• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Pengertian Prestasi Belajar - UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI PERISTIWA ALAM MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING DI KELAS V SD NEGERI MENGANTI 4 CILACAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2. Pengertian Prestasi Belajar - UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI PERISTIWA ALAM MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING DI KELAS V SD NEGERI MENGANTI 4 CILACAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - repository perpustakaan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Azwar (1996: 164) menjelaskan bahwa belajar dalam pengertian secara umun adalah setiap perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Belajar menurut Sadiman (2012: 2) merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Berdasarkan pendapat diatas tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan sebagai wujud perubahan tingkah laku dari pengalamannya.

2. Pengertian Prestasi Belajar

(2)

pendapat diatas prestasi adalah hasil dari usaha seseorang dalam melakukan kegiatan.

Menurut Arifin (2011: 12) prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pengembangan watak peserta didik. Hamdani (2011: 138) prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor. Prestasi belajar menurut Ahmadi dan Supriyono (2013: 138) memiliki berbagai faktor diantaranya :

1) Faktor Internal

Faktor internal terdiri atas :

a) Faktor jasmani (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas faktor interlektif dan faktor non-intelektif. Faktor intelektif meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat, sedangkan faktor non-intelektif meliputi faktor kepribadian yaitu suatu sikap, kebiasaan, kebutuhan dan kemandirian.

c) Faktor kematangan fisik maupun psikis. 2) Faktor Eksternal

(3)

a) Faktor sosial seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan kelompok.

b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.

d) Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.

Faktor spiritual dan faktor keamanan saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Berdasarkan pengertian prestasi belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah terjadi proses belajar yang dapat diketahui melalui evaluasi dan diwujudkan dalam bentuk angka atau nilai rapor. Prestasi belajar dapat diwujudkan dalam bentuk hasil usaha belajar yang telah dicapai oleh siswa melalui latihan atau pengalaman yang berupa perubahan dalam aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam nilai setelah mengalami proses pembelajaran di sekolah. 3. Pengertian Kemandirian Belajar

(4)

Kemendiknas (Suyadi, 2013: 8) adalah sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Mandiri dalam hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama atau kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggungjawab kepada orang lain. Zubaedi (2011: 75) menyatakan bahwa mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar sebagai sikap otonomi dimana seseorang terbebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain. Kemandirian belajar ditunjukkan ketika peserta didik mampu menyelesaikan tugas atau masalah belajarnya sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Upaya peserta didik dalam kemandirian belajar terlihat pada cara menyelesaikan masalah belajarnya sendiri dan tanggungjawab yang diaplikasikan dalam kegiatan belajar. Hal tersebut akan berdampak baik apabila setiap peserta didik sadar akan kemampuan dan tanggungjawabnya.

a. Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Chabib (Subliyanto, 2011) membagi ciri kemandirian belajar dalam delapan jenis, yaitu:

1) Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif. 2) Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain. 3) Tidak lari atau menghindari masalah.

(5)

5) Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.

6) Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain. 7) Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan. 8) Bertanggungjawab atas tindakannya sendiri.

b. Pentingnya Kemandirian Belajar bagi Peserta Didik Menurut Desmita (2009: 189-190) menyatakan bahwa :

Kemandirian belajar penting bagi peserta didik dalam proses belajar, terlihat adanya fenomena peserta didik yang kurang mandiri dalam belajar, yang dapat menimbulkan gangguan mental setelah memasuki pendidikan lanjutan, kebiasaan belajar yang kurang baik (seperti tidak betah belajar lama atau belajar hanya menjelang ujian, membolos, menyontek dan mencari bocoran soal-soal ujian). Gejala-gejala tersebut merupakan kendala utama dalam mempersiapkan individu-individu yang mengarungi kehidupan masa mendatang yang semakin kompleks dan penuh tantangan.

Erikson (Desmita, 2009: 185) kemandirian biasanya diawali dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggungjawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Berdasarkan enam uraian di atas, maka di sini dapat mengambil enam indikator untuk meningkatkan kemandirian siswa yaitu :

1) Dapat menemukan identitas atau nasib dirinya.

(6)

arah mana mereka melakukan proses pembelajaran. Pengarahan dari guru akan membantu siswa agar tidak mengalami kesulitan, karena sudah dijelaskan dari awal.

