• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH RESIKO PEMBIAYAAN BERMASALAH (NONPERFORMINGFINANCING) DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL (CAPITAL ADEQUACY RATIO) TERHADAP PROFITABILITAS (RETURNONASSET) (STUDI KASUS PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENGARUH RESIKO PEMBIAYAAN BERMASALAH (NONPERFORMINGFINANCING) DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL (CAPITAL ADEQUACY RATIO) TERHADAP PROFITABILITAS (RETURNONASSET) (STUDI KASUS PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA) - Test Repository"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH RESIKO PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON

PERFORMING FINANCING) DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL (CAPITAL

ADEQUACY RATIO) TERHADAP PROFITABILITAS (RETURN ON ASSET)

(STUDI KASUS PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

DISUSUN OLEH: MIF MUNAWAROH

213-12-096

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH S1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Saya percaya bahwa hidup bukanlah keseimbangan, sebab keseimbangan

adalah kesempurnaan. Saya merasa bahwa hidup adalah menangkap bola

sebelum bola itu menyentuh tanah”

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menuntun semua jalan saya, yang telah melimpahkan kemurahan-Nya dan memberikan kemudahan untuk menyeslesaikan Tugas Akhir ini. Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibuku yang senantiasa mengiringi langkahku dengan segala doa dan kasih sayang.

2. Kakakku Mifta dan adikku Zaimah.

3. Bapak dan Ibu dosen Institut Agama Islam Negeri yang selama ini sabar mendidik saya.

4. Teman-teman kos (marita, novita, dian, uut, ela, aini,ika, likah, ragil, halimah, luluk, eli, erni, ira) yang selama ini menjadi teman hidupku dan selalu memberiku semangat dalam perjalanan studiku.

(6)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Keterangan

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

(7)

Fā‟ F ef

Qāf Q qi

Kāf K ka

Lām L el

Mīm M em

Nūn N en

Wāwu W w

Hā‟ H ha

Hamzah apostrof

Yā‟ Y Ye

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

ditulis Muta’addidah

ditulis ‘iddah

C. Tā’marbūț ah

Semua Tā‟marbūț ah ditulis dengan h, baik berada pada akhir kata tunggal ataupun berada ditengah penggabungan kata (kata yang dikuti oleh kata sandang “al”). ketentuan

ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam Bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya kecuali dikehendaki kata aslinya.

ditulis ḥikmah

ditulis ‘illah

(8)

D. Vokal Pendek dan Penerapannya

Fathah Ditulis a

Kasrah ditulis i

Dammah ditulis u

Fathah ditulis fa’ala

Kasrah ditulis źukira

Dammah ditulis yaźhabu

E. Vokal Panjang

1. Fathah+alif ditulis ā

ditulis jāhiliyyah

2. Fathah + yā‟ mati ditulis ā

ditulis tansā

3. Kasrah + yā‟ mati ditulis ī

ditulis karīm

4. Dammah + wāwu mati ditulis Ū

ditulis furū

F. Vokal Rangkap

1. Fathah + yā mati ditulis ai

(9)

2. Fathah + wāwu mati ditulis au

ditulis qaul

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

ditulis a’antum

ditulis u’iddat

ditulis la’in syakartum

H. Kata Sandang Alif + Lam

1. Bila diikuti huruf Qamariyyah maka ditulis dengan menggunakan huruf awal “al”

ditulis al-Qur’ān

ditulis al-Qiyās

2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis sesuai dengan huruf pertama Syamsiyyah tersebut

ditulis as-samā’

ditulis asy-syāms

I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kaimat

ditulis ẑ awi al-furū

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Pengaruh Risiko Pembiayaan Bermasalah (NPF) dan Tingkat Kecukupan

Modal (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA) (Studi Kasus PT Bank Muamalat Indonesia Periode tahun 2004-2013)” dengan lancar. Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bimbingan dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E, M.Si. Dekan FEBI IAIN Salatiga. 3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. Ketua Jurusan Perbankan Syariah S1.

4. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag. dosen pembimbing yang dengan sabar meluangkan waktu dan pemikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

5. Bapak, Ibu, Kakak, Adik dan semua keluargaku atas kasih sayang dan perhatian yang begitu besar kepada penulis.

6. Teman-teman atas semangatnya untuk terus maju.

(11)

Salatiga, 28 November 2015

Penulis,

(12)

ABSTRAK

Munawaroh, Mif. 2016 Analisis Pengaruh Risiko Pembiayaan Bermasalah (NPF) dan Tingkat Kecukupan Modal (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Muamalat Indonesia periode 2004-2013. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Jurusan Perbankan Syariah S1, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh risiko kredit yang diukur dengan non performing financing (NPF) dan tingkat kecukupan modal yang diukur dengan capital adequacy ratio (CAR) terhadap profitabilitas yang diukur dengan return on assets (ROA) pada PT Bank Muamalat periode 2004-2013.

Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan rasio PT Bank Muamalat Indonesia periode 2004-2013. Sample penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan sampel 40 rasio keuangan triwulan dari tahun 2004-2013. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari situs web Bank Indonesia dan Bank Muamalat. Teknik analisis menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil analisis regresi dalam penelitian ini menunjukan bahwa risiko kredit berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai koefisien β sebesar 0,050 dengan nilai signifikansi 0,745 (lebih besar dari 0,05). Tingkat kecukupan modal berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai koefisien β sebesar 0,049 dengan nilai signifikansi 0,067 (lebih besar dari 0,05).

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ………... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi

KATA PENGANTAR ………... xi

ABSTRAK ………. xiii

DAFTAR ISI ………. xiv

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ……… xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………... 1

B. Rumusan Masalah ………... 10

C. Tujuan Penelitian ……… 10

D. Manfaat Penelitian ……….. 11

E. Sistematika Penulisan ……….. 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka ……… 14

B. Kerangka Teori ………... 17

1. Risiko Pembiayaan Bermasalah (NPF) ………..…….……... 17

2. Kecukupan Modal (CAR) ………... 24

3. Profitabilitas (ROA) ………... 29

(14)

D. Hipotesis Penelitian ……… 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………. 36

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ………. 37

C. Teknik Pengumpulan Data ……….. 38

1. Dokumentasi ………... 39

2. Replika ……… 39

3. Kepustakaan ……… 40

D. Sumber Data, Variabel dan Skala Pengukuran ………... 40

1. Sumber Data ………... 40

2. Variabel ……….. 41

3. Skala Pengukuran ………... 42

E. Analisis Data ………... 42

1. Uji Stasioneritas ……….. 43

2. Analisis Regresi Linear Berganda ……… 43

3. Uji Statistik ……… 44

a. Uji t (uji secara individu) ………... 44

b. Uji f (uji secara serempak) ………. 45

c. Uji R2 (koefisien determinasi) ……….. 45

3. Uji Asumsi Klasik ……….. 45

a. Uji Multikolinearitas ………... 46

b. Uji Heteroskendastisitas ……… 46

c. Uji Autokorelasi ………... 47

(15)

