• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal saham menjadi objek yang dipedagangkan. abstract, karena yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal saham menjadi objek yang dipedagangkan. abstract, karena yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pasar Modal

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pasar modal sama saja dengan pasar-pasar lain pada umumnya yaitu yang sesuai dengan namanya adalah tempat berlangsungnya kegiatan jual beli. Hal yang membedakan pasar modal dengan pasar lainnya adalah objek yang diperjualbelikan di tempat tersebut. Dalam pasar modal saham menjadi objek yang dipedagangkan.

Menurut Lubis (2008:7) pasar modal dapat dikatakan sebagai pasar

abstract, karena yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Hal inilah yang membedakan pasar modal dengan pasar lain yakni dalam hal komoditas yang diperdagangkan. Menurut Samsul (2006:43) pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun. Menurut Sjahrial (2007:43) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari 1 tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan menurut UU No. 8 Tahun 1995, Bab I Pasal 1 Butir 13 Tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa

(2)

perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”

Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran. Karenanya keberhasilannya juga tergantung pada bagaimana keadaan permintaan dan penawarannya. Menurut Husnan (2005:25) hal-hal yang mempengaruhi permintaan dan penawaran di pasar modal, secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Supply sekuritas

Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. Apakah terdapat jumlah perusahaan yang cukup banyak di suatu negara yang memerlukan dana yang bisa diinvestasikan dan menguntungkan ? Dan apakah mereka bersedia memenuhi persyaratan full disclosure, artinya mengungkapkan kondisi perusahaan yang dituntut oleh pasar modal.

2. Demand akan sekuritas

Faktor ini berarti harus terdapat cukup banyak anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan.

3. Kondisi politik dan ekonomi

Kondisi politik yang stabil akan turut membantu pertumbuhan keadaan ekonomi yang pada akhirnya berpengaruh pada penawaran dan permintaan akan sekuritas.

(3)

4. Masalah Hukum dan Peraturan

Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan penerbit sekuritas, karena itu kebenaran informasi menjadi sangat penting di samping kecepatan dan kelengkapan informasi itu. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang salah dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan.

5. Lembaga Lain

Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukannya transaksi secara efisien.

Kegiatan dari pasar modal pada dasarnya kegiatan yang dilakukan oleh pemilik dana dan kepada pihak yang memerlukan dana secara langsung, tanpa perantara keuangan yang mengambil alih resiko investasi, sehingga peran informasi yang dapat diandalkan kebenarannya dan cepat tersedia menjadi sangat penting. Di samping itu transaksi harus dapat dilakukan secara efisien dan dapat diandalkan. Oleh karena itu, diperlukan lembaga dan profesi yang menjamin persyaratan tersebut dapat terpenuhi.

2.1.2 Saham

Di antara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham biasa (common stock) merupakan salah satu jenis efek yang paling banyak diperdagangkan di pasar modal. Bahkan saat ini dengan semakin banyaknya emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa efek, perdagangan saham semakin marak dan menarik para investor untuk terjun dalam jual beli saham.

(4)

Menurut Tandelilin (2001:18) saham merupakan suatu surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham perusahaan suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Menurut Bodie ( 2006:59) saham dikenal sebagai sekuritas penyertaan atau cukup disebut sebagai ekuitas (equities), menunjukkan bagian kepemilikan di sebuah perusahaan. Masing-masing lembar saham biasa mewakili satu suara tentang segala hal dalam pengurusan perusahaan dan menggunakan suara tersebut dalam rapat tahunan perusahaan dan pembagian keuntungan. Dari beberapa pengertian saham di atas dapat dijelaskan bahwa saham merupakan suatu tanda kepemilikan atas suatu perusahaan yang memungkinkan si pemilik memiliki hak atas perusahaan yang bersangkutan yakni perihal hak yang diperoleh perusahaan serta kewajiban yang harus dipenuhi. 2.1.3 Mekanisme Perdagangan Saham

Menurut Samsul (2006:46) terdapat empat kategori pembagian pasar modal, yaitu :

