• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL ILMIAH PENENTUAN KOEFISIEN PINDAH PANAS KONVEKSI PADA RUMAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus Ostreatus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ARTIKEL ILMIAH PENENTUAN KOEFISIEN PINDAH PANAS KONVEKSI PADA RUMAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus Ostreatus)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ARTI KEL I LMI AH

PENENTUAN KOEFI SI EN PI NDAH PANAS KONVEKSI PADA RUMAH BUDI DAYA JAMUR TI RAM (Pleurotus Ostreatus)

OLEH ZURI ANI C1 J 011 094

FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROI NDUSTRI UNI VERSI TAS MATARAM

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini kami menyat akan bahwa artikel yang berjudul Analisis Ekonomi Pada Teknik Budidaya Jamur Tiram (Pleurot us Ost eatus) Menggunakan Evaporative Pad

Disetujui untuk dipublikasi

Nama Mahasiswa : ZI N NURAI NI Nomor I nduk Mahasiswa : C1J 211 091

Program Studi : Teknik Pert anian

Menyetujui :

Dosen Pembimbing Utama, Dosen Pembimbing Pendamping

Rahmat Sabani, S.TP., MP Murad, SP., MP

(3)

ANALI SI S EKONOMI PADA TEKNI K BUDI DAYA JAMUR TI RAM (Pleurotus Osteatus) MENGGUNAKAN EVAPORATI VE PAD

Analysis Of Economy For Mushroom Oyst er Cuktivation By Using Evraporative Pad

Zin Nuraini( 1), Rahmat Sabani( 2), Mur ad( 2)

(1)Mahasiswa Program Studi Teknik Pert anian Fakultas Teknologi Pangan dan Agr oindust ri, Universit as Mat aram

(2)St af Pengaj ar Program Studi Teknik Pertanian Fakult as Teknologi Pangan dan Agr oindust ri, Universit as Mat ar am

ABSTRAK

Penelitian ini bertuj uan untuk melakukan analisis ekonomi pada teknik budidaya j amur tiram (Pleurotus Ost eatus) menggunakan bangunan konvesional, evaporat ive pad dan genangan. Alat dan bahan ut ama yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer bat ang, timbangan analit ik, termometer bola basah dan bola kering, media serbuk kayu (baglog), bibit Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus), dan serabut kelapa (evaporative pad). Penelitian ini menggunakan metode analisis ekonomi untuk mengetahui kelayakan finansial dengan menghitung Cash Flow, BEP, NVP, I RR dan B/ C Rasio. Hasil penelitian menunj ukan bangunan budidaya j amur tiram menggunakan evaporative pad layak secara ekonomis untuk dikembangkan, dengan nilai BEP produksi 134,49 kg/ bulan dengan harga Rp 4.882.095,12, NPV dengan suku bunga 12 % dan 15 % Rp 14.659.619,31 dan Rp 14.228.057,09, I RR % , dan B/ C Rasio 2,82 dengan umur ekonomis selama 1 t ahun.

Kat a kunci: analisis ekonomi, budidaya j amur tiram, evaporative pad

ABSTRACT

This research aimed to perform economical analysis on mushroom (Pleurot us Osteat us) cultivation using several treatment, i.e. conventional cultivat ion house (control treat ment), evaporative pad t reatment, and flooding treatment. Main instrument and mat erial used in t his research were t hermometer, analytical weight scale, wet and dry bulb thermometer, sawdust media (baglog), mushroom seed, and coconut coir (evaporative pad). This research used economical analysis approached to evaluate finansial feasibility by calculating Cash Flow, BEP, NVP, I RR and B/ C Rat io. Result showed that t reatment using evapor ative pad was financially feasible to developed; BEP value 134.49 kg/ month of harvest ed product and Rp 4,882,095.12 sales volume; NPV for 12% and 15% interest rate were Rp 14,659,619.31 and Rp 14,228,057.09 respectively; I RR value 12.015%; and B/ C ratio 2,82; with economical life time for 1 year.

(4)

PENDAHULUAN

Jamur merupakan t anaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fot osintesis untuk menghasilkan t anaman sendiri jamur hidup dengan cara mengambil zat -zat makanan, seperti selulosa, glukosa ligan senyawa pati dari organisme lain. Oleh karena itu j amur dikat agorikan sebagai t anaman heterotrofik, yaitu t anaman yang kehidupannya tergantung pada organisme lain (Parj imo, 2007).