A. Deskripsi Objek Penelitian ………. 49

1. Deskripsi Data ……… 49

2. Deskripsi Statistik ……… 51

B. Analisis Data ………... 54

1. Uji Stasioner Data ………... 54

2. Analisis Regresi Linear Berganda ………. 55

3. Uji Statistik ………... 57

a. Uji t (uji secara individu) ………... 57

b. Uji f (uji secara serempak) ………. 59

c. Uji R2(koefisien determinasi) ………... 60

4. Uji Asumsi Klasik ………... 61

a. Uji Multikolinearitas ……….. 61

b. Uji Heteroskendastisitas ………. 63

c. Uji Autokorelasi ………. 64

C. Hasil Uji Hipotesis ……….. 65

1. Pengaruh NPF terhadap ROA ……… 65

2. Pengaruh CAR terhadap ROA ………... 68

3. Pengaruh NPF dan CAR terhadap ROA ……… 70

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………. 71

B. Saran ………... 72

DAFTAR PUSTAKA ……… 74

CURICULUME VITAE ……… 77

LAMPIRAN ……….. 78

(16)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

A. Data Perkembagan Return On Assets Bank Muamalat 2012 …………. 5

B. Gambar Kerangka Teoritik ………. 33

C. Data Laporan Keuangan 2004-2013 ………... 49

C. Distribusi Frequensi untuk Semua Variabel ………... 51

D. Hasil Pengujian Unit Root pada Level ………... 54

E. Hasil Pengujian Unit Root pada 1stDifferent ………. 55

F. Uji Regresi Linear Berganda ………... 56

G. Tabel Uji t test ……… 57

H. Tabel Uji f test ……… 60

I. Tabel Uji Determinasi R2 ………... 61

J. Tabel Uji r2……….. 62

K. Uji R2 Persamaan Utama ……… 62

L. Tabel Hasil Uji Glajser ………. 63

M. Tabel Koefisien Hasil Uji Glajser ………. 64

N. Tabel Durbin Watson test ………. 64

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan sektor perbankan telah tumbuh dengan pesat dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Kegiatan sektor perbankan sangat menentukan kemajuan suatu negara dalam bidang perekonomian. Kegiatan utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat umum dalam bentuk kredit.

Terdapat dua jenis bank yang ada di Indonesia, yaitu bank konvensional dan bank syari‟ah. Bank syari‟ah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah

riba. Dalam dunia perbankan, peran perbankan sangatlah penting dan mempunyai pengaruh sangat besar pada perekonomian dunia. Bank tidak hanya berfungsi sebagai penyimpanan dana saja namun juga sebagai penyalur dana. Bahkan perbankan di Indonesia saat ini sudah banyak dan beraneka ragam. Perbankan di Indonesia juga pernah mengalami pasang surut pada tahun 1997 bahkan hampir seluruh bank-bank di Indonesia mengalami kebangkrutan dikarenakan krisis perekonamian yang melanda saat itu (Kasmir, 2010: 21).

Krisis ekonomi mempunyai pengaruh terhadap dunia perbankan Indonesia, pada krisis ekonomi akhir tahun 1997, banyak bank yang saat itu mengalami likuidasi. Pada saat itu, bank yang tetap dapat mempertahankan eksistensinya di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia, yaitu Bank Muamalat. Bank Muamalat merupakan bank syari‟ah pertama yang menjadi pioneer bagi bank syari‟ah lainnya dan yang

(18)

Bank syariah merupakan perbankan yang dalam sistem operasionalnya berdasarkan atas syariah. Sistem syariah yang digunakan yaitu kecenderungan untuk menggunakan dan menonjolkan nilai-nilai Islam. Salah satu contohnya jika dalam bank-bank konvensional sebutan untuk bank umum menggunakan sebutan “bunga bank” untuk istilah keuntungannya, maka dalam bank syariah keuntungan yang diperoleh nasabah itu disebut “bagi hasil” atau dalam istilah syariah disebut

mudharabah. Sistem perbankan syariah memiliki kesamaan dengan system perbankan

konvensional dalam hal mencari keuntungan dan pelayanan masyarakat dalam bisnis keuangan. Dengan demikian, antara bank konvensional dan bank syariah memiliki perbedaan dalam hal sistem balas jasa yang diberikan dan memiliki persamaan dalam hal pelayanan jasa kepada para nasabah. Berpegang pada prinsip-prinsip balas jasanya masing-masing, kedua sistem perbankan ini bersaing bebas untuk merebut jutaan nasabah dengan berbagai strategi bisnis perbankan syariah tidak saja dilakukan oleh bank-bank yang murni berbasis syariah, tetapi hampir seluruh bank konvensional juga membuka bisnis perbankan syariah ini.

Seperti halnya perusahaan, tujuan akhir dari bank adalah menjaga kelangsungan hidup bank melalui usaha untuk meraih keuntungan. Artinya, pendapatan harus lebih besar dari semua biaya yang dikeluarkan, terutama mengingat bank bekerja dengan dana yang diperoleh dari masyarakat yang dititipkan pada bank atas dasar kepercayaan. Oleh karena itu, kegiatan operasional harus dilaksanakan seefektif dan seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan bagi perusahaan. Karena dengan melihat keuntungan yang diperoleh dapat dinilai kesehatan suatu bank dan menentukan keberhasilan suatu bank. Penilaian kesehatan bank syari‟ah dapat

(19)

Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank, biasanya menggunakan berbagai alat ukur. Salah satunya adalah aspek earning atau pendapatan. Hasil dari aspek tersebut kemudian menghasilkan kondisi suatu bank. Berdasarkan pendapat tersebut, aspek earning atau profitabilitas merupakan salah satu aspek yang dapat menilai kinerja suatu bank apakah sudah baik atau belum. Profitabilitas merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam penilaian kinerja keuangan bank. Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harahap, 2008: 305).

Profitabilitas merupakan salah satu alat analisis keuangan bank yang mengukur kesuksesan manajemen dalam menghasilkan laba atau keuntungan dari operasi usaha bank. Profitabilitas yang tinggi dapat menunjukkan kinerja keuangan bank yang baik. Sebaliknya jika profitabilitas yang dicapai rendah, mengindikasi kurang maksimalnya kinerja keuangan manajemen dalam menghasilkan laba.

Bank harus senantiasa menjaga profitabilitasnya untuk menjaga keberlangsungan usahanya. Tingkat kinerja profitabilitas suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis dan menghitung rasio-rasio dalam kinerja keuangan. Karena rasio-rasio tersebut mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Dengan begitu, profitabilitas bank tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Ericson, 2008: 31).

Rasio-rasio untuk mengukur profitabilitas dicantumkan dalam Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 pasal 4 ayat (4). Penilaian profitabilitas yang digunakan untuk menilai kesehatan suatu bank dapat menggunakan rasio ROA (Return On

(20)

membandingkan antara laba dengan total aktiva yang dikenal dengan ROA (Return On Assets). Ukuran ROA menunjukkan kemampuan bank untuk mendapatkan laba yang diperoleh dari pemanfaatan aktiva yang dimiliki.

Tabel 1.1

Data Perkembangan Return On Assets (ROA) Bank Muamalat Tahun 2012

Bulan ROA (%) Kenaikan/Penurunan (%)

Januari 0,11 % -

Februari 0,252 % 0,142 %

Maret 0,372 % 0,12 %

April 0,525 % 0,153 %

Mei 0,66 % 0,135 %

Juni 0,752 % 0,092 %

Juli 0,879 % 0,127 %

Agustus 0,98 % 0,101 %

Sumber : Laporan Keuangan Bank Muamalat

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat perkembangan profitabilitas Bank Muamalat diukur dari ROA pada tahun 2012 yang setiap bulan mengalami kenaikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan angka ROA yang diawali bulan Januari sebesar 0,11% hingga bulan Agustus yang mengalami kenaikan sebesar 0,98%.