1. Pasar perdana

Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. Dikatakan pertama kali karena sebelumnya perusahaan ini milikm perseorangan atau beberapa pihak saja, dan sekarang ditawarkan kepada masyarakat umum. Berikut ini adalah ciri-ciri pasar perdana :

(5)

a. Emiten menjual saham kepada masyarakat luas memalui penjamin emisi dengan harga yang telah disepakati antara emiten dan penjamin emisi seperti yang tertera dalam prospektus atau ada ancer-ancer harga apabila menggunakan sistem book-building.

b. Pembeli tidak dipungut biaya transaksi.

c. Pembeli belum pasti memperoleh jumlah saham sebanyak yang dipesan, apabila terjadi oversubscribed.

d. Investor membeli melalui penjamin emisi ataupun agen penjual yang ditunjuk.

e. Masa pesanan terbatas.

f. Penawaran melibatkan profesi seperti akuntan publik, notaris, konsultan hukum, dan perusahaan penilai.

g. Pasar perdana disebut juga dengan istilah pasar primer (primary market) dan pasar kesatu (first market).

2. Pasar Kedua

Pasar kedua adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli efek antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. Dikatakan tempat karena secara fisik para perantara efek berada dalam satu gedungdi lantai perdagangan (trading floor). Berikut ciri-ciri pasar kedua :

a. Harga terbentuk oleh investor (order driven) melalui perantara efek (anggota bursa) yang berdagang di Bursa Efek.

(6)

d. Anggota bursa memasukkan tawaran jual/beli investor ke dalam komputer perdagangan yang disediakan oleh pihak bursa.

e. Anggota bursa menyelesaikan pembayaran dana kepada Sentral Kliring, kemudian menerima sahamnya dengan cara pemindahbukuan oleh Sentral Kustodian dengan menunjukkan bukti pembayaran dari Sentral Kliring. f. Anggota bursa jual menyelesaikan penyerahan saham kepada Sentral

Kustodian, kemudian menerima dana dengan cara pemindahbukuan oleh Sentral Kliring dengaan menunjukkan bukti penyerahan efek dari Sentral Kustodian.

g. Pasar kedua disebut juga dengan istilah bursa efek atau secondary market. 3. Pasar Ketiga

Pasar ketiga adalah saran transaksi jual-beli efek antara market maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker. Market maker adalah anggota bursa yang saling bersaing satu sama lain untuk menentukan harga saham. Berikut adalah ciri-ciri pasar ketiga :

a. Harga dibentuk oleh market maker atau disebut dealer driven market.

b. Investor membeli dan menjual dari dan ke market maker.

c. Jumlah market maker banyak sehingga investor dapat memilih harga terbaik.

d. Perdagangan dilaksanakan di kota-kota besar dalam satu jaringan nasional. e. Market maker berdagang dari kantor masing-masing melalui jaringan

(7)

4. Pasar Keempat

Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek.transaksi ini dilakukan secara tatap muka dan dilaksansakan oleh para investor besar karena dapat menghemat biaya transaksi daripada dilakukan di pasar sekunder.

Ciri-ciri pasar keempat :

a. Investor beli dan investor jual bertransaksi langsung lewat ECN.

b. Harga terbentuk dalam tawar menawar langsung antara investor beli dan investor jual.

c. Investor menjadi anggota ECN, central custodian, dan central clearing. d. ECN, central custodian, dan central clearing terjalin dalam satu sistem

jaringan perdagangan.

e. ECN terdaftar sebagai Bursa Efek. 2.1.4 Initial Public Offering (IPO)

Dimulai dari keinginan untuk meningkatkan return perusahaan maka diperlukanlah investasi yang lebih banyak pula sebagai tambahan modal perusahaan. Menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat dalam hal ini investor adalah solusi atas tambahan modal tersebut. Perusahaan dikatakan go public ketika perusahaan itu menjual penerbitan pertama sahamnya dalam penawaran umum kepada investor. Penjualan saham pertama ini dikenal sebagai penawaran publik awal, atau IPO atau initial public offering ( Brealey 2007:414).

