non-acak dan dapat diasumsikan bahwa sampel-sampel tersebut sesuai dengan kuota yang telah ditentukan (Sevilla, dkk., 1993).

Pada saat penelitian berlangsung, jumlah pengunjung yang pernah membeli sediaan cair oral bertambah sehingga peneliti mendapatkan jumlah subjek yang lebih banyak dari perkiraan. Terdapat 55 pengunjung apotek yang bersedia menjadi respoden penelitian. Terdapat 5 responden yang harus dikeluarkan dari penelitian sehingga total menjadi 50 responden. Berkurangnya responden disebabkan oleh beberapa hal, antara lain responden yang berubah pikiran sehingga tidak mau melanjutkan penelitian serta responden yang terburu-buru sehingga tidak dapat menyelesaikan pengisian kuisioner.

(49)

nonprobabilty sampling secara quota sampling, hingga didapatkan sejumlah kuota yang diinginkan.

F. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data pasien yang diperoleh pada saat wawancara awal untuk mencari subyek uji seperti umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Data ini terangkum dalam informed consent yang telah ditandatangani pasien dan panduan wawancara yang telah disiapkan oleh peneliti.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah (1) petunjuk wawancara terstruktur dan (2) lembar kuisioner dan (3) gelas ukur 5ml, 10ml, 20 ml dan beker glass untuk mengukur sendok teh dan sendok makan.

(50)

pengalaman membeli obat di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito (pengalaman pertama atau sudah berulang kali) dan pengalaman berkonsultasi pada apoteker di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito (pernah/tidak). Bagian ketiga memuat pernyataan mengenai penggunaan cup ukur sediaan cair oral.

H. Jalannya Penelitian

Cara kerja yang dilakukan secara umum yaitu:

1. Tahap pra penelitian

Tahap ini adalah tahap awal jalannya penelitian. Tahap ini meliputi proses perijinan, analisis situasi, pembuatan kuisioner dan wawancara terstruktur serta penyusunan informed consent.

a. Proses perijinan

Perijinan dilakukan dengan mitra, yaitu Manager Apotek Kimia Farma wilayah Yogyakarta dan Manager Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito. Proses perijinan berlangsung selama kurang lebih 1 bulan yaitu dari pada bulan Februari 2010.

b. Analisis situasi

Analisis situasi dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada bulan Maret-April

2010. Tahap ini mencakup pengamatan situasi dan kondisi di Apotek KF, RSUP

Dr. Sardjito khususnya loket UGD serta diskusi dengan pihak mitra terkait

kasus-kasus cara penggunaan sediaan obat dan studi pustaka.

Hasil dari tahap ini digunakan untuk memperkirakan jumlah responden

(51)

pada bulan Maret 2010 yang membeli produk sediaan obat cair oral yang disertai

cup ukur dalam kemasannya dan jumlah produk sediaan obat cair oral yang ada di

Apotek. Hasil dari analisis situasi juga digunakan untuk menetapkan kriteria

inklusi responden.

c. Pembuatan kuisioner dan wawancara terstruktur

Kuisioner dan wawancara terstruktur digunakan untuk mengevaluasi cara

penggunaan cup ukur sediaan cair oral oleh responden. Kuisioner berisi kira-kira

30 pertanyaan dengan bahasa sederhana yang tiap 10 pertanyaan mencakup segi

pengetahuan, sikap, dan tindakan. Bentuk pertanyaan dalam kuisioner

menggunakan variasi Dischotomous choice. Variasi dischotomous choice

merupakan pernyataan dimana dalam pertanyaan hanya disediakan 2 jawaban atau

alternatif seperti pernah/tidak pernah atau ya/tidak atau setuju/tidak setuju

(Notoatmodjo, 2005).

Wawancara terstruktur terdiri dari 5 pertanyaan yang ditanyakan kepada apoteker maupun pada pengunjung apotek. Wawancara terstruktur dilakukan terhadap apoteker tentang pelayanan informasi terkait cara penggunaan cup ukur dan penggunaan bentuk sediaan yang diteliti. Wawancara terstruktur pada responden dilakukan di awal untuk mengetahui usia dan pernah tidaknya

menggunakan sediaan obat sesuai kriteria inklusi. Wawancara terstruktur juga

dilakukan di akhir untuk mengevaluasi pemahaman terkait cara penggunaan cup

(52)

d. Penyusunan informed consent

Informed consent dibuat sebagai tanda persetujuan responden untuk ikut

serta dalam penelitian.

e. Uji bahasa

Uji bahasa dilakukan pada 15 orang yang mempunyai kemiripan kriteria

dengan responden. Uji bahasa dilakukan di loket Unit Gawat Darurat RSUP Dr.