(21)

aman pencapaian ROA bank di Indonesia ditentukan oleh Bank Indonesia (http://www.bankmuamalat.co.id/investor/laporan-bulanan).

Permasalahan di atas menjadi penting untuk ditanggulangi pihak manajemen bank. Jika profitabilitas dengan mengukur dari ROA yang diperoleh terus berada di bawah standar ketetapan Bank Indonesia (BI), maka kepercayaan masyarakat terhadap kinerja keuangan bank akan menurun. Tingkat profitabilitas suatu bank lebih sering diukur dengan menggunakan rasio keuangan ROA (Return On Assets), karena ROA lebih memfokuskan pada kemampuan bank untuk memperoleh earning dalam proses usahanya secara keseluruhan. Selain itu, dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian pengembalian terhadap asset, karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset atau aktiva yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat seperti tabungan, deposito, giro, dan sebagainya.

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar profitabilitas suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aktiva.

Setiap investasi dana bank dalam aktiva produktif bank syari‟ah dinilai

(22)

jumlah hari tunggakan. Kolektabilitas selain berpengaruh pada tingkat kesehatan bank syari‟ah juga berpengaruh pada perolehan laba bank (Muhammad, 2005: 305).

Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 9/9/PBI/2007, pemanfaatan aktiva dalam suatu bank dapat dilihat dari aktiva produktif yang dimiliki. Komponen aktiva produktif yang dimiliki bank syari‟ah salah satunya adalah pembiayaan. Pembiayaan adalah salah satu produk usaha bank syari‟ah yang mampu menghasilkan keuntungan.

Pembiayaan mempunyai dua lingkup arti, di antaranya pembiayaan secara luas berarti financing, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syari‟ah kepada nasabah (Muhammad, 2005: 260).

Meningkatnya produk pembiayaan dalam bank syari‟ah akan mendatangkan

risiko perbankan yang besar pula, salah satunya yaitu risiko pembiayaan, hal ini dikarenakan pembiayaan merupakan produk investasi bank syari‟ah yang termasuk

dalam produk Natural Uncertainty Contracts (Rivai, 2007: 247). Produk investasi memiliki sifat yang senantiasa mendatangkan risiko, pembiayaan pun mengalami ketidakpastian atas pengembalian laba atau keuntungan dari dana yang telah disepakati antara bank dan nasabah. Adanya ketidakpastian tersebut membawa risiko yang tinggi bagi bank syari‟ah sebagai penyalur dana atas pembiayaan tersebut

(Karim, 2006: 114).

(23)

pembiayaan yang tidak lancar tentunya akan berpengaruh terhadap pendapatan dan keuntungan yang diterima oleh bank. Risiko pembiayaan menjadi sangat penting dalam risiko bank syari‟ah, karena dengan adanya permasalahan nasabah peminjam

dana yang gagal bayar atau dalam melakukan pembayaran tidak sesuai dengan perjanjian akan memberikan pengaruh kerugian terhadap bank.

Untuk mengendalikan risiko seminimal mungkin menjadi penting, karena besar kecilnya risiko pembiayaan akan berdampak pada perolehan keuntungan. Besar kecilnya keuntungan dan kemampuan bank menghasilkan laba akan menggambarkan besar kecilnya profitabilitas yang diperoleh bank.

Selain itu, banyaknya kredit yang bermasalah dapat mengakibatkan terkikisnya permodalan bank yang dapat dilihat dari Capital Adequacy Ratio (CAR).

CAR merupakan rasio yang mengukur kecukupan suatu modal bank. Semakin tinggi

CAR yang dicapai oleh bank menunjukkan kinerja bank semakin baik, sehingga laba

bank semakin meningkat. Menurunnya CAR tentu saja berakibat menurunnya

kemampuan bank dalam menyalurkan kredit, yang pada akhirnya bank kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan laba yang optimal dari kegiatan pokoknya. CAR yang rendah juga mengakibatkan kemampuan bank untuk survive pada saat mengalami kerugian juga rendah, selain itu CAR yang rendah juga mengakibatkan turunnya kepercayaan nasabah yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas bank (Kasmir, 2010).

(24)

(Capital Adequacy Ratio) terhadap Profitabilitas (Return On Assets) (Studi Kasus Pada PT Bank Muamalat Indonesia)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh risiko pembiayaan bermasalah (non performing financing)

terhadap profitabilitas (return on assets) PT Bank Muamalat Indonesia? 2. Apakah terdapat pengaruh kecukupan modal (capital adequacy ratio) terhadap

profitabilitas (return on assets) PT Bank Muamalat Indonesia?

3. Apakah terdapat pengaruh risiko pembiayaan bermasalah (non performing financing) dan kecukupan modal (capital adequacy ratio) secara bersama-sama terhadap

profitabilitas (return on assets) PT Bank Muamalat Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji pengaruh risiko pembiayaan bermasalah (non performing financing) terhadap profitabilitas (return on assets) PT Bank Muamalat Indonesia.

2. Untuk menguji pengaruh kecukupan modal (capital adequacy ratio) terhadap

profitabilitas (return on assets) PT Bank Muamalat Indonesia.

3. Untuk menguji pengaruh risiko pembiayaan bermasalah (non performing financing)

(25)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Kegunaan Teoritis

Dapat menambah pengetahuan dibidang keilmuwan maupun pengembangan ilmiah dari penulis maupun pembaca tentang rasio keuangan khususnya pembiayaan bermasalah dan tingkat kecukupan modal terhadap profitabilitas atau keuntungan yang didapat oleh sebuah perusahaan.

Selain itu, berguna juga sebagai tambahan wawasan peneliti lain yang akan mengkaji lebih dalam mengenai ilmu manajemen keuangan dan perbankan syari‟ah. 2. Kegunaan Praktis

a). Bagi Praktisi

Dapat dijadikan masukan untuk membantu pihak manajemen terutama untuk melihat pengaruh risiko pembiayaan bermasalah dan tingkat kecukupan modal dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan. Serta tambahan informasi bagi pelaku atau pihak yang membutuhkan pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia.

b). Bagi Akademik

Sebagai referensi penelitian berikutnya terkait pembiayaan bermasalah dan tingkat kecukupan modal pada bank syariah serta dokumentasi ilmiah yang bermanfaat untuk kegiatan akademik bagi pihak kampus.

c). Bagi Peneliti Yang Akan Datang

(26)

E. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, sistematika penulisan terdiri dari lima bab. Masing-masing uraian yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan sebagai titik tolak dan menjadi acuan dalam proses penelitian yang akan dilakukan. Bab ini terdiri dari lima sub bab yaitu latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Membahas tentang landasan teori yang berhubungan dengan variable-variabel penelitian. Bab ini dimulai dengan sub bab telaah pustaka untuk memaparkan penelitian sejenis yang pernah dilakukan guna mengetahui posisi penelitian ini. Kemudian dilanjutkan dengan kerangka teori, kerangka penelitian dan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan pendekatan dan jenis penelitian; populasi, sampel dan teknik sampling; teknik pengumpulan data; sumber data, variabel dan skala pengukuran; analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisikan pembahasan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan beserta analisanya yang meliputi deskripsi data dan analisis data yang telah ditemukan pada bab sebelumnya sebagai interpretasi hasil analisis.

(27)
(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan peneliti lain berkaitan dengan pengaruh risiko kredit dan tingkat kecukupan modal (capital adequacy ratio) terhadap profitabilitas (return on assets), antara lain adalah Fifit Syaiful Putri (2013) menunjukkan adanya pengaruh yang negatif dan tidak signifikan antara NPF (non performing financing) terhadap profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI. Sedangkan capital adequacy ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas

pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI.