(8)

Menurut Ross (2004:543) initial public offering (IPO) is the first public equity issue that is made by a company or unseasoned new issue . artinya yaitu penjualan saham perdana yang dilakukan oleh perusahaan dan siftanya tidak berkala. Pendapat lainnya tentang IPO yakni terjadi pada saat saham terlebih dahulu dijual di pasar perdana (primary market) (Sri, 2005 dalam Hayati, 2007). IPO disebut dengan penawaran primer ketika saham baru dijual untuk menggalang kas tambahan untuk perusahaan. IPO bisa pula disebut sebagai penawaran sekunder ketika pendiri perusahaan dan pemodal ventura menguangkan sebagian keuntungannya dengan menjual saham. Jadi penawaran sekunder oleh sebab itu tidak lebih dari penjualan saham dari investor awal peusahaan kepada investor baru, dan kas yang digalang dalam penawaran kedua tidak mengalir ke perusahaan. Tentu, IPO bisa dan umumnya bersifat sekaligus primer maupun sekunder.

Begitu perusahaan memutuskan go public, tugas pertama mereka adalah memilih para penjamin. Penjamin (underwriter) adalah perusahaan perbankan investasi yang bertindak sebagai bidan keuangan bagi emisi (penerbitan) saham baru (Brealey 2007: 415). Biasanya mereka memainkan tiga peran, yakni memberi perusahaan saran prosedural dan finansial, lalu membeli sahamnya, dan akhirnya menjualnya kembali kepada publik. IPO yang kecil hanya memiliki satu penjamin, tapi emisi yang besar biasanya memerlukan sindikasi penjamin yang membeli penerbitan saham dan menjualnya kembali.

(9)

Pengaturan penjaminan pada umumnya disebut firm commitment , para penjamin membeli sekuritas dan menjualnyakembali kepada publik. Para penjamin akan menerima bayaran dalam bentuk spread (selisih penjaminan). Artinya mereka diizinkan menjual saham pada harga yang sedikit lebih tinggi daripada yang mereka bayar untuk saham itu. Hal ini berarti menunjukkan bahwa penjamin berisiko tidak mampu menjual saham pada harga penawaran yang telah ditetapkannya. Risiko ini dapat diatasi dengan menggunakan strategi menjual saham sebanyak mungkin bukan dengan memperbesar nilai

spread-nya terlebih dahulu karena nilai saham akan berfluktuasi sesuai dengan tingkat permintaannya kelak.

Kegiatan mendaftarkan emiten pada bursa efek melalui pihak ketiga dalam hal ini adalah underwriter, dan menjual saham pada investor adalah kegiatan yang disebut IPO atau melemparkan saham pada publik. Penetapan harga IPO sangat penting, mengingat penetapan harganya sebagai penentu sukses tidaknya IPO tersebut. IPO bisa sukses apabila sahamnya diminati investor.

Saham perusahaan pada awalnya ditawarkan di pasar pertama, yaitu kepada penjamin emisi (underwriter) sebagai pihak ketiga yang melakukan negosiasi kesepakatan harga saham dengan perusahaan. Bagi perusahaan harga saham di pasar perdana ditawarkan dengan harga yang setinggi-tingginya. Sebaliknya bagi penjamin emisi harga akan disepakati pada harga terendah, karena akan mengurangi risiko pada pasar sekunder atau bursa efek.

(10)

Dalam IPO terdapat tiga pelaku yang berperan penting sebagai penentu harga saham, yaitu perusahaan (emiten), underwriter, dan para investor. Perusahaan dan underwriter berperan dalam menentukan harga saham di pasar perdana, dan underwriter memiliki informasi yang tidak dimiliki oleh perusahaan mengenai pasar saham. Sedangkan informasi yang dimiliki oleh investor berbeda dengan informasi yang dimiliki oleh

underwriter. Perbedaan informasi inilah yang akan menentukan harga saham di pasar sekunder.

