• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem

Ada beberapa pendapat dari para ahli. mengenai definisi dari sistem dan prosedur, misalnya menurut Cole (dalam Baridwan. 1998) yang menyatakan bahwa sistem adalah suatu kerangka dari prosedur yang saling berhubungan yang disusun dengan suatu skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dan perusahaan. Sedangkan prosedur adalah suatu urutan pekerjaan, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi. Ada satu pendapat lagi yang dikemukakan oleh Moscove (dalam Baridwan.1998) yang menyatakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan (entity) yang terdiri atas bagian-bagian (subsitem) yang saling berkaitan dengan tujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Dari kedua pendapat diatas, dapat diketahui bahwa sistem adalah serangkaian prosedur yang saling berhubungan dan disusun untuk melaksanakan suatu aktivitas utama perusahaan. Laporan-laporan yang diperlukan oleh manajemen perusahaan misalnya jumlah laba, kekayaan perusahaan dan persediaan bahan serta informasi hutang dan modal, akan dihasilkan oleh sistem. Sedangkan, prosedur merupakan kegiatan administrasi dalam mencatat transaksi yang terjadi yang memberikan gambaran mengenai penyelenggaraan aktivitas perusahaan.

Oleh karena itu, prosedur dalam suatu sistem mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi sehingga sulit untuk dipisahkan. Sistem pengadaan bahan dan peralatan dapat dianggap sebagai subproyek tersendiri, dimana dalam hal ini manajer proyek dapat dianalogikan dengan koordinator bagian logistik. Dalam pelaksanaan proses pengadaan bahan, pihak kontraktor memerlukan suatu usaha dan sistem pengendalian yang memadai agar dapat mengontrol segala aktifitas yang menyangkut persediaan material (pembelian, pengontrolan persediaan, dan sistem distribusi), dan mengatur aliran material dari supplier melalui perusahaan sampai pada penggunaan akhir di lapangan agar efektivitas dan efisiensi dapat dicapai.

(2)

5

2.2 Sistem Pengendalian

2.2.1 Konsep Dasar Sistem Pengendalian

Definisi pengendalian menurut R.J Mockler (1972), adalah usaha sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar. menganalisis adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar kemudian mengambil tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber daya dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.

Baridwan (1998), menyatakan bahwa Sistem Pengendalian adalah struktur organisasi dan semua cara serta alat yang dikoordinasikan yang digunakan dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi. memajukan efisiensi dalam operasi dan membantu menjaga kebijakan manajemen yang telah ditepkan terlebih dahulu.

Pengendalian harus disusun sedemikian rupa. sehingga memberikan jaminan yang memadai bahwa :

1. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan otoritas manajemen, baik yang bersifat umum ataupun khusus. Kegiatan dibukukan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan perwujudan laporan sesuai dengan prinsip atau kriteria lain yang berlaku bagi laporan dan untuk menyelenggarakan pertanggung- jawaban atas aktivitas perusahaan.

2. Setiap kegiatan yang berkenan dengan aktivitas hanya diperkenankan apabila sesuai dengan otoritas manajemen.

3. Pertanggungjawaban pencatatan aset perusahaan dibandingkan dengan aset yang ada dalam periode waktu tertentu, dan apabila ada selisih maka dapat diambil tindakan yang tepat.

2.2.2Tujuan Sistem Pengendalian

Menurut Mulyadi (2001), tujuan dari sistem pengendalian adalah sebagai berikut:

1. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi. Kekayaan fisik suatu perusahaan dapat dilindungi dengan pengendalian yang memadai.

(3)

6

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data informasi. Pengendalian dirancang untuk memberikan jaminan proses pengolahan data, agar menghasilkan informasi yang teliti dan handal.

3. Mendorong efisiensi, pengendalian ditujukan untuk mencegah duplikasi usaha yang tidak perlu atau pemborosan dalam segala kegiatan usaha.

4. Mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen. Untuk mencapai tujuan perusahaan, manajemen menetapkan kebijakan dan prosedur Struktur pengendailan intern ditujukan untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa kebijakan manajemen dipatuhi oleh karyawan perusahaan.

Mekanisme dari pengawasan sebagai alat pengendalian perusahaan, dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Mengukur hasil kerja

2. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standar dan menentukan perbedaannya bila ada

3. Memperbaiki penyimpangan yang tidak menguntungkan, dengan jalan tindakan pembetulan.

2.2.3 Jenis-jenis Pengendalian Proyek

Menurut Priyanto (2006), dalam sistem pengendalian proyek di samping memerlukan perencanann yang realistis sebagai tolak ukur pencapaian sasaran. Juga, harus dilengkapi dengan berbagai usaha agar tanda-tanda penyimpangan dapat segera diketahui.

1. Pengendalian Biaya (cost control)

Pengendalian biaya meliputi proses-proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek selesai dengan dana yang telah disepakati. Pengendalian biaya tidak hanya merupakan pemantauan/pemonitoran biaya dan perekaman jumlah data, tetapi juga analisis data agar tindakan koreksi dapat dilakukan sebelum terlambat. Pengendalian biaya dilakukan oleh seluruh personil baik dalam struktur organisasi manajemen proyek owner

maupun kontraktor utama. Namun demikian manajemen proyek owner harus bertanggungjawab terhadap pengendalian biaya proyek, termasuk manajemen

(4)

7

pendanaan, persetujuan dan pembayaran tagihan dari kontraktor utama serta pengendalian dana/budget.

2. Pengendalian Jadwal (schedule Control)

Pengendalian jadwal meliputi proses-proses yang diperlukan untuk memastikan penyelesaian pelaksanaan proyek pada tepat waktu. Mengatur pembanguanan proyek dengan waktu yang tepat, sesuai biaya yang disetujui serta perfomance yang baik sangat sulit dilakukan. Adapun pengendalian jadwal pada fase kontruksi adalah jadwal kontruksi, program analisis tenaga kerja, jadwal kerja mingguan dan harian.

3. Pengendalian Material (material control)

Pemakaian material merupakan bagian terpenting yang memiliki persentase yang cukup besar dari total biaya proyek. Oleh karena itu, penggunaan teknik pengendalian material yang baik dan tepat untuk memilih, membeli, mengirim, menerima, menyimpan, mendistribusikan dan menghitung material menjadi sangat penting. Pengendalian material yang mencakup sistem dan komponen utama yang tercakup dalam kontrak harus dilakukan oleh Kontraktor Utama. Kegagalan pengendalian material akan berakibat fatal sehingga terjadi pembengkakkan biaya.