Siti Nurkhosidah (2009) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis seberapa signifikan variabel Non Performing Financing, Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, Financing To Deposit Ratio, Biaya Operasional Per Pendapatan terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri. Hasil pengujian hipotesis tersebut menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil uji f variabel NPF, PPAP, FDR, dan BOPO berpengaruh dan signifikan terhadap Profitabilitas. Sedangkan berdasarkan uji t dapat disimpulkan bahwa dari keempat variabel independen diatas hanya dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas yaitu NPF dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan.Untuk dua variabel lainnya yaitu FDR dan PPAP tidak signifikan.

Riyanah (2007) dalam penelitiannya dengan judul, Pengaruh Non Performing Financing, Dept to Equity Ratio, dan Loan to Deposit Ratio terhadap Profitabilitas

(29)

variabel NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas, variabel LDR berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan DER tidak memiliki pengaruh.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Resa Rendyka (2014) hasil penelitian diketahui dengan perhitungan metode regresi linier berganda secara simultan menunjukkan bahwa variabel NPF, FDR, BOPO berpengaruh terhadap ROA pada bank Syariah. Sedangkan hasil uji hipotesis secara parsial pada bank umum Syariah menunjukkan bahwa variabel NPF dan FDR tidak berpengaruh tidak signifikan. Sedangkan variabel KAP, CAR, dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada bank umum syariah.

Ita Ari Sasongko (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “analisis pengaruh risiko

kredit, perputaran kas, likuiditas, tingkat kecukupan modal, dan efisiensi operasional terhadap profitabilitas perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI”, menunjukkan bahwa

risiko kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas, perputaran kas

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas, likuiditas berpengaruh positif

dan tidak signifikan terhadap profitabilitas, tingkat kecukupan modal berpengaruh positif dan

signifikan terhadap profitabilitas, dan efisiensi operasional berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap profitabilitas.

(30)

melalui penelitian ini adalah: Risiko pembiayaan non performing financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (return on assets) dan tingkat kecukupan modal(capital adequacy ratio) berpengaruh positif terhadap profitabilitas (return on assets).

Hal yang membedakan penelitian kali ini dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah penggunaan kedua variabel yaitu risiko pembiayaan (non performing financing) dan kecukupan modal (capital adequacy ratio) sebagai variabel bebas yang

mempengaruhi profitabilitas (return on assets), selain itu objek penelitiannya yaitu di PT Bank Muamalat Indonesia.

B. Kerangka Teori

1. Resiko Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing) a. Pengertian Risiko Pembiayaan Bermasalah

Risiko yang mungkin terjadi dalam menghimpun dana dipengaruhi oleh jenis sumber dana yang diterima bank. Sumber dana yang berbeda memberi dampak risiko bank dengan cara yang berbeda pula. Manajemen harus benar-benar mempertimbangkan risiko dan juga biaya dana dari berbagai jenis sumber dana dalam upayanya untuk memaksimalkan keuntungan atau nilai investasi pemilik bank. Sumber-sumber dana bank mempengaruhi risiko utama bank yaitu: risiko likuiditas, risiko modal, risiko tingkat suku bunga dan risiko kredit.

(31)

dananya pada saat ditarik atau jatuh tempo. Kedua, apabila bank memiliki biaya dana yang tinggi, hal ini secara langsung akan meningkatkan risiko kreditnya dalam usahanya untuk mempertahankan margin atau keuntungan sebuah perusahaan.

Kredit bermasalah atau Problem loan dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali debitur. Kredit bermasalah sering juga disebut non performing loan atau non performing financing dalam perbankan syariah. Yang dapat diukur dari kolektibilitasnya. Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan nisbah bagi hasil serta tingkat kemungkinan ditrerimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga. Penilaian kolektibilitas kredit digolongkan ke dalam 5 kelompok yaitu: lancar (pass), dalam perhatian khusus (specialmention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss). Apabila kredit dikaitkan dengan kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet (Siamat, 2005: 358).

(32)

terhadap kerugian. Dengan deteksi dini tersebut akan dapat dilindungi kerugian atau risiko yang seharusnya tidak terjadi (Siamat, 2005: 359).

Risiko kredit atau pembiayaan didefinisikan sebagai potensi dari bank peminjam atau pihak counter yang akan gagal memenuhi kewajibannya sesuai dengan syarat yang disepakati. Tujuan dari manajemen risiko kredit atau pembiayaan adalah untuk memaksimalkan tingkat pengembalian kepada bank dengan menjaga risiko pemberian kredit supaya berada di parameter yang dapat diterima. Bank perlu mengelola risiko kredit dari seluruh portofolio serta risiko dari individu kredit atau transaksi. Pembiayaan bank syari‟ah dilihat dari perolehan hasil, dikelompokkan menjadi dua, yaitu : (1) pembiayaan yang memberikan perolehan (hasil) tetap dan (2) pembiayaan yang memberikan perolehan (hasil) tidak tetap. Karena risiko pembiayaan timbul dari penyimpangan kinerja pembiayaan dari nilai yang diharapkan, maka sebagian dari risiko ini dapat diversifikasi. Tetapi risiko ini tidak mungkin dapat diversifikasi seluruhnya, karena ada porsi risiko yang dihadapi para debitur akibat dari risiko sistematis. Oleh karena itu, bank akan lebih mengawasi debitur yang sifat pasarnya lokal dan sempit atau yang memiliki stock barang yang tidak likuid.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Pembiayaan Bermasalah

Dari perspektif bank, terjadinya kredit bermasalah disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dibedakan sebagai berikut (Siamat, 2005: 360):

1). Faktor Internal, Faktor Internal Kredit Bermasalah Berhubungan dengan Kebijakan dan Strategi yang Ditempuh Pihak Bank.

(33)

Bank yang memiliki kelebihan dana (excess liquidity) sering menetapkan kebijakan perkreditan yang terlalu ekspansif yang melebihi pertumbuhan kredit secara wajar, yaitu dengan menetapkan sejumlah target kredit yang harus dicapai untuk kurun waktu tertentu. Keharusan pencapaian target kredit dalam waktu tertentu tersebut cenderung mendorong penjabat kredit menempuh langkah-langkah yang lebih agresif dalam penyaluran kredit sehingga mengakibatkan tidak lagi selektif dalam memilih calon debitur dan kurang menerapkan prinsip-prinsip perkreditan yang sehat dalam menilai permohonan kredit sebagaimana seharusnya. Di samping itu, bank sering saling membajak nasabah dengan memberikan kemudahan yang berlebihan. Bank dalam beberapa kasus sering mengabaikan kalau calon debiturnya masuk dalam daftar kredit macet yang diterbitkan Bank Indonesia secara rutin.

b). Penyimpangan dalam Pelaksanaan Prosedur Perkreditan

(34)

c). Lemahnya Sistem Administrasi dan Pengawasan Kredit

Untuk mengukur kelemahan sistem administrasi dan pengawasan kredit bank dapat dilihat dari dokumen kredit yang seharusnya diminta dari debitur tapi tidak dilakukan oleh bank, berkas perkreditan tidak lengkap dan tidak teratur, pemantauan terhadap usaha debitur tidak dilakukan secara rutin, termasuk peninjauan langsung pada lokasi usaha debitur secara periodik. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan tersebut menyebabkan kredit yang secara potensial akan mengalami masalah tidak dapat dilacak secara dini, sehingga bank terlambat melakukan langkah-langkah pencegahan.