Faktor harga IPO yang dianggap relevan tidak menjadi alasan yang kuat bagi para investor yang pada akhirnya memutuskan untk membeli saham perusahaan. Faktor-faktor internal dan prospek perusahaan pada masa yang akan datanglah yang menarik perhatian para investor karena setiap investor pasti berhati-hati dalam memutuskan untuk menanamkan modalnya di perusahaan tertentu. Saat penjamin berhasil memberikan informasi yang meyakinkan di mata para investor, tentu akan terjadi peningkatan permintaan atas saham tersebut. Permintaan yang semakin bertambah akan menambah nilai saham dan berujung kepada peningkatan pendapatan oleh penjamin itu sendiri. Keadaan inilah yang dapat menjadikan harga saham perusahaan yang turut meningkat di pasar sekunder atau yang biasa disebut dengan

underpricing. 2.1.5 Underpricing

Pada dasarnya penentuan harga saham pada saat penawaran perdana ke publik dilakukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan

(11)

underwriter , sedangkan harga saham yang terjadi di pasar sekunder merupakan hasil mekanisme pasar yaitu berdasarkan pada permintaan dan penawaran yang terjadi. Terjadinya underpricing dapat juga terjadi karena adanya asimetri informasi yang berkaitan dengan pasar modal. (Saputra, 2008:39).

Pada awalnya, perusahaan dan penjaminnya menetapkan harga penerbitan. Untuk mengukur berapa tinggi nilai saham, mereka dapat melakukan perhitungan arus kas yang didiskontokan atau dengan melihat rasio harga-laba (price earning)

saham pesaing utama perusahaan emiten (penerbit saham). Penjamin juga melakukan kagiatan temu-wicara yang memberi penjamin dan manajemen perusahaan kesempatan berbicara dengan para investor potensial.para investor bisa memperlihatkan reaksi mereka terhadap penerbitan ini, mengusulkan apa yang mereka anggap sebagai harga yang adil, dan menunjukkan berapa banyak saham yang akan mereka beli. Ini memungkinkan penjamin membuat pembukuan kemungkinan pemesanan. Meskipun tidak terikat pada isyarat yang mereka berikan tersebut, para investor sadar bahwa jika mereka ingin tetap memiliki reputasi yang baik di mata pihak penjamin, mereka tidak akan melanggar janji tentang ekspresi minat mereka.

Para manajer perusahaan ingin mengamankan harga setinggi mungkin untuk saham mereka, tapi para penjamin cenderung berhati-hati karena mereka bisa menanggung saham tak terjual jika mereka salah mengestimasi permintaan investor terlalu tinggi. Akibatnya para penjamin biasanya mencoba memperendah harga penawaran publik awal. Cara inilah yang dikenal dengan underpricing, cara

(12)

yang menurut mereka mampu untuk membujuk investor membeli saham dan mengurangi biaya pemasaran emisi kepada pelanggan.

Penting untuk diketahui bahwa underpricing tidak berarti bahwa tiap orang bisa kaya dengan membeli saham pada saat IPO. Jika emisinya di-underpriced, semua orang mau membelinya dan penjamin tidak akan mempunyai cukup saham untuk diputar. Karena itu investor cenderung hanya mendapatkan sedikit saham dari emisi yang menggairahkan ini. Jika dihargai lebih tinggi dari seharusnya (overpricing), investor lain tidak akan menginginkannya. Maka diperlukan kehati-hatian dalam menentukan pilihan berinvestasi. Informasi yang cukup tentang perusahaan dan kemampuan penjamin meyakinkan investor menjadi pokok penentunya.

Menurut Brealey (2007:416), underpricing merupakan kegiatan menerbitkan sekuritas pada harga penawaran yang ditetapkan di bawah nilai sekuritas sebenarnya. Menurut J. Gitman (2009:515), underpricing is a stock sold at a price below its’ current market price (Po). Menurut Ross (2004:551) for initial public offerings, the stock typically rises substantially after the issue date. This is a cost to the firm because the stock is sold for less than its efficient price in the aftermarket. Dari ketiga definisi yang sudah dipaparkan maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa underpricing adalah keadaan dimana harga saham saat IPO lebih rendah dibanding ketika diperdagangkan di pasar sekunder.