4. Pengendalian Dokumen (document control)

Dokumen yang dimaksud adalah drawing, spesifikasi prosedur, laporan dan sebagainya, untuk mengkomunikasikan informasi antar berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek. Meskipun pengendalian dokumen dilakukan oleh divisi tertentu di dalam suatu organisai proyek, namun Manajer Proyek harus mereview, menyetujui. dan menjaga daftar dokumen-dokumen yang masih berlaku. Dokumentasi ini iuga merupakan bagian dari sistem jaminan mutu. Penyimpanan dokumen yang rapi dan terdokumentasi dengan baik akan memudahkan pelacakan kembali. Untuk hal tersebut di-perlukan adanya identifikasi, status, dan daftar dokumen. Identifikasi dokumen mencakup jenis, judul dan nomor identifikasi dokumen yang dihasilkan, serta kelompok atau personil yang bertanggungjawab terhadap dokumen tersebut. Sedangkan status dokumen berupa dokumen draft atau dokumen final.

(5)

8

5. Pengendalian instalasi dan Pengawasan (Installation and Supervision Control)

Pengendalian instalasi dan pengawasan merupakan tanggung jawab Kontraktor Utama. Owner telah mendelegasikan tanggung jawab instalasi dan pengawasan kepada Kontraktor Utama. Namun demikian owner tetap melakukan pengawasan terhadap kerja Kontraktor Utama.

6. Pengendalian Kontruksi (Contruction Control)

Peran dan tanggung jawab owner tergantung pada seberapa besar bagian proyek yang telah didelegasikan kepada Kontraktor Utama. Hal resebut tergantung pada tipe kontrak dan tanggung jawab manajemen proyek.

7. Pengendalian Mutu (Qualiity Control)

Manajemen Mutu proyek meliputi proses-proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Manajemen mutu meliputi seluruh kegiatan dari fungsi manajemen keseluruhan yang menentukan kebijakan mutu, sasaran, dan tanggung jawab serta melaksanakan kegiatan seperti rencana mutu, jaminan mutu, kendali mutu, peningkatan mutu dan sistem mutu. Jaminan mutu dan kendali mutu harus dilakukan pada fase pra-kontak sebagai bagian dari spesifikasi penawaran dan juga pada pengadaan material dan peralatan. Masing-masing struktur organisasi manajemen proyek yang terlibat sebagai partner pelaksana proyek, mempunyai kewajiban menyusun sistem manajemen mutu masing-masing dan melaksanakan sesuai dengan ruang lingkup pekerjaanya. Owner

bertanggung jawab penuh terhadap efektifitas seluruh kegiatan program jaminan mutu.

8. Perizinan (licensing)

Owner bertanggung jawab terhadap pengajuan izin kontruksi dan izin operasi.

2.3 Unsur Sistem Pengendalian Pengadaan

Dari beberapa definisi pengendalian intern yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa komponen atau unsur-unsur dari sistem pengendalian pengadaan, yaitu :

(6)

9

1. Rencana Organisasi

2. Metode-metode dan ketentuan yang dikoordinasikan, dan dianut dalam perusahaan untuk melindungi aset perusahaan.

3. Kebijaksanaan yang telah ditetapkan harus ditaati, dan adanya praktek-prektek yang sehat dalam organisasi.

Komponen pengendalian tersebut memegang peranan penting dalam menunjang berhasilnya pengendalian dalam perusahaan. Lemahnya salah satu unsur unsur terscbut diatas dapat berakibat sulitnya mengamankan dan melindungi harta milik perusahaan.

Mulyadi (2001) mengemukakan bahwa kriteria unsur pokok pengendalian yang memadai adalah sebagai berikut:

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang cukup memberikan perlindungan terhadap kekayaan perusahaan, hutang pendapatan, dan biaya. 3. Praktek-praktek yang sehat dijalankan di dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

tiap-tiap bagian dalam organisasi.

4. Mutu karyawan yang sesuai dengan tanggung jawab mereka.

Baridwan (1998), juga menambahkan kriteria pokok pengendalian yang telah dikemukakan oleh Mulyadi dengan ciri tambahan yaitu melalui laporan, budged

atau standard, dan staff internal auditing, dalam melaksanakan pengawasan tambahan pada sistem pengendalian suatu organisasi.

2.4 Siklus pengadaan Bahan

Dalam hubunganya dengan pengendalian dan penanganan bahan, Mulyadi (2001) menguraikan bahwa pengendalian atas pengadaan bahan menyangkut hampir semua fungsi pembelian, fungsi penerimaan, fungsi pergudangan, dan fungsi pengeluaran bahan dari gudang. Pengendalian atas persediaan bahan dilaksanakan melalui proses yang saling berhubungan dan mempengaruhi, dimulai dari adanya kebutuhan bahan dari bagian proyek dalam aktivitas, kemudian dilanjutkan pada aktivitas pembelian, penerimaan, pergudangan, dan pengeluaran bahan dari gudang dan penjualan. Dengan didukung oleh beberapa formulir yang

(7)

10

digunakan sebagai otorisasi pelaksanaan suatu kegiatan suatu kegiatan pada beberapa bagian yang terkait dan terlibat dalam pengendalian intern persediaan bahan. Untuk lebih jelasnya masing-masing kegiatan tersebut diuraikan dalam beberapa prosedur yaitu :

1. Prosedur permintaan pembelian:

a. Transaksi pembelian didahului dengan diterimanya surat permintaan pembelian 2 (dua) lembar, dari bagian gudang yang isinya meminta kepada bagian pembelian untuk membeli bahan yang diperlukan sehubumgan dengan telah minimnya jumlah stok bahan tersebut.

b. Mengirim lembar pertama kepada bagian pembelian. c. Mengarsip lembar kedua menurut nomor urut tercetak.

2. Prosedur pembelian

a. Menerima surat permintaan pembelian dari bagian gudang.

b. Membuat surat permintaan penawaran harga (SPPH) yang dikirimkan kepada supplier.

c. Menerima surat penawaran harga dari supplier

d. Membuat perbandingan harga atas dasar surat penawaran harga yang diterima dari supplier.

e. Memilih supplier berdasarkan perbandingan penawaran harga.

f. Membuat surat order pembelian (SOP) untuk supplier yang dipilih, sebanyak tujuh lembar.

g. Mendistribusikan surat order pembelian (SOP) kepada : - Lembar pertama dan kedua:

Dikirimkan kepada supplier yang dipilih. Lembar kedua setelah ditandatangani oleh pihak supplier, diminta untuk dikirimkan kembali ke perusahaan sebagai bukti penerimaan order pembelian.

- Lembar ketiga:

Dikirimkan ke bagian penerimaan, guna memberi otorisasi kepada bagian tersebut untuk menerima barang dari supplier, sesuai dengan spesifikasi yang telah dicantumkan dalam dokumen tersebut.

(8)

11

- Lembar keempat:

Dikirim ke bagian hutang, untuk pemberitahuan bahwa perusahaan memiliki kewajiban terhadap supplier yang tercantum dalam dokumen tersebut.

