• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN USIA MENARCHE DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI DI SMP NEGERI 1 SRAGI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN USIA MENARCHE DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI DI SMP NEGERI 1 SRAGI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN USIA MENARCHE DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI DI SMP NEGERI 1 SRAGI

KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016

Nina Zuhana, Suparni

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan ABSTRAK

Masa remaja awal adalah saat-saat terjadinya kematangan seksual yang sesungguhnya, bersamaan dengan terjadinya perkembangan fisiologis yang berhubungan dengan kematangan kelenjar endokrin. Terjadinya kematangan jasmani bagi wanita biasanya ditandai dengan adanya menstruasi pertama (menarche). Usia menarche juga merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan PMS. Mekanisme antara usia menarche dengan kejadian sindrom premenstruasi sebenarnya masih belum jelas. Namun ada kemungkinan bahwa proses pematangan dari sisi fisiologis dan psikologis yang belum sepenuhnya sempurna pada awal fungsi ovariumlah yang mungkin bertanggung jawab atas hubungan tersebut.

Metode Penelitian ini menggunakan penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah semua semua remaja putri di SMP Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalongan dengan jumlah siswa ada 517 siswi. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu peneliti mengambil secara acak 20% (5 kelas) dari 25 kelas yang ada di SMP N 1 Sragi. Jumlah siswa di 5 kelas tersebut ada 99 remaja putri. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria penelitian yaitu remaja putri usia 12-15 tahun yang sudah mengalami menstruasi ada 94 responden. Data diambil menggunakan data primer dan data sekunder. Alat pengumpulan data berupa kuesioner. Analisa data univariat dan bivariat dengan menggunakan korelasi spearman rank.

Hasil penelitian ini adalah lebih dari separuh responden mengalami menarche pada usia yang normal yaitu usia 12 sampai dengan 13 tahun sebanyak 57 orang (60,6%) dan sebagian besar responden mengalami sindrom pramenstruasi ringan yaitu 67 orang (71,3%). Hasil uji statistik dengan menggunakan spearman rank dapat diketahui sig 0,000 (<0,05) yang berarti ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Simpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri di SMP Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalonan Tahun 2016. Sarannya adalah diharapkan remaja putri dapat meningkatkan pengetahuan tentang sindrom pramenstruasi melalui internet, buku, majalah, dan tenaga kesehatan sehingga dapat melakukan upaya-upaya untuk dapat mengurangi kejadian dan mengatasi sindrom pramenstruasi.

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, memtal, emosional dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan. Masa remaja dibedakan menjadi tiga tahapan, yaitu masa remaja awal (10-14 tahun), menengah (15-16 tahun), dan akhir (17-20 tahun). 1

Masa remaja awal adalah saat-saat terjadinya kematangan seksual yang sesungguhnya, bersamaan dengan terjadinya perkembangan fisiologis yang berhubungan dengan kematangan kelenjar endokrin. Peristiwa kematangan tersebut pada wanita terjadi 1,5 sampai 2 tahun lebih awal daripada pria. Terjadinya kematangan jasmani bagi wanita biasanya ditandai dengan adanya menstruasi pertama (menarche). 2

Menstruasi adalah keluarnya sedikit darah selama beberapa hari dari vagina setiap bulan. 3 Menstruasi pertama terjadi sekitar umur 13-15 tahun. Akibat arus informasi global, pancaindra makin mudah menjadi matang sehingga umur menarche semakin muda.4 Faktor psikologis cukup berperan ketika terjadi menarche. Hal ini diperkirakan terjadi karena pengaruh globalisasi dan video-video porno yang banyak berdedar sehingga mengakibatkan menarche terjadi lebih dini, yaitu pada usia kurang dari atau sama dengan 10 tahu.Nukleus amigdale memegang peranan penting sebagai “pubertas inhibitor” sehingga hipotalamus tidak merangsang hipofise untuk mengeluarkan “gonadotrophine

hormonal” terlalu dini. Pada permulaan menstruasi sampai dengan usia 17-18

tahun, sering terjadi anovulasi sehingga estrogen yang dominan mempunyai kesempatan untui merangsang end-organ seks sekunder untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. 5