Dit injau dari aspek teknisnya untuk pertumbuhan tubuh buahnya jamur tiram bisa t umbuh dengan suhu 23-28oC dengan kelembaban 70- 85% , miselium j amur put ih tumbuh optimal pada keadaan gelap. Sebaliknya, tubuh buah j amur tidak dapat tumbuh pada gelap. Pertumbuhan jamur hanya akan memerlukan cahaya yang bersifat menyebar (diffuse light) oleh karena itu, diperlukan peneduh pohon didekat bangunan t empat pemeliharaan j amur. Jamur tiram juga memerlukan sirkulasi udara segar untuk pertumbuhannya. Deraj at keasaman (pH) miselium jamur Media tanam dalam budidaya moderen media tumbuh yang digunakan berupa kayu tiruan (log) yang dibuat dalam bentuk silinder. Ket inggian t empat didaerah dat aran t inggi sekitar 700-800 m dpl (Meina, 2007).

Jamur tiram adalah j amur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada bat ang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (t iram). Tubuh buah jamur ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (st ipe atau stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang t iram berukuran 5-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti ingsang berwarna putih dan lunak (Djarijah, 2007).

Selain budidayanya dapat dilakukan sebagian tempat di I ndonesia yang umumnya bersuhu hangat, bibit dan media tanamnya juga sangat mudah didapat dengan harga murah. Ditinj au dari aspek bioliginya, jamur tiram relatif lebih mudah dibudidayakan. Pengembangan j amur tiram tidak memerlukan lahan yang luas. Masa produksi jamur t iram relatif cepat sehingga periode dan wakt u panen lebih singkat dan dapat kontinu. Budidaya jamur tiram dapat dikelola sebagai usaha sampingan at aupun usaha untuk pemasaran j amur konsumsi. Menurut dat a yang dibuat BPS (Badan Pusat Statist ik), konsumsi sayur masyarakat I ndonesia pada t ahun 2002 tercat at sebesar 30,8 kg/ kapit a/ tahun. Badan kesehat an dunia (FAO) menyat akan bahwa jumlah konsumsi sayuran unt uk memenuhi st andar kesehat an adalah sebesar 65 kg/ kapit al/ tahun. Dari kedua dat a tersebut terlihat bahwa konsumsi sayur masyarakat I ndonesia belum separuhnya dari rekomendasi FAO. Kondisi inilah yang menj adikan peluang usaha jamur konsumsi di dalam negri masih sangat terbuka lebar (Parjimo, 2007).

(5)

Sedangkan konsumsi rat a-rat a penduduk I nggris dan AS masing-masing sekit ar 1 kg/ kapita/ t ahun dan 0,5kg/ kapit a/ tahun (Dj arijah, 2001).

Analisis ekonomi adalah analisis yang digunakan untuk menget ahui apakah usaha menguntungkanat au tidak dari sudut ekonomi secara keseluruhan. (Kadariah,1978).

Berdasarkan uraian di at as maka telah dilakukan penelitian tentang Analisis Ekonomi Pada Teknik Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus Ost eatus) Menggunakan Evaporative Pad

METODELOGI PENELI TI AN Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada13 Agust us sampai 13 September tahun 2015 di lahan t anam belakang Labor at orium Daya dan Mesin Pertanian, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mat ar am. Alat dan Bahan Penelitia

Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rumah j amur, Thermometer bat ang, Timbangan Analit ik, Thermometer bola basah dan bola kering, gergaj i, gunting, parang dan perlengkapan alat t ulis.

Bahan- bahan penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah media serbuk kayu dan bibit Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus) dan Serabut kelapa, selang, pipa, paralon, terpal, strimin besi dan ember plastik.

Asumsi- Asumsi

Untuk mendekati hasil operasi perhitungan yang mencerminkan keadaan nyat a di lapangan, maka ditentukan asumsi-asumsi yang berhubungan dan t idak menyimpang dari kondisi lingkungan yang sebenarnya. Asumsi bersifat umum dan merupakan keadaan rat a-rat a dalam system analisis dan ekonomi pada teknik budidaya jamur tiram (pleurotus osteatus).

Asumsi-asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis biaya berdasarkan harga yang berlaku pada saat spenelitian dilakukan yaitu tahun 2015.