Perusahaan yang mengalami underpricing pada saat IPO dapat dipastikan memiliki harga saham yang tinggi di masa yang akan datang dalam jangka pendek. Untuk jangka panjang akan ditentukan oleh kinerja perusahaan setelah

(13)

melakukan IPO tersebut. Variabel underpricing dihitung dengan menggunakan

initial return dengan menghitung selisih antara harga penawaran umum perdana dengan sekunder pada penutupan hari pertama. Menurut Febrina (2004:27)

underpricing dihitung dengan menggunakan initial return yang dihitung dengan rumus:

Keterangan :

Closing Price adalah harga penutupan saham pada hari pertama di bursa efek.

Offerring Price adalah harga yang ditawarkan oleh emiten pada saat penjualan perdana di pasar primer.

2.1.6 Return On Assets (ROA)

ROA menjadi salah satu rasio profitabilitas untuk mengetahui tingkat pengembalian saham atas aset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan untuk mendapatkan laba. Investor melihat seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dari investasi yang ditanamnya pada perusahaan tersebut. Rasio profitabilitas karena profitabilitas yang tinggi mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga menurunkan tingkat underpricing.

Menurut Brigham & Houston (2006:109) , rumus yang digunakan untuk memperoleh ROA adalah :

(14)

2.1.7 Financial Leverage

Financial leverage merupakan tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (hutang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan (Brigham & Houston 2006:17).Rasio ini pada umumnya disebut juga rasio utang (debt ratio), untuk mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur. Tingkat pengembalian investasi cenderung rendah karena besarnya utang yang harus ditanggung perusahaan. Pengaruh investor dalam informasi ini menyebabkan harga saham yang ditawarkan mengalami underpricing. Financial leverage dihitung dengan membuat perbandingan antara total hutang dengan total aktiva, yang menunjukkan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin utang.

Rasio leverage yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan memiliki kewajiban yang besar. Sehingga apabila pemodal menginvestasikan sahamnya akan memungkinkan investor tidak mendapatkan return dari saham yang dimilikinya. Menurut Wati (dalam Aiza Hayati , 2007:12), semakin tinggi tingkat

leverage, semakin tinggi pula tingkat risiko perusahaan dan tentunya investor akan mempertimbangkan hal ini untuk proses pengambilan keputusan.

2.1.8 Firm Size

Ukuran perusahaan ( firm size ) merupakan faktor yang juga mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan pada saham yang IPO. Karena semakin besar perusahaan dan semakin dikenal oleh masyarakat, maka semakin banyak informasi yang bisa diperoleh investor dan semakin kecil pula ketidakpastian yang

(15)

dimiliki oleh investor. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Dapat dinyatakan sebagai kecilnya tingkat resiko investai perusahaan berskala besar dalam jangka panjang. Sedangkan pada perusahaan berskala kecil tingkat ketidakpastian di masa yang akan datang besar, sehingga tingkat risiko investasinya lebih besar dalam jangka panjang (Nurhidayati dan Indriantoro 1998 dalam Handayani 2008:30).

Ketika akan go public, perusahaan akan menerbitkan prospektus yang berisi tentang keterangan dan informasi yang dibutuhkan oleh publik untuk dapat menilai baik tidaknya perusahaan yang bersangkutan, wajar tidaknya harga yang ditawarkan, bagaimana prospek perusahaan di hari mendatang dan lain sebagainya. Investor sebagai pemodal yang akan membeli saham perusahaan di pasar sekunder membutuhkan informasi mengenai perusahaan yang akan digunakan untuk mengambil keputusan.

Apabila perusahaan tersebut lebih banyak dikenal oleh publik, maka semakin mudah informasi mengenai perusahaan akan didapat. Besar perusahaan bagi investor merupakan indikasi bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan lebih besar dalam mengembalikan investasinya. Besarnya ukuran perusahaan ditentukan oleh jumlah aktiva yang tercatat dalam neraca. Apabila jumlah yang tercatat dalam neraca menggambarkan besarnya ukuran perusahaan, maka jumlah sebenarnya perusahaan ditentukan oleh appraiser atau penilai kekayaan perusahaan. Penilai (appraiser) mempunyai keahlian melakukan

(16)