- Lembar kelima:

Dikirim ke bagian bahan (dalam hal ini bagian gudang), sebagai pemberitahuan bahwa barang yang diminta sudah diproses pemesananya.

- Lembar keenam:

Diarsipkan menurut nama supplier, sebagai referensi silang. - Lembar ketujuh:

Disimpan dalam arsip menurut tanggal penerimaan yang diharapkan. Arsip lembar ketujuh ini dilampiri dengan surat permintaan pembelian lembar pertama, serta perbandingan harga. Arsip ini digunakan oleh bagian pembelian untuk mengikuti order pembelian yang telah dibuatnya. Bagian pembelian bertanggung jawab membuat order pembelian sampai diterimanya bahan yang dipesan.

h. Menerima laporan penerimaan barang lembar pertama dari bagian penerimaan, dan mencatat tanggal penerimaan bahan, kedalam arsip order pembelian yang diterima.

i. Mengirimkan laporan penerimaan barang ke bagian hutang. j. Menerima faktur dari supplier.

k. Memeriksa faktur dari supplier untuk menentukan apakah telah benar dalam pencatuman harga, kuantitas, serta telah memenuhi syarat pembelian yang tercantum dalam (SOP).

l. Mengirimkan faktur ke bagian hutang.

3. Prosedur penerimaan barang:

a. Menerima SOP lembar ketiga dari bagian pembelian

b. Mengecek bahan yang diterima, baik kuantitas maupun kualitasnya berdasarkan informasi dalam SOP lembar ketiga.

(9)

12

- Lembar pertama: dikirim ke bagian hutang via bagian pembelian - Lembar kedua: dikirim ke bagian gudang bersama dengan bahan yang

dipesan.

- Lembar ketiga: disimpan dalam arsip menurut nomor urut tercetak laporan penerimaan bahan, dilampiri SOP lembar ketiga dan surat pengantar dari supplier.

4. Bagian Hutang:

a. Menerima SOP lembar keempat dari bagian pembelian.

b. Menerima laporan faktur dari supplier, laporan penerimaan bahan dan SOP, untuk menentukan apakah tagihan yang diterima dari supplier adalah untuk bahan yang diterima perusahaan dan untuk bahan yang dipesan oleh perusahaan.

c. Membuat bukti kas keluar sebanyak tiga lembar

d. Mencatat bukti kas keluar ke dalam register bukti kas keluar.

e. Mengirim bukti kas keluar ke bagian kartu persediaan dan kartu biaya. f. Mengarsipkan bukti kas keluar lembar pertama dan ketiga, beserta

dokumen pendukungnya (faktur dari supplier, SOP, dan laporan penerimaan bahan) ke dalam arsip bukti kas keluar yang belum dibayar menurut jatuh tempo faktur.

5. Bagian kartu persediaan dan kartu biaya:

a. Menerima bukti kas keluar lembar kedua dari bagian hutang b. Mencatat bahan yang dibeli dalam kartu persediaan.

c. Menyimpan bukti kas keluar dalam arsip menurut nomor urutnya.

6. Prosedur penyimpanan barang:

Dalam prosedur ini, bagian guadang diberikan tanggung jawab untuk menyimpan persediaan yang dimiliki perusahaan. Tanggung jawab tersebut meliputi penetapan cara-cara pengendalian fisik yang dibutuhkan. Semua jenis persediaan yang disimpan di guadang, diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada bahan yang dikeluarkan dari gudang tanpa dilengkapi dengan surat

(10)

13

atau dokumen pendukung seperti surat permintaan pengeluaran bahan. Untuk itu dilakukan prosedur amtara lain:

a. Barang-barang yang disimpan dalam gudang dibuatkan satu kartu barang dan dicatat dalam kartu gudang. Didalamnya dicatat mengenai kuantitasnya saja, meliputi kuantitas dikeluarkan berdasarkan atas dokumen permintaan pengeluaran barang dan kuantitas tersisa.

b. Jika ada persediaan barang yang telah mencapai titik minimum, maka perlu dilakukan pemesanan dengan dibuatkan surat permintaan pembelian kepada bagian pembelian.

c. Sebelum permintaan ditandatangani dan diserahkan, terlebih dahulu dilakukan perhitungan fisik bahan di gudang terhadap persediaan yang telah mencapai titik minimum tersebut.

7. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang di gudang:

Dalam penyelenggaraan persediaan bahan dan pengeluaran persediaan dari gudang oleh suatu perusahaan, perlu digunakan prosedur yang tepat agar tercapai suatu pengendalian atas persediaan yang memadai. Prosedur permintaan dan pengeluaran bahan dari gudang yang dikemukakan Mulyadi (2001), adalah sebagai berikut:

a. Bagian logistik:

- Membuat bukti permintaan dan pengeluaran bahan dari gudang sebanyak 3 lembar, sesuai dengan daftar kebutuhan bahan.

- Menyerahkan 3 lembar bukti permintaan dan pengeluaran barang dari gudang kepada bagian gudang tersebut.

- Menerima barang disertai bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang, menurut nomor urutnya.

b. Bagian gudang:

- Menerima 3 lembar bukti permintaan dan pengeluaran barang di gudang, dari bagian logistik.

- Mengisi kuantitas barang yang akan diserahkan kepada bagian penjualan pada bukti permintaan dan pengeluaran bahan gudang. - Menyerahkan bahan kepada bagian logistik.

(11)

14

- Mencatat bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang, pada lembar pertama dalam kartu gudang.

- Mendistribusikan bukti permintaan dan pengeluaran barang dari gudang sebagai berikut:

Lembar I : diserahkan ke bagian kartu persediaan dan kartu biaya Lembar II : diserahkan ke bagian logistik bersamaan dengan

penyerahan bahan.

Lembar III : diarsipkan oleh bagian gudang, menurut nomor urut bukti permintaan dan pengeluaran bahan dari gudang. c. Bagian kartu persediaan dan kartu biaya:

- Menerima bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang, lembar pertama dari bagian gudang.

- Mengisi harga pokok bahan pada bukti permintaan dan pengeluaran barang dalam kartu harga pokok bahan.

- Menyerahkan bukti permintaan dan pengeluaran barang, ke bagian jurnal, buku besar, dan laporan.

d. Bagian jurnal, buku besar, dan laporan:

- Menerima bukti permintaan dan pengeluaran barang lembar pertama, dari bagian kartu persediaan dan kartu biaya.

- Mencatat pemakaian bahan menurut bukti permintaan dan pengeluaran barang, kedalam jurnal pemakaian barang.

- Mengarsipkan bukti permintaan dan pengeluaran barang lembar pertama, menurut nomor urutnya.

- Mencatat penerimaan yang terjadi.