2) Memiliki inisiatif dan kreatif.

Menurut KBBI, inisiatif adalah suatu kemampuan siswa dalam melakukan upaya awal, sedangkan kreatif adalah suatu kemampuan mewujudkan ide. Contoh: siswa dalam mengerjakan soal dari guru menggunakan cara sendiri atau strategi sendiri.

3) Membuat pertimbangan-pertimbangan sendiri dalam bertindak.

Menurut KBBI, pertimbangan-pertimbangan adalah bahan pemikiran seseorang.

Contoh : dalam diskusi kelompok siswa mempertimbangkan hasil diskusi sesuai dengan jawaban yang mereka sepakati bersama.

4) Bertanggungjawab atas tindakannya.

(7)

tersebut langsung mengerjakan dan mengumpulkan tugas dengan tepat waktu.

5) Mampu menahan diri atau kontrol diri.

Menurut KBBI, kontrol diri merupakan kemampuan untuk melakukan proses atau cara serta perbuatan mengendalikan diri. Kontrol diri melibatkan ketekunan dan memelihara komitmen untuk jangka panjang. Contoh : siswa menerima kritikan atau nasehat dari guru maupun teman dalam proses pembelajaran.

6) Dapat mengambil keputusan sendiri

Menurut KBBI, keputusan adalah menentukan atau memutuskan. Mengambil keputusan sendiri dapat diartikan sebagai tindakan menentukan sesuatu yang diambil oleh individu. Contoh: ketika siswa diskusi dengan pasangannya, maka siswa mampu untuk mengambil keputusan dengan jawaban yang mereka ambil.

c. Upaya-upaya Pengembangan Kemandirian Peserta Didik

Desmita (2009: 190) upaya-upaya pengembangan kemandirian peserta didik, diantaranya:

1) Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang memungkinkan anak merasa dihargai.

2) Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan kegiatan sekolah.

(8)

4) Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak. 5) Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.

Berdasarkan upaya-upaya kemandirian belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa keadaan mandiri akan muncul bila seseorang belajar dan sebaliknya kemandirian tidak akan muncul dengan sendirinya bila seseorang tidak mau belajar. Kemandirian belajar dapat berkembang bila ada kemampuan siswa untuk belajar dengan kesadaran, melatih diri untuk disiplin, mampu mengerjakan tugas pelajaran sendiri tanpa bantuan orang lain.

4. Pengertian IPA a. Pengertian IPA

Trianto (2009: 138) menjelaskan bahwa IPA hakikatnya mentautkan antara aspek logika-materiil dengan aspek jiwa-spiritual, yang sementara ini dianggap cakrawala kosong, karena suatu anggapan antara IPA dan agama merupakan dua sisi yang berbeda dan tidak mungkin dipersatukan satu sama lain dalam suatu bidang kajian. Menurut Aly dan Rahma (2010: 18) menyatakan bahwa IPA adalah :

Pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu secara demikian ini terkenal dengan nama metode ilmiah.

(9)

prinsip. Mengutip pendapat dari Jasin pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi anak didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu anak didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Berdasarkan pendapat ketiga penulis tersebut tentang IPA dapat dipahami bahwa IPA sebagai suatu kumpulan teori yang sistematis, bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi anak didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi.

b. Tujuan

(10)

1) Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan, kebanggaan nasional dan kebesaran serta kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

2) Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah sehari-hari.

3) Mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep IPA dan menumbuhkan nilai seta sikap ilmiah.

4) Menerapkan konsep dan prinsip IPA untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.

c. Ruang lingkup

Menurut Eka (2013: iv) prinsip dasar pembelajaran IPA di sekolah dasar sebagaimana ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk menumbuhkan keingintahuan dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pedidikan dasar dan menengah menyebutkan ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut :

(11)

3) Energi dan perubahannya 4) Bumi dan alam semesta 5. Model Quantum Learning

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Trianto (2010: 51) adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Suprijono (2011: 45) menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah landasan praktik pembelajaran sebagai hasil penurunan teori-teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum di kelas.