Sardjito dimulai pada tanggal 14 Juni 2010 dan dilakukan selama 2 minggu. Uji

bahasa dilakukan untuk menguji apakan kuisioner dibuat telah siap digunakan

sebagai instrumen penelitian.

2. Tahap pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung. Data

yang dikumpulkan meliputi identitas pengobatan dengan menggunakan bentuk

sediaan sesuai kriteria inklusi dan informasi cara penggunaan bentuk sediaan

sesuai dengan kriteria inklusi. Bila diperlukan data dapat dikonfirmasi dengan

wawancara dengan responden/keluarga dan/atau tenaga kesehatan.

Responden sebelumnya diminta mengisi informed consent sebagai tanda

persetujuan mengikuti penelitian. Informed consent ditanda tangani oleh

responden.

Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian kuisioner, pemberian

kuisioner yang diwawancarakan dan wawancara terstruktur pada apoteker dan

pengunjung apotek. Pemberian kuisioner hanya dilakukan di loket Unit Gawat

Darurat. Apabila merasa bingung, responden dapat langsung bertanya kepada

(53)

Untuk pengumpulan data mengenai ketersediaan obat, dilakukan

pendaftaran obat-obat yang tersedia di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito.

Pendaftaran obat dilakukan di 5 loket Kimia Farma yang terdapat di RSUP Dr.

Sardjito yaitu loket Unit Gawat Darurat, loket Instalasi Rawat Jalan, loket poli,

loket bangsal dan loket induk. Pengumpulan data dilakukan dimulai tanggal 26

Juni-10 Juli 2010.

Untuk melengkapi data, dilakukan pengukuran terhadap sendok

makan/sendok teh yang beredar di Indonesia. Pengambilan sampel sendok

makan/sendok teh dilakukan secara non random. Sendok makan/sendok teh

tersebut berasal dari Kelurahan Ngupasan, Yogyakarta. Pengukuran volume

sendok makan/sendok teh dilakukan di salah satu loket Apotek KF, RSUP Dr.

Sardjito yang memiliki tempat peracikan menggunakan gelas ukur ukuran 5ml,

10ml, 20ml dan dilakukan dengan menuangkan sejumlah air ke dalam sendok

makan/sendok teh yang berhasil disampling dari kelurahan Ngupasan,

Yogyakarta. Pengukuran dilakukan sesuai dengan teori yang ada dengan cara

menuangkan sejumlah air ke dalam sendok searah sejajar dengan mata peneliti

kemudian air tersebut dituangkan ke dalam beker glass dan kemudian dimasukkan

ke dalam gelas ukur untuk mengetahui volume air yang ditakar oleh sendok

makan dan sendok teh. Pengukuran diulangi sebanyak 3 kali sehingga didapatkan

(54)

3. Tahap pengolahan data

Data pada penelitian ini diperoleh dari lembar kuisioner yang diisi oleh responden, wawancara terstruktur yang dilakukan kepada responden dan apoteker serta dari daftar sediaan cair oral yang terdapat di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito.

Karakteristik pasien meliputi umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Karakteristik obat meliputi jumlah obat cair oral yang terdapat di Apotek KF serta persentase obat cair yang menyertakan cup ukur di dalam kemasannya. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang menggambarkan cara penggunaan sediaan cair oral oleh pengunjung Apotek KF RSUP, Dr. Sardjito.

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi cara pemakaian cup ukur dan bentuk sediaan cair oral pada pengunjung Apotek KF. Hasil dari evaluasi ini akan digunakan untuk mencari cara untuk meningkatkan pemakaian obat yang rasional di masyarakat, khususnya untuk penggunaan cup ukur sediaan cair oral.

I. Tata Cara Analisis Hasil

Data yang diperoleh dari penelitian dibahas secara deskriptif dan diolah menggunakan statistik deskriptif dengan mendapatkan persentase rata-rata dan SD. Hasil wawancara dipaparkan secara deskriptif. Data ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar (Pratiknya, 1993).