Untuk lebih singkatnya, akan digambarkan dalam flowchart pada halaman berikutnya:

(12)

15 Prosedur permintaan pembelian Prosedur pembelian Prosedur penerimaan barang

Catatan:

SOP : Surat Order Pembelian

SPH : Surat Penawaran harga

Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi

Gambar 2.1 Flowchart Pembelian dan Penerimaan barang menurut referensi Mulyadi Bagian Gudang Mengirim Surat Permintan Pembelian kepada Bagian Pembelian Bagian Pembelian Permintaan pembelian dari bagian Gudang Bagian pembelian Memilih dan memutuskan supplier,

serta membuat SOP kemudian mendistribusikanya kepada: supplier, Bag.

Penerimaan. Bag. Administrasi Membuat SPH, dan dikirim ke supplier Menerima penawaran harga dari supplier

SOP dari Bag. Pembelian

Bagian Penerimaan Barang

Cek kondisi barang, dan membuat Laporan Penerimaan Barang, kemudian mendistribusikanya ke bag. Hutang, Bag. Gudang

dan arsip Bagian Hutang Menerima SOP dari Bag. Pembelian, dan faktur dari supplier

Membuat bukti kas keluar dan mendistribusikanya ke Bag. Kartu Persediaan &

Kartu Biaya, serta arsip

Bag. Kartu Persediaan & kartu Biaya Mencatat bahan yang dibeli

kedalam kartu Persediaan dan mengarsipkan Bukti kas

(13)

16

Prosedur penyimpanan barang Prosedur permintaan dan pengeluaran barang dari gudang

Catatan :

BPPBG : Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang

Sumber : Sistem Akuntansi, Mulyadi Gambar 2.2 Flowchart Permintaan dan Pengeluaran Barang Menurut Referensi Mulyadi Bagian Gudang

Barang-barang dicatat pada Kartu

Gudang, untuk kemudian disimpan

dalam gudang

Bagian Logistik

Membuat Bukti Permintaan Pengeluaran barang gudang kemudian didistribusikan ke

Bagian Gudang

Bagian Gudang

Menyerahkan barang disertai Bukti Permintaan

Pengeluaran Barang Gudang ke Bagian Logistik

Mendistribusikan BPPBG pada kartu Gudang,

Bagian Kartu Persediaan dan Kartu Biaya

Menyerahkan BPPBG kepada Bag. Administrasi (jurnal, Buku besar, dan laporan) untuk kemudian dicatat

(14)

17

2.5 Pengertian Perusahaan Kontraktor

Perusahaan kontraktor dapat didefinisikan sebagai orang atau badan usaha yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang ditetapkan berdasarkan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat yang ditetapkan (Ervianto, 2002). Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan. Perusahaan kontraktor dalam manajemen konstruksi meliputi empat tingkatan hierarki, yaitu tingkat organisasi, tingkat proyek, tingkat operasional, dan tingkat penugasan kerja (Halpin dan Rigss, 1992). Tingkatan organisasi dan proyek terfokus pada komponen fisik proyek, sedangkan pada tingkatan operasional dan penugasan lebih terfokus pada proses pelaksanaan di lapangan. Oleh sebab itu, setiap tingkatan yang ada membutuhkan sumber daya manusia yang berbeda-beda.

1. Tingkat Organisasi

Tingkat organisasi berhubungan dengan berbagai macam fungsi manajemen perusahaan yang di antaranya membentuk interaksi di antara kantor pusat (head office) dan bagian lapangan (field agents). Keputusan yang diambil pada tingkat organisasi berhubungan dengan penawaran proyek dan perekrutan personal dalam perusahaan.

2. Tingkat Proyek

Tingkatan ini didominasi oleh tujuan utama dari suatu proyek, yaitu pengendalian biaya, waktu, dan sumber daya alam. Peran manajer proyek sangat dibutuhkan dalam tingkatan ini. Selain itu, jenis-jenis pekerjaan seperti perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek menjadi hal utama yang harus diperhatikan.

3. Tingkat Operasional

Tingkat operasional berhubungan dengan teknologi dan metode pelaksanaan konstruksi. Tingkatan ini terfokus pada pelaksanaan proyek di lapangan. Biasanya, operasional konstruksi merupakan hal yang kompleks dan mencakup berbagai proses, yang mana setiap proses tersebut

(15)

18

menggunakan teknologi yang berbeda beda dengan penugasan kerja yang berurutan.

4. Tingkat Penugasan

Tingkat penugasan berhubungan dengan identifikasi dan penugasan para personel untuk pekerjaan yang ada di lapangan (field agents) sehingga dalam tingkat ini keahlian pekerja perlu diperhatikan.

2.6 Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi (kontraktor)

Penggolongan kualifikasi usaha jasa perencana konstruksi dan usaha jasa pengawas konstruksi didasarkan pada kriteria tingkat / kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan usaha, kemampuan melakukan perencanaan dan pengawasan pekerjaan berdasarkan kriteria resiko, kriteria penggunaan teknologi serta kriteria besaran biaya (nilai proyek/nilai pekerjaan). Berikut penjelasan kualifikasi dengan membagi kedalam gred ,diantaranya sebagai berikut (LPJK Nomor 11, 2006) : 1. Kontraktor dengan kualifikasi usaha kecil terdiri dari :

a. Karakteristik kontraktor dengan kualifikasi gred 2 adalah : - Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan.

- Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-300 juta. - Memiliki kekayaan bersih 50-600 juta.

- Penanggung jawab badan usaha 1 orang.

- Penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keterampilan kerja pengalaman 2 tahun.

- Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau penunjukan langsung.

- Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana, dan tidak memerlukan tenaga ahli.

b. Karakteristik kontraktor dengan kualifikasi gred 3 adalah : - Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan.

(16)

19

- Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-600 juta. - Memiliki kekayaan bersih 100-800 juta.

- Penanggung jawab badan usaha 1 orang.

- Penanggung jawab teknik satu orang, berpendidikan S1, bersertifikat keterampilan kerja, pengalaman 5 tahun.

- Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau penunjukan langsung.

- Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana, dan tidak memerlukan tenaga ahli.

c. Karakteristik kontraktor dengan kualifikasi gred 4 adalah : - Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan.

- Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-1 Milyar. - Memiliki kekayaan bersih 400 juta- 1 Milyar. - Penanggung jawab badan usaha 1 orang.

- Penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keterampilan kerja pengalaman 10 tahun.

- Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau penunjukan langsung.

- Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana, dan tidak memerlukan tenaga ahli.

2. Kontraktor dengan kualifikasi usaha menengah terdiri dari : a. Karakteristik kontraktor dengan kualifikasi gred 5 adalah :

- Dapat mengerjakan 5 (lima) paket pekerjaan .

- Dapat mengerjakan proyek dengan nilai > 1 Milyar – 10 Milyar.

(17)

20

- Memiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang.

- Penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keterampilan kerja dan pengalaman kerja minimal 2 tahun.

- Penanggung jawab bidang 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keterampilan kerja dan pengalaman kerja minimal 2 tahun.

- Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau penunjukan langsung.

- Kriteria resiko sedang dan teknologi madya, mencakup

pekerjaan konstruksi yang dalam pelaksanaannya

membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan sedikit peralatan berat, serta memerlukan sedikit tenaga ahli. - Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi

usaha kecil minimal 3 (tiga) paket pekerjaan dalam 7 tahun terakhir.

3. Kontraktor dengan kualifikasi usaha besar terdiri dari :

a. Karakterikstik kontraktor dengan kualifikasi gred 6 adalah : - Dapat mengerjakan 8 (delapan) paket pekerjaan.

- Dapat mengerjakan proyek dengan nilai > 1 Milyar – 25 Milyar.

- Memiliki kekayaan bersih 3 Milyar – 25 Milyar. - Memiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang.

- Penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 5 tahun.

- Penanggung jawab bidang 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 5 tahun.

(18)

21

- Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau penunjukan langsung.

- Kriteria resiko tinggi dan teknologi tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yang dalam pelaksanaannya beresiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan banyak peralatan berat, serta memerlukan banyak tenaga ahli dan tenaga terampil.

- Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi usaha menengah minimal 3 (tiga) paket pekerjaan dalam 7 tahun terakhir.

- Memiliki organisasi badan usaha, memiliki devisi terpisah untuk perencanaan, operasional, keuangan, dan administrasi personalia.

b. Karakteriktik kontraktor dengan kualifikasi gred 7 adalah :

- Dapat mengerjakan 8 (delapan) atau (1,2N) N = jumlah paket terbanyak yang dapat ditangani pada saat bersamaan selama kurun waktu 7 tahun terakhir.

- Dapat mengerjakan proyek dengan nilai > 1 Milyar – tak terbatas.

- Memiliki kekayaan bersih 10 Milyar – tak dibatasi. - Memiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang.

- Penanggung jawab teknik 1 orang, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 8 tahun.

- Penanggung jawab bidang 1 orang, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 8 tahun.

- Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau penunjukan langsung.

- Kriteria resiko tinggi dan teknologi tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yang dalam pelaksanaannya beresiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan

(19)

22

banyak peralatan berat, serta memerlukan banyak tenaga ahli dan tenaga terampil.

- Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi usaha besar minimal 3 (tiga) paket pekerjaan dalam 7 tahun terakhir.

- Memiliki organisasi badan usaha, memiliki devisi terpisah untuk perencanaan, operasional, keuangan, dan administrasi personalia

- Badan usaha yang memiliki sertifikat ISO.

2.7 Struktur Organisasi pada Perusahaan Kontraktor

Pengorganisasian merupakan suatu tindakan yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan dan merupakan salah satu fungsi manajemen dalam pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta penentuan hubungan antara satuan organisasi. Pengorganisasian ini bertujuan agar tugas dapat dilaksanakan dengan lancar, tertib dan dapat terwujud hubungan antara pimpinan dengan karyawan secara harmonis.

Dengan kata lain struktur organisasi dapat tergambar secara jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan bagian-bagian dalam perusahaan. Struktur organisasi diperlukan untuk tercapainya suatu tujuan perusahaan dan tercapainya suatu sistem pengendalian yang efektif dengan memberdayakan semua unsur sumber daya yang dimiliki proyek (5 M) yaitu Man, Material, Machine, Methods, Money dalam satu gerak dan arah untuk mewujudkan tujuan proyek.

Tugas dan wewenang dalam struktur organisasi pada perusahaan kontraktor, adalah sebagai berikut:

1. Direktur

- Sebagai pimpinan tertinggi yang bertanggung jawab atas kelancaran dan pelaksanaan kegiatan perusahaan, mengkoordinir serta membimbing kegiatan perusahaan sehari-hari.

- Mempertanggungjawabkan semua kewajiban yang menyangkut rugi laba perusahaan, produksi, keuangan dan pemasaran.

(20)

23

2. Finance Direktur

- Menangani semua masalah yang menyangkut segi dana, dengan cara merencanakan, mengatur dan mengawasi penerimaan dan pengeluaran dana sehubungan dengan transaksi-transaksi yang terjadi.

- Menyediakan informasi kepada bagian-bagian yang lain mengenai kedudukan keuangan perusahaan.

- Mengevaluasi laporan tahunan. 3. General Manager

General Manager diangkat oleh Direktur untuk memimpin langsung proyek induk dan tetap standby di site office. General Manager juga berfungsi sebagai wakil dari pihak pemilik untuk memimpin dan mengawasi pelaksanaan proyek. 4. Manager

Tugas seorang manager adalah bagaimana mengintegrasikan berbagai macam variabel (karakteristik, budaya, pendidikan dan lain sebagainya) kedalam suatu tujuan organisasi yang sama dengan cara melakukan mekanisme penyesuaian sebagai berikut:

- Pengarahan (direction) yang mencakup pembuatan keputusan, kebijaksanaan, supervisi, dan lain-lain.

- Rancangan organisasi dan pekerjaan.

- Seleksi, pelatihan, penilaian, dan pengembangan. - Sistem komunikasi dan pengendalian.

5. Marketing

- Menyusun program dan strategi pemasaran, baik jangka pendek maupun jangka panjang sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditentukan oleh perusahaan.

- Menawarkan produk perumahan melalui media elektronik, media cetak, maupun presentasi ke instansi-instansi baik pemerintah maupun swasta serta pameran.

6. Surveyor

Bertugas untuk melakukan pengukuran dan pemetaan tanah pada kawasan yang akan dikembangkan, sehingga dihasilkan berbagai data yang diperlukan

(21)

24

dalam proses perencanaan baik berupa peta kontur tanah maupun bentuk kawasan yang akan dikembangkan.

7. Arsitek

Bertugas untuk melakukan perancangan pengembangan kawasan sesuai dengan spesifikasi dan batasan-batasan yang telah ditentukan diatas tanah yang dikembangkan dengan menggunakan data-data yang dihasilkan dan telah diolah oleh surveyor. Arsitek juga mempunyai tugas untuk membuat perancangan design rumah sesuai konsep yang diinginkan oleh Developer. 8. Drafter

Bertugas untuk membantu arsitek merealisasikan hasil rancangan pengembangan kawasan sehingga dapat berfungsi sesuai keinginan semua pihak.

9. Pelaksana

Pelaksana mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

- Bertanggung jawab atas kelancaran pekerjaan yang menjadi kewajibannya. - Mempelajari gambar dan spesifikasi proyek.

- Melakukan persiapan lapangan, termasuk pengukuran.

- Membuat laporan realisasi quantity pekerjaan yang telah dilaksanakan. - Memberikan perintah kepada pembantu pelaksana / mandor.

- Dapat membuat opname borongan.

- Membuat rekapitulasi kebutuhan material di proyek.