2.1.9 Umur Perusahaan

Perbedaan yang didasari berapa lama perusahaan berdiri, mencerminkan bahwa perusahaan memiliki pengalaman yang tidak sedikit dalam menjalankan usahanya. Umur juga menunjukkan bahwa panjangnya sejarah yang menjadikan perusahaan tersebut lebih matang. Semakin lama perusahaan berdiri, maka semakin banyak pula informasi yang dapat diperoleh publik mengenai kegiatan perusahaan. Sehingga akan mengurangi ketidakpastian informasi di masa yang akan datang. Return perusahaan yang lebih mapan serta berusia lebih tua cenderung lebih tinggi dibanding yang lebih muda usianya (Wati, 2004 dalam Hayati 2007:20). Selain itu perusahaan yang sudah lama berdiri menunjukan bahwa perusahaan tersebut mampu bersaing dengan perusahaan lain di bidangnya. Hal ini juga akan mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perusahaan. 2.2Penelitian Terdahulu

1. Siti Nurhidayanti & Nur Indriantoro (1998)

Menurut Nurhidayanti & Indriantoro (1998) dengan penelitian yang berjudul :”Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat

Underpriced pada Penawaran Perdana di BEI” , terdapat 5 variabel bebas yakni Reputasi Auditor, Reputasi underwriter, Persentasi saham yang ditawarkan, Umur Perusahaan , dan Ukuran Perusahaan. Hasil dari penelitan ini menyatakan tidak ada satu pun dari varibel bebas yang diuji yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

(17)

2. Dian Febriana (2004)

Menurut Febriana (2004) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia”, terdapat enam variabel bebas yang diuji yaitu reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, solvabilitas perusahaan, profitabilitas perusahaan, dan jenis industri. Penelitian ini menggunakan uji regresi berganda. Hasil penelitian dari enam hipotesis yang diajukan, terdapat dua variabel yang dapat dibuktikan oleh data penelitian. Variabel tersebut adalah profitabilitas dan solvabilitas. Profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap tingkat initial return sebesar 0,018. Solvabilitas perusahaan mempunyai pengaruh terhadap initial return sebesar 0,046. Dari hasil uji statistik didapat nilai F signifikan pada 0,004 yang berarti secara simultan variabel-variabel bebas dalam penelitian ini berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Namun secara parsial hanya variabel reputasi underwriter, nilai penawaran, dan financial leverage yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat

underpricing dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05. Berdasarkan hasil perhitungan regresi, variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan besarnya variasi dalam variabel terikat sebesar 29,3%, sedangkan sisanya 76,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(18)

Yolana & Martani memiliki penelitian yang berjudul : “Variabel-variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing Saham Perdana di BEJ Tahun 1994-2001”. Variabel yang diuji adalah Penjamin Emisi, Rata-rata Kurs, Ukuran perusahaan, dan Return on Equity

(ROE). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara simultan variabel bebas terbukti mempengaruhi variabel terikat Underpricing. hal ini disimpulkan dari hasil adjusted R-Squared sebesar 28,15%. Artinya, 28,15% fenomena Underpricing dapat dijelaskan oleh variabel bebas dan dari variabel tersebut hanya reputasi penjamin yang tidak signifikan.

4. Helen Sulistio (2005)

Sulistio (2005) memiliki penelitian yang berjudul: “Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return:

Studi Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di

Bursa Efek Jakarta”. Variabel bebas yang diuji adalah ukuran perusahaan, Earnings per Share (EPS), Price Earnings Ratio (PER), tingkat leverage, proporsi kepemilikan yang ditahan pemegang saham lama, reputasi auditor dan reputasi underwriter. Hasilnya yakni informasi keuangan yang terdiri atas ukuran perusahaan, EPS, PER dan tingkat leverage, menunjukkan pengaruh tingkat leverage

terhadap initial return adalah negatif signifikan pada = 10% (p = 0,10) dan Informasi non akuntansi yang meliputi prosentase pemegang saham lama, reputasi auditor dan reputasi underwriter,

(19)

menunjukkan pengaruh persentase pemegang saham lama terhadap

initial return adalah positif signifikan pada = 5% (p = 0,05). 5. Sri Trisnaningsih (2005)

Trisnaningsih (2005) memiliki jurnal penelitian dengan judul :” Analisis Faktor- Faktor yang Mempngaruhi Tingkat Underpricing

Pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta”. Variabel yang diuji adalah Reputasi Underwriter, Financial Leverage, dan

Return on Asset. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa reputasi

Underwriter. Financial leverage, dan Return on Asset (ROA) berpengaruh secara simultan terhadap tingkat underpricing. Hasil analisis ini ditunjukkan dengan nilai f-hitung 6,596 dengan nilai probabiltas signifikansi F 0,003 telah memenuhi syarat signifikansi 5%.