2. Pendapat an dan pengeluaran dianggap t etap sepanjang umur ekonomis.

Bat asan-bat asan Penelitian

Bat asan-bat asa dalam penelitian ini adalah aspek ekonomi pada teknik budidaya jamur tiram bangunan biasa at au konvesional, evaporative pad dan budidaya j amur tiram.

Analisis Dat a

Dat a hasil penelitian ini ditampilkan dalam bent uk grafik. Yang dilakukan menggunakan observasi dan diselesikan dengan program Microsoft Excel. Dat a observasi di lapangan kemudian disimpulkan untuk mengetahui kelayakan dari usaha budidaya j amur tiram pada masing-masing bangunan.

HASAI L DAN PEMBAHASAN Analisis Usaha

(6)

membantu dalam penghit ungan at au estimasi keuntungan atau kerugian usaha t ersebut.

Biaya dan Upah Tenaga Kerj a Persoalan yang sering dihadapi dalam suatu proyek at au usaha adalah persolaan pembiayaan. Dengan kat a lain, suatu proyek at au usaha tesebut tidak dapat berjalan normal karena kurangnya biaya. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak negatif dari persoalan tersebut maka dilakukan analisis biaya, karena pada dasarnya suatu usaha dilakukan untuk memperoleh keuntungan dari selisih pendapat an dan biaya yang dikeluarkan. Analisis biaya dari proses produksi pada dasarnya bertuj uan untuk memperkirakan jumlah biaya yang dikeluarkan selama produksi sehingga didapat biaya pokok. Biaya pokok merupakan penjumlahan dari biaya tet ap dan biaya tidak tet ap.

Pada bangunan biasa at au konfesional dimana biaya t etap terdiri dari sewa lahan sebesar Rp1.000.000 rumah j amur sebesar Rp1.697.300 biaya peralat an, sebesar Rp350.000 biaya penyusut an rumah j amur sebesar Rp345.600 biaya penyusut an alat sebesar Rp75000, bunga modal rumah j amur sebesar Rp46.080 dan bunga modal alat sebesar Rp9960. Sedangkan biaya t idak t et ap tergantung dari tingkat penggunaan alat dan bahan yang dimna biaya tidak t et ap terdiri dari harga bag log sebesar Rp1.352.000, tenaga kerj a sebesar Rp170.000, palstik/ kert as pembungkus sebesar Rp169.000 transportasi sebesar Rp100.000, kariawan sebesar Rp1.000.000 dan sewa tempat sebesar Rp300.000.

Pada bangunan evaporative pad dimana biaya tetap terdiri dari sewa lahan sebesar Rp1.000.000 rumah j amur sebesar Rp1.697.300 biaya peralat an, sebesar Rp350.000 biaya penyusut an rumah j amur sebesar Rp345.600 biaya penyusut an alat sebesar Rp75000, bunga modal rumah j amur sebesar Rp46.080 dan bunga modal alat sebesar

Rp9.960. Sedangkan biaya tidak tet ap tergantung dari tingkat penggunaan alat dan bahan yang dimna biaya t idak tet ap terdiri dari harga bag log sebesar Rp1.352.000, tenaga kerj a sebesar Rp170.000, palstik/ kert as pembungkus sebesar Rp169.000 transportasi sebesar Rp100.000, kariawan sebesar Rp1.000.000 dan sewa tempat sebesar Rp300.000, evaporative pad Rp250.000 dan biaya air dan list rik Rp200.000

Pada bangunan genangan dimana biaya tetap terdiri dari sewa lahan sebesar Rp1.000.000 rumah j amur sebesar Rp1.697.300 biaya peralat an, sebesar Rp350.000 biaya penyusut an rumah j amur sebesar Rp345.600 biaya penyusut an alat sebesar Rp75.000, bunga modal rumah j amur sebesar Rp46.080 dan bunga modal alat sebesar Rp9.960. Sedangkan biaya tidak tet ap tergantung dari tingkat penggunaan alat dan bahan yang dimna biaya t idak tet ap terdiri dari harga bag log sebesar Rp1.352.000, tenaga kerj a sebesar Rp170.000, palstik/ kert as pembungkus sebesar Rp169.000 transportasi sebesar Rp100.000, kariawan sebesar Rp1.000.000 dan sewa tempat sebesar Rp300.000, biaya air dan listrik Rp200.000.