Pelaksana juga berkewajiban memberikan usulan kepada pemilik apabila menjumpai beberapa kesulitan dalam pelaksanaan.

10. Logistik

Uraian tugas seorang staf logistik proyek adalah :

- Mempelajari spesifikasi material dan jadwal penggunaan material.

- Membuat jadwal pengadaan material, berdasarkan jadwal penggunaannya. - Melakukan pengadaan material sesuai jadwal.

11. Gudang

Tugas staf gudang adalah :

- Menyimpan barang yang telah dibeli dan mengaturnya dengan baik agar barang dapat keluar secara teratur

(22)

25

- Membuat laporan mengenai stock barang

- Mengeluarkan barang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan proyek - Memberi informasi sedini mungkin atas produk yang sudah mencapai

persediaan yang minimum. 12. Pengawas

Mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

- Mengawasi laju pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik dari segi kualitas bahan bangunan serta pelaksanaaannya.

- Mengawasi ketepatan waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik.

- Bertanggung jawab atas hasil pekerjaan kepada Owner/pemilik proyek. - Memberikan persetujuan mengenai laporan harian, bulanan serta laporan

pekerjaan tambahan maupun pekerjaan kurang dan penyelesaian keuangan yang diakibatkannya.

13. Administrasi

Tugasnya meliputi admin, logistik, dan lainnya yang mendukung pelaksanaan administasi berjalan lancar.

Tugas detailnya yaitu :

- Menjaga dan mengupdate informasi administasi mulai dari office supply,

stationaries.

- Mempersiapkan arrangement meeting detail, absensi staff, serta melakukan hal-hal seperti surat menyurat dengan staf lainya.

14. Keuangan

Tugas bagian keuangan adalah :

- Bertanggung jawab atas penerimaan dan pembayaran yang terjadi. - Melakukan dan membuat laporan perhitungan pajak.

2.8 Struktur Organisasi pada Proyek Konstruksi 1. Kepala Proyek (Project Manager)

a. Tujuan umum dari jabatannya adalah terselenggaranya kegiatan operasional dan administrasi proyek dengan menggunakan sumber daya

(23)

26

perusahaan secara optimal untuk mengahsilkan citra dan laba perusahaan.

b. Tugas,wewenang, dan tanggung jawab :

1) Melakukan pengendalian seluruh kegiatan pelaksanaan proyek, baik teknis maupun administrasi.

2) Mengelola keselamatan, kesehatan kerja, & lingkungan (K3L) di lingkungan proyek.

3) Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan proyek. 4) Menyusun laporan pelaksanaan proyek.

5) Mengeluarkan dana sebatas untuk keperluan proyek.

6) Mengatur dan mengkoordinasikan semua aktivitas pada semua tingkatan di proyek dengan pihak ekstern.

2. Pelaksana K3L

3. Administrasi Keuangan dan Umum

a. Tujuan umum adalah terlaksananya kegiatan dalam bidang administrasi dan keuangan di proyek.

b. Tugas, wewenang dan tanggung jawab

1) Melaksanakan tata usaha keuangan proyek, meliputi bidang kebendaharaan, pembukuan/akuntansi dan perpajakan.

2) Menyusun rencana kebutuhan alokasi dana (bulanan) berdasarkan rencana produksi dan atau rencana kebutuhan bahan yang disusun oleh bagian operasi.

4. Pengawas Mutu

a. Tujuan umum dari jabatannya adalah mengawasi segala kegiatan yang berlangsung selama pelaksanaan proyek.

b. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab :

1) Melaksanakan penyusunan dan pemeliharaan dokumen sistem manajemen mutu yang terdiri dari atas prosedur dan petunjuk kerja.

2) Memonitor dan melaporkan perkembangan penyusunan, penerapan, dan pemeliharaan sistem mutu.

(24)

27

4) Mengusulkan penyempurnaan prosedur yang ada kepada kepala proyek.

5. Site Manager

a. Tujuan umum dari jabatannya adalah terlaksananya kegiatan administrasi operasi, termasuk pengawasan dan pengendalian operasional proyek, sehingga rencana pendapatan, biaya, dan kontribusi proyek dapat tercapai.

b. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab :

1) Menyiapkan dan melengkapi metode kontruksi dan program mingguan untuk kegiatan pelaksanaan proyek.

2) Membuat jadwal waktu pelaksanaan proyek. 3) Menyiapkan laporan penyelesaian akhir proyek.

4) Melaksanakan inventarisasi peralatan, termasuk kendaraan proyek.

6. Bagian Teknik

a. Tujuan umum dari jabatannya adalah terlaksananya segala kegiatan teknis pada pelaksanaan proyek.

b. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab :

1) Menyiapkan gambar kerja untuk pedoman pelaksanaan di lapangan dan mengendalikanya.

2) Menyiapkan dan menyusun RAPK ( Rencana Anggaran Proyek Kendali)

3) Menyusun cash flow

4) Menyiapkan laporan evaluasi hasil pelaksanaan mengenai biaya, mutu, waktu secara berkala.

5) Menyiapkan dan menyusun Variation Order ( Pekerjaan Tambah – Kurang)

6) Membuat jadwal pengadaan bahan dan peralatan pada proyek. 7) Menyelenggarakan pembelian bahan yang di telah diputuskan

oleh Project Manager sesuai dengan jadwal pengadaan bahan dan prosedur pembelian.

(25)

28

8) Mengontrol dan mengevaluasi pekerjaan di lapangan serta mengatasi permasalahan teknis di lapangan.

7. Administrasi Teknik dan Logistik

a. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengadaan barang/bahan dan inventaris perusahaan, serta pengelolaan dan persediaan peralatan untuk operasional proyek. Tugas-tugas administrasi teknik dan logistik adalah :

1) Mencari supplier dan mengevaluasi supplier yang memenuhi persyaratan.

2) Membuat daftar supplier yang terseleksi.

3) Melakukan pengadaan barang/bahan yang telah disetujui oleh pihak yang berwenang.

4) Memonitor barang yang telah dibeli. 5) Membuat laporan nilai persediaan bahan.

6) Membuat daftar dan memonitor penggunaan barang-barang inventaris perusahaan.

7) Melaksanakan mobilisasi dan demobilisasi peralatan sesuai dengan sumber dan jadwal penggunannya.

8) Membantui meningkatkan produktivitas alat pada proyek. 8. Surveyor

9. Pelaksana lapangan

a. Tujuan umum adalah terlaksananya pekerjaan fisik di lapangan sesuai dengan jadwal, mutu dan biaya serta persyaratan yang telah ditetapkan.

b. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab :

1) Memahami gambar rencana, metode kontruksi dan spesifikasi dengan persyaratan waktu, mutu, dan biaya yang telah ditetapkan.

2) Menyusun program kerja mingguan.

3) Mengadakan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan pekerjaan.