Berdasarkan pengertian model pembelajaran diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah konsep-konsep yang tersusun sistematis mencangkup strategi, pendekatan, metode dan taktik dalam pembelajaran. Pembelajaran IPA materi peristiwa alam dengan demikian menerapkan metode yang tepat adalah quantum learning, karena pembelajaran IPA khususnya peristiwa alam merupakan kegiatan belajar yang memerlukan sugesti yang dapat mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif DePorter (1992: 14).

b. Pengertian Model Quantum Learning

Menurut DePorter (1992: 14) quantum learning dan quantum teaching merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Boby

(12)

berbuat. DePorter (1992: 15) menjelaskan quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur.

Quantum learning menurut DePorter (1992: 15) didefinisikan

sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Persamaan ini ditulis E = mc2. Tubuh kita secara fisik adalah materi. Menurut DePorter berkaitan dengan pembelajaran kuantum (Throboni dan Mustofa, 2011: 268) menyatakan bahwa tujuan kita sebagai pelajar adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.

Pembelajaran kuantum menurut Huda (2013: 195) memiliki sembilan konsep kunci dari berbagai teori dan stratergi belajar, yaitu sebagai berikut :

1) Teori otak kanan atau kiri. 2) Teori otak triune (3 in 1).

3) Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik). 4) Teori kecerdasan ganda.

5) Pendidikan holistik (menyeluruh). 6) Belajar berdasarkan pengalaman.

(13)

8) Simulasi atau permainan. 9) Peta pikiran (mind mapping)

Mengutip dari DePorter (1992: 14) quantum learning diaplikasikan untuk siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Quantum learning dapat disebut sebagai quantum learning dan tidak bisa lepas dari quantum teaching, sedangkan menurut Biseri dan Soerjono (2014: 60) menyatakan bahwa penyajian model quantum learning merupakan model pembelajaran yang ideal sebab interaksi pendidik dengan peserta didik terjalin saling pengertian dan saling mempercayai.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pengertian model

quantum learning disimpulkan sebagai berikut: quantum learning

menurunkan quantum teaching sebagai sebuah konsep yang mempunyai motto membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Model quantum learning akan diterapkan dalam interaksi belajar mengajar, maka

dirancanglah konsep quantum teaching. Quantum learning mempunyai strategi quantum teaching untuk dipraktekkan di ruang-ruang kelas, berusaha memberikan kiat-kiat, petunjuk dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat, membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Jadi,

quantum teaching diperuntukkan guru dan quantum learning

diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. c. Manfaat Quantum Learning

(14)

1) Sikap Positif 2) Motivasi

3) Keterampilan belajar seumur hidup 4) Kepercayaan diri

5) Sukses

d. Metode Quantum Learning

Mengutip dari DePorter (1992: 14) quantum learning berakar dari upaya Dr.Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai “suggestology” atau “suggestopedia”. Istilah lain menurut DePorter dan Hernacki (2009: 14)

menjelaskan bahwa dapat dipertukarkan dengan “pemercepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan dan dibarengi kegembiraan.

Prinsipnya adalah bahwa sugesti pasti dapat mempengaruhi hasil situasi belajar dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Menurut DePorter (Setiawan, 2010: 204) pembelajaran quantum learning pada prinsipnya bahwa:

(15)

DePotter menjabarkan bahwa proses pembelajaran pada prinsipnya meliputi: 1) partisipasi yang baik dari siswa, 2) membangkitkan minat belajar dan motivasi belajar pada siswa, 3) membangun rasa nyaman dalam belajar pada siswa, 4) menumbuhkan daya ingat atau memori pada siswa dan 5) merangsang daya mendengarkan yang baik pada siswa.

e. Langkah-langkah Penerapan Model Quantum Learning

Menurut Huda (2013: 193) langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep quantum learning adalah sebagai berikut : 1) Kekuatan ambak

Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan.

2) Penataan lingkungan belajar

Proses belajar dan mengajar memerlukan penataan lingkungan yang dapat membuat siswa merasa aman dan nyaman.

3) Memupuk sikap juara

Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa.

4) Membebaskan gaya belajarnya

(16)

5) Membiasakan mencatat

Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan.

6) Membiasakan membaca

Membiasakan membaca sebagai salah satu aktivitas yang cukup penting dalam belajar, karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah.

7) Jadikan anak lebih kreatif

Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan senang bermain. Sikap kreatif yang baik pada siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.

