• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. ASI diberikan sesering mungkin tanpa dijadwal sampai bayi usia 6 bulan. Telah terbukti bahwa ASI saja tanpa ditambah apa pun, telah memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Penelitian Giri et al. (2013) menyebutkan bahwa ada kecenderungan ibu yang memberikan ASI eksklusif, mempunyai balita dengan status gizi lebih baik daripada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif. ASI eksklusif akan memberikan perlindungan pada bayi dan memperkecil risiko terhadap berbagai penyakit antara lain diare, ISPA, dan penyakit alergi. ASI eksklusif menjadikan perkembangan fisik, mental, dan emosional bayi akan lebih optimal. Pemberian ASI eksklusif pada masa bayi juga terbukti memiliki dampak jangka panjang, misalnya pada penurunan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung pada masa dewasa (Kemenkes RI, 2010).

Penelitian Nurmiati (2008) menyebutkan bahwa durasi pemberian ASI sangat mempengaruhi ketahanan hidup bayi di Indonesia. Bayi yang disusui dengan durasi 6 bulan atau lebih memiliki ketahanan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4 bulan. Bayi yang disusui dengan durasi 4-5 bulan memiliki ketahanan hidup 2,6 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4 bulan.

(2)

Dalam hal pemberian ASI secara eksklusif, Kementerian Kesehatan RI dalam PP No. 33 tahun 2012 mengharuskan setiap ibu yang melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya sampai usia 6 bulan. Pemerintah telah menetapkan target cakupan pemberian ASI secara eksklusif pada tahun 2010 pada bayi 0-6 bulan sebesar 80% (Depkes RI, 2007). Upaya peningkatan pemberian ASI selama ini mulai memberikan hasil yang menggembirakan. Cakupan pemberian ASI eksklusif sampai dengan usia 6 bulan di Indonesia pada tahun 2010 hanya sebesar 15,3% (Riskesdas, 2010), pada tahun 2012 naik menjadi 48,6% (Kemenkes, 2013). Sementara untuk cakupan ASI eksklusif di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2012 sebesar 48%, menurun jika dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 49,9% (Profil Kesehatan DIY, 2013). Di Kabupaten Bantul, meskipun cakupan ASI eksklusif pada tahun 2012 sebesar 63,51%, meningkat dari tahun 2011 sebesar 42,3%, tetapi masih tampak besar kesenjangan cakupan ASI eksklusif untuk tiap-tiap puskesmas (Profil Kesehatan Kabupaten Bantul, 2013).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan. Untuk memperoleh keberhasilan menyusui secara eksklusif, maka ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya salah satunya adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini adalah kegiatan bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir dalam 1 jam pertama kehidupan.Penelitian Susilawati (2010) menyebutkan pelaksanaan IMD dapat meningkatkan kemungkinan kelangsungan pemberian ASI eksklusif hanya secara praktis tetapi tidak bermakna secara statistik. Faktor lain yang mempengaruhi kelangsungan pemberian ASI

(3)

eksklusif adalah status pekerjaan, pendidikan. Variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kelangsungan pemberian ASI ekskusif adalah status pekerjaan ibu. Oleh karena itu untuk mencapai target pemberian ASI secara eksklusif, upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif perlu dilanjutkan dan terus ditingkatkan. Salah satunya melalui kegiatan pemberdayaaan ibu dan meningkatkan dukungan anggota keluarga agar semakin banyak bayi baru lahir yang melakukan IMD, dan semakin banyak ibu mampu menyusui dengan benar, karena IMD akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui (Depkes RI, 2007).

Inisiasi menyusu dini banyak memberi manfaat, yaitu terciptanya ikatan kasih sayang sebuah keluarga pada jam-jam pertama saat melahirkan, dimana sambil bayi mencari puting susu ibunya, ayah bisa berperan mengadzankan bayi di dada ibunya. Inisiasi menyusu dini juga dapat menurunkan tingkat kematian pada bayi di bawah umur 28 hari. Dalam satu tahun, empat juta bayi berusia 28 hari meninggal, apabila semua bayi segera setelah lahir diberi kesempatan menyusu sendiri dengan memberi kesempatan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama kurang lebih satu jam maka satu juta nyawa bayi dapat terselamatkan. Proses IMD berdampak juga pada penurunan angka kematian balita, yang banyak dipengaruhi oleh penerapan pemberian ASI (Roesli, 2010). Penelitian Edmond et al. (2006) menyebutkan bahwa jika bayi diberi kesempatan menyusu dan dibiarkan melakukan kontak kulit dengan kulit dalam satu jam pertama setelah dilahirkan maka 22% nyawa bayi di bawah umur 28 hari dapat diselamatkan dan apabila bayi memulai menyusu pertamanya di

(4)

atas dua jam, nyawa bayi di bawah umur 28 hari dapat terselamatkan sebesar 16%. Ini berarti bahwa risiko kematian bayi di bawah umur 28 hari akan meningkat 6 kali lebih besar setiap kenaikan satu jamnya.