6. Aiza Hayati (2007)

Hayati (2007) memiliki penelitian yang berjudul “Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi terhadap Kecenderungan

Underpricing: Studi pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia”. Variabel bebas yang diuji adalah ROA, financial leverage, firm size, reputasi underwriter, reputasi auditor, dan umur perusahaan. Model analisa yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan menguji variabelnya secara simultan dan parsial.

(20)

dilakukan memberi hasil F sebesar 2,849 dan tingkat signifikansi sebesar 0,023 < . Hal ini membuktikan semua variabel bebas berpengaruh terhadap underpricing.

7. Benny Kurniawan

Kurniawan (2007) memiliki penelitian berjudul : “ Analisis Pengaruh Variabel Keuangan dan Non-Keuangan Terhadap Initial Return dan Return 7 Hari Setelah Initial Public Offering (studi Empiris : Di Perusahaan Non-Keuangan yang Listing di BEJ Periode 2002-2006)”. Variabel bebas yang diuji adalah Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Total Assets Turnover, Earning per Share, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Persentasi Penawaran Saham. Hasil penenlitian menyatakan bahwa secara parsial variabel TATO, ROE, dan persentasi penawaran saham berpengaruh signifikan terhadap return awal di pasar perdana pada alpha 0,05. Sedangkan variabel bebas lainnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan atas

Initial Return.

8. Surya Hadi Saputra (2008)

Saputra (2008) memiliki penelitian yang berjudul: “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Perusahaan yang IPO di BEJ Tahun 2003-2006”. Variabel bebas yang diuji adalah Reputasi Auditor, Reputasi underwriter, Umur Perusahaan, ROE, dan Persentasi Jumlah Saham yang ditawarkan. Model analisa yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasilnya adalah secara

(21)

parsial hanya variabel reputasi underwriter yang berpengaruh signifikan terhadap underpricing.

9. Sri Retno Handayani (2008)

Handayani (2008) memiliki penelitian dengan judul : ” Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan Keuangan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2006)”. Variabel yang diuji adalah Debt to Equity Ratio, ROA, Earning per Share, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Presentasi penawaran Saham. Model analisa yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan hasil terdapat pengaruh yang signifikan antara Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Earning Per Share , Umur Perusahaan , Ukuran Perusahaan dan Persentase Penawaran Saham secara bersama-sama terhadap Underpricing, hal ini dibuktikan sig F (0,31) > 0,05.

2.3 Kerangka Konseptual

Underpricing adalah keadaan dimana harga saham saat IPO lebih rendah dibanding ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Pada dasarnya penentuan harga saham pada saat penawaran perdana ke publik dilakukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan underwriter , sedangkan harga saham yang terjadi di pasar sekunder merupakan hasil mekanisme pasar yaitu berdasarkan pada permintaan dan penawaran yang terjadi.

(22)

Menurut Ross (2004 : 548) “underpricing tend to be attributable to firms with little or no sales in the prior year. These firms tend to be young firms and uncertain prospect”. Hal ini berarti bahwa tingkat profitabilitas perusahaan dan umur perusahaan dapat menjadi faktor indikasi terjadinya underpricing pada suatu perusahaan. Selain profitabilitas perusahaan, variabel rasio keuangan lain yang digunakan adalah Financial Leverage dan Ukuran Perusahaan (Firm Size)

sedangkan untuk variabel non keuangan digunakanUmur Perusahaan.