(26)

29

4) Selalu mencari alternative kerja yang lebih baik agar hasil kerja lebih efisien.

5) Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan persyaratan waktu, mutu dan biaya yang telah ditetapkan.

10.Pelaksana Alat

a. Bertanggung jawab atas terselenggarnya tugas-tugas pengelolaan dan persediaan peralatan yang dapat mendukung kelancaran pekerjaan operasional proyek. Tugas-tugas dari pelaksana alat antara lain:

1) Melaksanakan survey tentang sumber bahan dan peralatan. 2) Melaksanakan mobilisasi dan demobilisasi peralatan sesuai

dengan sumber dan jadwal penggunaanya.

(27)

30

STRUKTUR ORGANISASI PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR

Gambar 2.3 Struktur organisasi pada perusahaan kontraktor

Sumber :Darma, W (2012) Direktur Manager Komisaris Drafter Logistik Monitoring Sekretaris Pelaksana lapangan Arsitektur Engineer Estimator

(28)

31

STRUKTUR ORGANISASI PADA PROYEK KONSTRUKSI

Gambar 2.4 Struktur organisasi pada proyek konstruksi

Sumber : Sukma, P (2010) Project Manager

Q/C Supervisor Site manager

Kepala logistik

Adm. Teknik/Logistik Surveyor Kepala lapangan

Adm. Keuangan & Umum

Kepala pelaksana Bag. Struktur Kepala pelaksana Bag. Arsitektur Kepala pelaksana Bag. ME Pelaksana Bag. ME Pelaksana Bag. Struktur Pelaksana Bag. Arsitektur Kepala Administrasi Kurir

(29)

32

2.9 Pengukuran Kinerja Sistem

Pengukuran kinerja sistem dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang selanjutnya dianalisis secara Deskriptif dengan Skala Guttman dan secara Inferensia dengan Uji-t.

2.9.1 Daftar Pertanyaan (Kuesioner)

Daftar pertanyaan (kuesioner) adalah salah satu alat untuk mengumpulkan data. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap. Menurut Nazir (1988), secara umum isi dari kuesioner dapat berupa :

1. Pertanyaan tentang fakta, yaitu berisi fakta-fakta yang dianggap dikuasai oleh responden. Fakta-fakta tersebut bisa saja berhubungan dengan responden, dengan suatu keadaan, atau dengan orang-orang yang dikenal oleh responden tersebut.

2. Pertanyaan tentang pendapat (opinion), yaitu pertanyaan mengenai pendapat, baik tentang suatu keadaan atau tentang situasi. Pertanyaan tentang pendapat relatif lebih sukar dijawab oleh responden dibandingkan pertanyaan berupa fakta.

3. Pertanyaan tentang persepsi diri, yaitu berisi cara responden menilai sesuatu tentang perilakunya sendiri, dalam hubungannya dengan orang lain atau lingkungannya.

Dalam membuat daftar pertanyaan untuk kuesioner ada beberapa petunjuk penting, antara lain :

1. Jangan menggunakan perkataan-perkataan yang sulit 2. Jangan gunakan pertanyaan yang bersifat terlalu umum 3. Hindarkan pertanyaan yang bermakna ganda

4. Jangan gunakan kata-kata yang samar

5. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti

6. Hindarkan pertanyaan yang berdasarkan presumasi (pertanyaan yang bersandarkan kepada anggapan bahwa responden termasuk dalam kategori yang mempunyai sifat yang ingin ditanyakan)

(30)

33

8. Hindarkan pertanyaan yang memerlukan ingatan yang kuat dari responden.

2.9.2 Rumus Slovin

Dalam sebuah penelitian, perlu diketahui besarnya sampel yang akan digunakan. Besarnya sampel ini tergantung dari beberapa hal, yaitu :

1. Derajat keseragaman (degree of homogeinity) dari populasi 2. Tingkat ketelitian analisis yang dikehendaki dalam penelitian 3. Rencana analisis

4. Tenaga, biaya, dan waktu yang tersedia

Salah satu metode yang dapat dipakai untuk menetukan jumlah sampel ini adalah metode purposive sampling. Dalam metode ini besarnya sampel ditentukan dengan mempertimbangkan tujuan penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan terlebih dahulu. Dimana besarnya sampel yang akan digunakan dihitung dengan menggunakan rumus Slovin berikut :

( ) ……….. (persamaan 2.1) dimana :

- n adalah jumlah sampel - N adalah jumlah populasi - e adalah tingkat presisi

2.9.3 Skala Guttman

Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini memiliki beberapa ciri penting, yaitu :

1. Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang mengiyakan pertanyaan yang berbobot lebih berat, maka ia juga akan mengiyakan pertanyaan atau pertanyaan yang kurang berbobot lainnya.

2. Skala Guttman ingin mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang multi dimensi.

Cara membuat skala guttman :

1. Menyusun sejumlah pertanyaan yang relevan dengan masalah yang ingin diselidiki

(31)

34

2. Melakukan permulaan penelitian terhadap responden yang dapat mewakili populasi yang akan diteliti

3. Menganalisis jawaban yang diperoleh, yaitu dengan memberikan skor (nilai) tertinggi sebesar 1 (satu), dan skor terendah sebesar 0 (nol)

Untuk menganalisis jawaban yang diperoleh, digunakan perhitungan distribusi frekwensi sebagai berikut :

1. Jumlah pertanyaan yang ada pada kuesioner sebanyak n Skor tertinggi untuk setiap pertanyaan adalah 1, dan skor terendah 0 ( berdasarkan teori Guttman). Jadi :

Total skor tertinggi (x) = 1 x n ………( persamaan 2.2) Total skor terendah (y) = 0

2. Menentukan besarnya range skor, berdasarkan selisih dari total skor tertinggi dengan total skor terendah yang dicapai sebagai berikut:

Range skor = x – y ……….. (persamaan 2.3) 3. Setelah diketahui range skor, selanjutnya menentukan besarnya interval nilai,

berdasarkan perbandingan antara range skor nilai dengan jumlah kriteria penilaian. Dalam penelitian ini, digunakan 3 (tiga) kriteria penilaian : memadai (M), cukup memadai (CM), tidak memadai (TM), sehingga formulasi interval kelas (C) adalah :

………. (persamaan

2.4)

Jawaban dari responden diharapkan sudah diwakili oleh ketiga kriteria tersebut. Selain itu, dengan ditetapkannya kriteria tersebut penelitian dapat diarahkan jadi lebih tegas dan tidak ragu-ragu.

4. Menentukan rentang nilai untuk masing-masing kriteria penilaian berdasarkan total skor nilai yang diperoleh masing-masing kriteria penilaian.

5. Menentukan total skor untuk seluruh pertanyaan dan kemudian menentukan penilaian terhadap sistem pengendalian pengadaan bahan pada kontraktor di kabupaten Badung.