Banyak wanita takut menghadapi dua minggu tertentu setiap bulannya yaitu setelah ovulasi hingga dimulainya menstruasi. Sebagian besar wanita mengalami setidaknya beberapa gejala sindrom pramenstruasi, seperti rasa tak nyaman, mengidam makanan tertentu, hingga kram perut yang menyakitkan. Gejala lainnya adalah sakit kepala, migren, susah buang air besar, hidung tersumbat atau nyeri dibeberapa anggota badan. 6

Sekitar 80 hingga 95 persen perempuan pada usia melahirkan mengalami gejala-gejala pramenstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya. PMS memang kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid. Sindrom itu akan hilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari selesai haid. Pada sekitar 14 persen perempuan usia 20 hingga 35 tahun, sindrom pramenstruasi dapat sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka

(3)

genetik pada sensitivitas reseptor dan pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks di dalam sel. Kemungkinan lain berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial atau fungsi serotonin yang dialami penderita. 7

Selain faktor hormonal ada beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap gejala sindrom pramenstruasi yaitu riwayat keluarga memainkan peran yang penting. Hasil penelitian Zaka dan Mahmood (2012) faktor riwayat keluarga terjadi dua kali lebih tinggi 93% pada kembar satu telur dibanding kembar dua telur (44%). Selain itu penelitian Abdillah (2010) menemukan ada hubungan antara riwayta keluarga dengan kejadian PMS. 8

Usia menarche juga merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan PMS. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aminah, dkk tahun 2000 yaitu siswi dengan usia menarche cepat (<12 tahun) berisiko 2,3 kali lebih besar untuk mengalami sindrom premenstruasi dibandingkan dengan siswi yang mengalami menarche lebih lambat. 9 Mekanisme antara usia menarche dengan kejadian sindrom premenstruasi sebenarnya masih belum jelas. Namun ada kemungkinan bahwa proses pematangan dari sisi fisiologis dan psikologis yang belum sepenuhnya sempurna pada awal fungsi ovariumlah yang mungkin bertanggung jawab atas hubungan tersebut.10

Intensitas gejala PMS dapat dikurangi dengan mengubah pola makan dan minum selama kurang lebih satu minggu menjelang menstruasi. Selain itu, terdapat juga beberapa ide latihan kebugaran yang mudah dilakukan seperti latihan yoga yang menenangkan dan latihan peregangan. Terapi alami juga akan mengusir nyeri dan gangguan di bagian tubuh tertentu seperti punggung dan perut.6

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan usia menarche dengan kejadian sindrom pramenstruasi di SMP 1 Sragi Kabupaten Pekalongan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan usia menarche dengan kejadian sindrom pramenstruasi di SMP Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalongan?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia menarche dengan kejadian sindrom pramenstruasi di SMP Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalongan.

(4)

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional.

B. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia menarche dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian sindrom pramenstruasi .

C. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja putri di SMP Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalongan dengan jumlah siswa ada 517 siswi. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu peneliti mengambil secara acak 20% (5 kelas) dari 25 kelas yang ada di SMP N 1 Sragi. Jumlah siswa di 5 kelas tersebut ada 99 remaja putri. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria penelitian yaitu remaja putri usia 12-15 tahun yang sudah mengalami menstruasi ada 94 responden.

E. Alat dan Metode Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan kuesioner

No Variabel Defini Operasional Parameter dan Kategori Alat Ukur Skala Pengukuran 1. Variabel bebas:

usia menarche

umur responden saat

pertama kali mendapatkan menstruasi11 1. Menarche dini : ≤ 11 tahun 2. Menarche normal : 12-13 tahun 3. Menarche lambat : > 13 tahun Kuesioner Ordinal 2. Variabel Terikat : Kejadian sindrom pramenstruasi

Kumpulan gejala fisik dan psikis yang dialami oleh wanita pada 7 hari sebelum menstruasi dimulai dalam siklus menstruasi terakhir. Alat ukur yang digunakan

SPAF (Shortened

Premenstrual Assessment Form 12

1. Tidak ada gejala hingga gejala ringan jika skor total < 30

2. Gejala sedang

hingga berat jika skor total ≥ 30

(5)

F. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah : Editing, Coding,

Scoring, Data entry dan Tabulating. Tehnik analisa data menggunakan

komputerisasi dengan uji Spearman Rank, hasil analisa diambil kesimpulan dengan nilai α ≤ 0,05

G. Etika Penelitian

Prinsip Etika dalam Penelitian ini meliputi : Prinsip Manfaat, Prinsip Menghormati Manusia, Prinsip Keadilan. Sedangkan masalah etika penelitian meliputi : Informed Consent, Tanpa Nama (Anonim), Kerahasiaan (Confidentiality)

H. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakanpada tanggal 15 – 20 Agustus 2016 di SMP Negeri 1 Sragi kabupaten Pekalongan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Usia Menarche Responden, disajikan pada tabel berikut ini :

Grafik 1. Distribusi Frekuensi Relatif Berdasarkan Usia Menarche Responden 0 10 20 30 40 50 60 Usia menarche cepat normal lambat

Pada grafik 1. menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden mengalami menarche pada usia yang normal yaitu usia 12 sampai dengan 13 tahun sebanyak 57 orang (60,6%). Usia rata-rata menarche adalah 11,78 tahun. Usia minimal 10 tahun dan usia maksimal 14 tahun.

(6)

2. Kejadian sindrom pramenstruasi , disajikan pada tabel berikut ini : Grafik 2. Distribusi Frekuensi Responden Bedasarkan Kejadian

Sindrom pramenstruasi 0 10 20 30 40 50 60 70 Kejadian premenstruasi sindrom ringan sedang/berat

Pada grafik. 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami sindrom pramenstruasi ringan yaitu 67 orang (71,3%).

3. Analisis hubungan usia menarche dengan kejadian sindrom pramenstruasi disajikan pada tabel berikut ini

Tabel 2. Tabulasi Silang Hubungan Usia Menarche dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi Usia Menarche Kejadian Sindrom Pramenstruasi Jumlah P Ringan Sedang/Berat Cepat 16 19 35 0,000 45.7% 54.3% 100% Normal 50 7 57 87.7%% 12.3% 100% lambat 1 1 2 50% 50% 100% Total 67 27 94 71.3% 28.7% 100%

(7)

Hasil Tabulasi silang pada tabel 2. didapatkan bahwa remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi ringan mayoritas terjadi pada remaja putri yang mengalami menarche pada usia yang normal (87,7%) dan yang mengalami sindrom pramenstruasi sedang/berat terjadi pada remaja putri yang megalami menarche cepat (54,3%). Berdasarkan hasil uji spearman rank dengan derajat kemaknaan 0,05% diperoleh P value sebesar 0,000 yang berarti p < α sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri di SMP Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalonan Tahun 2016.

B. Pembahasan

1. Usia Menarche Siswi SMP 1 Sragi Kabupaten Pekalongan

Hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari separuh responden mengalami menarche pada usia yang normal yaitu usia 12 sampai dengan 13 tahun sebanyak 57 orang (60,6%). Usia rata-rata menarche adalah 11,78 tahun. Usia minimal 10 tahun dan usia maksimal 14 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Manuaba yang menyatakan bahwa menstruasi pertama terjadi sekitar umur 13-15 tahun. 4

Faktor psikologis cukup berperan ketika terjadi menarche. Hal ini diperkirakan terjadi karena pengaruh globalisasi dan video-video porno yang banyak berdedar sehingga mengakibatkan menarche terjadi lebih dini, yaitu pada usia kurang dari atau sama dengan 10 tahu.Nukleus amigdale memegang peranan penting sebagai “pubertas inhibitor” sehingga hipotalamus tidak merangsang hipofise untuk mengeluarkan “gonadotrophine hormonal” terlalu dini. Pada permulaan menstruasi sampai dengan usia 17-18 tahun, sering terjadi anovulasi sehingga estrogen yang dominan mempunyai kesempatan untui merangsang end-organ seks sekunder untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Manuaba, IBG. 2000. 5

2. Kejadian sindrom pramenstruasi

Berdasarkan grafik 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami sindrom pramenstruasi ringan yaitu 67 orang (71,3%). Sekitar 80 hingga 95 persen perempuan pada usia melahirkan mengalami gejala-gejala pramenstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya. Pada sekitar 14 persen perempuan usia 20 hingga 35 tahun, sindrom pramenstruasi dapat sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka beristirahat dari sekolah atau kantornya.