1. Karakteristik pasien

(55)

Apotek KF RSUP Dr. Sardjito dan konsultasi obat yang pernah dilakukan. Semua data ditampilkan dengan bentuk persentase.

a. Usia responden

Penggolongan usia dilakukan dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi Strurgess:

M = 1+3,3 log N

dengan M adalah jumlah kelas dan N adalah jumlah data populasi (Sugiyono, 2006). Pengelompokkan usia dilakukan dengan mencari interval kelas yang dihitung dengan rumus:

Nilai M merupakan jumlah kelas yang diperoleh dari rumus Strurgess. b. Jenis kelamin

Pengelompokkan jenis kelamin dilakukan dengan perhitungan frekuensi dan perhitungan persentasenya.

x 100%

N merupakan jumlah total seluruh responden yaitu 50 responden. c. Tingkat pendidikan akhir

(56)

d. Tingkat pekerjaan

Pengelompokkan terhadap tingkat pekerjaan dilakukan berdasarkan jumlah masing-masing pekerjaan yang dimiliki oleh responden, dibagi jumlah responden keseluruhan kemudian dikali 100%.

e. Frekuensi menggunakan cup ukur sediaan cair oral

Pengelompokkan untuk melihat apakah responden baru pertama atau sudah berulang kali menggunakan cup ukur sediaan cair oral dilakukan berdasarkan perhitungan jumlah responden yang baru pertama kali atau sudah berulang kali menggunakan cup ukur sediaan cair oral, dibagi jumlah responden keseluruhan kemudian dikali 100%.

f. Frekuensi pembelian obat di loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito

Pengelompokkan dilakukan untuk melihat responden yang membeli obat di loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito dilakukan berdasarkan perhitungan jumlah responden yang membeli obat di loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito, dibagi jumlah responden keseluruhan kemudian dikali 100%.

g. Pengalaman konsultasi obat dengan Apoteker di loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito

(57)

2. Karakteristik obat

Karakteristik obat meliputi penggolongan obat berdasarkan macam, kelas terapi, golongan obat, bentuk sediaan, dan ketersediaan cup ukur dalam obat cair oral. Pengelompokan dilakukan berdasarkan MIMS Indonesia edisi 2009/2010. Jika ada obat cair oral yang tidak tercantum dalam MIMS Indonesia, digunakan pustaka yang lain yaitu ISO Indonesia Volume 44 edisi 2009/2010.

Persentase jumlah obat cair oral disertai dengan cup ukur sediaan cair

oral yang terdapat di Apotek Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito, kemudian perhitungan persentasenya:

x 100%

Sebelumnya, dilakukan pencatatan dan pengelompokan semua obat yang

terdapat di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito berdasarkan ada atau tidaknya cup ukur

dalam kemasan sediaan cair oral. Data yang didapatkan disajikan dalam bentuk

persentase dengan perhitungan sebagai berikut :

% ketersediaan cup ukur =

3. Pengetahuan, sikap dan perilaku

Pengolahan hasil kuisioner yang terdiri dari aspek pengetahuan, sikap

dan tindakan dengan menyajikan data dalam bentuk persentase jawaban

responden dengan perhitungan sebagai berikut:

Rumus diatas berlaku untuk menghitung aspek pengetahuan,sikap dan tindakan

(58)

4. Wawancara apoteker

Pengolahan wawancara apoteker dilakukan dengan memaparkan jawaban

apoteker sesuai jawaban yang diberikan saat penelitian. Wawancara diketik dan

dilampirkan dalam lampiran penelitian.

J. Kesulitan Penelitian

Peneliti mengalami beberapa kesulitan ketika mengerjakan penelitian.

Kesulitan terbesar yang dialami peneliti adalah mendapatkan responden yang

bersedia melakukan pengisian kuisioner dan wawancara. Responden loket Unit

Gawat Darurat RSUP Dr. Sardjito merupakan responden yang tidak terbiasa

dijadikan subjek penelitian survei. Pengisian kuisioner merupakan hal yang baru

dialami oleh responden sehingga tidak semua pengunjung apotek bersedia terlibat

dalam penelitian.

Terdapat beberapa responden yang tidak dapat membaca dan menulis,

selain itu terdapat pula responden yang sudah mengalami penurunan pendengaran.

Untuk mengatasi hal ini, peneliti terus mendampingi dalam pengisian kuisioner.

Beberapa responden tidak mengerti dengan maksud yang tercantum dalam lembar

kuisioner. Hal ini dapat menyebabkan hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan

tujuan atau permasalahan dalam penelitian. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti

selalu menyediakan kesempatan untuk bertanya, apabila terdapat hal-hal yang

tidak dimengerti oleh responden.

(59)
(60)

41

Hasil penelitian ini terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama berisi deskripsi mengenai karakteristik obat, bagian kedua berisi hasil wawancara terhadap apoteker dan bagian ketiga berisi pemaparan tentang penggunaan cup ukur sediaan cair oral oleh responden.