Penelitian yang dilakukan Jennifer & Muthukumar (2011) menyebutkan bahwa cakupan IMD di India sebesar 97%. Di Indonesia, Data Riskesdas (2010) menyebutkan bahwa persentase proses mulai menyusui kurang dari satu jam (<1 jam) setelah bayi lahir adalah 29,3%. Sebagian besar proses mulai menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah lahir tetapi masih ada 11,1% proses mulai menyusui dilakukan setelah 48 jam. Proses mulai menyusui <1 jam pada anak perempuan relatif lebih tinggi daripada anak laki-laki, demikian juga di perdesaan relatif lebih tinggi daripada di perkotaan. Menurut tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan, tidak ada pola kecenderungan yang jelas, tetapi semakin tinggi status ekonomi terdapat kecenderungan semakin rendah. Pemberian kolostrum cukup baik, dilakukan oleh 74,7% ibu kepada bayinya. Di Kabupaten Bantul, menurut Seksi Penyelenggaraan KIA Dinkes Bantul (2013) cakupan IMD sebesar 76,91%. Paling tinggi di Puskesmas Bambanglipuro sebesar 99%, sementara cakupan paling rendah di Puskesmas Banguntapan I sebesar 23,1%.

Data Profil Kesehatan Kabupaten Bantul tahun 2012 menyebutkan terdapat 27 Puskesmas di wilayah Kabupaten Bantul, dengan perincian 16 Puskesmas dengan rawat inap dan 11 Puskesmas non-perawatan. Cakupan ASI eksklusif tertinggi sebesar 93,6% di Puskesmas Dlingo I dan cakupan terendah di Puskesmas Sewon I

(5)

sebesar 23,7%. Cakupan ASI eksklusif dan IMD di Kabupaten Bantul ditampilkan pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Rekapitulasi Cakupan ASI Eksklusif dan IMD di Kab. Bantul

No. Nama Puskesmas Jenis Cakupan ASI

Eksklusif (%) Cakupan IMD (%) 1 Srandakan Perawatan 68,2 72,5 2 Sanden Perawatan 55,8 87,5 3 Kretek Perawatan 47,5 83,6 4 Pundong Perawatan 80,5 70,8 5 Bambanglipuro Perawatan 79,3 99,0 6 Pandak I Perawatan 72,0 80,2

7 Pandak II Non Perawatan 63,7 41,4

8 Bantul I Non Perawatan - 86,8

9 Bantul II Non Perawatan 31,6 62,2

10 Jetis I Perawatan 28,5 97,8

11 Jetis II Non Perawatan 62,0 79,4

12 Imogiri I Perawatan 79,0 86,7

13 Imogiri II Non Perawatan 70,3 63,5

14 Dlingo I Perawatan 93,6 86,0

15 Dlingo II Non Perawatan 38,5 53,2

16 Pleret Perawatan 69,2 74,5

17 Piyungan Perawatan 79,6 88,0

18 Banguntapan I Non Perawatan 87,3 23,1

19 Banguntapan II Perawatan 81,1 86,1

20 Banguntapan III Non Perawatan 74,0 78,4

21 Sewon I Perawatan 23,7 75,2

22 Sewon II Non Perawatan 58,0 88,1

23 Kasihan I Perawatan 53,5 79,0

24 Kasihan II Non Perawatan 66,4 69,0

25 Pajangan Perawatan 36,9 92,3

26 Sedayu I Perawatan 63,0 84,2

27 Sedayu II Non Perawatan 45,6 91,7

Sumber: Seksi Penyelenggaraan Kesehatan Ibu dan Anak, Bidang Pelayanan Kesehatan.

Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang ini dengan gaya hidup yang instan dan serba cepat mengakibatkan kecenderungan ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif dan menggantinya dengan susu formula dengan alasan bekerja. Status pekerjaan juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif selain IMD. Penelitian Indrawati & Aenti (2012) menyebutkan ada hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

(6)

Sebagian besar ibu bekerja (70%), sebanyak 67,5% tidak memberikan ASI eksklusif. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Adenan et al. (2010) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif.