Nilai Ekonomis Bangunan at au Alat Rumah Budidaya Jamur Tiram

Nilai ekonomis dari bangunan jamur ini adalah 1 t ahun dapat dilihat dari pengeluaran biaya awal pembuat an rumah j amur yaitu sebesar Rp3.523.940 pada bangunan biasa at au konvesional, evaporative pad dan genangan, dengan 2 perbandingan bunga modal yaitu 12% disimpulkan bahwa harga awal suatu pembuat an proyek at au bangunan akan menyusut atau berkurang ket ika akan dijual pada bulan berikut nya dengan nilai suku bunga yang berbeda.

(7)

prospek dari usaha budidaya j amur tiram ini memberikan peluang usaha besar untuk menuj ang pendapat an ekonomi masyarakat. Dimana pembudidayaannya yang tidak terlalu susah dengan biaya yang cukup murah memungkinkan usaha ini bisa dikembangkan

Analisis Titik I mpas Break Event Point ( BEP)

Dalam melaksanakan suatu usaha, titik impas perlu diketahui. Dimana usaha tersebut dikat akan mencapai tit ik impas apabila dalam proses operasinya tidak mempeloleh untung t api juga tidak menderita rugi. Dapat j uga dikat akan usaha tersebut menghasilkan tingkat produksi t ert entu dimana jumlah penerimaan sama dengan seluruh biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan pernyat aan (Masitah, 2004) yang menyat akan bahwa titik impas dapat terjadi apabila suatu alat dalam operasinya menggunakan biaya tet ap dan voume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel. Apabila penjualan dan sebagian biaya tet ap, maka proyek at au usaha menderita kerugian dan sebaliknya memperoleh keunPtungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tet ap yang dikeluarkan.

Komponen analisis titik impas terdiri atas biaya tet ap Rp/ tahun, harga jual biaya tidak t et ap Rp/ bulan dan jumlah produksi. Agar usaha budidaya jamur dalam proses penjualan tidak mengalami kerugian, maka perlu diketahui biaya t idak tet apnya perbulan untuk set iap masing-masing bangunan yait u bangunan biasa at au konvesional, evaporative pad dan genangan.

Pada bangunan biasa at au konvesional jumlah produksi j amur tiram agar mencapai tit ik impas sebesar Rp136,30 kg dengan omset sebesar Rp4.770.363,91. Pada bangunan evaporative pad j umlah produksi jamur tiram agar mencapai titik impas sebesar Rp143,70 kg dengan omset sebesar Rp5.029.241,32. Pada bangunan evaporative pad j umlah produksi jamur tiram agar mencapai titik impas sebesar Rp140,31 kg dengan omset sebesar Rp4.910.850,54.

Dari ketiga bangunan menunjukan bahwa pendapat an paling banyak diperoleh pada bangunan evaporative pad dan yang paling sedikit diperoleh pada bangunan biasa/ konvesional.

Jam kerj a : 98.20039966 j am/ bulan Produksi : 137.4805595 kg/ bulan

(8)

jam kerj a : 96.68013891 jam/ bulan Produksi : 135.3521945 kg/ bulan

Titik impas bangunan evaporative pad budidaya j amur t iram tercapai pada j am kerj a 96. 68013891 jam/ bulan dengan j umlah produksi 135.3521945 kg/ bulan.

Jam kerj a : 85.84117748 j am/ bulan Produksi : 128.7617662 kg/ bulan

Titik impas bangunan konvesional budidaya j amur t iram tercapai pada j am kerj a 85. 84117748 jam/ bulan dengan j umlah produksi 128.7617662 kg/ bulan.

Analisis titik impas digunakan untuk menget ahui pada t ingkat produksi berapakah suat u usaha mulai mendapat keunt ungan. Analisis ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kait an ant ara volume produksi, harga j ual, biaya produksi, keuntungan at au kerugian yang akan diperoleh pada suatu tingkat produksi tertentu ( Fitriani, 2007), dalam skripsinya (Zulhadi, 2014.) Dari ketiga bangunan menunjukan bahwa j umlah pengeluaran lebihsed ikit daripada jumlah pemasukan. Sehingga pengembangan budidaya jamur t iram layak untuk dikembangkan.