Penyebab munculnya sindrom ini memang belum jelas. Beberapa teori menyebutkan antara lain karena faktor hormonal karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Teori lain menyatakan, karena hormon estrogen yang berlebihan. Para peneliti melaporkan, salah satu kemungkinan yang kini sedang diselidiki adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks di dalam sel. Kemungkinan lain berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial atau fungsi serotonin yang dialami penderita. 7

(8)

Serotonin berfluktuasi selama siklus menstruasi. Kimia ini mengatur suasana hati dan orang-orang dengan gangguan serotonin rendah dapat mengembangkan gangguan suasana hati dan depresi yang terkait dengan PMS. Serotonin rendah juga mengarah pada kelelahan, mengidam makanan dan kesulitan tidur. Diet yang kaya akan garam, kafein, alkohol atau lemak juga dapat memperburuk gejala PMS. Garam berlebihan dalam diet juga menyebabkan retensi cairan. Rendah tingkat vitamin (seperti vitamin B6) dan mineral tertentu dianggap mempengaruhi PMS juga. 13 3. Hubungan usia menarche dengan kejadian sindrom pramenstruasi

Hasil Tabulasi silang pada tabel 2. didapatkan bahwa remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi ringan mayoritas terjadi pada remaja putri yang mengalami menarche pada usia yang normal (87,7%) dan yang mengalami sindrom pramenstruasi sedang/berat terjadi pada remaja putri yang megalami menarche cepat (54,3%). Berdasarkan hasil uji spearman rank dengan derajat kemaknaan 0,05% diperoleh P value sebesar 0,000 yang berarti p < α sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri di SMP Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalonan Tahun 2016.

Usia menarche juga merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan PMS. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aminah, dkk tahun 2000 yaitu siswi dengan usia menarche cepat (<12 tahun) berisiko 2,3 kali lebih besar untuk mengalami sindrom premenstruasi dibandingkan dengan siswi yang mengalami menarche lebih lambat. 9

Menurut Silvia dkk (2008) bahwa tingkat prevalensi gejala dan sindrom pra menstruasi lebih tinggi pada wanita yang usia menarche nya kurang dari 11 tahun. 14

Mekanisme antara usia menarche dengan kejadian sindrom premenstruasi sebenarnya masih belum jelas (Amjad dkk, 2014). Namun ada kemungkinan bahwa proses pematangan dari sisi fisiologis dan psikologis yang belum sepenuhnya sempurna pada awal fungsi ovariumlah yang mungkin bertanggung jawab atas hubungan tersebut.10

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dalam penelitian ini adalah :

1. Lebih dari separuh responden mengalami menarche pada usia yang normal yaitu usia 12 sampai dengan 13 tahun sebanyak 57 orang (60,6%).

2. Sebagian besar responden mengalami sindrom pramenstruasi ringan yaitu 67 orang (71,3%).

(9)

B. Saran

Saran yang dapat peneliti sampaikan pada penelitian ini adalah : 1. Bagi Bidan

Agar meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi remaja di sekolah-sekolah agar dapat meningkatkan penegatahuan remaja mengenai sindrom premenstruasi terutama untuk cara penangannya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang faktor–faktor lain selain usia menarche yang dapat mempengaruhi kejadian sindrom pramenstruasi agar dapat diketahui faktor yang paling berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang

3. Bagi Responden

Diharapkan remaja putri dapat meningkatkan pengetahuan tentang sindrom pramenstruasi melalui internet, buku, majalah, dan tenaga kesehatan sehingga dapat melakukan upaya-upaya untuk dapat mengurangi kejadian dan mengatasi sindrom pramenstruasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Moersintowati, Narendra. 2008. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto

2. Ahmadi, Abu. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta 3. Meredith, Susan. 2006. Apa Yang Terjadi pada Diriku?. Jakarta: Erlangga. 4. Manuaba, IBG dan IBG Candranita IBG Fajar Manuaba. 2003. Pengantar

Kuliah Obstetri.2003. Jakarta: EGC.