d). Lemahnya Informasi Kredit

Sistem informasi yang tidak berjalan sebagaimana seharusnya akan memperlemah keakuratan pelaporan bank yang pada gilirannya sulit melakukan deteksi dini. Hal tersebut dapat menyebabkan terlambatnya pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah.

e). Itikad Kurang Baik dari Pihak Bank

(35)

2). Faktor Eksternal Sangat Berkaitan dengan Kegiatan Usaha Debitur yang Menyebabkan Terjadinya Kredit Bermasalah, antara lain terdiri dari:

a). Penurunan Kegiatan Ekonomi dan Tingginya Suku Bunga kredit

Kegiatan usaha debitur rentan terhadap terjadinya penurunan kegiatan ekonomi dan dalam waktu yang sama tingkat suku bunga mengalami kenaikkan yang tinggi. Penurunan kegiatan ekonomi dapat disebabkan oleh adanya kebijakan penyejukan ekonomi atau akibat kebijkan pengetatan uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang menyebabkan tingkat bunga naik dan pada gilirannya debitur tidak lagi mampu membayar cicilan pokok dan bunga kredit.

b). Pemanfaatan Iklim Persaingan Perbankan yang Tidak Sehat oleh Debitur Persaingan bank yang sangat ketat dalam penyaluran kredit dapat dimanfaatkan debitur yang kurang memiliki itikad baik untuk memperoleh kredit melebihi jumlah yang diperlukan, untuk usaha yang tidak jelas, atau untuk kegiatan spekulatif. Dalam kondisi persaingan yang tajam, sering bank menjadi tidak rasional dalam pemberian kredit dan akan diperburuk dengan keterbatasankemampuan teknis dan pengalaman petugas bank dalam pengelolaan kredit.

c). Kegagalan Usaha Debitur

(36)

d). Debitur Mengalami Musibah

Musibah bisa saja terjadi pada debitur, misalnya meninggal dunia, lokasi usahanya mengalami kebakaran atau kerusakan sementara usaha debitur tidak dilindungi dengan asuransi.

2. Kecukupan Modal

a. Pengertian Capital (Penilaian Permodalan)

Merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur kewajiban penyediaan modal minimum bank mampu dalam memenuhi kewajiban jangka panjang atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi. Dalam penghitungan ini mengunakan rasio capital adequacy ratio (CAR) sebagai perbandingan antara modal dan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Rasio ini digunakaan untuk memenuhi keamanan dan kesehatan bank dari sisi modal pemiliknya. Semakin tinggi rasio CAR, maka semakin baik kinerja bank tersebut (Rivai, 2010: 850).

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa

(37)

Modal inti yaitu modal milik sendiri yang diperoleh dari modal disetor oleh pemegang saham. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba tahun lalu, laba tahun berjalan, dan bagian kekayaan anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan. Sedangkan modal pelengkap yaitu modal yang terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan umum dari penyisihan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal pinjaman, dan pinjaman subordinasi dan peningkatan nilai penyertaanpada portofolio yang tersedia untuk dijual. Sedangkan ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca dengan ATMR administratif sebagaiman tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontijen atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga.

Dalam menghitung ATMR, terhadap masing-masing pos aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot risiko yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin serta sifat angunan. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Kewajiban penyediaan modal minimum bagi semua bank berdasarkan paket kebijakan perbankan 2005 adalah sebesar 8% dari ATMR. Pengertian dan tata cara penghitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimun (KPMM) atau CAR (capital adequacy ratio) atau BIS (Bank for International Settlements) (Siamat, 2005: 295). Serta ketentuan yang berlaku mulai 2 januari

(38)

Kecukupan modal dalam penelitian ini diproyeksikan melalui (CAR). Capital Adequacy Ratio adalah rasio kecukupan modal bank atau merupakan

kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kerugian di dalam perkreditan atau dalam perdagangan surat-surat berharga. Modal dasar bank digunakan untuk menjaga posisi likuiditas dan investasi dalam aktiva tetap sehingga akan menimbulkan kepercayaan kepada masyarakat. Karena kepercayaan masyarakat sangat penting dalam kegiatan usaha bank. Jadi modal dasar sangat berguna untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian sebagai akibat dari pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya berasal dari dana pihak ketiga atau masyarakat penabung.

b. Rasio Untuk Menguji Kecukupan Modal

Salah satu cara untuk menguji kecukupan modal adalah dengan melihat rasio modal itu terhadap berbagai aset bank yang bersangkutan. Walapun suatu rasio dapat membantu sebagai titik awal dalam menganalisis kecukupan modal suatu bank, namun rasio tersebut janganlah dianggap sebagai tujuan tersendiri. Rasio hanya merupakan indikator saja, sehingga belum cukup untuk menarik kesimpulan. Karena itu, penyelidikan kecukupan modal yang harus dilakukan tidak terbatas pada rasio saja.

Rasio modal dapat diukur dalam kaitannya dengan berbagai rekening neraca seperti total deposit, total aset atau aset berisiko. Rasio modal bank terhadap rekening neraca ini harus dapat memberikan petunjuk sampai seberapa jauh bank tersebut bisa menderita kerugian, tetapi masih memiliki modal yang cukup banyak untuk menjamin keamanan dana milik deposan.

(39)

kecukupan modal harus menunjukkan sampai seberapa jauh modal sebuah bank dapat menyerap kerugian tetapi masih dapat melindngi deposan, maka ukuran kecukupan modal betul-betul harus dikaitkan dengan sebuah rekening dalam neraca.

Rekening dalam neraca itu mungkin bisa mengalami kerugian yang tercemin dalam neraca bank pada sisi aset, yang ditunjukkan oleh berkurangnya nilai asset. Berdasarkan alasan tersebut, maka suatu ukuran kecukupan modal yang baik harus dikaitkan dengan aset dan bukannya dengan deposit. Oleh karena itu, rasio modal terhadap asset lebih tepat digunakan.

Kebaikan rasio modal terhadap deposit terletak pada kesederhanaannya. Karena itu, masih sering dipakai sebagai pengujian pertama yang cepat untuk kecukupa modal. Sangat mudah menghitung rasio yang sederhana dan membandingkan dengan rasio modal bank-bank lain. Ini tentu merupakan keuntungan bagi bankir, sehingga ia dengan mudah dapat membandingkan posisi banknya dengan bank-bank lain. Manajemen bank tidak boleh merasa puas dengan rasa aman yang semu pada kondisi perekonomian yang sedang baik. Kondisi ekonomi yang memburuk merupakan penyebab yang utama terjadinya kebangkrutan bank.

(40)

Jika laju pertumbuhan laba dan aset berjalan lambat, maka bank yang bersangkutan akan menghadapi risiko yang lebih besar dibandingkan dengan bank yang mengalami pertumbuhan yang sehat. Karena itu, untuk mengatasi risiko yang lebih besar dari itu, maka diperlukan modal yang lebih besar (Darmawi, 2012: 93).

3. Profitabilitas

a. Pengertian Profitabilitas

Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios) adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dan pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi (F.Brigham, 2010: 146). Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan efektifitas menciptakan laba. Laba pada dasarnya menunjukkan seberapa baik perusahaan dalam membuat keputusan investasi dan pembiayaan (Harjito, 2005: 60). Tujuan utama dari operasi perusahaan jasa adalah untuk menghasikan laba.

Profitabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Hal ini terlihat pada perhitungan tingkat produktifitasnya, yang ditunjukan dalam rumus ROA (Return On Assets). Jika kredit tidak lancar, maka profitabilitasnya menjadi kecil. ROA mengandung dua elemen yaitu elemen yang dapat dikontrol dan elemen yang tidak dapat dikontrol.

(41)

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan bank dalam meningkatkan labanya melalui semua kemampuan dan sumber yang ada sehingga diketahui untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut. Tingkat kesehatan bank yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan adalah profitabilitas bank. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan suatu pendapatan atau laba (Rivai, 2010: 865).

b. Indikator Profitabilitas

Untuk mengukur kemampuan bank memperoleh keuntungan dapat mengunakan rasio profitabilitas tergantung pada informasi yang diambil dari laporan keuangan. Rasio profitabilitas merupakan gambaran kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba. Rasio profitabilitas terdiri dari (P.Tampubolon, 2005: 39) :

1). Margin laba (Profit Margin)

Menunjukkan berapa besar persenatase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. 2). Return On Investment (ROI)

Menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Dalam rasio ini jika semakin besar semakin bagus.

3). Return On Assets (ROA)

(42)

besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset. Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.

ROA merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen dalam meningkatkan keuntungan perusahaan sekaligus untuk menilai kemampuan manajemennya dalam mengendalikan biaya-biaya, maka dengan kata lain dapat menggambarkan produktivitas bank tersebut. ROA digunakan untuk menganalisis tingkat profitabilitas. ROA dihitung dengan cara membandingkan laba bersih dengan total aset atau aktivanya (Muhammad, 2004: 146).

4). Return on Equity (ROE)

Return on Equity adalah perbandingan antara labah bersih setelah pajak

dengan modal sendiri (equity) merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden.

(43)

C. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian digunakan untuk menunjukkan arah bagi suatu penelitian agar penelitian dapat berjalan pada lingkup yang telah ditetapkan. Dari tema yang saya angkat dan juga kerangka teori di atas dapat disimpulkan model penelitian sebagai berikut

X1

Pengaruh Risiko Pembiayaan (Non Performing Financing) dan Tingkat Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio) terhadap Profitabilitas (Return On Asset)

Sumber: konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan kesimpulan teoritis atau sementara dalam penelitian. Dengan hipotesis, penelitian menjadi jelas searah pengujiannya dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik sebagai objek pengujian maupun dalam pengumpulan data (Muhammad, 2008: 76).

1. Pengaruh Non Performing Financing dengan Return on Assets

Sebuah Bank yang dirongrong oleh kredit bermasalah (NPF) dalam jumlah besar cenderung menurun profitabilitasnya. ROA yang merupakan tolok ukur profitabilitas

(44)

mereka akan menurun (Martadireja, 2014: 14). Sedangkan menurut Ali didalam (Martadireja, 2014: 14), yang menyatakan bahwa: “Apabila porsi pembiayaan bermasalah (NPF) membesar, maka hal tersebut pada akhirnya berpengaruh pula pada kemungkinan terjadinya penurunan besarnya keuntungan/pendapatan yang diperoleh bank. Penurunan pendapatan ini akan mampu mempengaruhi besarnya perolehan laba bank syariah. Dan pada akhirnya, akan mempengaruhi besarnya profitabilitas yang tercermin dengan Return on Assets (ROA) yang diperoleh bank syariah”, rasio NPF berpengaruh negative terhadap profitabilitas perbankan.

H1 : Diduga Pembiayaan Bermasalah (NPF) berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas (ROA) pada PT Bank Muamalat Indonesia.

2. Pengaruh Capital Adequacy Ratio dengan Return On Assets

Pengaruh CAR terhadap profitabilitas (ROA) bank Rasio CAR digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kecukupan modal yang tersedia untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka akan meningkatkan pendapatan yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Martadireja (2014) menyatakan bahwa rasio CAR berpengaruh terhadap profitabilitas bank.

H2 : Diduga Tingkat Kecukupan Modal (CAR) berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA) pada PT Bank Muamalat Indonesia.

3. Pengaruh Non Performing Financing dan Capital Adequacy Ratio dengan Return On Assets

(45)
(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Hal ini menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran-pengukuran variabel-variabel dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

Jenis penilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan jenis penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mencari atau mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya (Kasiran, 2010: 243).

Pada penelitian ini akan didapatkan suatu pengujian teori tentang hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yaitu pembiayaan bemasalah dan total kecukupan modal terhadap profitabilitas di Bank Muamalat. Hubungan variabel dalam penelitian adalah hubungan kausal, yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat. Variabel independent (bebas) adalah variabel pengaruh dan merupakan variabel yang menjadi sebab terjadinya perubahan atau pengaruh timbulnya variabel dependent (terikat), sedangkan variabel dependent (terikat) adalah variabel kosekuen, tergantung dan pengaruh dari adanya variabel independent (bebas). Variabel independent dalam penelitian ini NPF (X1) dan CAR (X2) dan variabel dependent adalah ROA (Y).

Dengan penelitian ini akan didapat suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala (Sugiyono, 2007: 11).

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

(47)

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Bawono (2006), populasi adalah keseluruhan wilayah objek dan subjek penelitian yang ditetapkan untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan PT Bank Muamalat Indonesia. Data dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan Triwulan PT Bank Muamalat Indonesia periode 2004 sampai dengan 2013.

Sedangkan sampel menurut Bawono (2006) adalah objek atau subjek penelitian yang dipilih guna mewakili keseluruhan dari populasi. Hal ini dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya. Sehingga dalam menentukan sampel harus hati-hati, karena kesimpulan yang dihasilkan nantinya merupakan kesimpulan dari populasi.

Metode yang peneliti pakai adalah jenis purposive sampling atau sampel bertujuan. Tehnik sampling ini digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian dari pada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian. Teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan dan didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sugiyono, 2008: 85). Adapun yang menjadi kriteria dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bank Muamalat Indonesia merupakan Bank Umum Syariah pertama yang lahir

(48)

2. Bank Muamalat Indonesia memiliki laporan keuangan yang telah dipublikasikan di website resmi Bank Indonesia.

3. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT Bank Muamalat Indonesia tahun 2004 hingga 2013 dengan menggunakan alat analisis risiko kecukupan modal (CAR), pembiayaan bermasalah (NPF), dan juga return on asset (ROA) Untuk mendapatkan sampel yang memadai, maka dari itu peneliti mengambil langkah menganalisis laporan keuangan per triwulan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2006), teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penggunaan teknik pengumpulan data, peneliti memerlukan instrument yaitu alat bantu agar pekerjaan pengumpilan data menjadi lebih mudah. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang berkaitan dengan objek penelitian. Data yang diperoleh melalui wesite BI, data yang diambil berupa informasi mengenai laporan neraca, laba rugi dan rasio keuangan bank muamalat serta data lain yang menunjang penelitian. Hasil dari dokumen ini berupa data kualitatif dan kuantitatif yang bersumber dari data sekunder.

2. Replika

(49)

mereplika dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh Fifit Syaiful Putri (2013), Siti Nurkhosidah (2009), Riyanah (2007), Rendyka (2014), Ita Ari Sasongko (2014), Dendawijaya (2005). Dalam hal ini, data replika berupa penelitian terdahulu atau skripsi yang menggambarkan variabel pengaruh pembiayaan bermasalah dan tingkat kecukupan modal tehadap profitabilitas memiliki pengaruh signifikan.