Studi pendahuluan yang dilaksanakan di Puskesmas Tegal Rejo dan Puskesmas Pleret pada bulan Mei 2013 dengan melakukan wawancara terhadap bagian Gizi diperoleh data cakupan pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan pada tahun 2012 di Puskesmas Tegal Rejo adalah sebesar 48,86% sedangkan cakupan ASI eksklusif sampai 5 bulan pada bulan Desember 2012 di Puskesmas Pleret sebesar 27,42%. Hasil ini masih jauh dari target yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 80% pada tahun 2010.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini dengan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Bantul. Adapun Puskesmas yang dipilih adalah Puskesmas yang sudah memiliki rawat inap untuk perawatan persalinan dan mempunyai cakupan ASI eksklusif di atas cakupan Kabupaten Bantul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang, dapat diketahui bahwa IMD memberikan manfaat untuk menentukan kelangsungan pemberian ASI eksklusif. Bayi yang berhasil menyusu dini pada 1 (satu) jam pertama setelah dilahirkan mempunyai kecenderungan untuk menyusu lebih lama. Di Kabupaten Bantul, cakupan ASI eksklusif tertinggi sebesar 93,6% di Puskesmas Dlingo I dan cakupan

(7)

terendah di Puskesmas Sewon I sebesar 23,7%. Sementara cakupan IMD paling tinggi di Puskesmas Bambanglipuro sebesar 99% dan cakupan paling rendah di Puskesmas Banguntapan I sebesar 23,1%. Karena terdapat kesenjangan yang sangat mencolok pada cakupan pemberian ASI eksklusif dan pelaksanaan IMD untuk tiap Puskesmas, oleh karena itu penulis tertarik untuk merumuskan masalah “Seberapa kuat hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini dengan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Bantul?”.

C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini dengan pemberian ASI Eksklusif.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Faktor lain (pekerjaan ibu, pendidikan ibu, tempat melahirkan, penolong persalinan, dan dukungan petugas kesehatan) yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif.

b. Faktor yang paling dominan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. D.Manfaat Penelitian

1. Untuk peneliti

Mengembangkan ilmu keperawatan terkait dengan Inisiasi Menyusu Dini dan pemberian ASI eksklusif.

(8)

2. Untuk praktisi kesehatan

Membantu perawat dan petugas kesehatan lain untuk berperan aktif dalam menggalakkan program Inisiasi Menyusu Dini dan peningkatan program ASI eksklusif. Perawat mengenalkan dan memfasilitasi orang tua bayi dalam penerapan metode ini mengingat perawat sebagai salah satu profesi kesehatan yang berhubungan langsung dan secara terus menerus memberikan asuhan keperawatan pada klien. Dengan kemampuan perawat dalam menerapkan IMD pada klien, akan menjadi salah satu indikator kemajuan dalam bidang pelayanan keperawatan.

3. Pengelola Institusi

Memberi masukan untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pengguna pelayanan kesehatan khususnya dalam memberikan pelayanan IMD dan penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Bantul.

4. Pemerintah

Memberikan bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan dan anggaran untuk program kesehatan ibu dan anak terkait dengan peningkatan cakupan Inisiasi Menyusu Dini dan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Bantul.

E. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian tentang IMD dan ASI eksklusif yang dapat ditemukan pada Tabel 2.

(9)

Tabel 2. Keaslian Penelitian N o Judul Penelitian Peneliti/ Tahun

Metode Hasil Persamaan Perbedaan

1 Initiation of breastfeeding within 120 minutes after birth is associated with breastfeeding at four months among Japanese woman: a self-administered questionnaire survey. Nakao et al., 2008. Survey dengan kuesioner (a self-administered questionnaire survey).

Waktu menyusui pertama kali sampai dengan 120 menit secara signifikan berhubungan dengan poporsi ibu yang menyusui secara penuh pada bulan pertama dan 4 bulan setelah melahirkan. Proporsi ibu yang menyusui penuh 4 bulan secara signifikan lebih tinggi pada ibu yang menyusui bayinya pada 120 menit pertama kelahiran dibandingkan ibu yang mulai menyusui setelah 120 menit. Menyusui pertama dipengaruhi oleh operasi sesarean, kelahiran prematur, dan adanya perdarahan selama melahirkan.

Analisis data: analisis regresi logistik.

Jenis penelitian.

Sampel: 318 ibu yang melaksanakan pemeriksaan fisik dengan bayi berusia 4 bulan. Lokasi: Nagasaki, Jepang. Variabel bebas: IMD 120 menit. Variabel terikat: pemberian ASI pada usia 4 bulan.

Analisis data: SPSS versi 11.

2 A Cross-sectional descriptive study to estimate the prevalence of early initiation and exclusive breasfeeding in the rural health training centre of a medical college in Tamilnadu, Southern India. Jennifer & Muthukumar, 2012. Deskriptif dengan pendekatan cross-sectional

Prevalensi IMD 97,5% dan prevalensi ASI eksklusif 68%. Ketidakcukupan ASI eksklusif dan kurangnya higienitas praktik menyusui pada ibu secara signifikan berhubungan dengan meningkatnya kejadian Infeksi Saluran Pernafasan dan infeksi saluran pencernaan pada bayi dan anak.