Net Present Value NPV

Pada dasarnya metode NPV adalah met ode yang memperhatikan analisis nilai uang sekarang, dimana nilai uang sekarang tidak sama (lebih tinggi) dari nilai uang dikemudian hari dengan demikian, dalam met ode ini yang dihitung adalah nilai sekarang (Present Value) dari proses yang diharapkan at as dasar discount rate t ert entu. Sesuai dengan pernyat aan (Riyanto,1995) dalam salinan (Fahmi, 2014) Selisih ant ara PV dari keseluruhan proses dengan PV dari pengeluaran modal (Capital Outlays) dinamakan “ nilai sekarang” netto (Net Present Value). Apabila j umlah PV dari keseluruhan proses yang diharapkan lebih besar daripada PV invest asi berarti NPV positif (+ ), maka usul investasi tersebut dapat diterima namun investasi dapat ditolak apabila NPV nya negatif (-)

Apabila hasil perhitungan Net Present Value lebih besar dari 1 (sat u), dikat akan usaha at au proyek ter sebut feasible (go) untuk dilaksanakan dan jika lebih kecil dari 1 ( sat u), tidak layak untuk dilaksanakan. Dari hasil perhitungan didapat bahwa (NPV) usaha budidaya j amur tiram menujukkan nilai positif (+ ) pada bangunan biasa at au konvesional, evaporative pad dan genangan. hal ini menyat akan bahwa invest asi dapat dilakukan dan layak dilanj utkan didapat kan hasil bahwa bangunan konvisional NPV’ pada suku bunga 12% , Rp1.985.306,574. NPV” pada suku bunga 15% diperoleh Rp1.841.544,176. Pada bangunan evaporative pad didapat kan hasil bahwa NPV’ pada suku bunga 12% , Rp11.082.171,77 sedangkan NPV” suku bunga 15% diperoleh Rp10.701.028,98. Pada bangunan genangan diperoleh NPV’ pada suku bunga 12% , Rp2.438.899,778 sedangkan NPV” pada suku bunga 15% diperoleh Rp10.701.028,98.

(9)

metode I nternal Rate of Ret run (I RR) ini justru yang akan dicari adalah suku bunganya di saat NPV sama dengan nol. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan Cash Flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewaj iban yang harus dipenuhi. Kemampuan inilah yang disebut dengan I nternal Rate of Retrun (I RR), sedangkan kewaj iban disebut dengan Minimum At tract ive Rate of Return ( MARR). Dengan demikian, suatu rencana invest asi akan dikat akan layak at au menguntungkan j ika I RR≥ MARR (Giatman, 2011). Dalam penelitian ini didapat kan nilai akhir dari budidaya jamur t iram bangunan biasa at au konvesional didapat kan nilai I RR sebesar 12,02% , bangunan evaporative pad nilai I RR12,015% dan bangunan genangan digunakan untuk mengukur tingkat keunt ungan teknologi dalam pr oses produksi usahat ani yaitu dengan menggunakan hasil perhitungan pada analisis pendapat an, biayat et ap pertahun dan tidak tet ap per bulan. Selain itu dalam proses produksi, analisis B/ C Rat io berfungsi untuk menentukan kelayakan alternat if proyek at au usaha. Art inya analisis ini lebih menekankan kepada benefit (manfaat ) sert a perngorbanan suat u invest asi berupa usahaatau proyek. Sesuai dalam pernyat aan (Gaspersz, 2000) . Kriteria ini juga menggambarkan seber apa besar bagian dari biaya produksi setiap tahun yang tidak dapat t ert utup oleh manfaat (Benefit) tersebut dengan mengunakan ketentuan kelayakan jika hasil B/ C

kontrol, evaporative pad dan genangan dapat dilihat pada masing-masing tabel di bawah ini :

Dalam analisa kelayakan usaha budidaya jamur tiram diatas didapat bahwa unt uk pendapat an pert ahun Rp10.019.060 dengan jumlah pengeluaran sebesar Rp5.921.100. Jika jumlah pendapat an pert ahun dibagi dengan jumlah pengeluaran di atas maka akan menghasilkan sebesar 1,43 dan ini menandakan bahwa usaha tersebut layak untuk dikembangkan.

Dalam analisa kelayakan usaha budidaya j amur tiram di atas didapat bahwa unt uk pendapat an pet ahun Rp19.899.060, dengan jumlah pengeluaran sebesar Rp7.064.940. Jika jumlah pendapat an t ahun dibagi dengan jumlah pengeluaran di at as maka akan menghasilkan sebesar 2,82 dan ini menandakan bahwa usaha ter sebut layak unt uk dikembangkan.