(32)

35

2.9.4 Analisis Scoring dengan Perhitungan Distribusi Frekwensi

Untuk menganalisis jawaban yang diperoleh, digunakan perhitungan distribusi frekwensi sebagai berikut :

1. Jumlah pertanyaan yang ada pada kuesioner sebanyak n skor tertinggi untuk setiap pertanyaan adalah 1, dan skor terendah 0 ( berdasarkan teori Guttman). Jadi :

Total skor tertinggi (x) = 1 x n ……….( persamaan 2.2) Total skor terendah (y) = 0

2. Menentukan besarnya range skor, berdasarkan selisih dari total skor tertinggi dengan total skor terendah yang dicapai sebagai berikut:

Range skor = x – y ……….. (persamaan 2.3) 3. Setelah diketahui range skor, selanjutnya menentukan besarnya interval nilai,

berdasarkan perbandingan antara range skor nilai dengan jumlah kriteria penilaian. Dalam penelitian ini, digunakan 3 (tiga) kriteria penilaian : memadai (M), cukup memadai (CM), tidak memadai (TM), sehingga formulasi interval kelas (C) adalah :

……… (persamaan 2.4)

Jawaban dari responden diharapkan sudah diwakili oleh ketiga kriteria tersebut. Selain itu, dengan ditetapkannya kriteria tersebut penelitian dapat diarahkan jadi lebih tegas dan tidak ragu-ragu.

4. Menentukan rentang nilai untuk masing-masing kriteria penilaian berdasarkan total skor nilai yang diperoleh masing-masing kriteria penilaian.

5. Menentukan total skor untuk seluruh pertanyaan dan kemudian menentukan penilaian terhadap sistem pengendalian pengadaan bahan.

2.9.5 Uji Hipotesis

Uji Hipotesis merupakan salah satu bagian dari statistik inferensia. Menurut Wirawan (2002), statistik inferensia adalah statistik yang menyediakan aturan atau metode untuk membuat ramalan dan taksiran, disamping itu juga digunakan untuk mengambil kesimpulan yang bersifat umum dari data sampel yang dipilih secara acak dari populasi induknya. Dan, definisi hipotesis menurut Wirawan (2002),

(33)

36

adalah suatu pernyataan mengenai parameter populasi yang masih perlu dibuktikan kebenarannya.

Ada 2 jenis hipotesis :

1. Hipotesis kualitatif, hipotesis yang tidak bisa diuji secara statistik, kecuali harus dikuantifikasikan terlebih dahulu.

2. Hipotesis kuantitatif, dapat diuji secara statistik, disebut juga hipotesis statistik.

Hipotesis nol (H0) : hipotesis yang dirumuskan untuk diuji dengan harapan

ditolak. Hipotesis tandingan (H1) : hipotesis yang isinya mengandung pertanyaan

yang isinya tidak menyangkal Contoh :

Jika H0 : = 0

Maka, H1 : > 0 atau < 0 atau ≠ 0

Dimana, = parameter

0 = nilai parameter berdasarkan hipotesis

Tahapan pengujian hipotesis secara umum adalah :

1. Menentukan rumusan hipotesisnya dan menentukan alternatif pengujiannya (uji dua sisi atau satu sisi)

2. Menentukan taraf nyata (α )

3. Memilih statistik uji yang sesuai, dan menentukan daerah kritisnya 4. Mengitung statistik uji berdasarkan data sampel

5. Kesimpulan pengujian

Menentukan Alternatif Pengujian :

Jika H0 : 0 maka, H1 : > 0 ( dipakai uji satu sisi, yaitu sisi kanan)

Jika H0 : 0 maka, H1 : < 0 ( dipakai uji satu sisi, yaitu sisi kiri)

(34)

37

Dimana, = parameter

0 = nilai parameter sesuai hipotesis

Memilih statistik uji yang sesuai :

Statistik uji t : digunakan untuk ukuran sampel yang sedikit ( n 30)

t

0 =

………...…….( persamaan 2.5)

2.9.6 Analisis Inferensia dengan Uji-t

Uji-t dipilih karena jumlah responden (N) kurang dari 30 orang. Scoring jawaban responden mengenai kinerja sistem pengendalian pengadaan bahan dan peralatan, dianalisis dengan perhitungan uji-t sebagai berikut :

σ =

( ̅ ) ………..( persamaan 2.6)

σ

ϴ =

√ ………( persamaan 2.7)

N < 30, maka digunakan uji-t

t

o =

̅

……….…. ( persamaan 2.8)

Maka didapat nilai to hitung yang kemudian akan dibandingkan dengan nilai tα

tabel. Dari tabel L.4 (nilai kritis distribusi-t) yang dicantumkan pada lampiran I, untuk α dan v dengan nilai tα tabel. Nilai tα tabel ini selanjutnya dimasukan kedalam kurva, yang nantinya juga akan dimasukan nilai to hitung. Nilai to hitung

ini nantinya akan dibandingkan dengan tα tabel, sehingga diketahui apakah hipotesis berada pada daerah “menolak Ho’’ ataukah pada daerah “penerimaan Ho”.

(35)

Gambar

Gambar 2.1 Flowchart Pembelian dan Penerimaan barang menurut referensi Mulyadi Bagian Gudang Mengirim Surat Permintan Pembelian kepada Bagian Pembelian Bagian Pembelian Permintaan pembelian dari bagian GudangBagian pembelian Memilih dan memutuskan supplier,
Gambar 2.4  Struktur organisasi pada proyek konstruksi

Referensi

Dokumen terkait

Di hutan sekunder, pergerakan air cenderung menuju kedalaman 30-40 cm selama 4 hari tidak hujan dan lapisan 30-40 cm tersebut meretensi air lebih tinggi dibandingkan

Dalam pandangan lain yang dikemukakan oleh Theodore Levvit “bahwa harus ada pemisahan tanggung jawab sosial dari tanggung jawab ekonomi.”Perusahaan dalam pandangan ini hanya

Para kepala sekolah perlu bekerja lebih dekat dengan siswa, mengembangkan teknik dan metode pembelajaran sebagai alat untuk mengetahui perspektif guru dan untuk

Program kegiatan pembelajaran terdiri dari program tahunan, program semester, analisis Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar (SK-KD), analisis Kriteria Ketuntasan Minimum

 Material Polycrystalline umumnya lebih kuat dibanding kristal tunggal, karena kendala geometris dan kebutuhan tekanan yield yang lebih

Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan mudah untuk menjawab tuntutan dan tekanan dari masyarakat karena perusahaan mempunyai sumber daya yang lebih untuk dapat digunakan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan ditemukan media pembelajaran yang berupa modul akan tetapi modul ini hanya berupa file dan belum dikemas dengan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis tiga permasalahan pokok yaitu (1) Paus Yohanes Paulus II dilihat dari latar belakang keluarga,