8) Melatih kekuatan memori anak

Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik.

f. Implementasi Quantum Learning

Menurut Thobroni dan Mustofa (2011: 282) implementasi quantum learning dalam pembelajaran melalui istilah TANDUR yang dapat

(17)

1) Tumbuhkan

Guru menumbuhkan minat siswa dengan mengajak siswa untuk belajar. Berdasarkan hasil kolaborasi antara guru dan observer dapat disimpulkan bahwa perlu penggunaan media video dan kliping.

2) Alami

Guru memberikan contoh sehingga siswa dapat memahami dengan baik. Misalnya melalui tugas kliping media cetak/elektronik pada siswa, sehingga siswa memahami dengan baik.

3) Namai

Guru mengajak siswa untuk menyebutkan dan observer menggunakan kata dan kalimat yang mudah ditangkap oleh siswa.

4) Demonstrasikan

Guru mengajak siswa untuk melaksanakan dan mempresentasikan hasil diskusi dalam belajar.

5) Ulangi

Guru bertanya kembali kepada siswa tentang materi yang telah diberikan.

6) Rayakan

(18)

g. Kelebihan dan Kekurangan Model Quantum Learning

Menurut Huda (2013: 196) menyatakan bahwa model quantum learning memiliki kelebihan, diantaranya sebagai berikut :

1) Quantum learning sebagai salah satu metode belajar yang memadukan

berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

2) Quantum learning sebagai salah satu metode belajar yang dapat

menciptakan suasana menyenangkan pada proses belajar terutama dalam lingkungan belajar, sehingga menimbulkan motivasi pada diri siswa.

3) Quantum learning dengan teknik peta pikiran (mind mapping) dan

simulasi, misalnya : memiliki manfaat yang sangat baik untuk meningkatkan prestasi belajar maupun kreativitas siswa.

Model quantum learning menurut Huda (2013: 196) memiliki kekurangan diantaranya sebagai berikut :

1) Memerlukan dan menuntut keahlian serta keahlian guru lebih khusus. 2) Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang

cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.

3) Tidak semua kelas memiliki sumber belajar, alat belajar dan fasilitas yang dijadikan prasyarat dalam quantum learning.

Jadi dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa quantum learning adalah pembelajaran yang dapat menimbulkan motivasi,

(19)

Quantum learning merupakan pembelajaran yang menjadikan suatu proses

pembelajaran lebih bermakna, sehingga siswa akan dapat memahami materi yang diajarkan. Proses pembelajaran yang demikian, lebih mengacu pada teori dari DePorter yang sudah sudah dibahas di atas yaitu dalam pelaksanaan menggunakan proses tanamkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan (TANDUR).

6. Materi Pembelajaran

Menurut Sulistyanto dan Widoyo (2008: 171) perubahan yang terjadi secara alami disebut perubahan secara alami, sedangkan perubahan yang terjadi karena kegiatan manusia disebut perubahan karena aktivitas manusia. Peristiwa alam seperti banjir, tsunami, gempa bumi, tanah longsor dan gunung meletus yang terjadi pada suatu daerah dapat mengakibatkan dampak bagi makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan atau manusia. Salah satu peristiwa alam di Indonesia yang sering terjadi adalah banjir. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir diantaranya sebagai berikut.

a. Membuang sampah pada tempatnya.

b. Membersihkan selokan atau parit dekat rumah dari sampah sehingga aliran air menjadi lancar.

c. Melakukan penghijauan di lahan-lahan kosong sebagai daerah resapan air. d. Melakukan penghijauan di hutan-hutan gundul (reboisasi).

(20)

banjir yang cukup deras. Padi terancam gagal panen karena sawah terendam air dan lingkungan menjadi kotorkarena lumpur dan sampah yang dibawa oleh banjir. Hewan-hewan pun harus diungsikan akibat terjadinya banjir. Jadi, peristiwa alam dapat mengakibatkan dampak bagi makhluk hidup bukan hanya manusia tetapi juga lingkungan, hewan dan tumbuhan.

7. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media dengan demikian merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Menurut Gagne (Sadiman, 2012: 6) menyatakan bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar, sedangkan Briggs (Sadiman, 2012: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Menurut Arsyad (2007: 4) mengemukakan bahwa media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang mengandung maksud pengajaran media itu disebut media pembelajaran.

(21)

tujuan penggunanya, selain media video juga terdapat media cetak sebagai alat bantu pembelajaran.