A. Persentase ketersediaan cup ukur yang terdapat pada kemasan obat cair oral di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito

Sebelum mengetahui persentase ketersediaan cup ukur, akan dibahas terlebih dahulu mengenai karakteristik obat cair yang terdapat di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito. Karakteristik obat yang akan dikaji adalah golongan obat dan nomor registrasi, jenis obat cair, kelas terapi dan sub kelas terapi obat. Terdapat 212 jenis item obat cair oral yang terdapat di 5 loket Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito. Semua jenis item tersebut akan dikelompokkan berdasarkan karakteristik obat pada penelitian ini.

1. Berdasarkan golongan obat dan nomor registrasi

Pengelompokan obat cair ini dilakukan dengan melihat logo obat berdasarkan Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/IV/2000. Pada sediaan suplemen/multivitamin, tidak semua sediaan mencantumkan logo obat sehingga pengelompokan didasarkan pada nomor registrasi yang terdapat pada kemasan.

(61)

negeri atau lisensi (DBL), golongan obat bebas terbatas dengan nama dagang produksi dalam negeri atau lisensi (DTL), suplemen makanan produksi dalam negeri (SD), suplemen makanan produksi dalam negeri atau dengan lisensi (SL), suplemen makanan produksi luar negeri atau impor (SI) dan produk makanan atau minuman yang berbatasan dengan obat, produksi dalam negeri atau lisensi (BMD).

Gambar 9. Karakteristik Obat Berdasarkan Nomor Registrasi obat

Dari hasil pengelompokkan didapatkan bahwa persentase suplemen yang terbesar adalah suplemen makanan produk dalam negeri sebesar 72,5%, diikuti dengan golongan obat bebas dengan nama dagang dalam negeri atau lisensi sebesar 13,7% . Persentase terkecil ada pada produk makanan atau minuman yang berbatasan dengan obat, produksi dalam negeri atau lisensi dan suplemen makanan produksi dalam negeri dengan lisensi yaitu sebesar 2,0%.

(62)

yang merupakan obat esensial bagi masyarakat. Persentase kedua terbesar adalah kelompok obat bebas terbatas (28,6%) diikuti dengan kelompok obat bebas terbatas (19,9%).

Persentase obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek yang tinggi menandakan Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito telah mampu memenuhi ketersediaan obat bagi masyarakat. Ketersediaan obat yang tinggi dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatannya dengan cara melakukan pengobatan sendiri ataupun dengan bantuan diagnosis oleh dokter.

Gambar 10. Karakteristik Obar Berdasarkan Logo Obat

2. Berdasarkan jenis obat cair

(63)

Terdapat berbagai jenis obat cair yang mempunyai sifat fisik yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat menyebabkan terjadinya kesalahan dalam penggunaan obat cair, khususnya dalam hal penyimpanan obat. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan kerjasama dari pihak apotek, khususnya apoteker untuk memberikan informasi yang sejelas-jelasnya mengenai cara penggunaan jenis sediaan cair.

Gambar 11. Karakteristik Obat Berdasarkan Jenis Obat Cair

3. Berdasarkan kelas terapi dan sub kelas terapi

Berdasarkan kelas terapi dan sub kelas terapi, obat dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok. Dari hasil pengelompokkan didapatkan bahwa persentase terbesar adalah obat dengan kelas terapi sistem pernapasan (34,0%), khususnya obat batuk dan pilek (25,9%). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang menyebutkan bahwa pembelian obat cair dilakukan responden untuk mengobati penyakit-penyakit sistem pernafasan seperti batuk dan flu.

(64)

Tabel IV. Penggolongan Obat Cair Oral Berdasarkan Kelas Terapi

Kelas Terapi Sub Kelas Terapi merek obat Jumlah Persentase Total

Antiinfeksi (Sistemik)

golongan penisilin 10 4,7

16,5%

golongan makrolida 4 1,9

golongan sefalosporin 13 6,1

golongan kloramfenikol 3 1,4

golongan kombinasi antibacterial 2 0,9

Antiamuba 1 0,5

Antituberkulosis 2 0,9

Sistem pernapasan Obat Batuk Golongan lain Obat batuk dan pilek 55 5 25,9 2,4 34,0%