Variabel Bebas: - IMD dalam 1 jam setelah melahirkan. - Pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Analisis data: SPSS versi 16. A Chi-square test untuk melihat hubungan 2 variabel. Jenis penelitian.

Variabel terikat sebagai variabel bebas.

Sampel: 79 ibu yang mempunyai bayi 0-24 bulan.

Lokasi: 5 klinik di bawah Pusat Latihan Kesehatan Pedesaan (Rural Health Training Centre) Pulipakkam, India Selatan. Analisis data: the Kendall’s tau rank correlation coefficient untuk melihat kekuatan hubungan.

(10)

Penelitian Tahun 3 Initiation of breastfeeding and prevalence of exclusive breastfeeding at hospital discharge in urban, suburban and rural areas

of Zhejiang China. Qiu et al., 2009 Studi kohort (a longitudinal study).

Pada saat pulang dari Rumah Sakit, 96,9 % ibu melaksanakan IMD dan 50,3 % ibu memberikan ASI eksklusif. ASI eksklusif secara positif berhubungan dengan partus per vaginal, pemberian ASI secara dini, ibu yang tinggal di pinggir kota dan pedesaan, ibu yang berumur lebih muda, pendidikan ibu yang lebih rendah, dan pendapatan keluarga. Instrumen penelitian: kuesioner. Analisis data: Multivariate logistic regression untuk menentukan faktor yang berhubungan dengan ASI eksklusif pada saat pulang dari RS. Jenis penelitian. Lokasi penelitian.

Sampel: 1520 ibu yang melahirkan di 4 RS di kota, pinggir kota, dan pedesaan wilayah Zhejiang, China. Variabel penelitian:

- ASI eksklusif, pemberian ASI saja tanpa makanan/cairan termasuk air dalam 24 jam saat wawancara dengan pengecualian sirup vitamin, suplemen mineral/obat.

- Menyusui dini, pemberian ASI pertama kali dalam 30 menit setelah melahirkan.

Instrumen penelitian: wawancara oleh perawat sebelum pulang dari RS, selanjutnya pada 1, 3, 6 bulan postpartum.

Analisis data: SPSS versi 14. 4 Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Kelangsungan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Kampar Riau Susilawati, 2010. Kohort retrospektif.

Pelaksanaan IMD dapat meningkatkan kelangsungan pemberian ASI eksklusif hanya secara praktis. Hasil analisis regresi binomial memperlihatkan bahwa bayi yang dilakukan IMD mempunyai peluang 1,7 kali lebih besar mendapatkan ASI eksklusif dibandingkan dengan bayi yang tidak dilakukan IMD, namun hasil yang lebih besar pengaruhnya terhadap kelangsungan pemberian ASI eksklusif adalah status pekerjaan ibu.

Variabel penelitian.

Jenis penelitian.

Teknik pengambilan sampel.

Usia sampel: bayi 6-12 bulan n=248.

Analisis data:

Program Stata intercoded versi 8.0 dengan analisis stratifikasi.

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Cakupan ASI Eksklusif dan IMD di Kab. Bantul
Tabel 2. Keaslian Penelitian  N o  Judul  Penelitian  Peneliti/ Tahun

Referensi

Dokumen terkait

disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang

2015, Formulasi Sediaan Pelembab Ekstrak Kering Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Bentuk Sediaan Krim, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universita Katolik

Penentuan presisi intraday tablet furosemid merek dagang Gralixa dan tablet furosemid generik dengan metode luas daerah di bawah kurva dilakukan pada waktu pagi,

c) Pelanggan yang memiliki Kad Debit-i HL dan Akaun Sertaan yang tidak berada dalam keadaan baik, tidak aktif, terikat kepada Akaun Semasa-i yang telah ditutup atau tidak aktif

Berdasarkan tabel 9 didapatkan data bahwa mayoritas pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Tanda dan Gejala Infeksi HIV/AIDS Wilayah Haji Ungar RT.001/RW.III Kelurahan Tanjung

fashion dilihat sebagai imitasi dan diferensiasi, hal ini juga dilihat oleh sosiologis lain seperti Sumner V 1940[1906]; Tarde 1903; Toennies 1963[1887]; Veblen

Kemampuan dalam memahami sifat kualitatif yang dimiliki itik kerinci oleh peternak merupakan salah satu upaya melestariakan itik kerinci, sehingga peternak memiliki

Sawah dijadikan pemukiman, terletak di koridor jalan provinsi dan kabupaten 17 231 ha Prtanian lahan basah di pola ruang 44 594 ha (merupakan aktual) (dan LCP2B 4831 ha)