(22)

B.Penelitian yang Relevan

Biseri dan Soerjono (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning dengan Menciptakan Ruang yang Kondusif untuk Membangun Sugesti Siswa” menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Bligo Candi Sidoarjo tahun pelajaran 2013/2014 setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan model quantum lerning. Hal tersebut terlihat dari hasil tes siklus I dan siklus II yang nilai

rata-ratanya meningkat, yaitu dari 61 menjadi 71,8.

Penelitian Biseri dan Soerjono, relevan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan model quantum learning. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Hasan Biseri dan Bambang Soerjono untuk meningkatkan minat dan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri Bligo Candi Sidoarjo tahun pelajaran 2013/2014, sedangkan penelitian ini untuk meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar IPA materi peristiwa alam di kelas V SD Negeri Menganti 4 Cilacap tahun pelajaran 2014/2015.

(23)

Kecamatan Genuk Kota Semarang. Hal tersebut terlihat Hasil tes formatif siklus I dan siklus II mata pelajaran IPS dengan pokok bahasan kenampakan alam mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas, yaitu dari 65,50 menjadi 90,02.

Penelitian Jumadi, relevan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan model quantum learning. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Jumadi untuk meningkatkan pemahaman siswa materi kenampakan alam melalui model quantum learning siswa kelas IV SD Negeri Gebangsari 01 Semarang tahun ajaran 2010/2011, sedangkan penelitian ini untuk meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar IPA materi peristiwa alam di kelas V SD Negeri Menganti 4 Cilacap tahun pelajaran 2014/2015.

C.Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori diatas pelaksanaan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menggunakan model quantum learning akan mempermudah siswa dalam memahami materi yang akan dipelajari. Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan berfikir siswa. Siswa pada usia SD memiliki daya berfikir yang sudah berkembang ke arah berfikir konkret.

(24)

meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar siswa karena prosesnya dilaksanakan dengan menarik dan menyenangkan. Pada quantum learning juga diusahakan adanya media sehingga siswa akan semakin semangat dalam belajar. Ketertarikan dan kemandirian yang tinggi akan menimbulkan peningkatan dalam prestasi belajar IPA. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dibuat kerangka berpikir penelitian pada mata pelajaran IPA melalui quantum learning sebagai berikut.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Guru menggunakan model

quantum learning dalam pembelajaran peristiwa alam.

Kondisi awal

Tindakan

Kondisi akhir

Kurangnya kemandirian dan prestasi belajar di bawah KKM sehingga hasil belajar rendah.

Kemandirian dan prestasi belajar siswa meningkat setelah menggunakan model quantum learning.

Kemandirian dan prestasi belajar siswa rendah

(25)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka diperoleh hipotesis tindakan yaitu:

1. Melalui quantum learning dalam pembelajaran IPA materi peristiwa alam dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas V SD Negeri Menganti 4 Cilacap Tahun Pelajaran 2014/2015.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

H1: Corporate Action, indikator independensi kepemilikan publik, jumlah susunan struktur GCG, kualitas laporan keuangan auditan, rasio return atas aset perusahaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 rasio yang diteliti, rata-rata kinerja keuangan tahun 2003 hingga 2007 menunjukkan kinerja yang ideal pada rasio ketersediaan dana

Timeline - Timeline berisi frame-frame yang berfungsi untuk mengontrol objek yang dibuat dalam stage atau layer yang akan dibuat animasinya.. Toolbox - Toolbox berisi

Dari perlakuan tersebut di atas diperoleh data adanya kenaikan R dengan adanya penambahan volume kolektor na-oleat dari = 10 - 45 ml dengan R terbesar = 94,56 % ; sedangkan untuk

Dengan mengadopsi penelitian yang telah dilakukan oleh Pikaev dengan sistem aliran aerosol seperti Gambar 2, maka proses detoksifikasi dan desinfeksi limbah cair dari

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sikap terhadap budaya organisasi P.T Garudafood pada karyawan bagian Corporate Human Capital.. Aspek budaya organisasi pada penelitian

Urutkan sampel dari warna yang paling anda tidak suka (=1) hingga sampel yang paling anda suka (=6)... Bandingkan rasa sampel secara berurutan dari kiri

Pada aspek typography , uji analisis korelasi menunjukkan hasil bahwa typography berkorelasi signifikan terhadap usability pada desain layout website berita