3. Kepustakaan

Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dan membaca buku-buku, majalah, surat kabar, literatur-literatur, catatan-catatan, laporan-laporan, internet dan lainnya yang relevan dan ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian, sehingga menunjang untuk dijadikan referensi. Berbagai sumber kepustakaan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat secara lengkap dalam daftar pustaka.

D. Sumber Data, Variabel dan Skala Pengukuran 1. Sumber Data

(50)

X 100%

Pada penelitian ini data yang diperoleh adalah data sekunder yang didasarkan pada hasil perhitungan maupun hasil pengukuran dalam bentuk angka yang disajikan pada laporan keuangan dari Income Statement (Neraca) dan Balance Sheet (Laba Rugi) berdasarkan data periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 Bank Muamalat Indonesia. Dengan demikian, data penelitian ini bersifat time series. Data tersebut dapat diakses di website Bank Indonesia

www.bi.go.id. 2. Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Suryobrata, 1983: 72). Dalam penelitian ini mengunakan tiga variabel yang terbagi atas satu variabel terikat (variabel dependen) dan dua variabel bebas (variabel independen) yang meliputi :

a. Tingkat Profitabilitas yang diukur dengan ROA (Y). Menunjukkan efektifitas manajemen dalam mengunakan sumber daya (aktiva) selama periode operasi. Semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin baik kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (Kasmir, 2006: 206).

Rumus ROA = Laba Bersih Total Aktiva

b. Risiko Pembiayaan Bermasalah (X1) diukur dengan Non Performing

Financing (NPF). Aktiva produktif bermasalah merupakan aktiva

produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Aktiva produktif bermasalah yang dihitung secara gross, yaitu tidak dikurangi penyisihan penghapusan aktiva produktif.

Rumus NPF = Pembiayaan Bermasalah

(51)

c. Tingkat Kecukupan Modal (X2) adalah gambaran mengenai kemampuan

bank syariah mampu memenuhi kecukupan modalnya. Capital Adequacy Ratio menunjukkan seberapa besar modal bank telah memadai untuk

menunjang kebutuhannya dan sebagai dasar untuk menilai kelanjutan usaha bank bersangkutan. Semakin Tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja bank tersebut (Rivai, 2010: 850).

Rumus CAR = Modal ATM 3. Skala Pengukuran

Dalam penelitian ini skala pengukurnya mengunakan skala rasio. Data rasio adalah data yang memiliki titik nol absolut. Dengan kata lain rasio memiliki semua ciri dari data interval dan ditambah pula mempunyai titik nol absolut sebagai titik permulaan (Burhan, 2005: 121).

E. Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan uji regresi dengan bantuan aplikasi eviews 9. Metode analisa data yang digunakan adalah gabungan antara analisa deskriptif dan analisa kuantitatif. Metode kuantitatif diperlukan untuk menganalisa risiko pembiayaan bermasalah dan tingkat kecukupan modal yang mempengaruhi tingkat profitability bank. Analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel-variabel tak bebas, pada satu atau lebih pada variabel lain, variabel yang menjelaskan (explanatory variabel), dengan maksud menaksir dan atau meramalkan nilai rata-rata hitung (mean) atau rata-rata (populasi) variabel tak bebas, dipandang dari segi nilai yang diketahui atau tetap (dalam pengambilan sampel berulang) variabel yang menjelaskan (Burhan, 2005: 12).

(52)

1. Uji Stasioneritas

Uji stasioneritas merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung diantara variabel sehingga hubungan antar variabel dalam persamaan menjadi valid (Kasiran, 2010: 71).

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Regresi berganda digunakan untuk menganalisa data yang bersifat multivariate. Analisis ini digunakan untuk meramalkan nilai variabel dependen

(Y), dengan variabel independen yang lebih dari satu (minimal dua), sehingga analisa regresi berganda sering disebut juga analisis multivariate, karena variabel yang mempengaruhi naik turunnya variabel dependen (Y) lebih dari satu variabel independen (X). Kondisi variabel independen (X) dalam mempengaruhi variabel dependen (Y) bervariasi bisa positif bisa juga negatif, atau beraneka ragam kondisi yang mempengaruhi.) dan satu variabel terikat (Y). Persamaan regresi berganda dapat berupa sebagai berikut (Bawono, 2006) :

Y = β0 + β1X1 + β2X2+ β3X3 + ἐ Dimana;

Y : Estimasi variabel terikat

β0 : Konstanta dari persamaan regresi

β1,2,3 : Koefisien dari variabel independen X1,2,3

X1,2,3 : Variabel independen X1,2,3

ἐ : Residual atau predictor error

3. Uji Statistik

(53)

atas hippotesis dapat dilihat dari nilai profitabilitas signifikansi masing-masing variabel yang terdapat pada output hasil analisis regresi menggunakan eviews jika angka signifikansi < α (0,05) maka dikatakan bahwa ada pengaruh signifikan

antara variabel bebas terhadap variabel terikat. a. Uji t test (Uji Secara Individu)

Uji t digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individu, jika t test > t tabel atau nilai signifikasi < 0,05, berarti variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Bawono, 2006: 102).

b. Uji F test (Uji Secara Serempak)

Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel dependen, jika f hitung < f tabel atau nilai signifikasi > 0,05 maka, H0 diterima artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama (Bawono, 2006: 91).

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan sejauh mana tingkat hubungan antara

variabel dependen dengan variabel independen, atau sejauh mana kontribusi variabel mempengaruhi variabel dependen, besarnya nilai koefisien determinasi terletak antara 0 sampai dengan 1, atau 0 ≤ R2 ≤ 1. Koefisien

Adjusted R2 merupakan korelasi dari R2 (Bawono, 2006: 92).

4. Uji Asumsi Klasik

(54)

sesuai dengan kaidah BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) yang menghasilkan model regresi yang tidak biasa dan handal sebagai penaksir.

Uji Asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif. Pada uji asumsi klasik terdapat tiga bentuk pengujian, yaitu:

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi dimana terdapat korelasi

variabel-variabel bebas diantara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini dapat disebut variabel-variabel tidak orthogonal. Variabel yang bersifat orthogonal adalah bebas yang nilai korelasi antara sesamanya sama dengan nol. Masalah multikoninearitas biasanya muncul pada data time series, yang apabila masalah multikoninearitas ini serius dapat mengakibatkan berubahnya tanda dari parameter estimasi. (Bawono, 2006: 115).

Menurut Bawono, Uji Multikoninearitas munguji apakah korelasi antara variabel independen dengan dependen lebih besar dari pada nilai independen. Dikatakan tidak ada gejala multikolinearitas jika R square dari regresi utama > dari R square regresi antar independen.

b. Uji Heteroskedastisitas

(55)

heteroskendastisitas dalam penelitian ini menggunakan metode Glajser dilakukan dengan meregresikan logaritma residual kuadrat (U2i) dengan

variabel bebas. c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi diantara anggota observasi yang terletak berdekatan, biasanya terjadi pada data time series. Autokorelasi ini menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel-variabel. Autokorelasi dapat terjadi apabila suatu keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel pengganggu pada periode lain. Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Jadi hasil dari uji Durbin-Watson harus menunjukkan terbebas dari autokorelasi untuk memenuhi syarat terbebas dari uji asumsi klasik dengan kriteria du < dw < 4 - du (Bawono, 2006: 160).