5. Manuaba, IBG. 2000. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: EGC

6. Kelly T. 2007. 50 Rahasia Alami Meringankan Sindrom pramenstruasi. Jakarta: Erlangga.

7. Anonim. 2016. http://id.m.wikipedia.org/wikisindrom_prahaid. Diakses tanggal 20 Desember 2016.

8. Zaka, M dan Mahmood, K.T. 2012. Pramenstrual syndrom-a Review J. Pharm.Sci.&Res.4.7.

9. Aminah, S., Rahmadani, S., dan Munadhiroh. 2011. Hubungan status gizi dengan kejadian premenstrual syndrome di madrasah aliyah Negeri (MAN) 4 jakarta tahun 2011. Health Quality jurnal Kesehatan, 2.

10. Amjad, A., Kumar, R., dan mazher, S. B. 2014. Socio-demographic factors and premenstrual syndrome among women attending a teaching Hospital in Islamabad pakistan. J Pioneer med Sci, 4.4

11. Bagga, A., Kulkarni, S. 2000. Age at menarche and seculer trend in maharashtrian (Indian) Girls. Act Biologica szegediensis, 44, 5.

12. Anggrajani, F dan Muhdi. 2011. Korelasi Faktor Risiko dengan Derajat Keparahan Pramenstrual Syndrom pada dokter perempuan. Jurnal UNAI. Universitas Airlangga.

(10)

13. Ananya Mandal MD. 2012. Causes of Premenstrual Sindrom (PMS). http://www.news-medical.net/health/causes-of-premenstrual-syndrom-(PMS) Indonesian)-aspx. Diakses tanggal 20 Desember 2016.

14. Silvia, C.M.L.Giante, D.P.Danminton, G.C. 2008. Premenstrual Symptoms And Syndrome According to Age at Menarche in a 1982 Birth Cohort in Southern Brazil. Cad.Saude Publika, Rio de Jenero. 24,10.

Gambar

Tabel 1. Definisi Operasional
Grafik 1. Distribusi Frekuensi Relatif Berdasarkan Usia Menarche  Responden  0102030405060 Usia menarche cepat normallambat
Tabel 2. Tabulasi Silang Hubungan Usia Menarche dengan Kejadian  Sindrom  Pramenstruasi  Usia  Menarche  Kejadian Sindrom  Pramenstruasi  Jumlah  P  Ringan  Sedang/Berat  Cepat  16  19  35  0,000  45.7%  54.3%  100%  Normal  50  7  57  87.7%%  12.3%  100%  lambat  1  1  2  50%  50%  100%  Total  67  27  94  71.3%  28.7%  100%

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa Karya Seni Tugas Akhir saya tidak terdapat bagian yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi mana pun dan juga

Normalitas Rata-rata Diameter Pori Berdasarkan Perlakuan.. Tests

Oetomo, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, yang telah memberikan kesempatan dan dukungan pada penulis untuk

A vizsgálat igazolta a lixisenatid ( versus placebo) cardio vascularis biztonságosságát, miután az elsődleges összevont végpont (cardiovascularis halál, nem végzetes

Menurut Rusdianto (2010:26) adapun faktor yang menjadi penyebab kesalahan jika dilihat dari kesulitan dan kemampuan siswa dalam belajar dapat dipaparkan antara

Hasil penelitian sidik lintas antara komponen hasil dengan hasil biji kedelai yang dilakukan oleh Pandey dan Torrie (1973) menunjukkan bahwa jumlah polong per unit area panen dan

Kualitas sel telur yang dihasilkan dengan metode ini, hampir sama dengan sel telur yang berasal donor hidup, akan tetapi kelemahan dari metode ini adalah potensi genetik induk

Sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana- 1,3-dion dilakukan dengan menggunakan metode solid phase reaction yang merupakan salah satu aplikasi