Terjadinya underpricing dapat juga terjadi karena adanya asimetri informasi yang berkaitan dengan pasar modal. Informasi keuangan dan non keuangan yang terkandung dalam prospektus merupakan ketentuan yang harus dimiliki perusahaan go public. Dengan adanya informasi dalam prospektus tesebut diharapkan akan dapat mempengaruhi keputusan investor dalam menanamkan modalnya pada perusahaan yang akan go public, sehingga perusahaan sebagai emiten di bursa akan mendaptkan return yang maksimal untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Informasi keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Return On Assets dan Financial Leverage. Sedangkan informasi non keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan umur perusahaan.

ROA menjadi salah satu rasio profitabilitas untuk menegetahui tingkat pengembalian saham atas aset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan untuk mendapatkan laba . Investor melihat seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dari investasi yang ditanamnya apabila

(23)

menginvestasikan sahamnya pada perusahaan tersebut. Rasio profitabilitas karena profitabilitas yang tinggi mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga menurunkan tingkat underpricing.

Financial leverage merupakan tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (hutang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan (Brigham & Houston 2006:17).Rasio ini pada umumnya disebut juga rasio utang (debt ratio), untuk mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur. Tingkat pengembalian investasi cenderung rendah karena besarnya utang yang harus ditanggung perusahaan. Pengaruh investor dalam informasi ini menyebabkan harga saham yang ditawarkan mengalami underpricing.

Ukuran perusahaan (firm size) merupakan faktor yang juga mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan pada saham yang IPO. Karena semakin besar perusahaan dan semakin dikenal oleh masyarakat, maka semakin banyak informasi yang bisa diperoleh investor dan semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor.

Perbedaan yang didasari berapa lama perusahaan berdiri, mencerminkan bahwa perusahaan memiliki pengalaman yang tidak sedikit dalam menjalankan usahanya. Umur juga menunjukkan bahwa panjangnya sejarah yang menjadikan perusahaan tersebut lebih matang. Semakin lama perusahaan berdiri, maka semakin banyak pula informasi yang dapat diperoleh publik mengenai kegiatan perusahaan. Sehingga akan mengurangi ketidakpastian informasi di masa yang akan datang. Perusahaan yang sudah lama berdiri menunjukan bahwa perusahaan

(24)

tersebut mampu bersaing dengan perusahaan lain dibidangnya. Hal ini juga akan mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perusahaan.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, kerangka konseptual yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Ross (2004) dan Hayati (2007), dimodifikasi

Return on Assets ( Financial Leverage Underpricing (Y) Firm Size Umur Perusahaan

(25)

2.4 Hipotesis

Bertdasarkan permasalahan yang ada dan tujuan yang ingin dicapai maka hipotesis atau jawaban sementara yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Return On Assets (ROA) dengan Underpricing pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Financial Leverage

dengan Underpricing pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Firm Size (Ukuran

Perusahaan) dengan Underpricing pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Umur Perusahaan dengan

Gambar

Gambar 2.1   Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Kami mengadakan penelitian itu dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana cara kita untuk memprediksi cuaca yang akan datang dengan indikasi awan untuk menunjuang kehidupan yang lebih

Karakteristik yang mempengaruhi pengukur- an kekasaran dengan metode pengenalan obyek pada machine vision ini adalah capture image ( set-up external terhadap kualitas

Gejala fisik, yaitu sakit kepala, sakit nyeri lambung, mudah kaget, banyak berkeringat, gangguan pola tidur, lesu, kaku pada leher belakang sampai punggung, dada terasa

Penyebab kekurangan produk anggrek tersebut adalah permintaan yang terus meningkat dan tidak disertai dengan penyediaan produk anggrek ini, dapat dikatakan

• Untuk sistem pembayaran user yang tidak mempunyai kartu kredit maka pada check out dari session shopping cart, user tersebut dapat memilih metode pemba- yaran transfer rekening

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang merasakan kelelahan tingkat ringan, sedang, dan tinggi dengan gejala stress kerja sangat tinggi dan

Persentase morfologi spermatozoa itik lokal dalam 15 perlakuan yang digunakan dalam medium Tris, PBS, Ringer laktat yang dikombinasikan dengan kuning telur

Karakteristik utama dari suatu motor diesel adalah metode penyalaan bahan bakar. Dalam motor diesel bahan bakar diinjeksikan kedalam silinder yang berisi udara bertekanan