(10)

KESI MPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa usaha terhadap budidaya j amur tiram, pada pembahasan ini dapat disimpulkan sebagi berikut :

1. Budidaya jamur tiram menggunakan rumah jamur yang menggunakan evaporative pad layak secara ekonomis untuk dikembangkan dengan nilai titik impas BEP dicapai dalam waktu 2 bulan 7,14741414981908 hari dengan nilai produksi 134,49 kg/ bulan, dengan jumlah harga produksi sebesar Rp4.882.095,12 . 2. Berdasarkan analisa ekonomi teknik

budidaya j amur tiram evaporative pad dapat meningkat kan nilai ekonomis untuk usaha budidaya j amur tiram.

Saran

Analisis ekonomi pada teknik budidaya j amur t iram menggunakan evpor ative pad dilihat dari produksi yang dihasilkan lebih ekonomis untuk dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Agust ina, S. 2011. I lmu Usaha Tani. UB Press. Malang.

Rist ono Agus dan Puryani, 2001. Ekonomi Teknik. Graham I lmu.Yogyakart a.

Balkis Siti, 2009. Analisis Finansial Pengusahaan Jamur Tiram (Pleurotus Sp). Fakultas Pert anian Universitas Mulawarman Samarinda.www.ht tp/ / Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram.Download.Portalgaruda.Or. (Diakses Sabt u, 07 Februari 2015) (11.43).

Djarijah Nunung Marlina dan Abbas Siregar Dj arij ah, 2001. Budidaya Jamur Tiram. Knisius. Yogyakarta.

Gaspersz Vincent, 2000. Ekonomi Manajerial. Pembuat an Keputusan Bisnis. Penerbit PT.

Gramedia Pust aka Umum. Jakart a.

Giatman. 2011. Ekonomi Teknik. PT. Rajawali Grafindo Persada. Jakart a.

I rwanto.K.A., 1982.Ekonomi Enjiniring Jurusan Keteknikan Pert anian Fakultas Teknologi Pert anian I nstitut Pertanian Bogor. Bogor.

Kadariah, Lien Karlina, Live Gray. 1978. Pengant ar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Universitas I ndonesia Press. Jakart a.

Meina Lin, 2007. Budidaya Jamur Tiram. Azka Mulia Media. Jakart a.

Nugraha Pandu Adit ya, 2006. Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Jamur Tiram Segar di Bogor Propinsi Jaw a Barat. Fakultas Pert anian I nstitut Pertanian Bogor. Badung.

Parjimo dan Agus Andoko, 2007. Budidaya Jamur. PT. Agro Media Pust aka. Jakart a.

Soenant o Hardi, 1999. Jamur Tiram. Aneka I lmu. Semarang.

Waldiyono, 2008. Ekonomi Teknik (Konsepsi, Teori, dan Aplikasi). Pust aka pelajar. Jogjakart a.

(11)

Fakutas Sains Dan Teknologi Universitas I slam Negeri Syarif Hidayatullah Jakart a. Jakart a. Zulhadi Dedi, 2014. Analisis Teknis dan

Referensi

Dokumen terkait

tertulis: menilai kemampuan peserta didik dalam memahami, menerapkan, dan mengonversi teks laporan hasil observasi ke dalam bentuk yang lain sesuai dengan struktur

Setelah melakukan analisa dan perancangan sistem class dan inheritance bangun datar , maka kita dapat mengambil suatu kesimpulan dan saran sesuai dengan

Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air. Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh kehadiran organisme dalam

Karena laporan arus kas untuk arus kas kegiatan operasi yang dihasilkan perusahaan yang melakukan manipulasi aktivitas riil lebih rendah sehingga tidak dapat

Mitra Sarana Abadi adalah salah satu perusahaan distributor tunggal notebook di Kalimantan Timur yang sudah sangat berpengalaman, tentunya dalam pengelolaan persediaannya

Sehubungan dengan hal teisebut kami mohon ijin dan bantuan bagi mahasiswa yang bersm~gkutan agar dapat melakukan penyebaran angket di tempat yang Bapak/P1u

Ngguwo pada area penelitian data pemetaan flora ditemukan 19 jenis dengan total individu adalah 772 individu, dimana jenis Mahoni ( Swietenia macrophylla ) merupakan jenis yang

Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti tentu tidak lepas dari media dan sumber belajar, karena media dan sumber.. belajar