Antiasma dan PPOK 12 5,7

Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier

Antasida, antirefluks, antiulserasi 17 8,0

12,7%

Laksatif (pencahar) 5 2,4

Antiemetik 3 1,4

Antidiare 2 0,9

Sistem Saraf Pusat

Antiinflamasi Non Steroid 4 1,9

8,0%

Nootropik dan Neurotonik 4 1,9

Analgesik non opiate 1 0,5

Vitamin&Mineral pediatric 12 5,7

17,5% Vitamin B kompleks dengan

Vitamin C 4 1,9

Kalsium dengan Vitamin 5 2,4

Vitamin dan atau Mineral 11 5,2

Vitamin dan Mineral untuk masa

hamil/ Antianemia 4 1,9

Vitamin A, D dan E 1 0,5

Nutrisi

Suplemen dan Terapi Penunjang 10 4,7

7,0%

Perangsang Nafsu makan 3 1,4

(65)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa faktor kelengkapan obat merupakan salah satu faktor yang kerap digunakan responden untuk menjadi pelanggan setia Apotek KF. Jenis obat yang sering dibeli oleh responden adalah obat batuk dan pilek serta multivitamin untuk menjaga daya tahan tubuh. Semua jenis obat ini biasa dibeli responden secara mandiri atau tanpa resep dokter.

4. Ketersediaan alat bantu ukur di dalam kemasan obat

Alat bantu ukur adalah alat bantu dalam pengambilan dosis obat. Terdapat beberapa macam alat bantu ukur pengambilan dosis obat yaitu cup ukur, sendok takar, dan dropper. Alat bantu ukur yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah cup ukur. Berdasarkan ketersediaan alat bantu ukur, data dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu sediaan cair oral yang telah memiliki alat bantu ukur sebesar 42,5% sedangkan sediaan yang tidak menyertakan alat bantu ukur sebesar 57,5%. Sediaan yang memiliki alat bantu ukur terdiri dari sediaan yang disertai cup ukur sebesar 12,5% dan yang disertai sendok takar sebesar 30,0%.

Gambar 12. Ketersediaan Alat Bantu Ukur dalam Kemasan

(66)

Tabel V. Karakteristik Obat Cair Oral yang Disertai Cup Ukur di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito

No Nama merk obat cair Jenis obat cair Sub kelas terapi Logo obat

1 Erysanbe® (Eritromisin) Sirup kering Antiinfeksi golongan

makrolida K

2 Bisolvon® (Bromheksin HCl) Eliksir Obat batuk dan pilek B

3 Bisolvon kids® (Bromheksin

HCl) Sirup Obat batuk dan pilek B

4 Buffect® (ibuprofen) Suspensi Antiinflamasi Non

Steroid BT

5 Buffect forte® (ibuprofen) Suspensi Antiinflamasi Non

Steroid BT kering Al(OH)3, simethicone)

Suspensi antasid, antirefluks,

antiulserasi B

13 Prospan® Sirup Obat batuk dan pilek Import

14 Sanmol® (parasetamol) Sirup Analgesik (non opiat),

antipiretik B

15 Transbroncho ® (ambroxol HCl) Sirup Obat batuk dan pilek K

16 Tempra forte® (parasetmol) Sirup Analgesik (non opiat),

antipiretik B

21 Calcidine® multivitamin Sirup kalsium dengan mineral B

22 Calsource junior® Kalsium Sirup Kalsium dengan

mineral B

23 Curvit® Emulsi Suplemen dan terapi

penunjang B

24 Dumin® Sirup Vitamin dan mineral

pediatrik B

25 Elkana® vitamin Suspensi Vitamin dan mineral BT

26 Maltover® Sirup Vitamin dan Mineral B

Gambar

Gambar 3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas yang beredar di Indonesia
Tabel I. Aturan beserta suhu penyimpanan obat menurut Farmakope Indonesia IV
Gambar 6. Cup ukur sediaan cair oral
Tabel III. Enam informasi minimal yang harus diberikan kepada pasien
+7

Referensi

Dokumen terkait

6) Berdasarkan hasil Penelitian dan pengujian Panitia, ditetapkan menjadi Daftar Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (DRKBMD) dan Daftar Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang

Tahap keempat jika Kabag telah menyetujui jadwal yang dibuat Administrasi, Kabag Labkom akan meminta Administrasi membuat undangan Rapat Evaluasi Masalah untuk seluruh

Urutan unsur- unsur tersebut dari paling kecil sifat pereduksinya ke yang paling besar ialah

Artinya adalah bahwa sumbangan pengaruh locus of control, komitmen organisasi, kinerja, turnover intention, dan etika profesi terhadap penyimpangan perilaku dalam

yang telah diungkap oleh Estaswara bahwa komunikasi pemasaran haruslah merupakan sebuah proses bisnis yang strategis, in- tegrasi vertikal menunjukkan bahwa sasa- ran pemasaran

 static : keyword ini berfungsi untuk memberi tahu kompiler bahwa method main bisa langsung digunakan dalam contex class yang bersangkutan.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis

Makrofag juga merupakan sel pertahanan yang aktivitasnya dengan berbagai. cara yaitu fagositosis dan destruksi mikroorganisme,