F. Alat Analisis

Penelitian kuantitatif (menggunakan data yang dapat diukur dalam suatu skala/angka), dengan menggunakan data sekunder (time series) dalam periode waktu tahun 2004-2013. Dalam perhitungan statistik, alat yang digunakan guna membantu olah data adalah aplikasi Eviews 9. Eviews merupakan program statistik yang berfungsi untuk membantu dalam proses data statistik secara tepat dan cepat, serta menghasilkan berbagai output yang dikehendaki para pengambil keputusan.

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Deskripsi Data

Data diperoleh dari Laporan Keuangan Triwulan PT Bank Muamalat Indonesia antara tahun 2004 sampai dengan 2013.Data yangdigunakan yaitu profitabilitas berdasarkan rasio ROA, data pembiayaan bermasalah berdasarkan rasio NPF, dan data tingkat kecukupan modal berdasarkan rasio CAR. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 berdasarkan kriteria purposive sampling, yaitu terbatas dari maret 2004 sampai dengan September 2013. Data

dari tahun 2004 sampai dengan 2013, secara sederhana dapat di lihat pada tabel di bawah:

Sumber: Situs Resmi Bank Muamalat Indonesia (www.bankmuamalat.co.id).

Laporan Keuangan Tahunan dan Triwulan PT Bank Muamalat Indonesia (data

(57)

Dari tabel 4.1 di atas, berdasarkan pada Laporan Keuangan Bank Muamalattahun 2004 sampai 2013, data ROA mengalami naik dan turun, yaitu dari tahun 2004 hingga 2008 mengalami kenaikan tiap tahunnya, maka dapat dikatakan bahwa profitabilitas berdasarkan rasio ini cukup baik.Tetapi mulai tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat drastis dari 2,60% hingga 0,45% yang berarti bahwa profitabilitas kurang baik.

Data NPF menunjukkan bahwa dalam periode tersebut mengalami fluktuasi, yaitu dari tahun 2004 ke 2005 mengalami penurunan, 2005 ke 2006 mengalami peningkatan, 2006 ke 2007 mengalami penurunan lagi, 2007 sampai 2010 mengalami peningkatan tiap tahunnyahal inimenunjukkan meningkatnya jumlah pembiayaan bermasalah, kemudian dari tahun 2010 sampai 2013 mengalami penurunan lagi yang berarti jumlah pembiayaan bermasalah semakin sedikit.

Data CAR menunjukkan bahwa dalam periode tersebut juga mengalami fluktuasi. Data menunjukkan bahwa CAR terendah ada pada tahun 2007 sebesar 10,43%, dan tertinggi pada tahun 2013 sebesar 17,27%. Jadi dapat diartikan penyaluran pembiayaan bedasarkan rasio ini adalah cukup baik.

2. Deskripsi Statistik

Statistik deskripsi memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness. Statistic deskripsi yang dilakukan sebagai upaya untuk menggali deskripsi data yang berhasil dihimpun sehingga diperoleh gambaran mengenai karakteristik objek dari data tersebut.

Tabel 4.2

Distribusi Frequensi Untuk Semua Variabel (Profitabilitas (ROA), Pembiayaan Bermasalah (NPF) dan Tingkat Kecukupan

(58)

ROA NPF CAR

Std. Deviation .72129 1.58881 1.96206

Variance ,520 2,524 3,850

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Dari Tabel 4.2 tersebut diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. N atau jumlah data yang valid (sah untuk diproses) adalah 40, sedangkan yang hilang (missing) adalah nol. Artinya semua data tentang profitabilitas (ROA), pembiayaan bermasalah (NPF) dan total pembiayaan (FDR) diproses.

(59)

pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 3,77% dan kecukupan modal (CAR) adalah 12,88%.

c. Median adalah angka tengah yang diperoleh apabila angka-angka pada data disusun berdasarkan angka tertinggi dan angka terendah. Untuk profitabilitas (ROA) adalah 1,96%, pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 3,45% dan kecukupan modal (CAR) adalah 12,39%.

d. Mode atau modus adalah fenomena yang paling banyak terjadi. Nilai modus

untuk profitabilitas (ROA) adalah 1,68%, pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 2,21% dan kecukupan modal (CAR) adalah 9,64%.

e. Std. Deviation, adalah suatu ukuran penyimpangan. Jika nilainya kecil maka data yang digunakan mengelompok disekitar rata-rata. Nilai std.Deviattion untuk profitabilitas (ROA) adalah 0,72; pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 1,58; kecukupan modal (CAR) adalah 1,96.

f. Variance. Profitabilitas (ROA) adalah0,52; pembiayaan bermasalah (NPF) adalah2,52; tingkat kecukupan modal (CAR) adalah 3,85.

g. Skewness. Ukuran skewness untuk profitabilitas (ROA) adalah -0,307%, pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 0,984% dan kecukupan modal (CAR) adalah 0,784%. Sedangkan nilai Std. Error of Skewness untuk profitabilitas (ROA) adalah 0,374%, pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 0,374%dan kecukupan modal (CAR) adalah 0,374%.

(60)

i. Range, adalah selisih dari nilai tertinggi dan nilai terendah dalam satu kumpulan data. Secara umum bisa dikatakan, semakin besar range data, semakin bervariasi data tersebut. Dalam kasus ini range untuk profitabilitas (ROA) adalah 2,81%, pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 7,86% dan kecukupan modal (CAR) adalah 8,44%.

j. Minimum, data minimum untuk profitabilitas (ROA) adalah 0,45%,

pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 1,00% dan kecukupan modal (CAR) adalah 9,64%.

k. Maximum, data maximum untuk profitabilitas (ROA) adalah 3,26%,

pembiayaan bermasalah (NPF) adalah 8,86% dan kecukupan modal (CAR) adalah 18,08%

B. Analisis Data

1. Uji Stasioneritas Data

Melihat ada tidaknya unit root yang terkandung di antara variabel sehingga hubungan antar variabel menjadi valid (Kasiran, 2009: 71). Pengujian ada tidaknya unit root dengan metode AD Fisher Chi-Square pada variabel penelitian memperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Pengujian Unit Root pada Level Variable Probability** Keterangan

ROA 0,3152 Tidak Stasioner

NPF 0,0061 Stasioner

Gambar

Tabel 1.1
Pengaruh Risiko Pembiayaan (Gambar 2.1 Non Performing Financing) dan Tingkat Kecukupan
   Tabel 4.1   Laporan Keuangan 2004-2013
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

antara sapi Friesian Holstein (FH) dengan sapi setempat atau sapi lokal yang ada.. di Indonesia

sadar betapa penting regulasi dan peraturan tentang K3 ini untuk diterapkan (Ramli, 2010:2). Penerapan K3 di tempat kerja me- rupakan suatu kebutuhan bagi

Pengujian RFID berjalan dengan baik, untuk pengujian sensor Raindrops menggunakan pipet berisi air dan meneteskan ke permukaan sen- sor raindrops dihasilkan data semakin banyak air

Penelitian ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi

k) Transfer payment dan atau; l) Bukti pendukung lainnya.. Data dan atau bukti pendukung yang dilampirkan dalam pengajuan keberatan atas penetapan sanksi administrasi

dengan potensi ekspor berada di Kecamatan Betung , Talang Kelapa,. Banyuasin I, Rambutan dan

d) Laporkan dalam temuan perbedaan tersebut dan alasan perbedaan menurut Peserta Pemilu dan hasil pencocokan dengan bukti yang diterima dari Partai Politik

Premis 2 : Jika harga bahan pokok naik maka semua orang tidak senang.. Ingkaran dari kesimpulan di atas